• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putri Fitriana Eka Susanti,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Putri Fitriana Eka Susanti,"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Blok Emergency Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Medulla|Volume 7|Nomor 4|November 2017 | 157

Hubungan Kualitas Skenario Terhadap Keefektifan Diskusi

Problem-Based Learning

(PBL) Blok

Emergency

Pada Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung

1

Putri Fitriana Eka Susanti,

2

Rika Lisiswanti,

3

Tri Umiana Soleha,

2

Oktadoni Saputra,

2

Okyafany

1

Jurusan Kedokteran Umum, Fakultas kedokteran, Universitas Lampung 2

Bagian Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 3

Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak

Model Problem-Based Learning (PBL) merupakan salah satu inovasi melatih mahasiswa dalam berpikir kritis, kreatif, rasional dan meningkatkan pemahaman materi yang diajarkan serta memberi pengalaman nyata terhadap mahasiswa. Skenario dalam diskusi tutorial yang baik adalah masalah yang memenuhi beberapa karakteristik yaitu masalah harus mengarah pada isu-isu pembelajaran yang hendak dipelajari, mendorong ketertarikan dan keingintahuan mahasiswa, disajikan dalam format yang wajar seperti teks tidak terlalu panjang, mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis, mendorong mahasiswa untuk belajar secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap proses belajar yang dilakukan, masalah harus jelas dan bisa diklarifikasi oleh mahasiswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kualitas skenario terhadap keefektifan diskusi Problem-Based Learning (PBL) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung blok emergency. Desain dalam penelitian ini menggunakan

Cross Sectional dengan jumlah sampel 168 responden dan pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat Chi-Square. Dari analisis diperoleh bahwa responden yang menyatakan kualitas skenario diskusi PBL baik sebanyak 91 responden (54,2%), dan yang menyatakan kurang baik 77 responden (45,8%), yang menyatakan diskusi PBL efektif sebanyak 103 responden (61,3%), dan yang menyatakan tidak efektif 65 responden (38,7%). Terdapat hubungan antara kualitas skenario terhadap keefektifan diskusi Problem-Based Learning (PBL) bermakna dengan nilai p=0,001<0,05. Saran untuk meningkatkan kualitas skenario pendidikan pada mahasiswa peserta tutorial dalam penyusunan kurikulum yaitu skenario yang diberikan tidak tertutup atau terlalu singkat, sehingga dengan skenario yang terbuka namun tidak berlebihan akan mendorong peserta diskusi lebih aktif dan diskusi akan berjalan dengan efektif.

Kata kunci : keefektifan diskusi, kualitas skenario, problem-based learning

The Relationship of Quality Scenario To Effectiveness Of The

Problem-Based Learning (PBL) Discussion Emergency Block In Students At Faculty

of Medicine, Lampung University

Abstract

Model problem-based learning (PBL) is the one of inovations to train the students in critical thinking, creativity, rational thinking and to improve the understanding the subject matters and also to grant the real experiences for students. The good scenario in tutorial discussion if the case eligible the characteristic such as the problems should lead to issues that will be learning, to give student’s interest and curiosity, would be presentend with the easier format like the texts are not too complicated and hard to understanding, to lead the students in critical thinking, to lead students to learning by their own method, and be responsible for the learning proccess that have been take, the problem should be clear and can be clarified by the students. The purpose of this researches is to know the relation of scenario quality to the effectiveness of problem based-learning (PBL) discussion in the student of medical faculty university of lampung in emergency block. The design in this study using cross sectional with the samples of 168 respondents and take a sample with the total sampling method. Data analysis used unvariate analysis and chi-square bivarite analysis. From the analysis of this was found that respondents who said the good quality of the PBL discussion scenario were 91 respondents ( 54.2%) and the other one said was not to good were 77 respondents (45.8%), and who said the effective PBL discussion scenario were 103 (61.3), and the other one said not too effective were 65 respondents (38.7). That is have a realtions between the quality of scenario to the effectivness problem-based learing (PBL) discussion with the significance of P= 0.001 <0.005. Some recommendation to improve the quality of educational scenario to students of the tutorial participants in curriculum preparation is the scenario has be given not too private and too short, so with an open scenario but not to overate scenario would be lead discussion participants more active and discussion would be effective.

(2)

Emergency Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Medulla|Volume 7|Nomor 4|November 2017 | 158

Pendahuluan

Kurikulum Problem-Based Learning

(PBL) diperkenalkan pertama kali di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster Kanada pada tahun 1969. Selanjutnya banyak fakultas kedokteran di seluruh dunia yang mengadopsi PBL dengan berbagai variasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing institusi. Fakultas kedokteran di Maastricht Belanda dan Newcastle Australia merupakan institusi acuan dalam melaksanakan kurikulum PBL.1,2

Model pembelajaran dengan metode

Problem-Based Learning (PBL) merupakan salah satu inovasi dalam pembelajaran yang dapat digunakan karena PBL melatih mahasiswa dalam berpikir kritis, kreatif, rasional dan meningkatkan pemahaman materi yang diajarkan serta memberi pengalaman nyata terhadap mahasiswa. Menurut Buck Institude for Education (BIE),

PBL adalah suatu model pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar sendiri dan menghasilkan produk karya siswa bernilai dan realistik. Selain itu melalui model PBL, mahasiswa diharapkan mengembangkan pengetahuan melalui keikutsertaan dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ini mahasiswa belajar dengan aktif (active-learning) membangun pengetahuan sedangkan dosen bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Sehingga diharapkan mahasiswa dapat menggali sendiri kompetensi yang ada dalam dirinya.3

Problem-based learning (PBL) memberikan manfaat yaitu mahasiswa mempunyai peran aktif dalam proses belajar mengajar sehingga mereka mempunyai kemampuan untuk medefinisikan suatu masalah, mengidentifikasikan dan menyelesaikan suatu masalah, memperoleh dan menginterpretasikan data membuat perencanaan, serta mentransfer hasil pembelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa juga mempunyai kemampuan untuk menggabungkan aspek sosial dan etika kedalam ilmu kedokteran, berkolaborasi dalam belajar, mempunyai sifat

kepemimpinan, terampil dalam berkomunikasi dan berempati serta dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.4

Di dalam model problem-based learning (PBL) terdapat suatu diskusi yang terdiri dari 2 sesi diskusi tutorial untuk membahas suatu skenario yang menjadi pemicu proses belajar. Diskusi tutorial diikuti oleh 10-12 orang mahasiswa untuk setiap kelompok dengan dipandu oleh seorang tutor sebagai fasilitator. Diantara 2 sesi tutorial tersebut mahasiswa mendapat masa waktu untuk melaksanakan belajar mandiri. Waktu ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk mengembangkan kemampuannya mencari berbagai literatur yang diperlukan, menelaah secara kritis berbagai informasi yang didapatkan, dan berkonsultasi dengan para ahli.5 Skenario dalam PBL merupakan inti dari suksesnya kegiatan tutorial dalam PBL. Hal ini karena skenario merupakan titik tolak dari proses pembelajaran mahasiswa. Skenario yang baik adalah skenario yang dapat mengakomodasi semua tujuan pembelajaran modul, singkat dan jelas sehingga akan memacu keingintahuan lebih dalam dari mahasiswa. Untuk mensukseskan diskusi tutorial mahasiswa harus berkomunikasi secara aktif, memiliki minat terhadap kelompok dan keterlibatan semua mahasiswa dalam kelompok. Dengan skenario yang baik, diskusi akan berjalan lancar dan efektif.6

Diskusi tutorial dalam konteks PBL adalah suatu proses belajar aktif di dalam diskusi kelompok kecil yang distimulasi oleh suatu masalah (skenario) yang bertujuan untuk mengaktifkan prior knowlegde

mahasiswa dengan difasilitasi oleh seorang tutor. Dalam tutorial setiap mahasiswa dituntut untuk berpartisipasi aktif sehingga dapat memberikan kontribusi yang merata serta saling melengkapi pengetahuan diantara mahasiswa mengenai permasalahan yang sedang dipelajari.7

(3)

Emergency Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Medulla|Volume 7|Nomor 4|November 2017 | 159 mahasiswa untuk berpikir kritis, mendorong

mahasiswa untuk belajar secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap proses belajar yang dilakukan, jelas dan bisa diklarifikasi oleh mahasiswa, memiliki tingkat kesulitan yang sesuai, memungkinkan aplikasi dari berbagai metode untuk menghasilkan beberapa alternatif solusi, relevan dengan masalah aktual, mendorong mahasiswa untuk melakukan elaborasi, mendorong mahasiswa untuk bekerja sama dalam kelompok. Jika masalah memiiliki tingkat kesulitan yang masih dalam batas nornmal maka mahasiswa akan bekerja keras dalam mencari informasi dan akan terjadi diskusi yang efektif.

Menurut hasil penelitian terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya, lebih dari 60% mahasiswa berpendapat bahwa PBL bermanfaat dalam pemahaman kasus serta membantu pemahaman terhadap ilmu dasar, hanya 20% saja mahasiswa yang merasa bahwa metode PBL ini membosankan.9 Selain itu, penerapan metode PBL juga membawa dampak positif bagi mahasiswa. Berdasarkan penelitian terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada pada nilai blok dari 70 mahasiswa, 19% memperoleh hasil sangat memuaskan, 46% mendapat hasil memuaskan, dan sisanya 5% mendapatkan hasil cukup memuaskan.10

Berdasarkan penelitian terhadap evaluasi skenario pelaksanaan problem-based learning (PBL) menurut persepsi mahasiswa FK UNILA tahun 2010 bahwa sebagian besar skenario yang diberikan kepada mahasiswa sudah memiliki kualitas yang cukup baik.11 Dimana Problem-based learning (PBL) merupakan strategi instruksional yang mendukung belajar aktif. Strategi ini dapat dipakai sebagai kerangka pengembangan suatu modul, kursus, program atau kurikulum.12

Pada tahun 2002 hingga 2007, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (FK UNILA) menggunakan sistem konvensional dimana sistem tersebut masih terdapat banyak kekurangan dalam proses pembelajaran pada mahasiswa. Kemudian sejak tahun 2008 kurikulum yang digunakan pada mahasiswa FK UNILA mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK) untuk

pendidikan program sarjana kedokteran dan program profesi dokter. Strategi PBL dipilih sebagai metode pembelajaran dalam sistem KBK yang terdiri diskusi tutorial, Clinical Skill Lab (CSL), praktikum dan kuliah. Hal tersebut akan menuntut mahasiswa untuk belajar secara mandiri sehingga mahasiswa menjadi inovatif dan dapat berguna untuk bekal menjadi seorang dokter. Oleh sebab itu sistem KBK dengan metode PBL di FK UNILA tetap dipertahankan hingga sekarang.12

Dalam proses KBK sendiri terdiri dari blok-blok pembelajaran, salah satu blok dalam proses PBL yaitu blok emergency. Blok

emergency merupakan blok pertama pada semester VI, blok ini dilaksanakan dalam waktu 6 minggu yang terdiri dari 5 minggu aktif dan 1 minggu ujian. Pada blok emergency

mahasiswa diharapkan mampu menganalisis dan mengevaluasi tanda kegawatdaruratan, tanda prioritas, penanganan terhadap kegawatdaruratan, mengetahui obat-obat kegawatdaruratan dan penggunaanya, serta mampu menganalisa dan merujuk pasien gawatdarurat.

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas skenario dalam diskusi problem-based learning (PBL) pada mahasiswa kedokteran mempunyai peran yang sangat penting untuk proses pembelajaran mahasiswa. Oleh karena itu, diketahui bagaimanakah hubungan kualitas skenario terhadap keefektifan pelaksanaan Problem-Based Learning (PBL) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung blok

emergency.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan secara

cross sectional (studi potong lintang). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang sedang mengikuti blok emergency

(4)

Emergency Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Medulla|Volume 7|Nomor 4|November 2017 | 160

Asia of Medical Education Journal.1 Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat (chi-square) dengan nilai p value

≤0,05.

Hasil Penelitian

Analisis Univariat

Tabel 1. Kualitas Skenario Diskusi Problem-Based Learning (PBL)

Predikat Skor Jumlah Persentase (%)

Baik Rentang nilai

0-98

91 54.2 Kurang

Baik 77 45.8

Jumlah 168 100.0

Berdasarkan hasil didapatkan bahwa responden yang menyatakan kualitas skenario diskusi PBL dengan hasil baik terdapat sebanyak 91 responden (54,2%), dan yang menyatakan kurang baik terdapat sebanyak 77 responden (45,8%).

Tabel 3. Keefektifan Diskusi Problem-Based Learning

(PBL)

Predikat Skor Jumlah Persentase (%)

Baik 14-38 91 54.2

Kurang

Baik 39-62 77 45.8

Jumlah 168 100.0

Berdasarkan hasil didapatkan bahwa responden yang menyatakan kualitas skenario diskusi PBL dengan hasil baik terdapat sebanyak 91 responden (54,2%), dan yang menyatakan kurang baik terdapat sebanyak 77 responden (45,8%).

Analisis Bivariat

Tabel 4. Hubungan Kualitas Skenario Terhadap Keefektifan Diskusi Problem Based Learning (PBL)

Analisis chi square diperoleh nilai p value = 0,001 yang berarti terdapat hubungan kualitas skenario terhadap keefektifan diskusi Problem-Based Learning (PBL) pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Blok emergency p value <  (0,001).

Pembahasan

Kualitas Skenario Pembelajaran

Hasil penelitian diperoleh bahwa dari seluruh responden sebagian besar menyatakan kualitas skenario diskusi PBL baik terdapat sebanyak 91 responden (54,2%), hasil jawaban responden tentang kualitas skenario diperoleh rata-rata dari masing-masing indikator diketahui bahwa dari indikator a. Merangsang pemikiran, analisis dan alasan diperoleh rata-rata nilai sebesar 10,9, b. Pembelajaran mandiri diperoleh rata-rata nilai sebesar 11,1, c. Mengarahkan untuk belajar ke materi yang dituju diperoleh rata-rata nilai sebesar 11,1, d. Memperkuat minat terhadap topik diperoleh rata-rata nilai sebesar 11,3, e. Relevansi kepada profesi masa depan dengan isi yang realistik diperoleh rata-rata nilai sebesar 11,6, ddan f. Kesesuaian dengan tingkat Prior Knowledge yang dimiliki mahasiswa diperoleh rata-rata nilai sebesar 11,2, dengan kriteria secara keseluruhan secara keseluruhan indikator lebih banyak yang menyatakan baik.

Hasil penelitian sesuai dengan teori Wood (2003) yang menyatakan bahwa tutorial dalam konteks PBL adalah suatu proses belajar aktif di dalam diskusi kelompok kecil yang distimulasi oleh suatu problem (skenario) yang bertujuan untuk mengaktifkan prior knowlegde mahasiswa dengan difasilitasi oleh seorang tutor.Hasil penelitian juga didukung oleh penelitian terhadap evaluasi skenario pelaksanaan problem-based learning (PBL) menurut persepsi mahasiswa FK UNILA tahun 2010 bahwa sebagian besar skenario yang diberikan kepada mahasiswa sudah memiliki kualitas yang cukup baik.7,11

(5)

Emergency Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Medulla|Volume 7|Nomor 4|November 2017 | 161 suatu usaha kolaboratif. Berarti

problem-based learning (PBL) merupakan strategi pembelajaran yang diterapkan dengan melibatkan mahasiswa agar bekerja secara kolaboratif dalam memecahkan suatu permasalahan.

Keefektifan Pembelajaran PBL

Hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang menyatakan diskusi PBL sebagian besar adalah efektif terdapat sebanyak 103 responden (61,3%). Dari hasil jawaban responden tentang keefektifan PBL diperoleh rata-rata dari masing-masing indikator diketahui bahwa dari indikator a. Tanggung jawab diperoleh nilai rata-rata sebesar 13,8, b. Proses informasi diperoleh rata-rata nilai sebesar 12,2 , c. Komunikasi diperoleh rata-rata nilai sebesar 3,2, d. Analisis kritis diperoleh rata-rata nilai sebesar 9,1, e. Kesadaran diri diperoleh rata-rata nilai sebesar 6,5 , dengan kriteria secara keseluruhan indikator lebih banyak yang menyatakan efektif.

Problem-Based Learning (PBL) atau belajar berdasarkan masalah merupakan serangkaian kegiatan belajar dengan prosedur kerja yang sistematik, dalam arti sebelum mahasiswa mempelajari suatu hal mahasiswa diharuskan mengidentifikasi suatu masalah, baik yang dihadapi secara nyata maupun telaah kasus atau skenario. Problem-Based Learning (PBL) merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan permasalahan secara kontekstualyang terjadi di lingkungan dengan PBLmahasiswa mampu menggali cara berpikir kritis danketerampilan dalam pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran, melatihberpikir termasuk belajar bagaimana belajar (metakognitif) dan melatih mahasiswa menjadi belajar mandiri dan self-regulate. 14,15

Berdasarkan karakteristik dari PBL yang merupakan Learning is student-centered

yaitu proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada mahasiswa sebagai responden belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana mahasiswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.16,17

Pada diskusi tutorial setiap mahasiswa dituntut untuk berpartisipasi aktif sehingga dapat memberikan kontribusi yang merata serta saling melengkapi pengetahuan diantara mahasiswa mengenai permasalahan yang sedang dipelajari. Partisipasi mahasiswa dalam elaborasi dan ko-kontruksi pengetahuan berkaitan dengan efektivitas tutorial dan selanjutnya akan menentukan keberhasilan belajar.7

Efek pembelajaran model PBL adalah pencapaian kompetensi berupa keterampilan dalam pemecahan masalah dan keterampilan belajar secara mandiri (independent). Karakteristik pembelajaran PBL adalah keterbukaan, keterlibatan peserta didik secara aktif dan kebebasan intelektual.1

Hasil penelitian didukung dengan penelitian tentang hubungan kualitas skenario dengan keefektifan kelompok tutorial PBL yang dilakukan kepada mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Blok Neurologi. Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa keefektifan kelompok tutorial sebagian besar menyatakan efektif yaitu sebanyak (61,24%).18

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran berpedoman pada praktek dan interpretasi yang sangat berhubungan dengan kehidupan nyata dalam pembelajaran berbasis masalah. Mahasiswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi fokus utama tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.

Hubungan Kualitas Skenario Terhadap

Keefektifan Diskusi Problem-Based Learning

(PBL)

(6)

Emergency Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Medulla|Volume 7|Nomor 4|November 2017 | 162 (46,8%) menyatakan bahwa keefektifan PBL

adalah efektif.

Analisis chi square pada nilai diperoleh p value = 0,001 yang berarti terdapat hubungan kualitas skenario terhadap keefektifan diskusi Problem-Based Learning

(PBL) pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Blok emergency p value

<  (0,001<0,05).

Hasil perhitungan di atas juga didapati nilai OR= 3,179 yang berarti responden yang menyatakan bahwa kualitas skenario baik berpeluang sebesar 3,179 keefektifan PBL adalah efektif, jika dibandingkan dengan responden yang menyatakan bahwa kualitas skenario kurang baik .

Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara kedua variabel tersebut. Penelitian ini sendiri mempunyai tujuan mencari hubungan antara kualitas skenario dengan keefektifan kelompok tutorial PBL. Artinya semakin baik skenario yang diberikan keoada mahasiswa maka akan meningkatkan keefektifan kelompok PBL. Hal ini dikarenakan pada saat proses membangun konsep yang dimulai dari penyampaian situasi masalah ke sesama anggota kelompok, mereka memaknainya secara mendalam dengan cara melakukan suatu negosiasi dari perbedaan-perbedaan antara anggota kelompok melalui argumen dan klarifikasi sehingga menimbulkan suatu konflik konstruktif. Konflik yang bersifat konstruktif dapat berdampak positif yaitu meningkatkan harga diri baik individu atau kelompok. Jika konflik dapat dipecahkan dengan baik dengan kepercayaan diri yang lebih besar akan meningkatkan motivasi serta meningkatkan hubungan dalam kelompok akan menjadi lebih erat. Dampak ini akan mempengaruhi keefektifan kelompok diskusi tutorial PBL.2

Hasil penelitian sesuai dengan penelitian tentang hubungan kualitas skenario dengan keefektifan kelompok tutorial PBL yang dilakukan kepada mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Blok Neurologi.18

Berdasarkan hasil tersebut maka para pengelola pendidikan terutama yang menggunakan metode kelompok kecil (tutorial) hendaknya menciptakan suasana belajar yang dapat mendorong terbentuknya

konflik konstruktif, meningkatkan kemampuan fasilitator, sumber belajar yang memadai dan variasi karakteristik pemikiran dan keahlian anggota kelompok. Keefektifan PBL dapat dilaksanakan dengan skenario yang digunakan.11

Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antara kualitas skenario dengan keefektifan PBL hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin baik skenario pembelajaran yang diberikan maka akan semakin efektif pembelajaran PBL karena PBL berpusat pada mahasiswa dan permasalahan yang ada.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan dari seluruh responden yang menyatakan bahwa kualitas skenario diskusi PBL dengan hasil baik terdapat sebanyak 91 responden (54,2%), dan yang menyatakan kurang baik terdapat sebanyak 77 responden (45,8%). Diketahui bahwa dari seluruh responden yang menyatakan bahwa diskusi PBL adalah efektif terdapat sebanyak 103 responden (61,3%), dan yang menyatakan tidak efektif sebanyak 65 responden (38,7%). Terdapat hubungan antara kualitas skenario terhadap keefektifan diskusi Problem-Based Learning (PBL) bermakna karena nilai p=0,001<0,05.

Daftar Pustaka

1. Fadi M, Munshl, El Sayet, Diana, Dolmans. Develompment and unitility of a quesioner to evaluate the quality of PBL problems. South Asia of Medical Education Journal; 2008.

2. Sudarman. Problem based learning, suatu metode pembelajaran untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Universitas Samarinda. Jurnal Pendidikan Inovatif. 2007; 2(2).

(7)

Emergency Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Medulla|Volume 7|Nomor 4|November 2017 | 163 proyek-model

potensial-untuk-peningkatan mutu-pembelajaran

4. Ettiger RHH. Psychology, Science Behavior and Life. Printed in United States Of America. 2004.

5. Jonassen DH, Hung W. All Problem are Not Equal: Implications for Problem-Based Learning. Interdisiplinary Journal of Problem-Based Learning. 2008; 2(2):10-13.

6. Dolmans et all. Seven Priciples of Effective Case Design for a Problem-Based Curiculum. Medical teacher; 1997. Hlm.185-189

7. Wood D. ABC of learning and teaching in medicine: teaching small group BMJ; 2003.

8. Sockalingam N, Schmidt HG.

Characteristics of Problems for

Problem-Based Learning: The Students

Perspective. 2011 [disitasi tanggal 3 juli

2015]; 5(1). Tersedia dari:

http://docs.lib.purdue.edu/ijpbl/vol5/iss1 /3/.

9. Rukmini, Elisabeth. Evaluation of Pilot PBL Implementation at The Faculty of Medicine Atma Jaya Catholic University: Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia. 2006; 1(3): 69-76. 10. Nur C, Marchira CRP, Sumarni. Hubungan

Presepsi Mahasiswa Terhadap Tutorial

dengan Prestasi Belajar Blok 16

”Endocrine and Metabolism” di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia. 2008; 3(3):115-122. 11. Lisiswanti R, Sari MI, Wulan, AJ. Evaluasi Skenario Pelaksanaan Problem Based Learning (PBL) Menurut Mahasiswa FK Universitas Lampung Tahun 2010. Fakultas Kedokteran UNILA. 2011.

12. Amir, Taufik. Inovasi pendidikan melalui problem based learning. Jakarta: Kencana prenada media grup; 2010.

13. Emilia O. Pemaparan kurikulum PBL terintegrasi. Makalah dalam Seminar Problem Based Learning. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM; 2004.

14. Hartono, Sutanto. Analisa Data Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia; 2007.

15. Anggraeni F,Ns. Sri Muharni SKMK, Ns. Ropika Ningsih MK. Hubungan Peran Tutor dengan Aktualisasi Diri Mahasiswa Keperawatan dalam Proses tutorial (seven jumps) Pada Prodi Ilmu Keperawatan di Fakultas Kesehatan dan MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat tahun 2004. Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat; 2014. 16. Barrows H. Problem Based Learning

Applied to Medical Education. Springfield, Illinois: Southern Illinois University School of Medicine; 2000.

17. Liu , Min. Motivating Students Through Problem-based Learning. University of Texas: Austin; 2005.

Gambar

Tabel 4. Hubungan Kualitas Skenario Terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Yahudi dan Nasrani saja, namun juga untuk golongan agama lain seperti (Majusi, Shabi’in, Hindhu, Buddha, Kong Hu Cu serta memberikan kedudukan yang sama seperti

Berdasarkan korelasi antara hasil perhitungan RMR dengan roof span terowongan Eko-Remaja disimpulkan bahwa posisi penyanggaan terowongan yang diwakili oleh

Melihat dari semakin meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan PAM Jaya setiap tahun akibat meningkatnya nilai tukar dan inflasi serta tarif listrik dan BBM semakin tinggi

Tahap pertama adalah periode sebelum 16 Agustus 2009 yang merupakan proses naiknya fluida ke tempat yang lebih dangkal di bawah gunung api ini; tahap kedua adalah periode kompresi

coli yamg homolog, galur acuan yang dipakai untuk penyuntikan di atas yang sudah diketahui serotipenya baik galur akuan atau isolat lapang, lalu ditumbuhkan dalam media agar

Syarat-Syarat Bagi Pelaksana Pemberi Kerja Gemar Membaca, Kerjasama, dan Mandiri Pada akhir perkuliahan mahasiswa dapat menjelaskan tentang Ketentuan- ketentuan terkait

Berdasarkan penelitian secara in vivo , pemberian tanaman yang me- ngandung tanin mampu menurunkan jumlah cacing pada ruminansia (Athanasiadou et al., 2000; Paolini et al

Meskipun masalah keamanan ini sangat penting dalam dunia cyberspace, tetapi ada saja yang tidak memperhatikan atau kurang perhatian terhadap sistem keamanan