• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengukur Tekanan Darah modal dal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Mengukur Tekanan Darah modal dal"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MENGUKUR TEKANAN DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Anatomi Fisiologi Manusia

Yang dibina oleh Annie Istanti dan Bu Nuning Wulandari

Oleh

Offering A - Kelompok 5

1. Elis Yulianingrum (120341400033) 2. Lurdinha De Araujo (120341422022) 3. Novia Sigma Amalina (120341421960) 4. Titis Nur Ilmi (120341400021) 5. Yohana Wulandari (120341421993)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI

(2)

MENGUKUR TEKANAN DARAH

A. DASAR TEORI

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir didalam pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan. Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut 120 /80 mmHg.Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring (Frandson, 1992).

Sistole dan diastole merupakan dua periode yang menyusun satu siklus jantung.Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah yang kemudian diikuti oleh periode kontraksi atau sistole. Satu siklus jantung tersusun atas empat fase (Saladin, 2003),

1. Pengisian ventrikel (ventricular filling)

Adalah fase diastolik, saat ventrikel mengembang dan tekanannya turun dibandingkan dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel terisi oleh darah dalam tiga tahapan, yakni pengisian ventrikel secara cepat, diikuti dengan pengisian yang lebih lambat (diastasis), hingga kemudian proses diakhiri dengan sistole atrial. Hasil akhir diperoleh EDV (End Diastolic Volume), yang merupakan volume darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya kurang lebih 130 mL.

2. Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric contraction)

(3)

3. Pompa ventrikuler (ventricular ejection)

Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam ventrikel melampaui tekanan arterial, sehingga katup semilunaris terbuka.Harga tekanan puncak adalah 120 mmHg pada ventrikel kiri dan 25 mmHg pada ventrikel kanan.Darah yang keluar jantung saat pompa ventrikuler dinamakan Stroke Volume (SV), yang besarnya sekitar 54% dari EDV. Sisa darah yang tertinggal disebut End Systolic Volume (ESV); dengan demikian SV = EDV – ESV.

4. Relaksasi isovolumetrik (isovolumetric relaxation)

Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinya repolarisasi.Fase ini juga disebut sebagai fase isovolumetrik, karena katup AV belum terbuka dan ventrikel belum menerima darah dari atria.

Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah tekanan puncak yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut selama kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke pembuluh hilir sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih antara tekanan sistole dan diastole, ini yang disebut dengan blood pressure amplitude atau pulse pressure(Stegemann, 1981).

Pemeriksaan tekanan darah merupakan indikator penting dalam menilai fungsi kardiovaskuler. Tekanan darah sangat penting dalam sistem sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya dorong yang mengalirkan darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap (Siswanto,2005).

Menurut Darmawan (1987), tekanan darah timbul ketika bersirkulasi di dalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat sebagai jalan lewatnya darah.

Kekuatan tekanan darah disebabkan oleh dua faktor, yaitu : 1. Secara Langsung

a. Kekuatan pompa jantung, berkaitan dengan aktivitas jantung

(4)

c. Volume dan kepekatan darah, semakin banyak volume dan kepekatannya maka tekanan darahnya semakin naik karena ada energi potensial yang tersimpan.

2. Secara tidak Langsung

a. Sistem saraf (simpatis dan parasimpatis) dapat terganggu karena berbagai hal (stress, olahraga, bekerja, obat perangsang atau penenang).

b. Makanan yang dikonsumsi c. Umur dan jenis kelamin

d. Perubahan suhu, detak jantung akan meningkat setiap kenaikan suhu 100C (dikenal sebagai hokum Van’t Hoff).

Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung.Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan langsung ke dalam arteri.Pengukuran tidak langsung dilakukan dengan sphygmomanometer dan stetoskop.Sphygmomanometer atau tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr. Nikolai Korotkov, seorang ahli bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu. Sejak itu,sphygmomanometer air raksa telah digunakan sebagai standar emas pengukuran tekanan darah oleh para dokter. Tensimeter atau sphygmomanometer pada awalnya menggunakan raksa sebagai pengisi alat ukur ini. Sekarang, kesadaran akan masalah konservasi lingkungan meningkat dan penggunaan dari air raksa telah menjadi perhatian seluruh dunia. Bagaimanapun, sphygmomanometer air raksa masih digunakan sehari-hari bahkan di banyak negara modern.Para dokter tidak meragukan untuk menempatkan kepercayaan mereka kepada tensimeter air raksa ini (Guyton, 2006).

(5)

Agar sphygmomanometer masih dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah dengan baik, perlu dilakukan kalibrasi. Cara melakukan kalibrasi yang sederhana adalah sebagai berikut:

1. Sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level angka nol (0 mmHg).

2. Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buang rapat-rapat. Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari 2 mmHg (ke 198 mmHg). Disini kita dapat melihat apakah ada bagian yang bocor.

3. Laju Penurunan kecepatan dari 200 mmHg ke 0 mmHg harus 1 detik, dengan cara melepas selang dari tabung kontainer air raksa.

4. Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih dari 1 detik, berarti harus diperhatikan keandalan dari sphygmomanometer tersebut. Karena jika kecepatan penurunan terlalu lambat, akan mudah untuk terjadi kesalahan dalam menilai. Biasanya tekanan darah sistolik akan terlalu tinggi (tampilannya) bukan hasil sebenarnya. Begitu juga dengan diastolik.

Berbagai faktor mempengaruhi tekanan darah, seperti halnya aktivitas hormon, rangsang saraf simpatis, jenis kelamin, umur, suhu tubuh, termasuk juga diantaranya posisi dan aktivitas fisik.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Pada praktikum ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa sebagai berikut:

1. Mengukur tekanan arteri dan tekanan vena secara tidak langsung

2. Meneliti berbagai faktor yang mempengaruhi tekanan darah dan perbedaan besar antara tekanan arteri dan tekanan vena

(6)

D. CARA KERJA

1. Mengukur Tekanan Arteri

Memompa manset sampai tekanannya mencapai kurang lebih 160 mmHg, kemudian secara perlahan-lahan menurunkan tekanan dengan

membuka katup pembebas tekanan

Sambil mengamati ukuran tekanan, dan mendengarkan dengan hati-hati suara denyutan halus pertama yang terdengar, tekanan ini

dinamakan sistole

Meraba titik denyut nadi brakhial, kemudian meletakkan diafragma stetoskop di atas titik denyut nadi tersebut, memasang stetoskop pada

kedua telinga

Memantapkan manset dengan mengkaitkan ujung distalnya pada bagian bawah manset

Membebatkan manset pada lengan atas subyek persis pada siku dengan bagian untuk dipompa berada pada tengah-tengah permukaan

lengan

Meminta subyek untuk duduk dengan posisi yang nyaman dengan satu lengan ditumpangkan diatas meja (setinggi letak jantung) Membersihkan ujung stetoskop untuk telinga dengan alkohol 70 % dan

(7)

2. Memperkirakan Tekanan Vena \

E. DATA PENGAMATAN 1. Mengukur tekanan arteri

Ulangan Tekanan Sistole (mmHg) Tekanan Diastole (mmHG)

1 110 70

2 110 68

3 110 70

Meminta subyek untuk berdiri dekat dengan papan tulis, dengan sisi tubuh sebelah kanan mengahdap ke papan tulis dengan lengan tergantung

pada sisi tubuh

Menandai pada papan perkiraan ketinggian atrium kanan

Meminta subyek dengan pelan-pelan menaikkan dan menurunkan lengan kanannya dan mengamati vena superfisial pada bagain dorsal lengan

Mengulangi percobaan sampai ditemukan ketinggian yang tepat saat hilangnya vena dan memberi tanda pada papan tulis

Mengukur dalam mm jarak vertikal antara ketinggian atrium kanan dengan menghilangnya vena

Meneruskan menurunkan tekanan pada manset sambil tetap mendengarkan suara denyutan, bila suara denyutan menghilang mencatat suara terakhir yang terdengar, tekanan ini dinamakan distole

(8)

2. Memperkirakan tekanan vena Ulanga

n

Jarak vertikal antara atrium kanan dengan menghilangnya vena (mm)

1 360 didapatkan hasil tekanan sistole 110 mmHg dan tekanan diastole 68 mmHg. Pada ulangan ketiga didapatkan hasil tekanan sistole 110 mmHg dan tekanan diastole 70 mmHg. Jadi rata-rata tekanan diastole adalah 110 mmHg dan tekanan diastole adalah 69,3 mmHg. Selain itu untuk mengetahui tekanan denyutan maka dapat dilakukan perhitungan dengan menghitung selisih tekanan sistole dengan tekanan diastole :

Ulangan 1 : 110 mmHg - 70 mmhg = 40 mmHg Ulangan 2 : 110 mmHg - 68 mmhg = 42 mmHg Ulangan 3 : 110 mmHg - 70 mmhg = 40 mmHg

Berdasarkan perhitungan tersebut maka tekanan denyutan rata-rata adalah 61 mmHg.

2. Memperkirakan tekanan vena

Untuk memperkirakan menghitung tekanan vena maka dapat dilakukan pengukuran terhadap jarak vertikal antara atrium kanan dengan menghilangnya vena. Pada ulangan pertama, menghilangnya vena pada jarak 360 mm. Pada ulangan kedua menghilangnya vena pada jarak 280. Pada ulangan ketiga menghilangnya vena pada jarak 320 mm. Untuk menghitung tekanan vena maka dapat dihitung menggunakan rumus :

Pv = 1,056 x x mmHg 13,6

Jadi,

(9)

13,6

Berdasarkan perhitungan di atas maka tekanan vena rata-rata yaitu 26,85 mmHg.

G. PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data diatas didapatkan bahwa tekanan darah arteri subyek normal atau sehat. Hal tersebut sesuai Soewolo (1999) dengan pernyataan yang menyatakan bahwa dalam keadaan sehat tekanan sistol dan diastole seseorang adalah 120/80, artinya tekanan sistol = 120 mmHg sedangkan tekanan diastole = 80 mmHg. Perbedaan antara besarnya tekanan sistol dan diastole disebut tekanan denyutan, yang rata-ratanya adalah 40 mmHg. Setelah tiga kali pengukuran, dapat diketahui bahwa rerata tekanan darah arteri subyek yaitu tekanan sistole 110 mmHg dan tekanan diastole 69,3 mmHg serta perbedaan antara besarnya tekanan denyutan adalah 40,6 mmHg.

Pada titik saat pembuluh arteri membuka sedikit dan semburan darah melewatinya menghasilkan suara pertama,agak tajam seperti ketukan. Kemudian diikuti suara keras dan secara tiba-tiba berubah menjadi lebih redup,selanjutnya hilang sama sekali. Suara pertama seperti ketukan tersebut adalah darah sistol yaitu kekuatan darah mendorong dinding arteri ketika ventrikel kontraksi. Titik paling rendah saat suara masih dapat didengar, tepat sebelum hilang sama sekali, kira-kira sebanding dengan tekanan darah diastole atau kekuayan darah mendesak dinding arteri ketika ventrikel relaksasi. Tekanan sistol memberi informasi tentang kekuatan kontraksi ventrikel kiri, dan tekanan diastole memberikan informasi tentang tahanan pembuluh darah. Perbedaan antara besarnya tekanan sistol dan diastole disebut tekanan denyutan (Soewolo, 2005).

(10)

arteri. Metode yang digunakan adalah dengan membuat perkiraan (Basoeki, 2000).

Pengukuran tekanan vena dapat menggunakan vena jugularis (externa dexter) dengan titik nol (zero point) di tengah atrium kanan. Titik ini kira-kira berada pada perpotongan antara garis tegak lurus dari angulus Ludovici ke bidang yang dibentuk kedua linea midaxillaris (Guyton, 1990) Vena jugularis tidak terlihat pada orang normal dengan posisi tegak. Ia baru terlihat pada posisi berbaring di sepanjang permukaan musculus sternocleidomastoideus. JVP yang meningkat adalah tanda klasik hipertensi vena (seperti gagal jantung kanan). Peningkatan JVP dapat dilihat sebagai distensi vena jugularis, yaitu JVP tampak hingga setinggi leher; jauh lebih tinggi daripada normal (Basoeki, 1988).

Jantung memompa darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2 dan nutrisi. Aliran darah yang dipompa oleh jantung memberi tekanan pada didinding pembuluh darah. Tekanan ini disebut dengan tekanan darah (Chandra, 2009). Ketika praktikum, pengukuran tekanan vena dilakukan pada vena superfisial pada bagian dorsal lengan. Dimulai dari posisi lurus setinggi antrium, kemudian mulai menggerakkan lengan ke atas ataupun ke bawah hingga vena tidak nampak sama sekali. Selisih ketinggian dengan posisi sejajar antrium disimbolkan dengan x. Pengukuran dilakukan sebanyak satu kemudian dilakukan perhitungan dengan rumus:

Pv = 1,056x X

13,6 mmHg

Rerata nilai data pengukuran jarak vertikal antara ketinggian atrium kanan dengan menghilangnya vena setelah tiga kali ulangan adalah 320 mm. Kemudian dihitung tekanan vena menggunakan rumus dan hasilnya sebesar 24,84705 mmHg.

(11)

konsep mengenai cara penghitungan jarak ketinggian atrium kanan dengan menghilangnya vena.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aliran darah vena ke jantung antara lain diastole atrium, gerakan pernapasan, kontraksi otot rangka dan kegiatan katup semilunar Hasil pengamatan tekanan vena lengan yang sebesar 24,084705 mmHg memang kecil dibandingkan dengan tekanan arteri yang rata-ratanya adalah sistole sebesar 110 mmHg dan rata-rata diastole sebesar 69,3 mmHg. Hal ini dipengaruhi oleh tekanan atrium yang relaksasi setelah melakukan kontraksi yang mengosongkan darah di dalamnya sehingga tekanan darah yang sampai ke vena lengan yang posisinya semakin menjauhi jantung semakin kecil. Kemudian darah yang telah sampai ke vena tersebut ditahan untuk kembali ke arteri diantaranya karena setiap otot rangka berkontraksi akibatnya terjadi pemenjetan vena oleh oleh berkas otot yang berkontraksi sehingga darah terdorong kearah jantung dan tidak sebaliknya sebab pada vena ada katup semilunar yang mencegah aliran di dalmnya bergerak balik. Ketika otot relaks, aliran darah balik di dalam vena dihalangi oleh katup semilunar. (Soewolo, 1999).

H. KESIMPULAN

1. Tekanan darah arteri subyek yaitu tekanan sistole 110 mmHg dan tekanan diastole 69,3 mmHg serta perbedaan antara besarnya tekanan denyutan adalah 40,6 mmHg. Tekanan vena menggunakan rumus dan hasilnya sebesar 24,84705 mmHg.

(12)
(13)

DAFTAR RUJUKAN

Basoeki, Soedjono. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: depdiknas. Basoeki, Soedjono, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia.

Malang: JICA

Chandra, cahya. 2009. Tekanan Darah. (Online).

http://www.scribd.com/doc/27921568/Tekanan -Darah. Diakses pada tanggal 28 diakses pada 30 September 2014.

Darmawan, Iyan. 1987. Cairan Alternatif untuk Resusitasi Cairan : Ringer Asetat. Indonesia: Medical Departement PT. Otsuka Indonesia

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Edisi Keempat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Guyton, Arthur C.1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit edisi 3. Jakarta : EgC

Guyton, Artur C. Jonh E. Hall. 2006. Textbook Of Medical Physiology. Singapore: Elsevier. (ebook)

Siswanto, Y.2005. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Stroke Berulang. Jurnal Universitas Diponegoro Semarang.(Online) ( http:// eprints. undip. ac.id / 4942/ .pdf) , diakses pada 29 September 2014

Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang : JICA

Tortora, G. dan Nicholas P.A.. 1984. Principles of Anatomy and Physiology. New York: D Van Nostran Company.

Sugiarto, P. 2002. Gangguan Fungsi Luhur Pada Penderita Stroke. Berkala

Referensi

Dokumen terkait

Tindakan I, II dan III ini peneliti bertindak sebagai guru dan memandu siswa dalam proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Question Student Have (QSH),

Dari keempat alat analisis sektor konstruksi; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor jasa-jasa merupakan sektor unggulan di Kabupaten Sleman, dibuktikan

Pada saat praktikum lapang ilmu pengelolaan terumbu karang di pantai Kondang Merak, Kabupaten Malang pada tanggal 6 Desember 2014 kondisi perairan tidak

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa sistem layanan tertutup merupakan sistem yang tidak memperbolehkan pengguna untuk mencari dan mengambil sendiri koleksi

Gambar 4.1 simulasi pada kecepatan aliran 2 m/s proses cut plot analisis pressure Dari hasil proses cut plot analisis presure, dapat disimpulkan bahwa pada bagian depan

- Haikal berani mempertahankan keputusannya untuk pergi ke kampung ayahnya walaupun ibunya melarang. 6 Masyarakat yang bijak - Haikal dapat menyambung pelajaran ke universiti

Pencatatan dilakukan dengan segera setelah terjadi pengeluaran kas kecil, tidak ditangguhkan sampai dengan saat pengisian kembali dana kas kecil (seperti pada sistem dana tetap)..

Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak