• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN PEMBE LAJARAN SAINTIFIK DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDEKATAN PEMBE LAJARAN SAINTIFIK DALAM"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Erick Yolanda1,Dadan Suryana2 erickyolanda@gmail.com , dadan.suryana@yahoo.com Program Pascasarjana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

ABSTRAK

Paper ini adalah kajian yang berbasis library research. Paper ini mencoba mengkaji tentang pembelajaran saintifik dalam kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini. Dalam paper ini menguraikan, pertama bagaimana pembelajaran pendidikan anak usia dini berbasis kurikulum 2013 sesuai dengan Peraturan Menteri Kebudayaan Republik Indonesia nomor 146 Tahun 2014 tentang kurikulum 2013 PAUD. Kedua, menguraikan bagaimana konsep pembelajaran saintifik. Ketiga menguraikan bagaimana prinsip pembelajaran saintifik pada pembelajaran anak usia dini dalam kurikulum 2013. Dan keempat menguraikan tentang bagaimana tahapan pembelajaran saintifik anak usia dini dalam kurikulum 2013. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui kebijakan kurikulum 2013, pendekatan pembelajaran kurikulum 2013 dan implementasi pembelajaran saitifik pada anak usia dini.

Kata Kunci :Pembelajaran Saintifik, Kurikulum 2013, Pendidikan Anak Usia Dini.

ABSTRACT

This paper is a library-based study. This paper attempts to examine the scientific lesson in the Curriculum 2013 of Early Childhood Education. In this paper discusses, firstly how early childhood education education based on curriculum 2013 in accordance with the regulation of the minister of culture republic Indonesia number 146 of 2014 curriculum 2013 PAUD. Second, describes how the concept of scientific learning. Third describes how the principle of scientific learning in early childhood learning in the curriculum 2013. And fourth describes about how the early childhood learning phase in the curriculum 2013. The purpose of this study is to know the policy Curriculum 2013 early childhood, learning approach Curriculum 2013 early childhood and implementation of learning saitifik in early childhood.

Keywords: Scientific Learning, Curriculum 2013, Early Childhood Education.

A. Pendahuluan

Kurikulum menjadi hal yang penting untuk diperhatikan karena kurikulum

mengarahkan segala bentuk dan aktifitas proses pendidikan dalam rangka

1

(2)

tercapainya tujuan pendidikan. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara terus

menerus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemajuan teknologi. Kurikulum

memiliki struktur dan muatan yang memberi peluang pada anak untuk memperoleh

sejumlah pengalaman belajar. Suatu kurikulum dikatakan berhasil, harus

mengalami proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal

tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga

kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum

termasuk pembelajaran dan penilaian pembelajaran dan kurikulum.

Sedangkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 19, Kurikulum diartikan seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pada ayat 3 disebutkan bahwa kurikulum

disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dan jenis pendidikan dalam kerangka

Negara kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman dan

taqwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan dan minat

peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntunan pembangunan

daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan

teknologi dan seni, agama, dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan

nilai- nilai kebangsaan.

Kebijakan kurikulum dalam implementasinya tentunya memerlukan

beberapa pendekatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Selain itu

dengan memperhatikan tingkatan mutu agar menjadi manusia yang seutuhnya dan

(3)

pembelajaran yang terintegrasi sehingga pembelajaran tidak berdiri sendiri-sendiri

dan kegiatan belajar tidak menjadi beban anak tetapi menjadi taman untuk anak.

Oleh karena itu, integrasi menjadi suatu hal yang urgen agar pembelajaran

lebih bermakna karena melibatkan beberapa bidang pengembangan aspek dan ilmu

pengetahuan (science). Hal ini berarti setiap subjek pembelajaran memiliki

keterkaitan yang erat sehingga perlu sistem pembelajaran yang memiliki pendekatan

yang sesuai.

Pendekatan dalam kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

terdiri dari pendekatan; (1) Tematik Integratif, (2) Saintifik, (3) Bermain Kreatif,

dan (4) Kecerdasan jamak. Dalam hal ini tematik integratif dan saintifik merupakan

pendekatan utama yang harus digunakan dalam pengembangan kegiatan belajar

melalui bermain terutama bagi anak usia 3-4 tahun dan anak usia 4-6 tahun di

lembaga PAUD. Selanjutnya ada pilihan alternatif dalam pengembangan kegiatan

melalui bermain, yaitu pendekatan bermain kreatif dan kecerdasan jamak. Pada

paper ini akan membahas lebih lanjut tentang pembelajaran saintifik dalam

kurikulum 2013 PAUD.

B. Pembelajaran PAUD Berbasis Kurikulum 2013 (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 146 Tahun 2014)

Dalam rangka mengoptimalkan perkembangan anak melalui pendidikan

anak usia dini, program pendidikan harus disesuaikan dengan karekteristik anak

yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Progam pendidikan

harus memberikan rangsangan dorongan, dan dukungan kepada anak. Program

untuk anak harus memperhatikan seluruh aspek perkembangan anak serta

(4)

The National Association for the Education of Young Children (NAEYC)

dan the National Association of Early Childhood Specialists in State

Departements of Education (NAECS/SDE) as "organized framework that

delineates the content children are to learn, the process through which children

achieve the identified curricular goals, what teachers do to help children achieve

these goals, and the context in which teaching and learning occur'.

(Bredekamp & Rosegrant, 1992, Jackman, 2009).

Proses pengembangan kurikulum harus berkelanjutan, dapat dilakukan karen

dirincanakan atau insidental, tertulis atau tidak tertulis. “Membuat kurikulum yng

bagus untuk anak usia dini bukan masalah dalam praktek membuat perencanaan.

Namun pemahaman terkait dengan proses bagaimana anak berinteraksi dengan

mausia dan benda-benda sebagai arena untuk belajar”. (Gordon & Browne, 2004,

Jackman, 2009).

Adapun strategi pembelajaran yang bagus saat ini menurut hasil penelitian

perkembangan otak adalah pembelajaran yang dapat menumbuhkan dan

mengembangkan sel syaraf otak. Melalui pembelajaran yang mengaktifkan seluruh

panca indra anak dan anak mendapatkan pengalaman langsung dari aktifitas

belajarnya akan menjadikan stuktur otak berkambang baik. (Suryana, 2014)

Anak usia dini mengalami proses perkembangan yang fundamental dalam

arti bahwa pengalaman perkembangan pada masa usia dini dapat memberikan

pengaruh yang membekas dan berjangka waktu lama sehingga melandasi proses

perkembangan anak selanjutnya. Setiap anak memiliki sejumlah potensi, baik

(5)

proses perkembangan sangat pesat sehingga membutuhkan pembelajaran yang aktif

dan energik. (Suryana, 2013a)

Sejalan dengan itu pendidikan anak usia dini di Indonesia memiliki kekhasan

dibanding dengan yang diterapkan di berbagai negara. Kekhasan tersebut pada: (1)

cakupan rentang usia sasaran anak usia dini di Indonesia dari 0 – 6 tahun,

sedangkan di berbegai negara mencapai usia 8 tahun; (2) program layanan anak

usia dini di Indonesia terdiri atas Taman Kanak-Kanak (untuk anak 4-6 tahun),

Kelompok Bermain (prioritas anak usia 2-4 tahun), Taman Penitipan Anak

(prioritas usia 0-6 tahun), dan Satuan PAUD Sejenis (anak 0-6 tahun); (3)

jalur pendidikan. Taman Kanak-Kanak masuk dalam jalur pendidikan formal,

sedangkan Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak, dan Satuan PAUD

Sejenis masuk dalam jalur pendidikan non formal. (Direktorat Pembinaan

Pendidikan Anak Usia Dini : 2015)

Kekhasan tersebut menjadikan PAUD di Indonesia spesifik dalam

penyelenggaraannya karena setiap program layanan memiliki kekhasan

masing-masing. Namun demikian semua program layanan PAUD memiliki tujuan yang

sama yakni mengembangkan seluruh potensi anak yang mencakup aspek nilai

agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, serta seni

untuk mencapai kesiapan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan anak usia dini termuat dalam Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 28. Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan telah memiliki arah pembangunan PAUD 2011 –

2045 yang dibagi dalam 5 tahap yakni: (1) tahap perluasan layanan dari tahun

(6)

standarisasi mutu nasional dari tahun 2015 – 2025 tahun, (4) tahap standar

mutu internasional tahun 2025–2035, dan (5) tahap layanan paripurna tahun 2035

- 2045. Dengan arah pembangunan jangka panjang demikian diharapkan tahun

2045 di saat Indonesia mencapai (Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia

Dini : 2015).

Gambar 1

Arah Pembangunan PAUD 20112045

Sumber : Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2015

Kurikulum memandu pendidik dan tenaga kependidikan dalam

memfasilitasi program pendidikan berkualitas yang mendukung tercapainya

tujuan pendidikan. Kurikulum PAUD harus mampu memberikan kontribusi

kepada anak untuk mengembangkan seluruh potensinya sehingga memiliki

kemampuan yang berharga dalam mencapai keberhasilan di jenjang pendidikan

berikutnya. Kurikulum menjadi panduan dalam penyiapan sumber daya manusia

berkualitas di masa datang yang dapat mengisi kebutuhan tenaga terdidik yang

(7)

Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dirancang dengan

karakteristik sebagai berikut (Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014) :

1. Mengoptimalkan perkembangan anak yang meliputi: aspek nilai agama dan

moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni yang

tercermin dalam keseimbangan kompetensi sikap, pengetahun, dan

keterampilan;

2. Menggunakan pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik dalam

pemberian rangsangan pendidikan;

3. Menggunakan penilaian autentik dalam memantau perkembangan anak; dan

4. Memberdayakan peran orang tua dalam proses pembelajaran.

Tujuan Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dari Permendikbud

Nomor 146 Tahun 2014 ini adalah bahwa Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia

Dini bertujuan untuk mendorong berkembangnya potensi anak agar memiliki

kesiapan untuk menempuh pendidikan selanjutnya.

Dalam Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014 dijelaskan, pembelajaran

adalah proses interaksi antara pendidik dengan anak melalui kegiatan bermain

pada lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan dengan menggunakan

berbagai sumber belajar. Pembelajaran anak usia dini berpusat pada anak.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan saintifik yang

mencakup rangkaian proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

menalar, dan mengomunikasikan. Keseluruhan proses tersebut dilakukan

dengan menggunakan seluruh indera serta berbagai sumber dan media

(8)

C. Konsep Pembelajaran Saintifik

Saintifik berasal bahasa Inggris Scientificyang berarti ilmiah, yaitu bersifat

ilmu, secara ilmu pengetahuan atau berdasarkan ilmu pengetahuan. Sedangkan

approach yang berarti pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi,

menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang sesuatu. Dengan

demikian, maka pendekatan ilmiah (Scientific Approach) dalam pembelajaran

yang dimaksud disini adalah bagaimana metode pembelajaran diterapkan

berdasarkan teori tertentu ilmiah. Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang

menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan

menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah

(scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada

pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode

ilmiah.

Seefeldt dan Barbour (1994:490-492) menyebutkan bahwa kemampuan

sains proses pada anak usia dini, di antaranya: kemampuan mengamati,

mengklasifikasikan, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan, dan

mengaplikasikannya berdasarkan pengalaman sains yang diperolehnya. Sains

dapat mengajak anak untuk berpikir kritis, karena dengan sains anak tidak begitu

saja me-nerima atau menolaksesuatu. Dari pemaparan penjelasan di atas maka

kemampuan sains sebaiknya melibatkan aspek pengetahuan afektif dan psikomotor

sehingga pengetahuan untuk memahami konsep diperoleh melalui proses berpikir

dengan memiliki keterampilan proses sikap ilmiah. Pemahaman ini ber- manfaat

bagi anak untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat

(9)

Sains menurut Carin (1989:4) adalah sistem tentang alam semesta yang

diperoleh melalui pengumpulan data dengan cara observasi dan eksperimen

terkontrol. Brewer (2007 : 386) menyatakan sains adalah proses mengamati,

berpikir, dan merenungkan tindakan dan peristiwa. Proses saintifik adalah sebuah

siklus dari pembentukan hipotesis, mengumpulkan data, mengkonfirmasikan atau

menolak berbagai hipotesis, membuat generalisasi, kemudian mengulangi siklus

(Carin, 1989:4). Ketrampilan dasar yang digunakan dalam proses saintifik

mencakup pengamatan, mengelompokkan dan membandingkan, mengukur,

mengomunikasikan, melakukan eksperimen, menghubungkan, menyimpulkan dan

mengaplikasikan.

Brewer (2007:386) mendefinisikan sains proses adalah bagaimana anak

membangun rasa ingin tahunya dengan mengajukan pertanyaan, investigasi, dan

mendapatkan jawaban serta membagi jawaban kepada temannya yang lain, yang

dilakukan melalui observasi, klasifikasi, menarik ke-simpulan, dan berkomunikasi.

Abruscato (1992:6-9) mendefinisikan sains proses adalah proses keingintahuan

anak bertanya mengapa, apakah, kapan, dan mengapa pada lingkungan yang

dihadapinya. Kemampuan proses meliputi observasi, klasifikasi, menarik

kesimpulan, dan berkomunikasi. Sains proses adalah kemampuan siswa untuk

memperoleh informasi baru melalui pengalaman yang konkret. Kemampuan proses

meliputi observasi, klasifikasi, mengukur dan berkomunikasi (Rosalind, Karen,

1995:54). Sains proses adalah cara untuk memperoleh pengetahuan. Cara

memperoleh pengetahuan melalui observasi, eksperimen, menemukan konsep

maupun merumuskan berbagai teori (Ali Nugraha, 2007:5).

(10)

pembelajaran untuk tingkat pendidikan anak usia dini digunakan pembelajaran

tematik dengan menggunakan pendekatan saintifik. Permendikbud (2013-c:9)

menjelaskan bahwa, “Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik

modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah meliputi

mengamti, menanya, mengumpulkan informasi / mencoba, mengasosiasikan /

menalar, dan mengkomunikasikan”.

Penjelasan Sudarwan dalam (Permendikbud, 2013-a:201) bahwa,

“Pendekatan saintifik bahwa pendekatan inti bercirikan penonjolan dimensi

pengamatan, penalaran, penemuan, dan penjelasan tentang suatu keberadaan”.

Menurut Permendikbud (2013-a:202) Proses pembelajaran disebut ilmiah jika

memenuhi kriteria seperti berikut ini:

a. Subtansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau

fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu;

bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

b. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru peserta

didik terbatas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subyektif, atau

penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,

d. analisis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan

masalah, dan mengaplikasikan subtansi atau materi pembelajaran.

e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik

dalam melihat perbedan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari subtansi

atau materi pembelajaran.

(11)

menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif

dalam merespon subtansi atau materi pembelajaran.

g. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung

jawabkan.

h. Tujuan pembelajaran di rumuskan secara sederhana dan jelas, namun

menarik sistem penyajiannya.

Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut

ini. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang

dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,

khayalan, legenda, atau dongeng semata. Penjelasan guru, respon anak didik, dan

interaksi edukatif guru-anak didik terbebas dari prasangka yang serta-merta,

pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

Mendorong dan menginspirasi anak didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat

dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan

substansi atau materi pembelajaran. Mendorong dan menginspirasi anak didik

mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama

lain dari substansi atau materi pembelajaran. Mendorong dan menginspirasi anak

didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang

rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran. Berbasis

pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan

pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem

penyajiannya. (Suryana, 2017)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulakan bahwa pendekatan

(12)

pada struktur logis dengan tahapan mengamati, menanya, mencoba, menganalisis,

dan mengkomukasikan.

D. Prinsip Pembelajaran Saitifik

The science curriculum in an early childhood environment should be shout

"Pleasen touch! Please explore! "We must nourish young children's excitement

about learning and encourage them to ask "What would happen if. . . ?, "Then give

them the materialsto find out the answers.(Jackman, 2001)

Pembelajaran anak usia dini harus dapat memberikan kesempatan kepada

anak untuk mendapatkan proses pembelajaran yang ilmiah. Hal ini akan berdampak

kepada kemampuan berpikir dan wawasan anak saat mereka melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Proses ilmiah yang dapat dilakukan adalah

dengan pendekatan saintifik. (Suryana, 2017)

Terdapat lima standar pembelajaran saintik pada anak usia dini diantaranya

(Inan, 2009) :

1. Children develop inquiry skills (Anak-anak mengembangkan keterampilan

penyelidikan)

2. Children observe and investigate matter and energy(Anak-anak mengamati

dan menyelidiki materi dan energi)

3. Children observe and investigate living things (Anak-anak mengamati dan

menyelidiki makhluk hidup).

4. Children observe and investigate the Earth (Anak-anak mengamati dan

menyelidiki Bumi).

5. Children gain experience in using technology (Anak-anak mendapatkan

pengalaman dalam menggunakan teknologi).

Prinsip pembelajaran anak usia dini sebagai berikut (Haenilah, 2015:85):

a. Anak belajar dari kenyataan(real learning);

(13)

c. Mendorong anak untuk terlibat langsung(hand on exprerinces);

d. Belajar dengan cara berbuat(learning by doing);

e. Belajar dilandasi perasaan senang(enjoyment);

f. Belajar bersifat menantang(challengging);

g. Tidak memisahkan anak dari kebutuhan bermain(playful).

Berdasarkan hal di atas bahwa, prinsip pembelajaran dalam pendekatan

saintifik guru memperhatikan anak belajar dari kenyataan, anak belajar secara nyata,

mendorong anak untuk terlibat langsung dalam pengamatan, belajar dengan cara

berbuat, belajar dilandasi perasaan senang, belajar bersifat menantang untuk

mengasah kemampuan berpikir anak serta kegiatan pembelajarannya tidak

memisahkan dari kebutuhan bermain.

Menurut Haenilah (2015:94) menjelaskan bahwa upaya membelajarkan anak

melalui pendekatan ilmiah berbasis bermain membawa konsekwensi terhadap

pengelolahan lingkungan belajar anak. Beberapa hal penting yang harus

diperhatikan oleh pendidikan adalah harus menyediakan kesempatan main di dalam

dan di luar ruangan, menyediakan kesempatan bagi anak untuk mengadakan

hubungan dengan temannya dalam lingkungan yang kaya dengan bahasa, mampu

mencontohkan dan mendukung perkembangan bahasa anak untuk memecahkan

masalah, menyediakan bermacam-macam bahan main, dan mengembangkan

sejumlah permaianan yang dapat menstimulus sejumlah kegiatan belajar anak.

Menurut Haenilah (2015:99) prinsip yang harus diperhatikan agar

menguatkan pembelajaran yang dilandasi oleh pendekatan ilmiah, di antaranya;

a. Pembelajaran harus berpusat pada keterlibatan anak secara langsung

(hand on expreriences);

b. Pembelajaran harus membangun pengertian sendiri(Students sellf concept);

(14)

e. Pembelajaran harus memberikan kesempatan pada serta anak untuk

mengasimilasi dan mengakomodasi pengalamannya;

f. Pembelajaran harus mendorong terjadinya peningkatan

kemampuan berpikir siswa;

g. Pembelajaran harus menjadi wahana yang menyenangkan sehingga akan

membentuk anak merasa butuh untuk belajar;

h. Pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada anak untuk melatih

kemampuan berbahasa, sains, sosial-emosi melalui tanggung jawab,

kemandirian, moral-agama, melalui pembiasaan karakter baik, seni melalui

tertarik pada suatu karya dan mengahargai karya orang lain, serta aktivitas

motorik.

Sedangkan menurut Sujiono (2013:90-94) prinsip pembelajaran anak usia

dini adalah sebagai berikut:

a. Anak sebagai pembelajar yang aktif

Guru hendaknya mengarahkan anak untuk menjadi pembelajar yang aktif.

Anak terbiasa belajar dan mempelajari berbagai aspek pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan melalui berbagai aktivitas mengamati, mencari,

menemukan, mendiskusikan, mengumpulkan dan mengemukakan sendiri

berbagi hal yang ditemukan pada lingkungan sekitar.

b. Anak belajar melalui sensori dan panca indera

Anak memperoleh pengetahuan melalui sensorinya, anak dapat melihat melalui

bayangan yang ditangkap oleh matanya, anak dapat mendengarkan melalui

telinganya, anak dapat merasakan panas dan dingin lewat perabaannya, anak

dapat membedakan bau melalui hidung dan anak dapat mengatahui aneka rasa

melalui lidahnya. Oleh karenanya, pembelajaran pada anak hendaknya

mengarahkan anak pada pada berbagai kemampuan yang dapat dilakukan oleh

seluruh inderanya.

c. Anak membagun pengetahuan sendiri

(15)

d. Anak berpikir melalui benda konkrit

Anak diberikan pembelajaran dengan benda-benda yang nyata agar tidak

bingung. Artinya anak dirangsang untuk berpikir dengan metode pembelajaran

yang menggunkan benda nyata sebagai contoh materi-materi pelajaran.

e. Anak belajar dari lingkungan

Anak akan mengembangkan potensi secara optimal sehingga anak mampu

beradaptasi dengan lingkungannya.

Berdasarkan hal di atas disimpulkan bahwa, prinsip pembelajaran anak usia

dini dalam pendekatan saintifik meliputi anak sebagai pembelajar yang aktif, anak

belajar melalui sensori dan panca indera, anak membangun pengetahuan sendiri,

anak berpikir melalui benda konkrik serta anak belajar dari lingkungan.

E. Tahapan Pendekatan Saintifik pada Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam kurikulum 2013 PAUD (Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014)

pendekatan saintifik meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi, menalar, dan mengomunikasikan.

Gambar 2

Tahapan Pendekatan Saintifik

1. Mengamati

Mengamati dilakukan untuk mengetahui objek di antaranya dengan

menggunakan indera seperti melihat, mendengar, menghidu, merasa, dan

meraba.

2. Menanya

Anak didorong untuk bertanya, baik tentang objek yang telah diamati

(16)

3. Mengumpulkan Informasi

Mengumpulkan informasi dilakukan melalui beragam cara, misalnya: dengan

melakukan, mencoba, mendiskusikan dan menyimpulkan hasil dari berbagai

sumber.

4. Menalar

Menalar merupakan kemampuan menghubungkan informasi yang sudah dimiliki

dengan informasi yang baru diperoleh sehingga mendapatkan pemahaman

yang lebih baik tentang suatu hal.

5. Mengomunikasikan

Mengomunikasikan merupakan kegiatan untuk menyampaikan hal-hal yang

telah dipelajari dalam berbagai bentuk, misalnya melalui cerita, gerakan, dan

dengan menunjukkan hasil karya berupa gambar, berbagai bentuk dari adonan,

boneka dari bubur kertas, kriya dari bahan daur ulang, dan hasil anyaman.

Gambar 3

Arah Kualitas Sikap dan Pengetahuan Anak Capaian Pendidikan Anak Usia Dini

Sumber : Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2015

Dapat disimpulkan secara sederhana bahwa Kurikulum 2013 PAUD

mengembangkan kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai satu

(17)

tersebut memiliki fokus arahan dan bila disatukan membangun kompetensi lulusan

PAUD yang memiliki kesiapan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pembentukan

sikap diarahkan membangun kemampuan fungsi eksekutif (executive function)

yang ditenggarai dengan (1) kemampuan memori kerja otak dalam mengatur

kemampuan mempertahankan dan mengelola informasi berbeda dalam waktu

singkat. (2) fleksibilitas mental yang membantu mempertahankan respons dari

tuntutan yang berbeda dalam waktu singkat. (3) kontrol diri dalam hal

menentuan prioritas and menolak tindakan/respons yang menarik. Pembentukan

pengetahuan konseptual untuk membangun kemampuan kreatif dengan

menggunakan cara berpikir tinggi (higher order thinking). Pengembangan

keterampilan berpikir runut prosedural yang diterapkan baik melalui

pembiasaan (habituasi) maupun pendekatan saintifik (saintific approach).

(Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2015).

(18)

Bertanya tentang apa yang pernah

tidak dapat terpisahkan. Setiap subkomponen tersebut memiliki fokus arahan dan

bila disatukan membangun kompetensi lulusan PAUD yang memiliki kesiapan

mengikuti pendidikan lebih. prinsip pembelajaran dalam pendekatan saintifik guru

memperhatikan anak belajar dari kenyataan, anak belajar secara nyata, mendorong

anak untuk terlibat langsung dalam pengamatan, belajar dengan cara berbuat,

belajar dilandasi perasaan senang, belajar bersifat menantang untuk mengasah

kemampuan berpikir anak serta kegiatan pembelajarannya tidak memisahkan dari

kebutuhan bermain. Dalam kurikulum 2013 PAUD (Permendikbud Nomor 146

Tahun 2014) pendekatan saintifik meliputi kegiatan mengamati, menanya,

(19)

DAFTAR PUSTAKA

ALdarabah, I. T., & Al-Mouhtadi, R. (2015). Investigate the child’s scientific activities on practical child’s activity books for the kindergarten’s children. International Education Studies, 8(4), 68–79.https://doi.org/10.5539/ies.v8n4p68

Brewer, Jo Ann, (2007). Introduction to Early Childhood Education. Boston: Pearson Education, Inc.

Carin, Sund. (1989). Teaching Science Through Discovery, Colombus, Ohio: Merril Publishig Company.

Direktoran Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini. (2015) Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.

Inan, H. Z. (2009). Science education in preschool: How to assimilate the Reggio Emilia pedagogy in a Turkish preschool. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching,10(2), 1–11.

Jackman.H. L, (2009). Early Education Curriculum (A Child's Connection to the world). NY: Cengage Delmar Leaming.

Jackman, H. L. (2001). Early Education Curriculum (A Child’s Connection to the

World).Early Education(Second Edi). United States: Delmar Thomson Learnig. Nugraha, Ali. (2007). Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini.

Bandung, JILSI Foundation.

Haenilah. E. Y. (2015). Kurikulum dan Pembelajaran PAUD. Yogyakarta: Media Akademi.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 137 Tahun 2014. Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 146 tahun 2014. Tentang Kurikulum 2013Pendidikan An ak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Seefeldt, Carol & Nita Barbour. (1994). Early Childhood Education, USA: Macmillan College Publishing Company.

Suryana, Dadan. (2013a). Pendidikan Anak Usia Dini (Teori dan Praktik Pembelajaran). Padang: UNP Press.

(20)

Suryana, Dadan. (2014). Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Perkembangan Anak.Pesona Dasar,1(3), 65–72.

Gambar

Gambar 3Arah Kualitas Sikap dan Pengetahuan Anak
Langkah-LangkahTabel 1Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia nikmat iman, taqwa, kecerdasan dalam kehidupan, dengan rahmat dan hidayah-Nya

Bila lokasi gua hanya dinikmati secara sepintas/ ada satu lagi yang hilang dari sejarah gua selarong/ yakni sebagai penghasil jambu biji// Simbah-simbah yang menjajakan dagangannya

Bawang putih merupakan terna yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 30-.. 60 cm dan membentuk rumpun.Sebagaimana kelompok monokotiledon, akarnya

Echo digunakan untuk menampilkan tulisan seperti ditunjukkan pada gambar 3.13 yang dapat disisipkan tag HTML, atau menampilkan variabel seperti ditunjukkan pada gambar 3.14.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) tingkat efektivitas pajak daerah di provinsi Maluku

Sehingga tujuan dari tugas akhir ini untuk merancang dan membangun jaringan hotspot serta menggunakan bahasa pemrograman HTML untuk membuat page login hotspot

Guru atas nama: Susilowati, S.Pd lahir di Surabaya, 12 Juni 1976 pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 aktif melaksanakan tugas sebagai Guru Kelas/Mata Pelajaran ....

Terdapat 5 variabel yang menjadi penilaian pada penelitian ini yaitu lokasi; bangunan; dan kebersihan lingkungan, fasilitas sanitasi, higiene perorangan penjamah makanan atau