• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Klinik Tanaman. doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Klinik Tanaman. doc"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ubi jalar atau “sweet potato” yang merupakan salah satu komoditas pangan yang penting, setelah padi, kedelai dan jagung (Sumarwoto, et all. 2008). Ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang berprospek cerah, produk ubi jalar tidak hanya potensial sebgai sumber karbohidrat dalam tatanan bahan pangan bagi sebagian penduduk dunia, tetapi juga multi guna untuk diproyeksikan untuk bahan baku berbagai industry dan pakan ternak. Citra ubi jalar dapat di tngkatkan menjadi komoditas sampai ke pasar internasional.

Di Indonesia pemanfaatan ubi jalar masih terbatas sebagai bahan pangan dan sedikit sebagai bahan baku industri. Padahal, didunia internasional dibawah perserikatan bangsa-bangsa (PBB) telah meliriknya sebagai tanaman pangan yang sangat relevan untuk dikembangkan. Ubi jalar sangat potensial dikembangkan melalui program diversivikasi baik sebagai bahan mentah (dalam bentuk ubi segar), produk setengah jadi(tepung ubi jalar dan pasta ubi jalar), atau produk akhir berupa pangan olahan (kripik,gula cair atau sirup). Potensi itu masih belum dihiraukan oleh masyarakat. Padahal, kuantitas ubi jalar cukup melimpah dan kuantitasnya dapat diataur karena tanamannya mudah dibudidayakan oleh petani.

(2)

B. Tujuan

1. Melihat problema tanaman di lapangan.

2. Melakukan diagnosis yangberkualitas dengan cara penyusunan formulasi tanda penyakit dan melihat gejala serta tanda penyakit dan konsultasi dengan pemilik tanaman.

(3)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Diagnosis Pada Bercak –Bercak Daun

Penyakit bercak-bercak daun yang disebabkan oleh bacteria juga mempunyai gejala-gejala karakteristik yang umum. Mula-mula transculen (agak tembus cahaya), kemudian bercak-bercak itu berubah menjadi warna gelap dan tidak tembus cahaya (opaque). Bila cuaca lembab, maka bercak-bercak itu akan mengeluarkan tetesan lender bacteria yang bila mongering setitik kecil kerak lendir. Bila kena tetesan air maka lendir menyebar menjadi suatu lapisan bacteria yang tipis. Acapkali bercak-bercak daun mempunyai tepi yang bersudut-sudut sebab dibatasi oleh tulang-tulang daun. Pada cabang atau buah bercak-bercaknya bisa berukuran kecil (spots) sampai besar (blights), mula-mula transcullent, lalu menjadi gelap warnanya, bentuknya bulat atau lonjong (oval) dan tidak bersudut-sudut (Streets, R., 1980). Berikut cara mendiagnosis bercak-bercak pada daun:

1. Mendorong sporulasi

2. Pembuatan sediaan sementara untuk pengamatan mikroskop 3. Memperbaiki spora dan jaringan yang rusak (collapsed) dan kering 4. Pembuatan sediaan semi-permanen untuk mikroskop

5. Pembuatan seksi/irisan dari materi yang segar atau kering 6. Modifikasi iklim kering

7. Menentukan waktu-optimal untuk sterilisasi permukaan: Larutan Rada untuk Verticillium dll

(4)

9. Mengurangi kontaminasi permukaan dari akar-akar kecil dengan cara melakukan pencucian yang lama, dll

10. Inokulasi dengan potongan-potongan kecil dari jaringan yang mendapat infeksi, pada Bryophyllum untuk menguji Bacteria “Crown Gall”, pada buah apel untuk menguji Pytophtora.

(Streets, R., 1980)

B. Penyakit Tanaman

Dari segi biologi penyakit tumbuhan adalah proses fisiologi yang normal dalam badan tumbuhan, misalnya terjadinya disintegrasi jaringan, gangguan pada pertumbuhan, gangguan reproduksi, kekurangan air, merana dan gangguan respirasi. Penyakit tumbuhan sendiri bukanlah keadaan, tetapi suatu proses, sedangkan keadaan adalah hasil dari penyakit. Misalnya tanaman kerdil, belang-belang dan menguning; ini merupakan gambaran penyakit atau kompleks gejala (Triharso, 2004)

Pengukuran seringkali masih bersifat subjektif sehingga dalam mengkuantitatifkan penyakit perlu dibuat standar diagram yang spesifik untuk masing-masing jenis tanaman, pathogen, penyakit, lokasi dan bagian tanaman yang diserang (misalnya daun muda, daun tua, atau keseluruhan daun). Dalam kaitannya dengan epidemitologi, penyakit tumbuhan biasanya diukur dalam kejadiaan dan intensitas penyakit (Sinaga, M.S.,2003).

Adapun kegiatan perlindungan tanaman adalah:

(5)

istilah penyakitnya masih sehat, yang diperlakukan atau diusahakan dengan tindakan tertentu, agar tanaman tidak terganggu atau terinfeksi.

2. Pemberantasan, pada kegiatan ini sasaran yang akan kita perlakukan atau yang menjadi sasaran tindakan perlakuan kita adalah sudah terserang, lalu dilakukan sekurang-kurangnya mengurangi jumlah jasad pengganggu atau menghentikan kerusakan yang ditimbulkan oleh jasad pengganggu.

3. Pengendalian atau pengelolaan, mengelola suatu jasad penganggu yang diketahui biasa mengganggu, dengan mengelolanya dengan baik, dengan cara pencegahan dan pemberantasan (Djafaruddin, 2007).

C. Morfologi Ubi Jalar

(6)

D. Jenis Patogen yang menyerang ubi jalar

Penyakit yang sering menyerang tanaman ubi jalar adalah dari golongan cendawan dan virus.

1. Penyakit Layu Fusarium 2. Penyakit kudis

3. Penyakit bercak daun coklat (Brown leaf spot). (Juanda dan Cahyono, 2000)

Penyakit utama ubi jalar adalah kudis yang disebab-kan oleh Elsinoe batatas, yang me-nyebabkan keriting pada daun, mengakibatkan tanaman menjadi

(7)

III.METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum meliputi gunting,Cplastik, label dan kamera. Bahan yang digunakan dalam praktikum meliputi area tanaman ubi jalar yang akan didiagnosis penyakitnya dan bahan ajar sebagai acuan dalam melakukan diagnosis lapangan.

B. Prosedur Kerja

1. Mendatangi lokasi kebun ubi jalar di Karangwangkal.

2. Mengidentifikasi tanaman yang terserang penyakit secara diagonal. 3. Menghitung tanaman yang terserang penyakit dengan rumus:

IP =

(n x v)

N x Z

(8)

IV. HASIL DAN PEMBHASAN

A. Hasil Pengamatan

Perhitungan intensitas serangan penyakit pada tanaman ubi jalar. Pengamatan dilakukan secara diagonal dengan mengambil 5 sampel tanaman dari tiap titik.

Hasil pengamatan lapangan intensitas penyakit pada ubi jalar: 0 = 1

1 = 0-25% Sampel 1 19% skor 1 2 = > 25% Sampel 2 10% skor 1 3 = > 25-50% Sampel 3 0% skor 0 4 = > 50-75% Sampel 4 0% skor 0 5 = >75% Sampel 5 0% skor 0

IP Penyakit Ubi Jalar =

(n x v)

N x Z

=

(1x1)+(1x1)+(0x3) 5x5

=

252

x

100%

(9)

= 8 %

Keterangan: n = Jumlah tanaman terserang v = Kategori serangan

N = Jumlah sampel Z = Skor tertinggi

Jadi, intensitas serangan penyakit pada tanaman ubi jalar sebesar 8%.

B. Pembahasan

Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 8 April 2015 bertempat di kebun dekat perumahan saphire Karangwangkal dilahan kosong digarap oleh Pak Imam. Diagnosis lapangan dilakukan dengan pengambilan sampel secara diagonal dengan mengambil 5 sampel tanaman yang terserang. Berbekal referensi yang telah didapat dari berbagai pustaka yang dicari sebelum dilaksanakan praktikum, pengamatan di lakukan dengan cara melihat keadaan tanaman serta lingkungan yang mempengaruhinya dan melakukan identifikasi penyakit tanaman yang menyerang ubi jalar dengan melihat gejala serta tanda penyakitnya yang ada di lapangan dengan referensi yang telah dicari sebelum melaksanakan praktikum.

(10)

Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, ubi jalar yang kelompok kami amati varietas cilembu dan ubi ungu, terserang penyakit bercak daun serta virus kuning. Tanaman yang terserang pada setiap sampel yang diamati kemudian dihitung tingkat intensitas serangan penyakitnya menggunakan rumus:

IP =

(n x v)

N x Z

Menurut Martanto (2010), gejala kudis pada ubi jalar berupa bercak berwarna coklat, berbentuk bulat tidak beraturan, satu bercak dapat meluas dan akan bersatu dengan bercak yang lain. Infeksi cendawan Elsino batatas penyebab kudis pada ubi jalar, tanaman membentuk lapisan gabus di lapisan epidermis dan sub-epidermis.

Intensitas serangan penyakit pada tanaman ubi jalar berdasarkan hasil pengamatan yang telah diamati sebesar 8%. Dari hasil intensitas penyakit bercak daun yang menyerang tanaman ubi jalar masih dalam batas tidak merugikan, karena tanaman masih dapat tumbuh dan berproduksi dan tidak menghambat perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Namun untuk mencegah agar penyakit tidak menyebar dan menginfeksi tanaman yang sehat, perlu dilakukan pengendalian.

(11)

Penularan dilapangan dibantu oleh percikan air hujan yang akan menularkan pathogen dari bagian bawah ke bagian atas tanaman.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan petani di lahan, didapatkan informasi mengenai kendala yang dialami oleh petani yang paling merugikan yaitu serangan hama dari tikus, karena penyerangannya dapat mencapai 25% kehilangan hasil panen. Dilahan yang ditanami ubi jalar berdasarkan hasil wawancara, tidak dilakukan pengendalian apapun seperti pencabutan gulma maupun tanaman yang terserang penyakit. Oleh karena itu, berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan, pengendalian penyakit bercak daun pada tanaman ubi jalar menurut kelompok kami adalah:

1. Melakukan sanitasi lingkungan, melihat kondisi lahan pertanaman ubi jalar yang banyak ditumbuhi gulma membuat tingkat kelembaban menjadi meningkat sehingga menimbulkan potensi pertumbuhan pathogen penyakit semakin cepat meningkat.

2. Memangkas bagian tanaman yang sakit dan membasminya, agar tanaman sehat tidak terserang penyakit bercak daun.

Menurut Juanda dan Cahyono (2000), pengendalian penyakit kudis dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Menanam varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit kudis, misalnya varietas SQ 27, BIS-183, Daya, Borobudur, BIS 29, Maria dan Numfor II (Irian Jaya), rosi Pangkur Merah, Sawitri dan Gedang;

(12)

4. Menanam ubi jalar dari klon campuran yang mempunyai daya hasil tinggi; 5. Menyempurnakan drainase pada musim hujan;

6. Memberikan mulsa jerami pada bedeng-bedeng tanaman ubi jalar;

7. Menggunakan bibit ubi jalar yang berasal dari setek yang bebas penyakit; 8. Membersihkan sisa-sisa tanaman (sanitasi kebun);

9. Memangkas bagian tanaman yang sakit dan membakarnya; 10. Mencelupkan bibit setek pada larutan fungisida;

(13)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Masalah yang dijumpai ketika melakukan diagnosis lapangan pada tanaman ubi jalar yaitu rapatnya jarak tanam sehingga dapat memicu tumbuhnya pathogen pada tanaman.

2. Penyakit yang ditemukan saat diagnosis tanaman yaitu bercak daun/kudis pada daun ubi jalar.

3. Kerusakan yang terjadi akibat serangan penyakit Elsino batatas masih dalam batas yang tidak merugikan.

B. Saran

1. Sebaiknya praktikan sangat memahami kondisi serangan pathogen yang menyerang tanaman ubi jalar.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Djafaruddin. 2007. Dasar-dasar perlindungan tanaman. Bumi Aksara, Jakarta. 120 hlm.

Juanda, D., dan Cahyono, B,. 2000. Ubi Jalar Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta. 92 hlm.

Martanto, Eko A,. 2010. Potensi Euphorbia Heterophylla L. Sebagai Inang Alternatif Penyakit Kudis Pada Ubi Jalar. Jurnal HPT Tropika. 10 (2) : 172-177.

Rukmana, Rahmat. 1997. Ubi Jalar Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.

Sinaga, M.S,. 2003. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya, Jakarta. 153 hlm.

Streets, R., 1980. Diagnosis Penyakit Tanaman. The University Of Arizona Press, USA.

Sumarwoto, Wirawati T., dan Frisanto R,. 2008. Uji Varietas Ubi Jalar (Ipomea Batatas L.) Pada Berbagai Janis Pupuk Organik Alami dan Pupuk Buatan (N, P dan K). Jurnal Pertanian Mapeta. 10 (3) : 203-210.

Suryanto, W.A. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.

Triharso. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. UGM Press, Yogyakarta. 362 hlm.

(15)

LAMPIRAN

Gambar 1. Pengambilan sampel tanaman

Gambar 2. Sampel tanaman yang terserang penyakit

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia adalah padi. Padi yang menghasilkan beras merupakan bahan pangan pokok sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, padi sebagai penghasil beras harus mendapat perhatian baik mengenai lahan, benih, cara budidaya maupun pasca panen (Suparyono, 1997). Banyak permasalahan yang dihadapi petani padi saat ini, diantaranya adalah : rendahnya harga gabah, langka dan mahalnya harga pupuk, perubahan cuaca yang mulai tidak bisa diprediksi yang menyebabkan petani sulit untuk menentukan masa tanam, serangan hama dan penyakit, dan lain-lain.

Terkadang, petani tidak mampu untuk menghadapi permasalahan tersebut, terkhusus masalah harga gabah dan pupuk karena oknum tertentu yang menentukan harga. Petani hanya bisa melakukan perawatan dan pemeliharaan yang maksimal terhadap lahan padi yang dimiliki. Salah satunya adalah dalam mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi melalui pengetahuan dan pengalaman petani selama bertani.

(17)

sehat, perlu dilakukan diagnosis serta klinik tanaman agar perlakuan yang diterapkan dalam perlindungan tanaman tepat guna.

B. Tujuan

1. Mendukung atau mengembangkan lebih lanjut dari diagnosis lapangan. 2. Mendeteksi patogen yang menyertai specimen

3. Teknik-teknik khusus untuk meningkatkan keberadaan pathogen pada specimen tanaman.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit tanaman dapat dibedakan menjadi dua golongan utama yaitu patogenik dan non-patogenik. Pathogen adalah suatu organisme yang menyebabkan penyakit. Penyakit patogenik dapat disebabkan oleh jamur (fungi), bakteri, virus, nematode, mikroplasma alga dan tanaman dan biasanya hidup pada inang tersebut dan merusak fungsi-fungsi normal tanaman yang diserang. Penyakit-penyakit non-patogenik disebabkan oleh kondisi-kondisi pertumbuhan yang kurang menguntngkan (sesuai),. Kondisi yang termasuk dalam kategori ini misalnya: difisiensi,kelebihan atau ketidakseimbangan kerusakan tanaman karena cuaca dsb (Soedarmo, et all, 2005).

A. Morfologi Padi

(19)

Daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang-seling, satu daun pada tiap buku. Daun teratas disebut daun bendera yang posisi dan ukurannya tampak berbeda dari daun yang lain. Batang terdiri atas beberapa ruas yang dibatasi oleh buku. Daun dan tunas (anakan) tumbuh pada buku. Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada malai dinamakan spikelet yang pada hakikatnya adalah bunga yang teriri atas tangkai, bakal buah, lemma, palea, putik dan benang sari serta beberapa organ lainnya yang bersifat inferior (Makarim dan Suhartatik, 2009)

B. Syarat Tumbuh Padi

Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7 (Warintek, 2015).

C. Gejala Cendawan Xanthomonas oryzae

(20)

setelah tanam. Mula-mula pada tepi atau bagian daun yang luka tampak garis bercak kebasahan, kemudian berkembang meluas, berwarna hijau keabu-abuan, seluruh daun keriput, dan akhirnya layu seperti tersiram air panas. Gejala yang khas adalah penggulungan helaian daun dan warna daun menjadi hijau pucat atau ke abu-abuan (Machmud, 1991).

Pada tanaman dewasa umur lebih dari 4 minggu setelah tanam, penyakit HDB menimbulkan gejala hawar (blight). Gejala diawali berupa bercak kebasahan berwarna keabu-abuan pada satu atau kedua sisi daun, biasanya dimulai dari pucuk daun atau beberapa sentimeter dari pucuk daun. Bercak ini kemudian berkembang meluas ke ujung dan pangkal daun dan melebar. Bagian daun yang terinfeksi berwarna hijau keabu-abuan dan agak menggulung, kemudian mongering dan berwarna abu-abu keputihan. Pada tanaman yang rentan, gejala ini terus berkembang hingga seluruh daun menjadi kering dan kadang-kadang sampai pelepah. Pada pagi hari saat cuaca lembap dan berembun, eksudat bakteri sering keluar ke permukaan bercak berupa cairan berwarna kuning dan pada siang hari setelah kering menjadi bulatan kecil berwarna kuning. Eksudat ini merupakan kumpulan massa bakteri yang mudah jatuh dan tersebar oleh angin dan gesekan daun. Percikan air hujan menjadi pemicu penularan yang sangat efektif .

(21)

III.METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum meliputi tabung reaksi, cawan petri, gelas ukur, gunting, sprayer, piset, dan jarum ose. Bahan yang digunakan dalam praktikum meliputi media SPA, daun padi yang terserang hawar daun (Xanthomonas oryzae), alcohol dan air steril.

B. Prosedur Kerja

1. Daun yang terserang penyakit hawar daun disemprot dengan alcohol, dan alat yang akan digunakan disemprot oleh alcohol agar steril seperti gunting dan pinset.

2. Daun dipotong sekitar 5 mm dan dimasukan kedalam air steril lalu dibiarkan beberapa menit.

3. Setelah direndam di air steril, daun yang terserang hawar daun digojok oleh tangan sampai bakteri Xanto tersebut homogen dalam tabung reaksi.

4. Bakteri ditanam di media SPA dengan keadaan yang aseptic.

(22)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

(23)

hawar. Pada keadaan yang parah, pertanaman terlihat kering seperti terbakar.

Gambar 2. Hasil pengamatan ke-3

Deskripsi patogen:

(24)

B. Pembahasan

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa 7 April 2015 bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Unsoed. Pada saat praktikum dilaksanakan perlakuan diagnosis laboratorium, yang bertujuan untuk mengetahui jenis patogen yang menyerang tanaman padi. Spesimen berupa tanaman yang sakit yang ditemukan di lapangan dan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan diagnosis. Bagian tanaman sakit yang digunakan pada praktikum ini yaitu bagian daun.

Menurut Agrios (2005), gejala pada daun sangat penting dalam diagnosis penyakit tanaman. Beberapa penyakit daun disebabkan oleh saprob, yang lainnya disebabkan oleh patogen jamur obligat. Gejala umum dapat disebabkan oleh banyak patogen jamur yang berbeda, tetapi gejala yang spesifik cenderung berhubungan dengan kelompok patogen tertentu. Pada daun, berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan bercak nekrotik dan blobor, yang biasanya ditunjukkan dengan ciri bentuk dan pola tertentu. Sifat diagnostik penting lainnya ialah adanya tubuh buah jamur, umur daun dan ukuran areal yang rusak.

(25)

Potongan specimen yang terserang hawar daun bakteri direndam dalam air steril ± 3 menit. Setelah direndam dalam air steril yang ditempatkan dalam cawan petri kemudian potongan specimen yang terserang hawar daun bakteri tersebut dimasukan dalam air steril yang ditempatkan dalam tabung reaksi dan digojok perlahan agar mendapatkan isolat pathogen penyebab hawar daun bakteri yang untuk ditumbuhkan dalam media SPA.

(a) (b)

Gambar 3. (a) perndaman specimen yang terserang hawar daun bakteri, (b) isolasi secdawan Xanthomonas

oryzae menggunakan air steril

Setelah isolate yang berada dalam air steril terlihat keruh, cendawan Xanthomonas oryzae ditumbuhkan dalam media SPA dalam keadaan yang aseptis.

(26)

Gambar 4. Penumbuhan cendawan Xanthomonas oryzae pada media SPA

Menurut Yuriah, et all (2013), perbanyakan Xanthomonas oryzae dapat dilakukan dengan cara koloni tunggal diambil menggunakan jarum ose steril dan ditumbuhkan didalam media miring tabung reaksi selama 48 jam. Proses inokulasi, bakteri ditambah dengan air steril sebanyak 10 ml dengan konsentrasi bakteri 109 sel/ml dan diaduk menggunakan jarum ose. Selanjutnya suspense bakteri dipindahkan ke dalam Erlenmeyer untuk proses inokulasi dirumah kaca.

Selanjutnya pertumbuhan cendawan hawar daun bakteri (Xanthomonas oryzae) pada media SPA diamati selama 3 hari dan dilihat pertumbuhan cendawan

Xanthomonas oryzae. Pada hari pertama cendawan Xanthomonas oryzae sudah

mulai sedikit tumbuh dan terjadi kontaminasi pada media. Kontaminasi pada media SPA untuk pertumbuhan cendawan Xanthomonas oryzae dapat terjadi karena pada saat penanaman cendawan tidak dilakukan secara aseptis sehingga tingkat kontaminasi sangat besar.

(27)

Gambar 4. Pengamatan hari ke-2

Gambar 5. Pengamatan hari ke-3

(28)

Di Indonesia telah teridentifikasi 11 patotipe bakteri Xoo dengan menggunakan tanaman inang selain padi dapat menjadi sumber penularan penyakit dari musim ke musim. Bakteri juga dapat bertahan dalam biji sampai beberapa saat, sehingga penularan dapat terjadi melalui benih. Bakteri Xoo dilaporkan dapat bertahan pada gulma seperti Leersia sayanuka, L. japonica, Zezania latifolia, dan Leptochloa chinensis sebagai inang alternative.

(29)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Pathogen yang menyerang tanaman padi yaitu cendawan Xanthomonas oryzae.

2. Perbanyakan penyakit pada specimen tanaman dapat dilakukan dalam berbagai cara salah satunya melalui perbiakan menggunakan media SPA. 3. Pencegahan hawar daun bakteri dapat dicegah dengan pengelolaan faktor

biotik maupun abiotik.

B. Saran

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology. Edisi 5. Elsevier Academic Press, USA. Machmud, M. 1991. Pengendalian Penyakit Jamur. Buku padi 3. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Makarim, A.K., dan Suhartatik, E. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai besar Penelitian Tanaman Padi.

mod=basisdata&kat=1&sub=2&file=34. Diakses Sabtu 18 April 2015 pukul 19.31 WIB.

(31)
(32)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembuatan herbarium bertujuan untuk mengawetkan tanaman yang ingin disimpan dalam waktu yang lama, tujuannya adalah untuk dijadikan acuan atau sampel terhadap ciri-ciri tanaman yang memiliki kelainan tertentu sehingga apabila ditemukan gejala yang sama dengan tanaman yang sudah diherbarium maka bisa dilakukan pengendalian yang tepat.

Selain dapat mengawetkan tanaman, herbarium juga dapat digunakan untuk mengawetkan penyakit yang menyerang tanaman dengan memasukan tanaman yang terserang penyakit kedalam suatu larutan untuk kemudian dibuat herbarium. Pembuatan herbarium sendiri terdapat dua jenis, yaitu herbarium basah dimana tanaman dan sumber pathogen dimasukan pada zat cair tertentu, sedangkan herbarium kering yaitu dengan dikeringkan hingga berkurang kadar airnya, biasanya dilakukan dengan menyelipkan dedaunan tanaman diantara tumpukan buku.

(33)

Oleh karena itu, dengan mengetahui cara yang tepat dalam pembuatan herbarium untuk tanaman tertentu dan jenis pathogen tertentu, kita perlu mengetahui karakteristik pembuatan herbarium itu sendiri, yang mana dapat diawetkan dengan herbarium basah dan yang mana dapat diawetkan dengan herbarium kering. Sehingga tanaman dan pathogen yang diawetkan dapat bertahan lama dan mudah diidentifikasi dikemudian hari bila menemukan tanaman lain yang memiliki cirri morfologi yang sama.

B. Tujuan

1. Mengenal dan melaksanakan teknik-teknik yang digunakan untuk pengawetan tanaman sakit

2. Memilih teknik yang sesuai bagi bahan tanaman yang harus ditangani, meliputi metode penyimpanan dan penanganannya

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Koleksi merupakan prasyarat penting yang secara ilmiah mendukung tersedianya daftar OPT (Pest List) pada penerapan standar perdagangan internasional, apabila produk yang akan diperdagangkan memiliki daya saing. Hal ini akan tercapai apabila pengumpulan koleksi OPT dilaksanakan melalui surveillans yang sesuai standar ISPM yang berlaku (ISPM No. 6). Serangkaian hasil surveillans ini juga menetapkan suatu status OPT, perlunya analisis risiko OPT (Pest Risk Analysis, PRA) oleh negara mitra dagang (negara pengimpor), dan opsi-opsi pengelolaannya melalui pengembangan daerah bebas OPT (Pest Free Area, PFA), daerah tempat/lokasi bebas OPT (Pest Fee Production Site, PFPS), atau daerah prevalensi OPT rendah (Area of Low Pest Prevalence, ALPP) yang diajukan oleh negara pengimpor. Hal-hal tersebut dapat meningkatkan daya saing produk yang akan diperdagangkan (Soekirno, 2008)

Kesadaran akan manfaat koleksi OPT dan tanaman inangnya merupakan sumber referensi yang memiliki dasar ilmiah (scientific based) yang dipersyaratkan oleh perjanjian kesehatan tumbuhan (Sanitary and Phytosanitary/SPS) dan diatur oleh WTO (Soekirno, 2008)

(35)

adalah material tumbuhan yang telah diawetkan (spesimen herbarium). Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metode tertentu. Herbarium biasanya dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan yang diawetkan, baik data taksonomi, morfologi, ekologi, maupun geografinya. Selain itu, dalam herbarium juga memuat waktu dan nama pengkoleksi (Majid, 2013)

Pada objek kitadapat menggali gejala-gejala, menemukan masalah dan memecahkannya. Namun tidak semua objek dengan mudah kita temukan di sekitar kita. Untuk objek tumbuhan atau hewan yang cukup langka, atau habitatnya jauh (misal di pantai), maka dibutuhkan suatu koleksi awetan. Untuk koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan dan penyimpanannya (Suyitno, 2004)

Koleksi objek harus memperhatikan pula kelestarian objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan objek. Salah satunya dengan cara pembuatan awetan. Pengawetan dapat dilakukan terhadap objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun kering. Cara dan bahan pengawet nya bervariasi, tergantung sifat objeknya (Suyitno, 2004)

(36)

Persiapan koleksi yang baik dilapangan merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan herbarium. Specimen herbarium yang baik harus memberikan informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Sehingga dengan kata lain, suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada keterangan yang memberikan seluruh informasi yang akan dinamai pada saat dibuat herbarium (Aththorick dan Siregar, 2006).

(37)

III.METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum meliputi timbangan, corong, botol, gelas ukur, beaker glass, pengaduk dan kamera. Bahan yang digunakan dalam praktikum meliputi tanaman yang mengalami kerusakan penyakit pada area tanaman ubi jalar yang akan didiagnosis penyakitnya, air steril, tembaga sulfat, asam asetat glacial, formal dehid, etil alkohol dan bahan ajar sebagai acuan dalam melakukan pembuatan herbarium.

B. Prosedur Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

2. Serangga dimasukan kedalam toples yang berisi kloroform 3. Air steril diukur sampai 175 ml

4. Air steril dimasukan kedalam beaker glass 5. Tembaga sulfat ditimbang sebanyak satu gram

6. Tembaga sulfat dimasukan kedalam beaker glass dan diaduk hingga homogeny

(38)

10. Larutan FAA dibagi menjadi dua dan dimasukan kedalam dua botol dengan volume yang sama

(39)

IV. HASIL DAN PEMBHASAN

A. Hasil Pengamatan

(40)

Gambar 2. Air steril diukur sampai 175 ml

(41)
(42)

Gambar 5 dan 6. Tembaga sulfat dimasukan kedalam beaker glass dan diaduk hingga homogen

(43)

Gambar 8. Ditambahkan formal dehid

(44)

Gambar 10. Larutan FAA dibagi dua dan dimasukan kedalam botol dengan volume yang sama

(45)

Gambar 12. Satu botol untuk mengawetkan tanaman terserang hama dan penyakit tanaman

B. Pembahasan

Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 8 April 2015 bertempat di laboratorium hama dan penyakit tanaman. Pengawetan serangan penyakit yang menyerang tanaman ubi jalar diawali dengan diagnosis lapangan yang sebelumnya telah dilakukan. Hasil diagnosis lapangan ini berupa daun ubi jalar yang terserang penyakit bercak daun.

Pelaksaan praktikum dimulai dengan membuat larutan FAA yang nantinya akan digunakan sebagai media untuk mengawetkan tanaman yang terserang hama dan penyakit. Media FAA yang digunakan pada praktikum ini merupakan jenis herbarium basah karena FAA sifatnya berupa larutan yang akan mengawetkan bagian tanaman yang terserang hama dan penyakit.

Tanaman ubi jalar yang terserang penyakit bercak daun dapat dilihat pada gambar dibawah ini;

(46)

belum dapat dipastikan, perlu pengujian lebih anjut mengenai penyebab penyakit yang bisa diakibatkan oleh jamur, bakteri maupun virus.

Sedangkan tanaman ubi jalar yang terserang penyakit bercak daun menurut T. Ames (1997) bahwa gejala bercak daun Phomopsis (Bercak Daun Phyllosticta), Phomopsis Ipomoea batatas (Phyllosticta batatas) adalah terdapat bercak berwarna keputihan, sawo matang atau coklat baik pada permukaan daun bagian atas maupun bagian bawah. Ukuran bercak biasanya kurang dari 10 mm. Pada bagian tepi bercak biasanya berwarna cokelat tua atau ungu(Gbr. 47). Piknidia terlihat pada bagian tengah bercak(Gbr. 48).

(47)

Tanaman yang terserang penyakit hawar daun pada ubi jalar diambil untuk dijadikan sampel dalam pembuatan herbarium. Pembuatan herbarium sendiri seperti yang telah dijelaskan pada hasil praktikum, dan pada praktikum ini herbarium untuk tanaman ubi jalar yang terserang penyakit menggunakan herbarium basah, seperti gambar dibawah ini:

Larutan FAA yang digunakan pada praktikum ini mengandung air steril sebanyak 175 ml, tembaga sulfat 1 gram, asam asetat glacial 25 ml, etil alcohol 250 ml dan formal dehid.

(48)

larut dan homogen. Setelah larutan homogeny kemudian ditambahkan asam asetat glacial sebanyak 25 ml, tapi jangan diaduk, dibiarkan homogeny dengan sendirinya, karena kalau diaduk larutan menjadi keruh. Setelah didiamkan beberapa saat, larutan tadi ditambahkan formal dehid dan etil alcohol, etil alcohol sebanyak 250 ml. Tahap terakhir yaitu menuangkan larutan FAA yang sudah jadi kedalam dua botol berleher lebar sama banyak, satu botol utnuk mengawetkan serangga dan satunya lagi untuk mengawetkan tanaman yang terserang hama dan penyakit.

Sedangkan menurut Suyitno (2004) Cara paling sederhana dalam membuat herbarium adalah dengan mengeringkan organ tumbuhan, kemudian ditata dan dilabel, lalu disimpan. Agar hasilnya lebih bagus dan awet, perlu dilakukan pengawetan. Persiapannya meliputi :

a. Penyediaan bahan pengawetan dan alat pengeringan b. Mencari objek tumbuhan yang akan diawetkan c. Labelisasi dan penyimpanannya

b. Bungkus tumbuhan dengan kertas kora dan atur posisi akar, batang dan daunnya.

(49)

d. Jepitlah bungkusan daun tersebut dengan sasak pengepres. e. Biarkan kering angin sampai kering betul

f. Celupkan tumbuhan tersebutke larutan pengawet, yang terbuat dari : (a) 1 liter alkohol 70 %

(b) 40 g sublimat ( formalin tablet ) g. Keringkan lagi sampai kering betul

h. Aturlah posisi objek pada kertas herbarium, lekatkan dengan

b. Atur posisi objeknya dengan menempelkan objek pada potongan kaca c. Masukkan larutan pengawet

d. Tutuplah dengan botol dengan penutupnya

e. Berilah etiket padabotolnya, kemudian tempatkan pada tempat yang aman

Tanaman yang sakit dan terserang hama yang telah dimasukan kedalam FAA kemudian dilakukan pelabelan. Pelabelan berfungsi untuk mengetahui informasi yang ada mengenai herbarium yang telah dibuat, sehingga herbarium tersebut dapat digunakan pada waktu yang akan datang.

(50)

mati, sedangkan koleksi kultur memelihara isolat-isolat mikroorganisme yang hidup. Pakar patologi tanaman bekerja dengan kedua bidang ini, baik material tumbuhan yang mati maupun kultur yang hidup. Seringkali, herbarium patologi tanaman juga mengurus koleksi kultur (Soekirno, 2008)

Koleksi yang baik adalah koleksi yang kaya muatan informasi akan jenis tanaman inang, areal produksi dan wilayah geografi yang berlainan. Spesimenspesimen ini dapat diperiksa ulang untuk akurasi data mengenai identitasnya, keadaan pada waktu spesimen dikoleksi dan daerah penyebarannya. Di sisi lain, laporanlaporan yang diterbitkan tetapi tidak didukung oleh bukti spesimen, tidak dapat divalidasi kebenarannya dan berpotensi menjadi hambatan dalam perdagangan internasional (Soekirno, 2008)

Contoh label specimen untuk penyakit tanaman yaitu; PLANT DISEASE SPECIMEN

Sedangkan menurut Soekirno (2008) pelabelan koleksi di lapangan memuat beberapa informasi:

a. Nama tanaman inang dan bagian tanaman yang terserang;

(51)

Untuk mengetahui koordinat dan ketinggian tempat yang tepat harus menggunakan Global Positioning System (GPS). Koordinat-koordinat yang ditentukan oleh GPS memungkinkan dikembangkannya peta sebaran yang akurat untuk patogen tanaman;

a. Tanggal koleksi;

b. Nama kolektor (nomor koleksi, jika diberikan); dan

c. Gejala penyakit dan keparahannya (misalnya, jumlah tanaman yang terserang).

Semua spesimen yang diserahkan kepada herbarium dan harus dicatat dan diberi label seperti gambar 2 dan 3. Nama orang yang menyerahkan spesimen, rincian kontaknya dan alasan untuk menyerahkan contoh itu harus dinyatakan dengan jelas, misalnya untuk diagnosis atau untuk disimpan

(52)

a. nomor tambahan herbarium; b. nama ilmiah patogen;

c. substrat atau nama ilmiah inang tempat patogen ditemukan;

d. tempat koleksi dilakukan, termasuk negara, propinsi, garis lintang dan garis bujur;

e. nama kolektor dan nomor koleksi; f. tanggal koleksi;

g. nama orang yang mengidentifikasi spesimen; dan

h. acuan kepada publikasi yang menyitir spesimen seperti itu (Soekirno, 2008)

C. SIMPULAN DAN SARAN

(53)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah:

1. Pengawetan tanaman yang terserang penyakit dapat diawetkan dengan dibuat herbarium basah

2. Herbarium basah dibuat dengan menggunakan larutan FAA yang mengandung air steril, tembaga sulfat, asam asetat glacial, formaldehid dan etil alcohol.

3. Pembuatan herbarium bertujuan untuk mengawetkan suatu specimen untuk diambil informasi penting yang berkaitan dengan specimen tersebut

B. Saran

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Aththorick, T.A, dan Siregar E.S. 2006. Taksonomi Tumbuhan. Medan: Departemen Biologi FMIPA USU

Majid, Ilham. Mulaicin, Sunarti. 2013. Pengembangan Media Pembelajaran Herbarium Pada Siswa Madrasah Aliyah Kota Ternate. Vol 2 No (1) September 2013

Onrizal. 2005. Teknik Pembuatan Herbarium. http://ocw.usu.ac.id diakses pada tanggal 17 April 2015

Soekirno. 2008. Pedoman Pengelolaan Koleksi dan Identifikasi OPT (khusus untuk pathogen penyakit tanaman) pada Tanaman Holtikultura. Jakarta: Direktorat Perlindungan Tanaman Holtikultura

Suyitno. 2004. Penyiapan Specimen Awetan Objek Biologi. Lab, Jurdik, Biologi FMIPA UNY

(55)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengawetan tanaman yang bertujuan untuk menyimpan suatu specimen dalam waktu yang lama dipengaruhi oleh banyak factor, seperti lingkungan, cara pembuatan dan cara penyimpanannya. Herbarium yang baik akan mampu bertahan hingga puluhan tahun, specimen yang diawetkan akan tetap utuh tanpa mengalami perubahan morfologi.

Penyimpanan herbarium yang baik dapat dilakukan dengan memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhinya. Sehingga dengan mengetahui beberapa factor yang dapat menyebabkan cepat rusaknya herbarium dapat diatasi. Specimen yang diawetkan pun dapat bertahan lebih lama.

Penyimpaan herbarium dapat disimpan dengan jenis herbarium basah dan kering. Penyimpanan herbarium basah biasanya diterapkan terhadap hewan atau buah tanaman yang terserang hama dan penyakit, sehingga karakter morfologinya tetap asli dan tidak mengalami kerusakan, sedangkan herbarium kering biasanya dipakai untuk tanaman tingkat rendah yang tidak memiliki volume tubuh besar.

(56)

membuat herbarium dapat menggunakan jenis herbarium sesuai specimen yang akan diawetkannya sehingga mampu bertahan lama.

B. Tujuan

1. Mengenal dan melaksanakan teknik-teknik yang digunakan untuk pengawetan tanaman sakit

2. Memilih teknik yang sesuai bagi bahan tanaman yang harus ditangani, meliputi metode penyimpanan dan penanganannya

3. Memperagakan spesimen yang diawetkan dengan penyertaan informasi yang relevan

(57)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Spesimen herbarium adalah sebagian bahan tanaman dan/atau jamur kering di dalam paket yang berlabel. Spesimen itu dapat juga terdiri atas kultur kering, kaca obyek, potret dan gambar. Paket spesimen dapat juga memuat lembar kertas catatan singkat, korespondensi, dan catatan-catatanlain yang berkaitan dengan specimen (Soekirno, 2008)

Herbarium berasal dari kata “ hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang di keringkan, biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi. Istilah herbarium lebih dikenal untuk pengawetan tumbuhan. Herbarium adalah material tumbuhan yang telah diawetkan (spesimen herbarium). Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metode tertentu. Herbarium biasanya dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan yang diawetkan, baik data taksonomi, morfologi, ekologi, maupun geografinya. Selain itu, dalam herbarium juga memuat waktu dan nama pengkoleksi (Majid, 2013)

(58)

mempermudah pencarian lokasi spesimen dan catatan-catatan penyakit di berbagai koleksi dengan mudah dan cepat (Soekirno, 2008)

Perangkat lunak yang saat ini dikembangkan adalah Database dalam bentuk tabel sederhana dengan program lembar bentangan (spreadsheet) seperti Microsoft Excel atau program pangkalan data lain yang lebih terbaru, sepertiOracle, BioLink atau KE Emuyang dikembangkan oleh Australia (Soekirno, 2008)

Herbarium yang baik adalah herbarium yang lengkap organ vegetatif dan organ generatifnya. Selain itu kerapian herbarium juga akan menentukan nilai estetika atau keindahannya, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan herbarium dan faktor lingkungan seperti suhu dan lain-lainnya (Subrahmanyan, 2002).

(59)

III.METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum meliputi alat tulis, kamera, buku diagnosis, cawan petri steril, mikroskop, tape perekat transparan, silet, gelas obyek, gelas penutup, jarum inokulasi, lampu spiritus, korek api, gabus, kompor listrik, gelas piala, pengaduk dan pisau. Sedangkan bahan yang dibutuhkan meliputi specimen yang terserang pathogen dilapangan, medium SPA, medium YPGA, medium TTC, alcohol 70%, air steril, lactofenol cotton blue/ safranin, dan gliserin.

B. Prosedur Kerja

1. Pertumbuhan pada medium agar

a. Kultur ditanam didalam botol McCartney 20 ml, dengan leher lebar

b. Digunakan medium yang cocok, missal PDA untuk jamur, NA untuk bakteri

c. Medium dituangkan kedalambotol kira-kira setengahnya, kemudian disterilkan

(60)

e. Medium agar-agar miring kemudian diinokulasi dengan jamur dan bakteri kemudian diinokulasi

f. Kultur disimpan ditempat sejukdan bebas debu, dengan suhu 5-80C

g. Kultur dimonitor secara teratur dan disegel dengan film plastic atau ditutup rapat

h. Kultur perlu dipindah ke medium baru setiap 6 bulan 2. Didalam minyak mineral

a. Kultur ditumbuhkan pada medium yang tidak terlalu miring

b. Kultur ditutup dengan minyak mineral hingga kedalaman 1 cm diatas bagian miringan agar

c. Kultur diperbaharui setia 5 tahun 3. Penyimpanan didalam air

a. Pathogen (balok) agar-agar diiris dari tepi kultur jamur yang masih baru (umur seminggu)

b. Direndam dalam air suling steril (dalam botol kecil Wheaton 5 ml atau botol McCartney 20 ml)

c. Tutup diskrup atau disegel dengan film atau ditutup rapat

d. Disimpan dengan suhu ruangan dan dapat bertahan selama beberapa tahun

4. Proses kering beku

(61)

b. Kultur beku kering disimpan dalam ampul gelas atau gelas kecil yang disegel

c. Kultur ini dapat bertahan mencapai sepuluh tahun atau lebih

5. Penyimpanan dalam tanah

a. Tanah diayak dan ditempatkan dalam botol McCartney 20 ml

b. Disterilkan dengan cara pemanasan kering 2 kali pada suhu 1210C selama 15 menit

c. Suspense spora didalam air suling dituangkan ke tanah steril tersebut dan diinkubasi pada suhu 20-250C selama kira-kira 10-15 hari

d. Disimpan dalam lemari pendingin 6. Penyimpanan dalam silica gel

a. Suspensi sel dan bakteri atau spora dalam susu skim 5% dituangkan kedalam botol berisi silica gel yang sudah disterilkan

b. Silika gel yang digunakan berukuran 6-22 mesh, dalam botol kecil dengan oven

c. Silika gel dibiarkan mongering selama 14 hari

d. Tutup botol diputar hingga rapat, lalu disimpan dalam lemari 7. Penyimpanan pada kertas saring

a. Kertas saring diletakan dalam cawan petri, ditambah air steril b. Potongan kultur jamur pada media yang disiapkan tadi

(62)

d. Lalu disimpan pada suhu 40C 8. Kriopreservasi

a. Kultur yang disimpan diinokulasi, menggunakan pipet steril pada botol kecil

b. Hidupkan lagi kultur dengan mengeluarkan masing-masing dalam botol dan diinokulasi pada medium dan disimpan

9. Nitrogen cair

a. Kultur jaringan diberi perlakuan dengan trioprakktan

b. Untuk bakteri, botol disuspensikan pada medium nutrient ekstrak daging c. Dipindahkan pada ampul steril dan dibekukan pada suhu sangat rendah

(63)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

B. Pembahasan

(64)

bakteri, jamur maupun virus berbeda-beda, tergantung specimen apa yang ingin diawetkan.

Menurut Soekirno (2008) mengatakan bahwa tidak semua cara pengawetan berikut ini cocok untuk semua jenis jamur dan bakteri yang tumbuh pada medium kultur. Mencoba-coba seringkali diperlukan untuk mendapatkan cara penyimpanan jangka panjang yang terbaik.

1. Pertumbuhan pada agar-agar

(65)

botol kultur sebaiknya disegel dengan film plastik (parafilm) atau ditutup rapat sebelum inkubasi dan selama penyimpanan. Kultur perlu dipindahkan ke medium yang baru setiap enam bulan. Kewaspadaan perlu dilakukan untuk menghindari hilangnya isolat yang berharga, walaupun pemindahan yang berulang kali dapat mempercepat perubahan morfologi, hilangnya patogenisitas dan berkurangnya sporulasi.

2. Di dalam minyak mineral

Cara ini berguna terutama di daerah tropik, karena mencegah kultur cepat mengering dan melindungi dari serangan tungau. Kultur ditumbuhkan seperti tersebut di atas, tetapi pada medium agaryang tidak terlalu miring. Hal yang penting adalah memastikan bahwa kultur itu tumbuh sehat, dan untuk jamur, yang menghasilkan banyak sekali spora. Kultur ditutup dengan minyak mineral hingga kedalaman 1 cm di atas bagian atas kemiringan agar. Minyak mineral yang digunakan harus steril, yang dapat diperoleh dengan autoklaf dua kali pada suhu 121°C selama 15 menit. Minyak paling baik ditambahkan dengan dosis masing-masing untuk menghindari kontaminasi silang. Botol McCartney dengan tutup plastik dapat digunakan, tetapi mudah bocor jika terguling. Cara ini cukup sederhana, dan tidak memerlukan alat atau bahan kimia yang mahal. Bergantung kepada jenisnya, daya tahan hidup kultur dapat berlangsung 2–40 tahun, walaupun idealnya, kultur diperbaharui setiap lima tahun.

(66)

Potongan (balok) agar-agar diiris dari tepi kultur jamur yang masih baru (umur seminggu), kemudian di rendam di dalam air suling steril dalam botol kecil Wheaton 5 ml atau botol McCartney 20 ml. Tutupnya disekrup dan disegel dengan film atau dibungkus rapat. Botol kecil itu kemudian disimpan pada suhu ruangan. Dengan cara ini kultur dapat disimpan hingga beberapa tahun. Cara penyimpanan ini cocok terutama untuk jenis-jenis Pythiumdan Phytophthora. Banyak bakteri juga dapat disimpan dengan cara ini. Ose inokulasi yang steril digunakan untuk memindahkan koloni-koloni bakteri berumur 24–48 jam ke dalam air suling steril.

4. Proses kering-beku

(67)

proses kering-beku, satu ampul dari setiap isolat sebaiknya dibuka dan ditumbuhkan untuk memeriksa daya hidup dan kemurniannya, karena tidak semua jenis dapat bertahan hidup dalam proses ini. Menumbuhkan kembali kebanyakan jamur yang kering-beku dapat dilakukan dengan cara menaruh sepotong kultur kering-beku ke dalam cawan medium agar-agar yang baru saja dituang. Bakteri dan khamir kering-beku memerlukan waktu, 30 menit biasanya cukup, untuk mencair kembali, baik di dalam air kaldu daging maupun air suling, sebelum digoreskan pada medium agar- agar.

5. Penyimpanan di dalam tanah

Tanah diayak dan ditempatkan dalam botol McCartney 20 ml, kira-kira setengah penuh, kemudian disterilkan dengan cara pemanasan kering atau diautoklaf dua kali pada suhu 121°C selama 15 menit. Suspensi spora di dalam air suling steril dituangkan ke tanah steril tersebut dan diinkubasikan pada suhu 20–25°C selama kira-kira 15–10 hari. Sebaiknya, kultur tersebut disimpan di dalam lemari pendingin. Kultur ini dapat bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Menghidupkan lagi kultur dapat dilakukan dengan cara memindahkan secara aseptik sebagian tanah dari botol ke medium agar-agar yang sesuai. Cara ini dapat digunakan untuk menyimpan jenisjenis Fusariumyang seringkali mengalami mutasi jika dipelihara pada medium agar untuk jangka waktu lama.

6. Penyimpanan di dalam silika gel

(68)

didinginkan. Gunakan silika gel murni yang tidak berwarna, berukuran 6–22 mesh, dalam botol kecil dengan tutup berdrat hingga setengah penuh, tutup dikendorkan, dan disterilkan di dalam oven. Silika gel di dalam botol dibiarkan mengering pada suhu kamar selama sekitar 14 hari hingga kristal-kristal silika terpisah. Selanjutnya, tutup botol diputar ke bawah hingga rapat dan botol disimpan di dalam lemari pendingin di atas silika gel indikator (berwarna) pada suhu 4–6°C. Apabila kultur diperlukan, beberapa kristal silika diambil dari dalam botol dan disebarkan pada medium agar-agar yang cocok. Ketahanan hidup dapat berlangsung hingga 11 tahun bergantung kepada jenisnya. Cara ini sesuai untuk organisme yang dapat bertahan hidup pada pengeringan beku, dan mencakup bentuk-bentuk miselium yang menghasilkan sklerotium dan klamidospora.

7. Penyimpanan pada kertas saring

(69)

PDA. Pertumbuhan hifa dari potongan-potongan kertas saring biasanya jelas kelihatan dalam waktu 2 hingga 4 hari. Cara penyimpanan ini seringkali digunakan untuk jenis-jenis Fusarium.

8. Kriopreservasi

Penyimpanan mikroorganisme di dalam lemari es bersuhu sekitar -20°C hingga -85°C (kriopreservasi/cryopreservation) adalah cara pengawetan yang baik untuk kebanyakan jamur, bakteri, dan virus. Salah satu sistem penyimpanan yang paling sederhana dan paling populer untuk jamur dan bakteri melibatkan penggunaan manik-manik keramik berpori (cryobeads) yang disuspensikan di dalam cairan kriopreservasi, misalnya gliserol, dalam botol kecil dari plastik. Setelah diinokulasi dengan kultur, larutan yang berlebih sebaiknya diambil dengan menggunakan pipet steril dan botol kecil itu disimpan di dalam lemari es. Menghidupkan lagi kultur dilakukan dengan cara mengeluarkan satu manik-manik (dari dalam botol) dan menginokulasikannya ke dalam medium cair, atau menggoreskannya pada medium agar-agar yang sesuai. (edit/sederhanakan)

9. Nitrogen cair

(70)

nutrien ekstrak daging, kemudian dipindahkan secara aseptik ke dalam ampul steril dan dibekukan hingga suhu yang sangat rendah di dalam uap nitrogen cair. Laju pendinginan sangat kritis, dan menghidupkan lagi yang terbaik dapat dicapai jika dilakukan secara perlahan-lahan. Pada suhu yang sangat rendah, metabolisme ditekan. Apabila organisme dapat bertahan hidup pada pembekuan awal, maka seharusnya ia mampu hidup untuk jangka waktu tak terbatas. Teknik ini membutuhkan peralatan yang mahal serta sumber nitrogen cair yang dapat diandalkan. Petugas yang berpengalaman diperlukan untuk menjamin kualitas penyimpanan yang optimum.

(71)

Sedangkan contoh hama yang diawetkan dilaboratorium hama dan penyakit tanaman adalah;

Pengawetan pada penyakit tanaman berbeda dengan hama tanaman, jika pengawetan terhadap hama dapat dilihat dari gambar diatas, menggunakan jarum dan media steroform untuk penyimpanan keringnya. Sedangkan pada penyakit tanaman diperlukan media pertumbuhan yang baik dan lebih rumit, mengingat pathogen yang diawetkan berkaitan dengan mahluk mikroskopis sehingga diperlukan cara dan media khusus untuk mengawetkannya.

Menurut Soekirno (2008) bahwa pengawetan dan penyimpanan herbarium meliputi beberapa proses yang perlu diperhatikan, dianataranya:

1. Specimen kering

(72)

ditempatkan pada kedua sisi tumpukan, dan tali pengikat digunakan untuk menekan spesimen. Tanaman-tanaman itu menjadi kering, sebaiknya tidak berkerut, dan spesimen yang bermutu tinggi dapat diperoleh dalam beberapa hari. Untuk mempercepat proses pengeringan, sumber panas atau udara buatan diperlukan, khususnya di daerahdaerah yang lembab seperti daerah tropik. Pada waktu pengeringan, kertas penghisap atau koran perlu diganti secara berkala. 2. Kultur kering

Sifat-sifat morfologi kultur jamur sangat penting dalam studi mikologi. Kultur kering merupakan satu-satunya cara untuk membuat spesimen-spesimen isolat yang permanen dari tanah, air, atau inang. Kultur jamur kering berguna untuk menambah bahan inang kering, jika sporulasi jarang terjadi padanya. Kultur jamur dapat dikeringkan dan disimpan bersama dengan spesimen-spesimen dalam paket

herbarium.

(73)

3. Kaca objek (gelas preparat)

Ujung-ujung kaca penutup yang ditempelkan pada asam laktat dapat ditutup rapat dengan dua hingga tiga lapis pernis kuku. Hal ini seharusnya dapat mencegah kaca obyek dari kekeringan selama beberapa tahun. Cara lain, larutan alkohol polivinil (dalam bentuk serbuk) dalam asam laktat dapat digunakan sebagai perekat. Ini secara berangsur-angsur akan mengeras dan membentuk preparat (mount) yang permanen.

Prosedur dehidrasi dapat digunakan untuk menghasilkan preparat yang permanen. Serangkaian dehidrasi memerlukan pencelupan spesimen tanaman atau jamur ke dalam serangkaian larutan etanol yang semakin pekat (misalnya 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan etanol absolut), masing-masing selama beberapa menit hingga semua air hilang. Kemudian spesimen itu dapat dibersihkan di dalam xilen dan ditempel dalam media seperti balsam Kanada. Idealnya, kaca obyek seharusnya tidak disimpan dalam paket herbarium. Lebih baik kaca-kaca obyek ini disimpan di dalam laci khusus yang digunakan untuk kaca obyek. 4. Pengepakan dan pengangkutan

(74)

disimpan bersama dengan bahan tanaman kering. Kaca-kaca obyek paling baik disimpan di dalam kotak kardus atau kotak plastik khusus untuk kaca obyek guna melindunginya agar tidak pecah.

Pada pengawetan pathogen tanaman, specimen pathogen yang sudah diawetkan perlu dikulturkan untuk mempertahankan specimen tanpa perubahan morfologi, fisiologi dan genetic untuk waktu yang lama. Seperti yang diungkapkan oleh Soekirno (2008) bahwa tujuan utama dari penyimpanan kultur jamur atau bakteri ialah mempertahankannya dalam keadaan dapat hidup tanpa perubahan morfologi, fisiologi atau genetik untuk jangka waktu selama yang diperlukan. Kultur perlu dipertahankan untuk dapat hidup sekurang-kurangnya selama penelitian dan seringkali untuk jangka waktu tak terbatas, khususnya jika kultur itu berasal dari bahan tipe atau telah terdaftar di dalam suatu publikasi. Tanpa kultur yang telah diidentifikasi, terutama bakteri, tidaklah mungkin untuk melakukan taksonomi perbandingan guna mengklasifikasi dan memberi nama takson baru.

(75)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah:

1. Terdapat beberapa cara pengawetan pathogen, diantaranya; pertumbuhan pada medium agar, didalam minyak mineral, penyimpanan didalam air, proses kering beku, penyimpanan didalam tanah, penyimpanan pada kertas saring, kriopreservasi, nitrogen cair.

2. Specimen yang diawetkan dapat bertahan beberapa tahun tergantung dengan perlakuan pengawetan yang dilakukan

3. Pengawetan dapat dilakukan dengan herbarium basah dan kering 4. Kultur dilakukan untuk memperpanjang pengawetan pathogen tanaman

B. Saran

(76)

DAFTAR PUSTAKA

Majid, Ilham. Mulaicin, Sunarti. 2013. Pengembangan Media Pembelajaran Herbarium Pada Siswa Madrasah Aliyah Kota Ternate. Vol 2 No (1) September 2013

Onrizal. 2005. Teknik Pembuatan Herbarium. http://ocw.usu.ac.id diakses pada tanggal 17 April 2015

Soekirno. 2008. Pedoman Pengelolaan Koleksi dan Identifikasi OPT (khusus untuk pathogen penyakit tanaman) pada Tanaman Holtikultura. Jakarta: Direktorat Perlindungan Tanaman Holtikultura

Subrahmanyam, N.S. 2002. Laboratory Manual of Plant Taxonomy. New Delhi; University of Delhi

Gambar

Gambar 1. Pengambilan sampel tanaman
Gambar 1. Gejala Hawar daun bakteri pada
Gambar 2. Hasil pengamatan ke-3
Gambar 3. (a) perndaman specimen yang terserang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hari Ke- Parameter Gambar Jumlah Daun helai 1 Ke-3 Benih belum tumbuh sehingga tidak diketahui jumlah helai daunnya 2 Ke-6 Benih sudah tumbuh namun daun belum muncul sehingga

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,