• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspor Migas dan Non Migas Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Ekspor Migas dan Non Migas Indonesia"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Performa perekonomian Indonesia di tengah gejolak Ekonomi Dunia tetap mampu menjaga momentum pertumbuhan. Meskipun gejolak ekonomi global sedang melanda dunia dengan tantangan yang semakin berat, ekspor Indonesia masih menunjukkan kemajuan yang sangat menggembirakan. Optimisme untuk meraih sebagai salah satu negara eksportir dunia semakin menjadi kenyataan. Indonesia akan menjadi salah satu negara yang telah mencapai ekspor sebesar US$ 200 miliar dalam waktu dekat sekaligus sebagai negara yang mampu menggandakan ekspornya dalam kurun waktu lima tahun.

Sasaran pembangunan bidang perdagangan dalam waktu satu tahun telah mencapai target sebagaimana tercantum pada Renstra Kementerian Perdagangan sebagai berikut:

No Indikator Sasaran 2010 2011

*)

Capaian Target Capaian

1 Peningkatan Akses Pasar

a. Pertumbuhan Ekspor Non Migas b. Pangsa 5 (lima) Negara Ekspor Terbesar c. Kontribusi Ekspor diluar 10 produk utama

33,08% 2 Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan

Perdagangan Luar Negeri (total ijin 2009: 108 ijin 2010: 89 ijin)

• Jumlah ijin UPP (INATRADE) • Jumlah Online

• Waktu Penyelesaian

Perdagangan Dalam Negeri (total 21 ijin) • Jumlah ijin UPP (INATRADE)

• Jumlah Online 3 Peningkatan daya saing ekspor

• RCA >1 komoditi HS 6 (1996) 887 Komoditi 590 – 605 komoditi

887 Komoditi

4 Peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional

• Jumlah hasil perundingan internasional 140 151 197

5 Stabilisasi dan Penurunan Disparitas Harga Bahan Pokok

a. Koefisien Variasi Harga (KVH)

b. Rasio KVH Komoditi tertentu didalam negeri dibanding luar negeri

c. Rasio KVH provinsi dan nasional

4,5% 6 Peningkatan Pengawasan dan Perlindungan

Konsumen

54 BPSK 55 BPSK 65 BPSK

7 Penciptaan Jaringan Distribusi Perdagangan yang Efisien (Skor Logistic Performance Index)

2,76 2,76 2,76

*) sd. November 2011

**)Berdasarkan moving p.a growth rate.

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

(3)

Kinerja ekspor barang-barang non-migas dan migas Indonesia tahun ini diperkirakan meningkat 35 persen melampaui target, lebih dari US$ 200 miliar. Perkiraan ini bertolak dari pertumbuhan ekspor sementara hingga bulan

Oktober 2011 yang

mencapai 34,9%. Optimisme tersebut juga diperkuat oleh performa ekspor bulanan selama ini yang cenderung menguat di bulan Nopember dan Desember 2011. Total

ekspor di bulan Oktober mencapai US$ 16,8 miliar, meningkat 16,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, meskipun mengalami penurunan 4,2 persen dari bulan sebelumnya. Penguatan ekspor bulan Oktober 2011 didukung oleh peningkatan ekspor non migas sebesar 20,3 persen dan migas sebesar 1,9 persen. Kinerja ekspor bulan Oktober 2011 mengakumulasikan ekspor periode Januari-Oktober 2011 mencapai US$ 169,0 miliar, terdiri dari ekspor non migas sebesar US$ 134,7 miliar, naik 30,4 persen, dan migas sebesar US$ 34,3 miliar, naik 56,2 persen. Jika dilihat dari pergerakannya, pertumbuhan ekspor nonmigas maupun migas yang terus berada diatas 30 persen, maka optimis di tahun ini, total ekspor akan menembus lebih dari US$ 200 miliar.

KINERJA DIPLOMASI PERDAGANGAN

Dalam rangka meningkatkan akses pasar produk ekspor Indonesia dilakukan multitrack strategydi forum multilateral, regional, dan bilateral.

Keketuaan Indonesia untuk ASEAN pada tahun 2011 secara resmi diumumkan pada Closing Ceremony KTT ASEAN ke-17 di Hanoi, Vietnam, pada tanggal 30 Oktober 2010. Dalam masa Kepemimpinan tersebut, Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT ke-18 ASEAN, KTT ke-19 ASEAN, dan East Asia Summit (EAS), serta rangkaian pertemuan ASEAN lainnya. Tema Keketuaan Indonesia untuk ASEAN di tahun 2011 ini adalah “ASEAN Community in a Global Community of Nations”.Tema ini mengusung keberhasilan pencapaian Komunitas ASEAN 2015.

Posisi Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2011 memiliki nilai strategis dimana Indonesia harus mampu meningkatkan relasi secara intens dengan para pemimpin tinggi di antara negara ASEAN dan mitra dialog.Di masa keketuaan Indonesia ini dicoba untuk memperkuat fondasi integrasi ekonomi Negara ASEAN yang tercermin dalam ke empat pilar ekonomi dalam rangka menuju terbentuknya Komunitas ASEAN di tahun 2015. Pada tahun 2011 telah dihasilkan 197 dokumen hasil perundingan yang berupa agreement, kesepakatan kerjasama komoditi, MRA, MoU, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report, respon terhadap pengamanan kebijakan perdagangan, guidance of principal, dan dokumen perundingan lainnya yang memperjuangkan akses pasar bagi Indonesia dan kepentingan petani yang terkait dengan aspek ketahanan pangan.

PROMOSI PERDAGANGAN

Untuk mengembangkan pasar internasional dan sekaligus sebagai upaya pencitraan produk dan jasa Indonesia,dilakukan promosi ekspor, misi dagang, dan instore promotionsecara lebih profesional dan berkualitas.

Ekspor Migas dan Non Migas Indonesia

13.9

Jan'10 Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des Jan'11 Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agst Sep Okt* Persen US $ Milliar Non Migas : Ekspor Jan-Okt 2011 US$ 134,8 M (naik 30,4%)

Migas : Ekspor Jan-Okt 2011 US$ 34,5 M (naik 57,3 %)

Moving p.a. growth

Growth Rate (m to m) Growth rate (yoy)

(4)

Periode 2010-2014 merupakan masa penguatan Trade Expo Indonesia(TEI) sebagai pameran dagang produk Indonesia di dalam negeri yang berskala internasional agar lebih kredibel dan berstandar internasional dengan bertumpu pada B-to-B priority sebagai salah satu upaya Nation Branding. Selama 5 (lima) hari penyelenggaraan TEI 2011, tercatat sebanyak 8.311 buyersmancanegara dari 92 negara yang hadir pada arena pameran. Dari jumlah tersebut, sebanyak 86,55% buyers berasal dari negara-negara non tradisional dan emerging marketseperti India, Malaysia, Arab Saudi, Mesir, Bangladesh dan Iran. Adapun jumlah transaksi yang berhasil diperoleh selama penyelenggaraan TEI 2011 sebesar USD 464,5 juta atau meningkat sebanyak 25,78% dibandingkan nilai transaksi yang berhasil dibukukan pada penyelenggaraan TEI di tahun sebelumnya.

PERDAGANGAN DALAM NEGERI

Untuk memperkuat jaringan distribusi nasional yang merupakan bagian dari sistem logistik nasional, Kementerian Perdagangan telah melakukan revitalisasi pasar tradisional yang akan dikembangkan sebagai pasar-pasar percontohan dan pembangunan gudang pangan. Pada tahun 2011, Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan pemerintah daerah telah melakukan revitalisasi terhadap pasar tradisional, baik fisik maupun manajemen. Kementerian Perdagangan juga telah membangun beberapa gudang di beberapa propinsi sentra produksi pangan.

Dalam rangka penguatan pasar dalam negeri, Kementerian Perdagangan melaksanakan berbagai upaya yang bertujuan meningkatkan perlindungan kepada konsumen dan menjaga kualitas barang beredar, antara lain melalui Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM); Peningkatan operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil-Perlindungan Konsumen (PPNS-PK) dan tenaga Petugas Pengawas Barang Beredar dan Jasa (PPBJ); serta Peningkatan pengawasan terhadap alat Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya (UTTP). Selain itu, sebagai upaya perlindungan konsumen, Pemerintah mewajibkan label berbahasa Indonesia dan penerapan SNI.

PENCIPTAAN IKLIM USAHA YANG KONDUSIF

Upaya penciptaan iklim usaha yang kondusif dilakukan Kementerian Perdagangan melalui penyempurnaan kebijakan perdagangan luar negeri baik untuk produk industri dan pertambangan maupun kebijakan perdagangan untuk produk pertanian dan kehutanan. Upaya lain juga diciptakan melalui positive campaign/sosialisasi kepada para stakeholders terhadap kebijakan Bea Keluar beberapa komoditi pertanian dan kehutanan terutama komoditi kakao dan CPO.

Kementerian Perdagangan juga meningkatkan pelayanan perizinan kepada para pelaku usaha melalui peningkatan waktu penyelesaian pelaksanaan perizinan perdagangan luar negeri yang rata-rata waktu penyelesaiannya dapat dilakukan selama 3 (tiga) hari. Selain itu, Kementerian Perdagangan juga memindahkan Unit Pelayanan Perdagangan (UPP) ke tempat yang lebih luas dan nyaman serta dengan fasilitas yang semakin baik. Upaya peningkatan pelayanan juga dilakukan melalui perbaikan sistem pelayanan pada Instansi Penerbit Surat keterangan Asal (IPSKA).

Dalam hal pengelolaan impor, Kementerian melakukan beberapa penyempurnaan kebijakan yang lebih baik antara lain kebijakan impor barang modal bukan baru. Selain itu juga dilakukan monitoring dan evaluasi atas penerbitan IP/IT/SPI, dimana sejumlah 1.325 importir yang telah melanggar aturan dikenakan sanksi pencabutan.

Saat ini terdapat 21 jenis perijinan Perdagangan Dalam Negeri yang sudah dilayani secara online sejumlah 12 jenis perijinan. Waktu penyelesaian permohonan perijinan menjadi lebih singkat dan tanpa dipungut biaya dimana semula antara 5-15 hari kerja menjadi sekitar 1−6 hari kerja.

REFORMASI BIROKRASI

(5)

Sedangkan tujuan khusus reformasi birokrasi di lingkungan kementerian perdagangan adalah membentuk birokrasi yang bersih; birokrasi yang efisien, efektif dan produktif; birokrasi yang transparan; birokrasi yang melayani masyarakat; serta birokrasi yang akuntabel.Kementerian Perdagangan juga melakukan upaya peningkatan kinerja pelayanan publik kepada masyarakat melalui penyederhanaan jumlah perijinan impor danpeningkatan kualitas pelayanan perijinan perdagangan dengan membentuk Unit Pelayanan Perdagangan (UPP) sebagai unit khusus yang memberikan pelayanan perijinan perdagangan kepada dunia usaha.

Pada tahun 2011, kegiatan utama Kementerian Perdagangan terkait Reformasi Birokrasi, antara lain: - Menyusun konsep Reformasi Birokrasi, dimana Pelayanan Publik (Quick Wins) menjadi prioritas

pelaksanaan;

- Menyusun Soft Kompetensi Pegawai; - Evaluasi Kinerja Organisasi;

- Menyusun Road Map Reformasi Birokrasi; - Melaksanakan Manajemen Perubahan;

- Analisis Jabatan, Evaluasi Jabatan dan Sistem Remunerasi (terdapat 22 Peringkat Jabatan di Kemendag) dalam rangka penetapan peringkat jabatan atau job grading sebagai dasar penetapan harga jabatan atau job pricingdan besaran tunjangan kinerja;

- Analisa Beban Kerja;

- Penyusunan SOP dalam rangka penataan ketatalaksanaan di Kementerian Perdagangan, dengan menetapkan 15 Business process;

(6)

KATA PENGANTAR

Perekonomian dunia saat ini sedang menghadapi tekanan yang kuat dalam menghadapi ketidakpastian perekonomian global. Tekanan terhadap perekonomian dunia, antara lain disebabkan kondisi perekonomian Eropa yang semakin rentan, dimana masalah krisis utang nampaknya belum bisa tertangani secara baik; pernyataan The Fedbahwa prospek ekonomi AS tidak terlalu baik; dan downgrade terhadap pertumbuhan ekonomi dunia oleh IMF. Dampak lebih lanjut, munculnya resiko ketidakpastian perekonomian

lokal yang meningkat, membuat investor meninggalkan investasi saham serta mengurangi investasinya di negara berkembang untuk mencari tempat yang aman. Akibatnya bursa saham dunia terkoreksi, beberapa mata uang menguat dan rupiah melemah.

Indonesia juga terkena dampak dari tekanan perekonomian dunia, namun masih menunjukkan kondisi yang relatif kondusif, dan sentimen market dalam jangka menengah menunjukkan batas Indonesia masih positif. Hal tersebut antara lain diindikasikan dengan rupiah yang masih merupakan best performers currency jika dibandingkan dengan 10 mata uang paling aktif di Asia diluar Jepang sejak 2008. Enam puluh empat persen dari GDP adalah konsumsi domestik yang sangat membantu untuk bufferatas external exposure.

Performa perekonomian Indonesia di tengah gejolak Ekonomi Dunia tetap mampu menjaga momentum pertumbuhan. Meskipun gejolak ekonomi global sedang melanda dunia dengan tantangan yang semakin berat, ekspor Indonesia masih menunjukkan kemajuan yang sangat menggembirakan. Optimisme untuk meraih sebagai salah satu negara eksportir dunia semakin menjadi kenyataan. Indonesia akan menjadi salah satu negara yang telah mencapai ekspor sebesar US$ 200 miliar dalam waktu dekat. sekaligus sebagai negara yang mampu menggandakan ekspornya dalam kurun waktu lima tahun.

Dengan kondisi perekonomian sedang menurun, Kementerian Perdagangan harus tetap berupaya menjalankan tugas dan fungsi sebaik-baiknya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang diamanahkan dalam RPJPN 2005−2025 dan RPJMN 2010−2014, serta diterjemahkan dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Perdagangan 2010−2014. Keberhasilan Kementerian Perdagangan ini tentunya juga tidak terlepas dari kerjasama yang baik dengan kementerian/instansi Pemerintah terkait, Pemerintah Daerah dan para pemangku kepentingan antara lain Kamar Dagang dan Industri, asosiasi terkait serta media. Disamping itu, keberhasilan yang dicapai juga karena kerja keras dan dukungan seluruh SDM Kementerian Perdagangan. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah mendukung terwujudnya kinerja perdagangan tahunan dalam periode Januari – Desember 2011.

Sebagai penutup, segala hal yang termuat dalam buku ini kiranya dapat memberi manfaat dalam pertimbangan, konsistensi dan keberlanjutan kebijakan pembangunan perdagangan nasional, bagi generasi kini dan generasi ke depan, menuju bangsa yang semakin berdaya saing dan rakyat yang sejahtera.

Jakarta, Desember 2011

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

(7)

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF ... i

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR GAMBAR ...vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 SASARAN RENCANA STRATEGIS ... 4

BAB 3 KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN ... 8

3.1 Kilas Capaian Perdagangan...9

3.2 Capaian Sasaran Perdagangan Tahun 2011...10

3.2.1 Peningkatan Akses Pasar Ekspor dan Fasilitasi Ekspor ...10

3.2.2 Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan ...14

3.2.3 Peningkatan Daya Saing Ekspor...18

3.2.4 Peningkatan Peran Diplomasi Perdagangan...20

3.2.5 Stabilisasi dan Penurunan Disparitas Harga Bahan Pokok...29

3.2.6 Peningkatan Pengawasan dan Perlindungan Konsumen...33

3.2.7 Penciptaan Jaringan Distribusi Perdagangan Yang Efisien ...35

3.2.8 Pengembangan citra dan Ekonomi Kreatif ...38

3.2.9 Reformasi Birokrasi...41

BAB 4 PENUTUP... 46

4.1 Prioritas Pembangunan Perdagangan 2012 ...47

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gambar Pertumbuhan (yoy) Ekspor Non Migas Indonesia ke UE dan AS... 2

Gambar 2. Tabel PergerakanPertumbuhan Ekspor Terus Berada Di Atas 30% ... 2

Gambar 3. Neraca Perdagangan Migas dan Nonmigas... 3

Gambar 4. Peringkat Daya Saing Negara di Dunia Tahun 2011 ... 3

Gambar 5. Pertumbuhan Ekspor 10 Komoditi Utama... 18

Gambar 6. Kasus Tuduhan Dumping, Subsidi dan Safeguard thd Indonesia hingga Sept. 2011... 28

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pertumbuhan Ekspor 10 Komoditi Utama... 19

Tabel 2.Target & Realisasi Koefisien Variasi Komoditi Tahun 2011 ... 31

Tabel 3.Rasio Koefisien Variasi Harga Komoditi Dalam & Luar Negeri Jan-Sep 2011 ... 32

Tabel 4.Target & Realisasi Rasio Koefisien Variasi Provinsi & Nasional Tahun 2011 ... 32

Tabel 5 Skor Logistics Performance Index tahun 2010 ... 36

Tabel 6 Kriteria Pemilihan Pasar Percontohan... 36

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Neraca Perdagangan Indonesia Periode 2006 – 2011 ... 49 Lampiran 2. Ekspor 10 Komoditi Utama Periode 2006 – 2001 (Jan – Sep) ... 50 Lampiran 3. Perkembangan Ekspor Non Migas Menurut Negara Tujuan

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

(12)

Perlambatan

Pertumbuhan Ekspor ke EU dan AS Akibat Krisis Global

Dampak krisis global mulai dapat terlihat dari pelemahan pertumbuhan ekspor non migas Indonesia ke UE dan AS. Pertumbuhan ekspor non migas ke UE di bulan Juli 2011 melemah menjadi 16,9 persen dari sebelumnya 50,4 persen di bulan Juni 2011 dan terus menurun menjadi 0,03 persen dan 6,2 persen di bulan September dan Oktober 2011. Hal yang sama terjadi pada pertumbuhan ekspor non migas ke AS di bulan Oktober melemah menjadi 13,4 persen dari 21,2 persen di bulan Agustus (Gambar 1). Turunnya permintaan pasar impor UE juga dialami oleh produk China yang pertumbuhan ekspornya melemah menjadi 7,5 persen di bulan Oktober dari 9,8 persen di bulan sebelumnya.

Gambar 1 Gambar Pertumbuhan (yoy) Ekspor Non Migas Indonesia ke UE dan AS

Sumber: BPS (diolah). Pergerakan

pertumbuhan total ekspor terus berada diatas 30%

Total ekspor di bulan Oktober mencapai US$ 16,8 miliar, meningkat 16,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, meskipun mengalami penurunan 4,2 persen dari bulan sebelumnya. Penguatan ekspor bulan Oktober didukung oleh peningkatan ekspor non migas sebesar 20,3 persen dan migas sebesar 1,9 persen. Kinerja ekspor bulan Oktober mengakumulasikan ekspor periode Januari-Oktober 2011 mencapai US$ 169,0 miliar, terdiri dari ekspor non migas sebesar US$ 134,7 miliar, naik 30,4 persen, dan migas sebesar US$ 34,3 miliar, naik 56,2 persen. Jika dilihat dari pergerakannya, pertumbuhan ekspor nonmigas maupun migas yang terus berada diatas 30 persen (Grafik 1), maka optimis di tahun ini total ekspor akan menembus lebih dari US$ 200 miliar.

Gambar 2. Tabel PergerakanPertumbuhan Ekspor Terus Berada Di Atas 30%

Sumber: BPS

Jan'11 Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agst Sep Okt

P

e

rs

e

n

Ekspor ke AS Ekspor ke UE

13.9

Jan'10 Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des Jan'11 Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agst Sep Okt* Persen US $ Milliar

Moving p.a. growth

(13)

Surplus Neraca Perdagangan

Di bulan Oktober, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus non migas sebesar US$ 1,5 miliar sedangkan migas mengalami defisit sebesar US$ 0,4 miliar. Selama periode Januari-Oktober 2011 surplus perdagangan non migas mencapai US$ 23,9 miliar dan surplus perdagangan migas mencapai US$ 1,0 miliar.

Gambar 3. Neraca Perdagangan Migas dan Nonmigas

Sumber: BPS

Peringkat Global Competitiveness

Hasil teranyar peringkat daya saing Indonesia menurut The Global Competitiveness Report 2011-2012 yang dikeluarkan oleh World Economic Forum. Peringkat Indonesia menurun dari 44 ke 46 dari 142 negara yang disurvey, namun secara umum Indonesia masih menunjukkan kinerja yang baik diantara negara-negara Asia.

Meski masih di bawah Malaysia, namun peringkat Indonesia tahun ini masih di atas Viet Nam, India dan Filipina. Bahkan, diantara negara-negara yang tergabung dalam CIVET (Colombia, Indonesia Viet Nam, Egypt, Turkey), peringkat Indonesia adalah yang tertinggi, dibandingkan Kolombia (68), Viet Nam (65), Mesir (94) dan Turki (59). Sedangkan untuk negara-negara BRICS, hanya RRT yang peringkatnya di atas Indonesia (peringkat 26), sementara Brazil, India dan Rusia masing-masing ada di peringkat 53, 56 dan 66. Perlu dicatat, untuk tahun ini ada 3 negara baru yang ikut disurvey, yakni Suriname, Belize, dan Yaman, sehingga jumlah negara yang disurvey naik dari 139 menjadi 142.

Gambar 4. Peringkat Daya Saing Negara di Dunia Tahun 2011

Sumber: Global Competitiveness Report 2011-2012, World Economic Forum

1.7

Jan'10 Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des Jan'11 Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt* US $ Miliar

Non Migas Migas

(14)

BAB 2

SASARAN RENCANA STRATEG

Visi Kementerian Perdaganga

Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan

serta Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang

Dalam mewujudkan visi tersebut,

memiliki empat misi utama yang harus diemban, y

1. Meningkatkan kinerja ekspor non migas nasional

2. Menguatkan pasar dalam negeri

3. Menjaga ketersediaan bahan pokok

nasional

4. Optimalisasi Reformasi Birokrasi

SASARAN RENCANA STRATEG

Perdagangan adalah menjadikan ”Perdagangan

Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi,

kmuran Rakyat Yang Berkeadilan”

tersebut, maka Kementerian Perdaganga

ama yang harus diemban, yaitu:

ekspor non migas nasional secara berkualitas

dalam negeri

aan bahan pokok & penguatan jaringan distribusi

masi Birokrasi

SASARAN RENCANA STRATEGIS

”Perdagangan

Ekonomi,

Perdagangan

secara berkualitas

(15)

Visi Kementerian Perdagangan untuk mewujudkan daya saing ekonomi

Kementerian Perdagangan sebagai salah satu pelaku pembangunan perekonomian akan ikut berperan penting dalam mewujudkan daya saing ekonomi nasional. VISI Kementerian Perdagangan adalah:

”Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan

dan Daya Saing Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran

Rakyat yang Berkeadilan”

Visi tersebut diwujudkan melalui Misi peningkatan kinerja ekspor non migas secara berkualitas, penguatan pasar dalam negeri dan stabilisasi ketersediaan bahan pokok dan penguatan jaringan distribusi nasional, dan Optimalisasi Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Perdagangan.

11 Tujuan Pembangunan Perdagangan:

1. Peningkatan akses pasar ekspor

2. Perbaikan iklim usaha perdagangan luar

5. Perbaikan iklim usaha perdagangan dalam

Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Kementerian Perdagangan, maka tujuan pembangunan perdagangan periode 2010−2014, meliputi sasaran yang ingin dicapai, yaitu:

Tujuan 1: Peningkatan akses pasar ekspor dan fasilitasi ekspor

Sasaran yang ingin dicapai:

1. Meningkatnya pertumbuhan ekspor non migas, sebagai salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi nasional; Target tahun 2011: Pertumbuhan ekspor non migas mencapai 11–12%.

2. Diversifikasi pasar tujuan ekspor yang semakin baik, sebagai indikasi berkurangnya ketergantungan ekspor pada suatu negara tertentu, sehingga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi semakin baik;

Target tahun 2011: Pangsa 5 negara tujuan ekspor utama berada pada kisaran 43-47%.

3. Diversifikasi produk ekspor non migas yang semakin baik, sehingga ketergantungan pada produk ekspor tertentu menjadi berkurang.

Target tahun 2011: Kontribusi ekspor di luar 10 produk utama berada pada kisaran 53-60%.

Tujuan 2: Peningkatan pengawasan dan perbaikan iklim usaha perdagangan luar negeri

Sasaran yang ingin dicapai:

Membaiknya layanan perijinan dan non perijinan sektor perdagangan luar negeri, baik dalam hal jumlah perijinan online maupun dalam hal minimasi waktu layanan.

Target tahun 2011: Jumlah perijinan yang dapat dilayani secara online sebanyak 55 jenis perijinan, dengan rata-rata waktu pelayanan 3 hari.

Tujuan 3: Peningkatan daya saing ekspor

Sasaran yang ingin dicapai:

(16)

organisasi dan SDM Target tahun 2011: Jumlah komoditi dengan RCA>1 berkisar 590-605 komoditi.

2. Perbaikan citra produk ekspor Indonesia di pasar global, yang pada akhirnya akan mendukung kontinuitas dan pertumbuhan ekspor. Target tahun 2011: Skor Dimensi Ekspor dalam Simon Anholt Nation Brand Indexberkisar 44-49.

Tujuan 4: Peningkatan peran dan kemampuan Kementerian Perdagangan dalam diplomasi perdagangan internasional

Sasaran yang ingin dicapai:

Meningkatnya intensitas dan kualitas keikutsertaan Indonesia di berbagai forum internasional dan meningkatnya hasil perundingan yang dihasilkan di berbagai forum internasional, yang mampu memberi nilai tambah bagi kepentingan nasional.

Target tahun 2011: Jumlah hasil perundingan perdagangan internasional yang dihasilkan sebanyak 151 hasil perundingan.

Tujuan 5: Perbaikan iklim usaha perdagangan dalam negeri

Sasaran yang ingin dicapai:

Membaiknya layanan perijinan dan non perijinan sektor perdagangan dalam negeri, baik dalam hal jumlah perijinan online maupun dalam hal minimasi waktu layanan.

Target tahun 2011: Jumlah perijinan yang dilayani secara online sebanyak 15 jenis perijinan, dengan rata-rata waktu pelayanan 6 hari.

Tujuan 6: Peningkatan kinerja sektor perdagangan besar dan eceran, serta ekonomi kreatif

Sasaran yang ingin dicapai:

Meningkatnya kepedulian pelaku kreatif dan masyarakat Indonesia terhadap ekonomi kreatif.

Tujuan 7: Peningkatan pengawasan dan perlindungan konsumen

Sasaran yang ingin dicapai:

Meningkatkan kesadaran konsumen akan hak dan kewajibannya, menumbuhkan kesadaran pelaku usaha akan pentingnya perlindungan konsumen, meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa di pasar dalam negeri, serta menciptakan perlindungan konsumen.

Target tahun 2011: Akumulasi jumlah BPSK yang terbentuk sampai dengan tahun 2011 sebanyak 55 unit dimana setiap tahun bertambah 5 BPSK.

Tujuan 8: Stabilisasi dan penurunan disparitas harga bahan pokok

Sasaran yang ingin dicapai:

1. Stabilitas harga bahan pokok yang terkendali, sehingga harga tetap terjangkau sesuai kondisi daya beli masyarakat;

(17)

dalam dan luar negeri mencapai nilai lebih kecil dari 1 (< 1).

2. Penurunan disparitas harga bahan pokok antarprovinsi, sehingga kelangkaan dan penimbunan bahan pokok dapat diminimasi.

Target tahun 2011: Rata-rata penurunan disparitas harga antar provinsi mencapai 1,5-2,5%.

Tujuan 9: Penciptaan jaringan distribusi perdagangan yang efisien

Sasaran yang ingin dicapai:

Peningkatan kinerja logistik Indonesia.

Target tahun 2011: tidak dapat ditentukan karena publikasi diterbitkan hanya dua tahun sekali.

Untuk menunjang pencapaian target sasaran Kementerian Perdagangan didukung oleh pelaksanaan kegiatan Reformasi Birokrasi yang mengacu pada Cetak biru Postur Birokrasi Kementerian Perdagangan RI pada tahun 2025 yang berisi time-frame dan rencana kerja reformasi birokrasi Kementerian Perdagangan berdasarkan 9 program dan 23 rencana aksi dari Kementerian Negara PAN dan RB, dalam rangka mencapai postur birokrasi Kementerian Perdagangan tahun 2025 sesuai dengan PER/15/ M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi dan Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi.

Tujuan 10: Peningkatan kualitas kinerja organisasi

Sasaran yang ingin dicapai:

Peningkatan kinerja keuangan dan performance organisasi.

Target tahun 2011: pencapaian opini BPK dengan status “Wajar Tanpa Pengecualian” dan penilaian terhadap dokumen SAKIP mencapai “B”.

Tujuan 11: Penguatan dan peningkatan kualitas organisasi dan SDM

Sasaran yang ingin dicapai:

1. Terwujudnya organisasi yang berbasis kinerja (berorientasi outcome). Target 2011: skor hasil survey berada diatas angka 2,42.

2. Penerapan sistem manajemen SDM yang mampu mendorong peningkatan profesionalisme, kompetensi, dan remunerasi yang sesuai dengan beban kerja dan tanggungjawab.

(18)

BAB 3

KINERJA KEMENTERIAN

PERDAGANGAN

Empat kelompok sasaran pembangunan perdagangan telah

tercapai target yang ditetapkan dalam RENSTRA Kementerian

Perdagangan 2010-2014, bahkan melampaui target.

Target ekspor non migas terlampaui dengan pertumbuhan 33,08%,

yang didukung oleh adanya diversifikasi pasar dan produk.

(19)

3.1 Kilas Capaian Perdagangan

Kinerja Perdagangan dalam waktu satu tahun menunjukkan peningkatan cukup baik hampir diseluruh indikator yang menjadi sasaran pembangunan perdagangan tahun 2011 sebagaimana tercantum pada RENSTRA Kementerian Perdagangan. Kilas capaian sasaran kinerja Kementerian Perdagangan tahun 2011 sebagai berikut:

No Indikator Sasaran 2010 2011

Capaian Target Capaian s.d Okt 1 Peningkatan Akses Pasar

a. Pertumbuhan Ekspor Non Migas b. Pangsa 5 (lima) Negara Ekspor

Terbesar

c. Kontribusi Ekspor diluar 10 produk utama

2 Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan Perdagangan Luar Negeri (total ijin 2009: 108 ijin

2010: 89 ijin)

• Jumlah ijin UPP (INATRADE)

• Jumlah Online

• Waktu Penyelesaian

Perdagangan Dalam Negeri (total 21 ijin)

• Jumlah ijin UPP (INATRADE)

• Jumlah Online

3 Peningkatan daya saing ekspor

• RCA >1 komoditi HS 6 (1996) 887 Komoditi 590 – 605 komoditi

887 Komoditi 4 Peningkatan peran dan kemampuan

diplomasi perdagangan internasional

• Jumlah hasil perundingan internasional

140 151 197

5 Stabilisasi dan Penurunan Disparitas Harga Bahan Pokok

a. Koefisien Variasi Harga b. Rasio KVH Komoditi tertentu

didalam negeri dibanding luar negeri

c. Rasio KVH provinsi dan nasional

4,5% 6 Peningkatan Pengawasan dan

Perlindungan Konsumen

54 BPSK 50 BPSK 65 BPSK 7 Penciptaan Jaringan Distribusi

Perdagangan yang Efisien (Skor Logistic Performance Index)

2,76 2,76 2,76

8 Pengembangan Ekonomi Kreatif Telah dilaksanakan program pengembangan ekonomi kreatif, al :

- PPKI

- World Batik Summit

(20)

3.2 Capaian Sasaran Perdagangan Tahun 2011

3.2.1 Peningkatan Akses Pasar Ekspor dan Fasilitasi Ekspor

Target Ekspor Non Migas tahun 2011 telah terlampaui

Pada tahun 2011 periode Januari–Oktober, kinerja ekspor Indonesia meningkat 34,9% dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama, yaitu dari US$ 125,32 Milyar menjadi US$ 169,03 milyar. Ekspor tersebut terdiri dari ekspor migas senilai US$ 34,30 milyar dan ekspor non migas senilai US$ 134,73 milyar. Pertumbuhan ekspor non migas 2011 (Januari–Oktober) sebesar 30,36% telah melampaui target tahun 2011 sebesar 11-12%. Sementara itu, apabila dihitung secara tahunan (moving p.a growth rate), pertumbuhan ekspor non migas periode November 2010–Oktober 2011 terhadap November 2009–Oktober 2010 mencapai 31,44%.

Kontribusi Ekspor non-migas rata-rata Januari–Oktober 2011 sangat tinggi terhadap total ekspor Indonesia, yaitu sebesar 79,71% dibandingkan dengan rata-rata kontribusi ekspor migas Januari–Oktober 2011 sebesar 20.29%.

Kinerja ekspor Indonesia saat ini mengalami diversifikasi dengan mulai meningkatnya ekspor produk non migas tidak hanya produk utama tetapi produk lainnya.

Penguatan ekspor non migas selama periode Januari–Oktober 2011 didorong oleh peningkatan ekspor dari seluruh sektor. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, peningkatan tertinggi terjadi pada sektor pertambangan naik sebesar 36,08% disusul oleh peningkatan ekspor di sektor industri sebesar 30,29%, peningkatan pertanian 2,57% dan di sektor lainnya sebesar 30,31%.

Gambar 5. Pertumbuhan Ekspor Non Migas Berdasarkan Sektor Tahun 2010-2011 (Jan-Okt)

Sumber: BPS

Kontribusi ekspor 10 produk utama sebesar 46% dari ekspor non migas

Dalam upaya peningkatan ekspor, Kementerian Perdagangan memiliki fokus pada peningkatan dan pengembangan ekspor pada 10 produk utama dan produk lainnya. Sepuluh produk ekspor utama (TPT, Elektronika, Karet dan Produk Karet, CPO, Hasil Hutan, Alas Kaki, Otomotif, Udang, Kakao, dan Kopi) memberikan kontribusi sebesar 49 % terhadap total ekspor non-migas pada Januari-September 2011. Kenaikan

4.1

Ekspor Non Migas Menurut Sektor (US$ Miliar)

(21)

ekspor tertinggi terjadi pada ekspor produk karet yang naik dari US$ 6,64 milyar menjadi US$ 11,25 milyar, atau tumbuh 69,5% (Gambar 6).

Gambar 6. Nilai Ekspor Menurut 10 Produk Utama (US$ juta)

Sumber: BPS.

Kontribusi ekspor produk lainnya sebesar 54% dari ekspor non migas

Gambar 7. Komposisi Ekspor Produk Utama Dan Produk Lainnya Tahun

(22)

Gambar 8. Pangsa Pasar Ekspor Indonesia Tahun 2010-2011 (Jan-Okt)

Sumber: BPS

Promosi Ekspor melalui Partisipasi pada Pameran Dagang Internasional

Dalam upaya untuk mendorong peningkatan kinerja ekspor nonmigas Indonesia melalui kegiatan promosi, Kementerian Perdagangan senantiasa berpartisipasi pada sejumlah kegiatan promosi dagang internasional di sejumlah negara. Partisipasi pada kegiatan ini melibatkan sejumlah pengusaha Indonesia dengan beragam kategori produk. Dalam

kepesertaannya di berbagai kegiatan dimaksud, Kementerian

Perdagangan juga berkoordinasi dengan berbagai pihak meliputi sejumlah instansi terkait di pusat dan daerah, asosiasi pengusaha, BUMN, serta pihak swasta.

Adapun beberapa pameran internasional yang telah diikuti oleh Kementerian Perdagangan pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:

a. MACEF 2011

b. International Jewellery Kobe 2011 c. CommunicAsia 2011

d. International Design Exhibition (INDEX) 2011 e. China ASEAN Expo (CAEXPO) 2011

Penyelenggaraan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-26 tahun 2011

TEI ke-26 yang diselenggarakan pada tanggal 19-23 Oktober 2011 di JIExpo, Kemayoran – Jakarta ini dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden RI didampingi oleh Menteri Perdagangan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Gubernur DKI Jakarta.

Sebanyak 1.005 peserta berpartisipasi pada TEI 2011, termasuk dari berbagai instansi terkait, BUMN, Pemda, Asosiasi dan sebagainya. Produk-produk yang ditampilkan antara lain komponen otomotif, peralatan elektronik, tekstil dan produk tekstil (TPT), kakao, alas kaki, karet dan produk karet, kopi, furnitur, CPO, udang, minyak atsiri, perhiasan, makanan olahan, ikan dan produk ikan, kulit dan produk kulit, alat tulis non kertas, kerajinan, peralatan medis, rempah-rempah dan produk herbal serta produk jasa seperti tenaga kerja terampil.

Selama 5 (lima) hari penyelenggaraan TEI 2011, tercatat sebanyak 8.311 buyers mancanegara dari 92 negara yang hadir pada arena pameran. Dari jumlah tersebut, sebanyak 86,55% buyers berasal dari negara-negara non

tradisional dan emerging market seperti India, Malaysia, Arab Saudi,

Mesir, Bangladesh dan Iran. Adapun jumlah transaksi yang berhasil

(23)

diperoleh selama penyelenggaraan TEI 2011 sebesar USD 464,5 juta atau meningkat sebanyak 25,78% dibandingkan nilai transaksi yang berhasil dibukukan pada penyelenggaraan TEI di tahun sebelumnya.

Pengiriman Misi Dagang Misi dagang dimaksudkan sebagai forum kerjasama antar bisnis (B2B) sekaligus antar pemerintah (G2G) guna mengamankan akses pasar Indonesia. Sampai dengan Desember 2011 telah dilakukan misi dagang ke beberapa negara yang antara lain sebagai berikut.

Misi Dagang ke India: perluasan hubungan perdagangan dan investasi

Kesepakatan untuk melanjutkan hubungan bilateral ke level yang lebih tinggi dimana kedua pihak sepakat untuk meningkatkan, memperluas dan memperdalam hubungan perdagangan, investasi dan kerjasama ekonomi dengan membentuk mekanisme hubungan yang lebih terarah baik di tingkat pemerintah maupun sektor swasta.

Selain itu, juga mendukung pembangunan di bidang transportasi dan infratruktur di Indonesia dan meminta untuk menghadirkan perusahaan Indonesia yang bergerak di sektor infrastruktur untuk hadir dalam Forum bilateral kedua negara.

Kunjungan Kerja Mendag dan Business Forum ke London

Dalam rangka kunjungan kerja Mendag ke London pada tanggal 29-31 Juli 2011, telah dilakukan pertemuan bilateral dengan Minister of State for Trade and Investment, Mr. Stephen Green. Pertemuan dengan tersebut dimaksudkan untuk membahas draft Memorandum of Understanding (MoU)antaraMinistry of Trade of the Republic of Indonesian and Department of Business, Innovation and Skill on the United Kingdom on Annual Trade Talks. Annual Trade Talksmerupakan forum yang diusulkan dilaksanakan pada tingkat Menteri secara berkala setiap tahun dengan tujuan membicarakan tantangan yang dihadapi oleh masing-masing negara dalam membuka akses pasar sehingga diharapkan arus perdagangan menjadi lebih kondusif. Pada akhir pertemuan disepakati untuk dilakukan penandatanganan MoU pada bulan November 2011.

Selain pertemuan tersebut, juga dilakukan Kegiatan Business Forum yang diselenggarakan pada tanggal 29 Juli 2011, dan diikuti oleh 100 orang peserta terdiri dari pelaku bisnis, trading house, buying agent, perwakilan perusahaan, perwakilan pemerintahan serta wartawan dari Indonesia dan Inggris. Pada kesempatan tersebut, dipaparkan pertumbuhan ekonomi dan potensi Indonesia serta prospek sektor perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Inggris di tahun-tahun mendatang. Kegiatan dilanjutkan dengan business-to-business meetingantara pengusaha Indonesia dengan Inggris.

Perdagangan dan Investasi Kunci Penetrasi Pasar Afrika Barat

Wakil Menteri Perdagangan bersama sejumlah pengusaha yang bergerak di bidang farmasi, makanan dan minuman olahan, kebutuhan rumah tangga, kelapa sawit, telekomunikasi serta keuangan, mengadakan kunjungan kerja ke Nigeria dan Ghana pada tanggal 25-28 September 2011. Kunjungan ini dilakukan untuk meningkatkan hubungan perdagangan, investasi dan kerja sama ekonomi antar kedua negara. Selama di Lagos dan Abuja, Nigeria, dilakukan pertemuan dengan Menteri Negara Keuangan, pimpinan Nigerian Investment Promotion Commission (NIPC), Wakil Menteri Perdagangan dan Investasi, Ketua Kadin dan sejumlah pengusaha utama negara tersebut.

(24)

adalah produsen kakao kedua terbesar di dunia setelah Pantai Gading, dan diikuti Indonesia pada posisi ketiga. Kerja sama antara Ghana dan Indonesia dalam bidang kakao itu diharapkan dapat semakin meningkatkan pembangunan perkakaoan di masing-masing negara, khususnya bagi Indonesia yang semakin diarahkan kepada peningkatan nilai tambah, produktivitas dan kualitas.

Penyelenggaraan Misi Dagang Afrika Selatan

Kegiatan Misi Dagang dilakukan pada tanggal 1-2 Desember 2011 di Afrika Selatan dan diikuti oleh Delegasi RI yang terdiri atas Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kemendag, perwakilan Direktorat Afrika Kemenlu, serta beberapa delegasi pengusaha Indonesia. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Afrika Selatan, khususnya terkait kerjasama ekonomi dalam bidang perdagangan dan investasi.

Pada kesempatan kunjungan kerja tersebut, Menteri Perdagangan RI melakukan serangkaian pertemuan dengan mitra kerja di Afrika Selatan, yaitu Menteri Perdagangan dan Industri Afrika Selatan, Menteri Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Afrika Selatan,South Africa Institute of International Affairs (SAIIA), Business Unity of South Africa(BUSA); Pertemuan dengan 4 (empat) perusahaan besar di Afrika Selatan yaitu Drakensberg Truck Manufacturers (armored personnel vehicles), DENEL (military aerospace and landward defense equipments), MALAS (automotive tires) dan SASOL (energy); Pertemuan Masyarakat dengan Warga Negara Indonesia di Afrika Selatan; dan Kegiatan Forum Bisnis Indonesia – Afrika Selatan yang dilanjutkan dengan One on One Business Meeting.

3.2.2 Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan Upaya-upaya

peningkatan investasi dan penciptaan iklim usaha yang kondusif

Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan investasi dan menciptakan iklim usaha yang kondusif adalah: reformasi kebijakan investasi; pengembangan kawasan perdagangan bebas & kawasan ekonomi khusus; dan peningkatan pelayanan perijinan perdagangan bagi dunia usaha. Selama beberapa tahun ke depan, Kementerian Perdagangan akan fokus pada kebijakan perdagangan yang mendukung sustainable trade, pengembangan INATRADE, INSW dan SKA Elektronik. Melalui kebijakan ini, diharapkan komoditi ekspor Indonesia akan semakin memenuhi persyaratan yang ditetapkan di negara tujuan ekspor seperti Uni Eropa yang selama beberapa tahun terakhir sangat concern terhadap produk-produk yang memenuhi standar ramah lingkungan (environmentally friendly). Selain kebijakan sustainable trade, Kementerian Perdagangan juga memfokuskan pada INSW, INATRADE dan Elektronik SKA.

Peningkatan pelayanan perdagangan bagi dunia usaha didukung oleh sistem informasi terintegrasi

Untuk meningkatkan pelayanan perijinan perdagangan bagi dunia usaha telah dilakukan:

(25)

Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal Untuk Barang Ekspor Indonesia.

2. Saat ini, seluruh perijinan impor telah dapat diakses secara online melalui website INATRADE dengan menggunakan hak akses. Seluruh perijinan ini diintegrasikan ke dalam sistem NSW. Hal ini tentu saja merupakan keberhasilan yang sangat baik dalam proses kelancaran arus barang dan peningkatan daya saing. Target waktu penyelesaian pelayanan perijinan secara onlineyang diharapkan pada Tahun 2011 adalah selama 3 hari.

3. Mendukung program SPIPISE sesuai dengan Instruksi Presiden No.1 tahun 2010 tentang Percepatan Prioritas Pembangunan Nasional tahun 2010 pada program Penyederhanaan Prosedur, Investasi dan Usaha. Jumlah instansi yang terintegrasi dalam SPIPISE berjumlah 16 instansi, diantaranya adalah Kementerian Perdagangan.

Peningkatan Pelayanan pada Unit Pelayanan Perdagangan (UPP) dengan ruangan dan fasilitas yang lebih baik

Pelayanan Perizinan Perdagangan khususnya di bidang perdagangan luar negeri sudah sangat baik selama beberapa tahun terakhir, antara lain telah menerapkan single entry and exit point, pelayanan perizinan perdagangan secara elektronik melalui INATRADE (e-licencing), kepemilikan hak akses bagi pengguna jasa pelayanan, pengembangan sistem perizinan perdagangan luar negeri yang telah terintegrasi dengan sistem NSW. Total perijinan perdagangan luar negeri yang telah dapat dilakukan melalui INATRADE adalah 89 perizinan yaitu 53 perizinan impor (telah dapat dilakukan secara online) dan 36 perizinan ekspor.

Kementerian Perdagangan terus meningkatkan pelayanan perizinan bagi pelaku usaha dan dengan semakin bertambahnya jumlah pelaku usaha yang melakukan pengurusan perizinan ke Kementerian Perdagangan, diperlukan ruangan yang lebih besar dan lebih memadai demi kenyamanan para pelaku usaha, Kementerian Perdagangan telah memindahkan tempat UPP yang sebelumnya berada di Lantai Dasar Gedung 2 ke Lantai 2 Gedung Utama Kementerian Perdagangan. UPP tersebut diperlengkap dengan Petugas Pelayanan Pelanggan (Customer Service) yang dapat menjawab berbagai informasi yang dibutuhkan oleh pelaku usaha yang mengurus perizinan baik ekspor, impor maupun perizinan di bidang perdagangan dalam negeri. Selain itu, pelayanan yang diberikan kepada pelaku usaha dapat lebih cepat, dan lebih informatif. UPP perdagangan dalam

negeri menerapkan prinsip “single entrydan single exit point”

Perbaikan layanan perijinan sektor perdagangan dalam negeri merupakan upaya mendukung penciptaan iklim investasi dan iklim usaha yang kondusif yang akhirnya dapat menguatkan pasar domestik.

UPP perdagangan dalam negeri memberikan layanan perijinan dengan prinsip ”single entry dan single exit point” sehingga proses perijinan khususnya perdagangan dalam negeri tidak lagi dilakukan secara tatap muka antara pemohon dengan pejabat pemroses.

(26)

berbeda di lingkungan Kementerian Perdagangan,

Waktu penyelesaian permohonan perijinan menjadi lebih singkat dan tanpa dipungut biaya. Sebelumnya, penyelesaian perijinan memakan waktu antara 5-15 hari kerja, tetapi dengan penerapan sistem ini, waktu persetujuan permohonan perijinan menjadi sekitar 1−6 hari kerja. Perijinan tersebut antara lain: (i) Pedagang Kayu Antar Pulau Terdaftar (PKAPT), (ii) Pedagang Gula Antar Pulau Terdaftar (PGAPT), (iii) Surat Persetujuan Perdagangan Gula Antar Pulau (SPPGAP), (iv) Surat Persetujuan Perdagangan Gula Rafinasi Antar Pulau (SPPGRAP), (v) Surat Ijin Usaha Perdagangan Bahan Berbahaya (SIUP B2), (vi) Surat Ijin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUPMB), dan (vii) Persetujuan Penyelenggaraan Pameran Dagang.

Peningkatan manajemen layanan bagi para eksportir juga dilakukan dengan meningkatkan fasilitas pada Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal (IPSKA) di daerah, melalui sarana otomasi dan sistem elektronik. Dari keseluruhan 85 IPSKA yang ada, 28 IPSKA dari tahun 2007 sudah menggunakan sistem otomasi, saat ini sudah dapat terintegrasi dengan sisten INATRADE, sedangkan 57 IPSKA lainnya saat ini sudah dapat mengajukan permohonan penerbitan SKA secara on-linemelalui internet. Hal ini, selain meningkatkan pelayanan bagi para eksportir juga sesuai dengan komitmen Indonesia pada ASEAN Economic Community.

Evaluasi perijinan impor,

Dalam upaya mencapai tujuan kebijakan impor, Kementerian Perdagangan telah melakukan pengelolaan impor dengan menerapkan instrumen dalam kebijakan di bidang impor yaitu:

a. Importir Terdaftar (IT) adalah perusahaan pemilik API-U yang telah mendapat penunjukan sebagai importir terdaftar untuk melakukan impor barang untuk keperluan kegiatan usaha dengan memperdagangkan atau memindahtangankan barang kepada pihak lain.

b. Importir Produsen (IP) adalah perusahaan pemilik API-P yang melakukan impor barang untuk dipergunakan sendiri dan/atau untuk mendukung proses produksi dan tidak diperbolehkan untuk memperdagangkan atau memindahtangankan kepada pihak lain.

c. Surat Persetujuan Impor (SPI) adalah surat yang harus dimiliki oleh perseorangan/badan usaha/badan hukum yang melakukan kegiatan impor memasukan barang ke dalam daerah pabean.

Pada tahun 2010, untuk mengetahui ketaatan dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban sesuai ketentuan dalam penetapan sebagai IT, pengakuan sebagai IP dan SPI, Kementerian Perdagangan melakukan kegiatan evaluasi atas perijinan yang telah diterbitkan.

Hasil evaluasi bahwa importir yang telah mendapatkan IT/IP/SPI sebanyak 10.017 Importir. Dari seluruh importir tersebut yang taat atas kewajibannya sebanyak 8.692 importir atau 86,78%, sedangkan sisanya sebanyak 1.325 importir atau 13,22% telah melanggar ketentuan dan telah dikenakan sanksi pencabutan.

Forum Ekspor sebagai sasarana komunikasi

(27)

Penyederhanaan waktu perijinan bidang Perdagangan Berjangka Komoditi dan Sistem Resi Gudang dari 32 hari menjadi 28 hari

Kementerian Perdagangan juga telah berhasil melakukan penyederhanaan waktu perijinan di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi dan Sistem Resi Gudang dari rata-rata 32 hari kerja menjadi 28 hari kerja.

Perijinan bidang perdagangan berjangka komoditi dan sistem resi gudang Pemerintah dan Pelaku

Usaha

nasional, Menteri Perdagangan selaku Ketua Pokja Ekspor telah meningkatkan komunikasi dan fasilitasi dengan para pelaku usaha. Hal ini diwujudkan melalui Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dan KADIN No.538/M-DAG/MoU/4/2011 dan MoU/024/IV/2011 Tentang Pembentukan Forum Ekspor Untuk Meningkatkan Daya Saing dan Nilai Tambah Ekspor Seluruh Daerah di Indonesia.

Salah satu tugas forum ekspor adalah menganalisa dan mengidentifikasi hambatan ekspor dan menyiapkan rekomendasi kebijakan dan langkah-langkah penyelesaian masalah sesuai prioritas penyelesaiannya.

Kementerian Perdagangan telah melaksanakan beberapa forum ekspor yaitu Forum Ekspor Dialog Menteri Perdagangan dengan Pelaku Usaha dan Jajaran Pemerintah Daerah di Batam Bintan Karimun (BBK), Forum Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil, Forum Ekspor Alas Kaki dan Produk Kulit, Forum Ekspor Otomotif & Elektronika, Forum Ekspor Furnitur, Pulp & Kertas, Forum Ekspor CPO, Karet dan Forum Ekspor Produk Makanan Minuman, serta Perhiasan.

Melalui forum ekspor, Kementerian Perdagangan telah mendapatkan informasi dari pelaku usaha mengenai isu-isu penting yang menghambat ekspor maupun usaha-usaha peningkatan ekspor. Beberapa isu yang diperoleh antara lain penerapan Regulated Agent terhadap pengiriman barang melalui udara, masalah infrastruktur dan energi, masalah keamanan hasil produksi dan pengiriman barang ekspor.

Kementerian Perdagangan akan menindaklanjuti isu dan permasalahan yang telah dihimpun serta berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan permasalahan yang merupakan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perdagangan. Selain itu, Kementerian Perdagangan juga akan memfasilitasi pelaku usaha untuk membicarakan hambatan ekspor yang terkait dengan kebijakan dari kementerian teknis lainnya.

Tingginya Ijin Keagenan mencapai 60%

mengindikasikan minat investor asing berusaha di Indonesia.

Pada periode Januari – November 2011,jumlah ijin bidang pembinaan usaha dan pendaftaran perusahaan yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan mencapai 3.069 ijin. Tingginya jumlah ijin keagenan (1.839) menggambarkan bahwa iklim berusaha di Indonesia semakin kondusif bagi investor, terutama oleh pelaku usaha perdagangan asing.

(28)

tersebut adalah :

1. Ijin usaha Bursa Berjangka, Kliring Berjangka, Pialang Berjangka, 2. Ijin Wakil Pialang,

3. Sertifikat Pendaftaran Pedagang Berjangka,

4. Persetujuan Kantor Cabang Pialang Berjangka, Penyelenggara SPA dan Peserta SPA, serta Bank Penjamin, Pialang PALN; dan

5. Persetujuan sebagai Pengelola Gudang, Gudang, Lembaga Penjamin Kesesuaian, dan Pusat Registrasi.

Perijinan di bidang Perdagangan Berjangka hingga Nopember 2011

Telah diterbitkan 5 (lima) jenis perijinan terkait di bidang perdagangan berjangka komoditi, antara lain 2 Izin Persetujuan Pialang Berjangka Peserta SPA, 613 izin Wakil Pialang Berjangka, 2 Persetujuan Pialang Berjangka Peserta Penyaluran Amanat Luar Negeri (PALN), 2 Sertifikat Pendaftaran Perdagangan Berjangka, dan 30 Penetapan Pembukaan Kantor Cabang Pialang Berjangka.

Pengenaan Sanksi Administratif bagi Perusahaan Pialang Berjangka

Kementerian Perdagangan telah mengenakan sanksi administratif kepada perusahaan Pialang Berjangka, antara lain :

1. Pembekuan izin usaha pialang berjangka terhadap 4 perusahaan pialang berjangka

2. Pencabutan izin usaha pialang berjangka terhadap 2 perusahaan pialang berjangka

3. Penutupan Kantor Cabang Pialang Berjangka terhadap 11 perusahaan pialang berjangka

4. Pencabutan Izin Wakil Pialang Berjangka terhadap 273 orang Wakil Pialang.

5. Peringatan Keras terhadap 19 perusahaan pialang berjangka

3.2.3 Peningkatan Daya Saing Ekspor

Daya Saing Produk Ekspor Indonesia

Secara umum, 10 komoditi utama ekspor Indonesia masih memiliki daya saing yang relatif tinggi di pasar global. Hal itu dapat dilihat dari nilai RCA yang berada di atas 1 kecuali untuk produk Elektronik dan Otomotif. Produk sawit, kakao, udang, karet, hasil hutan dan kopi Indonesia memiliki tingkat daya saing yang relatif tinggi di pasar internasional. Namun, daya saing produk elektronik dan otomotif Indonesia di pasar dunia menunjukkan trend yang meningkat.

Gambar 5. Pertumbuhan Ekspor 10 Komoditi Utama

Sumber : BPS (diolah Kemendag)

(29)

Tabel 1 Pertumbuhan Ekspor 10 Komoditi Utama

Sumber : BPS (diolah Kemendag)

Kemampuan

Dalam rangka mendukung peningkatan daya saing nasional, telah dilakukan pemetaan komoditi dan pembinaan kualitas serta disain produk kerjasama bagi pelaku usaha di daerah bekerjasama dengan pemerintah daerah, asosiasi, dan akademisi.

Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan bagi Pelaku Ekspor

Terkait dengan upaya menghadapi pasar global yang semakin kompetitif, diperlukan peningkatan kemampuan bersaing untuk menguasai bisnis pasar nasional maupun internasional. Terkait dengan hal tersebut, Kementerian Perdagangan mengadakan sejumlah kegiatan pelatihan yang dimaksudkan dapat meningkatkan kapasitas pelaku ekspor, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan daya saing ekspor Indonesia.

Kegiatan pelatihan dan pendidikan ekspor yang diselenggarakan dapat dikelompokkan ke dalam 7 (tujuh) bidang pelatihan yaitu Perdagangan Internasional, Pengembangan Produk, Pembiayaan dan Pembayaran Ekspor, Promosi/Komunikasi Ekspor, Strategi Pemasaran Ekspor, Manajemen Mutu dan Pemilihan Distributor. Saat ini, kegiatan pendidikan dan pelatihan telah diselenggarakan di Jakarta sebanyak 67 angkatan dengan jumlah peserta mencapai 1.672 peserta, sementara di daerah telah terselenggara sebanyak 44 angkatan dengan jumlah peserta sebanyak 1.288 peserta.

Fasilitasi

Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

Sebagai bentuk perwujudan Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Kementerian Hukum dan HAM perihal Peningkatan Pemahaman dan Pemanfaatan Sistem Hak Kekayaan Intelektual (HKI) bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM), serta sebagai upaya untuk mendorong peningkatan daya saing produk Indonesia, Kementerian Perdagangan secara regular memberikan sosialisasi mengenai HKI kepada masyarakat dan pelaku usaha melalui berbagai kegiatan di pusat dan daerah sekaligus fasilitas pendaftaran HKI kepada pengusaha Indonesia. Upaya-upaya tersebut diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seminar, workshop, dan stand informasi HKI pada berbagai pameran di dalam negeri.

KOMODITI UTAMA

1 TPT 9.4 9.8 10.1 9.3 11.2 2.12 1.98 1.92 1.88 1.66

2 ELEKTRONIK 7.9 7.9 8.6 8.7 10.5 0.49 0.50 0.50 0.56 0.50

3 KARET DAN PRODUK KARET 5.5 6.2 7.6 4.9 9.4 5.57 5.41 5.70 4.18 5.00

4 SAWIT 4.8 7.9 12.4 10.4 13.5 77.54 79.94 77.89 83.50 66.08

5 PRODUK HASIL HUTAN 7.8 7.8 8.4 6.7 8.7 4.70 4.10 4.00 3.61 3.31

6 ALAS KAKI 1.6 1.6 1.9 1.7 2.5 2.77 2.51 2.50 2.34 2.37

7 OTOMOTIF 1.6 2.0 2.7 1.7 2.6 0.19 0.20 0.25 0.21 0.20

8 UDANG 1.1 1.0 1.1 0.8 0.9 9.09 8.15 8.82 6.31 6.33

9 KAKAO 0.8 0.9 1.2 1.3 1.5 12.70 12.05 13.22 12.14 21.18

10 KOPI 0.6 0.6 1.0 0.8 0.8 4.72 4.28 5.40 4.36 3.00

TOTAL EKSPOR 100.8 114.1 137.0 116.5 157.8

2007 2008

INDONESIA - NILAI : Milliar US$

(30)

3.2.4 Peningkatan Peran Diplomasi Perdagangan

Tercapainya 197 hasil perundingan perdagangan internasional yang bertujuan untuk membuka akses pasar dan memperkuat pasar domestik

Dalam rangka peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional, target yang ingin dicapai pada tahun 2011 adalah 197 (seratus sembilan puluh tujuh) hasil perundingan perdagangan internasional. Kementerian Perdagangan telah mencapai 130% dari target berupa Agreement, kesepakatan kerja sama komoditi, MRA, MoU, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report, respon terhadap pengamanan kebijakan perdagangan, guidance of principal, dan dokumen perundingan lainnya.

Posisi strategis Indonesia dalam forum

perdagangan internasional

Perjuangan Indonesia dalam meningkatkan akses pasar di forum multilateral yang dilakukan melalui kerjasama dan perundingan internasional di forum World Trade Organization(WTO) telah membuat komposisi kekuatan negara-negara berkembang dengan negara maju dalam forum tersebut menjadi berimbang. Kepemimpinan Indonesia dalam berbagai kelompok inti (misal: G33, G20 di WTO dan ASEAN) membuat posisi Indonesia semakin diperhitungkan di forum internasional dan regional. Dalam melakukan negosiasi dan diplomasi perdagangan internasional Kementerian Perdagangan bertindak sebagai koordinator untuk posisi Indonesia dan selalu berpegang kepada prinsip keamanan dan kepentingan nasional.

Perjuangan Indonesia dalam meningkatkan akses pasar di forum multilateral dilakukan melalui kerja sama dan perundingan internasional di forum WTO.

Agriculture

Negosiasi isu pertanian di WTO pada awal Januari 2011 adalah terkait tentang Special Safeguard Mechanism (SSM) pada Committee on Agriculture Special Session/COA-SS) membahas masalah Draft Teks ke-5 Pertanian.Pembahasan telah memasuki tahap konsultasi informail baik plurilateral maupun bilateral. Beberapa kemajuan yang dicapai dalam rangkaian sidang adalah tercatat adanya indikasi yang kuat dari para anggota akan terus melakukan konsultasi setelah sidang ini berakhir baik untuk membahas isu outstanding maupun isu teknis lainnya. Arah pendekatan pembahasan isu teknis dan outstandingke depan akan lebih diserahkan ke negara-negara key players untuk menyelesaikannya baik dalam format small groups maupun konsultasi bilateral. Indonesia terlibat aktif melakukan konsultasi bilateral dan plurilateral mengenai isu SSM dengan beberapa negara yang berkepentingan untuk mengamankan ekspor produk pertanian mereka seperti Australia, Selandia Baru, dan Norwegia.

(31)

para anggota G-33 dalam menyelesaikan perundingan plurilateral/bilateral atas isu SSM.

Non-Agricultural Market Access(NAMA)

Perundingan NAMA akan menghadapi banyak tantangan terutama kesiapan posisi Indonesia dalam seluruh modalitas NAMA. Untuk perundingan DOHA sendiri akan selesai pada tahun 2011 dengan tahapan Program of Worksecara umum yang terdiri dari:i) Pertemuan pada NG on NAMA pada Januari 2011; penerbitan revised draft text pada akhir kuartal pertama tahun 2011; iii) penerbitan seluruh text/modalitas final pada bulan Juni-Juli 2011; proses scheduling dan legal drafting yang memakan waktu 6-7 bulan.

Sidang NAMA yang dilaksanakan pada tanggal 14-18 Maret 2011 membahas sejumlah dokumen baru dan pertemuan informal Product Basket Approach dalam rangka inisiatif sektoral. Adapun proposal-proposalnya adalah sebagai berikut: Proposal LDCs terkait Rules of Origin (ROO), Proposal Korea terkait standar internasional dan Conformity Assessment Proceduresdalam negosiasi NTB produk elektronik, Proposal Israel terkait Request-offer approach dalam negosiasi NAMA, Proposal sejumlah negara terutama Singapura terkait negosiasi sektoral, dan Proposal ACP Group terkait transparansi. Diharapkan negara-negara pengusul usulan dalam proposal tersebut dapat segera melakukan konsultasi.

3.2.4.2 Kerja Sama ASEAN

Keketuaan Indonesia untuk ASEAN pada tahun 2011

Keketuaan Indonesia untuk ASEAN telah dimulai pada tanggal 1 Januari 2011 hingga akhir tahun 2011. Pengumuman resmi Keketuaan Indonesia untuk ASEAN di tahun 2011 tersebut telah dilakukan pada saat Closing CeremonyKTT ASEAN ke-17 di Hanoi, Vietnam, pada tanggal 30 Oktober 2010. Dalam masa Kepemimpinannya tersebut, Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT ke-18 ASEAN, KTT ke-19 ASEAN, dan East Asia Summit (EAS), serta rangkaian pertemuan ASEAN lainnya.

Posisi Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2011 memiliki nilai strategis tersendiri. Sebagai pemimpin ASEAN, Indonesia harus mampu menjalin relasi secara intens dengan para pemimpin tinggi negara-negara maju. Indonesia dapat memanfaatkan posisi itu untuk melibatkan diri secara aktif dalam berbagai forum kerja sama ekonomi global. Namun, pelibatan aktif dalam berbagai forum kerja sama ekonomi global harus dimaknai sebagai suatu upaya untuk mengokohkan posisi ekonomi Indonesia dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Kemampuan dan kecakapan dalam menjalin relasi inilah yang akan menjadi faktor penentu bagi keberhasilan Indonesia mengemban amanat sebagai Ketua ASEAN 2011. Tema Keketuaan Indonesia untuk ASEAN di tahun 2011 ini adalah “ASEAN Community in a Global Community of Nations”. Tema ini mengusung keberhasilan pencapaian Komunitas ASEAN 2015.

(32)

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-19

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-19 secara resmi dibuka oleh Presiden RI

Susilo Bambang Yudhoyono, tanggal 17 November 2011 di Bali Nusa Dua

Convention Center (BNDCC), Bali. Sehari sebelum KTT ASEAN ke-19 dibuka, pada tanggal 16 November 2011, telah berlangsung Pertemuan Keenam Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Para Menteri negara-negara anggota ASEAN membahas tingkat implementasi Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

yang dituangkan ke dalam “kartu penilaian” atau scorecardimplementasi

langkah-langkah stratejik yang tertuang dalam Cetak Biru MEA. Pertemuan Dewan MEA mencatat bahwa tingkat implementasi kolektif Cetak Biru MEA periode 1 Januari 2008 hingga 30 Oktober 2011 mencapai 75,66% dari total 300 langkah yang harus diimplementasikan. Ini merupakan peningkatan dari hasil pemantauan hingga bulan Juli 2011 yang tercatat sebesar 73,42%. Sekalipun pencapaian tahun ini tergolong signifikan, namun masih ada kendala-kendala domestik yang harus diselesaikan oleh masing-masing negara anggota.

Pencapaian khusus pilar ekonomi ASEAN di bawah kepemimpinan Indonesia tahun ini adalah penguatan pilar ketiga dari Cetak Biru MEA, sementara tiga pilar lainnya yakni pasar tunggal dan basis produksi, kawasan berdaya saing tinggi dan integrasi ke dalam perekonomian dunia telah mencatatkan banyak kemajuan. Setelah melalui proses diskusi panjang, maka para Pemimpin ASEAN dalam KTT

ke-19 mendukung sebuah dokumen yang dinamakan ASEAN Framework for

Equitable Economic Development (AFEED). Dokumen ini merujuk pada upaya pengembangan UKM dan pengentasan jurang pembangunan ekonomi di ASEAN, yang selama ini dirasakan kurang mendapatkan perhatian dibanding tiga pilar lainnya. Capaian lain adalah disahkannya oleh para Pemimpin ASEAN sebuah

dokumen yang diberi nama ASEAN Framework on Regional Comprehensive

Economic Partnership(AFRCEP). Dokumen ini meletakkan prinsip-prinsip umum bagi proses integrasi ekonomi ASEAN lebih jauh dengan negara-negara mitranya dengan tetap mengedepankan peran sentral ASEAN dalam proses dan formatnya.

3.2.4.3 Kerja Sama ASEAN dan Organisasi Internasional lainnya

Next Generation on Trade and Investment (NGTI) -APEC

Pada agenda Next Generation on Trade and Investment (NGTI) dibahas

bagaimana memajukan kebijakan inovatif yang berorientasi pasar, efektif dan tidak diskriminatif, serta bagaimana meningkatan partisipasi UKM dalam rantai produksi global. Hal yang mendasar yang menjadi perbedaan pandangan antar ekonomi pada bahasan kebijakan inovatif adalah terkait kewajiban menghilangkan regulasi domestik yang melarang menjadikan lokasi pengembangan atau kepemilikan atas hak atas kekayaan intelektual sebagai preferensi untuk pengadaan barang/ jasa pemerintah.

Ekonomi APEC sependapat mengenai pentingnya peran UKM dalam menggerakan roda perekonomian terutama pada saat krisis ekonomi dan sepakat untuk mengupayakan memasukan elemen keikutsertaan UKM dalam rantai produksi global pada setiap kesepakatan kerja sama perdagangan.

Supply-Chains Connectivity Action Plan - APEC

Pada bahasan rencana aksi konektivitas mata rantai suplai, dibahas bagaimana meningkatkan perdagangan melalui penerapan batas minimal nilai impor barang yang dikirim melalui jasa titipan/kurir dan pos yang dibebaskan dari bea masuk

(33)

menerapkan batas minimal yang seragam sebesar USD 100 untuk ekonomi APEC. Terkait hal ini ekonomi APEC sepakat bahwa penerapan batas minimal yang sama hanya diperuntukan bagi ekonomi APEC yang telah siap melalui skema pathfinder, sementara ekonomi lainnya menerapkan de minimis value sesuai dengan kebutuhan masing-masing ekonomi.

Addressing Barriers to SMEs Trade - APEC

Pada bahasan bagaimana mengatasi hambatan perdagangan bagi UKM terutama meningkatkan akses pasar luar negeri, Para Menteri APEC sepakat berkomitmen untuk melaksanakan aksi untuk mengatasi hambatan perdagangan bagi UKM antara lain terkait akses terhadap keuangan, pemanfaatan teknologi informasi, dan hak atas kekayaan intelektual khususnya bagi UKM yang akan melakukan ekspor.

Green Growth - APEC Para Menteri APEC membahas beberapa hal pokok, yakni liberalisasi perdagangan barang dan jasa yang ramah lingkungan (Environmental Goods and services); pembentukan Kelompok Pakar mengenai Pembalakan Liar dan Perdagangan terkait; perampingan prosedur bagi impor advanced demonstration motor vehicles; pengurangan dan penghapusan subsidi bahan bakar; dan pengembangan kerja sama Low Emission Development Strategies. Pada pembahasan Promoting liberalization of trade and investment in environment goods and services (EGS - Annex C, AELM Statement), masih belum tercapai kesepakatan pada isu EGS terkait penurunan tarif menjadi kurang dari 5% pada tahun 2015.

Advancing Regulatory Convergence and Cooperation - APEC

Terkait dengan pelaksanaan praktik-praktik peraturan yang baik (good regulatory practices), para Menteri Ekonomi APEC sepakat atas aksi spesifik untuk memperkuat implementasi praktik-praktik tersebut antara lain melalui koordinasi internal pembuatan peraturan, penilaian dampak regulasi, dan konsultasi publik, serta melaporkan kemajuan penerapan tersebut pada tahun 2012, penilaian atas hasil laporan pada tahun 2013, serta melaksanakan peningkatan kapasitas guna membantu ekonomi dalam penerapan aksi spesifik ini. Selain itu, para Menteri juga menyepakati APEC Regulatory Cooperation Plan sebagai prinsip kerja sama regulasi APEC dan sepakat untuk meningkatkan kerja sama pada isu teknologi ramah lingkungan yang sedang berkembang elalui rekomendasi standar dan penilaian kesesuaian terkait teknologi smart grid, green building, dan solar technology. Beberapa area kerja sama regulasi lainnya antara lain di bidang kimia, peralatan kesehatan, jasa, dan anggur.

World Economic Forum on East Asia (WEF on EA)

PenyelenggaraanWorld Economic Forumon East Asia (WEF on EA)dilaksanakan oleh Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Kementerian terkait serta dunia usaha.WEF on EAsebagai forum internasional resmi dibuka oleh Bapak Presiden Republik Indonesia pada tanggal 12 Juni 2011. WEF on EAke-20 yang bertema “Responding to the New Globalism” dihadiri oleh 624 partisipan dari 40 negara yang mewakili lembaga pemerintah, industri, pengambil kebijakan regional dan global, dan pimpinan lembaga nirlaba serta akademisi. Tujuan WEF on EAadalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dan investasi suatu negara di dunia dengan melibatkan dunia bisnis, politik, akademisi, dan para pemimpin kelompok masyarakat untuk menyusun agenda industri secara regional dan global.

Regional Entrepreneurship Summit(RES)

Gambar

Gambar 1 Gambar Pertumbuhan (yoy) Ekspor Non Migas Indonesia ke UE dan AS
Gambar 3. Neraca Perdagangan Migas dan Nonmigas
Gambar 5. Pertumbuhan Ekspor Non Migas Berdasarkan Sektor Tahun 2010-2011(Jan-Okt)
Gambar 7. Komposisi Ekspor Produk Utama Dan Produk Lainnya Tahun 2010-2011(Jan-Sep)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan penelitian ini adalah penerapan alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar gerak dasar lempar tangkap bola kecil pada siswa kelas IV SDN 4

rata-rata epoh yang diperlukan oleh algoritma LM untuk mencapai kondisi error paling kecil tidak berbeda secara signifikan di antara ketujuh macam banyaknya neuron

Indikator keterampilan proses yang ingin ditingkatkan dalam praktikum biologi umum ini yaitu ada 6 indikator, data rincian indikator keterampilan proses dapat dilihat di

Melakukan efisiensi pada beban operasional sehingga rasio biaya operasi terhadap pendapatan operasi yang masih terlalu besar yakni memperoleh hasil rasio &gt;1

Salah satu drama seri yang paling menonjol saat ini adalah Catatan Hati Seorang Istri yang diluncurkan pada awal Juni dan dengan cepat telah menjadi hit drama seri dengan

membran dengan metode ini adalah polimer yang digunakan harus larut pada. pelarutnya atau

Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah untuk membuat Aplikasi Pemesanan Bahan Kimia Pertanian pada CV.. Gilang Perkasa Berbasis

Kasus DBD yang terjadi seringkali dikaitkan dengan pelaksanaan fogging atau pengasapan yang bertujuan untuk membasmi vektor Aedes sp serta memutus mata rantai