• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI KADAR KALSIUM FOSFOR DAN MA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IDENTIFIKASI KADAR KALSIUM FOSFOR DAN MA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI KADAR KALSIUM, FOSFOR, DAN MAGNESIUM PADA SERUM DARAH SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA TRADISIONAL DI DESA

NONOHONIS – TTS

(IDENTIFICATIONS OF CALCIUM, PHOSPORUS, AND MAGNESIUM LEVEL ON BLOOD SERUM ON BIBOS SONDAICUS WHICH IS MAINTAINED TRADISIONALY IN

NONOHONIS VILLAGE TTS)

Ricky Myki Laurens Sine1, Herlina Umbu Deta2, Yulfia Nelymalik Selan3

1

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana, Kupang. E-mail:

ricky.myki@gmail.com

2

Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana, Kupang. E-mail:herlinadeta@yahoo.co.id

3

Laboratorium Anatomi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana, Kupang. E-mail: yulfia.nelly@gmail.com

ABSTRACT

The aims of this research namely to identify, to evaluate, and to compare the level of mineral on blood serum of bibos sondaicus in the end of dry season and in the beginning of wet season and also to identify mineral level of field grass which is consumed by cattle. 4 samples of natural grass and 14 samples of blood are taken from two different season; from 7 cattles. The analysis result show that hypercalcemia is found in two different season, while magnesium mineral state under normal limits; In the end of dry season with slight increase to normal in the beginning of rainy season. Phosphorus mineral describe normal average on blood serum. Mineral level of grass feet illustrate. The feed shortages in dry season it increasing in rainy season. The conclution is seasons influence the level of Ca and P in blood because of the sunlight, while seasons do not influence level of the magnesium mineral, but it is influenced by the consumption of field grass from the cattle and the level of Ca in blood.

Keywords: Bibos sondaicus, mineral, blood, feed

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki berbagai breed

ternak sapi potong diantaranya sapi ongole, sapi bali dan sapi madura beserta peranakannya. Sapi bali merupakan domestikasi banteng yang telah menyebar di berbagai daerah di Indonesia yang mempunyai potensi ekonomis yang tinggi

(2)

hujan cukup rendah dengan rata-rata curah hujan selama 4 bulan dan memiliki waktu kering yang cukup panjang yaitu 8 bulan (TTS DALAM ANGKA, 2013). Hal ini menyebabkan ternak sapi sangat kekurangan pakan dan mineral di musim kemarau dan keadaan yang sebaliknya hewan mendapatkan pakan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mineral di musim hujan.

Tubuh sapi tidak dapat menghasilkan mineral sendiri, walaupun diperlukan dalam jumlah sedikit, namun sangat penting untuk kesempurnaan makanan yang dikonsumsi. Batasankekurangan mineral pada ternak dapat dikategorikan

sebagai defisiensi dan marginal. Kedua batasan ini hanya berbeda dalam menentukan ambang batas kekurangan. Marginal menunjukkan bahwa kadar suatu mineral berada di bawah normal tetapi masih cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dasarnya apabila kekurangan tidak berlanjut. Pada keadaan marginal ini, cadangan mineral sudah sangat sedikit. Sedangkan pada ternak yang dikategorikan defisiensi, kandungan mineral dalam tubuh ternak sudah sangat rendah, untuk aktivitas metabolisme dasarnya saja tidak mencukupi dan tidak memiliki cadangan mineral di dalam tubuhnya(Caple, 1984).

Tabel 1. Klasifikasi Kadar Ca, P dan Mg Dalam Serum Darah Sapi

Sumber: Puls in Kincaid (2008)

Peternak di NTT cenderung memelihara sapi dengan cara semiintensif

atau ekstensif, namun hal ini tidak efisien bagi ternak untuk mendapatkan pakan yang cukup dimusim kemarau karena ketersediaan pakan di padang sangat sedikit sehingga mineral yang didapat juga sangat rendah. Berbagai laporan penelitian menunjukkan bahwa kandungan beberapa jenis unsur mineral dalam rumput lapangan relatif rendah. Rendahnya kandungan mineral ini berakibat terhadap ketidakcukupan kebutuhan mineral dalam tubuh sapi, sehingga menyebabkan terjadinya kekurangan (defisiensi) mineral (Little, 1985; Stoltz et al., 1993; Prabowo

et al., 1997). Ibrahim et al. (2008) mengatakan bahwa lama periode rumput di lapangan dan jumlah bahan kering rumput mempengaruhi kadar mineral Ca, Mg, Cu, Mn, dan Zn yang terdapat didalam rumput. Semakin banyak bahan kering rumput dan lama periode maka kadar mineral tersebut diatas akan menghilang, hal ini disebabkan oleh cuaca, usia, dan unsur rumput yang berbeda.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kadar mineral pada rumput lapangan yang dikonsumsi, serta mengidentifikasi, mengevaluasi dan membandingkan kadar mineral dalam

Status Ca

(mg/dL)

P (mg/dL)

Mg (mg/dL)

Defisiensi 1-6 <3.0 <1.1

Marginal 7-9 3-4.1 1.2-1.8

Normal 8-11 4-8 1.8-3.5

(3)

serum darah sapi bali di akhir musim kemarau dan awal musim hujan.

MATERI DAN METODE

Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan di Desa Nonohonis-Kabupaten Timor Tengah Selatan. Sampel rumput dan darah diambil dalam 2 tahap yaitu 2 sampel rumput pada akhir musim kemarau dan 2 sampel rumput pada awal musim hujan. Sampel darah diambil dari 7 ekor sapi (Total 14 sampel), darah yang diambil, disentrifuse di Laboratorium Klinik Bijoba Soe untuk mendapatkan serum darah. Tahap pemeriksaan kadar mineral dalam serum dan pakan rumput lapangan dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan di Institut Pertanian Bogor.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian diklasifikasi dalam dua (2) tahap. Tahap persiapan sampel darah sampai mendapatkan serum darah menggunakan gunakan alat: Venoject, tabung reaksi tanpa antikoagulan, rak penyimpanan, box, pipet, sentrifuge, dan ependorf.Tahap analisis sampel serum darah dan pakan: Alat yang digunakan adalah sebagai berikut : Spektrofotometri serapan atom AA7000, Spektrofotometer Uv-200-R5, Vortex, tabung pereaksi, Finnpipet, pipet otomatis, rak tabung reaksi, labu kjedal, tanur, cawan porselen, botol penyimpanan sampel, erlenmeyer, timbangan analitik, Gegep besi, eksikator, pipet Mohr, bulb, corong kaca, kertas saring, labu takar 100 mL/50 mL.Sampel yang akan dianalisis adalah sebanyak 14

sampel serum darah sapi dan 4 sampel rumput lapangan. Uji analisis mineral serum darah dan rumput menggunakan bahan; kapas alkohol, kertas label (marker), lantan khlorida (Cl3La.7H2), H2SO4, tricloroacetic acid (TCA) 17%, ammonium molibdat tetrahidrat, FeSO4,7H2O, aquadest dan HCL 25%.

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, yaitu hasil penelitian disajikan dalam bentuk gambar dan tabel. Adapun Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah kadar kalsium, kadar fosfor dan kadar magnesium dalam serum darah sapi dan pakan rumput lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Mineral Ca, Mg dan P Dalam Serum Darah Sapi Bali yang Diambil pada Akhir Musim Kemarau dan Awal Musim Hujan

(4)

Tabel 2. Kadar Kalsium Dalam Serum Darah Sapi Bali

Kadar normal mineral Ca 8-11 mg/100 ml (Puls dalam Kincaid, 2008)

Sedangkan kadar mineral magnesium dalam serum darah sapi bali yang disajikan dalam tabel 3, menunjukan bahwa serum darah sampel J, T, A1, A2 dan I3 berada

dibawah angka normal dengan dua (2) sampel T dan A1 disebut defisiensi dan tiga (3) sampel lainya yaitu sampel J, A2 dan I3 disebut marginal.

Tabel 3. Kadar Magnesium Dalam Serum Darah Sapi Bali

No. Sampel

Akhir musim kemarau

Status

Awal musim

hujan

Status Mg,

mg/ 100 ml

Mg, mg/100

ml

1. J (Jantan) 1.42 Marginal 2.22 Normal

2. T (Sapi dara) 0.86 Defisiensi 1.81 Normal

3. A1 (Pedet

menyusui) 0.20 Defisiensi 2.01 Normal

4. A2 (Pedet

menyusui) 1.68 Marginal 1.57 Marginal

5. I1 (Induk

menyusui) 1.80 Normal 1.62 Marginal

6. I2 (Induk

menyusui) 1.88 Normal 1.74 Marginal

7. I3 (Induk

menyusui) 1.57 Marginal 1.92 Normal

Kadar normal mineral Mg 1,8-3,5 mg/100 ml (Puls dalam Kincaid, 2008)

No. Sampel

Akhir musim kemarau

Status

Awal musim

hujan

Status Ca,

mg/100 ml

Ca, mg/100

ml

1. J (Jantan) 14.13 Hiper 13.64 Hiper

2. T (Sapi dara) 13.40 Hiper 13.68 Hiper

3. A1 (Pedet

menyusui) 11.53 Normal 13.05 Hiper

4. A2 (Pedet

menyusui) 13.60 Hiper 10.57 Normal

5. I1 (Induk

menyusui) 12.26 Hiper 13.51 Hiper

6. I2 (Induk

menyusui) 12.65 Hiper 13.57 Hiper

7. I3 (Induk

(5)

Terjadinya hiperkalsemia dan kekurangan magnesium dalam serum darah sapi diduga karena terjadinya gangguan metabolisme pada tubuh ternak sapi. Menurut Cseh et al (1984), sapi-sapi yang bunting dan menyusui sangat memerlukan Ca dan Mg, sehingga bila terjadi gangguan metabolisme yang disebabkan oleh penyakit infeksius maupun oleh penyebab lain, akan dapat menyebabkan penurunan Mg dan diikuti oleh naiknya Ca di dalam serum. Kalsium yang banyak dimakan akan menurunkan penyerapan magnesium, besi, iodine, mangan, zink dan tembaga, terutama jika salah satu unsur yang dimakan di ambang batas kekurangan. Kalsium yang berlebihan akan menurunkan penyerapan dan pemanfaatan zink, dan menyebabkan parakeratosis akibat defisiensi zink (Sihombing, 2006).

Berdasarkan data kadar mineral Fosfor dalam serum dara sapi bali yang ditunjukan pada tabel 4, pada akhir musim kemarau menunjukan bahwa kadar mineral fosfor yang terkandung dalam darah tidak terdapat sampel yang berada dalam status defisiensi, tetapi terdapat tiga (3) sampel serum darah yaitu sampel T, I1 dan I2 yang dikategorikan marginal dan terdapat satu sampel yang memiliki kadar mineral fosfor diatas kadar normal (Hiper). Sedangkan data kadar mineral P pada awal musim hujan menunjukan status yang normal pada sampel J, T, A1 A2, I1 dan I2, tetapi sampel I3 mengalami penurunan kadar mineral dari status normal ke status marginal. Terjadinya penurunan kadar P dalam darah seperti pada sampel I3 diduga karena kekurangan vitamin D dan P digunakan dalam jumlah yang banyak untuk air susu (Nugroho, 2009).

Tabel 4. Kadar Fosfor Dalam Serum Darah Sapi Bali

No. Sampel

Akhir musim kemarau

Status

Awal musim hujan

Status P,

mg/100 ml

P, mg/100 ml

1. J (Jantan) 4.40 Normal 4.75 Normal

2. T (Sapi dara) 3.68 Marginal 7.76 Normal

3. A1 (Pedet

menyusui) 6.19 Normal 7.06 Normal

4. A2 (Pedet

menyusui) 9.75 Hiper 7.77 Normal

5. I1 (Induk

menyusui) 3.80 Marginal 5.18 Normal

6. I2 (Induk

menyusui) 3.73 Marginal 6.56 Normal

7. I3 (Induk

menyusui) 6.15 Normal 3.11 Marginal

(6)

Gambar 1. Jumlah Kadar Mineral Ca, Mg dan P Dari Sampel Serum Sapi Bali di Akhir

Musim Kemarau

Berdasarkan Gambar 1, kadar kalsium menunjukan angka 11,53 mg/100 ml sampai 14,3 mg/100 ml pada akhir musim kemarau dengan rerata 13,09 mg/ 100 ml dan dibandingkan dengan serum darah normal 7,40 sampai 11,08 mg/ 100 ml, maka dapat dikatakan ternak sapi tersebut mengalami hiperkalsemia. Selanjutnya pada gambaran kadar magnesium yang menunjukan angka 0,20 mg/100 ml sampai 1,88 mg/ 100 ml dengan rerata 1,34 mg/100 ml dari sampel yang sama maka kadar magnesium dikategorikan marginal atau di bawah normal dibandingkan dengan kadar magnesium normal pada serum darah sapi yang berada diantara 1,7 mg/100 ml sampai 4 mg/ 100 ml. Defisiensi yang paling menonjol terlihat pada sampel serum darah A-1 (anak menyusui) yaitu

kadar magnesium hanya 0,20 mg/100 ml, hal ini sangat berbahaya karena fungsi mineral magnesium yang sangat penting dalam proses aktivator dari berbagai enzim, membantu tahapan metabolisme dan sistem syaraf.

Dari gambaran kadar mineral fosfor pada tabel 3, sebagian besar sampel berada dalam status normal dan hanya terdapat beberapa sampel yang mengalami kekurangan mineral P jika dibandingkan dengan kadar fosfor normal dalam serum dikatakan ternak sapi mengalami marginal P.

(7)

Gambar 2. Jumlah Kadar Mineral Ca, Mg dan P Dari Sampel Serum Sapi Bali di Awal

Musim Hujan

Kadar mineral pada awal musim hujan (Gambar 2) menunjukkan bahwa kadar mineral kalsium hanya mengalami sedikit perubahan jumlah dari akhir musim kemarau ke awal musim hujan dan masih dapat dikatakan hiperkalsemia. Gambaran yang berbeda terlihat pada kadar magnesium dimana sebagian besar sampel mengalami peningkatan status menuju normal dan hanya terdapat dua (2) sampel yang dikatakan marginal karena berada dibawah batas normal yaitu 1,57 mg/100 ml (sampel A2) dan 1,62 (sampel I1). Penurunan kadar Mg dalam serum sampai mencapai defisiensi dapat terjadi pada penyakit-penyakit yang bersifat kronis dan defisiensi ini dapat juga mengakibatkan timbulnya gangguan pada jantung (Elin, 1987).

Mineral fosfor pada gambar 2, menunjukan bahwa sebagian besar sampel dapat berada dalam status yang normal apabila dibandingkan dengan kadar normal 4 sampai 8 mg/100 ml (Nugroho, 2009). Terdapat juga satu (1) sampel yang

dikatakan marginal fosfor karena memiliki kadar 3,11 mg/100 ml. Perbandingan kadar mineral magnesium di akhir musim kemarau dan awal musim hujan yang sebagian besar sampel menunjukan adanya peningkatan jumlah kadar di awal musim hujan, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada pengaruh jumlah kadar mineral magnesium berdasarkan musim, tetapi jumlah kadar magnesium dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi di awal musim hujan karena pada awal musim hujan, ternak sapi sudah mulai mendapatkan pakan rumput alami untuk memenuhi kebutuhan mineral tersebut.

Kadar Mineral Ca, Mg dan P dalam Pakan Rumput Alami yang Diambil Pada Akhir Musim Kemarau dan Awal Musim Hujan

Pada Tabel 8 menunjukan kadar Ca, Mg, dan P yang terkandung dalam pakan rumput alami. Dua (2) sampel rumput (L1H dan L2H) yang diambil pada awal musim hujan dari tempat pengembalaan yang berbedamenunjukan kadar mineral

1

(8)

sampel rumput L1H adalah Ca 10,65 mg/gr, Mg 1,99 mg/gr dan P 4,09 mg/gr, sedangkan kadar mineral sampel rumput

L2H adalah Ca 8,18 Mg/gr, Mg 1,89 mg/gr dan P 4,19 mg/gr.

Tabel 5. Kadar Ca, Mg dan P pada Pakan Rumput Alami

No Sampel Kadar Ca

(mg/gr)

Kadar Mg

(mg/gr) Kadar P (mg/gr)

1. L1K (Akhir musim kemarau) 6,77 1,26 0,39

2. L1H ((Awal musim hujan) 10,65 1,99 4,09

3. L2K (Akhir musim kemarau) 2,73 0,90 0,39

4. L2H (Awal musim hujan) 8,18 1,89 4,15

Sampel rumput alami L1K dan L2K yang diambil saat akhir musim kemarau dari lahan pengembalaan yang berbeda (Gambar 3a dan Gambar 3b) menunjukan kadar mineral sampel rumput L1K yaitu kalsium 6,77 mg/gr, magnesium 1,26 mg/gr, dan fosfor 0,39 mg/gr, selanjutnya pada sampel rumput L2K adalah kalsium 2,73 mg/gr, magnesium 0,90 mg/gr, dan fosfor 0,39 mg/gr. Dari hasil pemeriksaan kadar mineral Ca, Mg dan P pada sampel rumput alami menunjukan perbedaan kadar mineral di akhir musim kemarau dan awal musim hujan (Tabel 8), terjadinya perbedaan ini diduga umur dari rumput alami yang tinggi pada akhir musim kemarau dibandingkan dengan umur rumput alami yang baru hidup pada awal musim hujan. Perbedaan lahan pengembalaan dalam pengambilan sampel juga menunjukan bahwa adanya perbedaan setiap kadar mineral, hal ini diduga dipengaruhi oleh tipe lahan yang berbeda-beda, pH tanah setiap lahan pengembalaan dan jumlah kadar mineral yang terkandung di dalam tanah yang berbeda (Hidayat, 2007). Hal serupa juga dikatakan Ibrahim

et al. (2008), bahwa kualitas rumput alami sangat bervariasi tergantung dari jenis, umur, musim dan lokasi rumput tersebut

tumbuh. Rumput yang masih muda kualitasnya lebih baik, begitu juga dengan jenis tanah pada tanah yang subur kualitas rumput lapangan lebih baik dari pada yang tumbuh di daerah tandus. Pernyataan yang sama dari Nugroho (2009), bahwa gangguan kekurangan fosfor sering dijumpai karena P dalam tanah terutama pada tanah–tanah asam sangat rendah, apabila pH tanah rendah akan menyebabkan kadar P dalam hijauan yang tumbuh diatasnya juga rendah. Hal ini akan menimbulkan gangguan karena ternak yang mendapat hijauan dari tanah tersebut akhirnya akan menderita kekurangan unsur P.

Perbandingan Kadar Mineral Ca, Mg dan P dalam Serum Darah pada Akhir Musim Kemarau dan Awal Musim Hujan dan Pengaruh Mineral dalam Pakan Rumput Alami terhadap Jumlah Kadar Mineral Dalam Serum Darah Sapi Bali

(9)

kadar mineral kalsium dan fosfor akibat paparan sinar matahari yang membantu pengaktifan vitamin D untuk membantu penyerapan kedua jenis mineral tersebut. Pada mineral kalsium dari dua (2) musim yang berbeda menunjukan terjadinya hiperkalsemia yang diduga akibat terjadinya kekurangan asupan pakan sebagai sumber mineral kalsium sehingga tubuh merespon secara berlebihan untuk membongkar cadangan kalsium didalam tulang, selain itu mineral kalsium juga dipengaruhi oleh parathormon, calcitonin

dan vitamin D. Berdasarkan daerah pengelambaan (Gambar 3) dan data kadar mineral kalsium pada sampel rumput yang diambil pada akhir musim kemarau dan awal musim hujan (Tabel 8), menunjukkan bahwa asupan pakan rumput alami dan kadar mineral dari pakan sangat rendah dibandingkan dengan kebutuhan mineral kalsium sebanyak 15 gr / bobot badan / hari. Kadar mineral magnesium dalam serum darah yang diteliti mengalami kekurangan magnesium pada akhir musim kemarau dan mengalami peningkatan di awal musim hujan. Hal ini diduga akibat kadar mineral dalam pakan rumput alami yang rendah (Tabel 8), ketersediaan pakan rumput yang sedikit dan kadar mineral dalam tanah lahan pengembalaan yang memiliki kadar magnesium rendah, sehingga pakan yang dikonsumsi belum dapat memenuhi kebutuhan mineral magnesium di akhir musim kemarau. Defisiensi mineral magnesium yang terjadi secara terus-menerus akan tampak gangguan berupa kejang-kejang atau disebut Grass Tetany (Ibrahim et al, 2008).

Sedangkan pada gambaran kadar mineral fosfor menunjukan keadaan yang

cenderung normal yang diduga karena iklim daerah TTS yang memiliki musim kemarau cukup panjang sehingga vitamin D teraktifasi dengan baik akibat paparan sinar matahari untuk penyerapan mineral P. Sedangkan pada awal musim hujan, kadar fosfor dalam pakan mulai meningkat yang diduga karena ketersediaan air yang cukup untuk penyerapan kadar fosfor dalam tanah, dengan demikian pakan rumput alami yang dikonsumsi pada awal musim hujan sudah dapat memenuhi kebutuhan fosfor dalam tubuh ternak. Terdapat juga beberapa sampel serum darah sapi yang mengalami kekurangan fosfor dibawah batas normal yang diduga terjadi karena gangguan metabolisme dari tubuh ternak sapi sehingga penyerapan mineral fosfor terhambat.

KESIMPULAN

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Timor tengah Selatan Dalam Angka. 2013, Badan Pusat Statistik, TTS, Katalog BPS: 1403.5304

Caple, I.W. 1984, ‘Deficiencies, Nutrition and Disease’, Trace Elements, pp

342-366, Beef Cattle Production, The Univesity of Sidney, Australia.

Cseh, S.B., J.P. Fay, dan A. Casaro. 1984. Changes in blood composition of pregnant cows during onset of hypomagnesaemia, Vet, Rec, 115: 567-570.

Elin, R.J. 1987, Assesment of magnesium status, Clin, Chem, 33(11): 1965-1970.

Hidayat, S. 2007, Pertumbuhan Rusa Timor (Cervus Timorensis)yang Diberi Pakan Tambahan Daun Lamtoro dan Dedak Padi Dengan Pakan Dasar Rumput Alam, Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana, Indonesia, Kupang.

Ibrahim, G., Suryadi, D., Sasangka, H.H.dan Abidin, Z. 2008, Penentuan Kandungan Mineral di Dalam rumput Lapangan Sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Pasar jumat. Pusat Penelitian Teknik Nuklir, Batam.

Kincaid, R. 2008, Changes in the Concentration of Minerals in Blood of Peripartum Cows, Mid-South

Ruminant Nutritioan Conference, Washington State University, Arlington-Texas

Little, D.A. 1985, The Mineral Content of Ruminant Feeds and P otential for Mineral Supplementations in South-East Asia with Particular Reference to Indonesia, pp 77-85, Dalam

Dixon, R.M. Ed., Ruminant Feeding Sistems utilizing Fibrous Agricul-tural Residues, IDP, Australia.

Nugroho. 2009, Penyakit Kekurangan Mineral pada Sapi, Text Book, hal. 14-38, Semarang.

Prabowo, A., Djajanegara. dan Diwyanto, K. 1997, Nutrisi Mineral Pada Ternak Ruminansia, Jurnal Litbang Pertanian, 16(2): 53-64.

Sihombing, M.Sc., Ph.D. 2006, Ilmu Ternak Babi, Gadjah Mada University Press Yogyakarta.

Stoltz, D.B. 1993, In: Beckage N.E, Thompson S.N, Federici B.A.

Parasites and pathogens of insects, Academic, San Diego.

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Kadar Ca, P dan Mg Dalam Serum Darah Sapi Ca P
Tabel 2. Kadar Kalsium Dalam Serum Darah Sapi Bali
Tabel 4. Kadar Fosfor Dalam Serum Darah Sapi Bali
Gambar 1. Jumlah Kadar Mineral Ca, Mg dan P Dari Sampel Serum Sapi Bali di Akhir Musim Kemarau
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar kalsium pada buah naga daging merah ( Hylocereus costaricensis) lebih tinggi dari kadar kalsium pada buah

Rekapitulasi Data Kadar Kalsium, Besi, Zink, Tembaga dan Mangan pada Pepino (Solanum muricatum L.) Sebelum Uji-t.. Sampel Mineral

Terlihat dalam Gambar 4 pada umumnya kadar karbofuran dalam sampel air pada musim penghujan (Maret) lebih kecil dari pada musim kemarau (September) dan berakibat kadar Karbofuran

Mengetahui hubungan antara kadar kalsium, fosfor dan produk kalsium fosfor serum dengan skor pruritus pada pasien yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUP

Telah dilakukan penelitian mengenai hubungan antara kadar kalsium, fosfor dan produk kalsium fosfor serum dengan skor pruritus pada 90 pasien yang menjalani hemodialisis

Makalah ini hanya menguraikan mengenai mineral kalsium (Ca) dan fosfor (P) yang termasuk dalam unsur makro mineral, yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah besar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecukupan kalsium dan fosfor dengan kadar kalsium serum pada mahasiswi DIV Analis kesehatan Universitas

Sampel dengan kadae Kalsium kurang dari normal hipokalsemia Jumlah sampel perokok dengan kadar kalsium yang dibawah normal adalah sebanyak 6 orang dengan presentase sebagai berikut :