• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kandungan Mineral Kalsium Dan Magnesium Pada Musim Hujan Di Bulan Desember Dan Musim Kemarau Di Bulan Maret Dalam Beberapa Air Minum Pdam Tirtanadi Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kandungan Mineral Kalsium Dan Magnesium Pada Musim Hujan Di Bulan Desember Dan Musim Kemarau Di Bulan Maret Dalam Beberapa Air Minum Pdam Tirtanadi Di Kota Medan"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KANDUNGAN MINERAL

KALSIUM DAN MAGNESIUM PADA MUSIM HUJAN

DI BULAN DESEMBER DAN MUSIM KEMARAU

DI BULAN MARET DALAM BEBERAPA AIR MINUM

PDAM TIRTANADI DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH:

ARIE HARTANTY

NIM 111501142

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS KANDUNGAN MINERAL

KALSIUM DAN MAGNESIUM PADA MUSIM HUJAN

DI BULAN DESEMBER DAN MUSIM KEMARAU

DI BULAN MARET DALAM BEBERAPA AIR MINUM

PDAM TIRTANADI DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ARIE HARTANTY

NIM 111501142

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS KANDUNGAN MINERAL

KALSIUM DAN MAGNESIUM PADA MUSIM HUJAN

DI BULAN DESEMBER DAN MUSIM KEMARAU

DI BULAN MARET DALAM BEBERAPA AIR MINUM

PDAM TIRTANADI DI KOTA MEDAN

OLEH:

ARIE HARTANTY

NIM 111501142

Dipertahankan di HadapanPanitiaPengujiSkripsi FakultasFarmasiUniversitas Sumatera Utara

PadaTanggal :05 Agustus 2015

Pembimbing II,

Prof. Dr. Muchlisyam, M. Si., Apt. NIP 195006221980021001

Medan, 20 September 2015 Disahkan oleh

Pejabat Dekan ,

Dr. Masfria, M. S., Apt. NIP 195707231986012001 Disetujui Oleh:

Pembimbing I,

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. NIP195006071979031001

Panitia Penguji,

Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt. NIP 195108161980031002

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. NIP195006071979031001

Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt. NIP 195101311976031003

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha atas segala

limpahan berkat, rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis

Kandungan Mineral Kalsium Dan Magnesium Pada Musim Hujan Di Bulan

Desember Dan Musim Kemarau Di Bulan Maret Dalam Beberapa Air Minum

PDAM Tirtanadi Di Kota Medan”. Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M. S., Apt. selaku Pejabat

Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah menyediakan

fasilitas kepada penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Farmasi. Bapak

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. dan Bapak Prof. Dr. Muchlisyam, M.

Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis dengan

penuh kesabaran, memberikan petunjuk dan saran-saran selama penelitian

hingga selesainya skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt., Bapak

Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt. dan Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., selaku

dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan arahan untuk

menyempurnakan skripsi ini. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi yang

telah mendidik selama perkuliahan, serta Ibu Dra. Saleha Salbi, Msi., Apt.,

selaku penasehat akademik yang membimbing penulis selama masa perkuliahan

(5)

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada

terhingga kepada Ayahanda Harry Chandra dan Ibunda Eryin Ng, yang telah

memberikan cinta dan kasih sayang yang tak ternilai dengan apapun,

pengorbaan baik materi maupun motivasi beserta doa yang tulus yang tidak

pernah berhenti. Kakakku tercinta Andiani Herlina Chandra dan Adikku

tersayang Ardy Putra Wirtanto serta Pamanku Harianto Ng yang selalu

mendoakan dan memberikan semangat. Sahabat-sahabat terbaikku Silvia,

Nanda, Eka, Fhatma, Husna, Tari, Tiwy, Maria, Erica, Lipin, Belinda serta

teman-teman Farmasi 2011 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang telah banyak membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini

masihjauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati,

penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya,

penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan,20 September 2015 Penulis,

(6)

ANALISIS KANDUNGAN MINERAL KALSIUM DAN MAGNESIUM PADA MUSIM HUJAN DI BULAN DESEMBER DAN MUSIM KEMARAU DI BULAN MARET DALAM BEBERAPA AIR MINUM

PDAM TIRTANADI DI KOTA MEDAN ABSTRAK

Mineral yang terkandung dalam air minum memiliki pengaruh terhadap kesehatan tubuh sehingga WHO(World Health Organization)

merekomendasikan kadar minimum kalsium dan magnesium dalam air minum adalah 20 mg/L dan 10 mg/L. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kandungan mineral dalam air minum yaitu musim dan lokasi pengambilan sampel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh musim terhadap kandungan mineral kalsium dan magnesium pada beberapa air minum PDAM Tirtanadi di kota Medan.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air PDAM Tirtanadi yang diambil dari beberapa Instalasi Produksi Air Bersih di kota Medan yaitu Sibolangit, Sunggal, Deli Tua. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada musim hujan dan musim kemarau. Analisis kuantitatif kalsium dan magnesium menggunakan spektrofotometer serapan atom nyala udara-asetilen, dilakukan pada panjang gelombang berturut-turut 422,7 nm dan 285,20 nm.

Hasil penelitian menunjukkan kadar kalsium pada musim hujan di bulan Desember pada Instalasi Produksi Air Bersih Sibolangit, Sunggal, dan Deli Tua berturut-turut adalah 9,9015 ± 0,0338 mg/L; 7,4037 ± 0,0461 mg/L; 8,8416 ± 0,4285 mg/L sedangkan kadar kalsium pada musim kemarau di bulan Maret pada Instalasi Produksi Air Bersih Sibolangit, Sunggal, Deli Tua berturut-turut adalah 9,0872 ± 0,0642 mg/L; 4,8441 ± 0,0109 mg/L; 7,0511 ± 0,0313 mg/L. Kadar magnesium pada musim hujan di bulan Desember pada Instalasi Produksi Air Bersih Sibolangit, Sunggal, dan Deli Tua berturut-turut adalah 7,1237 ± 0,1267 mg/L; 4,6288 ± 0,0811 mg/L; 5,3615 ± 0,2212 mg/L sedangkan kadar magnesium pada musim kemarau di bulan Maret pada Instalasi Produksi Air Bersih Sibolangit, Sunggal, Deli Tua berturut-turut adalah 6,3572 ± 0,0770 mg/L; 2,6320 ± 0,0458 mg/L; dan 4,2380 ± 0,0237 mg/L.

Kesimpulannya bahwa ada perbedaan kadar kalsium dan magnesium antara bulan Desember dan bulan Maret, dimana kita ketahui bulan Desember adalah musim Hujan dan bulan Maret adalah musim Kemarau. Kadar kalsium dan magnesium dalam air minum PDAM Tirtanadi pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau serta kadar kalsium dan magnesium dalam air PDAM Tirtanadi Medan telah memenuhi persyaratan kesehatan Baku Mutu Air Minum menurut Meskes RI No.01/Birhukmas/I/1975 tetapi belum memenuhi persyaratan WHO.

(7)

MINERAL ANALYSIS OF CALCIUM AND MAGNESIUM OF RAIN SEASON ON DESEMBER AND DRY SEASON ON MARCH IN SOME

TIRTANADI’S TAP WATER OF MEDAN CITY ABSTRACT

Minerals contained in water have effects on our health which makes

WHO(World Health Organization) recommends that the minimum amount of

calcium and magnesium in drinking water is 20 mg/L and 10 mg/L. There are some factors that affect the content of mineral in drinking water which are seasons and the locations where samples are taken. The purpose of this research is discover the influence of seasons towards the content of calcium and magnesium mineral in a few Tirtanadi’s tap water of Medan City.

The samples used in this observation is the Tirtanadi’s tap water from some different places in Medan which are Sibolangit,Sunggal and Deli Tua. The samples are taken twice, once during the dry season and once during the rainy season. Quantitative analysis was done by atomic absorption spectrophotometer with acetylene-air flame. Calcium and Magnesium were quantitative analyzed at 422,7 nm and 285,20 nm wavelength.

The observation result shows that the amount of Tirtanadi tap water’s calcium during the rainy season on Desember in Sibolangit,Sunggal,and Deli Tua consecutively are 9.9015 ± 0.0338 mg/L; 7.4037 ± 0.0461 mg/L; 8.8416 ± 0.4285 mg/L. Meanwhile the amount of Tirtanadi tap water’s calcium during the dry season on March in Sibolangit, Sunggal, and Deli Tua concecutively are 9.0872 ± 0.0642 mg/L; 4.8441 ± 0.0109 mg/L; 7.0511 ± 0.0313 mg/L. The amount of Tirtanadi tap water’s magnesium during the rainy season on Desember in Sibolangit, Sunggal, Deli Tua consecutively are 7.1237 ± 0.1267 mg/L; 4.6288 ± 0.0811 mg/L; 5.3615 ± 0.2212 mg/L. Meanwhile the amount of Tirtanadi tap water’s magnesium during the dry season on March in Sibolangit, Sunggal and Deli Tua consecutively are 6.3572 ± 0.1267 mg/L; 2.6320 ± 0.0770 mg/L; 4.2380 ± 0.0237 mg/L.

The conclusion is there are differrence calcium and magnesium content between December and March, whom we know that December is rain season and March is dry season. The amount of calcium and magnesium in Tirtanadi’s tap water during the rainy season is higher compared to the amount during dry season. The amount of calcium and magnesium Tirtanadi’s tap water has qualified the Drinking Water Quality Standard acording to RI No.01/Birhukmas/I/1975, but it has not met the WHO’s requirements.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... ….. i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB IPENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Air minum ... 6

2.2 Mineral Dalam Air Minum ... 9

2.2.1 Kalsium ... 9

2.2.2 Magnesium ... 10

2.3 Sumber – Sumber Air Minum ... 11

(9)

2.3.2 Air Permukaan ... 10

2.3.3 Air Tanah ... 12

2.3.4 Mata Air ... 12

2.4 Proses Pengolahan Air PDAM Tirtanadi ... 12

2.5 Manfaat Mineral Dalam Air Minum ... 14

2.6 Kadar Mineral Dalam Air Minum ... 16

2.7 Musim Di Indonesia ... 18

2.8 Analisis Mineral Dalam Air Minum ... 18

2.8.1 Titrasi Kompleksometri ... 18

2.8.2 Spektrofotometer Serapan Atom ... 19

2.9 Validasi Metode Analisis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Lokasi Penelitian... 25

3.2Alat... 25

3.3 Bahan ... 25

3.4 Prosedur Penelitian ... 26

3.4.1 Metode Pengambilan Sampel ... 26

3.4.2 Pembuatan Pereaksi ... 26

3.4.2.1 Larutan H2SO4 1N ... 26

3.4.2.2 Larutan Natrium Hidroksida 2N ... 26

3.4.2.3 Larutan Kuning Titan 0,1% b/v ... 26

3.4.3Penyiapan Sampel ... 27

3.5 Analisis Kualitatif ... 27

3.5.1 Kalsium ... 27

(10)

3.5.2Magnesium ... 27

3.5.1.2Uji dengan Larutan Kuning Titan 0,1% b/v ... 27

3.6 Analisis Kuantitatif ... 27

3.6.1Pembuatan kurva kalibrasi kalsium ... 27

3.6.2Pembuatan kurva kalibrasi Magnesium ... 28

3.6.3 Pengukuran Serapan Deretan Larutan Standar dan Sampel dengan Spektrofotometer Serapan Atom ... 28

3.6.4 Penetapan Kadar Kalsium dan Magnesium Dalam Sampel ... 29

3.6.4.1 Penetapan Kadar Kalsium ... 29

3.6.4.2 Penetapan Kadar Magnesium ... 29

3.7 Analisis Data Secara Statistik ... 30

3.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 30

3.7.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Antar Sampel ... 31

3.7.3 Validasi Metode Analisis ... 32

3.7.3.1 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 32

3.7.3.2 Uji Presisi ... 33

3.7.3.3 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuanti- tasi ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Analisis Kualitatif ... 35

4.2 Analisis Kuantitatif ... 36

4.2.1 Kurva Kalibrasi Kalsium dan Magnesium ... 36

4.2.2 Kadar Kalsium dan Magnesium dalam sampel ... 37

(11)

4.4 Uji Akurasi Dengan Persen Perolehan Kembali ... 41

4.5 Uji Presisi ... 42

4.6 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

5.1 Kesimpulan ... 44

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(12)

DAFTAR TABEL

TabelHalaman

4.1 Analisis kualitatif mineral dalam sampel ... 35

4.2 Kadar kalsium dan magnesium dalam air PDAM

Tirtanadi pada musim hujan dan musim kemarau ... 38

4.3 Hasil beda nilai rata-rata kalsium dan magnesium

antara musim hujan dengan musim kemarau ... 40

4.4 Data hasil uji perolehan kembali kadar kalsium pada air

minum PDAM Tirtanadi ... 41

4.5 Nilai simpangan baku dan simpangan baku relatif

kalsium dan magnesium dalam sampel ... 42

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium ... 36

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Bagan Alir Pembuatan Penyiapan Sampel ... 48

2. Bagan Alir Pembuatan Larutan Sampel Kalsium ... 49

3. Bagan Alir Pembuatan Larutan Sampel Magnesium ... 49

4. Data Kalibrasi Kalsium dengan Spektrofotometer Sera-

pan Atom, Perhitungan Regresi dan Koefisien

Korelasi (r) ... 50

5. Data Kalibrasi Magnesium dengan

Spektrofotometer Serapan Atom, Perhitungan

Regresi dan Koefisien Korelasi (r) ... 52

6. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Kalsium Persamaan Garis Regresi Y = 0,0317x –

0,0002 ... 54

7. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Magnesium Persamaan Garis Regresi Y = 0,4112 +

0,0035 ... 55

8. Hasil Analisis Kadar Kalsium dalam sampel air

PDAM Tirtanadi Musim Hujan ... 56

9. Hasil Analisis Kadar Kalsium dalam sampel air

PDAM Tirtanadi Musim Hujan ... 57

10. Hasil Analisis Kadar Magnesium dalam sampel air

(15)

11. Hasil Analisis Kadar Magnesium dalam sampel air

PDAM Tirtanadi Musim Hujan ... 59

12. Contoh Perhitungan Kadar Kalsium dalam air

PDAM Tirtanadi Musim Hujan dan Musim

Kemarau ... 60

13. Contoh Perhitungan Kadar Magnesium dalam air

PDAM Tirtanadi Musim Hujan dan Musim

Kemarau ... 61

14. Perhitungan Statistika Kadar Kalsium dalam air

PDAM Tirtanadi Musim Hujan dan Musim

Kemarau ... 62

15. Perhitungan Statistika Kadar Magnesium dalam air

PDAM Tirtanadi Musim Hujan dan Musim

Kemarau ... 75

16. Hasil analisis Kadar Kalsium Setelah Penambahan

Larutan Baku pada Sampel Air PDAM Tirtanadi

Sunggal Musim Kemarau ... 86

17. Hasil analisis Kadar Magnesium Setelah

Penambahan Larutan Baku pada Sampel Air

PDAM Tirtanadi Sunggal Musim Kemarau ... 87

18. Contoh Perhitungan Uji Perolehan Kembali Kadar

Kalsium dalam Air PDAM Tirtanadi ... 88

19. Contoh Perhitungan Uji Perolehan Kembali Kadar

(16)

20. Perhitungan Simpangan Baku Relatif (RSD) Kadar

Kalsium dalam Air PDAM Tirtanadi ... 90

21. Perhitungan Simpangan Baku Relatif (RSD) Kadar Magnesium dalam Air PDAM Tirtanadi ... 91

22. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalsium pada Musim Hujan dan Musim Kemarau ... 92

23. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Magnesium pada Musim Hujan dan Musim Kemarau ... 94

24. Tabel Distribusi t ... 96

25. Tabel Distribusi f ... 97

26. Lokasi Pengambilan Sampel ... 98

27. Hasil Analisis Kualitatif Kalsium dan Magnesium ... 100

(17)

ANALISIS KANDUNGAN MINERAL KALSIUM DAN MAGNESIUM PADA MUSIM HUJAN DI BULAN DESEMBER DAN MUSIM KEMARAU DI BULAN MARET DALAM BEBERAPA AIR MINUM

PDAM TIRTANADI DI KOTA MEDAN ABSTRAK

Mineral yang terkandung dalam air minum memiliki pengaruh terhadap kesehatan tubuh sehingga WHO(World Health Organization)

merekomendasikan kadar minimum kalsium dan magnesium dalam air minum adalah 20 mg/L dan 10 mg/L. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kandungan mineral dalam air minum yaitu musim dan lokasi pengambilan sampel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh musim terhadap kandungan mineral kalsium dan magnesium pada beberapa air minum PDAM Tirtanadi di kota Medan.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air PDAM Tirtanadi yang diambil dari beberapa Instalasi Produksi Air Bersih di kota Medan yaitu Sibolangit, Sunggal, Deli Tua. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada musim hujan dan musim kemarau. Analisis kuantitatif kalsium dan magnesium menggunakan spektrofotometer serapan atom nyala udara-asetilen, dilakukan pada panjang gelombang berturut-turut 422,7 nm dan 285,20 nm.

Hasil penelitian menunjukkan kadar kalsium pada musim hujan di bulan Desember pada Instalasi Produksi Air Bersih Sibolangit, Sunggal, dan Deli Tua berturut-turut adalah 9,9015 ± 0,0338 mg/L; 7,4037 ± 0,0461 mg/L; 8,8416 ± 0,4285 mg/L sedangkan kadar kalsium pada musim kemarau di bulan Maret pada Instalasi Produksi Air Bersih Sibolangit, Sunggal, Deli Tua berturut-turut adalah 9,0872 ± 0,0642 mg/L; 4,8441 ± 0,0109 mg/L; 7,0511 ± 0,0313 mg/L. Kadar magnesium pada musim hujan di bulan Desember pada Instalasi Produksi Air Bersih Sibolangit, Sunggal, dan Deli Tua berturut-turut adalah 7,1237 ± 0,1267 mg/L; 4,6288 ± 0,0811 mg/L; 5,3615 ± 0,2212 mg/L sedangkan kadar magnesium pada musim kemarau di bulan Maret pada Instalasi Produksi Air Bersih Sibolangit, Sunggal, Deli Tua berturut-turut adalah 6,3572 ± 0,0770 mg/L; 2,6320 ± 0,0458 mg/L; dan 4,2380 ± 0,0237 mg/L.

Kesimpulannya bahwa ada perbedaan kadar kalsium dan magnesium antara bulan Desember dan bulan Maret, dimana kita ketahui bulan Desember adalah musim Hujan dan bulan Maret adalah musim Kemarau. Kadar kalsium dan magnesium dalam air minum PDAM Tirtanadi pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau serta kadar kalsium dan magnesium dalam air PDAM Tirtanadi Medan telah memenuhi persyaratan kesehatan Baku Mutu Air Minum menurut Meskes RI No.01/Birhukmas/I/1975 tetapi belum memenuhi persyaratan WHO.

(18)

MINERAL ANALYSIS OF CALCIUM AND MAGNESIUM OF RAIN SEASON ON DESEMBER AND DRY SEASON ON MARCH IN SOME

TIRTANADI’S TAP WATER OF MEDAN CITY ABSTRACT

Minerals contained in water have effects on our health which makes

WHO(World Health Organization) recommends that the minimum amount of

calcium and magnesium in drinking water is 20 mg/L and 10 mg/L. There are some factors that affect the content of mineral in drinking water which are seasons and the locations where samples are taken. The purpose of this research is discover the influence of seasons towards the content of calcium and magnesium mineral in a few Tirtanadi’s tap water of Medan City.

The samples used in this observation is the Tirtanadi’s tap water from some different places in Medan which are Sibolangit,Sunggal and Deli Tua. The samples are taken twice, once during the dry season and once during the rainy season. Quantitative analysis was done by atomic absorption spectrophotometer with acetylene-air flame. Calcium and Magnesium were quantitative analyzed at 422,7 nm and 285,20 nm wavelength.

The observation result shows that the amount of Tirtanadi tap water’s calcium during the rainy season on Desember in Sibolangit,Sunggal,and Deli Tua consecutively are 9.9015 ± 0.0338 mg/L; 7.4037 ± 0.0461 mg/L; 8.8416 ± 0.4285 mg/L. Meanwhile the amount of Tirtanadi tap water’s calcium during the dry season on March in Sibolangit, Sunggal, and Deli Tua concecutively are 9.0872 ± 0.0642 mg/L; 4.8441 ± 0.0109 mg/L; 7.0511 ± 0.0313 mg/L. The amount of Tirtanadi tap water’s magnesium during the rainy season on Desember in Sibolangit, Sunggal, Deli Tua consecutively are 7.1237 ± 0.1267 mg/L; 4.6288 ± 0.0811 mg/L; 5.3615 ± 0.2212 mg/L. Meanwhile the amount of Tirtanadi tap water’s magnesium during the dry season on March in Sibolangit, Sunggal and Deli Tua consecutively are 6.3572 ± 0.1267 mg/L; 2.6320 ± 0.0770 mg/L; 4.2380 ± 0.0237 mg/L.

The conclusion is there are differrence calcium and magnesium content between December and March, whom we know that December is rain season and March is dry season. The amount of calcium and magnesium in Tirtanadi’s tap water during the rainy season is higher compared to the amount during dry season. The amount of calcium and magnesium Tirtanadi’s tap water has qualified the Drinking Water Quality Standard acording to RI No.01/Birhukmas/I/1975, but it has not met the WHO’s requirements.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air sangat vital bagi kehidupan karena air adalah komponen utama cairan

tubuh. Seseorang dapat bertahan hidup selama 8 minggu tanpa makan, tetapi

tanpa air hanya dapat bertahan dalam beberapa hari saja. Hal ini bukan berarti

air lebih penting dari karbonhidrat, protein atau lemak, tetapi karena air tidak

disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh. Proses biologis di dalam tubuh

untuk mendukung kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air yang cukup. Air

dapat melarutkan banyak zat gizi termasuk mineral yang diperlukan oleh tubuh

untuk kelangsungan berbagai proses di dalam tubuh diantaranya metabolisme,

pergerakan otot, pertumbuhan, pengaturan suhu dan keseimbangan air (Silalahi,

2011).

Air minum menjadi sumber air utama untuk kebutuhan tubuh. Namun

harus di ingat, bahwa air di alam tidak pernah alamidimana selalu mengandung

zat-zat terlarut terutama mineral yang berasal dari kontak dengan bebatuan,

tanah dan udara. Maka secara alamiah air yang kita minum harus memenuhi

syarat tertentu, yakni tidak mengandung zat-zat berbahaya, seperti racun

khususnya logam-logam toksis misalnya timah hitam (Pb), cadmium (Cd),

merkuri (Hg), dan juga tidak boleh ada bakteri yang patogen (berbahaya).

Sebaliknya, air minum harus mengandung mineral utama (mayor) seperti

kalsium, magnesium, dan kalium. Maka, air minum harus diperoleh dari air

sumur yang memenuhi syarat atau diproses melalui perusahaan air minum

(20)

harus murni untuk dikatakan aman. Faktanya, beberapa mineral yang ikut

terlarut dalam air dapat memberikan keuntungan bagi kesehatan. Sebagai

contoh, pada dewan penelitian riset nasional (National Academy of Sciences)

menyatakan bahwa air minum yang mengandung kalsium dan magnesium

umumnya ikut berkontribusi dalam kebutuhan kalsium dan magnesium di dalam

tubuh (Skipton, et.al., 2011).

Penyakit yang paling umum disebabkan oleh defisiensi kalsium adalah

osteoporosis, tetapi kalsium bukan hanya untuk menjaga kesehatan tulang,

kalsium berfungsi dalam proses pembekuan darah, kontraksi otot, dan

metabolisme sel. Kadar kalsium yang rendah di dalam darah dapat

meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan penyakit kanker seperti kanker

usus. Beberapa penelitian menyatakan bakwa kekurangan kalsium juga dapat

menyebabkan bayi lahir prematur. Sebaliknya jika tubuh kelebihan kalsium

maka menyebabkan sakit kepala, gampang marah, gagal ginjal dan batu ginjal

pada beberapa orang. Batas maksimum kadar kalsium adalah 2500 mg/hari

berdasarkan pertimbangan resiko pembentukan batu ginjal (Wardlaw dan

Hampl, 2007).

Defisiensi magnesium dalam tubuh akan menyebabkan denyut jantung

tidak teratur, disertai dengan beberapa gejala seperti kelelahan, kejang otot, mual

dan muntah. Batas maksimum kadar magnesium adalah 350 mg/hari. Jika kadar

magnesium melebihi batas yang ditentukan akan menyebabkan diare, pusing,

mual, sesak nafas, dan akhirnya koma bahkan meninggal (Wardlaw dan Hampl,

2007).

Memang air minum bukanlah satu-satunya sebagai sumber mineral

(21)

sangat rendah maka akan terjadi gangguan penyerapan kalsium dan magnesium

yang terdapat di dalam makanan lainnya. Berdasarkan fakta ini maka WHO

telah menganjurkan dan memberikan persyaratan mineral di dalam air minum,

masing-masing dengan syarat minimal 20 mg/L kalsium dan 10 mg/L

magnesium dalam satu liter air minum. Sedangkan menurut Depkes RI hanya

menyatakan kandungan maksimal kalsium dalam air minum adalah 75 mg /L

dan magnesium 50 mg/L dalam air minum (Silalahi, et.al., 2014).

Wilayah indonesia memiliki sistem iklim yang unik, yang secara

geografis memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.

Menurut penelitian Ombaka, dkk (2013) di kenya menjelaskan bahwa

kandungan kalsium dalam sampel pada musim hujan adalah 0,41-29,11 mg/L

dan pada musim kemarau 0,38-26,13 mg/L. Untuk kandungan magnesium dalam

sampel pada musim hujan adalah 0,20-5,89 mg/L dan pada musim kemarau

0,14-4,88 mg/L. Kadar kalsium dan magnesium yang lebih tinggi pada musim

hujan dikarenakan air hujan yang berkontak langsung dengan tanah dan

bebatuan sehingga memungkinkan kalsium dan magnesium ikut terlarut yang

menyebabkan air menjadi sadah. Kadar kalsium dan magnesium pada musim

hujan dan musim kemarau masih dibawah syarat maksimum yamg ditetapkan

oleh WHO. Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui kandungan mineral kalsium dan magnesium dalam air minum

(22)

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan kandungan mineral kalsium dan magnesium pada musim hujan maupun musim kemarau pada air minum PDAM

Tirtanadi di kota medan?

2. Apakah kandungan kadar mineral kalsium dan magnesium pada air minum PDAM Tirtanadi Medan memenuhi persyaratan kesehatan Baku

Mutu Air Minum Peraturan Menteri Kesehatan RI (1975) dan WHO

(2004)?

1.3 Hipotesis

1. Kandungan mineral kalsium dan magnesium pada air minum PDAM

Tirtanadi lebih tinggi terdapat pada musim hujan dibanding musim

kemarau.

2. Kadar mineral kalsium dan magnesium pada air minum PDAM Tirtanadi

di kota Medan memenuhi persyaratan kesehatan Baku Mutu Air Minum

menurut Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan RI (1975) dan WHO

(2004).

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh musim hujan dan kemarau terhadap

kandungan mineral kalsium dan magnesium pada air minum PDAM

Tirtanadi di kota Medan.

2. Untuk mengetahui Kandungan kadar kalsium dan magnesium pada air

(23)

1.5Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai pengaruh musim terhadap kandungan mineral kalsium dan

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Minum

Menurut Permenkes RI No 492/Menkes/Per/IV/2002, air minum adalah

air yang melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat

langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi

persyaratan fisika, mikrobiologi, kimiawi, dan radioaktif.

Jumlah total air yang dibutuhkan tubuh adalah 3,7 liter (15 gelas) bagi

pria dewasa dan 2,7 liter (12 gelas) untuk wanita per hari yang berasal dari air

minum dan makanan. Air minum dibutuhkan 3 liter untuk pria dan 2,2 liter

untuk wanita per hari. Jika asupan air kurang akan ditandai dengan rasa haus

walaupun kadang-kadang rasa haus ini tidak selalu terpercaya terutama pada

usia tua dan para atelet. Pada orang yang demam, muntah, mencret dan

berkeringat yang banyak dianjurkan mengonsumsi banyak air. Jika kepekatan

darah meningkat, tubuh akan berusaha untuk mengurangi pengeluaran dimana

ginjal akan mengurangi urin. Pada saat yang bersamaan, jika volume cairan

berkurang di dalam darah, tekanan darah menurun dan kemudian akan menahan

air. Akan tetapi kehilangan air tetap terjadi melalui feses, kulit, dan paru-paru.

Kehilangan ini harus diganti dengan minum air untuk menghindari pengaruh

negatif. Keracunan air dapat terjadi jika asupan air melebihi kemampuan ginjal

untuk mengeluarkannya dan akan muncul gejala sakit kepala, mata kabur,

kejang dan mungkin mati. Keracunan air terjadi jika tidak diimbangi dengan

asupan mineral yang cukup (Silalahi, 2011).

Air berperan sangat penting di dalam berbagai proses metabolisme di

(25)

hasil di dalam reaksi dalam metabolisme. Pada metabolisme dihasilkan sejumlah

energi dan hanya 40% diubah dalam bentuk ATP, sedangkan 60% diubah

menjadi panas. Maka peningkatan aktivitas akan menaikkan suhu badan dan

selanjutnya akan menyebabkan fungsi sistem enzimatis menjadi tidak efektif.

Air berfungsi mengatur suhu tubuh dengan melepaskan panas melalui keringat

dan penguapan untuk menurunkan suhu tubuh. Jika jumlah panas meningkat di

dalam tubuh, air disekitar jaringan menyerap panas yang berlebih, kemudian

tubuh akan mengeluarkan cairan dengan penguapan melalui pori kulit. Untuk

menguapkan air diperlukan energi, sehingga saat terjadi penguapan, panas

diserap dari kulit. Proses ini merupakan proses yang utama dalam tubuh untuk

menurunkan suhu badan (Silalahi, 2011).

. Agar air minum tidak menyebabkan gangguan kesehatan, maka air

tersebut haruslah memenuhi pesyaratan-persyaratan kesehatan. Di Indonesia,

standar air minum yang berlaku dapat dilihat pada Peraturan Menteri Kesehatan

RI No. 01/Birhukmas/1975 yang dapat ditinjau dari parameter fisika, parameter

kimia, parameter mikrobiologi dan parameter radioaktivitas. Keempat parameter

adalah sebagai berikut:

1. Parameter Fisika, meliputi bau, kekeruhan, rasa,suhu,warna dan jumlah zat

padat terlarut (TDS) (Slamet, 2009).

2. Parameter Kimiawi, meliputi derajat keasaman, insektisida,cemaran logam,

dan kesadahan dimana dapat menyebabkan pengendapan pada dinding pipa.

Kesadahan yang tinggi disebabkan sebagian besar oleh Kalsium

danMagnesium. Masalah yang dapat timbul adalah sulitnya sabun berbusa

(26)

3. Parameter Mikrobiologi, meliputi bakteri Coliform yang berasal dari

Koliform tinja manusia atau hewan (Slamet, 2009).

4. Parameter Radioaktivitas, yang dapat menimbulkan kerusakan pada sel yang

terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik.

Perubahan genetis dapat menimbulkan penyakit seperti kanker dan mutasi

(Mulia, 2005). Berikut persyaratan Baku Mutu Air Minum menurut

Permeskes RI No. 01/Birhukmas/1975 yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Baku Mutu Air Minum Menurut Permenkes RI No 01/Birhukmas/1975 No Unsur-Unsur Satuan Syarat-syarat

Minimal diperbolehkan

Maksimal dianjurkan

Maksimal diperbo- lehkan Fisika

1 Suhu 0C - - -

2 Warna Unit - 5 50

3 Bau - - - -

4 Rasa - - - -

5 Kekeruhan Unit - 5 25 Kimia

6 Derajat Keasaman

- 65 - 9,2

7 Zat

padat/jumlah

mg/L 500 1500

8 Kesadahan 0D 5 - 10 9 Kalsium

sebagai Ca

mg/L - 75 200

10 Magnesium sebagai Mg

mg/L - 30 150

11 Besi/jumlah Fe mg/L - 0,1 1 12 Mangan (Mn) mg/L - 0,05 0,5 13 Tembaga (Cu) mg/L - 0,05 1,5 14 Zink (Zn) mg/L - 1,00 15 15 Zat organik

sebagai KmnO4

mg/L - - 10

2.2 Mineral Dalam Air Minum

Mineral merupakan komponen anorganik yang terdapat dalam tubuh

(27)

dua yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang

dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral

mikro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh kurang dari 100 mg sehari. Yang

termasuk mineral makro antara lain: kalsium, magnesium, natrium, klorida,

kalium, fosfor, dan sulfur. Sedangkan yang termasuk mineral mikro antara lain:

besi, seng, mangan, dan tembaga (Almatsier, 2004).

2.2.1 Kalsium

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh,

yaitu 1,5% - 2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg.

Kalsium di dalam tubuh 99% berada sebagai penopang struktur di dalam tulang

dan gigi. Kalsium adalah mineral yang paling besar jumlahnya, sebanyak 40%

sekitar (1,2 kg) dari semua mineral di dalam tubuh. Kalsium terdapat dalam

sirkulasi darah untuk memenuhi kebutuhan sel. Kalsium diserap sebanyak 25%

yang ada dalam makanan, tetapi orang muda dan bayi lebih banyak menyerap

kalsium. Biasanya usus mampu membatasi penyerapan kalsium sesuai

kebutuhan yaitu 1000 mg sampai 1200 mg bagi orang dewasa per hari. Remaja

membutuhkan lebih tinggi yaitu 1300 mg/hari. Defisiensi kalsium menyebabkan

osteoporosis (Almatsier, 2004).

Kalsium bukan hanya untuk tulang, kalsium berfungsi dalam proses

pembekuan darah, kontraksi otot, dan metabolisme sel. Kadar kalsium yang

rendah di dalam darah dikompensasi dengan menarik kalsium dari tulang untuk

memenuhi jumlah kalsium untuk mempertahankan fungsi jantung dan otot

bekerja. Batas maksimum kadar kalsium adalah 2500 mg/hari berdasarkan

(28)

Penyerapan kalsium terjadi terutama di bagian atas usus kecil, karena

kalsium memerlukan pH di bawah 6 agar tetap dalam keadaan ionik (Ca2+)

dalam larutan. Manusia menyerap sekitar 25% kalsium dari makanan yang

dimakan. Namun ketika tubuh membutuhkan ekstra kalsium seperti pada masa

bayi dan kehamilan, penyerapan bisa mencapai setinggi 60%. Orang muda

cenderung menyerap kalsium lebih baik daripada orang tua, terutama pada umur

lebih 70 tahun (Wardlaw dan Hampl, 2007).

Berdasarkan World Health Organization, kadar minimum kalsium yang

dianjurkan dalam air minum adalah 20 mg/L dan kadar optimumnya adalah 40 –

80 mg/L (Kozisek, 2005). Sedangkan kadar maksimal kalsium yang dianjurkan

sesuai persyaratan kualitas air minum di dalam Baku Mutu Air Minum menurut

Permenkes RI No. 01/Birhukmas/i/1975 adalah 75 mg/L dan kadar maksimal

kalsium diperbolehkan adalah 200 mg/L.

2.2.2 Magnesium

Magnesium adalah kation ke empat dari kalsium, kalium,dan natrium

yang paling besar jumlahnya, dan kation kedua setelah kalium di dalam sel.

Biasanya sekitar 40-60% magnesium di dalam diet akan diserap oleh tubuh.

Sebagian magnesium disimpan didalam tulang dan sedikit di dalam otot. Ginjal

mengatur kadar magnesium di dalam darah dengan mengurangi ekskresi jika

kadar rendah didalam darah (Silalahi, 2011).

Magnesium memegang peranan penting pada relaksasi otot. Di samping

itu magnesium berperan penting pada metabolisme kalsium dan juga diperlukan

untuk sintesis protein yang terdapat dalam tulang. Orang dewasa membutuhkan

magnesium sekitar 400-500 mg per hari. Kekurangan magnesium dapat

(29)

dan aritmia jantung yang berbahaya (Tjay dan Rahardja, 2007).

Kekurangan magnesium juga dapat menyebabkan kejang otot, mual,

muntah, malnutrisi,mengalami halusinasi, susah menelan, kerusakan ginjal,

hipertensi dan penyakit jantung (Roles, 2009). Kebutuhan magnesium rata-rata

sehari ditetapkan sebanyak 280 mg untuk laki-laki dewasa dan 250 mg untuk

wanita dewasa. Latihan fisik dapat menyebabkan kekurangan magnesium, yang

selanjutnya dapat menganggu metabolisme energi dan kemampuan kerja fisik.

Magnesium juga berperan dalam meningkatkan performa atlet (Almatsier, 2004;

Silalahi, 2011).

Berdasarkan World Health Organization, kadar minimum yang

dianjurkan dalam air minum adalah 10 mg/L dan kadar optimumnya adalah 20 –

30 mg/L (Kozisek, 2005). Sedangkan, kadar maksimal magnesium yang

dianjurkan sesuai persyaratan kualitas air minum didalam Baku Mutu Air

Minum menurut Permenkes RI No. 01/Birhukmas/I/1975 adalah 30 mg/L dan

kadar magnesium diperbolehkan adalah 150 mg/L.

2.3 Sumber – Sumber Air Minum 2.3.1. Air Hujan

Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi

merupakan air yang paling bersih. Air tersebut cenderung mengalami

pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di

atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas

misalnya karbon dioksida, nitrogen, dan amonia (Chandra, 2007).

2.3.2. Air permukaan

Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air

(30)

lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya

(Chandra, 2007). Sumber air permukaan terdiri dari badan sungai, danau dan

lautan. Air permukaan ini banyak digunakan untuk keperluan rekreasi seperti

berenang, menangkap ikan, bermain perahu serta untuk irigasi (Suparmoko dan

Suparmoko, 2000). Air permukaan yang saat ini diambil sebagai air baku untuk

pengadaan air bersih di pelayanan kota Medan dan sekitarnya berasal dari

Sungai Belawan untuk Instalasi Produksi Air Bersih Sunggal yang terletak di

Kecamatan Sunggal dan Sungai Deli untuk Instalasi Produksi Air Bersih Deli

Tua yang terletak di Kecamatan Deli Tua (Pasaribu, 2006).

2.3.3 Air Tanah

Air tanah adalah air yang berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi

yang kemudian merembes dan mengalami proses filtrasi secara ilmiah di dalam

tanah (Chandra, 2007). Proses-proses yang dialami air hujan tersebut

menyebabkan air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air

permukaan. Biasanya kontaminasi dalam air tanah disebabkan oleh polusi yang

berasal dari limbah industri dan saluran pipa. Jika air tanah terkontaminasi,

maka akan dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk memperbaikinya (Musa

dan Ahanonu, 2013).

2.3.4 Mata air

Air dari mata air yang terletak didaerah Sibolangit digunakan untuk air baku dari

Instalasi Produksi Air Bersih Sibolangit yang disadap dari beberapa mata air

(Pasaribu, 2006).

2.4 Proses Pengolahan Air PDAM Tirtanadi

1. Bendungan, sumber air baku yang digunakan adalah air permukaan sungai

(31)

dengan lebar air sungai dan tinggi ± 4 m dengan sisi kiri bendungan dibuat

sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi

dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake (tempat masuknya air

baku).

2. Intake (Tempat masuknya air baku), bendungan ini adalah saluran bercabang

dua dilengkapi bar screen (saringan kasar) dan fine screne (saringan halus)

yang berfungsi untuk masuknya kotoran-kotoran yang terbawa arus sungai.

3. Raw Water Tank (RWT), bendungan ini dibangun setelah intake yang terdiri

dari 2 unit (4 sel). Setiap unitnya berdimensi 23,3 × 20 m, tinggi 5 m,

dilengkapi dengan dua buah outlate gate dan pintu bilas 2 buah berfungsi

sebagai tempat pengendapan lumpur, pasir, dan lain-lain yang bersifat

sedimen.

4.Raw Water Pump (RWP), berfungsi untuk memompa air dari RWT ke Spitter

Box (tempat pembubuhan koagulan berupa alum) dengan dosis normal

rata-rata 20-25 g/m3 air dan pendistribusian air ke masing-masing cleator yang

terdiri dari 5 unit pompa air baku, kapsitas setiap pompa 375 l/det dengan

total head 15 m memakai elektromotor.

5. Cleator (Proses Penjernihan Air), bendungan cleator terdiri dari 4 unit,

dengan kapasitas masing-masing 350 l/det yang bervolume 1700 m3

berfungsi sebagai tempat proses pemisahan antar flok-flok yang bersifat

sedimen dengan air bersih hasil olahan melalui pembentukan dan

pengendapan flok-flok yang menggunakan agiator pengaduk lambat.

6. Filter (Penyaringan), dari cleator kemudian dialirkan ke filter untuk

menyaring turbidity (kekeruhan) berupa flok-flok halus dan kotoran lain yang

(32)

7. Reservoir (Tempat Menampung Air Bersih), adalah berupa bendungan beton

berdimensi panjang 50 m, lebar 40 m, tinggi 7 m berfungsi untuk

menampung air bersih / air olahan setelah melewati media filter dengan

kapasitas ± 12.000 m3 dan kemudian didistribusikan ke pelanggan melalui

reservoir-reservoir distrubusi di berbagai cabang. Air bersih yang mengalir

dari filter ke reservoir dibubuhi chlor dan untuk netralisasi dibutuhkan larutan

kapur jenuh.

8. Finish Water Pump (FWP), berfungsi untuk mendristriusikan air bersih dari

reservoir utama di instalasi reservoir-reservoir distribusi di cabang melalui

pipa transmisi.

9. Sludge Lagoon (Tempat Menampung Air Buangan), berfungsi sebagai media

penampungan air buangan bekas pencucian sistem pengolahan dan kemudian

air tersebut disalurkan kembali ke RWT untuk diproses kembali.

10. Monitoring System (Sistem Pengawasan), fasilitas ini dapat memperlihatkan

secara langsung kondisi proses pengolahan dari ruang tertentu baik terhadap

kuantitas, kualitas maupun kontinuitas olahan.

2.5 Manfaat Mineral Dalam Air Minum

Air minum menjadi salah satu sumber beberapa mineral karena

ditambahkan atau terdapat secara alamiah. Penyerapan mineral dari air minum

dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu kondisi fisiologis pencernaan dan

komposisi makanan. Ada beberapa mineral yang terdapat di dalam air minum

dengan kadar potensial untuk menopang kesehatan yakni kalsium, magnesium,

florida, selenium, kuprum, dan kalium. Kontribusi air minum sebagai sumber

(33)

berkisar 1-20 %, dan mineral kalsium dan magnesium yang paling banyak yakni

sampai 20% dari yang diperlukan tubuh berasal dari air minum.Tingkat

penyerapan kalsium dari air minum yang mengandung kalsium yang tinggi

sebanding dengan penyerapan kalsium dari susu. Air minum yang mengandung

300 mg kalsium per liter menyumbangkan kalsium yang setara dengan kalsium

dari satu gelas susu (Silalahi, et.al., 2014).

Kesadaran akan pentingnya mineral dan unsur penting lainnya dalam air

minum telah terjadi selama ribuan tahun. Air demineralisasi diartikan sebagai air

yang hampir atau tidak mengandung mineral sama sekali. Air demineral tanpa

penambahan mineral tidak sesuai untuk air minum karena sangat agresif

terhadap wadah atau pipa penyalur yang terbuat dari logam, tidak memberi rasa

dan tidak mengandung mineral tertentu yang diperlukan tubuh. Air rendah

mineral dikaitkan dengan peningkatan morbilitas dan mortilitas dari penyakit

kardiovaskuler (CVD) dibandingkan dengan air sadah tinggi magnesium. Studi

terbaru juga menunjukkan bahwa asupan air lunak, yaitu air rendah kalsium,

mungkin berkaitan dengan resiko tinggi patah tulang pada anak-anak, penyakit

neurodegeneratif tertentu, kelahiran prematur dan berat badan rendah saat lahir

dan beberapa jenis kanker. Dan juga peningkatan resiko kematian mendadak,

asupan air rendah magnesium tampaknya terkait dengan resiko tinggi penyakit

saraf motorik, gangguan kehamilan (yang disebut preeklamsia), dan beberapa

jenis kanker.Gejala mungkin tidak akan kelihatan dalam waktu yang lama tetapi

efek akut dapat terjadi jika mengonsumsi air destilat dalam jumlah yang banyak

sesudah latihan fisik yang berat, efek hiponatremia yang akut bisa terjadi.

(34)

rendah dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan kanker (Kozisek, 2005;

Bonetti and Hopkins, 2010; Silalahi, 2011).

2.6 Kadar Mineral Dalam Air Minum

Sebelumnya telah diadakan penelitian di Fakultas Farmasi yang

berkaitan dengan kandungan kalsium dan magnesium di kota Medan dimana

dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:

No Sampel Kadar Mineral Sumber Kalsium (mg/L) Magnesium

(mg/L) 1 AMIU Tanpa Merek

Teknik Filterasi I

6,5113 ± 0,34 1,7817 ±0,08

a 2 AMIU Tanpa Merek

Teknik Filterasi II

14,3137 ±

0,24

3,1492 ± 0,14

3 AMIU Tanpa Merk Teknik Filterasi III

10,4956 ±

0,20

3,1408 ± 0,05

4 Aqua 40,8789 ±

0,28

14,7650 ± 0,11

b 5 Amoz 30,6852 ±

0,29

19,9454 ± 0,15

6 Air Minum Isi Ulang I 11,6947 ±

0,09

6,9720 ± 0,07

7 Air Minum Isi Ulang II 25,6405 ±0,20 12,9050 ± 0,08

8 Air PDAM Tirtanadi di Utara

1,2873 ±0,03 2,9703 ± 0,04

c 9 Air PDAM Tirtanadi

Selatan

10,0503 ±

0,18

6,0808 ± 0,03

10 Air PDAM Tirtanadi Barat

3,8351 ± 0,05 2,9374 ± 0,01

11 Air PDAM Tirtanadi Timur

3,3427 ± 0,09 1,88 ± 0,08

Keterangan: a= Pasaribu (2013), b= Florencia (2014), c= Hutasoit (2014)

Dari penelitian sebelumnya oleh Pasaribu (2013), Florencia (2014), dan

Hutasoit (2014) didapat kadar kalsium dan magnesium dalam air mineral dalam

kemasan yaitu Aqua dan Amoz lebih tinggi dibandingkan air minum isi ulang

(AMIU) dan air PDAM Tirtanadi. Air mineral Aqua dan Amoz telah memenuhi

(35)

merekomendasikan bahwa kadar minimum kalsium dan magnesium dalam air

minum adalah 20 mg/L dan 10 mg/L.

Menurut penelitian Ombaka, dkk (2013) di kenya menjelaskan bahwa

kandungan kalsium dalam sampel pada musim hujan adalah 0,41-29,11 mg/L

dan pada musim kemarau 0,38-26,13 mg/L. Untuk kandungan magnesium dalam

sampel pada musim hujan adalah 0,20-5,89 mg/L dan pada musim kemarau

0,14-4,88 mg/L. Kadar kalsium dan magnesium yang lebih tinggi pada musim

hujan dikarenakan air hujan yang berkontak langsung dengan tanah dan

bebatuan sehingga memungkinkan kalsium dan magnesium ikut terlarut yang

menyebabkan air menjadi sadah. Kadar kalsium dan magnesium pada musim

hujan dan musim kemarau masih dibawah syarat maksimum yamg ditetapkan

oleh WHO.

Pada tahun 1970-an World Health Organization (WHO) melakukan studi

untuk memberikan informasi tentang pedoman air destilat. air demineralisasi

(destilat) tidak hanya memiliki keuntungan dikarenakan organoleptiknya, tetapi

juga memiliki pengaruh yang merugikan pada hewan dan manusia. Setelah

mengevaluasi berdasarkan efek kesehatan, organoleptik, dan informasi lainnya,

tim merekomendasikan bahwa air demineral mengandung garam terlarut dengan

konsentrasi minimal 100 mg/L, ion bikarbonat 30 mg/L, dan kalsium 30 mg/L

(Kozisek,2004).

Studi epidemiologi dilakukan untuk menentukan efek kalsium dan

magnesium terhadap morbilitas penyakit kardiovaskuler (Cardiovasculer

disease, CVD), magnesium dan kalsium dalam air minum dapat menurunkan

resiko CVD. Penelitian yang lebih baru telah memberikan informasi tambahan

(36)

demineralisasi. Misalnya, efek air minum dengan kesadahan yang berbeda

terhadap status kesehatan perempuan berusia 20-49 tahun dengan subjek dari

dua studi epidemiologi (460 dan 511 perempuan) di empat kota siberia selatan.

Air di kota A memiliki konsentrasi kalsium dan magnesium yang rendah (3,0

mg/L kalsium dan 2,4 mg/L magnesium). Air di kota B memiliki kadar sedikit

lebih tinggi (18,0 mg/L kalsium dan 5,0 mg/L magnesium). Kadar tertinggi

berada di kota C (22,0 mg/L kalsium dan 11,3 mg/L magnesium) dan di kota D

(45,0 mg/L kalsium dan 26,2 mg/L magnesium). Perempuan yang tinggal di

kota-kota A dan B lebih sering menunjukkan perubahan kardiovaskuler (seperti

diukur dengan EKG), tekanan darah tinggi, disfungsi autonom perut, sakit

kepala, pusing, dan osteoporosis (diukur oleh X-ray absorptiometry)

dibandingkan dengan kota C dan D. Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan

magnesium minimum air minum harus 10 mg/L dan kandungan kalsium

minimal harus 20 mg/L lebih dari 30 mg/L seperti yang direkomendasikan

dalam laporan WHO 1980 (Kozisek, 2005).

Beberapa hasil studi di Taiwan menyatakan magnesium memiliki efek

perlindungan terhadap resiko penyakit serebrovaskuler dan hipertensi,

kesadahan air menunjukkan efek perlindungan terhadap CVD, kanker

kerongkongan, kanker pankreas, kanker rektum, dan kanker payudara. Kalsium

dalam air minum juga terbukti melindungi terhadap kanker kolorektal dan

kanker lambung (Kozisek, 2005).

2.7 Musim Di Indonesia

Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah

tropis,Indonesia terletak diantara Benua Asia dan Australia, diantara Samudera

(37)

membujur dari barat ke timur menyebabkan wilayah indonesia memiliki sistem

iklim yang unik, yang secara geografis memiliki dua musim yaitu musim

penghujan dan musim kemarau (Sakya, 2015).

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG),

prakiraan musim hujan 2014/2015 di Sumatera diperkirakan berkisar pada bulan

Oktober 2014 – Desember 2014 (Sakya, 2014). Sedangkan untuk musim

kemarau diperkirakan berkisar pada bulan Januari 2015 – Juni 2015 (Sakya,

2015).

2.8 Analisis Mineral Dalam Air Minum 2.8.1 Titrasi Kompleksometri

Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kandungan

garam-garam logam, dimana dasar penentuannya melibatkan pembentukan kompleks

atau ion kompleks. Kompleks ini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi

sebuah ion logam, kation, dengan sebuah anion atau molekul netral. Etilen

Diamin Tetra Asetat (EDTA) merupakan titran yang sering digunakan (Gandjar

dan Rohman, 2012).

Untuk deteksi titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna. Indikator

zat warna ditambahkan pada larutan logam pada saat awal dan sebelum

dilakukan titrasi dan akan membentuk kompleks berwarna. Pada saat titik akhir

titrasi (ada sedikit kelebihan EDTA) maka kompleks indikator-logam akan

pecah dan akan menghasilkan warna yang berbeda. Indikator yang dapat

digunakan untuk titrasi kompleksometri adalah hitam eritkrom, mureksid, jingga

pirokatekol, jingga xilenol, kalmagit, dan biru hidroksi naftol (Gandjar dan

(38)

2.8.2 Spektrofotometer Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar

oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar

ultraviolet (Gandjar dan Rohman, 2012).

Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif

unsur-unsur mineral dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit

(ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur mineral dalam suatu

sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel

tersebut. Cara ini cocok untuk analisis sekelumit mineral karena mempunyai

kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaanya relatif

sederhana, dan interferensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2012).

Metode spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorpsi cahaya

oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu,

tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai

cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik

suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih

banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke

tingkat eksitasi (Khopkar, 1985).

Menurut Gandjar dan Rohman (2007), bagian instrumentasi

spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut:

a. Sumber Sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow

cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung

suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi

(39)

b. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometer serapan atom, sampel yang akan

dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan

azas. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah sampel

menjadi uap atom-atom, yaitu:

1. Dengan nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi

bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh

nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara

suhunya sebesar 22000C. Sumber nyala yang paling banyak digunakan adalah

campuran asetilen sebagai bahan pembakar dan udara sebagai pengoksidasi.

2. Tanpa nyala (Flameless)

Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil

sedikit (hanya beberapa µL), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian

tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus

listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah

menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang

berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan

energi sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif .

c. Monokromator

Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum sesuai

dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian banyak

(40)

d. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui

tempat pengatoman.

e. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai

pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang

[image:40.595.115.490.302.481.2]

menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi.

Gambar 2.2 Komponen Spektrofotometer Serapan Atom (Harris, 2007)

Gangguan-gangguan (interference) pada Spektrofotometri Serapan Atom

adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur

yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan

konsentrasinya dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2007). Secara luas dapat

dikategorikan menjadi dua kelompok, yakni interferensi spektral dan interferensi

kimia (Khopkar, 1985).

Interferensi spektral disebabkan karena tumpangasuh absorpsi antara

spesies pengganggu dan spesies yang diukur, karena rendahnya resolusi

monokromator. Interferensi kimia dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya

Lampu Katoda Berongga

Monokromator Detektor Amplifier

Readout

Analit sampel dalam beker Nyala

Bahan Pembakar

(41)

atom yang terjadi di dalam nyala. Gangguan kimia disebabkan karena adanya

reaksi kimia selama atomisasi, sehingga mengubah sifat absorpsi (Khopkar,

1985).

2.9 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap

parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya

(Harmita, 2004).

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi

metode analisis adalah sebagai berikut:

a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis

dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen

perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan

dengan dua cara, yaitu metode simulasi dan metode penambahan baku (Harmita,

2004).

Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang

dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam

suatu bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut

dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan

(kadar yang sebenarnya) (Harmita, 2004).

Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan

metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan

konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode

(42)

tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan

menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat

ditemukan kembali (Harmita, 2004).

b. Keseksamaan (presisi)

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien

variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat

kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara

berulang untuk sampel yang homogen. Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai

keterulangan (repeatability) atau ketertiruan (reproducibility) (Harmita, 2004). c. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya

mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain

yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004).

d. Linearitas dan rentang

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik

secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika,

menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit

dalam sampel (Harmita, 2004).

e. Batas deteksi (Limit of detection) dan batas kuantitasi (Limit of

quantitation)

Batas deteksimerupakanjumlahterkecilanalitdalamsampel yang

dapatdideteksi yang masihmemberikanresponsignifikan,

sedangkanbataskuantitasimerupakankuantitasterkecilanalitdalamsampel yang

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

yaitu untuk menentukan kadar mineral kalsium dan magnesium pada air minum

PDAM Tirtanadi di beberapa PDAM di kota Medan.

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Febuari

2015 – 15 April 2015.

3.2 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, hot plate, kertas saring

Whatman no. 42, dan Spektrofotometer Serapan Atom Hitachi Z-2000 lengkap

dengan lampu katoda kalsium dan magnesium.

3.3 Bahan

Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro

analisis keluaran E. Merck yaitu asam nitrat pekat (65% v/v), asam sulfat 1N,

etanol (96% v/v), Kuning titan 0,1% b/v, larutan standar kalsium (konsentrasi

1000 mcg/ml), larutan standar magnesium (konsentrasi 1000 mcg/ml), Natrium

hidroksida 2N kecuali Air minum PDAM Tirtanadi Medan dan akua

(44)

3.4Prosedur penelitian

3.4.1 Metode pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel secara purposif ini ditentukan atas dasar

pertimbangan bahwa sampel yang tidak terambil mempunyai karakteristik yang

sama dengan sampel yang diteliti dan dianggap sebagai sampel yang

representatif (Sudjana, 2005).

Lokasi pengambilan sampel ada 3 tempat yaitu:

1. Instalasi Produksi Air Bersih Sibolangit

2. Instalasi Produksi Air Bersih Sunggal

3. Instalasi Produksi air Bersih Deli Tua

Pengambilan sampel dilakukan sebanyak dua kali yaitu:

1. Pada musim hujan (28 Desember 2014)

2. Pada musim kemarau (8 Maret 2015)

3.4.2 Pembuatan Pereaksi 3.4.2.1 Larutan H2SO4 1N

Larutan ini dibuat dengan cara mengencerkan larutan H2SO4 96% v/v sebanyak

3 ml dengan air suling hingga 100 ml (Ditjen POM,1979).

3.4.2.2 Larutan Natrium Hidroksida 2N

Sebanyak 80,02 gram natrium hidroksida dilarutkan dengan air suling hingga

1000 ml (Ditjen POM, 1979).

3.4.2.3Larutan Kuning Titan 0,1 % b/v

(45)

3.4.3Penyiapan Sampel

Masing-masing sampel diambil sebanyak 50 mL dimasukkan kedalam

erlenmeyer 250 mL kemudian ditambahkan asam nitrat pekat sebanyak 2,5 mL,

kemudian dipanaskan di atas hotplate sampai tersisa 10-15 ml lalu sampel

didinginkan dan dimasukkan kedalam labu tentukur 100 mL, kemudian

diencerkan dengan akua demineralisata sampai garis tanda, homogenkan.

Disaring dengan kertas saring Whatmann No. 42, dan ± 5 mL larutan pertama

dibuang untuk menjenuhkan kertas saring. Kemudian larutan selanjutnya

ditampung kedalam botol (SNI,2006).

3.5Analisis Kualitatif 3.5.1 Kalsium

3.5.1.1 Uji dengan Asam Sulfat 1N

Larutan sampel diteteskan 1-2 tetes pada object glass kemudian ditetesi dengan

larutan asam sulfat akan terbentuk endapan putih CaSO4 lalu diamati di bawah

mikroskop. Jika terdapat ion kalsium akan terlihat kristal berbentuk jarum.

3.5.2 Magnesium

3.5.2.1 Uji dengan Larutan Kuning Titan 0,1% b/v

Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 tetes larutan sampel, ditambah 20

tetes NaOH 2 N dan 3 tetes pereaksi kuning titan. Dihasilkan endapan merah

terang jika terdapat ion magnesium (Vogel, 1979)

3.6 Analisis Kuantitatif

3.6.1Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium

Larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 µg/ml) dipipet sebanyak 1 ml,

(46)

dengan akua demineralisata (konsentrasi larutan 10 µg/ml). Larutan untuk kurva

kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet (5; 10; 15; 20; 25) ml larutan baku 10

µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan

dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata (larutan ini

mengandung 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0) µg/ml dan diukur absorbansi pada panjang

gelombang 285,2 nm, atomisi dilakukan dengan nyala udara-asetilen. Hingga

diperoleh hasil dalam bentuk grafik absorbansi terhadap konsentrasi dan

ditentukan persamaan garis regresinya.

3.6.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium

Larutan baku magnesium (konsentrasi 1000 µg/ml) dipipet sebanyak 1 ml,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda

dengan akua demineralisata (konsentrasi larutan 10 µg/ml). Larutan untuk kurva

kalibrasi magnesium dibuat dengan memipet (1; 2; 3; 4 dan 5) ml larutan baku

10 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan

dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata (larutan ini

mengandung 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0) µg/ml dan diukur absorbansi pada

panjang gelombang 285,2 nm, atomisasi dilakukan dengan nyala udara-etilen.

Hingga diperoleh hasil dalam bentuk grafik absorbansi terhadap konsentrasi dan

ditentukan persamaan garis regresinya.

3.6.3Pengukuran Serapan Deretan Larutan Standar dan Sampel dengan Spektrofotometer Serapan Atom

Persiapkan alat SSA dengan baik. Pasang lampu katoda kalsium untuk

penentuan kadar kalsium dan lampu katoda magnesium untuk penentuan kadar

magnesium. Kemudian ukur absorbansi larutan standar kurva kalibrasi pada

(47)

konsentrasi yang terendah sampai dengan konsentrasi yang tertinggi. Buat

persamaan garis regresinya.

3.6.4Penetapan Kadar Kalsium dan Magnesium Dalam Sampel 3.6.4.1 Penetapan Kadar Kalsium

Larutan sampel yang telah disiapkan dipipet sebanyak 50 ml dan kemudian

diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom pada

panjang gelombang 422,7 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi

yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium.

Konsentrasi kalsium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi

dari kurva kalibrasi.

Kadar logam kalsium dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Kadar = � � ��

��

Keterangan: C = konsentrasi (µg/ml) (dihitung berdasarkan persamaan regresi

kurva kalibrasi)

V = volume larutan sampel

Fp = Faktor pengenceran

Vs = Volume sampel

3.6.4.2Penetapan Kadar Magnesium

Larutan sampel yang telah disiapkan dipipet sebanyak 20 ml dan dimasukkan

kedalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan sampai batas tanda dengan akua

demineralisata (Faktor pengenceran 100 ml/20 ml = 5 kali). Lalu diukur

absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom pada

panjang gelombang 285,2 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi

(48)

magnesium. Konsentrasi magnesium dalam sampel dihitung berdasarkan

persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi. Kadar logan magnesium dalam

sampel dapat dihitung dengan cara diatas (perhitungan kadar ion kalsium dalam

sampel).

3.7Analisis Data Secara Statistik 3.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Kadar kalsium dan magnesium yang diperoleh dari hasil pengukuran

masing-masing larutan sampel dianalisis secara statistik. Menurut (Sudjana,2005)

perhitungan standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

SD =

(

)

1 -n

X -Xi 2

Keterangan :

Xi = Kadar sampel

X = Kadar rata-rata sampel n = Jumlahperlakuan

Untuk mencari t hitung digunakan rumus:

t hitung =

n SD

X Xi

/

dan untuk menentukan kadar logam di dalam sampel dengan interval

kepercayaan 99%, α = 0.01, dk = n-1, dapat digunakan rumus:

µ = X ± t (α/2, dk) x SD / √n

KeteranganSD = standar deviasi µ = interval kepercayaan

X = kadar rata-rata sampel

t= harga t tabel sesuai dengan dk= n – 1 n = jumlah pengulangan

� = tingkat kepercayaan

(49)

3.7.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Antar Sampel

Menurut Sudjana (2005), sampel yang dibandingkan adalah independen dan

jumlah pengamatan masing-masing lebih kecil dari 30 dan variansi (�) tidak

diketahui sehingga dilakukan uji F untuk mengetahui apakah variansi kedua

populasi sama (�1 = �2) atau berbeda (�1≠�2) dengan menggunakan rumus:

Fo=

2 2 2 1 S S

Keterangan: Fo = Beda nilai yang dihitung

S1 = Standar deviasi sampel 1

[image:49.595.114.398.420.576.2]

S2 = Standar deviasi sampel 2

Tabel distribusi F dapat dilihat pada Lampiran 29 halaman 85

Apabila dari hasilnya diperoleh Fo tidak melewati nilai kritis F, maka dilanjutkan

uji dengan distribusi t dengan rumus:

to =

(

)

2 1 2 1 / 1 / 1 X -X n n Sp +

Keterangan: X 1 = kadar rata-rata sampel 1 2

X = kadar rata-rata sampel 2 Sp = simpangan baku

n1 = jumlah perlakuan sampel 1

n2 = jumlah perlakuan sampel 2

Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila to yang diperoleh melewati nilai kritis

t dan sebaliknya jika Fo melewati nilai kritis F, maka dilanjutkan uji dengan

distribusi t dengan rumus :

to =

(

)

(50)

Keterangan: X 1 = kadar rata-rata sampel 1 2

X = kadar rata-rata sampel 2 S1 = Standar deviasi sampel 1

S2 = Standar deviasi sampel 2

n1 = jumlah perlakuan sampel 1

n2 = jumlah perlakuan sampel 2

Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila to yang diperoleh melewati

nilai kritis t, dan sebaliknya.

3.7.3 Validasi Metode Analisis

3.7.3.1 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Uji perolehan kembali (recovery) dilakukan dengan metode penambahan

larutan standar (standar additional method). Larutan baku yang ditambahkan

yaitu 0,2 mL larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 µg/mL) dan 0,2 mL larutan

baku magnesium (konsentrasi 1000 µg/mL).

Untuk uji perolehan kembali logam kalsium, sebanyak 50 mL sampel

dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL kemudian ditambahkan 0,2 mL

larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 µg/mL). Sedangkan untuk uji perolehan

kembali logam magnesium, sebanyak 50 mL sampel dimasukan kedalam

erlenmeyer 250 mL kemudian ditambahkan 0,2 mL larutan baku magnesium

(konsentrasi 1000 µg/mL).

Kemudian dilanjutkan dengan prosedur penyiapan sampel seperti yang telah

dilakukan sebelumnya. Kadar bahan baku yang ditambahkan dapat dihitung

dengan persamaan:

� ∗�= ������ ���

Keterangan : C*A = Kadar baku yang ditambahkan kedalam sampel (µg/ml) CLB = Konsentrasi larutan baku (µg/ml)

(51)

Menurut (Harmita, 2004) persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:

Persen perolehan kembali = ��−��

�∗ x 100%

Keterangan : CA = Kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku

CF = Kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku

C*A = Kadar larutan baku yang ditambahkan

3.7.3.2Uji Presisi

Menurut Harmita (2004),

keseksamaanataupresisidiukursebagaisimpanganbakurelatif ataukoefisienvariasi.

Keseksamaanataupresisimerupakanukuran yang

menunjukkanderajatkesesuaianantarahasiluji individual

ketikasuatumetodedilakukansecaraberulanguntuksampel yang

homogen.Nilaisimpanganbakurelatif yang

memenuhipersyaratanmenunjukkanadanyakeseksamaanmetode yang dilakukan.

Menurut Harmita (2004), rumus untuk menghitung simpangan baku relatif

sebagai berikut:

RSD = ×100% X

SD

Keterangan:

X = Kadar rata-rata sampel

SD = Standar Deviasi

RSD = Relative Standard Deviation

3.7.3.3 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam

(52)

Batas kuantitasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel

yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada

kondisi operasional metode yang digunakan (Gandjar dan Rohman, 2012).

Menurut Harmita (2004), batasdeteksidanbataskuantitasi

inidapatdihitungdenganrumussebagaiberikut:

SimpanganBaku (SY/X) =

(

)

2

2

− −

n Yi Y

Batas deteksi (LOD) = 3 X SY /X

slope

Batas kuantitasi (LOQ) = 10 X SY /X

(53)

Gambar

Tabel 1. Baku Mutu Air Minum Menurut Permenkes RI No 01/Birhukmas/1975
Gambar 2.2 Komponen Spektrofotometer Serapan Atom (Harris, 2007)
Tabel distribusi F dapat dilihat pada Lampiran 29 halaman 85
Gambar 4.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

The most obvi- ous difference between both experiments was S, where the sunflower canopy in the 1998 experiment would fluctuate between one to two azimuth preferences, but in the

Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau berbeda dengan

The Maritime Cultural Heritage field is composed of full-scale historic ships and boats, as well as of models and replicas of famous vessels, of objects and exhibits relating

Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau

Airborne Laser Scanning (ALS), Terrestrial Laser Scanning (TLS) and Vehicle based Laser Scanning (VLS) are widely used as data acquisition methods for 3D building modelling.. ALS

Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau

The digital atlas, composed by textual or graphical documents, photos or technical drawings, finds its main focus on the digital three-dimensional models of the courtyards and

RADARSAT-2 quad-polarization image and HJ-1 CCD image have been used to estimate TIN of sea surface. Based on the situ measured data, four parameters were