PENGARUH VARIABEL DEMOGRAFI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PULAU JAWA (PERIODE TAHUN 2008 – 2016)
Ayu Athifah*
Fahmi Wibawa, MBA Najwa Khairina, SE, MA E-mail: *ayuathifah@yahoo.co.id
Abstract
The purpose of this research is to discover the influence of Human Development Index (HDI), population growth rate, dependency ratio, and labor force participaton rate towards economic growth in Java Island. The dependent variable is economic growth (GRDP rate), while the independent variables is Human Development Index (HDI), population growth rate, dependency ratio, and labor force participation rate. This research uses panel data that combining the data from all the provinces in Java Island (DKI Jakarta, West Java, Center Java, Yogyakarta, East Java, and Banten) from period 2008 until 2016.
The result shows that all of the independent variables simultantly can explain the variation of the dependent variable (economic growth), which is the coefficient of determination equals to 74.48%. Furthermore, Human Development Index (HDI) negatively significant influence to economic growth, population growth rate and dependency ratio positively significant influence to economic growth, and labor force participation rate positively but unsignificant influence to economic growth.
Keywords: economic growth (GRDP rate), Human Development Index (HDI), population growth rate, dependency ratio, labor force participation rate.
I. PENDAHULUAN
Penduduk adalah orang-orang yang tinggal dan menetap dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan tertentu. Keberadaannya yang tersebar di seluruh negara di dunia sudah menyentuh angka 7,442 miliar jiwa pada tahun 2016 menurut
World Bank menjadi salah satu bagian
terpenting dari sebuah negara. Pentingnya penduduk tertulis dalam Konvensi Montevideo yang disepakati tahun 1933 tentang pembentukan negara bahwa penduduk merupakan salah satu unsur konstitutif (pokok) yang wajib dimiliki dalam suatu wilayah agar dapat berdiri sebagai negara. Dengan adanya pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa tanpa keberadaan penduduk sebuah negara tidak akan utuh. Berdasarkan pada penjelasan tersebut, pembahasan lebih lanjut tentang kependudukan pun menjadi hal yang penting
untuk dibahas, terutama tentang permasalahan yang ada di dalamnya.
Permasalahan kependudukan yang dibahas dalam ilmu demografi mulai populer setelah penelitian yang dilakukan oleh John Graunt (1620 – 1674). Meskipun pembahasan penelitian dalam bukunya yang berjudul Natural and Political Observations Mentioned in a Following Index and Made
Upon the Bills of Mortality lebih
menekankan pada permasalahan kematian, menurutnya, penelitian kependudukan lebih lanjut diperlukan karena permasalahan kependudukan tidak hanya sebatas kematian dan kelahiran. Graunt menyarankan agar penelitian tentang kependudukan lebih menekankan pada aspek komposisi penduduk menurut jenis kelamin, umur, agama, dan lain sebagainya.
provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten. Alasan utama yang mendukung pernyataan tersebut adalah karena pulau Jawa merupakan pulau dengan penduduk terpadat di Indonesia. Jumlahnya yang setiap tahun meningkat menyebabkan distribusi atau penyebaran kependudukan di Indonesia tidak merata. Pada tahun 2016, sekitar 146 juta penduduk Indonesia atau 57,5% bermukim di pulau yang luasnya hanya 128.927 km persegi atau 6,8% dari total area Indonesia, sedangkan pulau Kalimantan yang luasnya 539.460 km persegi1 atau 28,5% dari total area Indonesia dihuni 14,5 juta atau hanya 5,8% penduduk. Ketimpangan atau ketidakmerataan pembangunan di antara pulau Jawa dan luar pulau Jawa menjadi faktor pendorong yang menyebabkan pulau Jawa semakin lama semakin padat dan sesak. Ketimpangan tersebut menurut Arbani (2014) dapat terlihat dari perkembangan dan pembangunan infrastruktur di pulau Jawa jauh lebih pesat dibanding pulau lainnya. Selain itu, mode transportasi lengkap yang memudahkan akses kemana saja dan standar upah yang dianggap jauh lebih tinggi juga menjadi alasan yang sering diberikan para pencari kerja dari luar Jawa untuk melakukan migrasi.
Pokok bahasan kependudukan yang memiliki peranan dalam perekonomian tidak hanya terlihat dari pertumbuhan penduduk saja, tetapi dapat dilihat juga dari besarnya rasio ketergantungan penduduk. Rasio ketergantungan penduduk menjadi salah satu indikator demografi yang penting. Rasio ketergantungan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia 0 – 14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk usia 65 tahun keatas (keduanya disebut bukan angkatan kerja) dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15 – 64 tahun (angkatan kerja) (BPS, 2010).
1 Luas yang menjadi bagian NKRI.
Selain itu, permasalahan perkembangan pertumbuhan penduduk yang berkaitan dengan perekonomian tidak terlepas dari adanya peran tenaga kerja. Seperti yang dijelaskan Saputri (2011) bahwa kondisi yang ideal dari tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi adalah ketika partisipasi tenaga kerja dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kondisi yang ideal dari pertumbuhan ekonomi terhadap tenaga kerja adalah ketika pertumbuhan ekonomi mampu menambah penggunaan tenaga kerja secara lebih besar. Semakin besar nilai dari tingkat partisipasi angkatan kerja, maka semakin terlihat peranan pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya. Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut.
a. Apakah pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa?
b. Apakah pengaruh laju pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa?
c. Apakah pengaruh rasio ketergantungan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa? d. Apakah pengaruh Tingkat Pertisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa? e. Apakah pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa?
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Ilmu Demografi
data dan statistik kependudukan, serta perhitungan-perhitungan secara matematis dan statistik dari data penduduk terutama mengenai perubahan jumlah, persebaran, dan komposisi/strukturnya. Perubahan-perubahan tersebut dipengaruhi oleh perubahan pada komponen-komponen utama pertumbuhan penduduk, yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi, yang pada gilirannya menyebabkan perubahan pada jumlah, struktur, dan persebaran penduduk.demografi memberi gambaran menyeluruh tentang perilaku penduduk, baik secara agregat maupun secara kelompok.
B. Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Adam Smith dalam Sitindaon (2013) dengan bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and
Causes of the Wealth of the Nations,
pertumbuhan ekonomi ditandai oleh dua faktor yang saling berkaitan, yaitu pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan output total. Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen, yaitu sumber daya alam, tenaga kerja (pertumbuhan penduduk), dan jumlah persediaan. C. Teori Jebakan Populasi Malthus
Robert Thomas Malthus (1766-1834) merupakan pendeta Inggris yang mengajukan sebuah teori tentang hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi yang masih banyak dipercaya oleh banyak ahli sampai saat ini. Dalam sebuah bukunya yang berjudul Essay on the Principle of
Population terbitan tahun 1798, Thomas
Malthus merumuskan sebuah konsep tentang pertambahan hasil yang semakin berkurang (diminishing returns). Malthus melukiskan suatu kecenderungan universal bahwa jumlah populasi di suatu negara akan meningkat sangat cepat menurut deret ukur atau tingkat
geometric setiap 30 atau 40 tahun, kecuali jika hal itu diredam oleh bencana kelaparan.
Sementara itu, karena adanya proses pertambahan hasil yang semakin berkurang dari suatu faktor produksi yang jumlahnya tetap, yaitu tanah, maka persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung atau tingkat aritmetik. Bahkan, karena lahan yang dimiliki setiap anggota masyarakat semakin lama semakin sempit, maka kontribusi marjinalnya terhadap total produksi pangan akan semakin menurun. Karena pertumbuhan pengadaan pangan tidak dapat berpacu secara memadai atau mengimbangi kecepatan pertambahan penduduk, maka pendapatan perkapita (dalam masyarakat agraris, pendapatan perkapita diartikan sebagai produksi pangan perkapita) cenderung terus mengalami penurunan sampai sedemikian rendahnya sehingga segenap populasi harus bertahan pada kondisi sedikit di atas tingkat subsisten (semua penghasilan hanya cukup untuk mengganjal perut), itu pun hanya untuk jumlah populasi tertentu. Lebih dari jumlah itu maka ada sebagian penduduk yang tidak mendapat bahan pangan sama sekali.
Para ahli ekonomi modern telah memberi nama khusus bagi gagasan Malthus yang menyatakan bahwa ledakan penduduk akan menimbulkan pola hidup yang serba pas-pasan (subsisten). Mereka menyebutnya model jebakan populasi ekuilibrium tingkat rendah (low level equilibrium population
trap, atau biasa disingkat dengan model
jebakan populasi Malthus (Malthusian population trap).
D. Perlunya Pertumbuhan Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi
konvensional mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk itu bukanlah sebuah masalah, melainkan justru merupakan unsur penting yang akan memacu pembangunan ekonomi. Populasi yang lebih besar adalah pasar potensial yang menjadi sumber permintaan akan berbagai macam barang dan jasa yang kemudian akan menggerakkan berbagai macam kegiatan ekonomi sehingga menciptakan skala ekonomis (economic of scale) dalam produksi yang menguntungkan semua pihak, menurunkan biaya-biaya produksi, dan menciptakan sumber pasokan atau penawaran tenaga kerja murah dalam jumlah yang memadai sehingga pada gilirannya akan merangsang tingkat output atau produksi agregat yang lebih tinggi lagi.
E. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Penghitungan seberapa besar angkatan kerja yang berpartisipasi dalam suatu negara atau wilayah dapat dilihat dari tingkat partisipasi angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja menurut Rusli (2012) dinyatakan sebagai jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja per 100 penduduk usia kerja. Jika pada penjelasan di atas dikatakan bahwa penduduk usia kerja (produktif) didefinisikan sebagai penduduk dengan usia 15 – 64 tahun, maka
Dengan cara yang sama, tingkat partisipasi angkatan kerja dapat dihitung untuk tiap golongan umur dan jenis kelamin. Selain untuk tiap golongan umur dan jenis kelamin, tingkat partisipasi angkatan kerja dapat pula dihitung untuk lain-lain karakteristik penduduk seperti daerah tempat tinggal (pedesaan-perkotaan), status perkawinan, dan tingkat pendidikan.
Tingkat partisipasi angkatan kerja umumnya rendah atau agak rendah pada usia muda dan usia tua. Sebagian mereka yang berusia muda masih bersekolah, sedangkan sebagian pada usia tua sudah tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan. F. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau yang dikenal dengan Human
Development Index (HDI) mulai muncul
pada awal dasawarsa 1990-an. Semula IPM digunakan untuk mengukur pembangunan sosial dan kemudian sebagai ukuran pencapaian pembangunan yang berfokus pada pembangunan manusia yang dibandingkan antar negara di dunia.
Menurut UNDP dalam Rusli (2012), Tampak IPM atau HDI adalah perkembangan lebih lanjut dari hasil upaya pencarian indeks pengukuran kemajuan pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk di berbagai negara di dunia yang berpusat pada pembangunan manusia. IPM memfokuskan pada tiga dimensi pembangunan manusia yang terukur, meliputi: berumur panjang dan sehat
(living along and healthy life),
berpendidikan atau terdidik (being
educated), dan hidup berkecukupan atau
mempunyai standar hidup yang layak
(having decent standard of living). Ketiga
dimensi tersebut dipandang sebagai dimensi-dimensi terbaik yang menunjukkan kondisi kehidupan manusia.
Meningkatnya umur manusia dapat dipandang sebagai salah satu output pokok pembangunan.
Terdidik atau berpengetahuan juga merupakan kondisi yang diinginkan semua masyarakat dan kebudayaan. Apapun sistem sosial dan sistem politik yang digunakan, pendidikan merupakan kondisi dasar manusia yang dipandang sangat penting. Tanpa pendidikan, manusia tidak dapat mengembangkan dirinya dan keadaan kehidupannya. Umpamanya dengan melek huruf, seseorang akan berpeluang untuk akses terhadap pengetahuan dan teknologi yang bersumber dari bahan tertulis. Dalam pengembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pada mulanya untuk merepresentasikan kondisi pendidikan (pengetahuan) hanya digunakan tingkat melek huruf. Tetapi kemudian, meskipun melek huruf dipandang memberi kontribusi lebih besar untuk merepresentasikan kondisi pendidikan (pengetahuan) digunakan kombiansi antara melek huruf dan lama sekolah atau tingkat partisipasi sekolah.
G. Rasio Ketergantungan Penduduk Rasio ketergantungan penduduk dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Semakin tingginya persentase rasio ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan penduduk yang sudah tidak produktif lagi. Sebaliknya, semakin rendah persentase rasio ketergantungan menunjukkan semakin rendah beban yang harus ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan
penduduk yang sudah tidak produktif lagi.
Rasio ketergantungan penduduk
(dependency ratio) dapat dihitung dengan
rumus:
RK = P - 4 P +P65+
(15-64) x 100
Keterangan:
RK = Rasio ketergantungan penduduk
P (0 – 14) = Penduduk usia belum produktif (young dependency ratio) P (65+) = Penduduk usia yang sudah tidak produktif lagi (old dependency ratio)
P (15 – 64) = Penduduk usia produktif
H. Kerangka Pemikiran
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian
Ketergantungan Penduduk, maupun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa yang memiliki 6 (enam) provinsi. Data operasional yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data panel yang merupakan gabungan antara data runtut waktu (time
series) dan data cross section mulai dari
tahun 2008 sampai dengan 2016. 1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur mulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2016. 2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Laju Pertumbuhan Penduduk, Rasio Ketergantungan Penduduk, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2016.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS), dokumen-dokumen perusahaan atau organisasi, surat kabar dan majalah, ataupun publikasi lainnya (Marzuki, 2005).
Adapun sumber data tersebut di atas diperoleh dari:
1. Data pertumbuhan ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa dilihat dari laju Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2008 – 2016 diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).
2. Data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tiap-tiap provinsi di pulau Jawa tahun 2008 -2016 diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).
3. Data laju pertumbuhan penduduk tiap-tiap provinsi di pulau Jawa tahun 2008 – 2016 diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 4. Data rasio ketergantungan penduduk
tiap-tiap provinsi di pulau Jawa tahun 2008 – 2016 diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
5. Data Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tiap-tiap provinsi di pulau Jawa tahun 2008 – 2016 diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).
C. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data panel yang merupakan gabungan data deret waktu (time series) dan deret lintang
(cross section). Model dari analisis data panel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
fixed effect model (FEM) yang menunjukkan
perbedaan konstan antarobjek, meskipun dengan koefisien regresor yang sama. Model juga memperhitungkan kemungkinan bahwa peneliti menghadapi masalah omitted
variables yang mungkin membawa
perubahan pada intercept time series atau
cross section. Model FEM dengan efek tetap
maksudnya adalah bahwa satu objek memiliki konstan yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu. Demikian pula dengan koefisien regresinya yang besarnya tetap dari waktu ke waktu (time invariant) PDRB) provinsi i pada periode t (persen) IPMit : Indeks pembangunan manusia provinsi i pada periode t (persen)
LPPit : Laju pertumbuhan penduduk provinsi i pada periode t (persen)
TPAKit : Tingkat partisipasi angkatan kerja provinsi i pada periode t (persen)
β0,…,βn : Koefisien regresi (konstanta)
εit : Koefisien pengganggu / random error
E. Pengujian Hipotesis Penelitian
Agar dapat mengasilkan persamaan regresi yang baik, maka harus dilakukan uji asumsi analisis regresi terlebih dahulu, yang terdiri atas uji asumsi klasik (uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas) dan uji statistik (uji koefisien determinasi, uji parsial, dan uji simultan).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil di atas, nilai dari probability adalah 0.768599 yang berarti lebih dari 5% atau 0.05. Dapat disimpulkan bahwa baik variabel terikat maupun variabel bebas berdistribusi normal.
2. Uji Autokorelasi
Dari hasil uji DW yang dilakukan, didapatkan hasil
Durbin-Watson stat sebesar 2.097814.
Sedangkan diketahui dL = 1.4069 dan dU = 1.7234. Karena nilai
Durbin-Watson stat atau d hitung lebih besar
dari dU dan lebih kecil dari 4 – dU, maka dapat disimpulkan tidak terdapat masalah autokorelasi.
3. Uji Multikolinieritas
Masing-masing koefisien korelasi antarvariabel bebas tidak ada yang lebih dari 0.8 yang berarti tidak terdapat masalah multikolinieritas pada model yang digunakan.
4. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini dapat dilihat dari nilai probability Chi-square masing-masing variabel independen pada uji Glejseryang harus lebih dari 5% atau 0.05 agar terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil di atas, nilai probabilitas masing-masing variabel independen lebih dari 5% atau 0.05 yang berarti tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada model yang digunakan.
B. Hasil Uji Statistik
1. Uji Koefisien Determinasi
Berdasarkan hasil dari pengolahan data yang dilakukan dengan E-views 9.0 ditunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi adalah 74.48 persen. Hal tersebut berarti bahwa 74.48 persen kontribusi Indeks Pembangunan Manusia (IPM), laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dapat menjelaskan pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa. Sedangkan 25.52 persen variabel pertumbuhan ekonomi dijelaskan oleh variabel-variabel lain selain variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
2. Uji Parsial (Uji t)
dengan E-views 9.0 dan dengan menggunakan indeks kepercayaan 5% atau 0.05 serta syarat t-hitung atau
t-stat > t-tabel, didapatkan hasil
bahwa:
a. IPM berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa.
b. Laju Pertumbuhan Penduduk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa.
c. Rasio Ketergantungan Penduduk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa.
d. TPAK tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa.
3. Uji Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas (independen) berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen) secara simultan (bersama-sama). Cara yang dilakukan adalah dengan membandingkan nilai F-hitung (F -stat) dengan F-tabel. Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada tabel 4. , diperoleh nilai F-hitung (F-stat) adalah 14.26750. Pada indeks kepercayaan α = 5%, k = 4, dan n = 54 diperoleh nilai F-tabel = 2.80. Terlihat bahwa F-hitung (14.26750) > F-tabel (2.80) yang berarti H0 ditolak dengan kesimpulan variabel bebas (IPM, laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan TPAK) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel terikat (pertumbuhan ekonomi) pada tingkat kepercayaan 95%.
4. Hasil Interpretasi Analisis
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan Eviews 9.0 dengan memasukkan masing-masing nilai intersep provinsi, dapat disimpulkan bahwa:
Apabila variabel IPM, laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan TPAK tidak berpengaruh, maka provinsi DKI Jakarta memiliki nilai pertumbuhan ekonomi sebesar 0.040144 persen.
Apabila variabel IPM, laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan TPAK tidak berpengaruh, maka provinsi Jawa Barat memiliki nilai pertumbuhan ekonomi sebesar -0.025851 persen.
Apabila variabel IPM, laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan TPAK tidak berpengaruh, maka provinsi Jawa Tengah memiliki nilai pertumbuhan ekonomi sebesar -0.011183 persen.
nilai pertumbuhan ekonomi sebesar 0.018394 persen.
Apabila variabel IPM, laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan TPAK tidak berpengaruh, maka provinsi Jawa Timur memiliki nilai pertumbuhan ekonomi sebesar 0.026511 persen.
Apabila variabel IPM, laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan TPAK tidak berpengaruh, maka provinsi Banten memiliki nilai pertumbuhan ekonomi sebesar -0.048014 persen.
Analisis data panel dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap pertumbuhan ekonomi per provinsi di pualu Jawa pada tahun 2008 – 2016. Dari hasil pengolahan data panel dengan menggunakan model fixed effect diperoleh persamaan regresi sebagai berikut.
Pada persamaan regresi di atas, diketahui bahwa koefisien konstanta sebesar – 0.085710. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat variabel lain yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa tetapi bukan merupakan bagian dari model penelitian ini. Koefisien dari variabel-variabel tersebut secara akumulasi bernilai negatif. Karena tidak termasuk variabel dalam model
penelitian ini, angka-angka sistematis tersebut masuk ke dalam konstanta sehingga menyebabkan nilai konstanta menjadi negatif. Adapun variabel-variabel bebas dalam model yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dijelaskan sebagai berikut. a. Hasil analisis menunjukkan
bahwa variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa yang diperlihatkan dari nilai koefisien IPM sebesar -0.121886. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan nilai IPM sebesar 1% akan menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.121886%. b. Hasil analisis menunjukkan
bahwa variabel laju pertumbuhan penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa yang diperlihatkan nilai koefisien laju pertumbuhan penduduk sebesar 2.824622. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 2.824622%. c. Hasil analisis menunjukkan
sebear 1% akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.345452%. d. Hasil analisis menunjukkan
bahwa variabel TPAK berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa yang diperlihatkan dari nilai koefisien TPAK sebesar 0.070943. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan TPAK sebesar 1% akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 0.070943%. V, KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dapat disimpulkan sebagai berikut.
a. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan nilai IPM pada tahun 2010 yang disebabkan turunnya daya beli masyarakat (indikator pengukur dimensi hidup layak) atas dampak yang ditimbulkan krisis keuangan global pada tahun 2008.
b. Hasil pengujian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa. Hal ini mengartikan bahwa pertumbuhan penduduk bukanlah sebuah masalah apalagi beban bagi provinsi-provinsi di pulau Jawa. Selain itu, fakta bahwa pertumbuhan penduduk tersebut lebih didominasi oleh penduduk usia produktif dibanding penduduk usia non-produktif menjadi potensi dalam
meningkatkan perumbuhan ekonomi provinsi.
c. Hasil pengujian menunjukkan bahwa rasio ketergantungan penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa. Hal ini berkaitan dengan masih banyaknya penduduk lanjut usia (65 tahun keatas) yang termasuk ke dalam rasio ketergantungan usia tua (old
dependency ratio) masih terus
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Para lansia yang masih bekerja dengan begitu akan mendapatkan pendapatan. Pendapatan tersebut digunakan untuk melakukan aktivitas ekonomi, seperti konsumsi dan membayar pajak. Dengan demikian, dari aktivitas ekonomi yang dilakukan para lansia akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Berdasarkan hasil penelitian pada
masing-masing uji parsial (uji t) menunjukkan bahwa variabel TPAK berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa. Sedangkan, IPM, laju pertumbuhan penduduk, dan rasio ketergantungan penduduk berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa. 3. Variabel IPM, laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan TPAK secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa. Hal tersebut dibuktikan dengan diperolehnya nilai F-hitung (F-stat) sebesar 14.26750. Dengan demikian, apabila semua variabel independen meningkat satu persen akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 14.26750%.
4. Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai dari koefisien determinasi adalah 0.744791 yang berarti bahwa 74.48 persen kontribusi Indeks Pembangunan Manusia (IPM), laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dapat menjelaskan pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa. Sedangkan 25.52 persen variabel pertumbuhan ekonomi dijelaskan oleh variabel-variabel lain selain variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan, di antaranya:
1. Untuk memperoleh keselarasan antara IPM dengan pertumbuhan ekonomi, sebaiknya masing-masing pemerintah daerah melakukan prioritas atau
setidaknya sedikit lebih dominan fokus pada pembangunan dimensi umur panjang dan hidup sehat (kesehatan) yang dapat menjadi potensi besar bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan sedikit lebih memfokuskan pembangunan manusia pada aspek kesehatan, maka akan lebih banyak penduduk sehat. Dengan lebih banyak penduduk yang sehat, maka semakin banyak penduduk yang tercerdaskan (pendidikan) dan semakin banyak penduduk yang dapat hidup secara layak (dengan tubuh yang sehat, penduduk dapat bekerja dengan lebih baik).
2. Berdasarkan hasil yang menunjukkan bahwa peningkatan rasio ketergantungan penduduk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena cukup banyaknya penduduk lanjut usia yang masih bekerja (41.07 persen pada tahun 2015) dengan alasan harus memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya sendiri juga keluarganya, akan lebih baik jika pemerintah pusat memberikan program pemberdayaan bagi lansia yang bekerja tersebut berupa pelatihan (seminar) keterampilan kerja, pendampingan usaha, dan perluasan usaha yang sesuai dengan tenaga kerja lansia. Dengan melakukan program tersebut, diharapkan para lansia dapat lebih terarah dan terfokus pada pekerjaan yang tidak terlalu berat bagi mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Adioetomo, Sri Moertiningsih. 2005. Bonus
Demografi: Hubungan Antara
Pertumbuhan Penduduk dengan
Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta:
BKKBN.
Ahlburg, A. Dennis. 1998. Julian Simon and
Population Growth Debate.
Population and Development Review. Volume 24 No. 2. Hal. 317-327.
Aligica, P. Dragos. 2009. Julian Simon and
The Limit To Growth
Neo-Malthusinism. The Electronic Journal
of Sustainable Development. Hal.73-83.
Ananta, Aris. 1993. Ciri Demografis
Kualitas Penduduk dalam
Pemnbangunan Ekonomi. Jakarta:
Lembaga Demografi FEUI.
Anggraeni, Wulan. 2011. Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Investasi Asing (PMA), dan Ekspor terhadap PDRB di DKI Jakarta
(Periode 1987-2009). (Skripsi yang
dipubikasikan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta).
Arbani, Inggar Rayi. 2014. Kepadatan
Penduduk Pulau Jawa. Kompasiana.
Diunduh pada 24 Desember 2014, Arikunto. Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik
(Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas). 2013. Proyeksi Populasi
Indonesia Tahun 2010 – 2035.
Jakarta: Bappenas.
Badan Pusat Statistik. 2010. Migrasi Internal
Penduduk Indonesia. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2017. PDRB Atas Harga Dasar Berlaku Jawa Tengah
Tahun 2010 – 2016. Jawa Tengah:
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2017. PDRB Atas Harga Dasar Berlaku Jawa Timur
Tahun 2010 – 2016. Jawa Timur:
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2017. PDRB Atas Harga Dasar Berlaku Yogyakarta
Tahun 2010 – 2016. Yogyakarta:
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2017. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi
di Indonesia Tahun 2010 – 2016.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Dewi, Nyoman Lilya Santika dan I Ketut Sutrisna. 2014. Pengaruh Komponen
Indeks Pembangunan Manusia
terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Bali. Bali: E-Jurnal EP
Unud.
Dinas Kesehatan Provinsi D.I.Y., 2005.
Profil Kesehatan D.I Yogyakarta.
Yogyakarta: Dinkes Prov.DIY. Djojohadikusumo, Sumitro. 1994.
Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan
dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta:
LP3ES.
Fitriani, Nurul, dkk. 2012. Pengaruh Faktor Demografi dan Investasi Swasta
terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan Universitas Mulawarman Vol. 10, 46 – 58.
Gaessler, Anne Edle von dan Thomas Ziesemer. 2016. Optimal Education In Time of Ageing: The Dependency Ratio In The Uzawa-Lucas Growth
Model. The Journal of the Economics
of Ageing, Volume 7, 125-142. Ghozall, Imam. 2001. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ginting, Charisma Kuriata, I. Lubis, dan K. Mahalli. 2008. Pembangunan Manusia di Indonesia dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Wahana Hijau Jurnal Perencanaan & Pembangunan Wilayah. Vol.4 No.1, 17-24.
Gujarati, Damodar. 2004. Dasar-Dasar
Ekonometrika. Jakarta: Salemba
Empat.
Hauser, P.M., dan O.D. Duncan, eds. 1959.
The Study of Population. Chicago:
The Chicago University.
Ingham, Barbara, A. Chirijevskis, dan F. Carmichael. 2009. Implication of An Increasing Old Age Dependency
Ratio: The UK and Latvian
Experiences Compared. Pensions: An
International Journal. Vol.14 No.4, 221-230.
Kammayer, K.C. 1969. Population Studies. Chicago: Rand McNally.
Kusrini, Dwi Endah. 2010. Ekonometrika. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Lestari, Ayu Zakya. 2010. Analisis
Faktor-Faktor yang Menpengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi Regional di Propinsi Jawa Barat (Periode
1995-2008). (Skripsi yang dipublikasikan,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta).
Mantra, Prof. Ida Bagoes. 2015. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mardalis. 1995. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Marzuki. 2005. Metodologi Riset. Yogyakarta: Ekonisia.
Nachrowi, N. Djalal. 2008. Penggunaan
Teknik Ekonometri. Jakarta: Rajawali
Pers.
Purnamasari, Dian. 2015. Penduduk dan
Pertumbuhan Ekonomi: Sebuah
Penjelasan Empiris Baru. (Skripsi
yang dipublikasikan, Universitas Diponegoro, Semarang).
Ramirez, A. G. Ranis, dan F. Stewart. 1998.
Economic Growth and Human
Capital. QEH Working Paper No.18.
Rathore, Dr. Bhawna. 2012. Impact of Demographic Features on Economic
Development of India from 2001 –
2010. Munich Personal RePEc Archive, 1 – 8.
Rusli, Said. 2012. Pengantar Ilmu
Kependudukan. Jakarta: LP3ES.
Saputra, Whisnu Adhi. 2011. Analisis Jumlah Penduduk, PDRB, IPM,
Pengangguran terhadap Tingkat
Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa
Tengah. (Skripsi yang
dipublikasikan, Universitas Diponegoro, Semarang).
Saputri, Oktaviana Dwi. 2011. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja di Kota
Salatiga. (Skripsi yang
dipublikasikan, Universitas Diponegoro, Semarang).
Sari, Vivi Ningtia. 2016. Pengaruh
Pertumbuhan Penduduk, Tenaga
Kerja, dan Rasio Beban Tanggungan Penduduk terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Lampung. (Skripsi
yang Dipublikasikan, Universitas Lampung, Lampung).
Sayifullah, S. Setyadi, dan S. Arifin. 2013.
Pengaruh Variabel Demografi
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Penelitian, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologia (PELITA).
Sitindaon, Daniel. 2013. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi di Kabupaten Demak.
(Skripsi yang dipublikasikan, Universitas Negeri Semarang, Semarang).
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sumanto. 1995. Metodologi Sosial dan
Pendidikan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Sundman, Marie-Lor. 2011. The Effects of the Demographic Transition on Economic Growth: Implications for
Japan. Jonkoping International
Business School, hlm.1-28.
Thomlison, R. 1965. Population Dynamics. New York: Random House.
Tim Penulis Lembaga Demografi Universitas Indonesia. 2010. Dasar-Dasar
Demografi. Jakarta: Salemba Empat.
Todaro, Michael P dan Smith Stephen C.. 2006. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
United Nations. 1958. Multilingual
Demographic Dictionary. New York:
United Nations.
United Nations Development Program. 2007.
Human Development Report
2007/2008. New York: United
Nations.
Wicaksono, Muhammad Nur. 2014. Analisis
Pengaruh Indeks Pembangunan
Manusia, Angkatan Kerja, dan
Belanja Modal Daerah terhadap Peningkatan PDRB Provinsi di
Indonesia Tahun 2008 – 2012.
Malang: Universitas Brawijaya. Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis
Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews. Yogyakarta: UPP STIM