• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV INTEGRAL RIEMANN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV INTEGRAL RIEMANN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Integral Riemann

21 Herawan - Thobirin - Analisis Real II

BAB IV

INTEGRAL RIEMANN

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang konsep integral Riemann, akan lebih baik jika pembaca memahami beberapa hal berikut.

A. Partisi Definisi 4.1

Diberikan interval tertutup [𝑎, 𝑏], himpunan terurut dan berhingga

𝑃 = {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 = 𝑏; 1,2, … ,𝑛}

pada interval [𝑎, 𝑏] sehingga 𝑎 = 𝑥0< 𝑥1< 𝑥2< 𝑥𝑛 = 𝑏 dan 𝑖 ∈ 𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖 , 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛

disebut partisi Riemann pada interval [𝑎, 𝑏].

Partisi Riemann ini sering dinyatakan secara singkat sebagai partisi. Titik 𝑥𝑖, 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛 disebut titik partisi (partition point) dan 𝑖 ∈ 𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖 disebut titik tag (tag point). Titik-titik pada

partisi P dapat digunakan untuk membagi interval [𝑎, 𝑏] ke dalam interval-interval bagian yang tidak saling tumpang tindih (non overlapping sub intervals). Perhatikan bahwa jika diberikan sembarang interval [𝑎, 𝑏] dan 𝑃 = {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 = 𝑏; 1,2, … ,𝑛} partisi pada [𝑎, 𝑏] maka interval bagian-interval bagian yang tidak saling tumpang tindih tersebut adalah 𝑥0, 𝑥1 , 𝑥1, 𝑥2 , … , 𝑥𝑛−1, 𝑥𝑛 . Interval bagian-interval bagian ini mempunyai panjang berturut-turut ∆𝑥1= 𝑥1− 𝑥0, ∆𝑥2= 𝑥2− 𝑥1, … , ∆𝑥𝑛 = 𝑥𝑛 − 𝑥𝑛−1.

Untuk setiap partisi 𝑃 = {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 = 𝑏; 1,2, … ,𝑛} pada [𝑎, 𝑏] norm partisi P dinotasikan 𝑃 didefinisikan sebagai panjang interval bagian terpanjang yang terbentuk dari partisi P. Jadi 𝑃 = sup⁡{∆𝑥𝑖 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛 }.

Definisi 4.2 (refinement partition)

Diberikan interval tertutup [𝑎, 𝑏], partisi Q disebut penghalus (refinement) partisi P pada [𝑎, 𝑏] jika 𝑃 𝑄.

Untuk suatu interval [𝑎, 𝑏] tak berhingga banyak partisi yang dapat dibuat. Koleksi semua partisi pada interval [𝑎, 𝑏] dinotasikan dengan P [𝑎, 𝑏].

Contoh 4.3

Diberikan interval I = [0, 1]. Berikut ini adalah beberapa partisi pada I. 𝑃1= {0, 1 4, 1}, 𝑃2 = {0, 1 3, 1 2, 1}, 𝑃3= {0, 1 4, 2 4, 3 4, 1}, 𝑃4= {0, 1 6, 2 6, 3 6, 4 6, 5 6, 1} , 𝑃5= 0, 18, 28, 83, 48, 58, 68, 87, 1 = 0, 18, 14, 38, 24, 58, 34, 78, 1 Dapat dihitung bahwa 𝑃1 =34 , 𝑃2 =12 , 𝑃3 =14 .

𝑃5 merupakan penghalus dari 𝑃3 sebab 𝑃3 𝑃5, tetapi 𝑃5 bukan penghalus dari 𝑃2 maupun 𝑃4 sebab 𝑃2 𝑃5 dan 𝑃4 𝑃5. Partisi 𝑃3, 𝑃4, dan 𝑃5 disebut partisi seragam.

Lemma 4.4

(2)

22 Herawan - Thobirin - Analisis Real II

Bukti:

Diberikan 𝑃1= {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 = 𝑏; 1,2, … ,𝑛} partisi pada [𝑎, 𝑏].

𝑃1 = sup ∆𝑥𝑖 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛 = sup 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛 . Diketahui 𝑃1 𝑃2 atau 𝑃2 penghalus

dari 𝑃1, maka 𝑃2 dapat dinyatakan sebagai

𝑃2= {𝑎 = 𝒙𝟎= 𝑥10, 𝑥11, 𝑥12, … , 𝑥1𝑘1, 𝒙𝟏= 𝑥20, 𝑥21, 𝑥22, … , 𝑥2𝑘2, … , 𝒙𝒏−𝟏= 𝑥𝑛0, 𝑥𝑛1, 𝑥𝑛2, … , 𝑥𝑛𝑘𝑛, 𝒙𝒏= 𝑏; 11,12, … ,1𝑘

1,21,22, … ,2𝑘2, … ,𝑛1,𝑛2, … ,𝑛𝑘𝑛 }

maka 𝑃2 = sup 𝑥𝑖𝑗 − 𝑥𝑖(𝑗 −1) 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛 ; 𝑗 = 1, 2, … , 𝑘𝑖 ∪ 𝑥𝑖− 𝑥𝑖𝑘𝑖) 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛 .

Dapat dipahami bahwa 𝑥𝑖𝑗 − 𝑥𝑖(𝑗 −1)≤ 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 untuk setiap 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛; 𝑗 = 1, 2, … , 𝑘𝑖 dan

𝑥𝑖− 𝑥𝑖𝑘𝑖 ≤ 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 untuk setiap 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛 Oleh karena itu

sup 𝑥𝑖𝑗 − 𝑥𝑖(𝑗 −1) 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛 ; 𝑗 = 1, 2, … , 𝑘𝑖 ∪ 𝑥𝑖− 𝑥𝑖𝑘𝑖) 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛

 sup 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛 Jadi 𝑃2 ≤ 𝑃1 .

Lemma 4.5

Jika 𝑃1, 𝑃2 P [𝑎, 𝑏] maka 𝑃1∪ 𝑃2 merupakan penghalus dari 𝑃1 dan 𝑃2.

Bukti diserahkan kepada pembaca.

Diberikan interval tertutup [𝑎, 𝑏]. Karena 𝑎 < 𝑏, maka berdasarkan sifat urutan bilangan real diperoleh 𝑏 − 𝑎 > 0, oleh karenanya untuk sembarang 𝛿 > 0 dan berdasarkan sifat Archimides, terdapat dilangan asli n sehingga

𝑏 − 𝑎 𝑛 < 𝛿.

Jadi pada interval [𝑎, 𝑏] dapat dibuat partisi 𝑃 = {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 = 𝑏; 1,2, … ,𝑛} demikian sehingga 𝑃 < 𝛿. Penjelasan tersebut merupakan ilustrasi bukti teorema berikut.

Teorema 4.6

Untuk setiap bilangan real 𝛿 > 0 terdapat partisi P pada [𝑎, 𝑏] sehingga 𝑃 < 𝛿.

Dengan adanya jaminan eksistensi suatu partisi pada interval 𝑎, 𝑏 dan dari beberapa sifat di atas, selanjutnya dapat dikonstruksikan integral Riemann sebagai berikut.

B. Integral Riemann

Diberikan interval tertutup [𝑎, 𝑏] dan f : [𝑎, 𝑏] R fungsi bernilai real yang terbatas pada [𝑎, 𝑏]. Jika 𝑃 = {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 = 𝑏; 1,2, … ,𝑛} partisi pada [𝑎, 𝑏] jumlahan

𝑆 𝑃; 𝑓 = 𝑃 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛

𝑖=1

(3)

Integral Riemann

23 Herawan - Thobirin - Analisis Real II

Defnisi 4.7

Diberikan interval tertutup [𝑎, 𝑏], fungsi bernilai real f : [𝑎, 𝑏] R dikatakan terintegral

Riemann jika terdapat bilangan real A sehingga untuk setiap bilangan real 𝜀 > 0 terdapat bilangan 𝛿 > 0 dengan sifat untuk setiap 𝑃 = {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 = 𝑏; 1,2, … ,𝑛} partisi

pada [𝑎, 𝑏] dengan 𝑃 < 𝛿 berlaku

𝑃 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − 𝐴 < 𝜀 atau 𝑆(𝑃; 𝑓) − 𝐴 < 𝜀

Bilangan real A pada Definisi 4.7 disebut nilai integral Riemann fungsi f pada interval [𝑎, 𝑏] dan ditulis

A = (R) 𝑓 𝑥 𝑑𝑥𝑎𝑏

Selanjutnya untuk memudahkan penulisan, koleksi semua fungsi yang terintegral Riemann pada [𝑎, 𝑏] dinotasikan dengan R[𝑎, 𝑏]. Jadi jika f : [𝑎, 𝑏] R dikatakan terintegral Riemann cukup ditulis dengan f R[𝑎, 𝑏].

Defnisi 4.8

Definisi integral Riemann di atas (Definisi 4.7) dapat pula dinyatakan sebagai limit dengan

lim

𝑃 →0𝑆 𝑃; 𝑓 = 𝐴 C. Sifat-sifat Dasar Integral Riemann

Bagian ini membahas sifat-sifat dasar integral Riemann, di antaranya ketunggalan nilai integral, kelinearan koleksi semua fungsi terintegral Riemann.

Teorema 4.9

Jika f R[𝑎, 𝑏] maka nilai integralnya tunggal

Bukti

Misalkan 𝐴1 dan 𝐴2 keduanya nilai integral Riemann fungsi f, maka cukup dibuktikan bahwa 𝐴1= 𝐴2. Diketahui f R[𝑎, 𝑏].

Diberikan sembarang bilangan 𝜀 > 0.

𝐴1 nilai integral fungsi f pada [𝑎, 𝑏], maka terdapat bilangan 𝛿1> 0 sehingga untuk setiap partisi 𝑃1= {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 = 𝑏; 1,2, … ,𝑛} pada [𝑎, 𝑏] dengan sifat 𝑃1 < 𝛿1 berlaku

𝑆(𝑃1; 𝑓) − 𝐴1 <𝜀 2

𝐴2 nilai integral fungsi f pada [𝑎, 𝑏], maka terdapat bilangan 𝛿2 > 0 sehingga untuk setiap partisi

𝑃2= {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑚 = 𝑏; 1,2, … ,𝑚} pada [𝑎, 𝑏] dengan sifat 𝑃2 < 𝛿2 berlaku 𝑆(𝑃2; 𝑓) − 𝐴2 <

𝜀 2

Dipilih 𝛿 = min⁡{𝛿1, 𝛿2}, akibatnya jika P sembarang partisi pada [𝑎, 𝑏] dengan sifat 𝑃 < 𝛿 berlaku 𝑃 < 𝛿1 dan 𝑃 < 𝛿2. Akibatnya

𝑆(𝑃; 𝑓) − 𝐴1 <

𝜀 2 dan

(4)

24 Herawan - Thobirin - Analisis Real II 𝑆(𝑃; 𝑓) − 𝐴2 <𝜀 2 Lebih lanjut 𝐴1− 𝐴2 = 𝐴1− 𝑆 𝑃; 𝑓 + 𝑆 𝑃; 𝑓 − 𝐴2 ≤ 𝐴1− 𝑆 𝑃; 𝑓 + 𝑆 𝑃; 𝑓 − 𝐴2 ≤ 𝑆 𝑃; 𝑓 − 𝐴1 + 𝑆 𝑃; 𝑓 − 𝐴2 <𝜀 2+ 𝜀 2= 𝜀

Karena 𝜀 sembarang bilangan positif maka dapat disimpulkan 𝐴1= 𝐴2.

Teorema berikut menyatakan bahwa koleksi semua fungsi yang terintegral Riemann, yaitu R[𝑎, 𝑏] adalah ruang linear.

Teorema 4.10

Jika f, g R[𝑎, 𝑏] dan 𝛼 sembarang bilangan real, maka

a. (f + g) R[𝑎, 𝑏] dan

(R) (𝑓 + 𝑔) 𝑥 𝑑𝑥𝑎𝑏 = (R) 𝑓 𝑥 𝑑𝑥𝑎𝑏 + (R) 𝑔 𝑥 𝑑𝑥𝑎𝑏

b. 𝛼f R[𝑎, 𝑏] dan (R) (𝛼𝑓) 𝑥 𝑑𝑥𝑎𝑏 = 𝛼(R) 𝑓 𝑥 𝑑𝑥𝑎𝑏

Bukti

a. Diketahui f , g R[𝑎, 𝑏]. Diberikan sembarang bilangan 𝜀 > 0.

Karena f R[𝑎, 𝑏] maka terdapat 𝐴1= (R) 𝑓 𝑥 𝑑𝑥𝑎𝑏 dan 𝛿1> 0 sehingga untuk setiap partisi

𝑃1 pada [𝑎, 𝑏] dengan sifat 𝑃1 < 𝛿1 berlaku

𝑆(𝑃1; 𝑓) − 𝐴1 <𝜀 2

Karena g R[𝑎, 𝑏] maka terdapat 𝐴2= (R) 𝑓 𝑥 𝑑𝑥𝑎𝑏 dan 𝛿2 > 0 sehingga untuk setiap partisi

𝑃2 pada [𝑎, 𝑏] dengan sifat 𝑃2 < 𝛿2 berlaku

𝑆(𝑃2; 𝑓) − 𝐴2 <

𝜀 2

Dipilih 𝛿 = min⁡{𝛿1, 𝛿2}, akibatnya jika P sembarang partisi pada [𝑎, 𝑏] dengan sifat 𝑃 < 𝛿

berlaku 𝑃 < 𝛿1 dan 𝑃 < 𝛿2. Akibatnya

𝑆 𝑃; 𝑓 + 𝑔 − (𝐴1+𝐴2) = 𝑃 (𝑓 + 𝑔) 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − (𝐴1+𝐴2) = 𝑃 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 + 𝑔 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − (𝐴1+𝐴2) = 𝑃 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 + 𝑃 𝑔 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − (𝐴1+𝐴2) ≤ 𝑃 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − 𝐴1 + 𝑃 𝑔 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − 𝐴2 <𝜀 2+ 𝜀 2= 𝜀. Terbukti (f + g) R[𝑎, 𝑏] dan (R) (𝑓 + 𝑔) 𝑥 𝑑𝑥𝑎𝑏 = 𝐴1+ 𝐴2= (R) 𝑓 𝑥 𝑑𝑥𝑎𝑏 + (R) 𝑔 𝑥 𝑑𝑥𝑎𝑏

(5)

Integral Riemann

25 Herawan - Thobirin - Analisis Real II b. Bukti untuk latihan

Teorema berikut menyatakan suatu kriteria yang harus dipenuhi oleh fungsi f supaya terintegal Riemann pada interval [𝑎, 𝑏] tanpa harus mengetahui (menghitung) nilai integralnya.

Teorema 4.11 (Kriteria Cauchy untuk Keterintegralan Riemann)

f R[𝑎, 𝑏] jika dan hanya jika untuk setiap bilangan 𝜀 > 0 terdapat bilangan 𝛿 > 0 sehingga

untuk setiap dua partisi pada [𝑎, 𝑏], 𝑃1 = {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 = 𝑏; 1,2, … ,𝑛} dan

𝑃2= {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑚 = 𝑏; 1,2, … ,𝑚} dengan sifat 𝑃1 < 𝛿 dan 𝑃2 < 𝛿 berlaku

𝑃1 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − 𝑃2 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑚 𝑖=1 < 𝜀. Bukti Syarat perlu:

Diketahui f R[𝑎, 𝑏]. Diberikan sembarang bilangan 𝜀 > 0, maka terdapat 𝐴 = (R) 𝑓 𝑥 𝑑𝑥𝑎𝑏 dan terdapat 𝛿 > 0 sehingga untuk setiap 𝑃1= {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 = 𝑏; 1,2, … ,𝑛} partisi pada [𝑎, 𝑏] dengan 𝑃1 < 𝛿 berlaku 𝑃1 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − 𝐴 < 𝜀 2.

Jika 𝑃2= {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑚 = 𝑏; 1,2, … ,𝑚} juga sembarang partisi pada [𝑎, 𝑏] dengan 𝑃2 < 𝛿 berlaku 𝑃2 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − 𝐴 <2𝜀. Diperoleh 𝑃1 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − 𝑃2 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑚 𝑖=1 = 𝑃1 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − 𝑃2 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑚 𝑖=1 − 𝐴 + 𝐴 ≤ 𝑃1 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − 𝐴 + 𝐴 − 𝑃2 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑚 𝑖=1 = 𝑃1 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − 𝐴 + 𝑃2 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑚 𝑖=1 − 𝐴 <𝜀 2+ 𝜀 2= 𝜀. Syarat cukup:

Jika diketahui untuk setiap bilangan 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga untuk setiap dua partisi pada [𝑎, 𝑏], 𝑃1 = {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, … , 𝑥𝑛 = 𝑏; 1,2, … ,𝑛} dan 𝑃2= {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, … , 𝑥𝑚 = 𝑏; 1,2, … ,𝑚}

dengan sifat 𝑃1 < 𝛿 dan 𝑃2 < 𝛿 berlaku

𝑃1 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − 𝑃2 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑚 𝑖=1 < 𝜀

(6)

26 Herawan - Thobirin - Analisis Real II akan ditunjukkan f R[𝑎, 𝑏].

Dibentuk barisan 𝜀𝑛 dengan 𝜀𝑛 > 0 untuk setiap 𝑛 ∈ 𝑁 yang monoton turun dan konvergen ke 0.

Jadi untuk setiap bilangan 𝜀 > 0 terdapat bilangan 𝑛1∈ 𝑁 sehingga untuk setiap bilangan asli 𝑛 ≥ 𝑛1 berlaku

𝜀𝑛− 0 < 𝜀 2.

Berdasarkan yang diketahui, maka untuk setiap 𝜀𝑛 terdapat bilangan 𝛿𝑛> 0 shingga untuk setiap

𝑃𝑛1= {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, … , 𝑥𝑛 = 𝑏; 1,2, … ,𝑛} dan 𝑃𝑛2= {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, … , 𝑥𝑚 = 𝑏; 1,2, … ,𝑚} dua

partisi pada [𝑎, 𝑏] dengan 𝑃𝑛1 < 𝛿𝑛′ dan 𝑃𝑛2 < 𝛿𝑛′ berlaku

𝑃𝑛1 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − 𝑃𝑛2 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑚 𝑖=1 < 𝜀𝑛 Selanjutnya didefinisikan 𝑠𝑛 = 𝑃𝑛 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1

untuk setiap bilangan 𝑛 ∈ 𝑁.

Dibentuk barisan bilangan real positif 𝛿𝑛 dengan 𝛿1  = 𝛿1∗  dan 𝛿2  = min 𝛿1  , 𝛿2∗  ,

𝛿𝑛  = min 𝛿1  , 𝛿2  , … , 𝛿𝑛−1  , 𝛿𝑛∗  untuk n = 3, 4, 5, … (*)

Selanjutnya diambil bilangan asli m dan n dengan 𝑚 ≥ 𝑛1 dan 𝑛 ≥ 𝑛1. Tanpa mengurangi keumuman, diasumsikan 𝑚 ≥ 𝑛, maka berdasarkan (*) berlaku

𝛿𝑚 ≤ 𝛿𝑛 Ambil sembarang partisi

𝑃1= {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, … , 𝑥𝑛 = 𝑏; 1,2, … ,𝑛} dan 𝑃2= {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, … , 𝑥𝑚 = 𝑏; 1,2, … ,𝑚} pada

interval [𝑎, 𝑏] dengan 𝑃1 < 𝛿𝑛 dan 𝑃2 < 𝛿𝑛, sehingga diperoleh

𝑠𝑛 − 𝑠𝑚 = 𝑃1 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − 𝑃2 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑚 𝑖=1 < 𝜀𝑛 dan karena 𝜀𝑛− 0 <𝜀 2 maka diperoleh 𝑠𝑛− 𝑠𝑚 <𝜀 2

Jadi (𝑠𝑛) merupakan barisan Cauchy dalam R, oleh karenanya (𝑠𝑛) barisan yang konvergen. Misalkan ia konvergen ke 𝑠 ∈ 𝑅, berarti terdapat bilangan asli 𝑛2 dengan 𝑛 ≥ 𝑛2 sehingga berlaku

𝑠𝑛− 𝑠 < 𝜀 2

Dipilih bilangan asli 𝑛0 = maks {𝑛1, 𝑛2}. Jika 𝑃 = {𝑎 = 𝑥0, 𝑥1, … , 𝑥𝑛 = 𝑏; 1,2, … ,𝑛} sembarang

partisi pada [𝑎, 𝑏] dengan 𝑃 < 𝛿𝑛0, diperoleh 𝑃 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − 𝑠 = 𝑃 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − 𝑃𝑛0 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑚 𝑖=1 + 𝑃𝑛0 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑚 𝑖=1 − 𝑠 ≤ 𝑃 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑛 𝑖=1 − 𝑃𝑛0 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑚 𝑖=1 + 𝑃𝑛0 𝑓 𝑖 𝑥𝑖− 𝑥𝑖−1 𝑚 𝑖=1 − 𝑠

(7)

Integral Riemann

27 Herawan - Thobirin - Analisis Real II < 𝜀𝑛0+ 𝑠𝑛0 − 𝑠 <𝜀 2+ 𝜀 2= 𝜀 Terbukti 𝑓 ∈ R[𝑎, 𝑏].

Teorema berikut menyatakan hubungan keterintegralan suatu fungsi dengan keterbatasan.

Teorema 4.12

Jika f R[𝑎, 𝑏] maka f terbatas pada [𝑎, 𝑏]. Bukti untuk Latihan

Konvers dari teorema 4.12 ini tidak berlaku, artinya ada fungsi yang terbatas tetapi tidak terintegral Riemann. Contoh fungsi demikian akan dibahas pada bab selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan alasan yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini layak untuk dilakukan guna mengetahui tentang ketentuan hukum penerapan kebijakan wakaf uang dalam

Kuhn tentang paradigma serta metodologi lakotos program pengembangan perangkat lunak juga dapat digambarkan dalam 5 generasi : pemograman dalam kode mesin, bahasa pemrograman

Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita pada saat ini, misalnya keluhan sesak

The Implementation of Character Education and Children’s Literature to Teach Bullying Characteristics and Prevention Strategies to Preschool Children: An Action

Jika staf sekolah memiliki pertimbangan khusus mengenai formulir kesehatan yang saudara isi, mereka akan meminta saudara untuk melampirkan referensi kesehatan tambahan yang diisi

Dengan menggunakan teknologi multimedia dan teknologi jaringang, yang telah kami aplikasikan pada sebuah prototype pemodelan interaksi molekul 3-D, dapat digunakan sebagai bahan

Pada kromatografi kolom ini, teknik pada saat pembuatan kolom dengan bubur selulosa dan juga pelarut yang ditambahkan, dan pada kolom tidak boleh sampai retak, dan harus pada

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah kajian ilmiah mengenai pembelajaran sejarah dengan menggunakan Teknik Six Thinking Hats melalui Isu-isu