• Tidak ada hasil yang ditemukan

D A F T A R I S I BAB I : PENDAHULUAN...1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "D A F T A R I S I BAB I : PENDAHULUAN...1"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

D A F T A R I S I

BAB I : PENDAHULUAN ...1

BAB II : PELAKSANAAN PROGRAM DAN ANGGARAN A. Program...4

1. Program Keluarga Berencana...4

2. Program Kesehatan Reproduksi Remaja...11

3. Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga...12

4. Program Penguatan Pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas...15

B. Alokasi dan Realisasi Anggaran...16

1. Pagu Anggaran BKKBN Tahun 2008...16

2. Realisasi Anggaran...17

3. Pagu Anggaran Tahun 2009...18

4. Dana Alokasi Khusus (DAK)...18

C. Persediaan Alat/Obat Kontrasepsi...26

1. Evaluasi laporan bulanan F/V/KB yang masuk……….26

2. Evaluasi persediaan alat konrasepsi………..27

3. Pemenuhan Kebutuhan Alat/Obat Kontrasepsi...27

BAB : III PENILAIAN KINERJA BKKBN SESUAI KKP...30

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN...35

A. Kesimpulan...35

1. Program Keluarga Berencana……….……….35

2. Program Kesehatan Reproduksi Remaja..……….35

3. Program Ketahanan & Pemberdayaan Keluarga………..36

4. Program Penguatan Pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas..36

5. Pelaksanaan Anggaran………..36

6. Stock Kontrasepsi………37

B. Saran………..37

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas maupun persebarannya merupakan tantangan yang berat yang harus diatasi bagi tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi kependudukan yang ada pada saat ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian dan penanganan secara seksama, lebih sungguh-sungguh, dan berkelanjutan. Salah satu upaya yang telah dan perlu terus dilakukan oleh pemerintah, bersama-sama dengan seluruh lapisan masyarakat, adalah dengan pengendalian jumlah penduduk dan peningkatan kualitasnya melalui program keluarga berencana.

Undang-undang nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera menyebutkan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, serta peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

Untuk mengimplementasikan UU tersebut diatas, Pemerintah, antara lain, melalui Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2005-2009 telah menggariskan arah kebijakan program KB Nasional untuk periode lima tahun. Dalam RPJMN disebutkan bahwa program KB nasional merupakan rangkaian pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas sebagai langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Pembangunan ini diarahkan sebagai upaya pengendalian kualitas penduduk melalui keluarga

(3)

berencana, serta pengembangan dan peningkatan kualitas penduduk melalui perwujudan keluarga kecil yang berkualitas.

Sejalan dengan arah kebijakan RPJM tersebut, maka BKKBN telah melakukan telaah dan reformulasi arah kebijakan program serta menyelaraskan dengan arah kebijakan pemerintah. Untuk tahun 2008, pembangunan Keluarga Berencana Nasional dilakukan melalui pelaksanaan empat program pokok, yaitu (1) Program Keluarga Berencana; (2) Program Kesehatan Reproduksi Remaja; (3) Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga; dan (4) Program Penguatan Pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas; serta tiga program pendukung, yaitu (1) Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara; (2) Program Pengelolaan Sumber Daya Aparatur; dan (7) Program Penyelenggara Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan.

Sementara itu, perubahan lingkungan strategis dan tuntutan terhadap pencapaian program RPJM 2004-2009 telah mendorong terjadinya perubahan Visi dan Misi BKKBN dan Grand Strategy (Strategi Dasar) BKKBN yang dikukuhkan dengan Peraturan Kepala BKKBN No. 28/HK.010/B.5/2007, tanggal 30 Januari 2007. Melalui Visi BKKBN yaitu : “Seluruh Keluarga Ikut KB”, diharapkan dapat menjadi inspirator, fasilitator, dan pengarah program KB Nasional, sehingga dimasa yang akan datang seluruh keluarga menerima dan berpartisipasi dalam keluarga berencana. Misi BKKBN yaitu “Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera” melalui pelaksanaan Grand Strategy yang meliputi : Pertama, menggerakkan dan membudayakan seluruh masyarakat dalam program keluarga berencana; kedua, menata kembali pengelolaan program keluarga berencana; ketiga, memperkuat sumber daya manusia (SDM) operasional program keluarga berencana; keempat, meningkatkan ketahanan

(4)

dan kesejahteraan keluarga melalui program keluarga berencana; dan kelima, meningkatkan pemberdayaan program keluarga berencana.

Dalam rangka memperkuat pencapaian program KB nasional berbagai upaya telah dilakukan, antara lain membangun kesepakatan antara kepala BKKBN Provinsi dan Kepala BKKBN Pusat dalam bentuk Kontrak Kinerja yang harus dicapai oleh BKKBN Provinsi yang meliputi: 1) Pencapaian PB; 2) PB Pria; 3) PIK KRR; 4) Kelompok UPPKS; 5) Keluarga Pra Sejahtera dan KS I yang aktif berusaha; 6) Keluarga yang mempunyai remaja yang aktif dalam BKR; dan 8) Perkembangan kelembagaan OPD KB Kabupaten/Kota sesuai dengan PP 41 tahun 2007.

Dengan berakhirnya tahun 2008 dan memasuki tahun 2009 maka perlu dilakukan analisis dan evaluasi untuk melihat sejauhmana upaya dan hasil pencapaian pelaksanaan program KB nasional yang dilakukan sepanjang tahun 2008 dibandingkan dengan kebijakan, sasaran, dan program/kegiatan yang telah direncanakan untuk tahun tersebut. Disamping itu, analisis dan evaluasi juga dilakukan terhadap kinerja kantor BKKBN Provinsi berdasarkan kontrak kinerja yang telah disepakati.

(5)

BAB II

PELAKSANAAN PROGRAM DAN ANGGARAN

A. Program

1. Program Keluarga Berencana a. Pencapaian Peserta KB Baru (PB)

Perkiraan permintaan masyarakat untuk menjadi peserta KB baru (PPM-PB) di Provinsi NAD pada tahun 2008 ditetapkan sebanyak 132.350 pasangan. Dibandingkan dengan target PPM PB tahun 2007 sebesar 114.800 pasangan terjadi kenaikan sasaran sebesar 17.550 pasangan atau sekitar 15,28%. Walaupun terjadi kenaikan sasaran yang harus dicapai, ternyata sampai dengan akhir tahun 2008 jumlah PB yang telah dilayani melampaui PPM-PB yang telah ditetapkan, yaitu tercatat sebanyak 132.475 pasangan atau 100,10% dari PPM-PB.

Dilihat persebarannya menurut Kab/Kota, terdapat 12 Kab/Kota yang pencapaian PB-nya melebihi PPM-PB (> 100%). 4 Kab/Kota lainnya pencapaiannya masih di bawah PPM-PB masing-masing (antara 80% - 100%) yaitu Kabupaten Pidie, Lhokseumawe, Aceh Tamiang dan Subulussalam, disamping itu ada Kab/Kota yang pencapaiannya dibawah 30 – 80 % Yaitu Kabupaten Aceh Utara, Aceh Selatan, Sabang, Aceh Singkil, Langsa, Aceh Besar, dan Bireuen. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran 3.

Apabila ditinjau dari perkembangan pencapaian PB tahun 2008 setiap bulannya, terlihat pencapaian PB agak rendah pada awal tahun untuk kemudian naik secara konsisten pada bulan-bulan berikutnya dan menanjak (6,9%) pada bulan Agustus. Pencapaian PB kemudian menurun pada bulan

(6)

September dan meningkat kembali pada bulan Oktober, November dan Desember. Pola seperti ini juga terjadi pada tahun 2006 dan 2007. Diduga, rendahnya pencapaian PB pada awal tahun disebabkan masih rendahnya pencairan/penyerapan anggaran untuk mendukung kegiatan operasional di lapangan. Pada sisi lain, menurunnya pencapaian PB pada bulan September, setelah pencapaian puncak pada bulan Agustus, diduga pada bulan tersebut bertepatan dengan jatuhnya atau dimulainya bulan Ramadhan. Untuk jelasnya lihat lampiran 4 dan 5 (persentase).

Sementara itu, dari tren pencapaian PB tiga tahun terakhir (2006, 2007,2008) terlihat pencapaian PB secara angka absolut naik secara tidak konsisten mulai dari 127.978 pasangan pada tahun 2006 turun menjadi 108.898 pasangan pada tahun 2007 dan 132.475 pasangan pada tahun 2008. Dilihat dari persentasenya terhadap PPM-PB, kenaikan terjadi dari 157,22% (tahun 2006) menjadi 94,86% (tahun 2007) tapi naik sebesar 5,24% pada tahun 2008 menjadi 100,10%. Lebih jelasnya lihat gambar 1 dan 2 berikut:

TREN PENCAPAIAN PB TAHUN 2006, 2007, 2008 (Absolut)

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 2006 2007 2008 Ribuan 127.978 132.475 108.899 GAMBAR 1 5

(7)

TREN PENCAPAIAN PB TAHUN 2006, 2007, 2008 0 20 40 60 80 100 120 140 160 2006 2007 2008 PERSENTASE 157.52% 94.86% 100.10% GAMBAR 2

b. PB Menurut Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan

Menurut dari kontribusinya pada pencapaian PB secara keseluruhan sampai dengan akhir tahun 2008 ini, jenis alat/obat kontrasepsi Suntikan dan Pil masih merupakan jenis/alat obat kontrasepsi yang paling banyak digunakan masing-masing dengan 68,20% dan 41,60%. Metoda kontrasepsi jangka panjang seperti Implan, IUD, MOW, dan MOP kontribusinya terhadap total PB masih di bawah 10%, yaitu 2,08% untuk Implan 1,58%, IUD 1,27% MOW 0,23% dan MOP 0,003%. Sementara itu kondom sebagai salah satu metoda kontrasepsi untuk pria selain MOP digunakan oleh 7,12% PB. Gambar 3 di bawah ini menunjukkan sebaran PB menurut metoda kontrasepsi :

(8)

PB MENURUT JENIS KONTRASEPSI TAHUN 2008 PIL (41.6%) IMPLAN (1.58%) IUD (1.27%) MOW (0.23%) SUNTIKAN (48.20%) GAMBAR 3

Walaupun kontribusi metoda kontrasepsi jangka panjang (Implan, IUD, MOW, dan MOP) terhadap total PB masih rendah, akan tetapi bila melihat perkembangan pencapaian metoda tersebut terhadap PPM-nya masing-masing, terlihat kenaikan yang sangat tinggi pada tahun 2008 dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2006 dan 2007. Kecuali MOP yang pencapaiannya fluktuatif, IUD, MOW, IMPLANT mengalami kenaikan setiap tahunnya. MOP dari 10 pada tahun 2006 turun menjadi 6 pada tahun 2007, kemudian turun menjadi 5 pada tahun 2008. Sebaliknya IUD dari 1.194 di tahun 2006 naik menjadi 1.408 di tahun 2007 dan meningkat menjadi 1.683 pada tahun 2008. MOW dari 1.49 % pada tahun 2006 turun menjadi 1.34 % pada tahun 2007 kemudian naik 30.2% akhir tahun 2008. Begitu juga dengan IMPLANT dari 1.553 pada tahun 2006 lalu turun menjadi 1.054 pada tahun 2007 dan meningkat tajam menjadi 2.094 pada tahun 2008. Meningkatnya pencapaian beberapa metoda kontrasepsi jangka panjang pada tahun 2008 tidak terlepas dari diberlakukannya kontrak kinerja antara kantor BKKBN

MOP 0.003%

KONDOM 7,12%

(9)

Pusat dengan kantor BKKBN Provinsi dan penjabarannya di Kab/Kota yang dilaksanakan dengan baik dan peningkatan pendekatan yang dilakukan oleh pembina wilayah Kab/Kota. Gambaran mengenai pencapaian PB per mix kontrasepsi terhadap PPM dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

TREN PB/PPM-PB per Mix Kontrasepsi Tahun 2006, 2007, dan 2008

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000

IMPLANT IUD MOW MOP KONDOM SUNTIKAN PIL

2006 2007 2008

GAMBAR 4

c. Pencapaian PB Pria

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan keikutsertaan pria dalam ber-KB, akan tetapi hasilnya masih jauh dari yang diharapkan yaitu hanya 9.437 peserta (7,12%) dari total PB yang terdiri dari 5 PB-MOP (0,003%) dan 9.429 PB-Kondom (7,11%). (Lihat Lampiran 6).

(10)

Walaupun begitu, apabila dibandingkan dengan sasaran PPM PB-Pria tahun 2008 yang berjumlah 9.095 peserta, maka pencapaian PB-Pria secara provinsi telah melebihi angka 100%, yaitu 103,72%. Pencapaian ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2007 yang hanya sebesar 5.150 (33,44%) PPM PB-Pria 2007 meningkat tajam. Pencapaian ini tidak terlepas dari rendahnya target PB Pria pada tahun 2008 dibandingkan dengan PPM PB Pria tahun 2007, yaitu 15.400 peserta berbanding 5.156 peserta.

Dilihat sebarannya menurut Kab/Kota, tercatat 8 Kab/Kota yang pencapaian PB Pria-nya melebihi PPM PB-Pria yang telah ditetapkan dengan pencapaian tertinggi (melebihi 788.80%) di Kabupaten Simelue, (293,2%), Lhokseumawe, (328%), Pidie (176,14%) dan Aceh Timur (151,40%). Pada sisi lain, masih ada beberapa Kab/Kota yang pencapaian PB Pria terhadap PPM PB Pria sangat rendah, yaitu Aceh Singkil (11,60%) dan Aceh Tengah (14,80%). Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran 6.

d. PB Menurut Jalur Pelayanan

Walaupun program KB saat ini telah diarahkan kepada kemandirian masyarakat dalam memperoleh pelayanan kontrasepsi serta peningkatan fungsi sektor swasta dalam penyediaan pelayanan kontrasepsi, mayoritas peserta KB masih mendapatkan pelayanan KB dari jalur pemerintah. Secara provinsi dari 132.475 peserta KB baru yang telah dilayani, 69,23% diantaranya mendapatkan pelayanan dari jalur pemerintah. Sisanya 30,77% mendapatkan pelayanan dari jalur swasta, baik itu klinik KB Swasta, Dokter Praktek Swasta, maupun Bidan Praktek Swasta. Pada tingkat Kab/Kota,

(11)

persentase pencapaian PB jalur pemerintah berjarak sebar dari yang tertinggi 91,31% di Aceh Besar sampai terendah 50,10% di Kota Banda Aceh. (lihat Lampiran 7 dan 8)

e. Kasus Kegagalan

Kasus kegagalan merupakan kasus kejadian ketidak efektifan suatu metoda kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB sehingga peserta KB positif hamil. Secara provinsi, sampai dengan bulan Desember 2008 jumlah kasus kegagalan IUD adalah 34, dengan jumlah kasus kegagalan tertinggi di Kota Lhokseumawe sebanyak 30 kasus, Aceh Tamiang 2 kasus, Aceh Tengah dan Bireun masing-masing 1 kasus, dan Kab/Kota lainnya pada tahun 2008 tidak melaporkan kasus kegagalan IUD tersebut. Untuk MOW, secara Provinsi jumlah kasus kegagalannya sampai akhir tahun 2008 tidak ada.

Sementara itu untuk kasus kegagalan IMPLANT secara Provinsi berjumlah 18 kasus dan terjadi di 6 Kab/Kota, dengan jumlah kasus terbanyak di Kabupaten Aceh Singkil sebanyak 9 kasus, Aceh Besar 3 kasus, Aceh Tengah 2 kasus, Sabang 2 kasus, Aceh Tamiang dan Pidie Jaya masing-masing 1 kasus.

Sementara metode kontrasepsi lainnya sampai akhir tahun 2008 tidak ada kasus kegagalan yag dilaporkan. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran 9.

f. Kasus Komplikasi

Kasus komplikasi merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kualitas pelayanan KB. Sampai dengan akhir tahun 2008, secara Provinsi

(12)

kasus kejadian komplikasi IUD ada 13 kasus, dengan angka kejadian terdapat di Kabupaten Aceh Tamiang sebanyak 4 kasus, kabupaten Bireuen 4 kasus, Lhokseumawe 3 kasus, Banda Aceh dan Sabang masing-masing 1 kasus. Dari 23 Kab/Kota 18 yang tidak ada kejadian komplikasi IUD. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran 10.

2. Program Kesehatan Reproduksi Remaja

Dalam rangka menunjang kegiatan yang berkaitan dengan promosi kesehatan reproduksi remaja, sampai dengan akhir tahun 2008 telah terbentuk Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) sebanyak 114 buah dengan Pendidik Sebaya Terlatih sebanyak 151 orang dan Konselor Sebaya Terlatih sebanyak 70 orang dan Pengelola PIK-KRR terlatih 238 guru. Sementara itu, jika dibandingkan dengan sasaran kontrak kinerja (KKP) tahun 2008 yang berjumlah 67 buah, maka sampai akhir tahun 2008 secara provinsi pencapaian PIK-KRR sudah 170,14%. Namun apabila dilihat per Kab/Kota, maka ada Kabupaten yang pencapaiannya di bawah 100% yaitu Aceh Barat dan Aceh Tenggara sebesar 66,67%. (lihat Lampiran 11)

Meskipun secara kuantitatif pencapaian sudah tinggi, akan tetapi dari segi tahapan kelompok PIK-KRR sebagian besar masih dalam kategori tahap tumbuh, dan lainya termasuk dalam kategori tahap tegar. Dilihat dari basis PIK-KRR, sebagian besar ada di sekolah-sekolah, baik umum maupun keagamaan. Tanpa upaya pengembangan institusi KRR yang berkualitas, maka dikhawatirkan upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran remaja akan kesehatan reproduksi tetap terbatas.

(13)

3. Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga

Salah satu upaya dalam meningkatkan ketahanan dan pemberdayaan keluarga adalah dengan menggerakkan kelompok kegiatan Caturbina, yaitu BKB, BKR, BKL, dan BLK serta pengikutsertaan Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga Pra Sejahtera I (KS I) dalam kelompok Upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Dalam analisis dan evaluasi pelaksanaan program KB Nasional tahun 2008 ini yang dibahas hanya keluarga punya balita yang aktif dalam kelompok kegiatan BKB, keluarga yang punya anak remaja yang aktif dalam kelompok kegiatan BKR, dan kesertaan KPS dan KS I dalam kegiatan ekonomi produktif.

a. Keluarga Punya Balita Aktif Dalam BKB

Keluarga punya balita aktif dalam BKB didefinisikan sebagai keluarga dimana orang tua dan atau anggota keluarga lainnya hadir dalam pertemuan yang dilakukan oleh kader kelompok BKB. Secara Provinsi, sampai akhir tahun 2008 data dan informasi mengenai BKB adalah jumlah kelompok kegiatan BKB yang tercatat sekitar 2.930 kelompok, rata-rata jumlah keluarga yang mempunyai anak balita dan menjadi anggota kelompok kegiatan BKB menurut statistik rutin berjumlah 34.989 keluarga sedangkan yang menjadi sasaran KKP adalah 32.933, jumlah keluarga yang aktif atau hadir dalam pertemuan pada bulan Desember 2008 sebanyak 34.989 keluarga. Dengan demikian apabila dibandingkan dengan sasaran KKP maka persentase keluarga punya balita yang aktif dalam BKB secara provinsi mencapai 10,62%.

(14)

Apabila dilihat persebarannya menurut Kab/Kota, terdapat 7 Kab/Kota yang pencapaiannya melebihi sasaran KKP. Pada sisi lain terdapat 1 kabupaten (Aceh Singkil) dengan pencapaian terendah yaitu 46,90%. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran 15f.

b. Keluarga Punya Anak Remaja Aktif Dalam BKR

Keluarga punya anak remaja aktif dalam BKR didefinisikan sebagai keluarga dimana orang tua dan atau anggota keluarga lainnya hadir didalam pertemuan yang dilakukan oleh kader kelompok BKR. Secara Provinsi, sampai dengan akhir tahun 2008 data dan informasi mengenai BKR adalah jumlah kelompok kegiatan BKR yang tercatat 14.954 kelompok; rata-rata jumlah yang mempunyai anak remaja dan menjadi anggota kelompok kegiatan BKR menurut BKKBN provinsi NAD berjumlah 1.433 keluarga, sedangkan yang menjadi sasaran KKP adalah 9.929, jumlah keluarga yang aktif atau hadir dalam pertemuan pada Desember 2008 sebanyak 1.433 keluarga. Dengan demikian apabila dibandingkan dengan sasaran KKP maka persentase keluarga punya anak remaja yang aktif dalam BKR secara provinsi hanya 15,6%.

Apabila dilihat persebarannya menurut Kab/Kota, terdapat 11 Kab/Kota yang pencapaiannya melebihi sasaran KKP. Pada sisi lain terdapat 3 Kb/Kota (Aceh Utara, Kota Sabang, dan Kota Langsa) dengan pencapaian 11,08-39,74%. Untuk lebih jelas dilihat lampiran 15f.

(15)

c. KPS dan KS I Anggota UPPKS Berusaha

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pemberdayaan ekonomi keluarga terutama untuk peserta KB dari KPS dan KS I adalah dengan mengikut sertakan mereka dalam kelompok Upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Dengan menjadi anggota UPPKS diharapkan dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam meningkatkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan dasar keluarga. Sampai pada akhir tahun 2008, jumlah kelompok UPPKS menurut data statistik rutin BKKBN adalah sebesar 759 kelompok. Jumlah KPS dan KS I menjadi anggota KPS dan KS I menjadi anggota UPPKS 13.648 sedangkan yang menjadi sasaran KKP adalah 7.908 keluarga. Sementara itu, jumlah KPS dan KS I yang aktif berusaha pada Desember 2008 sebanyak 10.430 keluarga. Dengan demikian apabila dibandingkan dengan sasaran KKP maka persentase KPS dan KS I anggota UPPKS aktif berusaha secara provinsi sebesar 131,9%. Untuk lebih jelas lihat lampiran 15g.

d. Kelompok UPPKS Dalam Direktori

Berdasarkan data direktori pada Bidang KS-PK sampai akhir tahun 2008, jumlah kelompok UPPKS yang didata sebanyak 840 kelompok. Apabila dibandingkan dengan sasaran kontrak kinerja tahun 2008 sebanyak 750 kelompok, maka persentase pencapaian sasaran kinerja direktori kelompok UPPKS sebesar 112%. Namun demikian masih ada 3 Kab/Kota yang pencapaiannya dibawah 50% yaitu Aceh Tenggara (6,50%), Aceh Selatan 22,80% dan Banda Aceh 35,29% untuk lebih jelasnya Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran 15g.

(16)

Dalam kaitannya dengan bantuan modal yang diterima oleh kelompok UPPKS dari dana APBN dan APBK, sedangkan bantuan modal kredit Krista dan Kredit Usaha Rakyat belum ada yang menerimanya.

4. Program Penguatan Pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas a. Kelembagaan OPD-KB Kabupaten/Kota

Kepmendagri Nomor 57 tahun 2007 menyatakan bahwa batas akhir penyesuaian nomenklatur OPD-KB dari 23 Kabupaten/Kota sampai akhir Juli 2008. Perkembangan penyesuaian nomenklatur OPD-KB Kabupaten/Kota sampai akhir tahun 2008 yang berdasarkan ketetapan hukum yang dimiliki sebagai berikut :

Tabel 1. Perkembangan Kelembagaan OPDKB-Kabupaten/Kota

No. Status Kelembagaan Jumlah

Kabupaten / Kota Persentase Peraturan Daerah

Rancangan Peraturan Daerah 22 1 95,65% 4,37% 1 2 Jumlah Kabupaten/Kota 23 100%

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah OPD-KB kabupaten/kota yang telah menyesuikan diri dengan PP 41/2007 yang dikukuhkan dengan Perda tercatat baru 22 Kabupaten/Kota atau 95,65%. Dengan demikian masih ada 1 OPD-KB Kabupaten/Kota 4,37% yang belum mempunyai perda sesuai PP 41/2007 walaupun batas akhir penyesuaian nomenklatur telah terlewati, yaitu Kota Subulussalam. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran 15h.

(17)

b. Perkembangan Tenaga Lapangan

Berdasarkan data dari SKPD-KB Kabupaten/Kota, jumlah petugas lapangan KB tercatat sebanyak 658 orang, yang terdiri petugas lapangan KB tingkat desa/kelurahan 404 orang dan petugas lapangan KB tingkat kecamatan 254 orang. Apabila dibandingkan dengan jumlah petugas lapangan KB sebelum desentralisasi, baik di tingkat desa/kelurahan maupun kecamatan, yang berjumlah 1.002 maka jumlah petugas lapangan KB yang ada sekarang ini 658.

Dengan jumlah desa/gampong sebanyak 6.468 dan jumlah petugas lapangan KB tingkat desa/gampong sebesar 404, maka rasionya adalah 1:16 yang berarti setiap 1 tenaga lapangan KB membina antara 16 desa/gampong. Sementara itu dengan jumlah kecamatan sebanyak 276 dan jumlah petugas KB kecamatan PPLKB adalah 254.

B. Alokasi dan Realisasi Anggaran 1. Pagu Anggaran BKKBN Tahun 2008

A. Alokasi Anggaran Tahun 2008

Alokasi anggaran tahun 2008 BKKBN Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mendapat alokasi anggaran (APBN) sebesar Rp. 24.160.998.000,- (dua puluh empat milyar seratus enam puluh juta sembilan ratus sembilan puluh delapan ribu rupiah) dengan program kegiatannya sebagai berikut;

1. Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik = Rp. 8.142.424.000,- 2. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur = Rp. 1.867.425.000,- 3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana = Rp. 310.520.000,-

4. Program Keluarga Berencana = Rp. 4.143.831.00,-

(18)

5. Program Kesehatan Reproduksi Remaja = Rp. 939.100.00,-

6. Program Penguatan Kelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas = Rp. 4.982.292.000,-

7. Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga = Rp. 2.423.473.000,- 8. ADB-DHS TA 2008 = Rp. 1.351.933.000,-

2. Realisasi Anggaran

Realisasi anggaran dari berbagai program kegiatan sebesar = Rp. 23.066.242.509 atau 95,47% dan total alokasi anggaran = Rp. 24.160.998.000,-

Jumlah anggaran yang tidak terserap sebesar = Rp. 1.382.136.128,- atau 4,53% dari total anggaran seluruhnya.

Adapun rincian anggaran yang tidak terserap tersebut sebagai berikut;

1. Belanja pegawai ; anggaran Rp. 7.402.287.000,-

- Terserap = Rp. 6.680.638.340,- (90,25%)

- Sisa di KPPN sebesar = Rp. 721.648.660,-

- Setor ke kas Negara = Rp. 7.415.135,-

2. Belanja Barang ; Anggaran Rp. 16.302.191.000,-

- Terserap = Rp. 15.935.085.519,- (97,75%)

- Sisa di KPPN sebesar = Rp. 367.107.481,-

- Setor ke kas Negara = Rp. 279.965.502,-

3. Belanja Modal ; Anggaran Rp. 191.520.000,-

- Terserap = Rp. 185.520.000,- (96,87%)

- Sisa di KPPN sebesar = Rp. 5.999.350,-

- Setor ke kas Negara = Rp. – 17

(19)

Tidak terserapnya anggaran tersebut 100% disebabkan;

- Adanya sisa gaji dan biaya rutin

- Adanya peserta latihan yang tidak semuanya hadir - Adanya kegiatan program yang belum maksimal

- Pengembalian anggaran SSBP/SSBP yang dapat mempengaruhi persentase realisasi anggaran.

3. Pagu Anggaran Tahun 2009

Pagu anggaran yang tersedia pada DIPA tahun 2009 Satker BKKBN Provinsi NAD sebesar Rp. 23.096.258.000,- yang bersumber dari anggaran rupiah murni (RM). Jika dibandingkan dengan anggaran tahun 2008 ada penurunan sebesar Rp. 1.064.740.000,- atau 4,40%.

4. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Kriteria umum yang ditetapkan sebagai Kabupaten/Kota penerima DAK adalah dengan mempertimbangkan kemampuan Keuangan Daerah dalam membiayai kebutuhan-kebutuhan pembangunan daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi belanja pegawai, sedangkan kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan seluruh daerah Kab/Kota dan daerah tertinggal/terpencil serta karakteristik seperti daerah pesisir, perbatasan, rawan banjir/longsor, daerah pariwisata dan secara teknis di tetapkan oleh BKKBN Pusat. Pada tahun 2008 Kabupaten/Kota yang masuk dalam kriteria ini ada 13 Kabupaten/Kota.

DAK untuk Bidang Kependudukan tahun 2008 masuk rumpun “DAK Kependudukan”. Yang bersumber dari APBN Rp. 12.645.000,- yang dialokasikan kepada daerah (Kabupaten/Kota) tertentu dalam mendanai penyediaan sarana

(20)

dan prasarana fisik pelayanan KB kepada masyarakat yang telah menjadi urusan daerah dalam rangka pencapaian sasaran KB secara nasional. Pelaksanaan penyaluran sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam pengelolaan keuangan daerah, yakni tahap 1 sebesar 30% dilaksanakan setelah peraturan daerah mengenai APBD diterima oleh Dirjen Perimbangan Keuangan dan paling cepat dilaksanakan pada bulan Februari. Tahap ke 2 dan ke 3 berturut-turut sebesar 30% selambat-lambatnya 15 hari setelah laporan penyerapan DAK diterima dan terakhir 10%. Secara umum dalam proses pencairan dana DAK tidak mengalami hambatan dan dapat direalisasikan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

a. Cakupan Laporan

Dari 23 Kab/Kota terdapat 13 Kab/Kota yang mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kependudukan tahun 2008 yaitu Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Bireuen, Kota Langsa, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Pidie Jaya, dan Kota Subulussalam.

Secara Provinsi dari 13 Kabupaten/Kota yang medapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) telah mengirimkan laporanya kecuali Kabupaten Aceh Tenggara dari triwulan I sampai dengan triwulan IV sedangkan Kab/Kota lainnya yang mendapatkan DAK membuat laporan walaupun tidak lengkap baik dalam formulir tahap perencanaan, realisasi, maupun tahap pendistribusian, hal ini dapat menyulitkan dalam menyusun laporan tingkat

(21)

Provinsi ke BKKBN yang selanjutnya ke Departemen Keuangan dan Bappenas.

b. Realisasi Penggunaan DAK Kependudukan tahun 2008.

Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kependudukan tahun 2008 ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran Program KB Nasional melalui perluasan akses dan pelayanan berkualitas di daerah Kab/Kota. Kegiatannya diarahkan untuk :

1) Penyediaan kendaraan bermotor roda dua bagi PKB/PLKB dan PPLKB; 2) Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan KB.

Dengan tidak lengkapnya pengiriman laporan Triwulan ke- IV (Oktober – Desember 2008). Data realisasi dan Distribusi Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kependudukan tersebut menjadi tidak lengkap sebagai mana ketentuan.

1) Penyediaan Kendaraan Bermotor Roda Dua Bagi PKB/PLKB dan PPLKB.

a) Perbedaan Antara Data Sasaran Dengan Realisasi Kendaraan Bermotor Roda Dua Untuk PPLKB

Berdasarkan Laporan F/I/REN-DAK/08 tentang laporan rencana pengadaan, sarana dan prasarana KB Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2008 sasaran untuk kendaraan bermotor roda dua DAK Bidang Kependudukan tahun 2008 bagi PKB/PLKB dan PPLKB untuk mencukupi kebutuhan 658 kendaraan roda dua petugas lapangan KB yaitu terdiri dari 404 orang PKB/PLKB dan 254 orang PPLKB dari 23

(22)

Kab/Kota. Sedangkan berdasarkan laporan rencana penggunaan DAK Bidang Kependudukan tahun 2008 sampai dengan akhir Desember 2008 dari 13 Kab/Kota sasaran pengadaan Kendaraan Bermotor Roda Dua bagi PKB/PLKB dan PPLKB secara keseluruhan berjumlah 423 unit, terdiri dari petugas lapangan KB yaitu 323 orang PKB/PLKB dan 100 orang PPLKB/Ka.UPT/Koor.KB.

Namun dalam realisasinya terjadi perbedaan jumlah kendaraan baik diadakan sebagai upaya optimlisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) maupun pemanfaatannya yang dipergunakan oleh petugas di Kab/Kota, padahal yang seharusnya untuk petugas lapangan KB.

b). Perbedaan Antara standar Harga Satuan Dengan Realisasi Kendaraan Bermotor Roda Dua untuk PPLKB

Apabila dibandingkan antara standar harga satuan dengan realisasi di masing-masing kabupaten/kota terdapat perbedaan harga lebih tinggi, sama, dan lebih rendah. Berdasarkan F/I/Realisasi-DAK/08 sampai dengan Desember 2008 dari 13 Kabupaten/Kota yang melapor telah direalisasikan pengadaan Sepeda motor masing-masing Kabupaten/Kota yang harga realisasi lebih tinggi dari standar harga satuan.

2. Penyediaan Sarana Pelayanan KB di Klinik KB

Pengadaan sarana pelayanan KB bagi klinik KB meliputi 1) IUD Kit; 2) Sterilisator Uap (double racks); 3) Duk implant disposible; 4) Paper Anestesi; 5) Needle Destroyer manual; dan 6) Auto Disable syringe.

(23)

Peruntukan sarana pelayanan KB IUD Kit dipergunakan untuk pemasangan dan pencabutan IUD; Sterilisator uap digunakan untuk mensterilkan alat-alat medis; DUK implant disposible adalah lembaran kain yang digunakan untuk membatasi daerah operasi pada saat melakukan tindakan medis Paper anestesi adalah lembaran yang digunakan untuk membuat kebal saat daerah yang akan dilakukan operasi (pelaksanaan sesuai dengan local lidocain 2 % sesuai surat sestama no 2198/LK.001/B4/2008 tanggal 8 Oktober 2008), Needle destroyer manual adalah alat yang digunakan menghancurkan jarum suntik yang digunakan, dan Auto disable syringe adalah jarum suntik yang setelah digunakan akan mengunci dengan sendirinya sehingga tidak dapat digunakan lagi.

Pemenuhan sasaran klinik KB melalui pengadaan sarana pelayanan KB ini diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan KB pada setiap klinik KB minimal setiap klinik KB mempunyai 1 set IUD Kit, 1 set Sterilisator Uap (double) dan 1 buah Needle destroyer manual dengan sasaran klinik KB. Namun dari 13 Kabupaten/Kota yang melapor, sebanyak 13 Kab/Kota melaporkan sasaran klinik KB dengan mengisi C/I/KKB/DAK/08 (Daftar Nama Klinik KB Calon Penerima Sarana Pelayanan KB) sebanyak 348 klinik KB. Berdasarkan laporan yang masuk kondisi penyediaan sarana pelayanan KB terlihat sebagai berikut :

(24)

Tabel 2 : Kondisi Penyediaan Sarana Pelayanan KB Jenis Sarana Jumlah

Sasaran Klinik

Jumlah

Pengadaan Rasio Cakupan

IUD KIT 348 722 2,07 Sterilisator Uap 368 634 1,82 DUK Implant Disposble 348 42.847 123,12 Paper Anestesi 348 154.345 443,52 Needle Destroyer Manual 348 866 2,48 Auto Disable Syringe 348 76.229 219,04 *) Rek./F/I/Renc-DAK/08

Dari data di atas terlihat bahwa kebutuhan sarana pelayanan KB di setiap klinik telah memenuhi kebutuhan yaitu rata-rata setiap klinik KB mempunyai IUD Kit, Sterilisasi Uap, dan Needle Destroyer Manual sebanyak 1 – 2 buah. Walaupun secara Kab/Kota kebutuhan sarana pelayanan KB di klinik KB telah terpenuhi, namun di beberapa Kab/Kota dan KKB rasio kebutuhan sarana pelayanan masih di bawah standar.

c. Hambatan dan Permasalahan Penggunaan DAK

Beberapa hambatan dan permasalahan yang berkaitan dengan DAK antara lain:

Pelaporan

1) Tidak adanya tenaga pada unit kerja pengelola Data dan informasi di SKPD-KB Kabupaten/Kota penerima DAK.

(25)

2) Belum semua Kabupaten/Kota yang mengirimkan laporan pelaksanaan pengadaaan sarana pelayanan KB mengisi formulir C/I/KKB/DAK/08 yaitu Daftar nama klinik KB calon penerima sarana pelayanan pelayanan KB sehingga menyulitkan dalam perhitungan kebutuhan dan sasaran yang hendak dipenuhi.

3) Tidak adanya tenaga yang memiliki sertifikasi pengadaan barang dan jasa sesuai Keppres 80 di SKPD-KB sehingga tidak terlibat pada proses pengadaan, yang pada umumnya dilakukan oleh Sekretariat Pemda setempat.

4) Tidak tersedianya dukungan anggaran untuk pelaporan

5) Tidak sesuainya format laporan yang dikirim oleh Kabupaten/Kota dengan petunjuk teknis penggunaan DAK Kependudukan tahun 2007 yang ditetapkan BKKBN.

6) Tidak lengkapnya data dan informasi yang dilaporkan.

Perencanaan

1) Kriteria penetapan daerah Kabupaten/Kota penerima DAK mengalami kesulitan karena keakuratan data pemekaran wilayah sehingga kriteria umum dan kriteria khusus ini belum dapat diterima semua pihak untuk memudahkan dalam proses pelaksanaannya.

2) Belum sinkronnya alokasi DAK seperti penentuan sasaran dan jenis sarana prasarana dengan kebutuhan daerah, sehingga pelaksanaan pengadaan sepeda motor dan sarana pelayanan KB di klinik KB kurang memperhatikan rasio kebutuhan daerah.

(26)

3) Belum adanya sasaran jelas yang ingin dicapai dengan pelaksanaan DAK dalam kurun waktu tertentu.

4) Masih lemahnya penyediaan data dan informasi teknis (data basis sasaran) yang diperlukan dalam perhitungan alokasi DAK.

Pelaksanaan Penggunaan DAK

1) Tidak adanya tenaga yang memiliki sertifikasi pengadaan barang dan jasa sesuai Keppres 80 di SKPD – KB sehingga proses pelaksanaan pengadaan dilakukan oleh Sekretariat Pemda setempat.

2) Tidak semua Kab/Kota terdapat penyedia barang dan jasa sesuai dengan Alokasi DAK yang berpengaruh pada peningkatan harga jumlah barang yang diadakan.

3) Lambatnya turunnya juknis yang berakibat lambatnya realisasi DAK di Kabupaten/Kota.

4) Ada Kabupaten melakukan pengadaan IUD Kit kurang memperhatikan sasaran dan standar harga yang telah ditetapkan.

5) Needle Destroyer Manual, ada Kabupaten melakukan pengadaan lebih rendah dari sasaran klinik yang telah ditetapkan

Pemantauan dan Evaluasi

1) Belum efektifnya pelaksanaan pemantauan dan evaluasi DAK di Kabupaten/Kota sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan dalam Juknis.

(27)

2) Proses perencanaan pemantauan dan evaluasi belum sempurna, khususnya berkaitan pemanfaatan dukungan anggaran yang tersedia tidak optimal.

3) Pelaksanaan pemantauan sulit memperoleh data yang akurat, disebabkan pada tahap perencanaan (Formulir C, PPLK, PLKB, KKB) tidak dibuat, dan Form FI Perencanaan, Realisasi tidak dibuat oleh SKPD-KB.

4) Pengadaan barang dan jasa di Sekretariat setempat tidak melibatkan SKPD-KB. Karena tidak memiliki sertifikasi persediaan barang dan jasa. Sehingga untuk memperoleh data pelaksanaan/realisasi sulit diperoleh karena menyangkut dengan berbagai pihak.

C. Persediaan Alat/Obat Kontrasepsi a. Tingkat Kabupaten/Kota

1. Evaluasi Laporan Bulanan F/V/KB yang masuk - Tingkat Kabupaten/Kota

Hasil Evaluasi terhadap Laporan F/V/KB yang masuk selama bulan Desember 2008, menunjukkan bahwa dari 23 Kabupaten/Kota yang mengirim F/V/KB sebanyak 23 Kabupaten/Kota ( masuk semua Kabupaten/Kota ).

- Kabupaten/Kota yang melapor 100 % adaaalah Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Banda Aceh, Sabang, Aceh Singkil, Simelue, Bireuen, Lhokseumawe, Langsa, Aceh Barat Daya, Gayo Lues, Aceh Jaya, Nagan Raya, Aceh Tamiang, Bener Meriah, Pidie jaya, Subulusalam. - Kabupaten/Kota tidak melapor NIHIL

(28)

2. Evaluasi persediaan alat/obat kontrasepsi

Persediaan alat Kontrasepsi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota pada Desember 2008 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3 : Persediaan Alat/obat Kontrasepsi Desember 2008

No Jenis Kontrasepsi Satuan Provinsi Kab/Kota Jumlah

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 Pil Impalan IUD Kondom Suntikan Cycle Set Cach Lusin Vial 194.490 - 1.182 29.970 168.360 490.455 2.494 45.293 45.486 259.193 686.945 2.494 46.475 75.456 427.553

Dari tabel, diatas dapat diketahui kemampuan persediaan alat/obat Kontrasepsi bulan Desember 2008, pada setiap tingkatan mulai dari tingkat provinsi seperti pada kolom 4, serta tingkat Kabupaten/Kota pada kolom 5.

3. Pemenuhan Kebutuhan alat/obat Kontrasepsi

Upaya pemenuhan kebutuhan alat/obat kontrasepsi tahun 2008 secara provinsi disusun berdasarkan PPM (PB-PA) oleh Bidang KB-KR dan IKAP. Persediaan Kontrasepsi berdasarkan hasil Stock Opname per 31 Desember 2008

(29)

Tabel 4 : Rasio Kemampuan Stock Alat/Obat Kontrasepsi digudang provinsi Desember 2008

No Jenis Kontrasepsi Satuan Stock Prov. Perkkiraan rata-rata Kebutuhan Perbulaan Ratio 1 2 3 4 5 Pil Implant IUD Kondom Suntikan Cycle Set Each Lusin Vial 490.455 4.870 45.293 45.486 259.193 301.253 174 12.463 42.442 62.327 1.6 27.9 3.6 1.07 4.15

Dari tabel 4 Kemampuan Stock alat/obat Kontrasepsi digudang Provinsi (Bulan : Desember 2008) dapat diketahui :

a. Kemampuan Stock Kontrasepsi yang tertinggi adalah IMPLAN untuk kebutuhan 27.9 bulan mendatang.

b. Kemampuan Stock kontrasepsi yang terendah adalah Kondom yaitu untuk kebutuhan selama 1.07 bulan mendatang.

4. Distribusi

Realisasi distribusi alat/obat Kontrasepsi dari BKKBN Provinsi ke SKPD- KB Kab/Kota dilakukaan sesuai dengan Laporan F/V/KB bulanan Kabupaten/Kota dan permintaan Surat dari SKBD-KB Kab/kota.

(30)

5. Stock Opname

Dari 23 Kabupaten/Kota, 22 diantaranya mengirimkaan laporan Stock Opname serta kondisi alat/obat Kontrasepsi yang ada digudang, yang tidak mengirimkan laporan Stock Opname adalah : Kabupaten Gayo Lues. Jumlah dan kondisi Alat/Obat Kontrasepsi di Gudang Provinsi dan Kabupaten/Kota :

1) IUD COPPER T (buah) : Baik (46.475), Rusak (0) 2) PIL (cycle) Baik (686.945), Rusak (0) 3) Kondom(lusin) : Baik (75.456), Rusak (0) 4) Suntikan (vial) : Baik (427.553), Rusak (0) 5) Implant : Baik (4.964), Rusak (0) 6) Faloppering : Baik (158), Rusak (0) 29

(31)

BAB III

PENILAIAN KINERJA

Melalui Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009 tersebut disebutkan antara lain bahwa program KB Nasional merupakan pembangunan Kependudukan dan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang di arahkan sebagai upaya pengendalian kuantitas penduduk melalui pelayanan keluarga berencana, serta pengembangan dan peningkatan penduduk melalui perwujudan keluarga kecil yang berkualitas.

Searah dengan kebijakan RPJMN tersebut BKKBN telah melakukan reformasi arah kebijakan serta menjabarkan arah dengan awal kebijakan pemerintah melalui empat program pokok yaitu program Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja, Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga, serta Penguatan Kelembagaan. Di samping itu juga ada tiga program pendukung, program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara, Pengelolaan Sumber Daya Aparatur Negara, dan program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Pemerintahan.

Untuk mencapai sasaran RPJMN tersebut telah dijabarkan kembali dalam Kontrak Kinerja Program (KKP) pada tahun 2008, untuk pencapaian sasaran yang meliputi:

(1) Pencapaian Indikator Kinerja Peserta KB Baru (2) Pencapaian Peserta KB Baru Pria

(3) Pusat Informasi dan Konsultasi Kespro Remaja (PIK KRR) (4) Kelompok UPPKS

(32)

(5) Keluarga Pra Sejahtera dan KS-I yang aktif berusaha (6) Keluarga Balita yang aktif dalam kelopmok kegiatan BKB (7) Keluarga Remaja yang aktif dalam kelompok kegiatan BKR (8) Kelembagaan pengelola KB Kab/Kota.

1. Pencapaian Indikator Kinerja Peserta KB Baru

Jumlah pencapaian indikator kinerja peserta KB Baru sampai dengan Desember 2008 secara persentase telah dicapai 132.475 peserta atau 100,09% dari PPM-PB 132.350 peserta.

Bobot untuk capaian Indikator Kinerja peserta KB Baru 50 point apabila terpenuhi 100%, Capaian Indikator Kinerja peserta KB Baru sampai dengan Desember sebesar 50,30 point (lihat lampiran 16)

Namun ada beberapa mix kontrasepsi yang belum memenuhi sasaran KKP. Belum terpenuhinya peserta MOP, masih kurangnya informasi dan konseling kepada calon-calon peserta yang sementara ini ada rumor apabila telah dilakukan operasi, alat Reproduksinya tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya disamping itu juga dukungan dana itu MOP belum mencukupi sesuai rate yang ada perkasus karena belum semua Kab/Kota mempunyai Dokter spesialis, dengan sendirinya mesti dibawakan ke tempat lain/keluar daerah setempat.

Demikian juga halnya tentang peserta IUD, yang mana Tenaga Medis pemasangan IUD terbatas yang telah mengikuti pelatihan, sementara tenaga medis yang dilatih pada tahun 80-an pada umumnya telah purna bakti/pensiun, serta alat-alat medis sudah tidak layak pakai lagi.

(33)

2. Pencapaian Indikator Kinerja Peserta KB Baru Pria

Pencapaian KB Baru Pria secara persentase kedua mix kontrasepsi (MOP dan kondom) telah melampaui PPM-PB Pria 9.095 peserta yang pencapaian 9.434 peserta (103,73%), namun apabila dibobotkan jauh belum mencapai sasaran kinerja karena bobot mix kontrasepsi MOP 11 point sementara bobot mix kontrasepsi Kondom hanya 5 point atau keduanya berjumlah 16 point.

Sementara Indikator Kinerja capaian mix kontrasepsi kondom telah terpenuhi 5 point, namun indikator kinerja capaian mix kontrasepsi MOP hanya 1,83 point yang berarti belum terpenuhi secara pembobotan sebanyak 9,17 point (lihat lampiran 16).

3. Pencapaian Indikator Kinerja PIK KRR

Pencapaian indikator kinerja secara persentase telah melampaui sasaran Provinsi NAD sebanyak 67 buah sementara pencapaiannya 114 buah atau 170,1% dari sasaran. Bobot untuk capaian indikator kinerja PIK KRR 5 point yang berarti telah terlampaui baik secara Provinsi maupun Kab/Kota. Sementara satu Kabupaten/Kota yaitu Kota Subulussalam memang tidak diberikan sasaran PIK KRR pada tahun 2008 (lihat lampiran 16).

4. Pencapaian Indikator Kinerja Keluarga Balita yang aktif dalam kegiatan BKB

Pencapaian Indikator Kinerja Keluarga Balita yang aktif dalam kelompok BKB, secara Provinsi telah mencapai 34.989 keluarga atau 106,24% dari sasaran Provinsi NAD 32.933 sasaran.

Bobot untuk pencapaian indikator kinerja Keluarga Balita yang aktif dalam kelompok kegiatan BKB 10 point dan hal ini secara Provinsi NAD telah

(34)

terlampaui 10,62 point, namun masih ada Kab/Kota yang belum terpenuhi dan terendah dari Kab/Kota lain yaitu Aceh Singkil 4,69 point (lihat lampiran 16).

5. Pencapaian Indikator Kinerja Keluarga Remaja yang aktif dalam Poktan BKR

Pencapaian Indikator Kinerja Keluarga Remaja yang aktif dalam poktan BKR secara Provinsi NAD telah mencapai 14.959 keluarga atau 150,61% dari sasaran Provinsi sebanyak 9.929 keluarga.

Bobot capaian indikator kinerja keluarga remaja yang aktif dalam poktan BKR apabila telah terlampaui 100% sebesar 15,06 point, hal ini telah terpenuhi namun masih ada Kab/Kota yang dalam capaian indikator kinerja dalam kegiatan tersebut hanya 2,24 point yang merupakan Kab/Kota terendah capaiannya yaitu Kota Sabang (lihat lampiran 16).

6. Pencapaian indikator kinerja pembentukan kelompok UPPKS

Pencapaian indikator kinerja pembentukan kelompok UPPKS secara Provinsi telah mencapai 938 kelompok atau 125,07 % dari sasaran Provinsi NAD sebanyak 750 kelompok.

Bobot capaian indikator kinerja pembentukan kelompok UPPKS sebesar 5 point telah terlampaui 6,25 point dan juga masih ada Kab/Kota yang pembentukan kelompok UPPKS di bawah rata-rata Provinsi dan terendah di Kab/Kota yaitu Kabupaten Gayo Lues hanya 0,12 point (lihat lampiran 16).

(35)

7. Pencapaian indikator kinerja keluarga Pra Sejahtera dan KS-I yang berusaha

Pencapaian indikator kinerja keluarga Pra Sejahtera dan KS-I yang berusaha dengan mengakses modal dari kelompok UPPKS secara Provinsi telah mencapai 10.647 keluarga atau 134,64% dari sasaran Provinsi NAD sebanyak 7.908 keluarga.

Bobot capaian indikator kinerja keluarga Pra Sejahtera dan KS-I yang berusaha sebesar 10 point.

Mengingat pencapaiannya telah melebihi 100% berarti capaian indikator kinerja dalam kegiatan tersebut telah terlampaui 13,46 point, namun secara Kab/Kota masih terdapat capaian indikator kinerjanya dalam kegiatan tersebut di bawah rata-rata Provinsi dan Kab/Kota yang terendah yaitu Kabupaten Aceh Barat hanya 2,64% dari 10 point yang diharapkan (lihat lampiran 16).

8. Pencapaian Indikator Kinerja Kelembagaan SKPD-KB

Pencapaian Indikator Kinerja Kelembagaan SKPD-KB Kab/Kota secara Provinsi telah dicapai 22 SKPD-KB Kab/Kota atau 95,65% dari 23 Kab/Kota yang ada di Provinsi NAD.

Bobot indikator kinerja kelembagaan SKPD-KB sebesar 10 point apabila terpenuhi, namun sampai dengan akhir Desember 2008 belum terpenuhi, hanya satu Kota Subulussalam yang masih merupakan draft eksekutif (lihat lampiran 16).

(36)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Program KB

a. Secara Provinsi pencapaian PB telah melewati sasaran PPM, yaitu 100,10% namun ada kesenjangan pencapaian antar Kab/Kota terlihat dari jarak antara 28,49% - 244,21%. Sebagian besar kab/kota (12 kab/kota) dapat mencapai atau melebihi sasaran. Dibandingkan dengan tahun 2007, pencapaian PB meningkat 21,65%.

b. Secara Provinsi pencapaian PB Pria juga telah melewati sasaran PPM, yaitu 103,73%, namun ada kesenjangan pencapaian antar Kabupaten/Kota terlihat dari jarak sebar antar kab/kota yang cukup besar yaitu antara 11,60% - 788,80%. sebagian besar kab/kota (8 kab/kota) dapat mencapai atau melebihi sasaran. Dibandingkan dengan tahun 2007, pencapaian PB Pria meningkat. c. Pencapaian MKJP terus meningkat sejak tahun 2006 – 2008 namun tidak

terlalu tajam.

2. Program KRR

a. Jumlah PIK-KRR tahun 2008 telah melebihi sasaran sebesar 170,1% dengan jarak sebar antara 66,67% - 450%. Hanya 2 kab/kota yaitu Pidie Jaya da Subulussalam belum memperoleh sasaran KKP pada tahun 2008

(37)

3. Program Ketahanan & Pemberdayaan Keluarga

a. Secara Provinsi partisipasi keluarga yang aktif dalam BKB maupun BKR dibandingkan dengan sasaran telah melampaui sasaran KKP tahun 2008. Namun masih ada kab/kota yang capaiannya dibawah rata-rata provinsi 106,24% BKB dan 150,61% BKR. Yang terendah di Aceh Singkil 46,90 % untuk BKB dan di Kota Sabang 22,27% untuk BKR.

b. KPS dan KS I yang aktif berusaha dibandingkan sasaran secara provinsi sebesar 134,64% dengan jarak sebar yang lebar yaitu 26,44 – 666,67% dan 18 kab/kota telah dicapai diatas 100%.

c. Pencapaian kelompok UPPKS yang telah tercatat dalam direktori secara Provinsi telah melampaui target, yaitu 125,07% degan jarak sebar antara 6,56 – 750%.

4. Program Penguatan Pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas

a. Kelembagaan OPD-KB Kabupaten/Kota yang sudah ada Perda sesuai PP 41/2007 sudah mencapai 95,65% walaupun tidak semuanya berbentuk Badan atau walupun berbentuk Badan dan sebagian bergabung dengan PP. b. Jumlah PLKB tahun 2008 menurun dan untuk membantu petugas lini

lapangan merekrut tenaga relawan/tenaga kontrak.

5. Pelaksanaan Anggaran

a. Realisasi anggaran secara Provinsi tahun 2008 sebesar 95,47%. Pencapai ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun 2007.

b. Pengelolaan anggaran tahun 2008 relatif lebih baik terlihat dari sisa anggaran tahun 2008 lebih kecil bila dibandingkan dengan tahun 2007.

(38)

c. Dalam pelaksanaan DAK ditemui realisasi fisik lebih besar daripada rencana/juknis.

d. Ada perbedaan besaran unit cost di juknis dengan realisasi

e. Belum semua Kabupaten/Kota melaporkan pelaksanaan DAK per triwulan dan tidak lengkap.

6. Stock Kontrasepsi

a. Kemampuan Stock Kontrasepsi di Provinsi yang tertinggi adalah IMPLAN untuk kebutuhan 27.9 bulan mendatang.

b. Kemampuan Stock kontrasepsi di provinsi yang terendah adalah Kondom yaitu untuk kebutuhan selama 1.07 bulan mendatang.

B. Saran

1. Perlu upaya-upaya yang lebih insentif agar “gap” pencapain sasaran program KB dapat diperkecil sehingga terjadi pemerataan pencapaian antar wilayah; 2. Perlu upaya-upaya yang lebih insentif untuk peningkatan penggarapan KB

pria terutama di wilayah-wilayah potensial;

3. Perlu upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas PIK-KRR sehingga dapat lebih berdampak pada penurunan fertilitas;

4. Perlu mengkaji kembali kebijakan dan strategi operasional dalam rangka pencapaian sasaransasaran KS;

5. Perlu dipertimbangkan kebijakan untuk mendorong peningkatan pencapaian kontrasepsi jangka panjang sebagai upaya percepatan penurunan TFR;

(39)

6. Perlu peningkatan advokasi kepada Pemerintah Kabuapten/Kota agar memberikan prioritas yang tinggi dalam penyelenggaraan pembangunan bidang KB sesuai dengan PP. 38 dan 41 tahun 2007;

7. Perlu upaya-upaya yang lebih intensif untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan anggaran sehingga sisa anggaran dapat lebih diperkecil;

8. Perlu upaya-upaya yang lebih intensif untuk meningkatkan sosialisasi pelaksanaan DAK sesuai dengan dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku serta perlu dipertimbangkan agar laporan pelaksanaan DAK dari Kabupaten/Kota dapat dimasukkan sebagai salah satu sasaran kinerja provinsi;

9. Monitoring DAK KB 2009 perlu disinergikan dengan kegiatan lain dan dilakukan secara berkala;

10. Upaya untuk meningkatkan kelengkapan dan akurasi data laporan DAK KB 2009 dan perlu mendapat prioritas tinggi;

11. Cakupan laporan DAK KB 2009 dari Kab/Kota perlu dipertimbangkan menjadi bagian dari KONTRAK KINERJA PROVINSI TAHUN 2009;

12. perlu segera dilakukan pengumpulan data terbaru untuk perencanaan DAK KB tahun 2010;

13. Perlu upaya-upaya untuk menigkatkan kualitas pengelolaan alat kontrasepsi di semua tingkatan wilayah mulai dari penyediaan, penyimpanan, dan distribusi sesuai dengan pedoman pengelolaan yang telah ditetapkan (JKK).

Gambar

Gambar 3 di bawah ini menunjukkan sebaran PB menurut metoda  kontrasepsi :
Tabel 1. Perkembangan Kelembagaan OPDKB-Kabupaten/Kota
Tabel  2 : Kondisi Penyediaan Sarana Pelayanan KB  Jenis Sarana  Jumlah
Tabel 3 : Persediaan Alat/obat Kontrasepsi Desember 2008
+2

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh dosen jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu dalam bentuk sumbangan pemikiran tentang hal-hal yang terkait dalam skripsi ini,

Mendasarkan pada teori dan penelitian terdahulu maka penelitian ini akan mencari hubungan antara variabel sosial ekonomi masyarakat, pengetahuan, motivasi, sikap,

Materi pembelajaran ini berisi tentang materi pembelajaran yang akan digunakan dalam aplikasi ini, materi ini merupakan materi – materi dasar tentang penggunaan alat pemadam

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan

Terbang Sultan Haji Ahmad Shah, bypass Kuantan, Lebuhraya Pantai Timur 3.. BIL ALAMAT HOMESTAY/HOTEL NO.DIHUBUNGI HARGA KEMUDAHAN CATATAN

Setelah Siswa melakukan login bisa mendapatkan beberapa informasi seperti jadwal data guru serta jadwal remedial perbaikan nilai, kemudian data nilai atau nilai

Sehingga dari beberapa pengertian di atas Museum Geologi Blora dapat diartikan sebagai : Institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka,

Dari 25 faktor kritis kesuksesan dalam implementasi sistem enterprise resource planning di institusi pendidikan tinggi yang telah diidentifikasi, ada 11 faktor yang dijalankan