7
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya (State Of The Art)
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya (Jurnal Internasional tahun 2013)
Nama Peneliti Andish, Hamid Azad, MA; Yousefipour, Mojtaba, MA; Shahsavaripour, Hamidreza, MA;
Ghorbanipour, Abdolreza, MA
Judul Jurnal Organizational Culture and its Impact in Organizations – Proquest
Nama Jurnal / Tahun / Tempat Interdisciplinary Journal of Contemprary Research In Business / 2013 / Belleville
Kesimpulan dan Hasil Budaya berbagi nilai-nilai dan keyakinan dari suatu organisasi. Organisasi yang memiliki budaya yang kuat akan lebih dikenal mampu mengerti terhadap berbagai macam ancaman dan hambatan. Budaya adalah faktor kunci dalam meningkatkan kinerja organisasi, faktor drama dan efektivitas organisasi. Rencana untuk mencapai tujuan organisasi, operasi dan manajemen direncanakan sesuai dengan budaya organisasi perusahaan. Budaya organisasi tergantung pada faktor-faktor dan berasal dari budaya itu sendiri.
Pada penelitian diatas persamaannya ialah sama-sama membahas budaya organisasi. Namun di dalam penelitian diatas peneliti membahas secara garis besar budaya organisasi dan dampaknya di dalam suatu organisasi atau perusahaan tersebut. Sementara di dalam penelitian ini peneliti menekankan budaya organisasi di dalam membentuk komunikasi efektif, yang menggambarkan pemahaman akan
makna budaya dan perilaku manusia dalam sebuah organisasi. Persamaannya Penelitian diatas juga menggunakan metode penelitian kualitatif.
Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya (Jurnal Internasional tahun 2012)
Nama Peneliti Sarangi, Swatee; Srivastava, R K
Judul Penelitian Impact of Organizational Culture and Communication on Employee Engagement: An Investigation of Indian Private Banks
Nama Jurnal / Tahun / Tempat
South Asian Journal of Management / 2012 / India
Kesimpulan dan Hasil Penelitian menerangkan tentang hubungan antara variabel dependen dan setiap predictor. Dalam kajian ini meliputi karyawan dari bank india swasta. Ketika budaya organisasi dan komunikasi organisasi meningkat, akan menjadi peningkatan positif kerja sama antar karyawan.
Penelitian diatas menjabarkan dampak adanya budaya dan komunikasi organisasi kepada hubungan atau relasi diantara sesama pekerja atau karyawan. Sementara pada penelitian ini mengedepankan implemetasi atau penerapan budaya organisasi di dalam membentuk komunikasi yang efektif. Perbedaan yang membedakan dengan penelitian ini adalah metode yang digunakan peneliti pada penelitian diatas adalah metode kuantitatif. Sedangkan pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif.
Tabel 2.3 Penelitian Sebelumnya (Jurnal Internasional tahun 2010)
Nama Peneliti Fred C. Lunenburg
Judul Jurnal Communication: The Process, Barriers, And Improving Effectiveness
Nama Jurnal / Tahun / Tempat
School and Communication Journal / 2010 / USA
Kesimpulan dan Hasil Sejumlah berbagai permasalahan yang menghambat komunikasi efektif, dapat dibagi menjadi empat
kategori yaitu hambatan dari proses, hambatan fisik, hambatan semantik dan hambatan psychosocial. Untuk meningkatkan komunikasi efektif, sekolah harus mengembangkan kesadaran pentingnya pengirim dan penerima tanggung jawab dan tetap mengacu pada kemampuan aktif mendengarkan.
Pada penelitian diatas memang tidak membahas mengenai budaya organisasi. Namun di dalam penelitian diatas dibahas mengenai komunikasi efektif pada suatu sekolah, serta hambatan yang terjadi di dalam pencapaian komunikasi efektif. Pembahasan mengenai komunikasi efektif itulah yang menjadi persamaan dengan penelitian ini. Selain itupula metode yang digunakan di dalam penelitian diatas sama ialah metode kualitatif, yang menjadikan penelitian diatas sama dengan penelitian ini.
Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya (Jurnal Nasional tahun 2012)
Nama Peneliti Chaterina Melina Taurisa, Intan Ratnawati
Judul Jurnal Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasional Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan
(Studi pada PT. Sido Muncul Kaligawe Semarang) Nama Jurnal / Tahun /
Tempat
Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE) / 2012 / Semarang, Indonesia
Kesimpulan dan Hasil Setelah dilakukan pengujian terhadap keenam hipotesis yang terdapat dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang searah antara budaya organisasi dan kepuasan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kuat budaya organisasi pada PT. Sido Muncul, maka semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan. Terdapat pengaruh
yang searah antara budaya organisasi dan komitmen organisasional. pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang
searah antara kepuasan kerja dan komitmen organisasional.
Penelitian diatas berfokus kepada tugas budaya organisasi dan kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional dalam meningkatkan kinerja karyawan. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah penelitian ini meneliti bagaimana penerapan nilai-nilai di dalam budaya organisasi untuk membentuk sebuah komunikasi yang efektif diantara pekerja sementara penelitian diatas berfokus kepada peningkatan kinerja karyawan. Walaupun sama-sama meneliti tentang budaya organisasi, namun perbedaan metode yang dipakai berbeda yakni metode kuantitatif, menjadikan penelitian ini berbeda dengan penelitian diatas.
Tabel 2.5 Penelitian Sebelumnya (Jurnal Nasional tahun 2010)
Nama Peneliti Andre A. Hardjana
Judul Jurnal Sosialisasi dan Dampak Budaya Organisasi Nama Jurnal / Tahun /
Tempat
Jurnal Ilmu Komunikasi / 2010 / Indonesia
Kesimpulan dan Hasil Sosialisasi budaya berlangsung melalui komunikasi yang mengalir dalam jaringan budaya atau hierarki tersembunyi. Berkat kegiatan-kegiatan komunikasi jaringan budaya, karyawan belajar tentang makna kontekstual dari informasi, pola perilaku dan kepatutan. Dampak dari sosialisasi budaya organisasi yang efektif tidak hanya terjadi pada tingkatan individu-karyawan secara perseorangan namun juga sosial, politik dan organisasi.
Perbedaan penelitian diatas berfokus pada dampak budaya organisasi dari proses sosialisasi budaya organisasi tersebut. Persamaan antara penelitian diatas dan
penelitian ini adalah keduanya sama-sama membahas tentang budaya organisasi, namun pada penelitian ini lebih difokuskan kepada penelitian mengenai peranan budaya organisasi di dalam membentuk performa komunikatif karyawan.
2.2 Landasan Konseptual
Berdasarkan indentifikasi masalah yang telah dijelaskan pada bab latar belakang di pendahuluan sebelumnya, maka akan dibahas dan dijelaskan landasan konseptual yang berhubungan dengan peran budaya organisasi dalam pencapaian komunikasi efektif antar karyawan.
2.2.1 Approach to Organizations Culture Theory / Teori Budaya Organisasi
“Man is an animal suspended in webs of significance that he himself has spun.” (Graw-Hill, 2006 )
Pernyataan diatas merupakan pernyataan dari Clifford Geertz yang menyatakan bahwa manusia adalah hewan “yang tergantung didalam jaringan kepentingan” artinya orang-orang yang memuat jaring mereka sendiri. (Graw-Hill, 2006 )
“If culture consists of webs of meaning that people have spun, and if spun webs imply the act of spinning, that we need to concern ourselves not only with the structures of cultural webs, but with the process of their spinning as well. The process is communication. (Graw-Hill, 2006 )
Dalam pendekatan teori Organizations Culture atau budaya organisasi, Michael Pacanowsky dan Nick O’Donnell-Trujillo mengacu kepada pemikiran Clifforf Geertz yang mengatakan bahwa budaya merupakan jaringan-jaringan dari berbagai makna yang signifikan dan bertujuan untuk berbagi nilai. Untuk itu kita harus memperhatikan tidak hanya pada struktur dari jaringan-jaringan tersebut namun proses dari pemintalan jaring tersebut yang jauh lebih penting. Proses tersebutlah yang dinamakan komunikasi. Komunikasi itulah yang menciptakan realita kepada dunia. (Graw-Hill, 2006 )
Geertz menggambarkan jaring laba-laba yang mungkin ada didalam sebuah organisasi dan meyakini bahwa budaya seperti sebuah jaring yang dipintal oleh laba-laba. Maksud dari tujuan penggambaran ini yaitu jaring ini terdiri atas desain yang rumit dan tiap jaring berbeda dengan yang lainnya. Geertz berargumen bahwa
budaya-budaya semuanya berbeda dan keunikan ini harus dihargai. Tujuan pendekatan dengan metafora tersebut adalah untuk memikirkan semua kofigurasi (fitur) menyerupai jaring yang mungkin dalam organisasi. Sementara proses pemintalan jaring tersebut adalah proses komunikasi.
Organisasi sebagai kultur atau budaya merupakan pandangan hidup (way of
life) bagi para anggotanya. Bagi Pacanowsky jaringan di dalam budaya organisasi
adalah residu dari performa karyawan atau pekerjanya. (Graw-Hill, 2006 )
2.2.2. Komunikasi Organisasi Internal
Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti dikatakan Susanne K.Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang atau simbol inilah yang menjadi sebuah tanda yang digunakan untuk mengkomunikasikan sebuah makna. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non-verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.
Katz dan Kahn di dalam Muhammad (2009) mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi. Zelko dan Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. (Muhammad, 2009)
Komunikasi Organisasi sendiri terbagi menjadi dua yakni: 1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal ditandai dengan adanya penggunaan kata-kata. Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya (Mulyana, 2014)
Suatu sistem kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. (Mulyana, 2014)
Penggunaan verbal lebih banyak menggunakan kata-kata opini atau lisan dan juga menggunkan simbol-simbol, atau kode yang berupa tulisan.
1. Komunikasi lisan (oral communication), komunikasi lisan menjadikan bahasa sebagai penyampai pesan. Pikiran dan perasaan seseorang disampaikan melaui kata-kata yang dianggapnya tepat dan mewakili apa yang ada dalam dirinya.
2. Komunikasi tulisan (written communication). Komunikasi tulisan menjadikan simbol yang dituliskan pada kertas atau tempat lain sebagai alat penyampaian ide atau perasaan. Komunikasi tulisan akan sangat penting jika kita ingin mengetahui secara keseluruhan gagasan pernyataan atan perasaan seseorang. Pesan tulisan memiliki sistematis yang jelas. Pilihan kata dan tanda baca yang dapat membantu pihak lain untuk dapat memahami apa yang ingin kita sampaikan.
2. Komunikasi Nonverbal
Pesan atau Komunikasi nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter di dalam buku komunikasi organisasi oleh Deddy Mulyana (2014), komunikasi mencakup semua rangsangan dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. (Mulyana, 2014)
Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Perilaku nonverbal bersifat multisaluran, sinambung dan mengandung lebih banyak muatan emosional daripada komunikasi verbal. (Mulyana, 2014)
Komunikasi verbal dapat diklasifikasikan dari beberapa hal yakni: 1. Bahasa Tubuh
2. Sentuhan 3. Parabahasa 4. Penampilan Fisik 5. Bau-bauan
6. Orientasi ruang dan jarak pribadi 7. Konsep waktu
8. Diam 9. Warna
10. Artefak (Mulyana, 2014)
Selain itupula model komunikasi di dalam organisasi di dalam menyampaikan berbagai macam informasi atau pesan terbagi menjadi dua yakni:
1. Komunikasi linier atau komunikasi satu arah (one-way view of
communication). Dalam model ini, komunikator memberikan suatu stimulus
dan komunikan memberikan respon atau tanggapan yang diharapkan, tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. (Rohim, 2009)
2. Kedua, model komunikasi interaksional yang merupakan kelanjutan pendekatan linier. Pada model interaksional, diperkenalkan gagasan tentang umpan balik (feedback). Dalam penerima (receiver) melakukan seleksi, intepretasi, dan memberikan respon terhadap pengirim (sender) (Rohim, 2009).
2.2.2.1 Komunikasi Internal
Komunikasi Internal didefinisikan oleh Lawrence D.Brennan di dalam buku Ilmu Komunikasi oleh Effendy (2013) sebagai :
“Interchange of ideas among the administrators and its particular structure (organization) and interchange of ideas horizontall and vertically within the firm which gets work done (operation and management)”
yang berarti Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan struktur-nya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen) (Effendy, 2013)
Redding dan Sanbors mengatakan bahwa, “komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi interpersonal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang sesama level/tingkatnya
dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program” (Muhammad, 2009).
Dimensi Komunikasi Internal : 1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward
communication), adalah komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan
dari bawahan kepada pimpinan secara timbal balik (two way traffic
communication). Dalam komunikasi vertikal, pipmpinan memberikan
instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, penjelasan-penjelasan dan lain-lainnya kepada bawahannya. Dalam pada itu, bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan dan sebagainya kepada pimpinan. (Effendy, 2013)
Komunikasi menyangkut masalah hubungan manusia dengan manusia, maka suksesnya komunikasi seperti telah diutarakan pada bab terdahulu ditentukan oleh frame of reference manusia-manusia yang terlibat dalam proses komunikasi itu. (Effendy, 2013)
Menurut Katz dan Kahn ada lima jenis tipe khusus komunikasi
downward, yaitu :
1. Job Instruction, komunikasi yang merujuk pada penyelesaian tugas-tugas khsusus.
2. Job Rationale, komunikasi yang menghasilkan pemahaman terhadap tugas dan hubungan yang menghasilkan pemahaman terhadap tugas dan hubungan dengan pengaturan lainnya.
3. Procedure and practice, yakni komunikasi tentang kebijakan-kebijakan, aturan-aturan, regulasi dan manfaat-manfaat yang ada. 4. Feedback, komunikasi yang menghargai tentang bagaimana
individu melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
5. Indoctrinations of goals, yakni komunikasi yang dirancang dengan karakter ideology yang memberikan motivasi karyawan tentnag pentingnya suatu misi organisasi secara keseluruhan. (Ruliana, 2014)
Sedangkan komunikasi upward memiliki empat tipe khusus, yakni : 1. Informasi tentang sikap pekerja, moral dan efisiensi yang
berhubungan dengan kebijakan, perencanaan dan masalah-masalah.
2. Pengembangan yang signifikan dalam unit-unit kerja depertemen. 3. Kesalahan yang menurunkan efisiensi.
4. Masalah tidak diketahui cara penyelesaiannya oleh pekerja. (Ruliana, 2014)
2. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal ialah komunikasi secara mendatar, antara anggota dengan anggota staff, karyawan sesama karyawan, dan sebagainya. Berbeda dengan komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal, komunikasi horizontal sering kali berlangsung tidak formal. Mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu sedang bekerja. (Effendy, 2013)
Komunikasi horizontal adalah tindakan komunikasi yang berlangsung di antara para karyawan atau bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi komunikasi horizontal ini adalah:
a. Memperbaiki koordinasi tugas. b. Upaya pemecahan masalah. c. Saling berbagi informasi. d. Upaya pemecahan konflik.
e. Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
Bentuk komunikasi horizontal mencakup semua jenis kontak antar persona. Media atau saluran komunikasi horizontal terjadi dalam bentuk:
a. Rapat komisi b. Interaksi pribadi c. Obrolan
d. Memo dan catatan e. Kegiatan sosial
f. Lingkaran kualitas (kelompok pekerja sukarela yang berbagi wilayah tanggung jawab) (Ruliana, 2014)
3. Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal lintas saluran adalah komunikasi antara pimpinan seksi dengan karyawan seksi lain. Spesialis karyawan biasanya paling efektif dalam komunikasi lintas saluran karena biasanya tanggung jawab mereka muncul di beberapa rantai otoritas perintah dan jaringan yang berhubungan dengan jabatan.
2.2.3 Komunikasi Formal dan Informal
Ada dua jenis komunikasi yang akan kita bahas dalam yaitu komunikasi formal dan informal:
1. Komunikasi formal sangat struktural, berjalan melalui hirarki perusahaan, dan menunjukkan posisi seseorang dalam perusahaan atau posisi dalam struktur manajemen project, dalam hal event management. Komunikasi ini dijalankan dalam situasi formal atau resmi seperti pertemuan resmi, meeting pembahasan project, menggunakan bahasa yang baik dan benar. Komunikasi email pun seringkali bersifat formal dan menggunakan bahasa formal, terutama dalam konteks profesi. (http://fortunepr.com/)
2. Komunikasi informal tidak mempedulikan struktur, hirarki atau bahkan posisi dalam perusahaan atau project management. Komunikasi ini dijalankan dalam situasi tidak resmi, menggunakan bahasa sehari-hari. (http://fortunepr.com/)
2.2.4 Fungsi Komunikasi
Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu komunikasi (2014) suatu pengantar mengutip kerangka berpikir William I. Gorden mengenai fungsi-fungsi komunikasi yang dibagi menjadi empat bagian. Fungsi-fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication event) tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi dominan. (Mulyana, 2014)
1. Fungsi Komunikasi Sosial, komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan.Pembentukan konsep diri Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bisa kita
peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Pernyataan eksistensi diri Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada. (Mulyana, 2014)
2. Fungsi Komunikasi Ekspresif, Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita) melalui pesan-pesan non verbal. (Mulyana, 2014)
3. Fungsi Komunikasi Ritual, Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dalam acara tersebut orang mengucapkan kata-kata dan menampilkan perilaku yang bersifat simbolik. (Mulyana, 2014)
4. Fungsi Komunikasi Instrumental, Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur (persuasif) Suatu peristiwa komunikasi sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi tumpang tindih, meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi. (Mulyana, 2014)
2.2.5 Sosialisasi Pada Komunikasi Organisasi
Miller dalam bukunya menjabarkan proses asimilasi ke dalam beberapa bagian besar. Ketika seorang pekerja bersatu dengan suatu organisasi, adaptasi tidak terjadi otomatis dan segera. Melainkan, penyesuaian akan kehidupan organisasi tersebut memakan waktu secara bertahap. Para peneliti mempertimbangkan proses ini seringkali membagi sosialisasi ke dalam tiga fase (Anticipatory socialization,
encounter dan methamorphosis). Asimilasi dalam komunikasi organisasi dicapai
ketika individu mampu bersosilaisasi dengan segala perubahan serta sistem yang berlaku dalam suatu organisasi. (Miller, 2012)
1. Anticipatory socialization
Suatu bentuk sosialisasi yang terjadi sebelum masuk ke dalam perusahaan. Menekankan sosialisasi terhadap pekerjaan dan sosialisasi itu sendiri. (Miller, 2012)
2. Encounter
Tahapan pengertian yang terjadi ketika karyawan baru memasuki sebuah organisasi. Pendatang baru harus melepaskan peran-peran lama dan nilai-nilai guna beradaptasi pada organisasi yang baru. (Miller, 2012)
3. Metamorphosis
Tahap di mana proses sosialisasi mencapai kesempurnaan. Karyawan yang baru tersebut telah diterima sebagai bagian dari sebuah organisasi. (Miller, 2012)
2.2.6 Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal (Mangkunegara, 2005)
Budaya organisasi dibedakan menjadi kultur kuat dan kultur lemah. Dimana kultur kuat nilai-nilai inti organisasi dipegang teguh dan dijunjung bersama. Argumennya disini adalah bahwa kultur yang kuat memiliki dampak yang lebih besar terhadap perilaku karyawan dan lebih terkait langsung dengan menurunnya perputaran karyawan. (Robbins & Judge, 2014)
2.2.6.1 Elemen-elemen Budaya Organisasi
Deal & Kennedy berargumen bahwa sebuah kesuksesan dari bisnis atau perusahaan akan terbentuk dari sebuah budaya yang kuat. Jika sebuah perusahan memiliki komponen-komponen dari budaya yang kuat tersebut, maka akan menjadikan tempat tersebut mejadi tempat yang lebih baik untuk bekerja, karyawan dapat lebih meng-improve hasil kerja yang berfungsi untuk organizational
performance. Budaya organisasi yang dibentuk dari faktor-faktor yang terkandung di
dalam perusahaan sangat dipengaruhi oleh beberapa elemen kunci yang cukup dominan. Komponen dari kunci budaya yang kuat adalah sebagai berikut:
Lingkungan Usaha
Lingkungan usaha merupakan salah satu elemen yang berpengaruh cukup kuat dalam pembentukan budaya organisasi. Sebagai contoh, perusahaan cenderung mengeluarkan dana yang cukup besar untuk penelitian dan pengembangan untuk memprediksi produk yang dikembangkan akan sukses di pasaran. (Susanto, 2008) Nilai-nilai
Values are the beliefs and visions that members hold for an organization.
Nilai-nilai adalah suatu bentuk kepercayaan dan suatu bentuk pengelihatan yang membuat seluruh anggota tim dari organisasi tersebut berpegang teguh terhadap nilai-nilai yang ada tersebut. (Miller, 2012)
Kepahlawanan
Heroes are the individuals who come to exemplify an organization’s values, these heroes are become known through the stories and myths for an organization.
Pahlawan adalah sesosok individu yang datang untuk memberikan contoh dari sistem nilai yang dianut. Mereka datang melalui cerita-cerita, omongan ataupun mitos-mitos dari organisasi itu sendiri. (Miller, 2012)
Tatacara atau Ritual
Rites and Rituals are the ceremonies through which an organization celebrates its values. An organization that values innovation may develop a ritualistic way of rewarding the new ideas of employees.
Tatacara atau ritual adalah sebuah upacara atau kebiasaan dimana organisasi menanamkan values atau nilai-nilai yang dianut oleh organisasi itu sendiri. Dimana nilai-nilai yang dianut akan membangun kebiasaan dari ide-ide yang diberikan oleh karyawan. (Miller, 2012)
Jaringan Kultural
The cultural network is the communication system through which cultural values and instituted and reinforced. The cultural network could consist of both formal organizational channels, such as newsletters and the informal interactions of employees.
Jaringan budaya adalah sistem komunikasi melalui makna nilai-nilai budaya, dilembagakan dan diperkuat. Jaringan budaya bisa terdiri dari kedua saluran organisasi formal, seperti newsletter dan interaksi informal karyawan. (Miller, 2012)
2.2.7 Gaya Kepemimpinan atau Leadership
Menurut Blake dan Mouton di dalam buku Komunikasi Organisasi terdapat beberapa macam bentuk dan gaya komunikasi diantaranya ialah:
a) Gaya pengalah (impoverished style). Gaya ini ditandai oleh kurangnya perhatian terhadap produksi. Bila terjadi konflik, pemimpin jenis ini tetap netral dan berdiri di luar masalah. (Pace & Faules, 2006)
b) Gaya pemimpin pertengahan (middle-of-the-road style). Gaya ini ditandai oleh perhatian yang seimbang terhadap produksi dan manusia. Pemimpin dengan gaya ini berusaha untuk jujur tetapi tegas dan mencari pemecahan yang tidak memihak dan berusaha untuk mempertahankan keadaan tetap baik. (Pace & Faules, 2006)
c) Gaya tim (team style). Gaya ini ditandai oleh perhatian yang tinggi terhadap tugas dan manusia. Pemimpin tim amat menghargai keputusan yang logis dan kreatif sebagai hasil dari pengertian dan kesepakatan anggota organisasi. Bila terjadi konflik, pemimpin tim mencoba memeriksa alasan-alasan timbulnya perbedaan dan mencari penyebab utamanya. Pemimpin tim mampu menunjukkan kebutuhan akan saling mempercayai dan saling menghargai di antara sesama anggota tim, juga menghargai pekerjaan. (Pace & Faules, 2006)
d) Gaya santai (country club style). Gaya ini ditandai oleh rendahnya perhatian terhadap tugas dan perhatian yang tinggi terhadap manusia. Ia menghindari terjadinya konflik, tapi bila ini tidak dapat dihindari, ia mencoba untuk melunakkan perasaan orang, dan menjaga agar mereka tetap bekerja sama. Pemimpin ini lebih banyak bersikap menolong daripada memimpin. (Pace & Faules, 2006)
e) Gaya kerja (task style). Gaya ini ditandai oleh perhatian yang tinggi terhadap pelaksanaan kerja tetapi amat kurang memperhatikan manusianya. Bila timbul konflik, pemimpin jenis ini cenderung menghentikannya atau memenangkan posisinya dengan cara membela diri, bekerja pada pendiriannya, atau mengulangi konflik dengan sejumlah argumentasi baru. (Pace & Faules, 2006)
Menurut Blake dan Mouton, gaya tim merupakan gaya kepemimpinan yang paling disukai. Kepemimpinan gaya tim berasumsi bahwa orang akan menghasilkan sesuatu yang terbaik bilamana mereka memperoleh kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang berarti. Serta melibatkan anggota organisasi dalam pengambilan
keputusan, dengan maksud mempergunakan kemampuan mereka untuk memperoleh hasil terbaik yang mungkin dicapai. (Pace & Faules, 2006)
2.2.8 Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (orang yang saling berkomunikasi) (Mulyana, 2014). Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (Rakhmat, 2008) komunikasi efektif akan menimbulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengertian akan sebuah pesan
Penerimaan yang cermat dari isi stimuli, seperti yang dimaksudkan oleh komunikator.
2. Kesenangan
Pada dasarnya komunikasi bukan sekedar penyampaian informasi saja dan membentuk adanya saling pengertian, namun komunikasi juga ditujukan untuk mendapatkan kehangatan dalam interaksi dengan informasi atau pesan yang menyenangkan orang lain.
3. Mempengaruhi sikap & Tindakan
Proses komunikasi sesungguhnya adalah mempengaruhi sikap orang lain. Mempengaruhi orang lain dapat berhasil apabila orang tersebut melakukan tindakan nyata seperti apa yang di inginkan. Tindakan merupakan akumulasi dari proses komunikasi dan ini memerlukan pengetahuan mekanisme faktor-faktor psikologi yang mempengaruhi tindakan seseorang.
4. Hubungan sosial yg baik
Komunikasi ditujukan untuk mencipatakan hubungan sosial yang terbina dengan baik. Pada konteks berserikat dan berasosiasi (inclusion) maka diperlukan komunikasi untuk bisa meneguhkan hubungan antar anggota kelompok. Pada konteks ingin menguasai dan dikuasai (control) maka dibutuhkan pula komunikasi. Sementara itu pada konteks afeksi (affection) yaitu ingin dicintai dan mencintai perlu mutlak komunikasi agar kebutuhan tersebut dapat terungkap.
2.2.9 Hambatan dalam pencapaian komunikasi efektif
Menurut Orbed & Bruess, Hambatan di dalam pencapaian komunikasi efektif dapat terjadi karena beberapa hal. Hal-hal tersebut diataranya ialah:
1. Psikologis
Meliputi semua jenis gangguan yang bersumber dari faktor-faktor psikologis, seperti self-awareness, self-perception, prasangka, motivasi, hambatan mental yang mengganggu kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan.
2. Sosiologis
Hambatan karena status sosial, kedudukan, peran yang berbeda antar pengirim dan penerima pesan. Faktor-faktor ini mengurangi kebebasan berkomunikasi.
3. Antropologis
Melalui hambatan kultural, seperti perbedaan latar belakang budaya, kebiasaan, adat istiadat, dan lain-lain anataa pengirim dan penerima yang mempengaruhi komunikasi (Suryanto, 2015)
2.3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dalam suatu perusahaan. Komunikasi terjadi dan menjadi suatu acuan yang penting di dalam membangun organisasi itu sendiri. Lewat komunikasi itulah terbentuk komunikasi organisasi yang bersifat komunikasi internal, atau terjadi diantara anggota-anggota di dalam organisasi. Komunikasi organisasi itulah yang melahirkan sebuah kebiasaan-kebiasaan, ritual-ritual, nilai serta tradisi yang menjadikan keseluruhannya menajdi sebuah identitas budaya organsisai. Budaya organisasi sendiri dapat dilihat dan diklasifikasikan dari lingkungan usaha atau hal-hal apa yang telah dilakukan yang menjadi sebuah usaha untuk memajukan organisasi, nilai-nilai apa yang dianut, pahlawan atau sosok yang menjadi panutan, ritual atau kebiasaan yang rutin dilakukan, serta jaringan atau alat untuk mengkomunikasikan budaya itu sendiri. Dalam penelitian ini, ingin diketahui apakah komunikasi yang terjadi di dalam organisasi berkaitan dengan budaya, efektif atau
Komunikasi Organisasi Internal
Budaya Organisasi
Ritual Nilai-nilai Pahlawan
Lingkungan Usaha Jaringan
Komunikasi Efektif
Pengertian akan
sebuah pesan Kesenangan
Mempengaruhi sikap & tindakan
Hubungan sosial
Hambatan dalam pencapaian komunikasi efektif
Sumber : Susanto (2008) & Katherine Miller (2012)
Stewart L Tubbs & Sylvia Moss Sumber : Rakhmat (2008)
tidak. Jika efektif maka keseluruhannya akan menghasilkan sebuah pengertian yang sama, kesenangan di dalamnya, mempengaruhi sikap, hubungan sosial yang baik serta tindakan yang sesuai dengan budaya yang dianut tersebut. Selain itupula hambatan akan pencapaian komunikasi juga dibahas dalam peneltitian ini.