• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tabel 1 : Tabel Penelitian Terdahulu. No. Judul Penelitian Temuan Relevansi. Penelitian ini. budaya. pernikahan di.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tabel 1 : Tabel Penelitian Terdahulu. No. Judul Penelitian Temuan Relevansi. Penelitian ini. budaya. pernikahan di."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebagai bahan referensi diambil dari lima judul penelitian terdahulu yang sesuai dengan tema yang diangkat dalam penelitian sekarang. Berikut adalah relevansi penelitian terdahulu dengan penelitian Akulturasi Papua Jawa pada Migran Papua: Tabel 1 : Tabel Penelitian Terdahulu No.. Judul Penelitian. 1. “Akulturasi. Temuan. Budaya Penelitian ini. Relevansi Relevansi. Islam Terhadap Budaya membahas tentang. terdapat. Lokal. jurnal. Pada. Pernikahan Rasanggaro. Adat Akulturasi budaya di Islam terhadap Desa budaya. Manggeasi. Kecamatan. Dompu. Kabupaten. Dompu Provinsi Nusa Tenggara. Barat”,. penelitian ini dilakukan oleh. lokal pada adat pernikahan di Rasanggaro Desa Manggeasi Kecamatan Dompu. Nurhayati.. yang dalam penelitian. terdahulu. dengan. penelitian. yang. akan. dilakukan. adalah. terkait. dengan. kajian. akulturasi serta. budaya proses. akulturasi serta hasil Kabupaten Dompu. Penelitian ini muat di. dari proses tersebut. Propinsi Nusa. naskah publikasi skripsi Tenggara Barat.. 18.

(2) tahun 2016.. Dengan membahas Pokok masalah, bagaimana proses Akulturasi nilai Islam terhadap budaya lokal, bagaimana bentukbentuk akulturasi budaya Islam dan budaya local serta bagaimana titik temu nilai Islam dengan tradisi lokal pada adat pernikahan di Rasanggaro Desa Manggeasi Kecamatan Dompu.. 2. “Akulturasi Betawi. Budaya Penelitian. ini Relevansi. dengan menggambarkan. penelitian terdahulu. Tionghoa:. Studi komunikasi persona dengan. Komunikasi. antar dalam. 19. antara. akulturasi yang. penelitian akan.

(3) budaya pada kesenian pada. kesenian dilakukan. terletak. Gambang Kromong di Gambang Kromong pada ranah kajiaan Perkampungan Betawi, Srengseng. Budaya terjadi. pada. Kelurahan orang-orang. membahas. tentang. Sawah”, Tionghoa mengadu pertemuan. dua. penelitian ini dilakukan nasib. untuk kebudayaan. oleh Ali Abdul Rozik. berdagang Penelitian ini muat di Batavia. orang. di kemudian untuk sebuah. naskah publikasi skripsi berdagang tahun 2008.. saat yang sama, yaitu. –. pada pada orang tersebut.. Belanda.. Karena. menetap. dalam. kurun waktu lama pada. akhirnya. mereka mempelajari pola relasi aturanaturan dan sistem komunikasi Betawi.. orang Dalam. proses komunikasi social. tersebut. masyarakat Tionghoa. mampu. beradaptasi dengan. 20. yang menjadi. akluturasi kebudayaan.

(4) Sosial. Budaya. Betawi. sehingga. tercermin. dalam. kesenian Gambang Kromong tersebut. 3. “Tradisi. Legenanan: Peneilitian. Kajian akulturasi. ini Dalam penelitian ini. terhadap menemukan temuan menunjukkan Islam. dan bahwa. budaya Jawa di Desa alkulturasi. bentuk perbedaan antara kebudayaan. antara. dengan masyarakat. Papua. Kluwih. Kecamatan islam. Bandar. Kabupaten budaya jawa yang dengan masyarakat. Batang Jawa Tengah”, ada. pada. tradisi Kota Malang mulai. penelitian ini dilakukan legenan mulai dari dari segi Bahasa, oleh Mustofa. Penelitian asal ini. muat. di. usul,. hingga norma, dan nilai –. naskah pengaruhnya. nilai yang berada di. publikasi skripsi tahun didalam kehidupan. lingkungan mereka. 2014.. sangatlah. berbeda.. Akan. tetapi. masyarakat. papua. dapat. beradaptasi. sehingga terjadilah akulturasi terhadap budaya mereka.. 21.

(5) 2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Konsep Akulturasi Menurut Suyono, dalam Rumondor (2015: 208) akulturasi merupakan pengambilan atau penerimaan satu atau beberapa unsur kebudayaan yang berasal dari pertemuan dua atau beberapa unsur kebudayaan. yang. saling. berhubungan. atau. saling. bertemu.. Berdasarkan defenisi ini tampak jelas dituntut adanya saling pengertian antar kedua kebudayaan tersebut, sehingga akan terjadi proses komunikasi antar budaya. Selain itu Nardy (2012: 142) menjelaskan “Akulturasi (acculturation atau culturecontact) adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsurunsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri”.. Selanjutnya Hasyim (2011: 34) menjelaskan bahwa akulturasi merupakan perpaduan antara kedua budaya yang terjadi dalam kehidupan yang serasi dan damai. Dapat disimpulkan bahwa akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan atau lebih sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli.Akulturasi menurut Organization for Migration (2004) merupakan adaptasi progresif seseorang, kelompok, atau kelas dari suatu budaya pada elemen-elemen budaya asing (ide, kata-kata, nilai, norma, perilaku).. 22.

(6) Proses. akulturasi. akan. segera berlangsung. saat. seorang. transmigran memasuki budaya lokal. Proses akulturasi akan terus berlangsung selama transmigran mengadakan kontak langsung dengam sistem sosio-budaya lokal. Semua kekuatan akulturatifkomunikasi persona dan sosial, lingkungan komunikasi dan potensi akulturasi mungkin tidak akan berjalan lurus dan mulus, tapi akan bergerak maju menuju asimilasi yang secara hipotesis merupakan asimilasi yang sempurna. Berdasarkan beberapa defenisi akulturasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi merupakan suatu cara yang dilakukan sejak pertama kali melakukan kontak agar dapat beradaptasi dengan kebudayaan baru. Kebudayaan berubah seirama dengan perubahan hidup masyarakat. Perubahan itu berasal dari pengalaman baru, pengetahuan baru, teknologi baru dan akibatnya dalam penyesuaian cara hidup dan kebiasaan kepada situasi baru. Sikap mental dan nilai budaya turut serta dikembangkan guna keseimbangan dan integrasi baru. Tidak setiap perubahan berarti kemajuan. Perubahan di serta kritik, konflik dan pembatalan nilai-nilai lama, lalu menyeleweng dari dari hasil yang telah tercapai, ataupun membawa serta penghalusan warisan kebudayaan dan peningkatan nilai-nilai (Bakkers, 1990: 113). Didalam kebudayaan barat timbullah suatu akselerasi perubahan yang menggemparkan dari dalam. Penemuan daya uap, listrik, suntikan, radio, aviatik, dan enersi nuklir mengubah wajah kebudayaan barat dalam dasawarsa terakhir lebih. Dan pada umumnya. 23.

(7) itu tidak terjadi secara kebetulan, melainkan berkat perencanaan sistematis untuk membuka tabir rahasia alam. Dewasa ini setiap tahun lebih dari 100.000 penemuan yang dituju dan diakui dengan hak oktroi. Semua itu mengakibatkan perubahan dalam bidang ekonomi, sosial, nilai budaya dan pemandangan dunia tanpa adanya kontak yang menyuburkan dengan lingkungan kebudayaan lain. Revolusi research, umpamanya workgroup 2000, berdaya upaya agar penemuanpenemuan semua itu dapat menguntungkan pembinaan kebudayaan kelak. Maka proses mengintegrasikan nilai internasional itu ke dalam kebudayan – kebudayaan lokal tradisional layak disebut akulturasi (Bakkers, 1990: 114). Konsep akulturasi secara luas berkaitan dengan perubahan sikap dan budaya antara dua budaya yang berbeda. Fokusnya adalah pada kelompok individu dan bagaimana minoritas atau kelompok imigran berhubungan dengan masyarakat yang menjadi dominan di daerah itu atau tuan rumah. Identitas etnik dapat dianggap sebagai aspek akulturasi di mana ini dapat di perhatikan pada individu dan bagaimana ia berhubungan dengan kelompoknya sendiri sebagai subkelompok masyarakat yang lebih luas. Akulturasi adalah konsep yang kompleks dan disini terdapat dua model pada akulturasi yaitu model linear dan model dua dimensi. Model linear didasarkan pada asumsi bahwa identitas etnis yang kuat tidak mungkin berada antara mereka yang terlibat dalam masyarakat utama dan akulturasi yang pasti disertai dengan melemahnya identitas etnis.. 24.

(8) Model dua dimensi menunjukkan bahwa baik hal yang berhubungan dengan budaya tradisional atau etnis dan hubungan dengan budaya baru atau dominan memainkan peran penting dalam proses akulturasi. Menggunakan model dua dimensi, JW Berry telah menyarankan bahwa ada empat kemungkinan hasil dari proses akulturasi: asimilasi (gerakan menuju budaya yang dominan), integrasi (sintesis dari dua budaya), penolakan (penegasan kembali budaya tradisional), atau marjinalisasi (keterasingan dari kedua budaya). Demikian pula, Sodowsky dan Plake telah menetapkan tiga dimensi akulturasi: asimilasi, bikulturalisme (kemampuan untuk hidup di dua dunia, dengan tidak melakukan penolakan), dan ketaatan traditionalitas (penolakan dari budaya yang dominan). 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akulturasi Menurut. Redfield. (dalam. Jazilurrahman,. 2019:. 5). mengemukakan bahwa terdapat tiga isu yang dapat diidentifikasi sebagai faktor yang mempengaruhi akulturasi budaya, yaitu kontak, pengaruh timbal balik, dan perubahan. a. Kontak Kontak. merupakan. “pertemuan”. antara. setidaknya. dua. kelompok budaya atau individu yang secara bersama-sama melakukan kontak atau hubungan secara “berkesinambungan” dan “langsung”. Akulturasi dapat dikatakan nyata apabila individu-individu atau kelompok melakukan “interaksi” pada tempat dan waktu yang sama, bukan melalui pengalaman orang. 25.

(9) kedua misalnya saja pengalaman dari orang lain yang pernah mengalami kontak langsung dengan budaya lain atau kontak secara tidak langsung misalnya yaitu kontak atau berkomunikasi melalui surat dengan orang yang berbeda budaya. b. Pengaruh timbal balik Pada teori Redfield ada kalimat yang menyatakan bahwa “mengalami perubahan dalam pola budaya asli salah satu atau kedua kelompok tersebut” memuat maksud bahwa saling mempengaruhi atau dengan kata lain kedua kelompok tersebut melakukan timbal balik. c. Perubahan Perubahan merupakan salah satu aspek penting dalam kontak yang meliputi proses yang dinamis, dan hasil yang mungkin relatif stabil. Hal ini bermaksud bahwa mempelajari akulturasi kita dapat melihat prose situ sendiri, seperti bagaimana perubahan dapat terjadi (pertanyaan mengenai proses), apa yang berubah selama akukturasi (pertanyaan mengenai hasil). 2. Syarat Berhasil Akulturasi Dalam akulturasi ada syarat – syarat yang harus dipenuhi yaitu. syarat. terjadinya. proses. akulturasi. adalah. adanya. persenyawaan (affinity) yaitu penerimaan kebudayaan baru tanpa rasa terkejut, kemudian adanya keseragaman (homogenity), seperti nilai baru yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budaya (Setiawan,dkk. 2017: 9). Soedaerso dalam risca (2016:102). 26.

(10) menyatakan bahwa untuk dapat berhasil dalam akulturasi perlu dipenuhi dengan beberapa syarat. a. Syarat Persenyawaan (Affinity) yaitu penerimaan kebudayaan baru tanpa rasa terkejut. b. Syarat Keseragaman (Homogeneity) yaitu nilai baru yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budayanya. c. Syarat Fungsi yaiut adanya nilai baru yang diserap hanya sebagai kegunaan yang tidak penting atau hanya tampilan. Unsur – unsur asing yang hanya diimport untuk gengsi dan kementerengan, tidak tahan lama. Tetapi jawaban atas soal yang dicari tanpa hasil di dalam segera diasimilir bila didapat di luar. d. Syarat Seleksi yaitu adanya pertimbangan yang matang dalam memilih kebudayaan asing yang datang. 3. Jenis-Jenis Akulturasi Terdapat tiga jenis dari akulturasi (Bogardus dalam Jazilurrahman, 2019: 6) yaitu: a. Blind acculturation. Akulturasi jenis ini terjadi ketika orangorang dengan budaya yang berbedaa tinggal secara berdekatan satu sama lain dan pola-pola budaya dipelajari secara tidak sengaja. b. Imposedacculturation. Akulturasi jenis ini terjadi ketika terdapat unsur pemaksaan pada posisi suatu budaya oleh budaya lain.. 27.

(11) c. Democraticacculturation. Akulturasi jenis ini terjadi ketika representasi tiap budaya menghormati budaya lainnya 2.2.2 Kebudayaan Kita seringkali mendengar kata budaya dan kebudayaan dalam kehidupan kita dan tanpa kita sadari terkadang kita juga melakukan sebuah budaya dilingkungan kita. Manusia adalah pelaku kebudayaan, ia menjalankan kegiatannya untuk mencapai sesuatu yang berharga baginya, dan demikian kemanusiaannya lebih nyata. Pengertian kebudayaan menurut para ahli ada bermacam-macam salah satunya seperti yang diungkapkan oleh koentjaraningrat dalam suratman, dkk (2013: 32) yang mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar. Sedangkan menurut Herkovits kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia. Dengan demikian kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non-material. Terciptanya kebudayaan adala sebagian hasil interaksi antara manusia dengan segala isi alam raya ini. Manusia memiliki kemampuan daya yaitu akal, intelegensi, dan intuisi, perasaan dan emosi, kemauan, fantasi, dan perilaku. Dengan sumber-sumber. kemapuan. daya. manusia. tersebut,. manusia. menciptakan kebudayaan. Ada hubungan dealektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu juga produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena. 28.

(12) ada manusia sebagai penciptanya dan manusia dapat hidup di tengan kebudayaan yang mereka buat. Kebudayaan memiliki unsur-unsur di dalamnya. Menurut Koentjaraningrat (dalam Sumarto, 2019: 151), istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut yaitu: 1. Sistem Bahasa Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan. manusia. dalam. menciptakan. pemahaman. membangun. tentang. tradisi. fenomena. budaya,. sosial. yang. diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia. 2. Sistem Pengetahuan Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia. tentang. berbagai. 29. unsur. yang. digunakan. dalam.

(13) kehidupannya. Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musimmusim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciri ciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. 3. Sistem Sosial Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial dalam kehidupannya. 4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami. 30.

(14) kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik. 5. Sistem Mata Pencaharian Hidup Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. 6. Sistem Religi Asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi dari pada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa diluar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.. 31.

(15) 7. Sistem Kesenian Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat. Sementara itu Melville J. Herkovits mengajukan unsur-unsur kebudayaan yang terangkum dalam empat unsur: Alat-alat teknologi, Sistem Ekonomi, Keluarga dan Kekuasaan politik. Dalam pemakaian sehari-hari, orang biasanya mensinonimkan definisi budaya dengan tradisi (tradition). Tradisi, dalam hal ini, diartikan sebagai ide-ide umum, sikap dan kebiasaan dari masyarakat yang nampak dari perilaku sehari-hari yang menjadi kebiasaan dari kelompok dalam masyarakat tersebut. Padahal budaya dan tradisi itu berbeda. Budaya dapat memasukkan ilmu pengetahuan ke dalamnya, sedangkan tradisi tidak dapat memasukkan ilmu pengetahuan ke dalam tradisi tersebut. 3 Landasan Teori 1. Kerangka Kerja Akluturasi John Berry mengungkapkan kerangka kerja yang mendasari serta menghubungkan akulturasi pada tingkat kultural dan akulturasi pada. 32.

(16) tingkat psikologis. Akulturasi pada tingkat kultural merupakan suatu bentuk akulturasi dimana perubahan terjadi pada tingkat kelompok. Perubahan – perubahan tersebut terlihat baik secara fisik, biologis, politik, ekonomi, dan budaya (Berry, 1991). Pada tingkat kultural kita perlu memahami hal utama dari kedua kelompok budaya selama periode mereka melakukan kontak, sifat hubungan antara keduanya, dan hasil dari perubahan yang terjadi pada kedua kelompok tersebut. Akulturasi pada tingkat psikologis merupakan suatu bentuk akulturasi dimana perubahannya terjadi pada tingkat individu. Perubahan – perubahan tersebut mencangkup perubahan perasaan, perilaku, dan kognitif (ward, 2001). Pada tingkat psikologis kita harus mempertimbangkan perubahan pesikologi pada individu di dalam suatu kelompok, dan akhirnya adaptasi mereka terhadap situasi baru. Perubahan tersebut dapat terlihat pada perubahan perilaku misalnya seperti perubahan gaya bicara, cara berpakaian, cara makan, dan pada identitas budayanya, atau jika terjadi suatu permasalahan maka akan menghasilkan. stress. akulturasi. misalnya. seperti. ketidak. pastian,. kecemasan, depresi, bahkan psikopatologi (Al-Issa & Tousignant, 1997). Adaptasi utamanya dapat bersifat internal, psikologis, ataupun sosial budaya, yang menghubungkan individu dengan yang lainnya pada kelompok yang baru. 2.. Konstruksi Sosial (Peter L. Berger dan Thomas Luckman) Menurut Berger dan Luckman (2013:176), terjadinya dialektika antara indivdu menciptakan masyarakat begitu juga sebaliknya, masyarakat. 33.

(17) menciptakan individu. Terdapat 3 proses terjadinya dialektika ini, antara lain melalui eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. 3 tahapan tersebut disebut oleh Berger sebagai momen. Tahapan pertama, eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau mengekspresikan diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Manusia akan selalu mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada. Manusia tidak dapat kita mengerti sebagai ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha menangkap dirinya, dalam proses inilah dihasilkan suatu dunia dengan kata lain, manusia menemukan dirinya sendiri dalam suatu dunia. Tahapan kedua adalah objektivasi, yaitu tahapan dimana hasil telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Lewat proses objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu realitas suigeneris. Hasil dari eksternalisasi kebudayaan itu misalnya, manusia menciptakan alat demi kemudahan hidupnya atau kebudayaan non-materiil dalam bentuk bahasa. Baik alat tadi maupun bahasa adalah kegiatan ekternalisasi manusia ketika berhadapan dengan dunia, ia adalah hasil dari kegiatan manusia. Setelah. dihasilkan,. baik. benda. atau. bahasa. sebagai. produk. eksternalisasi tersebut menjadi realitas yang objektif. Bahkan ia dapat menghadapi manusia sebagai penghasil dari produk kebudayaan. Kebudayaan yang telah berstatus sebagai realitas objektif, ada diluar kesadaran manusia, ada “di sana” bagi setiap orang. Realitas objektif itu. 34.

(18) berbeda dengan kenyataan subjektif perorangan. Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa dialami oleh setiap orang. Tahapan ketiga adalah internalisasi. Proses internalisasi lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas diluar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Akulturasi adalah sebagai salah satu bentuk proses sosial yang erat kaitanya dengan pertemuan dua kebudayaan atau lebih yang kemudian timbulah saling mempengaruhi sehingga kebudayaan mereka mengalami perubahan bentuk. Relevansi teori Berger adalah ketika masyarakat membentuk sebuah konstruksi sosial yang kemudian merubah kebudayaan migran sehingga menciptakan akluturasi. Masyarakat migran sebagai minoritas disuatu wilayah yang memiliki kebudayaan yang mereka bawa dari tempat asal yang bertemu dengan kebudayaan lokal membuat kebudayaan lokal tersebut mengkonstruksi pemikiran mereka yang kemudian menimbulkan perubahan terhadap sikap atau perilaku mereka yang kemudian mengalami perubahan bentuk akan tetapi tidak menghilangkan kebudayaan lama mereka. Jika dikaitkan dengan realitas atau fenomena migran Papua yang berada di Kota Malang adalah terdapat sebuah relevansi terhadap hal itu, Masyarakat Migran Papua yang berada di Kota Malang harus beradaptasi dengan lingkungan. 35.

(19) baru mereka, seperti berbicara dengan bahasa daerah serta sikap dalam bermasyarakat. Pemahaman atau penafsiran yang langsung dari suatu peristiwa obyektif sebagai pengungkapan suatu makna yang artinya, migran papua yang mengalami proses - proses subyektif seperti pemahaman Bahasa dan tingkah laku terhadap orang lain yang ada di sekitar mereka yang dengan demikian menjadi bermakna secara subjektif bagi migran Papua itu sendiri (Berger & Luckmann, 2013: 177). Analisis fakta – fakta sementara di lapangan berdasarkan teori konstruksi sosial dengan 3 tahapan yaitu eksternalisasi, objektifasi, dan internalisasi. Pertaama tahap eksternalisasi yaitu ketika migran Papua mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya dimana banyak sekali hal – hal yang atau kebudayaan baru yang belum pernah mereka ketahui. Secara tidak langsung mereka harus membiasakan diri dengan lingkungan yang ditempatinya dengan tujuan menyesuaikan diri, termasuk mengikuti peraturan, serta norma-norma yang ada di dalam masyarakat, misalnya migran Papua mulai berbincang dengan masyarakat sekitar, mulai membaur dengan lingkungan. Kedua tahap objektivasi yaitu tahapan ini merupakan proses inti dimana seseorang dilatih atau sedikit dipaksa untuk mengikuti kebiasaan agar terbiasa melakukan tanpa paksaan. Dalam tahapan ini tentunya melibatkan interaksi sosial masyarakat lokal dengan migran Papua. Hubungan interaksi sosial migran Papua terjadi melalui beberapa hal, salah satunya melalui diri (selft) dan institusional. Dalam berinteraksi mereka dapat. 36.

(20) melakukan tindakan selanjutnya dan dimasa yang akan datang. Interaksi dan tindakan sosial yang di lakukan migran Papua terhadap masyarakat lokal dapat terjadi melalui diri dan dapat terjadi dalam proses pembiasaan (habitualisasi). Misalnya berbicara dengan Bahasa lokal secara berulang – ulang yang kemudia menjadikan migran tersebut terbiasa menggunakan Bahasa itu di dalam lingkungan sosial mereka. Ketiga yaitu tahapan internalisasi dimana pada tahapan ini proses memahami dan menyatukan diri dari dua tahap sebelumnya tercapai dengan baik dan mampu terlakukan sehingga migran Papua dapat mengetahui bagaimana segala tindakan atau perilaku yang harus di lakukannya. Seperti tata berbahasa dengan orang yang lebih tua yang tadinya mereka belum memahami bagaimana berbicara dengan orang yang lebih tua sekarang mereka lebih tau bagaimana harus bersikap atau mengapikasikannya dalam kehidupan sehari - hari.. 37.

(21)

Gambar

Tabel 1 : Tabel Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Akulturasi merupakan perpaduan antara dua kebudayaan yang berbeda tanpa menghilangkan kebudayaan yang lama, yang beradaptasi dengan budaya lokal seperti varian Islam

Menurut SAK ETAP tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi menyangkut laporan keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan. Tujuan

Rangkuti (2013:20) menjelaskan bahwa “Analisis SWOT adalah proses analisis faktor-faktor strategis perusahaan kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness), peluang

Variabel bebas lingkungan kerja (X2) menggunakan teori Sedarmayanti (2001) dengan indikator lingkungan kerja fisik yang meliputi semua keadaan berbentuk fisik di sekitar tempat

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa otonomi daerah dapat diartikan sebagai wewenang yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah baik

Pada variabel independen keselamatan dan kesehatan kerja menurut Mangkunegara (2002:163) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa urutan kriteria yang digunakan dalam strategi operasi adalah kualitas, biaya, fleksibilitas, dan pengiriman.. Haleem et

Untuk bisa mendapatkan layanan dari Pegadaian Syariah, masyarakat hanya cukup menyerahkan harta bergerak ( emas, berlian, kendaraan, dan lain-lain) untuk dijadikan jaminan