9
KAJIAN PUSTAKA
2.1 State of the Art
Nama Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbandingan
Bangun, Wilson 2008 Budaya Organisasi : Dampaknya Pada Peningkatan Daya Saing Perusahaan (Jurnal Manajemen, Vol.8, No.1)
Budaya korporat akan berpengaruh terhadap keunggulan bersaing perusahaan dan merupakan faktor kunci untuk menentukan keberhasilan perusahaan dalam menggungguli pesaingnya. Budaya
korporat yang kuat akan dapat berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan, yang berarti dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Objek penelitian Bangun adalah perusahaan secara general, sedangkan
penelitian kali ini objek penelitiannya spesifik, yaitu PT Quantum Asia Corpora atau AsiaPR yang merupakan konsultan PR.
Rahayu, Wening Patmi 2009 Karakteristik Budaya dan Manajemen Bisnis Korea (Jurnal Ekonomi Bisnis Vol.14, No.1) Perusahaan Korea dalam melakukan kegiatan bisnis lebih
menekankan pada pendekatan sumber
daya manusia, sehingga hal ini dapat
menurunkan tingkat turn over dan PHK
karyawan. Selain pendekatan sumber daya manusia yang digunakan pada perusahaan Korea juga menerapkan prinsip senioritas. Artinya karyawan bersikap patuh terhadap para senioritas dan atasan
sedangkan bawahan pada kelompoknya. Penentuan tingkat kesejahteraan karyawan juga mempertimbangkan prinsip senioritas. Karakteristik praktek-praktek manajemen Korea merupakan ciri-ciri yang unik dari kebudayaan organisasi pada Penelitian terdahulu membahas tentang budaya dan manajemen bisnis di perusahaan Korea, sedangkan penelitian kali ini membahas tentang budaya dan manfaat
budaya organisasi di perusahaan konsultan yang
terdapat di Indonesia.
perusahaan-perusahaan Korea dan sangat dipengaruhi oleh kebudayaan tradisional sebagai
sari dari sistem keluarga tradisional.
Wandrial, Son 2012 Budaya Organisasi (Organizational Culture), Salah Satu Sumber Keunggulan Bersaing Perusahaan di Tengah Lingkungan yang Selalu Berubah (Binus Business Review Vol.3 No.1) Budaya organisasi dapat dijadikan sebagai sumber keunggulan bersaing perusahaan dalam menghadapi lingkungan yang terus berubah. Banyak contoh kasus
dari kesuksesan atau kegagalan sebuah perusahaan yang bersumber dari budaya organisasi yang mereka terapkan, Enron adalah salah satu
contoh dari perusahaan yang menerapkan budaya yang salah di perusahaan, sehingga Metode yang digunakan dalam penelitian Wandrial menggunakan studi kasus, sedangkan penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pembahasan penelitian mengenai konsep manajemen strategi, adaptasi perubahan lingkungan, dan budaya, sedangkan
penelitian kali ini membahas mengenai proses
terbentuknya budaya, unsur pembentuk budaya, fungsi, dan manfaat
membuat perusahaan tersebut harus tutup. Google adalah salah
satu contoh perusahaan yang sukses karena menerapkan budaya yang adaptif. dari budaya organisasi. Dong, Wang ; Zhongfeng, Su ; Dongtao, Yang 2011 Organizational Culture and Knowledge Creation Capability (Journal of Knowledge Management, Vol.15, No.3 Budaya organisasi memainkan peran penting dalam kemampuan penciptaan pengetahuan. Khususnya, kolektivisme memiliki dampak positif pada kemampuan penciptaan pengetahuan, sementara jarak kekuasaaan dan penghindaran ketidakpastian memiliki dampak negatif. Penelitian terdahuu bertujuan untuk menyelidiki dampak dari budaya
organsiasi pada kemampuan
penciptaan pengetahuan,
sedangkan penelitian kali ini ingin mencari tahu bagaimana budaya organisasi yang terdapat di dalam suatu perusahaan dan bagaimana manfaatnya.
Iglesias, Oriol ; Sauquet, Alfons ; Montana, Jordi The Role of Corporate Culture in Relationship Marketing (European Journal of Marketing, Vol. 45 No. 14)
Dua nilai kunci bersama yang diperlukan untuk
menempatkan hubungan pemasaran dengan sukses adalah orientasi klien dan
perhatian tingkat tinggi kepada karyawan. Selain itu,
enam nilai bersama (kepercayaan, komitmen, kerja tim, inovasi, fleksibilitas, dan orientasi hasil)
juga memfasilitasi pengembangan dari orientasi hubungan pemasaran. Penelitian Iglesias, Sauquet, dan Montana yang berjudul The Role
of Corporate Culture in Relationship of Marketing membahas tentang peran budaya organisasi dalam hubungannya dengan marketing, sedangkan penelitian kali ini
tidak membahas membahas mengenai pemasaran, tetapi menganalisis mengenai budaya organisasi dan manfaatnya bagi perusahaan.
2.2 Teori Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah nilai-nilai yang menjadi pedoman bagi sumber daya manusia dalam menjalankan kewajiban dan perilakunya di dalam organiasi. Nilai-nilai tersebut akan memberi jawaban apakah suatu tindakan benar atau salah, apakah suatu perilaku dianjurkan atau tidak, sehingga berfungsi sebagai landasan untuk berperilaku (Uha, 2013:3). Budaya organisasi menjadi pegangan atau pedoman bertindak atau berperilaku bagi karyawan di organisasi atau perusahaan. Budaya organisasi mencakup nilai-nilai, aturan yang dijadikan sebagai pedoman berperilaku bagi karyawannya.
Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (Hanggraeni, 2011:150) mendefinisikan budaya organisasi sebagai sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi, dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
Cushway dan Lodge (Hanggraeni, 2011:150) mendefinisikan budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Budaya organisasi dijadikan pedoman oleh setiap individu di dalam organisasi ketika bertindak dan berpikir dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut Davis dan Moeljono (Uha, 2013:8), setiap organisasi memiliki makna tersendiri terhadap kata budaya itu sendiri, antara lain identitas, ideologi, etos, pola eksistensi, aturan, pusat kepentingan, filosofi tujuan, spirit, sumber informasi, gaya, visi, dan cara. Budaya organisasi memiliki arti yang berbeda bagi setiap organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu, budaya organisasi memberikan kekhasan bagi sebuah organisasi atau perusahaan.
Kotter dan James L. Heskett (Uha, 2013:55) menyatakan bahwa budaya perusahaan adalah seperangkat nilai, norma, persepsi, dan pola perilaku yang diciptakan atau dikembangkan dalam sebuah perusahaan untuk mengatasi berbagai masalah, baik masalah adaptasi secara eksternal maupun masalah integrasi secara internal.
Sedangkan, Robbins (Tika, 2012:6) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah sekumpulan sistem nilai yang diakui dan dibuat mengacu kepada sistem makna bersama yang dianut oleh anggota di dalam organisasi yang membedakan organisasi itu dari organisasi lain.
Budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap perilaku, cara kerja, dan motivasi para manajer dan bawahannya untuk mencapai kinerja organisasi (Ernawan, 2011:79).
Dari definisi mengenai budaya organisasi menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah nilai-nilai, ideologi, pola perilaku, teladan, kebiasaan, pedoman, keyakinan yang diyakini oleh seluruh anggota organisasi di dalam suatu perusahaan yang berpengaruh pada cara berpikir, berperasaaan, dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu, cara kerja dan motivasi seluruh anggota perusahaan untuk mencapai kinerja perusahaan, serta memberikan identitas yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi atau perusahaan lainnya. Budaya organisasi diciptakan dengan tujuan untuk mengatasi masalah secara eksternal maupun internal yang terjadi pada perusahaan. Budaya organisasi merupakan pedoman bagi perusahaan dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi.
2.2.1 Fungsi utama budaya organisasi
Budaya organisasi sebuah perusahaan memiliki beberapa fungsi atau kegunaan utama, yaitu (Tika, 2012:14-16):
1. Sebagai pembeda terhadap lingkungan, organisasi, maupun kelompok lain
Budaya organisasi memberikan identitas atau ciri yang membedakan satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hal ini dikarenakan budaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya berbeda-beda, Hal ini tentunya memberikan kekhasan atau identitas yang membedakan perusahaan tersebut.
Budaya organisasi akan membentuk sense of belonging dan loyalitas terhadap sesama karyawan. Pemahaman yang baik dari setiap individu mengenai budaya organisasi akan membuat karyawan lebih dekat karena memiliki visi, misi, tujuan bersama yang akan dicapai.
3. Mempromosikan stabilitas sistem sosial
Digambarkan dalam lingkungan kerja yang positif dan kondusif, dan konflik serta perubahan dilakukan dengan efektif.
4. Sebagai mekanisme kontrol
Budaya organisasi mengendalikan dan mengarahkan karyawan ke arah yang sama untuk mencapai visi, misi, dan tujuan perusahaan. Seluruh kegiatan di perusahaan akan berjalan lancar dan perusahaan akan cepat mencapai visi, misi, dan tujuan apabila perusahaan mampu mengendalikan dan mengatur karyawannya untuk bekerja secara efektif dan efisien.
5. Sebagai integrator
Budaya organisasi dapat dijadikan sebagai alat pemersatu subbudaya di dalam organisasi dan karyawan yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda.
6. Membentuk perilaku para karyawan
Fungsi budaya organisasi dimaksudkan agar karyawan memahami cara untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan mengetahui apa yang ingin dicapai oleh perusahaan, karyawan akan bekerja lebih terarah.
7. Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah di dalam organisasi Budaya organisasi dapat digunakan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah di dalam perusahaan atau organisasi, seperti masalah adaptasi lingkungan.
8. Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan
Budaya organisasi juga berfungsi sebagai acuan dalam penyusun perencanaan pemasaran, segmentasi pasar, penentuan positioning. 9. Alat komunikasi
Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi antara pimpinan dan karyawan, karyawan dan pimpinan, dan seluruh anggota di dalam organisasi.
10. Penghambat berinovasi
Budaya organisasi tidak selalu memberikan unsur positif bagi perusahaan. Budaya organisasi juga memiliki unsur negatif.
“Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai penghambat berinovasi apabila perusahaan tidak mampu mengatasi masalah yang berkaitan dengan lingkungan eksternal dan integrasi internal, perubahan-peerubahan yang terjadi di lingkungan tidak cepat dilakukan adaptasi oleh pimpinan orrganisasi, dan pemimpin yang masih berorientasi pada kebesaran masa lalu.” (Tika, 2012:16)
Untuk mencegah agar budaya organisasi tidak menjadi penghambat dalam berinovasi, pemimpin perlu menyesuaikan budaya organisasi yang ada dengan perkembangan yang ada di masyarakat. Namun, tetap harus memperhatikan kesesuaian antara budaya organisasi dengan perusahaan itu sendiri. Apabila budaya organisasi tersebut tidak sesuai, maka akan menimbulkan masalah baru terhadap perusahaan tersebut.
Dari penjelasan di atas mengenai fungsi budaya organisasi bagi perusahaan dapat disimpulkan bahwa budaya yang dimiliki oleh perusahaan atau organisasi berfungsi sebagai pemberi identitas bagi perusahaan. Budaya organisasi juga berfungsi sebagai perekat antar seluruh anggota perusahaan dan mempromosikan stabilitas sistem sosial yang ditandai dengan lingkungan kerja yang kondusif dan penyelesaian terhadap konflik, serta perubahan dilakukan secara efektif. Selain itu, budaya organisasi juga berfungsi mengendalikan dan mengarahkan karyawan pada pencapaian visi, misi, dan tujuan dari perusahaan. Budaya organisasi berfungsi sebagai integrator pemersatu subbudaya dan karyawan yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda, membentuk perilaku karyawan, sebagai sarana untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di perusahaan, sebagai acuan untuk menyusun perencanaan atau strategi perusahaan, sebagai alat komunikasi antar seluruh anggota organisasi. Budaya organisasi juga berfungsi sebagai penghambat berinovasi dalam suatu perusahaan, yang dimana hal ini dapat terjadi apabila perusahaan tidak
mampu mengatasi masalah yang berkaitan dengan lingkungan eksternal dan integrasi internal, pemimpin perusahaan tidak cepat beradaptasi dengan lingkungan, dan orientasi pemimpin terhadap kebesaran masa lalu.
2.2.2 Manfaat budaya organisasi
Berikut adalah manfaat dari budaya organisasi bagi perusahaan atau organisasi (Uha, 2013:15,80):
1. Membantu mengarahkan sumber daya manusia dalam pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi. Budaya organisasi merupakan pedoman yang diyakini oleh seluruh karyawan di dalam organisasi yang mengarahkan karyawan tersebut pada pencapaian visi, misi, dan tujuan perusahaan.
2. Meningkatkan kekompakan tim di dalam organisasi, sehingga mampu menjadi perekat dalam mengikat anggota organisasi.
3. Membentuk perilaku staf dengan mendorong percampuran core values dan perilaku yang diinginkan.
4. Meningkatkan motivasi staf, sehingga organisasi dapat memaksimalkan potensi karyawan dan memenangkan kompetisi. 5. Memperbaiki perilaku dan motivasi sumber daya, sehingga
meningkatkan kinerja karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. 6. Menurunkan tingkat turnover karyawan.
7. Dapat membuat program pengembangan usaha dan pengembangan sumber daya manusia dengan dukungan penuh dari seluruh jajaran sumber daya manusia.
Dari beberapa manfaat di atas, bisa dilihat bahwa budaya organisasi memberikan beragam manfaat, tidak hanya bagi perusahaan tapi juga karyawan. Manfaat yang diperoleh organisasi dalam penerapan budaya organisasi berbeda-beda, tergantung dari kesesuaian budaya tersebut dengan perusahaan. Manfaat-manfaat tersebut tidak dapat dirasakan secara langsung atau dalam waktu yang singkat, melainkan dalam jangka waktu middle atau long term.
2.2.3 Unsur-unsur pembentuk budaya organisasi
Budaya sebuah organisasi terbentuk dari beberapa unsur. Menurut Deal & Kenedy, terdapat 5 unsur pembentuk budaya organisasi (Tika, 2012:16): 1. Lingkungan usaha
Lingkungan usaha merupakan salah satu unsur penting yan dapat menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memberikan respon atau tanggapan yang tepat terhadap peluang dan tantangan di lingkungan. Lingkungan usaha menentukan apa yang harus dilakukan perusahaan untuk dapat mencapai kesuksesan. Lingkungan usaha meliputi produk yang dihasilkan, pesaing, pelanggan, pemasok, teknologi, kebijakan pemerintah, dll. Sehubungan dengan hal itu, perusahaan harus mengambil tindakan untuk mengatasi atau memberikan respon terhadap peluang dan tantangan tersebut, misalnya menetapkan kebijakan penjualan, penemuan baru, atau pengelolaan biaya.
2. Nilai-nilai
Nilai-nilai merupakan konsep dasar dan kepercayaan dari sebuah organisasi. Nilai-nilai menitikberatkan pada suatu keyakinan untuk mencapai kesuksesan. Nilai-nilai berfungsi sebagai pedoman bagi karyawan dan perusahaan untuk lebih menghayati mengenai hal apa yang baik, kurang baik, penting, kurang penting, apa yang benar dan tidak benar. Setiap perusahaan memiliki nilai-nilai inti sebagai pedoman berpikir dan bertindak yang dianut dan diyakini oleh setiap individu yang ada di dalam perusahaan demi mencapai kesuksesan perusahaan.
3. Pahlawan
Pahlawan merupakan tokoh atau orang yang dipandang berhasil dalam mewujudkan nilai-nilai budaya di dalam kehidupan nyata. Pahlawan merupakan sosok idola yang dijadikan panutan dan tempat
karyawan mencari petunjuk apabila mengalami masalah di dalam perusahaan. Pahlawan juga merupakan sosok orang yang mampu menumbuhkan idealisme dan memberikan semangat bagi karyawan. Pahlawan bisa berasal dari pendiri perusahaan, manajer, kelompok organisasi, maupun perorangan. Pahlawan dapat lahir atau muncul secara alami, namun juga dapat dibuat oleh peristiwa-peristiwa tak terlupakan yang terjadi di dalam organisasi (Tika, 2012:17).
4. Ritual
Ritual merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai utama suatu perusahaan. Rangkaian kegiatan tersebut tentunya dinilai atau dianggap baik oleh suatu perusahaan, sehingga kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang. Contoh ritual di dalam perusahaan adalah pemberian penghargaan kepada karyawan berprestasi atau berjasa bagi perusahaan.
5. Jaringan budaya
Jaringan budaya merupakan jaringan komunikasi informal yang pada dasarnya merupakan saluran komunikasi primer yang berfungsi untuk menyalurkan informasi dan memberikan makna terhadap infromasi. Melalui jaringan komunikasi informal ini, kehebatan perusahaan diceritakan dari waktu ke waktu. Jaringan komunikasi informal dapat dilakukan melalui orang-orang yang pandai bercerita, mata-mata, tukang gossip, atau sebagainya.
2.2.4 Level budaya organisasi
Schein (Tika, 2012:22-23), membagi budaya organisasi ke dalam beberapa level atau tingkatan, yaitu:
1. Artifak – hal-hal yang dilihat, didengar, dirasakan ketika seseorang berhubungan dengan kelompok baru dengan budaya yang tidak dikenalnya. Artifak termasuk produk, jasa, sejarah organisasi, tingkah laku anggota kelompok, dan cara berpakaian.
2. Nilai-nilai – solusi yang diciptakan oleh seorang pemimpin perusahaan dengan maksud memecahkan masalah rutin yang terjadi pada perusahaan. Nilai-nilai dapat mencerminkan falsafah, misi, tujuan, standar, dan larangan yang berlaku di suatu perusahaan.
3. Asumsi dasar – adalah keyakinan yang dianggap sudah ada oleh anggota organisasi dan merupakan bagian budaya yang paling utama. Di dalam asumsi dasar terdapat petunjuk yang harus dipatuhi oleh anggota organisasi yang mencakup perilaku nyata, termasuk menjelaskan kepada kelompok bagiamana merasakan, memikirkan segala sesuatu. Asumsi dasar mencakup hubungan dengan lingkungan, hakikat mengenai kenyataan, waktu dan ruang, hakikat menganai sifat manusia, hakikat mengenai aktivitas manusia, dan hakikat mengenai hubungan manusia. Asumsi dasar menunjukkan apa yang dipercayai oleh anggota sebagai kenyataan dan mempengaruhi apa yang mereka alami, pikirkan, dan rasakan (Sopiah, 2008:132).
Visible organizational structures and processes (hard to decipher)
Strategist, goals, philosophies (espoused justifications)
Unconscious, taken-for-granted beliefs, perceptions, thoughts, and feeling (ultimate source of values and action)
Gambar 2.1 Level Budaya Organisasi
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa tingkatan (level) budaya organisasi terbagi menjadi tiga tingkatan. Tingkatan pertama adalah artifacts, yang merupakan budaya yang langsung dapat dilihat dan dirasakan ketika
ARTIFACTS
ESPOUSED VALUES
BASIC UNDERLYING ASSUMPTIONS
berhubungan dengan suatu kelompok. Tingkatan kedua adalah espoused values, yang merupakan nilai-nilai yang diciptakan oleh pemimpin perusahaan untuk mendukung pencapaian visi, misi, dan tujuan dari perusahaan atau organisasi. Terakhir, basic underlying assumptions, yaitu keyakinan atau asumsi dasar yang dianggap sudah ada oleh anggota organisasi dan didalamnya terdapat petunjuk yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota organisasi, seperti hubungan dengan lingkungan.
2.2.5 Proses terbentuknya budaya organisasi
Gambar 2.2 Proses Terbentuknya Budaya Organisasi
Budaya yang terdapat di dalam suatu organisasi diciptakan oleh pendiri organisasi. Tujuannya adalah untuk mendukung pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi. Budaya organisasi diciptakan oleh pendiri perusahaan atau organisasi dengan melalui berbagai tahapan dan proses yang panjang. Terdapat beberapa tahapan dalam pembentukan budaya organisasi sebuah perusahaan (Ernawan, 2011:77):
1. Tahap pertama, budaya organisasi diciptakan berdasarkan latar belakang dan keyakinan atau kepercayaan, dan ideologi yang ditetapkan oleh pendiri. Budaya tersebut diciptakan oleh pendiri perusahaan atau organisasi dengan melalui berbagai tahapan dan proses yang panjang. 2. Proses seleksi anggota organisasi untuk mencari kesesuaian antara
nilai-nilai individu dengan filosofi organisasi. Kesesuaian antara nilai-nilai individu Filsafat dari pendiri organisasi Kriteria Seleksi Sosialisasi Manajemen Puncak Budaya Organisasi
dengan filosofi organisasi penting untuk diperhatikan agar penerapan budaya organisasi dapat berjalan optimal dan dapat mendukung pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi. Ketidaksesuaian budaya organisasi dengan perusahaan berisiko menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan tersebut.
3. Kemudian, melalui manajemen puncak, sistem nilai perusahaan tersebut akan disosialisasikan dan apabila sistem nilai tersebut diterima dan berjalan dengan baik, maka akan terbentuk budaya organisasi.
2.3 Konsultan Public Relations
Sekarang ini, keberadaan divisi public relations (PR) atau humas di perusahaan besar khususnya memiliki kontribusi penting dalam mencapai tujuan perusahaan. Pada perusahaan besar dan terkenal, peran humas sangat dibutuhkan dalam hal berkomunikasi dengan lingkungan luar, misalnya untuk menarik perhatian masyarakat dan media massa, meningkatkan citra perusahaan, dan meningkatkan penjualan produk. Namun, tidak semua perusahaan memiliki divisi public relations tersendiri. Terdapat dua cara yang dapat dilakukan perusahaan yang membutuhkan keberadaan konsultan public relations untuk, yakni membangun divisi PR/humas internal atau menyewa jasa konsultan PR. Pentingnya keberadaan humas disadari betul oleh perusahaan-perusahaan konsultan yang menawarkan jasa untuk membantu kegiatan kehumasan. Untuk perusahaan yang tidak memiliki divisi PR akan sangat terbantu dengan adanya kehadirian konsultan PR yang mudah dicari sekarang ini.
2.3.1 Kelebihan konsultan PR
Walaupun perusahaan sudah memiliki divisi Public Relations internal, namun saat ini masih banyak perusahaan yang menggunakan jasa konsultan PR untuk mendukung dan memperkuat kegiatan kehumasan perusahaan tersebut. Kelebihan menggunakan jasa konsultan PR atau humas dibanding PR internal menurut Morissan (2008:81-83), yaitu PR konsultan bersikap lebih objektif, memiliki wawasan yang lebih luas, kemampuan berbicara, dan memulis yang lebih baik, serta memiliki jaringan atau network yang lebih luas.
Adakalanya perusahaan lebih suka menggunakan jasa konsultan PR karena mampu memberikan pandangan yang lebih objektif mengenai situasi perusahaan. Hal ini penting bagi perusahaan untuk membuat perencanaan atau strategi perusahaan ke depannya. PR konsultan memiliki pengalaman lebih daripada PR internal karena PR konsultan menangani klien dari berbagai perusahaan, sehingga pengalaman dan pengetahuan PR konsultan lebih luas dibandingkan dengan PR internal yang hanya menangani masalah kehumasan di satu perusahaan. Konsultan PR juga memiliki jaringan yang lebih luas karena konsultan PR menangani berbagai macam klien, sehingga otomatis jaringan yang dimiliki lebih luas karena memiliki hubungan dengan berbagai perusahaan yang pernah ditangani.
2.3.2 Kekurangan konsultan PR
Memilih untuk menggunakan jasa konsultan PR tidak selalu memberikan keuntungan kepada perusahaan. Terdapat beberapa kelemahan apabila perusahaan atau organisasi memilih untuk menggunakan jasa konsultan PR (Morissan, 2010:83), yang pertama adalah keterbatasan informasi. Konsultan humas tidak memiliki informasi yang mendalam mengenai perusahaan. Hal ini akan sedikit menyulitkan dibandingkan memiliki divisi PR internal yang lebih mengetahui informasi mengenai perusahaan. Kedua adalah masalah budgeting, biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan relatif lebih besar dibandingkan jika perusahaan memiliki divisi PR sendiri. Selain itu, apabila terjadi penambahan jam kerja, maka otomatis gaji konsultan PR juga bertambah. Ketiga adalah masalah waktu, konsultan PR tidak selalu ada ketika dibutuhkan. Ini dikarenakan konsultan PR memiliki periode kerja, setelah periode kerja tersebut berakhir dan tidak diperpanjang, otomatis perusahaan tidak memiliki konsultan PR. Terakhir, masalah fokus pekerjaan, berkaitan dengan banyaknya klien yang ditangani. Umumnya, konsultan PR tidak hanya menangani satu klien saja, konsultan PR dapat menangani beberapa klien sekaligus dalam satu waktu.
Konsultan PR memberikan jasa dalam cakupan yang cukup luas dalam membantu perusahaan (Morissan, 2010:78), yaitu:
1. Melakukan survey
2. Membantu perusahaan dalam mencari jalan keluar untuk masalah yang sedang dihadapi
3. Membuat laporan tahunan (annual report) 4. Membuat dan merancang website
5. Mempersiapkan acara khusus, misalnya launching produk 6. Memberikan pelatihan (training)
7. Mengelola promosi dan acara-acara khusus 8. Membuat press release
9. Menulis pidato untuk pemimpin perusahaan 10. Menangani siaran pers dan liputan media massa 11. Menjalin hubungan baik dengan investor
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa konsultan PR memiliki cakupan pekerjaan yang luas. Konsultan PR memberikan beragam jasa bagi perusahaan atau organisasi, tidak hanya jasa atau pelayanan dalam bidang kehumasan. Konsultan PR tidak hanya memberikan pelayanan atau jasa dalam bidang kehumasan, seperti membuat press release, melakukan survey, tetapi juga memberikan jasa untuk training dan menjalin hubungan baik dengan investor.
2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam suatu penelitian berfungsi untuk menjelaskan alur pemikiran suatu penelitian dari awal hingga akhir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis budaya organisasi yang terdapat di PT Quantum Asia Corpora (AsiaPR). Budaya-budaya yang dimiliki oleh AsiaPR diterapkan dengan tujuan untuk memberikan manfaat, tidak hanya bagi karyawan, tetapi juga bagi AsiaPR
BUDAYA ORGANISASI PT QUANTUM ASIA
CORPORA
TEORI
BUDAYA ORGANISASI
1. Proses terbentuknya budaya organisasi 2. Fungsi utama budaya organisasi
MANFAAT BUDAYA ORGANISASI BAGI ASIAPR Lingkungan Nilai- Nilai Pahlawan Ritual Jaringan
sendiri. Budaya organisasi sebuah perusahaan dapat mendukung pencapaian visi, misi, dan tujuan dari perusahaan. Analisis terhadap budaya yang dimiliki oleh AsiaPR akan dikaitkan teori budaya organisasi. Kegiatan analisis terhadap budaya organisasi AsiaPR akan membahas secara lebih mendalam unsur-unsur pembentuk budaya organisasi, yakni lingkungan usaha, nilai-nilai, ritual, pahlawan, dan jaringan budaya. Selain menganalisis budaya organisasi melalui unsur-unsur pembentuk budaya organisasi, penelitian ini juga akan menjelaskan mengenai tahapan atau proses terbentuknya budaya organisasi, fungsi dan manfaat budaya organisasi yang ada di AsiaPR.