• Tidak ada hasil yang ditemukan

No : 26/ /00323/B/ROPP/2010 LAPORAN AKHIR TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "No : 26/ /00323/B/ROPP/2010 LAPORAN AKHIR TAHUN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR TAHUN

PENGKAJIAN PENGGUNAAN IB PADA PERBIBITAN

SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN PEMANFAATAN

LIMBAH SAWIT ( SOLID DAN PELEPAH)

UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN HIJAUAN 50%

PADA PENGGEMUKAN SAPI PO DALAM RANGKA

MENINGKATKAN PERTAMBAHAN

BOBOT HARIAN >10%

Oleh:

SISWANI DWI DALIANI

WAHYUNI AMELIA WULANDARI

RUSWENDI

ZUL EFENDI

HARWI KUSNADI

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2010

(2)

LAPORAN AKHIR TAHUN

PENGKAJIAN PENGGUNAAN IB PADA PERBIBITAN

SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN PEMANFAATAN

LIMBAH SAWIT (SOLID DAN PELEPAH)

UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN HIJAUAN 50%

PADA PENGGEMUKAN SAPI PO DALAM RANGKA

MENINGKATKAN PERTAMBAHAN

BOBOT HARIAN >10%

Oleh:

SISWANI DWI DALIANI

WAHYUNI AMELIA WULANDARI

RUSWENDI

ZUL EFENDI

HARWI KUSNADI

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2010

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

1.

Judul Pengkajian : Pengkajian Penggunaan IB pada

Perbibitan Sapi Peranakan Ongole (PO) dan Pemanfaatan Limbah Sawit ( Solid dan Pelepah) Untuk Efisiensi Penggunaan Pakan Hijauan 50% pada Penggemukan Sapi PO Untuk Meningkatkan Bobot Harian >10%

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu.

3. Alamat Unit Kerja : Jl. Irian Km 6,5 Bengkulu 38119 4. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2010. 5. Status Kegiatan : Lanjutan

6. Penanggung Jawab Kegiatan

a. Nama : Ir. Siswani Dwi daliani b. Pangkat / Golongan : Penata Tk. I (III/d) c. Jabatan

c1. Struktural : -

c2. Fungsional : Penyuluh Pertanian Pertama

7. Lokasi : Kabupaten Seluma

8. Agroekosistem : Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah

9. Jangka waktu : 1 ( satu ) Tahun 10. Tahun Dimulai : 2010

11. Biaya : Rp. 45.500.000 (Empat puluh lima juta lima ratus ribu rupiah)

Mengetahui:

Kepala BPTP Bengkulu, Penanggung Jawab Kegiatan

Dr.Tri Sudaryono, MS Ir. Siswani Dwi Daliani

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nyalah Laporan Akhir Tahun kegiatan Pengkajian Perbibitan dan Penggemukan Sapi PO di Kabupaten Seluma Mendukung Program Nasional Swasembada Daging Sapi, dapat terealisasi. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban kegiatan pada DIPA BPTP Bengkulu. Laporan ini berisi tentang hasil akhir pelaksanaan Pengkajian Perbibitan dan Penggemukan Sapi PO di Kabupaten Seluma untuk Mendukung Program Nasional Swasembada Daging Sapi. Pengkajian ini merupakan pengkajian lanjutan yang pelaksanaannya di Desa Lokasi Baru, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma. Pengkajian Perbibitan dan Penggemukan Sapi Peranakan Ongole (PO) ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi pakan sehingga dihasilkan pertambahan bobot badan sapi yang nyata dan untuk mengetahui keberhasilan IB dan non IB untuk menunjang ketersediaan bibit sapi pada tingkat petani di Kabupaten Seluma. Di samping itu dapat memanfaatkan penggunaan choper ( alat pencacah daun ).

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pengguna.

Bengkulu, Desember 2010 Penyusun

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ...

i

LEMBAR PENGESAHAN ...

ii

KATA PENGANTAR ...

iii

DAFTAR ISI ... ...

iv

DAFTAR TABEL ...

v

DAFTAR LAMPIRAN ...

vi

RINGKASAN ...

vii

SUMMARY ... viii

I. PENDAHULUAN ...

1

1.1. Latar Belakang ...

1

1.2. T u j u a n ...

3

1.3. Keluaran ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ...

4

III. METODE PELAKSANAAN ...

6

3.1. Ruang Lingkup Kegiatan ...

6

3.2. Tahapan Kegiatan ...

6

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………... 9

4.1. Kegiatan Perbibitan... ...

9

4.2. Kegiatan Penggemukan... ...

10

V. KESIMPULAN ...

14

5.1. Kesimpulan ...

14

5.2. Saran ...

14

VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN ………..

15

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Komposisi perlakuan pakan untuk pengkajian perbibitan... 7 2. Komposisi perlakuan pakan untuk pengkajian penggemukan... 8 3. Hasil pemeriksaan kebuntingan pada kegiatan Perbibitan Sapi PO di

Desa Lokasi Baru, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma... 9 4. . Hasil penimbangan bobot badan untuk perlakuan Teknologi

Introduksi... 11 5. . Hasil penimbangan bobot badan untuk perlakuan Teknologi

Perbaikan... ... 11 6. . Hasil penimbangan bobot badan untuk perlakuan Teknologi Peternak.... 12

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Foto Halaman 1. Sapi PO yang akan dijadikan sapi pengkajian penggemukan sapi

PO... 18 2. . Penimbangan sapi PO jantan untuk dijadikan sapi pengkajian

penggunakan limbah kelapa sawit untuk efisiensi pakan ... 18 3. . Induk sapi PO yang akan dijadikan sapi pengkajian untuk penggunaan

IB pada perbibitan sapi PO ... 19

4. . Pencacahan pelepah sawit untuk pengganti hijauan memanfaatkan

mesin coper ... 19 5. Pemerikasaan kebuntingan induk sapi PO oleh inseminator... 20 6. Solid (limbah pengolahan tandan sawit) dan dedak padi sebagai pakan

(8)

RINGKASAN

Pengkajian penggunaan IB pada perbibitan sapi Peranakan Ongole

(PO) dan pemanfaatan limbah sawit ( solid dan pelepah ) untuk efisiensi

penggunaan pakan hijauan 50% pada penggemukan sapi Peranakan

Ongole (PO) dalam rangka meningkatkan pertambahan bobot harian > 10

% dilaksanakan di Desa Lokasi Baru (Talang Benuang), Kecamatan Air

Periukan, Kabupaten Seluma pada Bulan April sampai dengan Bulan

Desember 2010. Pengkajian perbibitan menggunakan 18 ekor induk sapi

PO, 9 ekor dikawinkan dengan cara IB dan 9 ekor dikawinkan secara

alami. Kegiatan penggemukan menggunakan 18 ekor sapi PO jantan yang

dibagi 3 perlakuan yaitu Teknologi Introduksi dengan komposisi pakan

hijauan 5% dari bobot badan, solid 5 kg, pelepah sawit 3 kg, dedak padi

1 kg, Teknologi Perbaikan dengan komposisi hijauan 10% dari bobot

badan, solid 3 kg, dedak padi 2 kg, Teknologi Peternak dengan pakan

hijauan 10% dari bobot badan. Data yang diperoleh pada kegiatan

perbibitan sapi sampai tahap pemeriksaan kebuntingan dan terjadi

kebuntingan 6 ekor untuk perlakuan IB dan 4 ekor untuk perlakuan alami

(pejantan sapi PO), sedangkan perlakuan pakannya dilaksanakan setelah

induk sapi bunting tua (7 bulan). Data yang diambil dari pengkajian

pengemukan adalah pertambahan bobot badan. Data dianalisa dengan

Rancangan Acak Kelompok (RAK). Hasil pengkajian diperoleh

pertambahan berat badan pada perlakuan Teknologi Introduksi rata-rata

0,46 kg/ekor/hari, perlakuan teknologi perbaikan rata-rata 0,63

kg/ekor/hari, dan perlakuan teknologi peternak 0,39 kg/ekor/hari. Hasil

analisa statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P<0,05)

perlakuan pakan dengan pertambahan bobot badan.

(9)

SUMMARY

Assessment of the use of IB in cattle breeding Peranakan Ongole (PO) and utilization of oil waste (solid and midrib) for forage feed efficiency of 50% in feedlot cattle Peranakan Ongole (PO) in order to increase daily weight gain> 10% held in the village of Lokasi Baru (Talang Benuang), District Air Periukan, Seluma District in April until December 2010. Assessment breeding using 18 breeding cows PO, 9 tails mated with how IB and 9 tails mated naturally. Activity using 18 head of cattle fattening male PO divided into 3 treatment of Technology Introduction by forages feed composition of 5% of body weight, a solid 5 kg, palm midrib 3 kg, 1 kg of rice bran, Technology Improvements in forage composition of 10% of body weight, Solid 3 kg, 2 kg of rice bran, feed forage Technology Breeders with 10% of body weight. Data obtained on the beef breeding activities until the examination stage of gestation and gestation occurs six tail to tail and 4 IB treatment for natural treatment (stud cattle PO), while the feed treatment conducted after the old-pregnant cows (7 months). Data from the assessment feedlot is weight gain. Data were analyzed with randomized block design (RACK). The assessment results obtained by the weight of the treatment technology introductions average 0.46 kg / head / day, treatment technology to improve the average 0.63 kg / head / day, and treatment of breeder technology, 0.39 kg / head / day. The statistical results showed no significant difference (P <0.05) treatments with weight gain.

(10)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sapi potong merupakan salah satu komoditas unggulan yang dapat memenuhi kebutuhan protein hewani dan telah berkembang di Kabupaten Seluma. Populasi sapi di Kabupaten Seluma tahun 2009 mencapai 16.000 ekor,

sedangkan populasi sapi PO di Desa Lokasi Baru mencapai 105

ekor.

Desa Lokasi Baru merupakan desa baru hasil pemekaran dari Desa Talang Benuang di Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma. Luas wilayah Desa Lokasi Baru mencapai 580 ha dengan topografi dataran. Perbatasan desa di sebelah utara dengan Desa Talang Benuang, sebelah timur den gan Desa Suka Maju, sebelah selatan dengan Desa Dermayu dan sebelah barat dengan Desa Suka Sari. Dari 580 ha 60% dimanfaatkan sebagai lahan pertanian persawahan, perkebunan karet dan sawit serta lahan tidur. Sedangkan 40% digunakan sebagai perumahan masyarakat. Iklim dalam setahun ada 2 macam yaitu kemarau dan hujan.

Wilayah Desa Lokasi Baru terdiri dari 2 dusun yaitu Dusun Sumber Rukun dan Dusun Sumber Rejo. Mata pencaharian penduduk desa antara lain petani, pedagang, buruh tani, PNS, honorer, guru, dan tenaga medis. Desa Lokasi Baru juga dikenal dengan ternaknya antara lain ayam/itik dengan jumlah 201 ekor, kambing 98 ekor, sapi PO 105 ekor dan sapi Bali 50 ekor. Ternak sapi menjadi andalan bagi masyarakat Desa Lokasi Baru untuk meningkatkan kesejahteraan. Hal ini ditunjukkan dengan seringnya sapi keluar masuk desa baik bangsa sapi PO maupun Bali.

Sapi PO merupakan hasil persilangan antara sapi lokal dengan sapi Ongole. Keunggulan sapi PO diantaranya mempunyai tenaga yang kuat dan persentase karkasnya cukup tinggi sehingga baik untuk dipelihara sebagai sapi pekerja dan sapi potong. Sapi PO merupakan salah satu jenis sapi yang dapat berkembang dengan baik dan mudah beradaptasi di Kabupaten Seluma. Menurut Anonimus (1982) ciri-ciri sapi PO adalah warnanya putih, pada bagian kepala dan gumba sapi PO jantan berwarna keabu-abuan,

(11)

mempunyai gelambir dan rahang hingga bagian ujung tulang dada, persentase karkasnya 44%, tinggi sapi jantan maupun betina mencapai 135– 150 cm, termasuk tipe sapi pekerja, berat badan mendekati sapi Ongole, jantan mencapai 615 kg dan betina 425 kg.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan hewani, khususnya daging setiap tahunnya serta untuk mendukung program nasional swasembada daging diperlukan ketersedian bibit dan ternak sapi yang dapat menunjang peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan protein hewani asal daging sapi. Namun akhir-akhir ini ketersedian daging yang dapat disuplai oleh ternak sapi telah semakin berkurang (Dirtjen Peternakan, 2001). Kondisi ini mengakibatkan terjadinya upaya pemotongan ternak sapi lokal tidak lagi memenuhi standar, bahkan 40% nya adalah merupakan sapi bermutu genetik baik dan betina produktif (Suryana, 2000).

Begitu juga yang terjadi di Provinsi Bengkulu berdasarkan data angka pemotongan ternak sapi dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi penurunan pemotongan ternak sapi cukup tinggi yaitu dari 11.078 ekor pada tahun 2003 menjadi 7.277 ekor pada tahun 2006 atau terjadi penurunan setiap tahunnya rata-rata mencapai ±12,93% (BPS Bengkulu, 2007). Kondisi ini tidak terlepas dari semakin berkurangnya perkembangan perbibitan sapi, terutama dalam hal penyediaan ternak sapi PO yang akan dijadikan sumber bibit sapi potong yang semakin sulit didapat dalam memenuhi kebutuhan persediaan ternak sapi siap untuk dipotong.

Permasalahan yang dihadapi adalah masih rendahnya produktivitas dan mutu genetik ternak yang disebabkan kebanyakan peternakan masih merupakan peternakan konvensional, dimana mutu bibit serta penggunaan teknologi dan keterampilan peternak masih rendah padahal kegiatan reproduksi merupakan faktor yang sangat vital bagi efisiensi perbibitan ternak sapi , karena kerugian yang diakibatkan masalah reproduksi cukup besar dalam usaha perbibitan ternak sapi.

Pengembangan keragaan perbibitan melalui kawin suntik atau Inseminasi Buatan (IB) merupakan alternatif yang dapat dikembangkan, karena program IB itu sendiri pada sapi potong bertujuan untuk memperbaiki mutu genetik

(12)

ternak. Cara kawin buatan pada akhirnya berupaya secara kualitatif dapat meningkatkan produksi per unit ternak dan secara kuantitatif dapat meningkatkan pertambahan populasi ternak sapi potong (Bestari et all.,

2000) yang pada akhirnya akan dapat memenuhi sasaran perkembangan perbibitan untuk dapat memenuhi ketersediaan ternak sapi siap dipotong dan kecukupan daging bagi kebutuhan protein yang bersumber dari ternak.

1.2

Tujuan

1. Mengkaji paket teknologi perbibitan sapi PO menunjang ketersediaan bibit sapi pada tingkat petani di Kabupaten Seluma.

2. Mengkaji Paket teknologi penggemukan sapi PO mendukung percepatan swasembada daging sapi.

1.3 Keluaran

1. Paket teknologi sistem perbibitan sapi PO yang dapat menyediakan

replacement stock bibit sapi di tingkat petani.

2. Paket teknologi sistem penggemukan sapi PO mendukung percepatan swasembada daging.

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Paket teknologi yang dihasilkan oleh suatu lembaga penelitian perlu disebarluaskan kepada pengguna agar hasilnya bisa dimanfaatkan. Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian tidak akan ada artinya bila tidak diinformasikan dan disebarluaskan serta dimanfaatkan oleh pengguna. Pengguna hanya akan menerapkan paket teknologi pada usahataninya, apabila teknologinya mudah diterapkan, murah biayanya dan menguntungkan serta tidak bertentangan dengan kebiasaan masyarakat.

Menurut Wattimena (1994) efisiensi reproduksi merupakan salah satu masalah yang paling penting dalam usaha perbibitan ternak sapi potong, karena kerugian yang diakibatkan masalah reproduksi cukup besar dalam usaha perbibitan ternak sapi dan begitu juga ketersediaan pakan untuk kecukupan konsumsi selama terjadinya proses perbibitan maupun penggemukan ternak sapi juga harus terpenuhi dengan baik.

Pengaturan reproduksi pada sapi PO mampu meningkatkan perkembangan perbibitan dan kualitas sapi potong, karena akan mempersingkat jarak beranak ( calving interval ) per kelahiran menjadi 1 tahun sekali yang sekaligus dapat meningkatkan populasi ternak sapi PO ( replacement stock) di tingkat petani. Begitu juga dengan penggemukan sapi PO melalui inovasi penyediaan pakan berbasis bahan baku lokal akan dapat meningkatkan produktivitas sapi potong untuk memenuhi kecukupan protein menuju swasembada daging asal ternak sapi.

Demikian juga dengan ketersediaan pakan untuk kecukupan konsumsi selama terjadinya proses perkembangan dan penggemukan ternak sapi juga harus terpenuhi dan belum berbasiskan sumberdaya lokal, begitu juga dengan penggalian sumber pakan lokal terutama untuk sapi potong belum dilakukan secara maksimal. Sehingga penyediaan hijauan untuk kebutuhan ternak sapi semakin terbatas dan perlu didukung dengan pemberian pakan melalui pengoptimalan pemanfaatan limbah tanaman sebagai salah satu bahan penyusun pakan yang dapat meningkatkan produktivitas ternak selain pemberian hijauan.

(14)

Upaya mengurangi dampak negatif penurunan ketersediaan kebutuhan ternak sapi siap potong serta mendukung peningkatan populasi dan produktivitas per unit ternak ditingkat peternakan rakyat, diperlukan suatu teknologi tepat guna spesifik lokasi sesuai dengan agrosistem dan kebutuhan pengguna sapi PO melalui peningkatan produktivitas ternak sapi yang akan dapat menunjang ketersediaan bibit sapi ditingkat petani sekaligus mendukung terwujudnya program nasional percepatan swasembada daging sapi.

Pengaturan reproduksi pada sapi PO mampu meningkatkan perkembangan perbibitan dan kualitas sapi potong, karena akan mempersingkat jarak beranak ( calving interval ) per kelahiran menjadi 1 tahun sekali yang pada akhirnya akan dapat menunjang ketersediaan bibit sapi PO melalui inovasi penyediaan pakan bebrbasis bahan baku lokal akan dapat meningkatkan produktivitas sapi potong untuk memenuhi kecukupan protein menuju swasembada daging asal ternak sapi.

(15)

III. METODE PELAKSANAAN

3.1.

Ruang Lingkup Kegiatan

Lokasi Pengkajian Penggunaan IB pada Perbibitan Sapi Peranakan Ongole (PO) dan Pemanfaatan Limbah Sawit ( Solid dan Pelepah ) untuk Efisiensi Penggunaan Pakan Hijauan 50% pada Penggemukan Sapi PO dalam Rangka Meningkatkan Pertambahan Bobot Harian > 10% dilaksanakan di Desa Lokasi Baru, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma. Pengkajian ini diharapkan dapat meningkatkan perbibitan ternak sapi ( replacement stock ) di tingkat petani dan meningkatkan produktivitas sapi potong untuk memenuhi kecukupan protein menuju swasembada daging sapi.

Pengkajian ini menggunakan induk dan bakalan sapi PO milik peternak maupun sapi bantuan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagai sampel perlakuan yang diperoleh berdasarkan hasil identifikasi dari wawancara secara purposive dengan tujuan untuk mengetahui dan mendapatkan ternak sapi PO betina induk produktif dan ternak bakalan untuk penggemukan.

3.2. Tahapan Kegiatan

3.2.1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Perbibitan

1. Identifikasi dan calon peternak kooperator.

2. Identifikasi induk sapi yang akan dijadikan sapi pengkajian.

3. Pemilihan sapi PO induk dengan kriteria sehat, sudah pernah melahirkan. 4. Pembagian induk sapi yang akan dilakukan kawin alami dan kawin IB. 5. Melakukan kawin alami dengan pejantan terpilih dan kawin IB yang

dibantu oleh inseminator setempat. 6. Pemeriksaan kebuntingan.

(16)

3.2.2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Penggemukan

1. Identifikasi dan calon peternak kooperator 2. Identifikasi sumber pakan lokal

3. Pemilihan bakalan sapi PO dengan kriteria sehat, berumur 1,5 – 2 th 4. Penyusunan ransum

5. Pembagian ternak sapi untuk diberikan perlakuan yang berbeda.

6. Sebelum diberikan perlakuan dilakukan penyesuaian (Preelim) terhadap ransum yang akan diberikan tersebut selama 1 minggu.

3.2.3. Metode

Pengkajian ini merupakan kegiatan lapangan yang terbagi dalam 2 fokus kegiatan : yaitu perbibitan dan penggemukan sapi. Rancangan yang digunakan untuk perbibitan yaitu Rancangan Acak Kelompok pola faktorial. - Faktor pertama adalah perlakuan reproduksi kawin IB dan non IB

- Faktor kedua yaitu perlakuan pakan yang terbagi dalam 3 perlakuan.

Komposisi pakan perlakuan untuk pengkajian perbibitan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi perlakuan pakan untuk pengkajian perbibitan.

No Perlakuan Pakan Hijauan (%) Solid (kg) Dedak padi (kg)

1. Teknologi Introduksi 10 4 1 2. Teknologi Perbaikan 10 - 1 3. Teknologi Peternak 10 - -

Tujuan diberikannya pakan introduksi pada perbibitan ternak sapi adalah untuk mengoptimalkan proses reproduksi ternak sapi yang bunting dibandingkan dengan perlakuan yang biasa dilakukan peternak yang hanya memberikan pakan seadanya.

Untuk kegiatan penggemukan analisa statistik yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK). Komposisi pakan perlakuan untuk pengkajian penggemukan disajikan pada Tabel 2.

(17)

Tabel 2. Komposisi perlakuan pakan untuk pengkajian penggemukan.

No Perlakuan Pakan Hijauan (%) Solid (kg) Pelepah sawit (kg) Dedak padi (kg) 1. Teknologi Introduksi 5 5 3 1 2. Teknologi Perbaikan 10 3 - 2 3. Teknologi Peternak 10 - - -

Bahan – bahan yang digunakan adalah :

Untuk kegiatan perbibitan digunakan 18 ekor induk sapi PO produktif, 9 ekor dikawinkan dengan cara IB dan 9 ekor dikawinkan dengan cara alami, strow beku sapi PO, pejantan sapi PO. Untuk kegiatan penggemukan digunakan 18 ekor sapi PO jantan umur 1-5 – 2 tahun, dibagi 3 perlakuan, bahan pakan, obat- obatan, timbangan ternak digital, timbangan pakan, tempat pakan dan minum.

(18)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Kegiatan Perbibitan

Kegiatan pengkajian perbibitan sapi PO di Desa Lokasi Baru, Kecamatan Air Periukan sampai pada perkawinan induk sapi PO baik dengan IB maupun secara alami. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kebuntingan. Hasil pemeriksaan kebuntingan pada kegiatan Perbibitan Sapi PO disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pemeriksaan kebuntingan pada kegiatan Perbibitan Sapi PO di Desa Lokasi Baru, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma.

No Nama

Peternak Lokasi Perkawinan IB Alami bunting tidak Keterangan Umur bunting (bln) 1 Kuswandi Lokasi Baru IB - V - 3,5 2 Kuswandi Lokasi Baru IB - V - 2,5 3 Marsum 1 Lokasi Baru IB - V - 2,5 4 Marsum 2 Lokasi Baru IB - V - 3 5 Sanuri Lokasi Baru IB - V - 2,5 6 Misijan Lokasi Baru IB - V - 2,5 7 Wahyudi Lokasi Baru IB - - V - 8 Wahyudi Lokasi Baru IB - - V - 9 Sunardi Lokasi Baru IB - - V - 10 Sani Lokasi Baru - Alami - V - 11 Sani Lokasi Baru - Alami - V - 12 Suryanto 1 Lokasi Baru - Alami V - 3 13 Suryanto 2 Lokasi Baru - Alami V - 2,5 14 Tamyit Lokasi Baru - Alami - V - 15 Misijan Lokasi Baru - Alami - V - 16 Sanuri Lokasi Baru - Alami V - 2 17 Said Lokasi Baru - Alami V - 3,5 18 Tumirin Lokasi Baru - Alami - V -

Induk sapi PO yang diberi perlakuan kawin IB sejumlah 9 ekor. Setelah dilakukan pemeriksaan kebuntingan, maka dapat diketahui tingkat keberhasilan 6

(19)

ekor yang dinyatakan berhasil bunting sehingga 3 ekor yang dinyatakan belum bunting. Sedangkan sapi PO yang dikawinkan dengan cara alami dinyatakan bunting 4 ekor dari 9 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa perkawinan dengan IB lebih baik dibandingkan dengan cara alami. Keberhasilan perkawinan dengan IB didukung oleh inseminator yang berpengalaman dan kelengkapan sarana IB. Di Desa Lokasi Baru hanya terdapat 2 pejantan yang baik untuk perkawinan alami. Dengan populasi sapi PO yang mencapai 105 ekor, maka pejantan tersebut belum mencukupi kebutuhan untuk perkawinan alami. Umur kebuntingan induk sapi PO antara 2 – 3,5 bulan setelah dilakukan pemeriksaan kebuntingan pada tanggal 27 Desember 2010.

Permasalahan yang terjadi di lingkungan peternak antara lain setelah dilakukan perkawinan, sebagian peternak kurang memperhatikan apakah sapi masih birahi sehingga perlu dilakukan perkawinan atau tidak. Hal ini menyebabkan adanya keterlambatan perkawinan sehingga interval kelahiran menjadi lebih panjang. Keterlambatan perkawinan dengan IB disebabkan ketersediaan semen dan N2 cair di lapangan terjadi kekosongan sehingga pengkajian perbibitan mengalami kemunduran dari jadwal yang direncanakan. Untuk penyerentakan birahi juga tidak dapat dilaksanakan karena hormon PGF2 alpha juga tidak tersedia. Hal ini juga mengakibatkan kerugian bagi peternak baik waktu maupun pemeliharaan induk sapi. Alternatif perkawinan sapi dengan kawin alami menjadi pilihan bagi peternak karena pelayanan IB masih banyak kelemahan.

B. Kegiatan Penggemukan

Untuk kegiatan penggemukan sapi PO jantan di Desa Lokasi Baru telah dilakukan identifikasi peternak yang memiliki sapi PO jantan yang siap untuk digemukkan. Selanjutnya sapi-sapi ditimbang untuk mengetahui bobot badan (BB) awal, kemudian dikelompokkan sesuai dengan perlakukan pakan. Selama 90 hari sapi-sapi diberi pakan perlakuan dan pada akhir pengkajian dilakukan penimbangan bobot badan.

Hasil penimbangan bobot badan untuk perlakuan Teknologi Introduksi disajikan pada Tabel 4. Hasil penimbangan bobot badan untuk perlakuan

(20)

Teknologi Perbaikan disajikan pada Tabel 5. Hasil penimbangan bobot badan untuk perlakuan Teknologi Peternak disajikan pada Tabel 6. Pertambahan bobot badan merupakan selisih bobot badan sapi PO jantan dari penimbangan akhir dengan penimbangan awal sebelum ternak diberi pakan perlakuan.

Tabel 4. Hasil penimbangan bobot badan untuk perlakuan Teknologi Introduksi.

NO Nama Peternak BB awal (Kg) BB akhir (Kg) PBB (Kg)

1 M. Said 305 369 64 2. Sanuri 1 134 155 21 3. Sanuri 2 153 186 33 4. Tumirin 137 175 38 5. Darto 343 410 67 6. Tomo 170 193 23 Rata-rata 207 248 41

Rata-rata pertambahan bobot badan harian (90 hari) 0,46

Tabel 5. Hasil penimbangan bobot badan untuk perlakuan Teknologi Perbaikan.

NO Nama Peternak BB awal (Kg) BB akhir (Kg) PBB (Kg)

1 Kuswandi 199 238 39 2. Narno 1 154 234 80 3. Narno 2 137 193 56 4. Tamyit 248 340 92 5. Suroto 128 174 46 6. Makfud 170 196 26 Rata-rata 172,67 229,17 56,5

(21)

Tabel 6. Hasil penimbangan bobot badan untuk perlakuan Teknologi Petani.

NO Nama Peternak BB awal (Kg) BB akhir (Kg) PBB (Kg)

1 Selamet 194 217 23 2. Misijan 230 291 61 3. Sunardi 163 186 23 4. Sukirno 190 221 31 5. Toha 230 291 61 6. M. Said ( merah) 135 146 11 Rata-rata 190,33 225,33 35

Rata-rata pertambahan bobot badan harian (90 hari) 0,39

Hasil pengkajian penggemukan sapi PO menunjukkan bahwa sapi PO jantan yang diberi pakan dengan Teknologi Perbaikan menunjukkan hasil yang tertinggi dengan rata-rata pertambahan bobot badan 0,63 kg/ekor/hari dan hasil terendah pada pakan Teknologi Peternak dengan rata-rata pertambahan bobot badan 0,39 kg/ekor/hari. Hasil ini menunjukkan pemberian pakan tambahan berupa solid dan dedak padi menghasilkan pertambahan bobot badan yang lebih baik dibandingkan dengan hanya diberi pakan hijauan saja. Pakan dengan Teknologi Introduksi menghasilkan pertambahan bobot badan 0,46 kg/ekor/hari lebih tinggi 0,07 kg/ekor/hati (18%) dari pada pakan dengan Teknologi Peternak. Dengan demikian pelepah sawit yang diberikan dapat menggantikan 50% pakan hijauan dan pakan tambahan solid dan pelepah sawit menghasilkan pertambahan bobot badan yang lebih baik. Pemberian pakan tambahan untuk tujuan penggemukan pada sapi peternak masih perlu perbaikan.

Pemanfaatan bahan pakan limbah pertanian, perkebunan sawit berupa solid dan pelepah sawit yang tersedia cukup melimpah masih perlu disosialisasikan karena belum digunakan secara optimal. Solid atau lumpur sawit dapat diberikan dalam bentuk segar atau dikeringkan terlebih dahulu. Solid dapat mengganti sepenuhnya dedak padi dalam konsentrat dan efisiensi penggunaan energi dan potein. Pelepah sawit dapat diberikan ternak sapi sebagai pegganti hijauan dalam bentuk segar maupun sudah diolah misalnya dalam bentuk silase.

(22)

Hasil penelitian Elisabeth dan Ginting (2003) diperoleh kesimpulan bahwa ternak sapi yang mendapatkan ransum yang tersusun dari cacahan pelepah sawit 60%, solid dan bungkil kelapa sawit masing-masing sebesar 18% serta dedak padi 4%, menunjukkan pertambahan berat badan rata-rata sebesar 0,58 kg/ekor/hari dengan konsumsi pakan berkisar 8,6 kg/ekor/hari.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang nyata baik pada tingkat kepercayaan 99% maupun 95%. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pakan tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan. Oleh karena itu masih diperlukan pengkajian lebih mendalam lagi.

(23)

V. KESIMPULAN

5.1.

Kesimpulan

Inseminasi Buatan memberikan angka kebuntingan lebih tinggi dibandingkan dengan kawin alami. Pejantan yang baik untuk perkawinan alami menjadi solusi apabila ada kendala pada Inseminasi Buatan.

Pakan perlakuan Teknologi Introduksi dengan memanfaatkan pelepah sawit mampu menggantikan 50% pakan hijauan untuk penggemukan sapi PO jantan. Dengan pakan tambahan solid dan dedak padi, pertambahan bobot badan yang dihasilkan 0,46 kg/ekor/hari, lebih tinggi 0,07 kg/ekor/hari (18%) dari pada Teknologi Peternak yang hanya mencapai 0,39 kg/ekor/hari.

5.2. Saran

1. Kelompok ternak perlu menyediakan pejantan unggul untuk mengantisipasi kendala IB di lapangan agar tidak merugikan peternak. 2. Perlu sosialisasi dan percontohan pemanfaatan bahan pakan lokal solid

dan pelepah sawit.

3. Agar mesin pencacah hijauan selalu digunakan sesuai dengan kapasitas mesin, dijaga, dirawat dan dikontrol agar dapat bermanfaat bagi peternak.

(24)

VI. KINERJA HASIL PENELITIAN

Kinerja hasil pengkajian penggunaan IB pada perbibitan dan pemanfaatan limbah sawit ( solid dan pelepah) pada penggemukan sapi PO antara lain :

1. Perkawinan induk sapi PO sebanyak 9 ekor dengan Inseminasi Buatan dan 9 ekor dengan pejantan (alami) dapat terlaksana dengan baik. Setelah dilakukan pemeriksaan kebuntingan 6 ekor dinyatakan bunting pada perkawinan IB dan 4 ekor pada perkawinan alami. Pelaksanaan IB mundur dari jadwal karena strow dan N2 cair sedang mengalami kekosongan.

2. Peternak menyadari bahwa pengawasan terhadap induk sapi PO adalah penting terutama pada saat birahi dan perkawinan. Hal ini berpengaruh terhadap keberhasilan kebuntingan sehingga dihasilkan interval kelahiran yang lebih baik.

3. Pelepah sawit dapat menggantikan hijauan sampai 50% pada penggemukan sapi PO jantan. Solid dan dedak padi sebagai pakan tambahan dapat menghasilkan pertambahan bobot badan sapi lebih tinggi (>10%) dibandingkan dengan sapi yang hanya diberi hijauan saja.

4. Perlakuan pakan Teknologi Perbaikan yang terdiri dari hijauan 10% dari bobot badan, solid 3 kg dan dedak 2 kg mampu menghasilkan pertambahan bobot badan yang tertinggi yaitu 0,63 kg/ekor/hari. Namun hasil statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, A., R. Utomo, Ismaya, N.K. Wardhani dan A. Musofie. 2000. Konsumsi Nutrien dan Beberapa Parameter Reproduksi Sapi Peranakan Ongole pada Pakan Basal Jerami Fermentasi Suplementasi Konsentrat dan Injeksi Subkutan Vitamin A. Buletin Peternakan. Vol. 24. p. 147-156. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Astuti, M., W. Hardjosoebroto dan S. Lebdosoekojo (1982) Analisa Jarak Peranakan Ongol di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Yogyakarta. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan., Badan Libang Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Bestari, J., A.R. Siregar, P. Simatupang, Yulvian, S Dan Rozali H. Martondang. 2000. Penampilan Reproduksi Sapi Induk Peranakan Limosin, Charolais, Droughmaster dan Hereford Pada Program Inseminasi Buatan di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat., Proc. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan., Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departeman Pertanian. Jakarta.

BPS Bengkulu. 2007. Bengkulu Dalam Angka 2007. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu. Bengkulu.

Dirtjen Peternakan. 2001. Buku Statistik Peternakan 2000. Direktorat jenderal Bina Produksi Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Dirtjen Peternakan. 2006. Pedoman umum Program Aksi Perbibitan Ternak Tahun 2006. Departemen Pertanian., Direktorat jenderal Peternakan. Jakarta.

Elisabeth, Y. Dan Ginting, S. 2003. Pemanfaatan Limbah Perkebunan Kelapa Sawit Untuk Pakan Ternak Sapi. Laporan Hasil Penelitian PPKS bekerja sama dengan PT. Agricinal.

Musofie, A. 1990. Respon Sapi Bali Terhadap Pemberian Hijauan Awetan. Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali. Fakultas Peternakan Universitas Udayana Bali. Denpasar.

Partodihardjo, S. 1985. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara Sumber Widya. Jakarata.

Peters, A.R. and P.J.H. Ball. 1995. Repreduction In Cattle. Second Ed., Blackwell ltd. United Kingdom.

(26)

Saragih, B. 2001. Agribisnis Berbasis Peternakan; Kumpulan Pemikiran USESE. Fondation dan Pusat Pembangunan Insstistut Pertanian Bogor. Bogor.

Suryana, A. 2000. Harapan dan Tantangan Bagi Subsektor Peternakan Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional. Proc. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembanagan Peternakan., Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Suwignyo, B. 2003. Penggunaan complete feed berbasis jerami padi fermentasi pada sapi Australian Commercial Cross terhadap konsumsi nutrient, pertambahan bobot badan dan kualitas karkas. TesisS-2. Pascasarjana Ilmu Peternakan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa Press. Bandung.

Wattimena, J. 1994. Penampilan Reproduksi Sapi Potong yang Dipelihara dengan Sistem Kandang Kelompok di Daerah Pantai dan Daerah Pegunungan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis Program Pascasarjana. Fakultas Peternakan., Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Widyati, S.D., T. Sutardi., D. Sastradipradja dan A. Sudono. 1992. Penggunaan Lumpur Sawit Kering Sebagai Pengganti Dedak Padi Dalam Ransum Sapi Perah Laktasi. Journal II., Pertanian Indonesia. 2:89-95

(27)

LAMPIRAN

Foto 1

Sapi PO jantan yang akan dijadikan sapi Pengkajian Penggemukan sapi PO.

Foto 2

Penimbangan Sapi PO jantan untuk dijadikan sapi Pengkajian Penggunaan Limbah Kelapa Sawit Untuk Efisiensi Pakan.

(28)

Foto 3

Induk Sapi PO yang akan dijadikan sapi Pengkajian Untuk Penggunaan IB pada Pembibitan Sapi PO

Foto 4

Pencacahan pelepah sawit pengganti hijauan memanfaatkan mesin coper

(29)

Foto 5

Pemeriksaan kebuntingan induk sapi PO oleh petugas inseminator

Foto 6

Solid (limbah pengolahan tandan sawit) dan dedak padi sebagai pakan tambahan untuk meningkatkan produksi ternak sapi PO

Gambar

Foto                                                                                   Halaman  1
Tabel 1. Komposisi perlakuan pakan untuk pengkajian perbibitan.
Tabel 2. Komposisi perlakuan pakan untuk pengkajian penggemukan.
Tabel 3.   Hasil  pemeriksaan  kebuntingan  pada  kegiatan  Perbibitan  Sapi  PO  di  Desa Lokasi Baru, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma
+2

Referensi

Dokumen terkait

Proses pembanding algoritma Porter dengan algoritma Nazief &amp; Andriani dilakukan dengan membuat program sederhana yang memproses dokumen teks inputan sehingga diketahui

Sebagian besar lainnya (68,78 persen) belum pernah mengikuti pelatihan/kursus/magang. Secara keseluruhan, sifat kewirausahaan pengusaha industri kreatif UMKM di Kota

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil validasi produk pengembangan oleh tiga orang dosen ahli pembelajaran fisika. Data tersebut dikumpulkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan model Problem Based Learning berbantu Software aplikasi Maple 11 pada materi pokok

It is argued that Indonesia needs to improve the role of National Innovation System in order to gain more from the implementation China and ASEAN free trade area. Keywords:

Pengukuran dilakukan dengan dua cara: (1). Penguburan dalam tanah sampah, dengan interval waktu pengamatan setiap 4 hari untuk melihat perubahan yang terjadi pada sampel film

Smoothing atau metode pemulusan adalah metode prediksi yang melakukan pemulusan terhadap suatu deret berkala dari sederetan data masa lalu, yaitu dengan membuat

(2) The Treffinger model is proved to be effective in improving the students’ ability in determining the main idea of paragraph in tenth grade (3 rd class of