• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKTIVITAS DAN DAMPAK INTEGRASI TERNAK DOMBA EKOR GEMUK TERHADAP PENDAPATAN PETANI DALAM SISTEM USAHA SAYURAN DI LAHAN MARJINAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKTIVITAS DAN DAMPAK INTEGRASI TERNAK DOMBA EKOR GEMUK TERHADAP PENDAPATAN PETANI DALAM SISTEM USAHA SAYURAN DI LAHAN MARJINAL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKTIVITAS DAN DAMPAK INTEGRASI TERNAK

DOMBA EKOR GEMUK TERHADAP PENDAPATAN PETANI

DALAM SISTEM USAHA SAYURAN DI LAHAN MARJINAL

(Productivity and Effect of The Integration of Fat-Tailled Sheep on Farmer’s

Income in Vegetable Farming System at Marginal Land)

UKA KUSNADI,E.JUARINI,SAJIMIN danISBANDI

Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

ABSTRACT

Canggal village of sub-district Kledung, Temanggung Regency Central Java is one of the poor village with marginal agricultural farming system, based on biophysics, land typology, and also caused by the intensively vegetable farming system. This condition reflecting a low land fertility and also low farmer income. A study was conducted to study the productivity of the fat-tailled sheep introduced and the impact to farmer income in marginal area. 17 farmers were selected as cooperators, each of them own 0.5 ha respectively. The farmer divided into 2 groups : group A : 5 farmers owning adult fat-tailled sheep (2 ewes and 1 ram) and to take care of traditional farming system, group B : 12 farmers receiving fat-tailled sheep (4 ewes and 1 ram) kept in a group of animal shade (pen). All of the sheep was fed with introduced grass, agriculture waste and 0.2 kg/day/head of concentrate. The data collected were productivity and input output data over 15 month. The result indicated that lamb rate in the group B was higher than that of group A (132% VS 120%). The average of birth weight of the lamb in-group B was 1.68 kg and in-group A was 1.54 kg. The average of the weaning weight of the lamb in-group B was 9.8 kg. Whereas in-group A was 8.7 kg. The impact of the integration to farmer income in group B was higher than that of group A (50.5 vs 26%). It is concluded that the productivity of the fat-tailled sheep was suited for marginal farm and give positive impact on farmer income.

Key Words: Sheep, Production, Income, Marginal Land

ABSTRAK

Desa Canggal kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung Jawa Tengah, termasuk salah satu desa miskin yang memiliki lahan pertanian marjinal ditinjau dari keadaan biofisik, tipologi lahan, intensifnya pola tanam sayuran, sehingga kesuburan tanah menurun serta rendahnya tingkat pendapatan. Atas dasar pertimbangan dan kondisi pertanian tersebut telah dilakukan introduksi ternak domba Ekor Gemuk dengan tujuan untuk melihat produktivitas dan reproduktivitas domba Ekor Gemuk serta dampaknya terhadap pendapatan petani sayuran di lahan marjinal. Jumlah petani yang terlibat sebanyak 17 orang yang memiliki lahan garapan masing-masing 0,5 ha yang terdiri dari dua Kelompok yaitu: Kelompok A = 5 orang petani sayuran yang memiliki ternak domba Ekor Gemuk dewasa rata-rata 2 ekor induk dan 1 ekor pejantan yang dipelihara secara individu tradisional (eksisting). Kelompok B = 12 orang petani sayuran yang diintroduksi ternak domba Ekor Gemuk dewasa masing-masing 4 ekor induk dan satu ekor pejantan, yang dipelihara dalam kandang secara berkelompok. Selain hijauan rumput kultur dan limbah pertanian diberikan pakan konsentrat sebanyak 0,2 kg/ ekor induk atau pejantan per hari. Data yang dikumpulkan meliputi produktivitas dan reproduktivitas domba, tanaman serta input-output usaha selama 15 bulan pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anak yang dilahirkan paling banyak diperoleh petani Kelompok B yaitu 132%, sedangkan petani Kelompok A hanya 120%, Laju Pertumbuhan Anak (LPA) pada Kelompok B sebesar 124% dan pada Kelompok A 110%. Rata-rata berat lahir dan berat sapih pada Kelompok B 1,68 kg dan 9,8 kg, sedangkan pada petani Kelompok A yaitu hanya mencapai 1,54 kg berat lahir dan 8,7 kg berat sapih. Dampak integrasi ternak domba terhadap total pendapatan petani pada Kelompok B mencapai 50,53% (Rp. 1.125.000) sedangkan pada Kelompok A hanya mencapai 26% (Rp. 320.000). Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa produktivitas dan reproduktivitas domba Ekor Gemuk cocok untuk lahan marjinal dan memberikan dampak positip terhadap pertambahan pendapatan petani.

(2)

PENDAHULUAN

Kabupaten Temanggung merupakan salah satu Kabupaten yang dipilih oleh Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Miskin Melalui Inovasi (P4MI) Badan Litbang. Sebagai basis sector Pertanian untuk pengembangan sistem usahatani di lahan Marjinal (DIMYATI 2004). Sistem usahatani di lahan marjinal pada umumnya ditandai oleh kurang suburnya lahan, sempitnya lahan usaha, rendahnya penggunaan teknologi dan sistem usaha yang belum berorientasi pada pasar, serta belum mampu memanfaatkan kesempatan/peluang dan potensi dari sumberdaya komoditas lain selain tanaman. Kesemua itu berakibat pada tingkat pendapatan yang masih rendah (KUSNADI et al 2005).

Sistem usahatani tanaman yang terintegrasi ternak telah banyak dilakukan oleh petani diberbagai agroekosistem seperti lahan kering, lahan sawah, lahan pasang surut dan Daerah Aliran Sungai. Sistem usahatani tanaman yang terintegrasi dengan ternak memberikan hasil yang positif terhadap kenaikan pendapatan petani (KNIPSCHEER dan HARWOOD, 1989; KUSNADI 2004). Hal ini disebabkan karena kehadiran ternak dalam sistem usahatani tanaman selain dapat memberikan tambahan pendapatan, petani dapat memperoleh pupuk kandang/ kompos yang baik untuk tanaman, dengan mudah dan murah. Disamping itu ternak dapat memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan. Dalam kaitan inilah penelitian produktivitas dan dampak integrasi ternak domba Ekor Gemuk terhadap pendapatan petani dalam sistem usahatani sayuran di lahan marjinal Kabupaten Temanggung dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat produktivitas ternak domba dan dampaknya terhadap pendapatan petani. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dasar dalam pengembangan ternak dalam sistem usahatani khususnya di lahan marjinal.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di Desa Canggal Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung yang termasuk desa marjinal yang merupakan

salah satu lokasi kegiatan P4MI Badan Litbang Pertanian.

Jumlah petani sampel yang terlibat dalam kegiatan penelitian ini sebanyak 17 orang petani yang memiliki lahan garapan masing-masing 0,5 ha yang terdiri dari dua Kelompok yaitu :

1. Kelompok A = 5 orang petani sayuran dengan memiliki ternak domba Ekor Gemuk dewasa rata-rata 2 ekor betina dan 1 ekor jantan, yang dipelihara secara tradisional (eksisting).

2. Kelompok B = 12 orang petani sayuran yang diintroduksi ternak domba Ekor Gemuk dewasa masing-masing 4 ekor betina dan 1 ekor jantan, yang dipelihara dalam kandang secara berkelompok. Selain rumput kultur dan limbah pertanian diberikan juga pakan konsentrat sebanyak 0,2 kg/ekor induk atau pejantan.

Data primer yang dikumpulkan meliputi produksi dan reproduksi ternak domba, input-output usahatani baik ternak domba maupun tanaman serta data sekunder dari Dinas dan Instansi terkait di Daerah. Data primer dikumpulkan dengan cara pengukuran lansung setiap bulan selama 15 bulan melalui ”Farm Record Keeping” (MANWAN dan OKA 1996).

Data yang diperoleh dianalisa secara kualitatif (tabulasi) dan kualitatif (deskriptif). Dalam mendukung hasil analisa kuantitatif untuk menghitung pendapatan petani dilakukan dengan cara menjumlah semua penerimaan dikurangi semua pengeluaran dari masing-masing kegiatan usaha. Sementara itu, untuk mengukur dampak usaha ternak domba terhadap total pendapatan petani dengan rumus:

TP-(Ptn + P off) DU =

TP. x 100%

DU = Dampak usaha ternak domba Ptn = Pendapatan usaha tanaman P. off = Pendapatan diluar usahatani TP = Total pendapatan

Sumber: KUSNADI, 2004; GRAY et al., 1996) Sementara itu, untuk mengukur efisiensi usaha dalam penggunaan investasi atau biaya operasional digunakan BC. Ratio (GRAY et al., 1996).

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produktivitas dan reproduktivitas ternak domba

Hasil pengamatan dan pengukuran data performans ternak domba Ekor Gemuk selama 15 bulan dapat dilihat pada Tabel 1., bahwa prestasi reproduksi domba Ekor Gemuk yang diintroduksi pada petani Kelompok (B) menunjukkan angka-angka yang lebih baik dari domba yang dipelihara petani tradisional. Hal ini diperlihatkan dari angka kelahiran mencapai 132%, dan Laju Pertambahan Anak (LPA) 124%. Sementara itu, pada petani tradisional (Kelompok A), kelahirkan hanya mencapai jumlah 120% dengan LPA 110%. Angka-angka reproduksi domba pada Kelompok B ini masih lebih baik dari hasil penelitian PRASETYO et al. (1998) di lahan kering Jawa Tengah yang hanya mencapai jumlah anak yang dilahirkan sebesar 122%. Namun angka LPA masih jauh dibawah domba Garut yang pada umumnya mempunyai LPA sekitar 180 – 200% (SETIADI, 2002). Begitu

pula prestasi produksi domba yang dipelihara petani kooperator (Kelompok B) menunjukkan angka-angka yang lebih baik yaitu kematian 6,1%, berat lahir 1,68 kg dan berat sapih 9,8 kg dengan LPBS mencapai 483,3%. Sementara itu, pada petani tradisional (Kelompok A) angka kematian mencapai 8,3%, berat lahir 1,54 kg dan berat sapih 8,7 kg dengan LPBS sebesar 463%. Ditinjau dari LPBS dan angka kematian anak sebelum sapih kelihatannya domba Ekor Gemuk ini lebih baik dari domba Priangan murni yang hanya mencapai LPBS 427% dan kematian mencapai 13,6%, kecuali angka berat lahir domba Priangan lebih baik yaitu rata-rata 1,72 kg. (NATASASMITA et al., 1979). Namun demikian bahwa domba Ekor Gemuk ini cocok untuk dipelihara di lahan marjinal.

Pendapatan usaha ternak domba

Dalam usaha pengembangan ternak domba di lahan marjinal dihadapkan pada kendala utama yaitu ketersediaan modal dan tenaga

Tabel 1. Performance produksi dan reproduksi ternak domba Ekor Gemuk di lahan marjinal

Kelompok petani Uraian

A B

Reproduksi

Jumlah domba awal (ekor) 15 60

Induk (ekor) 10 48

Pejantan (ekor) 5 12

Jumlah kelahiran (kali) 10 50

Jumlah anak/kelahiran (ekor) 1,2 1,32

Jumlah anak lahir (ekor) 12 66

Angka kelahiran (%) 120 132

LPA (%) 110 124

Betina melahirkan kembar (ekor) 2 16

Betina melahirkan tunggal (ekor) 8 34

Produksi Kematian sampai sapih (ekor) 1 (8,3%) 4 (6,1%)

Anak hidup sampai sapih (ekor) 11(91,7%) 62 (93,9%)

Berat lahir (kg) 1,54 1,68

Berat sapih (kg) 8,7 9,8

LPBS (%) 1,54 1,68

(4)

kerja sehingga skala pemilikan domba per petani selalu rendah yaitu sekitar 1 – 3 ekor dan akibatnya tingkat pendapatan dari usaha ternak domba selalu rendah (KUSNADI et al., 2005; PRANADJI dan SYAHBUDDIN 1999). Berdasarkan hasil pengamatan selama 15 bulan, pendapatan petani dari usaha ternak domba adalah sebesar Rp. 1.125.000 pada Kelompok B, jauh lebih tinggi dari pada Kelompok A yang hanya mencapai Rp. 320.000 (Tabel 2). Pendapatan pada Kelompok B ini juga lebih tinggi dari pada hasil penelitian KUSNADI

(2004) yang hanya mencapai Rp. 425.000 dengan pemilikan yang sama.

Ditinjau dari pendapatan per ekor domba, usaha ternak domba yang dilakukan secara berkelompok (Kelompok B) ternyata lebih efisien. Hal ini terlihat juga dari besarnya BCR (Benafit Cost Ratio) yang mencapai angka 1,39, sedangkan pada Kelompok A hanya mencapai 1,2. menurut GRAY et al. (1996) untuk usaha yang menguntungkan dan berkelanjutan harus bisa menyisihkan keuntungan untuk memperbesar usaha,

sehingga nilai BCR ini harus lebih besar dari 1,2.

Dampak integrasi ternak domba terhadap total pendapatan

Pada umumnya petani di Desa Canggal Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung mempunyai mata pencaharian pokok sebagai petani sayuran. Jenis tanaman yang diusahakan terutama kentang, cabe, kubis dan kacang merah. Pola tanam yang dilakukan monokultur atau tumpangsari dari beberapa jenis sayuran dan tergantung permintaan pasar. Namun tidak selamanya usaha tanaman ini menguntungkan, bahkan sering mengalami gagal panen. Oleh karena itu ada sebagian petani yang berusaha diluar usahatani (off farm) atau memelihara ternak untuk menambah pendapatan.

Berdasarkan hasil pengamatan selama 15 bulan tingkat pendapatan petani dapat dilihat pada Tabel 3. Total pendapatan petani Kelompok B lebih tinggi daripada Kelompok A

Tabel 2. Biaya, penerimaan dan pendapatan usaha ternak domba pada lahan marjinal selama 15 bulan

(Rp. 000)

Uraian Kelompok petani Kelompok petani

A B

Jumlah petani (orang) 5 12

Jumlah domba bibit awal (ekor) 15 60

Biaya (pengeluaran)

Nilai bibit domba 6.000 24.000

Perbaikan kandang 300 1.200

Pakan 1.350 8.100

Nilai tenaga kerja 225 900

Jumlah I 7.875 34.200

Penerimaan

Nilai bibit domba 6.375 27.000

Nilai penambahan domba 2.750 17.050

Nilai pupuk kandang 350 3.650

Jumlah II 9.475 47.700

Pendapatan

Total pendapatan (II – I) 1.600 13.500

Pendapatan per petani 320 1.125

Pendapatan per ekori 106,67 225

(5)

Tabel 3. Struktur pendapatan petani sayuran di lahan marjinal selama 15 bulan

Kelompok petani Uraian

A B Tanaman (kentang, cabe, kubis) 849.230 1.012.500 Off farm (dagang, kuli bangunan) 61.539 88.816

Usaha ternak domba 320.000 1.125.00

Total pendapatan 1.230.769 2.226.316

DU = Dampak Usaha ternak domba terhadap total pendapatan (%) 26 50,53

yaitu Rp. 2.226.316 per 15 bulan atau Rp. 148.421 per bulan. Sementara itu, pada Kelompok A sebesar Rp. 1.230.769 per 15 bulan atau Rp. 82.051 per bulan.

Besarnya pendapatan ini merupakan dampak dari usaha ternak domba sebesar 26% pada kelompok A dan 50,53%, pada Kelompok B. Hasil PRA (Partisipatif Rural Appraisal) BPTP Jawa Tengah (2004) bahwa tingkat pendapatan petani sayuran di Desa Canggal Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung termasuk rendah yaitu sebesar Rp. 61.500 per bulan. Oleh karena itu di Desa Canggal tergolong desa miskin yang diprioritaskan untuk diberdayakan melalui inovasi teknologi oleh P4MI (ANANTO 2004). Besarnya dampak integrasi ternak domba tehadap pendapatan ini sebenarnya masih dapat ditingkatkan lagi dengan menambah skala pemilikan. Menurut hasil penelitian KUSNADI et al. (2005) petani dan keluarganya mampu memelihaa ternak domba atau kambing sebanyak 10 – 30 ekor sebagai cabang usaha dari usaha pokoknya sebagai petani tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Domba Ekor Gemuk dapat berkembang di lahan marjinal. Hal ini dapat dilihat dari prestasi reproduksi yang menunjukkan jumlah anak yang dilahirkan dapat mencapai 132%, dengan laju pertambahan anak 124%. Begitu juga prestasi produksi keturunannya dengan berat lahir rata-rata 1,68 kg, berat sapih 9,8 kg dan laju pertambahan berat badan sampai sapih

2. Usaha domba Ekor Gemuk yang dipelihara secara berkelompok lebih menguntungkan dari pada secara individu. Dengan memelihara 4 ekor betina dan 1 ekor jantan dapat memberikan keuntungan sebesar Rp. 1.125.000.

3. Dampak integrasi ternak domba Ekor Gemuk terhadap pendapatan petani dalam sistem usahatani sayuran dapat memberikan tambahan pendapatan sebesar 26 – 50,5% tergantung skala pemilikan, semakin tinggi skala pemilikan semakin besar dampak terhadap total pendapatan petani.

4. Disarankan untuk peningkatan pendapatan petani di daerah marjinal (miskin) dapat diintroduksi ternak domba dengan skala pemilikan 10 – 20 ekor per petani.

DAFTAR PUSTAKA

ANANTO, E. 2004. Strategi pencapaian sasaran pengembangan dan diseminasi inovasi teknologi pertanian pada wilayah miskin sumberdaya alam. Makalah Workshop Pengembangan Pertanian Lahan Marjinal P4MI/PFI3P. Badan Litbang Pertanian. BPTPJAWA TENGAH. 2004. Studi Pemahaman Desa

Miskin Secara Partisipatif di Kabupaten Temanggung. Laporan Kegiatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. DIMYATI, A. 2004. Panduan perencanaan penelitian

dan pengkajian Pengembangan inovasi Pertanian di Lahan Marjinal PFI3P Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian. GRAY, C., LIEN, K. SABUR, P. SIMANJUTAK dan

P.F.L. MASDAITELLA. 1996. Pengantar Evaluasi Proyek. PT GRAMEDIA Jakarta.

(6)

KNIPSCHERR, H.C. and R.R. HARWOOD. 1998. On station versus on-farm research. alocation of resources. Proc. Int. Workshop AARD. Jakarta.

KUSNADI, U. 2004. Kontribusi ternak domba dalam meningkatkan pendapatan petani di lahan marjinal Kabupaten Tangerang. Propinsi Banten. J. Pengembangan Peternakan Tropis Special Edition October 2004. Seminar Nasional Ruminasia, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. hlm. 17 – 22.

KUSNADI, U., B. SYAMSUL, K. DIWYANTO. 2005, Pengembangan sistem usahatani ternak tanaman pangan berbasis kambing di Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12 – 13 September 2005. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 685 – 692.

MANWAN, I. dan MADE OKA. 1996. Konsep Penelitian Usahatani dan Penelitian Pengembangan Puslitbang Tanaman Pangan.

NATASASMITA.A.,N.SUGANA dan M. DULDJAMAN. 1979. Pengaruh penggunaan pejantan Suffolk terhadap prestasi produksi domba Priangan betina dan prospeknya bagi pengembangan peternakan domba rakyat. Pros. Seminar Penelitian dan Penunjang Pengembangan Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan. hlm. 246 – 252.

PRANADJI, T. dan Z. SYAHBUDDIN. 1999. Menempatkan kambing dan domba sebagai alternatif pengurangan tingkat kemiskinan di pedesaan Pros. Sarasehan Usaha ternak kambing dan domba menyongsong ERA PJPT II. hlm. 134 – 140.

PRASETYO,T.,UKA KUSNADI dan SUBIHARTA. 1998. Analisa keragaan produksi dan reproduksi domba di DAS Jratunseluna, Risalah Lokakarya Hasil Penelitian Pertanian Lahan Kering dan Konservasi di Daerah Aliran Sungai, Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air, Badan Litbang Pertanian.

SETIADI, B. 2002. Pengembangan Peternakan Ruminansia Kecil di Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Laporan Kegiatan. Puslitbang Peternakan, Bogor.

DISKUSI Pertanyaan:

Usahatani sayuran apa yang dimaksud?

Jawaban:

Referensi

Dokumen terkait

Saya, Hilaria Lestari Budiningsih, SIP dari Universitas Atmajaya Yogyakarta akan melakukan penelitian yang berjudul Brand image Jurnal- jurnal Ilmiah di Fakultas

\DLWX • Sedang besarnya persentase peser- ta didik yang belajar tuntas hanya sebesar 36,36%, sedangkan 63,63% lainnya masih belum memenuhi KKM. Nilai terendah pada tes awal

Jenis kesalahan tertinggi yang dialami oleh siswa adalah kesalahan dalam keterampilan berhitung yakni sebanyak 36 orang atau 21,18 persen, sedangkan siswa tidak

pedoman bagi pengurus Perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Maka peningkatan kepatuhan pegawai sebagai komitmen organisasional terhadap aturan

Dari wawancara di atas terkait pencapai tujuan mengenai Kurun waktu yang merupakan waktu yang di janjikan dalam menyelesaikan pekerjaan dan sasaran. Bahwa pengawai

Hasii perhitungan menunjukkan bahwa dua metoda yang dipakai yaitu metoda statistik dan metoda numerik Wilks memberikan hasii curah hujan yang mendekati satu sama lain untuk

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ternyata Penerapan pendekatan konstruktivisme dengan model Cooperative and Collaborative Learning baik tipe STAD, JIGSAW