• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Perencanaan sebagai salah satu unsur manajemen dalam rangka menggerakkan dan mengarahkan seluruh elemen suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, memiliki peran penting untuk keberhasilan organisasi tersebut. Perencanaan strategis sebagai salah satu bentuk perencanaan sangat dibutuhkan dalam setiap organisasi, termasuk lembaga publik pemerintahan sekalipun. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang), implementasi dan evaluasi serta pengendalian. Sebagaimana diketahui, strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan, yang disusun berdasarkan manfaat yang diinginkan di masa depan. Proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada disebut sebagai perencanaan strategis. Dengan demikian, tujuan utama perencanaan strategis adalah agar suatu organisasi dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal organisasi sehingga dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal.

Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendagri Nomor 86 Tahun 2017), Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur wajib menyusun perencanaan jangka menengah dalam bentuk Rencana Strategis (Renstra). Renstra Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan dokumen perencanaan Strategis lima tahunan (2018-2023) yang berisikan tujuan dan sasaran, strategi, arah kebijakan, program dan kegiatan serta indikator kinerja, rencana indikatif pendanaan dan unit kerja pelaksana. Renstra disusun berdasarkan analisis strategi terhadap kondisi lingkungan internal maupun eksternal yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dokumen ini berfungsi sebagai arahan dan pedoman bagi seluruh jajaran aparat di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur maupun para pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya dalam pelaksanaan pembangunan peternakan daerah Nusa Tenggara Timur periode tahun 2018 hingga 2023.

Dalam penyusunannya, Renstra ini telah melibatkan berbagai pihak, baik dari internal maupun eksternal Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk itu patut disampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi atas masukan pikiran, dukungan sumber daya serta partisipasinya

(3)
(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………... i

DAFTAR ISI ……… iii

DAFTAR TABEL ……….……. iv

DAFTAR GAMBAR ………..……..………... v

PERGUB NTT NOMOR 43 a TAHUN 2019 ……… vi

BAB I PENDAHULUAN ………..………. 1

1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Landasan Hukum ……… 4

1.3. Maksud dan Tujuan ………..…… 5

1.4. Sistematika Penulisan ………..… 6

BAB II GAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH …..………….… 9

2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah ... 9

2.2. Sumberdaya Perangkat Daerah ………..…. 12

2.3. Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah ……….... 14

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Perangkat Daerah ………... 21

BAB III PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH ……….………. 24

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Perangkat daerah ………. 24

3.2. Telaahan Visi, Misi Provinsi Nusa Tenggara Timur ….……… 26

3.3. Telaahan Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian R.I ……… 30

3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategi ………... 32

3.5. Penentuan Isu-isu Strategis ……… 34

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN ………... 37

4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Perangkat Daerah … 37 BAB V STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN ……….………. 39

5.1. Strategi ………..………. 39

5.2. Arah Kebijakan ……….… 39

BAB VI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN …. 42 6.1. Program dan Kegiatan ……….. 42

6.2. Indikator Kinerja ……….. 42

BAB VII KINERJA PELAYANAN BIDANG URUSAN ……….………. 51

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sumber Daya Sarana Prasarana Dinas Peternakan Provinsi

Nusa Tenggara Timur ..………...………..………. 14

Tabel 2.2. Pencapaian Kinerja Perangkat Daerah Dinas Peternakan

Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 – 2018 ………….. 16

Tabel 2.3. Alokasi Anggaran dan Realisasi Perangkat Daerah Dinas

Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014-2018 …….……….……….

17

Tabel 2.4. Perkembangan Populasi Ternak (ekor) di Provinsi Nusa

Tenggara Timur Tahun 2014-2018 …...………. 18

Tabel 2.5. Pemotongan Ternak (ekor) di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tahun 2014-2018 ………. 19

Tabel 2.6. Perkembangan Produksi Daging (kg) di Provinsi Nusa

Tenggara Timur Tahun 2014-2018 ………. 19

Tabel 2.7. Pengeluaran Ternak Potong (ekor) dari Provinsi Nusa

Tenggara Timur Tahun 2014-2018 ………. 20

Tabel 2.8. Perkembangan Alokasi Vaksin dan Realisasi Vaksinasi

Penyakit Hewan Tahun 2014-2018 ………. 20

Tabel 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Dinas Peternakan ………. 24

Tabel 3.2. Permasalahan Pelayanan Dinas Peternakan Provinsi Nusa

Tenggara Timur Berdasarkan Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah serta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya ……….. 35

Tabel 3.3. Permasalahan Pelayanan Perangkat Daerah Berdasarkan

Analisis KLHS serta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya ……….. 36

Tabel 4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan

Perangkat Daerah ……... 38

Tabel 5.1. Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan ………. 41 Tabel 6.1. Rencana Program, Kegiatan dan Pendanaan Perangkat

Daerah Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur ….. 43

Tabel 7.1. Indikator Kinerja Perangkat Daerah yang Mengacu pada

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar Struktur Organisasi Dinas Peternakan Provinsi

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari 1.192 pulau dengan empat pulau utama yakni Flores, Sumba, Timor dan Alor (sering disingkat “Flobamora”), dari pulau-pulau tersebut, 43 pulau yang dihuni sedangkan 1.149 pulau lainnya tidak dihuni manusia, serta 432 pulau sudah bernama dan 760 pulau lainnya belum bernama. Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan daerah kepulauan, dengan luas daratan + 47.931,54 Km2

dan luas perairan laut +151.417 Km2, yang membentang sepanjang 160 Km

dari Utara (Pulau Palue di laut Flores) sampai Selatan (Pulau Ndana) di Laut Timor dan sepanjang 400 km dari bagian barat di Pulau Komodo yang berbatasan dengan Selat Sape, Nusa Tenggara Barat, sampai Alor di bagian Timur, berbatasan dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste di Selat Ombai. Secara geografis, wilayah ini terletak di antara 80 - 120 Lintang

Selatan dan 1180-1250 Bujur Timur. Wilayah di bagian Tenggara Indonesia

dan dalam kepentingan lalulintas laut internasional dilewati oleh jalur ALKI 3a dan 3b yang berbatasan langsung dengan dua negara tetangga, Australia dan Timor Leste.

Pembangunan ekonomi daerah Nusa Tenggara Timur terus digalakkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya, ditinjau dari aspek demografi pada tahun 2017 berpenduduk berjumlah 5.287.302 jiwa. Sektor Pertanian, yang mencakup subsektor Peternakan merupakan penyerap tenaga kerja terbesar di Nusa Tenggara Timur, yakni mencapai 54,81% pada tahun 2017 (meskipun cenderung menurun dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 61,61%), sebagian besar tenaga kerja tersebut bertempat tinggal di daerah pedesaan. Sumbangan subsektor peternakan dan hasil-hasilnya terhadap PDRB Nusa Tenggara Timur atas dasar harga berlaku tahun 2017 mencapai Rp. 8.442.200.000.000,- atau 9,26% terhadap total PDRB Nusa Tenggara Timur, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 3,75 % (NTT Dalam Angka 2018).

(12)

Pembangunan bidang ekonomi untuk sub sektor peternakan diarahkan pada upaya pemanfaatan potensi peternakan secara optimal untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan peternak, pertumbuhan ekonomi dan percepatan perubahan struktur ekonomi serta menjaga kelestariannya untuk kepentingan jangka panjang. Capaian pelaksanaan pembangunan peternakan perode 2018 – 2023 secara akumulasi integratif, ditunjukkan dengan indikator-indikator makro antara lain dari (a) nilai tukar petani (peternak); (b) produksi dan produktivitas; (c) pendapatan per kapita; (d) konsumsi / pengeluaran rumah tangga untuk pangan dan non pangan; (e) manfaat nilai pendapatan regional jumlah pengeluaran / antar pulau dan (f) Pendapan Asli Daerah.

Pembangunan sub sektor peternakan di Nusa Tenggara Timur sampai saat ini mencakup dua peran utama, yakni : 1) turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat Nusa Tenggara Timur melalui peningkatan pendapatan dari ternak dan hasil ternak serta perbaikan gizi masyarakat, dan 2) turut memenuhi kebutuhan akan daging nasional dengan pengeluaran ternak dan hasil ternak bagi masyarakat konsumen di provinsi lain serta dalam rangka memperkecil penggunaan devisa negara bagi import ternak dan hasil ternak. Produksi ternak di Nusa Tenggara Timur, baik produksi per satuan ternak maupun produksi per satuan usaha, per satuan luas serta per satuan waktu, belum mencapai tingkat yang optimal. Selain itu peranan dari produksi yang telah dihasilkan itu secara keseluruhan belum berfungsi optimal sebagai pembentuk kesejahteraan keluarga peternak secara stabil dan nyata baik dalam aspek ekonomi maupun dalam aspek gizi makanan.

Salah satu arah kebijakan pembangunan Kementerian Pertanian 2015-2019, yakni peningkatan produksi daging dengan fokus komoditas strategis adalah daging sapi/kerbau, merupakan pengakuan bahwa daging sapi/kerbau sebagai komoditi pangan strategis asal ternak merupakan komponen penting dalam ketahanan pangan nasional, dimana ketersediaan daging sangat mempengaruhi kualitas kesehatan dan intelejensia masyarakat serta protein hewani sebagai bahan pangan utama tidak dapat digantikan oleh bahan pangan lainnya. Untuk itu menjadi tantangan bagi masyarakat peternakan untuk membuktikan kemampuannya menyediakan pangan asal ternak dalam jumlah yang cukup dan berkualitas yang baik serta berkesinambungan. Peningkatan produksi daging.

(13)

Langkah operasional peningkatan produksi daging nasional yang diemban oleh Kementerian Pertanian saat ini adalah : 1) peningkatan produktivitas ternak sapi lokal; 2) pengembangan pakan ternak; 3) penyediaan bibit sapi/kerbau; 4) kesehatan hewan; 5) kesmavet, pasca panen dan pemasaran; dan (6) regulasi pemerintah.

Untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur, sasaran pembangunan daerah bidang peternakan sebagaimana dalam RPJMD 2018-2023 adalah mewujudkan NTT bangkit menuju masyarakat sejahtera berlandaskan pendekatan pembangunan yang inklusif berkelanjutan dan berbasis sumber daya lokal melalui program aksi peningkatan produksi dan produktifitas ternak sapi dan ternak lainnya. Berbasis tujuan sasaran tersebut maka penyelengaraan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan dilaksanakan oleh Perangkat Daerah Dinas Peternakan Provinsi NTT yang tugas pokoknya yaitu: 1) melaksanakan sebagian urusan rumah tangga Daerah di bidang Peternakan, dan 2) melaksanakan tugas pembantuan yang diberikan Pemerintah di bidang Peternakan.

Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok tersebut, dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur wajib menyusun perencanaan jangka menengah dalam bentuk Rencana Strategis (Renstra). Renstra Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan dokumen perencanaan strategis lima tahunan (Tahun 2018-2023) yang berisikan tujuan dan sasaran, strategi, arah kebijakan, program dan kegiatan, serta indikator kinerja, rencana indikatif pendanaan dan unit kerja pelaksana. Renstra disusun berdasarkan analisis strategis terhadap kondisi lingkungan internal maupun eksternal yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dokumen ini berfungsi sebagai pengarah dan pedoman bagi manajemen operasional seluruh jajaran aparat di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur maupun para pemangku kepentingan lainnya dalam penyelenggaraan pembangunan peternakan daerah Nusa Tenggara Timur periode tahun 2018 hingga 2023.

(14)

Dalam penyusunannya, Renstra ini telah mempedomani Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2023, yang memuat visi misi Gubernur periode 2018-2023. Selain itu juga telah memperhatikan renstra Kementerian Pertanian, khususnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan serta disinergiskan dengan renstra kabupaten / kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur periode waktu yang relevan. Dalam implementasinya, Renstra ini dijadikan sebagai pedoman penyusunan Rencana Kerja (Renja) Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

1.2. Landasan Hukum

Landasan hukum serta pedoman yang dijadikan acuan dalam penyusunan Renstra Strategis Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2018-2023 adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional.

3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

6. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

(15)

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

13. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2005 – 2025.

14. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 09 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

15. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

16. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 4 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2018-2023.

17. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 4 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Peternakan dan Kesehatan Hewan. 18. Peraturan Gubernur NTT No. 78 Tahun 2016 tentang Kedudukan,

Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan Rencana Strategis Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013-2018 adalah :

1. Memberikan arah dan pedoman bagi seluruh aparatur dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi lembaga Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur dan seluruh pemangku kepentingan terkait.

(16)

2. Mempermudah pengendalian kegiatan serta pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait, monitoring, analisis, evaluasi program kegiatan.

3. Landasan operasional bagi mewujudkan Tujuan dan Sasaran Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur periode 2018-2023 yaitu peningkatan populasi dan produksi peternakan.

Selanjutnya, tujuan Penyusunan Rencana Strategis Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2018-2023 adalah :

1. Menyediakan perangkat perencanaan strategis bagi pimpinan dan seluruh aparatur Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam mengemban tujuan pembangunan peternakan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2. Menetapkan program dan kegiatan pembangunan peternakan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan skala prioritas sesuai kondisi wilayah.

3. Menyediakan landasan penilaian dan tolok ukur kinerja organisasi pada akhir periode rencana kinerja.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Rencana Strategis Dinas Peternakan Provinsi NTT 2018-2023 sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab Pendahuluan memuat tentang latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan serta sistematika penulisan Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2018 – 2023.

BAB II GAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH

Dalam Bab Gambaran Umum Pelayanan Perangkat Daerah memuat tentang tugas, fungsi dan struktur organisasi, sumber daya serta kinerja pelayanan Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur keadaan hingga akhir tahun 2018. Juga pada bab ini memuat tentang tantangan dan peluang pengembangan pelayanan Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun ke depan.

(17)

BAB III PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH

Dalam Bab Permasalahan dan Isu-isu Strategis diuraikan tentang : 1) Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur; 2) Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih; 3) Telaahan Renstra Kemeterian/Lembaga terkait, dalam hal ini Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian; 4) Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dan 5) Penentuan Isu-isu Strategis Pembangunan Peternakan.

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN

Dalam Bab Tujuan dan Sasaran ini dikemukakan rumusan pernyataan tujuan dan sasaran jangka menengah Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2018 – 2023 beserta indicator kinerjanya.

BAB V STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Bab ini berisi tentang rumusan pernyataan strategi dan arah kebijakan Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2018 – 2023.

BAB VI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN

Dalam Bab ini dikemukakan rencana program dan kegiatan serta pendanaan Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur yang akan dilaksanakan pada tahun 2018 – 2023.

BAB VII KINERJA PELAYANAN BIDANG URUSAN

Dalam bab ini memuat tentang indikator kinerja Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk mewujudkan capaian/target Renstra Peternakan Tahun 2018 - 2023 untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur 2018 - 2023.

(18)

BAB VIII P E N U T U P

Dalam bab ini memuat tentang harapan dan dukungan dari semua pemangku kepentingan pembanguan peternakan dan kesehatan hewan untuk mewujudkan capaian/target Renstra Peternakan Tahun 2018 - 2023 sebagai agregat dari RPJMD Provinsi NTT 2018 - 2023 serta ucapan terima kasih.

(19)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH 2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah

Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang beralamat di Jln. Veteran – Kelurahan Fatululi – Kupang. Wilayah kerja Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur sama dengan wilayah administratif Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang meliputi 21 kabupaten dan 1 kota, 306 Kecamatan, 318 Kelurahan dan 3.026 Desa.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 78 Tahun 2016, tugas pokok dan fungsi Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut :

1. Tugas :

Melaksanakan urusan pemerintahan bidang pertanian sub urusan peternakan yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah.

2. Fungsi :

a. Perumusan kebijakan di bidang peternakan; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peternakan;

c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peternakan; d. Pelaksanaan administrasi dinas di bidang peternakan;

e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Organisasi Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur dibentuk terakhir berdasarkan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 78 Tahun 2016, dengan struktur tersebut dibawah ini.

1. Kepala Dinas 2. Sekretariat

➢ Sub Bagian Program, Data dan Evaluasi ➢ Sub Bagian Keuangan

(20)

3. Bidang Prasarana, Sarana dan Pengembangan Sumber Daya Peternakan

➢ Seksi Pengembangan Kawasan Peternakan ➢ Seksi Penerapan Teknologi Peternakan

➢ Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia Peternakan 4. Bidang Perbibitan dan Produksi Ternak

➢ Seksi Ternak Ruminansia

➢ Seksi Ternak Non Ruminansia, Unggas dan Aneka Ternak ➢ Seksi Pakan Ternak

5. Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner ➢ Seksi Pelayanan Kesehatan Hewan dan Obat Hewan

➢ Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan ➢ Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner

6. Bidang Agribisnis dan Kelembagaan Peternakan

➢ Seksi Investasi dan Kelembagaan Usaha Peternakan ➢ Seksi Pelayanan Usaha Peternakan dan Kemitraan ➢ Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan 7. UPT Veteriner

➢ Sub Bagian Tata Usaha ➢ Seksi Laboratorium Veteriner ➢ Seksi Pelayanan Veteriner

8. UPT Pembibitan Ternak dan Produksi Pakan Ternak ➢ Sub Bagian Tata Usaha

➢ Seksi Pembibitan Ternak

➢ Seksi Produksi dan Pengembangan Pakan Ternak 9. Jabatan Fungsional

Meliputi jabatan fungsional Medik Veteriner, Paramedik Veteriner, Pengawas Bibit Ternak, Pengawas Mutu Pakan, Perencana, Arsiparis, Penyuluh, Pengawas Mutu Hasil Peternakan.

(21)

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Kepala Dinas Bidang Prasarana, Sarana dan Pengembangan Sumber Daya Peternakan Seksi Pengembangan Kawasan Peternakan Seksi Penerapan Teknologi Peternakan Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia Peternakan

Bidang Perbibitan dan Produksi Ternak

Seksi Ternak Ruminansia

Seksi Ternak Non Rum dan Aneka Ternak

Seksi Pakan Ternak

Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet

Seksi Pelayanan Kesehatan Hewan dan

Obat Hewan

Seksi Pencegahan & Pemberantasan Penyakit

Hewan

Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner

Bidang Agribisnis & Kelembagaan

Peternakan

Seksi Investasi dan Kelembagaan

Peternakan

Seksi Pelayanan Usaha Peternakan dan

Kemitraan

Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Peternakan

UPT Pembibitan Ternak dan Produksi pakan

Ternak

Sub Bagian Tata Usaha

Seksi Pembibitan Ternak

Seksi Produksi Makanan Ternak

UPT Veteriner

Sub Bagian Tata Usaha

Seksi Pelayanan Veteriner Seksi Laboratorium Veteriner Kelompok Jabatan Fungsional Sekretariat Sub Bagian Program, Data dan

Evaluasi

Sub Bagian Keuangan

Sub Bag ian Kepegawaian dan Umum

(22)

2.2. Sumberdaya Perangkat Daerah 2.2.1. Sumberdaya Manusia

Jumlah SDM aparatur pemerintah pada Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur keadaan akhir tahun 2018 adalah sebagai berikut :

1. Pegawai Negeri Sipil Daerah Nusa Tenggara Timur : 171 orang 2. Jumlah PNS dirinci menurut tingkat pendidikan:

a. Magister : 15 orang b. Sarjana : 83 orang c. Diploma : 15 orang d. SMTA : 32 orang e. SMTP : 4 orang f. SD : 22 orang J u m l a h : 171 orang

3. Jumlah PNS dirinci menurut golongan :

a. Golongan IV/d : 1 orang b. Golongan IV/c : 1 orang c. Golongan IV/b : 5 orang d. Golongan IV/a : 12 orang e. Golongan III/d : 39 orang f. Golongan III/c : 22 orang g. Golongan III/b : 27 orang h. Golongan III/a : 7 orang i. Golongan II/d : 13 orang j. Golongan II/c : 17 orang k. Golongan II/b : 5 orang l. Golongan II/a : 8 orang m. Golongan I/d : 2 orang n. Golongan I/c : 4 orang o. Golongan I/b : 8 orang

p. Golongan I/a : orang

J u m l a h : 171 orang

4. Jumlah PNS dirinci menurut jabatan :

a. Struktural : 27 orang b. Fungsional Khusus*) : 43 orang

c. Fungsional Umum (pelaksana) : 101 orang J u m l a h : 171 orang

Keterangan :*) Fungsional Khusus adalah : Medik Veteriner,

Paramedik Veteriner, Pengawas Bibit Ternak, Pengawas Mutu Pakan, Perencana, Arsiparis, Penyuluh, Pengawas Mutu Hasil Peternakan.

(23)

5. Jumlah PNS dirinci menurut unit kerja :

a. Dinas Peternakan : 78 orang

b. UPT Pembibitan Ternak & Prod. Makter : 65 orang

c. UPT Veteriner : 28 orang

J u m l a h : 171 orang

Selain sumberdaya aparatur PNS, terdapat pula tenaga honorer daerah (dibiayai APBD Provinsi) sebanyak 60 orang dengan komposisi berdasarkan unit kerja : Dinas Peternakan 14 orang, UPT Veteriner 17 orang, UPT Pembibitan Ternak 29 orang dan Tenaga Lepas Lapangan (TLL) sebanyak 150 orang yang tersebar di 1 kota dan 21 kabupaten se NTT.

2.2.2. Sumberdaya Lahan

Selain sumberdaya manusia, Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki sumberdaya lahan dan sarana prasarana yang digunakan untuk mendukung pelayanan tugas pokok dan fungsi. Lahan lokasi perkantoran meliputi tiga bidang, yang terletak di Jalan Veteran - Kupang (kantor dinas), Jl. A. R. Hakim - Kupang (UPT Pembibitan Ternak dan Produksi Makanan Ternak) dan Jl. Timor Raya Km. 7 – Kupang (UPT Veteriner), seluas 4 Ha. Selain itu terdapat tujuh lokasi instalasi UPT Pembibitan Ternak dan Produksi Makanan Ternak yang tersebar di lima kabupaten, sebagai berikut :

1. Instalasi Lili di Kabupaten Kupang sebagai lokasi pengembangan ternak sapi Bali dalam pedok, dengan luas lahan 2 x 20 Ha.

2. Instalasi Tarus di Kabupaten Kupang sebagai lokasi pengembangan bibit ternak babi dan pelayanan inseminasi buatan ternak babi dengan semen cair, dengan luas lahan 7 Ha.

3. Instalasi Sumlili di Kabupaten Kupang sebagai lokasi pengembangan bibit ternak kambing, dengan luas lahan 104 Ha. 4. Instalasi Besipae di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebagai lokasi

pengembangan ternak sapi Bali pola pedok, dengan luas lahan 4.000 Ha (terdiri dari 1.700 Ha lahan kehutanan dan 2.300 Ha lahan padang penggembalaan).

5. Instalasi Kabaru di Kabupaten Sumba Timur sebagai lokasi pengembangan sapi Sumba Ongole pola pedok, dengan luas lahan 520 Ha.

6. Instalasi Waihibur / Kondamaloba di Kabupaten Sumba Tengah sebagai lokasi pengembangan dan pembibitan sapi Sumba Ongole pola pedok, dengan luas lahan ± 500 Ha.

(24)

7. Instalasi Boawae di Kabupaten Nagekeo sebagai lokasi pembibitan dan pemuliaan ternak sapi Bali pola pedok, dengan luas lahan 45,5 Ha.

8. Instalasi Laura di Kabupaten Sumba Barat Daya sebagai lokasi pembibitan dan pemuliaan ternak kerbau sumba pola pedok dengan luas lahan 5 Ha.

2.2.3. Sumberdaya Sarana Prasarana

Sumberdaya sarana prasarana yang menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi pembangunan peternakan di Provinsi Nusa Tenggara Timur keadaan akhir Desember 2018 adalah meliputi asset bergerak dan tidak bergerak serta asset lahan yaitu kendaraan pimpinan dinas, Unit Pelaksana Teknis beserta unit-unit instalasi perbibitan, rumah dinas, kendaraan operasional pelayanan dinas dan lapangan di UPT dan di Instalasi, secara rinci sebagaimana dalam tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1. Sumber Daya Sarana Prasarana Dinas Peternakan Provinsi NTT

No Uraian Volume Ket

1. Rumah Dinas 19 unit Baik

2. Kendaraan operasional roda 2 95 unit Baik 3. Kendaraan operasional roda 3 15 unit Baik 4. Kendaraan operasional roda 4 27 unit Baik 5. Kendaraan operasional roda 6 7 unit Baik

6. Traktor 5 unit 1 Baik, 4 Rusak

7. Rumah Sakit Hewan 1 unit Baik

8. Laboratorium 1 unit Baik

9. Ternak (Instalasi Pembibitan)

Sapi 1.664 ekor

Kuda 4 ekor

Kerbau 40 ekor

Kambing 82 ekor

Babi 857 ekor

2.3. Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah

Kinerja pelayanan Perangka Daerah mendeskripsikan perbandingan antara target dan realisasi pencapaian berbagai indikator kinerja selama lima tahun terakhir (2013 s/d 2018) sebagaimana ditetapkan dalam Renstra / Rencana Kerja periode sebelumnya. Kinerja menyangkut dua substansi utama, yakni kinerja teknis dan kinerja anggaran. Kinerja teknis meliputi : 1) Populasi ternak sapi, kerbau, kuda, kambing, domba dan babi; 2) Pemotongan ternak sapi, kerbau, kuda, kambing, domba dan babi; 3) Pengeluaran ternak potong antar pulau (sapi, kerbau dan kuda).

(25)

Selanjutnya, kinerja anggaran meliputi :

1. Pendapatan Asli Daerah; terdiri dari retribusi jasa usaha pemakaian kekayaan daerah, retribusi penjualan produksi usaha daerah dan retribusi pengganti biaya administrasi.

2. Belanja Tidak Langsung (Belanja Pegawai).

3. Belanja Langsung, mencakup program non urusan dan program urusan pilihan pertanian, yakni Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan, Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak, serta Program Dukungan dan Manajemen Pembangunan Peternakan.

Kinerja pelayanan Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam kurun waktu lima tahun terakhir relatif menunjukkan kecenderungan positif, sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2.2 (aspek kinerja teknis) dan Tabel 2.3 (aspek kinerja anggaran).

(26)

Tabel 2.2. Pencapaian Kinerja Perangkat Daerah Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014-2018 Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD Target SPM Target IKK Target Indikator Lainnya

Target Renstra SKPD Tahun Realisasi Capaian Tahun Rasio Capaian pada Tahun

2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) Meningkatnya Jumlah dan Mutu Ternak 10 10 10 10 10 10,20 10,23 10,73 10,66 10,66 1,02 1,02 1,07 1,07 1,07 - Populasi ternak (ekor) Sapi 891,104 932,095 974,471 1,019,820 1,066,731 865,731 899,534 984,508 1,007,608 1,027,256 0.97 0.97 1.01 0.99 0.96 Kerbau 157,366 159,884 162,442 165,041 167,682 133,457 141,075 156,927 162,658 165,551 0.85 0.88 0.97 0.99 0.99 Kuda 115,583 118,935 122,384 125,993 129,585 112,946 114,879 112,557 112,589 114,514 0.98 0.97 0.92 0.89 0.88 Kambing 610,033 612,453 624,090 635,947 648,030 609,367 626,431 637,969 674,227 693,577 1.00 1.02 1.02 1.06 1.07 Domba 64,206 64,527 64,850 65,174 65,415 64,685 65,422 66,884 67,579 68,388 1.01 1.01 1.03 1.04 1.05 Babi 1,751,805 1,770,293 1,787,100 1,803,320 1,819,549 1,751,805 1,812,449 1,845,408 2,073,446 2,141,246 1.00 1.02 1.03 1.15 1.18 Meningkatnya bibit ternak sapi (ekor) 330 360 390 420 450 632 43 - 326 325 1.92 0.12 0.00 0.78 0.72 Meningjkatnya penanganan penyakit ternak 55,000 60,000 66,000 72,000 79,000 752,761 761,998 929,600 506,600 308,000 13.69 12.70 14.08 7.04 3.90 Pengeluaran ternak besar antar pulau (ekor) 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 56,943 62,841 75,629 75,780 76,699 0.95 1.05 1.26 1.26 1.28

(27)

Tabel 2.3 Alokasi Anggaran dan Realisasi Perangkat Daerah Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014-2018

Uraian

Anggaran pada tahun Realisasi Anggaran pada Tahun Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun Pertumbuhan Rata-rata 2014 (x 1.000) 2015 (x 1.000) 2016 (x 1.000) 2017 (x 1.000) 2018 (x 1.000) 2014 (x 1.000) 2015 (x 1.000) 2016 (x 1.000) 2017 (x 1.000) 2018 (x 1.000) 2014 2015 2016 2017 2018 Anggaran Realisasi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) Pendapatan Asli Daerah (Rp.) 3,483,900 4,000,000 4,000,000 4,.000,000 5,072,400 3,079,958 3,338,829 3,643,492.5 4,127,015 5,768,984.5 0.88 0.83 0.91 1.03 1.14 10.41% 17.65% Belanja Tidak Langsung (Rp.) 13,384,587 14,014,109 14,753,169 14,048,707 14,553,144 12,857,868.54 14,028,338.051 14,667,451.418 14,045,907.554 14,114,395.043 0.96 1.00 0.99 1.0 0 0.97 2.20 % 2.48% - Belanja Pegawai 13,384,587 14,014,109 14,753,169 14,048,707 14,553,144 12,857,868.54 14,028,338,051 14.667.451.418 14,045,907.554 14,114,395.043 0.96 1.00 0.99 1.00 0.97 2.20 % 2.48% Belanja Langsung(Rp.) 22,323,683 32,475,841 31,551,720 23,821,246 19,291,821 20,755,685.28 26,670,865,756 26,351,380.743 22,833,999.770 18,430,844.911 15.35 0.82 0.84 0.96 0.96 - 0.22% -1.33% - Peningkatan produksi hasil peternakan 17,367,197.725 23,814,271.158 25,232,777.174 14,406,600.633 13,031,213.8 16,235,457.402 18,607,047.915 20,086,279.533 13,764,298.955 12,186,150.568 44.25 0.78 0.80 0.96 0.94 -2.34% -5.10% - Pencegahan dan penanggulan gan penyakit ternak 1,982,154.2 4,563,845 3,167,881;95 4,282,940.695 2,845,370 1,702,260 4,296,749.025 3,152,566.600 4,279,575.449 2,843,728.81 74.01 0.94 1.00 1.00 1.00 25.32 % -32.00% - Dukungan dan manejemn pembangun an peternakan 1,232,302.6 2,286,430.9 1,698,317.677 3,545,358.5 1,938,039 1,212,090.684 2,107,259.901 1,690,913.538 3,218,381.962 1,933,862.605 0.98 0.92 1.00 0.91 1.00 30.81 % -26.13 % - Pelayanan Administrasi perkantoran 1,352,159.355 1,359,265.042 1,245,434.199 1,355,946.047 1,197,063 1,216,427.992 1,210,894.774 1,218,389.673 1,341,488.083 1,187,431.069 0.90 0.89 0.98 0.99 0.99 2.67 % -0.30% - Peningkatan sarana dan prasarana aparatur 366,686.92 435,811.4 191,903 212,400.125 268,980 366,458.15. 432,696.641 187,825.399 212,255.321 268,741.959 1.00 0.99 0.98 1.00 1.00 0.04 % 0.28 % - Peningkatan pengembgn sistim pelaporan capaian kinerjadan Keuangan 23,000 16,217.5 15,406 18,000 11,155.2 22,991.1 16,217.500 15,406 18,000 10,929.9 1.00 1.00 1.00 1.00 0.98 -13.92% -14.23%

(28)

Merujuk pada indikator kinerja teknis tersebut, pembangunan sub sektor peternakan sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 telah menunjukkan perkembangan yang berarti walaupun menghadapi berbagai tantangan yang tidak ringan, namun tetap memberikan hasil yang relatif baik dalam kinerja teknis populasi ternak, pemotongan ternak, produksi daging dan pengeluaran ternak serta pelayanan kesehatan hewan (vaksinasi). Berikut ini ditampilkan capaian indikator kinerja teknis pembangunan peternakan Nusa Tenggara Timur selama beberapa tahun terakhir.

1. Populasi Ternak

Populasi ternak merupakan gambaran potensi ternak yang berpeluang untuk dikembangkan serta sebagai aset dan modal bagi peningkatan taraf perekonomian masyarakat setempat. Populasi ternak selama ini menunjukkan perkembangan yang positif walaupun belum optimal untuk semua jenis ternak karena kematian yang masih cukup tinggi akibat budidaya non intensif pada peternakan rakyat. Perkembangan populasi ternak di Nusa Tenggara Timur selama lima tahun terakhir (Tabel 2.4.)

Tabel 2.4. Perkembangan Populasi Ternak (ekor) di Provinsi Nusa Tenggara

Timur Tahun 2014-2018 Jenis Ternak Tahun 2014 2015 2016 2017 2018 Sapi 865.731 899.534 984.508 1.007.608 1.027.256 Kerbau 134.457 141.075 156.957 162.658 165.551 Kuda 112.946 114.879 112.557 112.589 114.514 Kambing 609,367 626,431 637,969 674.227 693.557 Domba 64,685 65,422 66,884 67.579 68.388 Babi 1,751,805 1,812,449 1,845,408 2.073.446 2.141.243 2. Pemotongan Ternak

Rincian pemotongan ternak tahun 2014 – 2018 (Tabel 2.5) menunjukkan peningkatan yang cukup berarti terkait dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan konsumsi protein hewani. Data pemotongan ternak tersebut telah diperhitungkan juga dengan perkiraan pemotongan ternak yang tidak tercatat baik didalam rumah potong hewan, maupun di luar rumah potong hewan.

(29)

Tabel 2.5. Pemotongan Ternak (ekor) di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 -2018 Jenis Ternak TAHUN 2014 2015 2016 2017 2018 Sapi 56.177 80.993 82.944 84.793 83.112 Kerbau 12.518 7.388 8.020 8.053 8.170 Kuda 4.353 4.991 4.465 4.573 4.582 Kambing 217.664 223.488 139.388 144.840 166.584 Domba 24.052 24.332 24.416 24.684 25.560 Babi 787.905 828.375 792.295 820.762 834.280 3. Produksi Daging

Hasil produksi usaha peternakan rakyat setiap tahun digunakan untuk konsumsi lokal, konsumsi Provinsi lain dan untuk penambahan populasi. Produksi daging di Provinsi Nusa Tenggara Timur selama periode lima tahun terakhir terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2.6. Perkembangan Produksi Daging (kg) di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tahun 2014 - 2018 Jenis Ternak TAHUN 2014 2015 2016 2017 2018 Sapi 11.656.440 12.298.680 12.441.780 12.285.360 12.466.800 Kerbau 1.290.375 1.482.075 1.503.675 1.474.875 1.531.800 Kuda 607.169 533.033 544.026 549.552 558.370 Kambing 3.727.496 1.733.299 1.763.257 2.018.130 2.107.288 Domba 379.394 310.690 311.609 321.666 326.210 Babi 32.501.081 32.726.100 32.682.169 33.464.681 34.414.050

4. Pengolahan dan Pemasaran Ternak dan Hasil Ternak

Usaha agribisnis di bidang peternakan di Nusa Tenggara Timur menunjukkan adanya perkembangan dari tahun ke tahun, baik ditinjau dari segi kuantitas jenis komoditinya maupun kualitasnya.. Pembinaan usaha tani ternak tidak terlepas dari tata cara atau sistem pemeliharaan ternak yang ada. Di Nusa Tenggara Timur,secara umum ternak besar yang dipelihara masih diusahakan secara sambilan atau belum sebagai mata pencaharian pokok dimana dominan ternak dilepas begitu saja di padang penggembalaan untuk mencari makanan sendiri.

Salah satu tugas Dinas Peternakan adalah pengawasan pemasukan dan pengeluaran ternak dan hasil ternak, pasar ternak dan monitoring harga ternak. Pengeluaran ternak besar potong sejak tahun 2014 s/d 2018 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(30)

Tabel 2.7. Pengeluaran Ternak Potong (ekor) dari Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 - 2018 No Jenis Ternak T A H U N 2014 2015 2016 2017 2018 1 Sapi : Kuota 55.000 57.536 65.600 70.800 69.950 Realisasi 49.658 52.811 65.235 66.574 67.454 2 Kerbau: Kuota 6.000 5.880 5.940 5.410 4.720 Realisasi 3.124 3.231 4.699 3,750 3,857 3 Kuda : Kuota 5.000 5.000 5.990 6.338 6.075 Realisasi 4.161 6.799 5.695 5.628 5.388 Jumlah : Kuota Realisasi 66.000 68.416 77.530 82.548 80.745 56.943 61.841 75.629 75.780 76.699 5. Kesehatan Hewan

Pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan menular merupakan salah satu perhatian utama pembangunan peternakan dalam kerangka peningkatan populasi dan produktivitas ternak, sekaligus menjamin keamanan pangan hewani dan ketentraman konsumen. Penyakit menular utama di Nusa Tenggara Timur antara lain SE, Antrax, Brucellosis, Rabies dan Hog Cholera. Tindakan pencegahan terhadap berbagai penyakit tersebut berupa vaksinasi yang dilakukan dalam kurun waktu tahun 2014 hingga 2018 (Tabel 2.8).

Tabel 2.8. Perkembangan Alokasi Vaksin dan Realisasi Vaksinasi Penyakit Hewan

Tahun 2014 – 2018

No. Jenis Vaksinasi Tahun (Dosis)

2015 2016 2017 2018 1 Anthrax : - Alokasi 215.535 246.600 50.000 50.000 - Realisasi 215.535 192.619 50.000 73.000 2 Brucellosis : - Alokasi 0 1.650 15.000 8.000 - Realisasi 0 1.650 15.000 15.849 3 Hog Cholera : - Alokasi 218.416 228.740 15.860 70.000 - Realisasi 218.416 198.541 15.860 29.003 4 Rabies : - Alokasi 184.208 292.180 262.026 255.000 - Realisasi 184.208 273.983 251.435 226.970 5 SE : - Alokasi 143.839 477.800 7.992 71.500 - Realisasi 143.839 427.940 7.992 23.450

(31)

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Perangkat Daerah

Dalam rangka pengembangan pelayanan Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur, terdapat beberapa tantangan dan peluang yang dihadapi sebagai berikut.

2.4.1. Tantangan

Tantangan-tantangan yang dihadapi dalam pengembangan peternakan di Nusa Tenggara Timur adalah :

1. Produktivitas ternak tidak dapat mengimbangi laju kenaikan permintaan akibat pertambahan penduduk yang berdampak pada meningkatnya konsumsi daging, telur dan susu serta hasil olahannya;

2. Tingginya pemotongan ternak betina produktif dan bahkan sebagian besar yang dipotong dalam keadaan bunting;

3. Sistim pemeliharaan yang non intensif serta skala usaha peternak yang belum ekonomis sehingga tidak mampu memberikan tambahan pendapatan yang memadai;

4. Tingkat penggunaan sarana produksi peternakan belum efisein dan efektif dalam upaya peningkatan produktivitas ternak;

5. Rendahnya dukungan lembaga keuangan yang menyebabkan usaha peternakan maupun peternakan rakyat kekurangan modal untuk mendorong percepatan pertumbuhannya.

6. Merebaknya penyakit hewan menular strategis yang bersifat endemismaupun eksotis akibat lalu lintas ternak / hewan yang tidak dapat diawasi sepenuhnya.

7. Ketersediaan pakan di daerah sentra produksi tidak kontinyu sepanjang tahun yang berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ternak.

8. Alih fungsi lahan basis budidaya peternakan dan budidaya pakan ternak oleh fungsi / sektor lainnya.

9. Relatif rendahnya kompetensi dan jumlah tenaga profesional dan tenaga teknis lapangan.

10. Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia peternak dan pelaku usaha bidang peternakan.

(32)

2.4.2. Peluang

Peluang-peluang dalam pengembangan peternakan di Nusa Tenggara Timur adalah :

1. Produktivitas ternak belum dapat mengimbangi laju kenaikan permintaan akibat gaya hidup / kesadaran masyarakat akan pangan bergizi dan pertambahan penduduk yang berdampak pada meningkatnya konsumsi daging oleh masyarakat;

Pengembangan ternak sapi potong di Indonesia masih terbuka sangat lebar karena gap antara suplai dengan kebutuhan sangat besar. Dari sisi permintaan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan target perbaikan ekonomi, sementara suplai dalam negeri tidak mampu mengimbangi tingginya laju pertumbuhan konsumsi. Sementara dari sisi produksi cenderung stagnan atau melambat yang pada akhirnya memaksa Indonesia harus impor dalam bentuk sapi bakalan, daging dan jeroan. Keadaan ini secara lambat laun mengakibatkan Indonesia sangat tergantung kepada suplai bersumber impor dan suatu saat akan terjadi keadaan dimana struktur pasar daging sapi dapat diintervensi oleh harga daging impor.

2. Kondisi agroklimat (iklim semi arid) relatif lebih cocok sebagai kawasan peternakan.

Sebagian besar daerah Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah bertipe iklim agak kering sampai kering (6 sampai 9 bulan kering) serta didominasi oleh lahan kering yang berimplikasi pada pendeknya periode untuk melakukan kegiatan bercocoktanam tanaman pangan. Berdasarkan kondisi tersebut maka kebijakan pembangunan pertanian perlu diarahkan pada subsektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, memiliki kesesuaian dengan kondisi sumberdaya lahan dan iklim serta berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak (memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang), yakni salah satunya adalah pengembangan subsektor peternakan.

3. Adanya dukungan regulasi yang kuat (UU Otonomi Daerah dan UU Peternakan dan Keswan).

Menurut penjelasan Undang-undang Peternakan dan Kesehatan Hewan, penyelenggaraan peternakan dan kesehatan hewan dilakukan secara sendiri maupun terintegrasi dengan budidaya tanaman pertanian, perkebunan, perikanan, dan kehutanan;

(33)

dengan pendekatan sistem agribisnis peternakan dan sistem kesehatan hewan; serta penerapan asas kemanfaatan dan keberlanjutan, keamanan dan kesehatan, kerakyatan dan keadilan, keterbukaan dan keterpaduan, kemandirian, kemitraan, dan keprofesionalan. Kedua hal tersebut harus diselenggarakan secara sinergis untuk melindungi dan meningkatkan kualitas sumber daya hewan; menyediakan pangan yang aman, sehat, utuh, dan halal; meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, hewan, dan lingkungan; menyediakan jasa dan bahan baku industri; mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; meningkatkan pendapatan dan devisa negara; memperluas kesempatan berusaha dan kesempatan kerja; serta meningkatkan kesejahteraan rakyat. 4. Tersedianya dana dari berbagai sumber untuk pemberdayaan

masyarakat kecil secara langsung serta fasilitas kredit perbankan. Tingginya perhatian pemerintah terhadap upaya peningkatan pendapatan masyarakat kecil (petani) dan penanggulangan kemiskinan tercermin dari penyediaan dana dari berbagai sumber dan jenis / program untuk pengembangan ekonomi masyarakat. Penyediaan dana tersebut bertujuan antara lain untuk penguatan modal petani atau kelompok tani. Permodalan merupakan salah satu faktor produksi pertanian yang penting, selain tenaga kerja (sumberdaya manusia) dan lahan (sumberdaya alam). Meskipun sumberdaya alam tersedia melimpah dan terdapat tenaga kerja untuk memanfaatkannya, namun jika tidak tersedia modal untuk pengadaan teknologi dan membiayai kegiatan-kegiatan agribisnis, maka keberadaan sumberdaya tersebut masih bersifat potensial saja. Sebagai suatu bagian dari sistem agribisnis, penyediaan modal bagi kegiatan / proses produksi pertanian merupakan hal yang penting karena merupakan rantai yang saling terkait dan sambung menyambung dengan subsistem lainnya. Kecukupan modal melalui bantuan pendanaan dapat berfungsi efektif untuk mencapai tingkat optimal dalam skala usaha pada seluruh subsistem agribisnis. Walaupun bukan satu-satunya faktor produksi usaha pertanian, dalam batas-batas tertentu modal merupakan faktor kritikal. Tidak jarang ditemui bahwa kekurangan modal merupakan kendala yang menghambat petani dalam mengelola dan mengembangkan usahataninya.

(34)

BAB III

PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Perangkat Daerah

Permasalahan yang masih akan dihadapi dalam pembangunan sub sektor peternakan di Nusa Tenggara Timur dalam kurun waktu lima tahun ke depan antara lain mencakup aspek prasarana sarana dan sumber daya peternakan, aspek perbibitan dan produksi ternak, aspek kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner, serta aspek agribisnis dan kelembagaan peternakan.

Berikut ini disampaikan permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Peternakan seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Dinas

Peternakan

Aspek Kajian Capaian/Kondisi

Saat ini Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Dinas Permasalahan

Peternakan Internal (Kewenangan OPD) Eksternal (Di luar Kewenangan OPD) 1. Aspek prasarana sarana dan sumber daya peternakan • Kurangnya ketersediaan sumber air • Kurangnya ketersediaan hijauan pakan ternak berkualitas sepanjang tahun • Ketergantungan pakan konsentrat/ pellet dari luar NTT • Berkurangnya lahan padang penggembalaan ternak • Belum adanya status hukum kawasan peternakan • Tersedianya teknologi dan dukungan infrastruktur sarana dan prasarana • Belum tersedianya pabrik pakan ternak/pengolah pakan ternak skala besar,

sedang dan kecil

• Penyediaan bendungan, embung, sumur dan jaringan irigasi • Pengembangan industri pakan ternak • Optimalisasi pemanfaatan teknologi pakan ternak • Optimalisasi padang penggembalaan • Penguatan manajemen pemeliharaan ternak yang intensif • Zonasi padang penggembalaan melalui pemetaan kawasan • Pengembangan kebun pakan ternak melalui pola integrasi pertanian terpadu • Kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah Kabupaten/ Kota • Kebijakan anggota Dewan di daerah • Ketersediaan dukungan anggaran • Kurangnya ketersediaan sumber air untuk pembangunan peternakan • Berkurangnya padang penggembalaan dan lahan untuk

hijauan pakan ternak • Ketergantungan pakan ternak (pellet dan konsentrat) dari luar NTT • Belum optimalnya pemanfaatan teknologi budidaya peternakan • Pembinaan dan pengawasan mutu pakan ternak belum optimal • Terbatasnya jumlah pengawas mutu pakan ternak

(35)

Aspek Kajian Capaian/Kondisi

Saat ini Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Dinas Permasalahan

Peternakan Internal (Kewenangan OPD) Eksternal (Di luar Kewenangan OPD) 2. Aspek perbibitan dan produksi ternak • Sistem pemeliharaan ternak sebagian besar masih

secara non intensif

maupun semi intensif • Belum terpenuhinya kebutuhan bibit ternak (sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, domba, babi, ayam buras,

ayam ras

pedaging, ayam

ras petelur dan itik

• Penurunan

kualitas bibit

ternak

• Ketergantungan

bibit ayam ras

pedaging dan

petelur dari luar NTT • Peningkatan kualitas bibit ternak terus diupayakan • Adanya peningkatan usaha budidaya • Optimalisasi penggunaan SDM, sarana, prasarana, dan dana yang dimiliki • Penumbuhan dan pengembangan pusat-pusat pembibitan ternak (breeding farm) • Revitalisasi pusat perbibitan peternakan daerah • Penguatan sentra peternakan rakyat • Pemberdayaan kelompok tani ternak • Pengembangan teknologi reproduksi • Pengembangan pusat perbibitan unggas • Kebijakan pemerintah pusat pemerintah Kabupaten/ Kota • Kebijakan anggota Dewan di daerah • Ketersediaan dukungan anggaran • Komitmen pemerintah dalam meningkatkan penyediaan bibit ternak • Masih minimnya jumlah pembibitan ternak yang intensif dan berkelanjutan • Ketergantungan bibit ayam broiler dan

petelur dari luar NTT • Program pembibitan ternak di masyarakat membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama • Program pembibitan ternak kurang memberikan keuntungan yang memadai • Terbatasnya jumlah SDM fungsional Pengawas bibit ternak, pengawas,

tenaga teknis IB, PKB, ATR dan petugas recording 3. Aspek kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner • Masih adanya kasus penyakit hewan menular strategis

• Masih adanya obat

hewan yang beredar belum terdaftar • Masih adanya rumah potong hewan yang dikelola pemerintah belum memenuhi persyaratan • Belum optimalnya penerapan kesejahteraan hewan di RPH • Masih adanya produk hewan yang beredar belum memenuhi persyaratan kesehatan masyarakat veteriner • Optimalisasi pengamatan, pencegahan dan pengendalian penyakit hewan menular strategis • Penguatan Isikhnas dan website database pembangunan peternakan • Pengembangan sarana pelayanan kesehatan hewan (Rumah sakit hewan, klinik hewan dan puskeswan) • Pembangunan, Pembinaan dan fasilitasi RPH • Kebijakan pemerintah pusat pemerintah Kabupaten/ Kota • Kebijakan anggota Dewan di daerah • Ketersediaan dukungan anggaran • Komitmen pemerintah dalam meningkatkan penyediaan bibit ternak • Terbatasnya fasilitas dan SDM (medik dan paramedik veteriner) pelayanan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner • Belum adanya inovasi pemetaan dan pengendalian penyakit ternak dan hewan, khususnya berbasis teknologi informasi secara on-line • Kurangnya jumlah RPH

(36)

Aspek Kajian Capaian/Kondisi

Saat ini Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Dinas Permasalahan

Peternakan Internal (Kewenangan OPD) Eksternal (Di luar Kewenangan OPD) • Sertifikasi NKV • Kemampuan laboratorium untuk pengujian produk hewan 4. Aspek agribisnis dan kelembagaan peternakan

• Lalu lintas hewan

masih sulit

diawasi

• Lalu lintas produk hewan masih sulit diawasi • Sebagian besar peternak dengan keterampilan yang belum memuaskan serta dengan motivasi ekonomi dalam usaha masih rendah dan dilakukan sebagai usaha sambilan saja • Kurangnya kontribusi teknologi pasca panen dalam meningkatkan pendapatan petani • Belum terbentuknya kelembagaan peternakan yang baik • Kurangnya modal untuk mengembangkan usaha peternakan • Adanya regulasi yang mewadahi pengawasan lalu lintas produk hewan • Tim pengawasan terpadu • Pembangunan holding ground • Penguatan SDM dan kelembagaan serta sarana penunjang pengawasan • Pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil peternakan • Kebijakan pemerintah pusat pemerintah Kabupaten/ Kota • Kebijakan anggota Dewan di daerah • Ketersediaan dukungan anggaran • Komitmen pemerintah dalam meningkatkan penyediaan bibit ternak • Kurangnya introduksi teknologi pengolahan hasil ternak (pasca panen) • Belum adanya pabrik pengolahan daging

3.2. Telaahan Visi, Misi Provinsi Nusa tenggara Timur.

Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2018-2023, visi pembangunan yang dicanangkan pimpinan daerah adalah “NTT Bangkit Mewujudkan

Masyarakat Sejahtera dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

(37)

Untuk mewujudkan visi pembangunan tersebut maka ditetapkan 5 (lima) misi pembangunan yang akan menjadi acuan dalam penyiapan kerangka kerja untuk Penyusunan Rencana Strategis.

1. Mewujudkan masyarakat sejahtera, mandiri dan adil;

2. Membangun NTT sebagai salah satu gerbang dan pusat pengembangan pariwisata nasional (Ring of Beauty);

3. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur untuk mempercepat pembangunan;

4. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia;

5. Mewujudkan reformasi birokrasi pemerintahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Dalam kerangka pembangunan Peternakan, misi yang diemban sesuai tugas dan fungsi Perangkat Daerah Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur telaahan strategis

Misi Satu, yakni mewujudkan masyarakat sejahtera, mandiri dan adil,

adalah menciptakan kemandirian dan stabilitas perekonomian daerah, dengan sasaran utama adalah meningkatnya kinerja industri dan perdagangan dalam perekonomian daerah. Untuk mencapai sasaran tersebut, strategi yang dilakukan adalah peningkatan produksi bibit dan benih ternak, percepatan peningkatan keahlian tenaga kerja, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan inovasi daerah menuju industrialisasi 4,0 serta mengintegrasikan pembangunan sektor peternakan dengan pembangunan pertanian berupa penumbuhan dan pengembangan pusat pembibitan ternak (breeding farm), melakukan revitalisasi pola dan teknik peternakan yang lebih produktif bernilai tambah dan berdaya saing diantaranya dengan mendorong pengembangan peternakan intensif yang didukung dengan penyediaan sarana prasarana untuk menghasilkan bibit bermutu dan pakan berkualitas secara kontinyu dengan penerapan teknik inseminasi buatan, pembibitan ternak dan kebun pakan ternak, introduksi bibit unggul dan variant baru maupun industri pakan ternak berbahan baku lokal.

Berdasarkan RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2018 - 2023, mengamanatkan arah kebijakan pembangunan peternakan daerah adalah 1) Peningkatan industri peternakan; 2) Penguatan intekkoneksi jaringan distribusi produk daerah mendukung pengembangan pariwisata untuk mewujudkan Ring of Beauty; dan 3) Kerjasama lintas daerah dalam pengembangan produk lokal berbasis peternakan.

(38)

▪ Perwujudan NTT Bangkit untuk mencapai Peningkatkan Kapasitas, yaitu dengan target i) Neraca Perdagangan impor-ekspor dari defisit 54 juta $US menjadi surplus 10 – 15 juta $US; ii) Kunjungan wisatawan dari 650 ribu orang menjadi lebih dari 3 juta; iii) Meningkatan produksi padi dari 900.000 ton menjadi 1,3 juta ton pada daerah irigasi (DI) teknis termasuk DI pada bendungan-bendungan baru (Raknamo, Rotiklod, Temef dan infastruktur sumberdaya air lainnya seperti embung-embung irigasi; iv) Pengembangan pertanian lahan kering kepulauan dengan sasaran target yaitu a) Meningkatkan produksi jagung dari 650 ribu ton menjadi 1 juta ton dengan tambahan Luas tanam pada lahan tidur dan kawasan perhutanan sosial; b) peningkatan populasi sapi dari 1 juta menjadi 2 juta; serta c) Pembangunan Infrastruktur khususnya jalan Provinsi mencapai kondisi 100 % mantap di tahun 2021. Untuk pencapaian target tersebut juga di tetapkan New Inisiatif yang sasarannya yaitu i) Meningkatkan kapasitas ekspor dan pasar nasional melalui penguatan kerjasama perdagangan dengan Selatan-Selatan, ii) Pengembangan kapasitas produksi garam 2 juta ton; iii) Pengembangan 50 juta pohon kelor/marungga; iv) Budidaya perikanan di mulut seribu-perairan pulau Rote; v) Industrialisasi produk pertanian dan perikanan; vi) Pengembangan Marina Bay di Alor; vii) Pariwisata estate dalam terkoneksi dalam the ring of beauty; viii) Breeding farm dan industri pakan ternak; dan ix) Penciptaan Wirausaha Baru (Start up); serta x) Pembangunan infrastruktur pada pusat pertumbuhan.

▪ Dalam Konteks NTT menuju Sejahtera, Perangkat Dinas Peternakan bersama beberapa Perangkat Daerah lainnya dalam lima tahun menargetkan penanganan kemiskinan, stunting, air minum, sanitasi dan penyediaan rumah layak huni.

Penelahan atas Misi Pembangunan secara operasional Dinas Peternakan untuk NTT Bangkit dengan Peningkatan Kapasitas dan New Inisisatif serta NTT Sejahtera dijabarkan sebagai berikut :

Misi 1 : Mewujudkan masyarakat sejahtera, mandiri dan adil

Implementasi atas Misi pertama ini sekaligus merupakan kerangka acuan bagi empat misi lainnya yaitu Menciptakan kemandirian dan Stabilitas perekonomian daerah, Persentase pertumbuhan ekonomi, Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB pada Kisaran 23,57 - 28,28 % dan Peningkatan Nilai tambah Petani Peternak (NTP) pada kisaran Poin 111 – 127. Strategi meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTT dengan

(39)

prinsip keterbukaan dan melibatkan semua pihak (inclusive) dan dengan pendekatan berkelanjutan yang merujuk kepada empat pilar pembangunan berkelanjutan yaitu keberlanjutan dalam aspek ekonomi, aspek sosial, aspek lingkungan, dan aspek kelembagaan. Merujuk kepada Prioritas Pembangunan Daerah untuk Peningkatan Pendapatan Masyarakat Petani Peternak ini melalui Peningkatan Produksi bibit benih Pertanian, Peternakan dan Perikanan yang mampu memenuhi kebutuhan daerah, nasional dan ekspor melalui peningkatan nilai tambah dengan indikator Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB pada kisaran 6,78 %.

Misi 2 : Membangun NTT sebagai salah satu gerbang dan pusat

pengembangan pariwisata nasional (Ring of Beauty)

Dukungan Pencapaian Misi II Membangun NTT sebagai salah satu gerbang dan pusat pengembangan pariwisata nasional (Ring of Beauty) sebagaimana Prioritas Pembangunan Daerah IV, untuk Bidang Peternakan diimplementasikan dalam upaya Peningkatan Nilai Tambah Industri Kecil dan rantai nilai pasok produk peternakan (daging dan olahannya) sehingga dapat memenuhi permintaan jasa kuliner sebagai unsur Amenities sesuai target kunjungan wisatawan 3 juta dan target lama hunian pariwisata 4 hari. Hal ini diarahkan dengan mendukung sektor industri kecil rakyat / rumah tangga dalam pengolahan produk berbasis Pengolahan dan bernuansa kekuatan budaya lokal.

Misi 3 : Meningkatkan ketersediaan dan kualitas Infrastruktur untuk

mempercepat pembangunan

Misi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas serta nilai manfaat infrastruktur secara adil dan merata untuk mendukung berbagai aktivitas pelayanan publik dan kelancaran berbagai aktivitas sosial ekonomi serta meningkatkan aksesibilitas ke daerah-daerah perbatasan, daerah terluar, kepulauan dan terisolir. Dalam Konteks pembangunan Peternakan, adalah memperoleh dukungan melibatkan pemangku kepentingan untuk penguatan akses melalui upaya penyiapan infrastruktur sumber daya air, akses jalan menuju kawasan peternakan dan sentra peternakan rakyat sekaligus memperkuat dan memperlancar rantai pasok hulu – hilir peternakan.

(40)

Misi 4 : Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Dalam bidangan Peternakan maka secara khusu Misi ini diimplementasikan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dan keahlian menyikapi perkembangan industri, produksi dan produktivitas peternakan dan pakan ternak untuk mampu mencapai target populasi dan kebutuhan lokal serta regional diantaranya ketersediaan daging ayam, telur ayam dan indusstri pegolahan sumber daya manusia yang cerdas, terampil dan berdaya saing tinggi agar mampu perpartisipasi dalam proses dan percepatan pembangunan.

Misi 5 : Mewujudkan reformasi birokrasi pemerintahan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan publik

Misi ini dimaksudkan untuk penyediaan aparatur yang profesionalisme dan handal dalam rangka inovasi dan percepatan pelayanan publik yang cepat dan berkualitas dengan menerapkan kemajuan teknologi dan industri peternakan dari hulu sampai hilir dan berorientasi pada hasil.

Penetapan program pembangunan disesuaikan dengan misi pembangunan daerah yang pelaksanaannya didasarkan sesuai karakteristik wilayah dengan pendekatan untuk mencapai pertumbuhan dan pemerataan melalui program prioritas yang dilaksanakan dengan titik berat kebijakan pelaksanaan menurut spesifikasi kebutuhan pembangunan. Program Prioritas dalam Urusan Pertanian yang menjadi tugas Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah Program Peningkatan Produksi Hasil

Peternakan.

3.3. Telaahan Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian R.I

Memasuki periode Pembangunan jangka menengah 2014-2019, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian R.I menyusun dokumen Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2014-2019 dan sesuai dengan Visi dan Misi yang telah ditetapkan yaitu merumuskan kebijakan dan standarisasi teknis bidang peternakan dan kesehatan hewan yang berbasis sumber daya lokal yaitu dalam rangka : (1) Meningkatkan produksi ternak dan produk peternakan dan kesehatan hewan yang berdaya saing; (2) Mengendalikan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis; (3) Menyediakan pangan asal hewan yang aman, segar, utuh dan higienis (ASUH); (4) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak.

(41)

Tujuan yang tercantum dalam Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2014-2019 tersebut diatas menunjukkan upaya untuk mendorong pembangunan peternakan dan kesehatan hewan yang ada di masyarakat di Daerah melalui upaya koordinasi dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam pembangunan peternakan dan kesehatan hewan yaitu para peternak dan kelompok peternak, pengusaha swasta, akademisi, perbankan dan stakeholder terkait guna meningkatkan pembangunan daerah di bidang peternakan.

Selaras dengan visi dan misi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian R.I tersebut, pembangunan peternakan di Nusa Tenggara Timur pun tidak dapat dilakukan sepihak oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur semata, akan tetapi perlu dukungan dari stakeholders lainnya seperti Legislatif, Instansi Vertikal yang ada di Pemerintah Pusat, wilayah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota, serta masyarakat termasuk dunia usaha didalamnya yang berkewajiban untuk melaksanakan program-program yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2018-2023.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian R.I menetapkan arah kebijakan dan strateginya sebagai bagian dari 12 program yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian, yang mengemban satu program nasional yaitu Swasembada Daging Sapi / Kerbau Tahun 2014-2019 dengan sasaran produksi 624.364 ton atau kenaikan rata-rata 7,49% pertahun. Strategi yang ditempuh yaitu : 1) Memperlancar arus produk peternakan melalui peningkatan efisiensi distribusi; 2) Meningkatkan daya saing produk peternakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal; 3) Memperkuat regulasi untuk mendorong peran peternak dalam negeri sehingga menjadi mandiri; 4) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar sektor terkait serta networking antar daerah; 5) Meningkatkan promosi produk peternakan untuk ekspor; 6) Memperkuat kelembagaan peternakan di semua strata pemerintahan dan otoritas veteriner. Selain mengacu kepada Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian R.I, Renstra Peternakan Provinsi Nusa tenggara Timur tetap mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur 2018-2023, bahwa pada Misi Kedua yang tercantum di dalam RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan tahapan ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 yaitu

Gambar

Gambar  1.  Bagan  Struktur Organisasi Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara TimurKepala DinasBidang Prasarana, Sarana dan Pengembangan Sumber Daya PeternakanSeksi Pengembangan Kawasan PeternakanSeksi Penerapan Teknologi PeternakanSeksi Pengembangan Sumb
Tabel 2.1. Sumber Daya Sarana Prasarana Dinas Peternakan Provinsi NTT
Tabel 2.2. Pencapaian Kinerja Perangkat Daerah Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014-2018  Indikator  Kinerja sesuai  Tugas dan  Fungsi SKPD  Target SPM  Target IKK  Target  Indikator Lainnya
Tabel 2.3 Alokasi Anggaran dan Realisasi Perangkat Daerah Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014-2018
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen RKPDes sesuai amanah perundang-undangan menjadi pedoman pemerintah desa dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa yang disusun secara partisipatif

Indikator kinerja daerah ini ditunjukkan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat

Dalam hal ini, Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (BP4D) Kabupaten Subang melaksanakan misi ke satu dalam RPJMD Kabupaten Subang Tahun 2018-2023, yaitu

Capaian indikator kinerja ini sesuai target yang ditetapkan, dari target 11 model terealisasi sebanyak 11 model dengan persentase capaian sebesar 100%, maka

5) Menyiapkan konsep penyusunan rencana kebijakan dan indikator kinerja; 6) Menyajikan bahan sosialisasi kebijakan dan indikator kinerja program. Melakukan penyiapan bahan

Pengukuran capaian kinerja sasaran strategis meliputi pengukuran atas realisasi 11 IKU dominan (yang paling mempengaruhi capaian sasaran strategis) dari 35 IKU yang telah

Dalam rangka pencapaian penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut di atas, diperlukan konsistensi dan sinergisitas upaya dari mulai perencanaan pembangunan

Untuk Pencapaian Indikator Kinerja BLU RSUP Sanglah tahun 2016 dari ketiga indikator yaitu Kinerja Keuangan, Kinerja Operasional Serta Kinerja Mutu Pelayanan Dan