1 SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bimbingan Konseling dalam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Oleh:
SAWIYAH NIM : 2611.068
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BUKITTINGGI
ABSTRAK
Sawiyah : Pengaruh Pengendalian Diri Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Semester IV Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi
Pengendalian diri berpengaruh terhadap hasil belajar, setiap mahasiswa memiliki pengendalian diri yang berbeda-beda. Pengendalian diri ini ada beberapa aspek yaitu pengendalian prilaku, pengendalian kognitif, dan pengendalian pengambilan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengendalian diri terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi dan besarnya pengaruh pengendalian diri terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi .
Penelitian kuantitatif ini bersifat korelatif yaitu tipe penelitian yang bertujuan melihat dan mendeskripsikan pengaruh antara dua variabel penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester IV Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi sejumlah 175 orang. Sampel penelitian sejumlah 35 orang mahasiswa yang diambil dengan menggunakan teknik proportional random sampling yaitu teknik yang digunakan jika populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan secara proporsional. Data dikumpulkan dengan menggunakan angket dengan skala Likert adapun indikator yang digunakan yaitu pengendalian diri ada beberapa aspek yaitu pengendalian prilaku, pengendalian kognitif, dan pengendalian pengambilan keputusan, studi dokumentasi dan teknik analisis data menggunakan statistik sederhana. Pengkorelasian variabel penelitian menggunakan rumus r product moment, koefisien determinan,persamaan regresi, dan regresi sederhana dengan teknik analisis data menggunkan SPSS Versi 16.00.
Hasil uji korelasi dapat diketahui 0,156 < 0,344 dengan degree of freedom (Df) 33 pada taraf signifikan 0,05. Berdasarkan hasil penelitian maka Ho diterima dan Ha ditolak, maka diperoleh gambaran bahwa tidak terdapat pengaruh pengendalian diri terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi dalam korelasi ”sangat lemah”, yang terletak antara 0.01-0.199. Setelah melakukan penghitungan maka diperoleh nilai koefesien determinasi = 2,43%. Berdasarkan nilai tersebut dapat diartikan variansi variabel hasil belajar dipengaruhi sebesar 2,43% oleh pengendalian diri, sementara 97,57% hasil belajar dipengaruhi oleh faktor lainnya. Sedangkan persamaan regresinya yaitu , y = dan hasil uji regresinya yaitu kontribusi pengendalian diri terhadap hasil belajar sebesar 2,4%, sedangkan 97,6% dijelaskan oleh faktor (variabel) lain, hasil uji F yaitu yaitu 0,828 dengan Sig 0,370 <2,69 dari table F dengan alfa 0,05 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan pengendalian diri terhadap hasil belajar.
Dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh antara pengendalian diri terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada mahasiswa semester IV Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi untuk dapat mempertahankan serta meningkatkan lagi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mahasiswa merupakan pelajar di perguruan tinggi.1 Mahasiswa merupakan seorang pelajar yang membutuhkan bantuan, bimbingan dan pengarahan dalam segi ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Pada hakikatnya pendidikan adalah bimbingan atau upaya mempengaruhi anak didik dengan ilmu pengetahuan tertentu, mengembangkan cara berfikir dan kedewasaan anak didik dalam menyelesaikan masalah. Pendidikan juga merupakan kegiatan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar secara formal maupun non formal, yang secara khusus dan terarah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.2
Pendidikan merupakan tujuan utama setiap bangsa, apalagi bangsa Indonesia yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang baik fisik maupun mental. Sesuai dengan kondisi negara yang sedang membangun, maka perubahan dalam segala bidang terus ditingkatkan, termasuk juga upaya penyempurnaan dan pengembangan dalam bidang pendidikan.
1 Andini T.Nirmala dan Aditya A. Pratama, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Prima Media , 2003), h. 255
2
Pendidikan didapat dengan cara belajar dan menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap orang agar memperoleh ilmu pengetahuan. Pendidikan inilah yang akan menuntun manusia menuju kehidupan yang lebih baik.
Allah SWT menjelaskan hal ini dalam firman_Nya surat Yunus : 5.
َنيِنِّسلا َدَدَع اوُمَلْعَتِل َلِزاَنَم ُهَرَّدَقَو اًروُن َرَمَقْلاَو ًءاَيِض َسْمَّشلا َلَعَج يِذَّلا َوُه
َنوُمَلْعَي ٍمْوَقِل ِتاَي ْلْا ُلِّصَفُي ِّقَحْلاِب َّلَِّإ َكِلَذ ُ َّاللَّ َقَلَخ اَم َباَسِحْلاَو
Artinya :
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah ( tempat-tempat ) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”.(QS.Yunus : 5)
Ayat di atas menjelaskan kepada manusia bahwa diciptakan-Nya matahari dan bulan dengan ketentuan-ketentuan perjalanannya sebagai tolak ukur bagi umat manusia untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu yang benar, hanya orang yang berfikir atau orang yang berilmu pengetahuan yang mau dan mampu untuk mengetahuinya.
Belajar merupakan proses perkembangan hidup manusia. Melalui belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. dan bekerja menurut apa yang yang telah dipelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman, belajar adalah suatu proses, dan integrative dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut pengertian psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.3 Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri mahasiswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk peningkatan dan pengembangan lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.4
Sedangkan Nana Sudjana mendefenisikan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.5 Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh mahasiswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar yang diukur melalui tes. Hasil belajar dapat diukur dalam bentuk angka atau huruf yang menggambarkan tingkat penguasaan mahasiswa terhadap apa yang telah dipelajari.
3 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PTRineka Cipta,
1999), hal.120-121
4 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),
h.7
5 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Pengendalian diri adalah kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan kemampuan untuk menekan atau menghambat dorongan yang ada.6 Pengendalian diri merupakan satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses-proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat dilingkungan yang berada disekitarnya.
Dalam kalangan mahasiswa, banyak hal yang akan dihadapi, selain belajar masih banyak yang menjadi beban bagi seorang mahasiswa. Sebenarnya setiap mahasiswa memiliki masalah yang berbeda-beda dalam perkuliahan, dan setiap mahasiswa itu juga berbeda-beda dalam menaggapi permasalahan tersebut, disinilah mahasiswa akan memberikan warna yang berbeda-beda dalam masalah yang datang.
Permasalahan yang dialami oleh mahasiswa itu beragam selain itu penyebabnya juga beragam, banyak hal yang melatarbelakangi masalah itu muncul baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar, dan semua itu tergantung dari mahasiswa yang mengalami tersebut. Setiap manusia juga memiliki tingkat pengendalian diri yang berbeda-beda dalam menanggapi masalah, sehingga dalam hal ini juga berpengaruh terhadap perkulihan mahasiswa, ketika manusia memiliki tingkat pengendalian diri yang baik maka hasil belajar juga baik, begitu
6
juga sebaliknya jika memiliki pengendalian diri yang tidak baik maka hasil belajar juga rendah.
Dari hasil observasi yang penulis lakukan di IAIN Bukittinggi terhadap mahasiswa semester IV Jurusan Bimbingan Konseling bahwa banyak fenomena yang terjadi bahwa ada mahasiswa yang sulit dalam mengendalikan dirinya dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari mahasiswa yang memainkan handphonenya dalam belajar, ketika mahasiswa memiliki masalah mahasiswa suka melamun, selain itu juga mengganggu teman dalam belajar. Sulitnya mahasiswa mengendalikan diri dan akhirnya membuat hasil belajar atau Indeks Prestasi mahasiswa menurun.7
Hasil wawancara dengan mahasiswa semester IV Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi menyatakan bahwa ketika mahasiswa sulit mengendalikan diri dalam belajar seperti suka melamun dalam belajar sehingga konsentrasi belajar juga rendah, mahasiswa juga mudah terpengaruh oleh teman saat teman mengajak pergi main maka diikuti juga sehingga tugas perkuliahan juga tertinggal. Ketika mahasiswa ini sedang punya masalah dalam keluarga seperti kurangnya biaya untuk kuliah maka dalam belajar masalah tersebut akan terpikirkan. Akibatnya konsentrasi dalam belajar menurun dan pada akhirnya hal
7 Observasi terhadap mahasiswa BK IAIN Bukittinggi, pada hari Senin, 15 Desember
ini akan mempengaruhi terhadap hasil belajar mahasiswa atau menurunnya Indeks Prestasi mahasiswa tersebut.8
Hasil wawancara dengan mahasiswa semester IV Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi menyatakan bahwa mahasiswa ini mudah bosan membaca maupun mengulang pelajaran di rumah, sehingga banyak hal yang tidak dipahami. Selain itu, mahasiswa ini juga sulit dalam membagi waktu untuk belajar karena tidak tahu mana yang harus dikerjakan dahulu, karena terlalu memikirkan masalah dengan pacar, dan pada akhirnya tugas tersebut tidak jadi dikerjakan dan membuat tugas menjadi terbengkalai. 9
Hasil wawancara dengan mahasiswa semester IV Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi menyatakan bahwa mahasiswa ini sering membuat coretan di meja saat bosan untuk belajar sehingga banyak hal yang tidak dipahami terhadap pelajaran. Selain itu, mahasiswa ini juga sering keluar minta izin jika pelajaran tidak dipahami, sehingga banyak hal yang tidak dipahami terhadap pelajaran dan jika dalam kelas saat dosen menerangkan pelajaran tidak terlalu diperhatikan. 10
Hasil wawancara dengan mahasiswa semester IV Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi menyatakan bahwa mahasiswa ini memiliki pekerjaan sampingan yang membuat mahasiswa tersebut sulit dalam membagi waktu untuk
8
Wawancara dengan mahasiswa BK FL, pada hari Rabu, 11 Januari 2015, pukul 10.00
9 Wawancara dengan mahasiswa BK DA, pada hari Rabu, 11 Januari 2015, pukul 13.00 10 Wawancara dengan mahasiswa BK BS, pada hari Selasa, 1 September 2015, pukul
belajar sehingga pelajaran tertinggal . Selain itu, mahasiswa ini juga sulit dalam membagi waktu untuk belajar karena tidak tahu mana yang harus dikerjakan dahulu, karena terlalu memikirkan masalah keuangan, dan pada akhirnya tugas tersebut tidak jadi dikerjakan dan membuat tugas menjadi terbengkalai. 11
Hasil wawancara dengan mahasiswa semester IV Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi menyatakan bahwa mahasiswa ini kurang pandai mengendalikan dirinya dalam hal emosi yang kurang terkontrol disaat mahasiswa putus dengan pacar misalnya maka disaat belajar hal ini akan menjadi beban pikiran bagi mahasiswa tersebut sehingga berdampak pada konsentrasi mahasiswa tersebut dalam belajar dan pelajaran tidak dipahami.12
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengendalian Diri terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Semester IV Jurusan Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi ”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi permasalahan antara lain:
11 Wawancara dengan mahasiswa BK BT, pada hari Rabu, 2 September 2015, pukul
10.00
12 Wawancara dengan mahasiswa BK DA, pada hari Rabu, 11 Januari 2015, pukul
1. Terindikasi beberapa mahasiswa semester IV Jurusan Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi ada yang kurang mampu mengendalikan dirinya dalam belajar dan membuat hasil belajar rendah.
2. Terindikasi beberapa mahasiswa semester IV Jurusan Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi ada yang sulit mengendalikan dirinya ketika bermasalah.
3. Terindikasi bahwa beberapa mahasiswa semester IV Jurusan Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi ada yang sulit membagi waktu untuk belajar ketika bermasalah.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka agar dalam pembahasan tidak meluas dan terfokus terhadap pembahasannya maka penulis membatasi masalah pada pengaruh pengendalian diri terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV Jurusan Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi.
Batasan masalah ini meliputi:
1. Pengaruh pengendalian diri terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV Jurusan Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi.
2. Besarnya pengaruh pengendalian diri terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV Jurusan Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disusun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada pengaruh pengendalian diri terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV Jurusan Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi ?
2. Seberapa besar pengaruh pengendalian diri terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV Jurusan Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi. E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh pengendalian diri terhadap hasil belajar mahasiswa semester IV Jurusan Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi . 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh pengendalian diri terhadap hasil
belajar mahasiswa semester IV Jurusan Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi .
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi IAIN Bukittinggi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagi bahan referensi bagi peneliti lain dengan materi sejenis, serta memberikan sumbangan bagi perbendaharaan karya tulis ilmiah di perpustakaan.
2. Bagi Obyek yang diteliti
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa semester IV Jurusan Bimbingan Konseling agar dapat lebih meningkatkan pengendalian dirinya menjadi lebih baik, dan masalah yang dimiliki tidak mengganggu mahasiswa dan mahasiswa mampu konsentrasi dalam belajar sehingga memiliki hasil belajar yang baik.
3. Bagi Peneliti
Peneliti dapat menambah pengetahuan dan sekaligus menerapkan ilmu pengetahuan yang selama ini diperoleh di Institut Agama Islam Negeri ( IAIN) Bukittinggi. Selain itu peneliti juga bisa mempergunakan untuk penelitian lainnya.
4. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perguruan tinggi yang lain dalam melaksanakan kegiatan perkuliahan (proses belajar mengajar) agar dapat meningkatkan pengendalian diri
mahasiswa semester IV Jurusan Bimbingan Konseling, sehingga mahasiswa dapat mengendalikan dirinya secara baik dan benar.
G. Penjelasan Judul
Beberapa istilah yang dipakai untuk memperjelas maksud dan agar tidak terjadinya kesalahpahaman pada judul penelitian ini sebagai berikut: Pengaruh : Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,
benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.13 Maka, sesuatu itu dikatakan berpengaruh apabila ada yang timbul atau berubah pada yang dipengaruhi. Sedangkan maksud pengaruh judul penelitian ini adalah daya yang telah ditimbulkan/ telah terjadi akibat pengendalian diri.
Pengendalian Diri : Kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merentangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif.14 Pengendalian diri dalam penulisan ini maksudnya kemampuan mahasiswa untuk dapat
13 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama , 2008), Cet.ke-4, h. 849
14
mengendalikan dirinya sendiri terhadap tingkah laku, emosi, dan mental.
Hasil Belajar : Adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.15 Dalam hal ini adalah hasil dari semua mata kuliah yang dipelajari oleh mahasiswa khususnya mahasiswa semester IV Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi yang dapat dilihat dari Indeks Prestasinya (IP).
Mahasiswa : Pelajar di Perguruan Tinggi.16 Dalam hal ini adalah mahasiswa semester IV Jurusan Bimbingan Konseling di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
Berdasarkan defenisi di atas bahwa pengaruh pengendalian diri terhadap hasil belajar mahasiswa adalah suatu daya yang timbul dari stimulus yang datang, yang bisa dilihat dari kemampuan mahasiswa dalam mengendalikan prilaku yang akan berdampak terhadap hasil yang akan diperoleh dari materi yang sudah dipelajari oleh mahasiswa itu sendiri.
15 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,…, hal. 22
16 Andini T.Nirmala dan Aditya A. Pratama, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,…, h.
H. Sistematika Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini penulis bagi dalam tiga bagian, yang penulis bagi berdasarkan bab-bab yang berbeda. Masing-masingnya menjadi satu kesatuan yang saling berkaitan.
Bab I, merupakan pendahuluan yaitu berisikan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian penelitian, penjelasan judul serta sistematika penulisan.
Bab II, merupakan landasan teoritis berisi teori-teori yang mendukung penelitian. Meliputi teori tentang pengendalian diri dan hasil belajar.
Bab III, merupakan metodologi penelitian yang berisi tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, metode analisis instrumen, dan teknik pengolahan data.
Bab IV, merupakan hasil penelitian yang berisi tentang deskripsi data penelitian, pengujian persyaratan analisis, uji hipotesis, pembahasan.
Bab V, merupakan kesimpulan dan saran dalam penelitian yang penulis lakukan.
BAB II
LANDASAN TEORI A. Pengendalian Diri
1. Pengertian pengendalian diri
Pengendalian diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merentangi impuls-impuls/rangsangan.17 Pengendalian diri merupakan satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat di lingkungan yang berada disekitarnya.
Pengendalian diri merupakan kemampuan tubuh dan fikiran untuk melakukan apa yang semestinya dilakukan.18 Disamping itu pengendalian diri memiliki makna sebagai suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk pengendalian dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi.
Pengendalian diri merupakan sikap mengendalikan pikiran dan tindakan agar tindakan kita sesuai dengan norma-norma yang benar.19 Pengendalian diri merupakan hal yang penting terutama bagi anak. Jika anak
17
Chaplin, Kamus lengkap psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2011), h. 451
18 Borba Michelle, Membangun Kecerdasan Moral, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008), h. 112
19 Ellis jeanne Ormrod, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama,
memiliki pengendalian diri, ia tahu dirinya punya pilihan dan dapat mengendalikan tindakannya. Pengendalian diri membekali anak dengan karakter yang kuat karena menahan mereka memanjakan diri dengan bersenang-senang dan justru memusatkan pada tanggung jawab. Pengendalian diri juga menyadarkan anak akan adanya konsekuensi berbahaya atas tindakan yang dilakukan, sehingga dengan kesadaran tersebut anak dapat mengendalikan emosinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian diri adalah kemampuan individu untuk mengatur dirinya sendiri untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga individu tersebut mampu menahan dirinya untuk tidak melakukan sesuatu yang dilarang.
2. Fungsi pengendalian diri
Pengendalian diri berfungsi untuk menyelaraskan antara keinginan pribadi (self interest) dengan godaan (temptation). Selain itu pengendalian diri juga berfungsi sebagai berikut:
a. Membatasi individu untuk bertingkah laku negatif
Individu yang memiliki pengendalian diri akan terhindar dari berbagai tingkah laku negatif.20 Pengendalian diri memiliki arti sebagai kemampuan individu untuk menahan keinginannya untuk bertingkah laku negatif yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
20 Sunarsa Sigih, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2004),
b. Membantu individu untuk memenuhi kebutuhan hidup secara seimbang Individu yang memiliki pengendalian diri yang baik akan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dalam takaran yang sesuai dengan kebutuhan yang ingin dipenuhi.21
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pengendalian diri yang baik maka individu dapat membatasi perilaku yang negatif serta dapat memenuhi kebutuhan secara seimbang. Selain itu pengendalian diri ini juga membantu mengarahkan hidup individu.
3. Jenis-jenis pengendalian diri
Pengendalian diri pada masing-masing individu berbeda-beda tergantung pada bagaimana individu tersebut mengendalikan dirinya sendiri. Ada tiga jenis kualitas pengendalian diri yang ada pada diri individu, yaitu a. Over kontrol
Over kontrol merupakan pengendalian diri yang dilakukan oleh individu secara berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri dalam beraksi terhadap stimulus.22 Artinya individu yang memiliki over kontrol lebih banyak tidak melakukan tindakan yang mestinya dilakukan.
b. Under kontrol
21 Sunarsa, Sigih, Psikologi Perkembangan, ... , h. 257
22 Goleman Daniel, Kecerdasan Emosional, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
Under kontrol merupakan suatu kecenderungan individu untuk melepaskan impuls dengan bebas tanpa perhitungan yang masak.23 Individu yang memiliki under kontrol akan melakukan sesuatu semaunya tanpa memikirkan baik buruk tindakan yang dilakukannya tersebut sehingga tidak mampu menahan diri.
c. Appropriate kontrol
Appropriate kontrol merupakan kontrol individu dalam upaya mengendalikan impuls secara tepat.24 Individu yang memiliki appropriate kontrol mampu mengendalikan dirinya sendiri dan tindakan yang dilakukannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Jadi dalam penelitian ini, penulis akan meneliti ketiga jenis pengendalian diri tersebut, karena penulis belum mengetahui jenis penegendalian diri mana yang dimiliki oleh mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling tersebut. Dalam penelitian ini penulis akan mencari tau pengendalian diri yang baik maupun kurang baik yang dimiliki mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling tersebut .
4. Aspek pengendalian diri
Untuk dapat mengendalikan diri, maka individu harus mampu mengendalikan fikiran dan tindakan agar tindakan tersebut sesuai dengan norma, yang meliputi 3 aspek, yaitu:
23 Goleman Daniel, Kecerdasan Emosional, ... , h. 181 24
a. Kontrol perilaku (behavioral kontrol)
Merupakan kesiapan atau tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.25 Kemampuan pengendalian perilaku ini diperinci menjadi dua komponen, yaitu mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability). Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan, dirinya sendiri atau sesuatu diluar dirinya.
Individu yang kemampuan pengendalian dirinya baik akan mampu mengatur perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal. Kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu mencegah atau menjauhi stimulus, menempatkan tenggang waktu di antara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum waktunya berakhir, dan membatasi intensitasnya.
Dalam penelitian ini penulis juga mengarahkan kepada kondisi emosional dari mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling dalam berprilaku, melalui emosional yang dimiliki oleh mahasiswa yang akan
25
ditampilkan berupa prilaku salah suai atau tidak, yang bisa dilihat dari pengendalian diri yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut.
b. Kontrol kognitif (cognitif kontrol)
Merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan.26 Aspek ini terdiri atas dua komponen, yaitu memperoleh informasi dan melakukan penilaian. Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti individu berusaha menilai dan dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif.
c. Pengendalian keputusan (Decisional kontrol)
Merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya.27 Pengendalian diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan
26 DayakisniT ri & Hudaniah, Psikologi Sosial, ... , h. 40 27
tindakan. Dari uraian dan penjelasan di atas, maka untuk mengukur pengendalian diri digunakan aspek-aspek sebagai berikut:
1) Kemampuan pengendalian perilaku 2) Kemampuan pengendalian kognitif 3) Kemampuan mengambil keputusan
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian diri ini memiliki beberapa aspek yaitu kontrol prilaku, kontrol kognitif, dan pengendalian keputusan. Aspek pengendalian diri inilah yang akan mengarahkan pada kita bagian aspek pengendalian diri yang mana yang sedang dialami.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian diri
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengendalian diri pada individu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian diri individu tersebut adalah
a. Kepribadian.
Kepribadian mempengaruhi pengendalian diri dalam konteks bagaimana seseorang dengan tipikal tertentu bereaksi dengan tekanan yang dihadapinya dan berpengaruh pada hasil yang akan diperolehnya.28 Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda (unik) dan hal inilah yang akan membedakan pola reaksi terhadap situasi yang dihadapi. Ada seseorang yang cenderung reaktif terhadap situasi yang dihadapi,
28
khususnya yang menekan secara psikologis, tetapi ada juga seseorang yang lamban memberikan reaksi.
b. Situasi
Situasi merupakan faktor yang berperan penting dalam proses pengendalian diri. Setiap orang mempunyai strategi yang berbeda pada situasi tertentu, dimana strategi tersebut memiliki karakteristik yang unik.29 Situasi yang dihadapi akan dipersepsi berbeda oleh setiap orang, bahkan terkadang situasi yang sama dapat dipersepsi yang berbeda pula sehingga akan mempengaruhi cara memberikan reaksi terhadap situasi tersebut. Setiap situasi mempunyai karakteristik tertentu yang dapat mempengaruhi pola reaksi yang akan dilakukan oleh seseorang.
c. Etnis
Etnis atau budaya mempengaruhi pengendalian diri dalam bentuk keyakinan atau pemikiran, dimana setiap kebudayaan tertentu memiliki keyakinan atau nilai yang membentuk cara seseorang berhubungan atau bereaksi dengan lingkungan.30 Budaya telah mengajarkan nilai-nilai yang akan menjadi salah satu penentu terbentuknya perilaku seseorang, sehingga seseorang yang hidup dalam budaya yang berbeda akan menampilkan reaksi yang berbeda dalam menghadapi situasi yang menekan, begitu pula strategi yang digunakan.
29 Dayakisni Tri & Hudaniah, Psikologi Sosial, ... , h. 42 30
d. Pengalaman.
Pengalaman akan membentuk proses pembelajaran pada diri seseorang. Pengalaman yang diperoleh dari proses pembelajaran lingkungan keluarga juga memegang peran penting dalan pengendalian diri seseorang, khususnya pada masa anak-anak. Pada masa selanjutnya seseorang bereaksi dengan menggunakan pola fikir yang lebih kompleks dan pengalaman terhadap situasi sebelumnya untuk melakukan tindakan, sehingga pengalaman yang positif akan mendorong seseorang untuk bertindak yang sama, sedangkan pengalaman negatif akan dapat merubah pola reaksi terhadap situasi tersebut.31
e. Pola pengasuhan orang tua
Dimana pola pengasuhan yang permisif akan membuat kurangnya pengendalian diri remaja32. Pengasuhan orang tua juga sangat mempengaruhi terhadap pengendalian diri individu, ketika orang tua mampu memberikan pola pengasuhan yang baik terhadap anak maka anak akan memiliki pengendalian diri yang baik.
f. Usia
Bertambahnya usia pada dasarnya akan diikuti dengan bertambahnya kematangan dalam berpikir dan bertindak.33 Hal ini dikarenakan
31 Dayakisni Tri & Hudaniah, Psikologi Sosial, ... , h. 43
32 John W. Santrock, ADOLESCENCE Perkembangan Remaja, (Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama, 2003), h. 63
33
pengalaman hidup yang telah dilalui lebih banyak dan bervariasi, sehingga akan sangat membantu dalam memberikan reaksi terhadap situasi yang dihadapi. Orang yang lebih tua cenderung memiliki pengendalian diri yang lebih baik dibanding orang yang lebih muda.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengendalian diri individu diantaranya: kepribadian, situasi, etnis, pengalaman, pola pengasuhan orang tua, dan usia.
6. Prinsip-prinsip dalam mengendalikan diri
Dalam mengendalikan diri, tentunya memiliki beberapa prinsip yang harus dimiliki. Prinsip tersebut diantaranya:
a. Prinsip kemoralan.
Setiap agama pasti mengajarkan moral yang baik bagi setiap pemeluknya, misalnya tidak mencuri, tidak membunuh, tidak menipu, tidak berbohong, tidak mabuk-mabukan, tidak melakukan tindakan asusila maupun tidak merugikan orang lain. Saat ada dorongan hati untuk melakukan sesuatu yang negatif, maka kita dapat bersegera lari ke rambu-rambu kemoralan.34 Apakah yang kita lakukan ini sejalan atau bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama? Saat terjadi konflik diri antara ya atau tidak, mau melakukan atau tidak, kita dapat mengacu pada prinsip moral di atas.
b. Prinsip kesadaran.
34
Prinsip ini mengajarkan kepada kita agar senantiasa sadar saat suatu bentuk pikiran atau perasaan yang negatif muncul.35 Pada umumnya orang tidak mampu menangkap pikiran atau perasaan yang muncul, sehingga mereka banyak dikuasai oleh pikiran dan perasaan mereka. Misalnya seseorang menghina atau menyinggung kita, maka kita marah. Kalau kita tidak sadar atau waspada maka saat emosi marah ini muncul, dengan begitu cepat, tiba-tiba kita sudah dikuasai kemarahan ini.
Jika kesadaran diri kita bagus maka kita akan tahu saat emosi marah ini muncul, menguasai diri kita dan kemungkinan akan melakukan tindakan yang akan merugikan diri kita dan orang lain. Saat kita berhasil mengamati emosi maka kita dapat langsung menghentikan pengaruhnya. Jika masih belum bisa atau dirasa berat sekali untuk mengendalikan diri, maka kita dapat melarikan pikiran kita pada prinsip moral.
c. Prinsip perenungan.
Ketika kita sudah benar-benar tidak tahan untuk meledakkan emosi karena amarah dan perasaan tertekan, maka kita bisa melakukan sebuah perenungan.36 Kita bisa menanyakan pada diri sendiri tentang berbagai hal, misalnya apa untungnya saya marah, apakah benar reaksi saya seperti ini, mengapa saya marah atau apakah alasan saya marah ini sudah benar. Dengan melakukan perenungan, maka kita akan cenderung mampu
35 Semin Yustinus, Kesehatan Mental, ..., h. 42 36
mengendalikan diri. Secara sederhana dapat digambarkan bahwa saat emosi aktif maka logika kita tidak jalan, sehingga saat kita melakukan perenungan atau berpikir secara
mendalam maka kadar kekuatan emosi atau keinginan kita akan cenderung menurun.
d. Prinsip kesabaran.
Pada dasarnya emosi kita naik-turun dan timbul, tenggelam. Emosi yang bergejolak merupakan situasi yang sementara saja, sehingga kita perlu menyadarinya bahwa kondisi ini akan segera berlalu seiring bergulirnya waktu.37 Namun hal ini tidaklah mudah karena perlu adanya kesadaran akan kondisi emosi yang kita miliki saat itu dan tidak terlalu larut dalam emosi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam mengendalikan diri, ada beberapa prinsip yang menjadi patokan bagi individu untuk menentukan sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan yang seharusnya.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Ada beberapa pengertian belajar menurut beberapa pandangan. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
37
tingkahlaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.38 Sementara itu, menurut konsep sosiologi, belajar adalah jantungnya dari proses sosialisasi.
Pengertian ini juga diperkuat oleh Skinner yang berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.39 Sedangkan Fontana mengemukakan belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkahlaku kepada hal yang lebih baik, yang di dalamnya terjadi adaptasi terhadap lingkungan sosial yang akan memeberikan pengalaman tersendiri bagi individu tersebut. Sehingga dengan pengalaman inilah yang akan membuat individu menjadi pribadi yang lebih baik.
2. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu kata yang terdiri dari dua unsur, yaitu hasil dan belajar, dan dari dua kata itu menimbulkan suatu makna tersendiri. Oleh karena itu untuk memudahkan dalam memahami hasil belajar, berikut akan dikemukakan makna atas kata tersebut. Hasil belajar adalah
38 Slameto, Belajar dan faktor- Faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka
Cipta, 1995), h. 2
39
kemampuan yang dimiliki setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami mahasiswa.
Hasil belajar merupakan suatu bagian misalnya suatu unit, bagian ataupun bab tertentu mengenai materi tertentu yang telah dikuasai oleh mahasiswa. Berhubungan dengan tujuan instruksional dan pengalaman belajar yang dialami mahasiswa.40
Jadi dapat disimpulkan hasil belajar dalam hal ini berhubungan dengan tujuan instruksional dan pengalaman belajar. Adanya tujuan instruksional merupakan panduan tertuliskan perubahan prilaku yang diinginkan pada diri mahasiswa sementara pengalaman belajar meliputi apa-apa yang dialami oleh mahasiswa baik itu kegiatan mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengar, mengikuti perintah.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki mahasiswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Membagi tiga macam
hasil belajar mengajar (1). keterampilan dan kebisaan,(2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita.41
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni : knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni : penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah Psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek yakni: gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative, menyebutkan enam jenis prilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berhubungan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
41 Nana Sudjana, Dasar – dasar proses belajar mengajar, (Bandung: Sinar Baru
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya menggunakan prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci satu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru misalnya kemampuan menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan criteria tertentu, misalnya kemampuan menilai hasil ulangan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan pada kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh pengalaman belajar yang dialami baik berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu yang telah diajarkan
3. Faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar a. Faktor yang berasal dari dalam diri (Internal)
Yang dimaksud dengan kondisi internal yaitu kondisi (situasi) yang ada dalam diri individu itu sendiri, diantaranya :
1) Faktor fisiologis
Tiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda, kondisi fisik menyangkut pula kelengkapan dan kesehatan indera. Kesehatan merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan belajar.
2) Faktor Psikologis
Aspek psikis menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan kognitif dari individu.
Faktor psikis lainnya yang dapat mempengaruhi belajar diantaranya:
a) Inteligensi
Semakin tinggi intelegensi seseorang maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.
b) Sikap (attitude)
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecendrungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relative terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara
positif maupun secara negatif. Sikap yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran, apalagi jika diiringi kebencian dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.
c) Bakat
Bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Jadi secara global bakat itu mirip dengan inteligensi. Itulah sebabnya seseorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga talented child, yakni anak berbakat.
d) Minat
Minat berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam belajar.
e) Motivasi
Pegertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:1) motivasi intrinsik; 2) motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri peserta didik yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah dan keadaan yang berasal dari luar diri peserta didik yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
Dalam hal ini pengendalian diri yang dimiliki oleh mahasiswa semester IV Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi mempengaruhi terhadap motivasi yang akan menggerakkan mahasiswa dalam belajar, jika mahasiswa memiliki pengendalian diri yang baik maka mahasiswa akan memiliki motivasi yang baik pula, dan ketika motivasi dalam diri mahasiswa baik maka akan mempengaruhi terhadap hasil belajar yang akan diperoleh oleh mahasiswa tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar ada yang berasal dari diri individu (faktor Internal) yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis yang terdiri dari : intelegensi, sikap, bakat, minat, motivasi.
b. Faktor yang berasal dari luar diri (Eksternal)
Seperti faktor internal, faktor eksternal juga terdiri dari dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
Lingkungan sosial perguruan tinggi seperti dosen, para staf administrasi, teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga sendiri. Sifat-sifat orang tua dan , praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga, semua dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai
2) Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar ada yang berasal dari luar diri individu (faktor Eksternal) yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
c. Faktor Pendekatan Belajar
Di samping faktor-faktor internal dan eksternal peserta didik sebagaimana yang telah dipaparkan, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar
Tabel 1
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Ragam Faktor dan Unsur-unsurnya
Internal Eksternal Pendekatan
1. Aspek Fisisologis - tonus jasmani - mata dan telinga
1. Lingkungan Sosial - keluarga - dosen dan staf - masyarakat - teman 1. Pendekatan Tinggi - speculative - achieving 2. Aspek Psikologis - intelegensi - sikap - minat - bakat - motivasi 2. Lingkungan Sosial - rumah - sekolah - peralatan - alam 2. Pendekatan Menengah - analytical - deep 3. Pendekatan rendah - reproductive - surface.42 Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar ada yang berasal dari diri individu (faktor Internal) yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis yang terdiri dari :intelegensi, sikap, bakat, minat, motivasi. Kemudian ada yang berasal dari luar diri individu (faktor Eksternal) yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
42
Selanjutnya faktor pendekatan belajar yang terdiri dari : pendekatan tinggi, pendekatan menengah, pendekatan rendah.
Menurut Tohirin faktor-faktor yang memepengaruhi hasil belajar adalah faktor psikologis seperti:
a. Intelegensi (kecerdasan)
Intelegensi adalah untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
b. Kemampuan
Kualitas-kualitas yang dimiliki oleh seseorang. c. Minat belajar
Minat belajar adalah gejala psikologis yang menunjukkan pemusatan perhatian terhadap suatu objek.
d. Motivasi belajar
Motivasi belajar yaitu keseluruhan daya untuk menggerakkan dalam diri mahasiswa yang mengakibatkan kegiatan belajar sehingga tujuan dari yang diinginkan oleh subjek belajar itu bisa tercapai. Dalam hal ini pengendalian diri yang dimiliki oleh mahasiswa semester IV Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi mempengaruhi terhadap motivasi yang akan menggerakkan mahasiswa dalam belajar, jika mahasiswa memiliki pengendalian diri yang baik maka mahasiswa akan memiliki
motivasi yang baik pula, dan ketika motivasi dalam diri mahasiswa baik maka akan mempengaruhi terhadap hasil belajar yang akan diperoleh oleh mahasiswa tersebut.
e. Bakat
Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam waktu yang relativ pendek dibanding orang lain.
f. Sikap
Sikap merupakan suatu kecendrungan untuk mendekat /menghindar, positif/negatif, terhadap berbagai keadaan sosial, pribadi, situasi, ide, konsep, dan harga diri.43
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor psikologis seperti: intelegensi, kemampuan, minat belajar, motivasi belajar, bakat, dan sikap.
C. Pengaruh pengendalian diri terhadap hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami mahasiswa.44
43 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2008), h.158-159
44
Hal-hal yang mempengaruhi hasil belajar salah satunya adalah motivasi, motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:1) motivasi intrinsik; 2) motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri peserta didik yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah dan keadaan yang berasal dari luar diri peserta didik yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
Dalam hal ini pengendalian diri yang dimiliki oleh mahasiswa semester IV Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi mempengaruhi terhadap motivasi yang akan menggerakkan mahasiswa dalam belajar, jika mahasiswa memiliki pengendalian diri yang baik maka mahasiswa akan memiliki motivasi yang baik pula, dan ketika motivasi dalam diri mahasiswa baik maka akan mempengaruhi terhadap hasil belajar yang akan diperoleh oleh mahasiswa tersebut. Jadi dari asumsi inilah penulis mengambil teorinya bahwa pengendalian mempengaruhi hasil belajar.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih perlu dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian. Berdasarkan deskripsi teoritis di atas maka penulis menarik sebuah hipotesis dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengendalian diri terhadap hasil belajar.
2. Hipotesis Nol (H0)
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengendalian diri terhadap hasil belajar.
E. Kerangka konseptual
Kerangka konseptual adalah untuk menjelaskan, mengungkapkan, dan menunjukkan keterlibatan antara variabel yang akan di teliti berdasarkan bacaan-bacaan dan rumusan masalah. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kerangka konseptual dapat dilihat pada gambat berikut
Diagram 1
Mahasiswa Semester IV Jurusan BK IAIN Bukittinggi
Tahun Ajaran 2015/2016
Pengendalian diri Aspeknya:
1. Kontrol perilaku (behavioral control)
2. Kontrol kognitif (cognitif control) 3. Kontrol keputusan (decisional
control)
Macam-macam hasil belajar: 1. Keterampilan dan kebiasaan 2. Pengetahuan dan pengarahan 3. Sikap dan cita-cita.
Berdasarkan kerangka konseptual di atas, dapat dilihat bahwa penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah pengendalian diri, sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian
Adapun penelitian yang dilakukan di IAIN Bukittinggi yaitu menggunakan jenis penelitian kuantitatif, artinya penelitian ini dilakukan dengan melihat gejala yang terjadi pada suatu tempat dan dianalisis dengan menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya dan hasil berupa angka-angka.45 Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan (field research), yaitu mengumpulkan data secara langsung dari lokasi penelitian.46
Penelitian kuantitatif ini bersifat korelatif yaitu tipe penelitian yang bertujuan melihat dan mendeskripsikan pengaruh antara dua variabel penelitian.47Jadi, dalam penelitian ini penulis mencoba menggambarkan, memaparkan, dan menafsirkan kejadian-kejadian sesuai dengan fakta yang diperoleh yang hasilnya berupa angka-angka.
B. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di IAIN Bukittinggi yaitu pada hari selasa tanggal 23 juni 2015. Alasan penulis melakukan penelitian di IAIN Bukittinggi. Dalam hal ini banyak mahasiswa yang sulit dalam mengendalikan dirinya ketika bermasalah, sehingga masalah tersebut terkadang terpikirkan saat proses pembelajaran, hal ini
45 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), cet ke-1,
h.157
46 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 5 47
akan membuat mahasiswa sulit untuk konsentrasi dalam belajar, ketika mahasiswa sulit konsentrasi dalam belajar maka akan mempengaruhi terhadap hasil belajar yang akan diperoleh oleh mahasiswa tersebut. Sehingga dengan bermula dari apa yang penulis temukan di lapangan, penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh pengendalian diri terhadap hasil belajar.
C. Populasi dan sampel 1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian.48 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester IV Jurusan Bimbingan dan Konseling IAIN Bukittinggi. Karena berdasarkan hasil wawancara penulis dengan mahasiswa semester IV Bimbingan dan Konseling IAIN Bukittinggi, bahwa dari hasil wawancara kepada 10 orang mahasiswa banyak mahasiswa semester IV (angkatan 2013) Bimbingan dan Konseling IAIN Bukittinggi yang kurang mampu mengendalikan dirinya ketika bermasalah seperti saat putus dengan pacarnya maka mengakibatkan kurang konsentrasi dalam belajar, mahasiswa mudah bosan dalam belajar ketika pelajaran yang tidak disukainya, karena memiliki pekerjaan sampingan membuat mahasiswa sulit dalam membagi waktu untuk belajar, selain itu ada juga mahasiswa yang kurang biaya kuliah sehingga hal tersebut menjadi beban pikiran dan mengakibatkan kurang
48 Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
konsentrasi dalam belajar sehingga mempengaruhi hasil belajar mahasiswa tersebut.
Tabel 2
Jumlah Mahasiswa semester IV Jurusan Bimbingan dan Konseling di IAIN Bukittinggi
Jumlah Mahasiswa semester IV Jurusan Bimbingan dan Konseling di IAIN Bukittinggi
Kelas Jumlah mahasiswa
A 39 Orang B 39 Orang C 24 Orang D 37 Orang E 36 Orang Jumlah 175 Orang
Jadi dapat disimpulkan bahwa penulis mengambil jumlah populasinya 175 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari anggota populasi yang akan diambil sebagai sumber data penelitian. Sampel yang diambil haruslah dapat mewakili karakter populasi.49 Dalam pengambilan sampel ini penulis menggunakan teknik Proporsional Random Sampling. Proporsional Random Sampling yaitu teknik yang digunakan jika populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan secara proporsional.50 Jika besar
49 Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif, ... h 119
50 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
populasi adalah N, dan besarnya sampel yang ditarik dari populasi tersebut adalah n, berarti proporsinya adalah n/N.51
Dalam penetapan sampel, penulis mengambil 50% dari populasi yang ada yaitu 50% dari populasi 175 yaitu 90 sampel. Untuk menentukan jumlah sampel perkelas, penulis menggunakan rumus sebagai berikut:
Lebih jelasnya mengenai jumlah sampel pada penelitian ini, maka dimuat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3 Sampel penelitian
Kelas Jumlah mahasiswa Jumlah sampel
A 39 Orang 50/100 x 39 = 20 B 39 Orang 50/100 x 39 = 20 C 24 Orang 50/100 x 24 = 12 D 37 Orang 50/100 x 37 = 19 E 36 Orang 50/100 x 36 = 18 Jumlah 90
Maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berjumlah 35 responden.
D. Teknik pengumpulan data
1. Angket
51 Gulo W, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2002),
Pada penelitian ini instrumen penelitian yang penulis gunakan yaitu angket dan dokumentasi. Angket merupakan cara pengumpulan data berbentuk pengajuan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.52
Angket yang digunakan yaitu dengan skala Likert, dimana angket ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang terhadap fenomena sosial. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner (angket). Angket merupakan rangkaian pertanyaan yang diberikan responden secara tertulis mengenai suatu masalah yang diteliti.53
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang diberikan kepada responden untuk dijawabnya sesuai dengan diri responden masing-masing. Penulis menggunakan skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.54 Dalam hal ini penulis menyebarkan angket kepada mahasiswa Bimbingan dan Konseling semester IV untuk memperoleh data mengenai pengaruh tingkat kontrol diri mahasiswa dalam menanggapi masalah.
52
Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), h. 27
53 Khalid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
1997), cet. Ke-1, h. 76
54 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung; Alfabeta,
Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan pilihan jawaban Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (JR), dan Tidak pernah (TP). Penempatan skor terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Penempatan skor untuk setiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Pengukuran angket
Alternatif Butir angket positif Butir angket negatif
Selalu (SL) 5 1
Sering (SR) 4 2
Kadang-kadang (KD) 3 3
Jarang (JR) 2 4
Tidak pernah (TP) 1 555
Dengan memberi skor sesuai dengan kriteria di atas, maka keseluruhan skor dari item yang dijawab responden dijumlahkan. Dari skor yang diperoleh maka dapat ditetapkan tingkat kontrol diri siswa dalam menaggapi masalah. Makin tinggi skor yang diperoleh akan semakin tinggi tingkat kontrol diri siswa dalam menaggapi masalah. Makin rendah skor yang diperoleh makin rendah tingkat kontrol diri siswa dalamm menaggapi masalah
2. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen biasa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
55
ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.
Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Tapi yang perlu diamati tidak semua dokumen memiliki kredibilitas tinggi.56
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumen hasil belajar, yaitu berupa IP mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2013 yang sekarang semester IV. Dokumen ini bisa didapat dari bagian AKAMA, sehingga dengan dokumen hasil belajar ini akan menjadi suatu pertimbangan dalam penelitian ini, untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2013 (semester IV).
E. Metode Analisis Instrumen
1. Validitas Instrumen Angket
Sebuah instrumen membutuhkan suatu pengukur dari sebuah data yaitu validitas. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas yang tinggi
56
apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.57 Artinya hasil ukur daripengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur.
Pada penelitian ini untuk pengujian validitas instrumen penulis menggunakan jenis validitas isi dan empiris. Validitas isi merupakan validitas yang menunjukkan sejauh mana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel yang dikenai instrumen tersebut. Artinya instrumen itu valid apabila butir-butir instrumen itu mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang seharusnya dikuasai secara proporsional.
Untuk mengetahui apakah instrumen itu valid atau tidak, harus dilakukan melalui penelaahan kisi-kisi instrumen oleh ahli untuk memastikan bahwa soal-soal instrumen itu sudah mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Oleh karena itu validitas isi suatu instrumen tidak mempunyai besaran tertentu yang dihitung secara statistika tetapi dipahami bahwa instrumen itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi instrumen.58 Oleh karena itu, validitas isi
57Zulkifli Matondang, “Jurnal Tabularasa PPS UNIMED – Validitas dan
Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian”, (Medan, UNIMED. 2009)hal.89
58Zulkifli Matondang, “Jurnal Tabularasa PPS UNIMED Validitas dan
sebenarnya mendasarkan pada analisis logika, tidak merupakan suatu koefisien validitas yang dihitung secara statistik. Untuk menguji validitas isi dapat digunakan pendapat ahli (Judgement Experts).59
Dalam hal ini ahli yang penulis maksud adalah dosen yang ahli di bidangnya. Penelaahan isi instrumen yang akan penulis gunakan akan dilakukan oleh dosen IAIN Bukittinggi yaitu Ibu Linda Yarni, S.Ag. M.si dan Ibu Deswalantri, M.Pd dengan hasil baik serta bisa dilanjutkan dengan sedikit revisi. Setelah itu dilakukan uji validitas empiris dengan melakukan uji coba instrumen kepada 20 orang mahasiswa semester IV Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi diluar sampel penelitian.
2. Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan cara ekuivalen yang pertanyaan yang secara bahasa berbeda tetapi maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama , instrumen berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkoleransikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan equivalen. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat
59 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. (Bandung: Alfabeta, 2010),
dinyatakan reliable.60 Uji reliabelitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha cronbach dengan bantuan SPSS.61
Adapun hasil validasi empiris ini yaitu: Tabel 4
Hasil Validasi Empiris
N o
Variabel Degree of Freedom (Df)
Item Valid Item tidak Valid
1 1 Pengendalian Diri 0.444 2.3.13.17.20.21.22.28.31 .32.37, 39.44.47.48.49.50.51 .58.59 1.4.5.6.7.8.9.10.11.12.1 5.16.18.19.23.24.25.26. 29.30.33.34.35.36.38, 40.42.43.45.46.52.53.54 .55.56.57.60 Jumlah 20 40
Berdasarkan tabel diatas diketahui pada variabel pengendalian diri terdapat 20 item valid, dan 40 item tidak valid. 20 Item valid digunakan sebagai instrumen penelitian. Untuk lebih jelasnya berkenaan hasil validasi empiris instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran.
F. Teknik pengolahan data
Setelah semua data yang dibutuhkan berhasil dikumpulkan dari lapangan, kemudian penulis mengolah data tersebut serta menganalisisnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing, yaitu penulis memeriksa jawaban yang diberikan responden sehingga mendapatkan pedoman yang jelas tentang data tersebut.
60 Sugiyono, Penelitian Metode Kuntitatif, Kualitatif dan R&D,…, h.129-131
61 Sambas Ali Muhidin, Dkk, Analisis Korelasi Regresi dan Jalur dalam Penelitian,
2. Coding, yaitu mangklasifikasikan jawaban responden ke dalam kelas-kelas dengan cara memberi tanda atau kode pada masing-masing jawaban.62
3. Tabulasi, yaitu memasukkan data ke dalam tabel.63
4. Mean yaitu jumlah seluruh data dibagi dengan jumlah data. Rata-rata dapat dicari dengan data tunggal maupun data kelompok, dengan rumus sebagai berikut : X = Keterangan : X = Rata-rata hitung
=
jumlah skor=
banyak subjek645. Menentukan persentase skor dengan menggunakan rumus: % Skor = Skor nyata × 100
Skor ideal Ketarangan:
Skor nyata = skor yang diperoleh Skor ideal = skor tertinggi.
6.
7. Interpretasi data dalam mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria.
62Amir Hadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1998),h.144 63 Amir Hadi, Metode Penelitian Pendidikan...h.148
64
Tabel 5
Kriteria analisis deskriptif No Rentang kategori skor Penafsiran
1 0% - 20 % Sangat rendah
2 21% - 40 % Rendah
3 41% - 60% Sedang
4 61% - 80% Tinggi
5 81% - 100% Sangat tinggi
Sumber : Diadaptasi dari skor kategori likert skala 565 8. Standar Deviasi
SD =
Keterangan : SD : Standar Deviasi
∑x2 : jumlah semua deviasi, setelah mengalami proses penguadratan terlebih dahulu.
N : Number of cases 66
9. Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dianalisis dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Kriteria pengujiannya adalah jika nilai signifikasi (Sig) atau nilai probabilitas (p) > 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Dengan rumus sebagai berikut:
D0,05=
Keterangan: D : Kolmogorov Smirnov
1.36 : Harga D untuk level Sig.α 0.05 n1 : Jumlah sampe
65 Sambas Ali Muhiddin dan Abdurrahman, Analisis Korelasi, Regresi dan jalur dalam pendidikan,…, h.46
66
n2 : Jumlah Sampel Y.67
10. Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan uji statistik untuk mengetahui apakah satu kelompok data mempunyai kesamaan dengan kelompok lain68Uji ini bertujuan untuk melihat apakah suatu kelompok data mempunyai kesamaan dengan kelompok yang lainnya. Dari hasil perhitungan, jika nilai significance correlation (sig) pada hasil perhitungan kecil sama dari alpha maka data dapat dikatakan homogen. Sebaliknya jika nilai significance correlation (sig) pada hasil perhitungan besar sama dari alpha maka data dapat dikatakan tidak homogen. Alpha yang digunakan adalah 0,05.
11. Mengkorelasikan data antara dua variabel yaitu dengan menggunakan rumus product moment:
= N ∑XY – (∑X) (∑Y)
[N∑X2 - (∑X)2] [N ∑Y2 – (∑Y2)]
Keterangan : : Indeks korelasi “r” product moment N : Number of cases
∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y ∑X : Jumlah seluruh skor X
∑Y : Jumlah seluruh skor Y
12. Memberikan interpretasi terhadap dengan menggunakan cara:
a. Interprestasi secara kasar (sederhana) berdasarkan pedoman JP. Guilford berikut tabelnya :
Tabel 6
67 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 420 68