DATA DAN INFORMASI
SOSIAL EKONOMI
KAJIAN AWAL IDENTIFIKASI SOSEK DAN KELEMBAGAAN USAHA
KELAUTAN DAN PERIKANAN DI KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
Oleh:
Rizky Muhartono (PjPo) Mei Dwi Erlina (Anggota)
Muhadjir (Anggota) Lathifatul Rosyidah (Anggota)
Muhibuddin (Anggota) Zahri Nasution (PPO)
BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas petunjuk dan Ridho-Nya sehingga pembuatan data dan informasi kegiatan riset Kajian Awal Identifikasi Sosek dan Kelembagaan Usaha di Kabupaten Talaud dapat diselesaikan. Sistematika data dan informasi untuk laporan ini adalah Pendahuluan, Metodologi, Data dan Informasi, dan Daftar Pustaka. Adapun riset ini bertujuan untuk melakukan identifikasi sosial ekonomi dan kelembagaan usaha kelautan perikanan pada lokasi Kabupaten Kepulauan Talaud.
Kami menyadari bahwa Data dan informasi ini belum sempurna sehingga kami mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan ke depan. Harapan kami semoga Data dan informasi ini dapat menjadi rujukan atau referensi bagi stakeholders yang terkait baik sebagai penentu kebijakan maupun pihak-pihak lain yang terkait lainnya.
Jakarta, Desember 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Penelitian ... 2
II. METODE PENELITIAN ... 3
2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 4
2.2. Data Yang Dikumpulkan... 4
2.3. Teknik Pengumpulan Data ... 4
2.4. Teknik Pengumpulan Data Sekunder ... 5
2.5. Metoda Analisa Data ... 6
III. DATA DAN INFORMASI ... 7
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data ... 5 Tabel 2. Data kependudukan di kabupaten kepulauan talaud tahun
2012-2014 ... 7 Tabel 3. Nama, Jumlah dan Luas Pulau di Kabupaten Kepulauan Talaud
Tahun 2014 ... 8 Tabel 4. Penduduk, Luas Dan Kepadatan Di Kabupaten Kepulauan Talaud
Tahun 2014 ... 9 Tabel 5. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut
Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin ... 10 Tabel 6. Banyaknya Rumah Tangga Perusahaan Perikanan Di Kabupaten
Kepulauan Talaud ... 10 Tabel 7. Produksi Perikanan Laut menurut Jenis Ikan Di Kabupaten
Kepulauan Talaud ... 11 Tabel 8. Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Manca Negara di
Kabupaten Kepulauan Talaud ... 12 Tabel 9. Potensi dan Lahan Termanfaatkan budidaya Menurut Pulau di
Kabupaten Talaud 2014 ... 12 Tabel 10. Potensi dan Permasalahan Pengembangan Usaha Budidaya .... 14 Tabel 11. Produksi Perikanan Tangkap, Jumlah Nelayan dan Perahu/Kapal
Di Kab. Kepulauan Talaud Tahun 2010 - 2014 ... 15 Tabel 12. Produksi Perikanan Laut Di kabupaten Talaud, 2010-2014... 15 Tabel 13. Nilai Produksi Perikanan Laut di Kabupaten Talaud ... 16 Tabel 14. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Subsektor di Kabupaten
Talaud ... 17 Tabel 15. Jumlah Produksi Perikanan laut menurut Alat Tangkap di
Kabupaten Talaud ... 18 Tabel 16. Banyak Armada yang digunakan di Kabupaten Talaud, 2010-2014
19
Tabel 17. Jumlah Perahu/Kapal Penangkap Ikan di Kab. Kep. Talaud Tahun 2010-2014 ... 20 Tabel 18. Tabel Identifikasi kelembagaan usaha pra produksi ... 20 Tabel 19. Produksi Perikanan Tangkap Berdasarkan Alat Tangkap Di
Tabel 20. Tabel identifikasi kelembagaan produksi ... 23 Tabel 21. Harga Beli dan Harga Jual Jenis ikan yang diperdagangkan oleh
Pedagang Ikan di Kecamatan Kalongan ... 24 Tabel 22. Identifikasi Kelembagaan Usaha Pasca Produksi ... 25 Tabel 23. Harga Beli dan Harga Jual ikan yang diperdagangkan di
Kecamatan Kalongan ... 25 Tabel 24. Potensi dan permasalahan pada Usaha Perikanan Tangkap Laut
28
Tabel 25. Potensi dan Permasalahan Pengembangan Usaha ... 28 Tabel 26. Jenis Usaha pemasaran di Kabupaten Talaud ... 30 Tabel 27. Jumlah pengolah berdasarkan jenis usaha tahun 2014 ... 31 Tabel 28. Jumlah produksi olahan ikan di Kabupaten Kepulauan Talaud
tahun 2014 ... 31 Tabel 29. Biaya Investasi ... 32 Tabel 30. Karakteristik usaha pengolahan di Kabupaten Kepulauan Talaud
33
Tabel 31. Kelembagaan usaha pembekuan ikan ... 34 Tabel 32. Kondisi Terumbu Karang Di Pulau Kakorotan, Malo dan Intata . 34 Tabel 33. Potensi Pariwisata Bahari dan Deskripsi lokasi ... 35 Tabel 34. Agenda Tahunan Festival Budaya di Kabupaten Kepulauan
Talaud ... 39 Tabel 35. Data produksi pemasaran berdasarkan jenis ikan dan nilai
produksi tahun 2014 ... 41 Tabel 36. Kelembagaan usaha pengolahan ikan dalam proses pra produksi
42
Tabel 37. Kelembagaan usaha pengolahan ikan dalam proses produksi ... 43 Tabel 38. Kelembagaan usaha pengolahan ikan dalam proses produksi ... 43
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 3
Gambar 2. Peta Kabupaten Kepulauan Talaud ... 7
Gambar 3. Distribusi pakan ikan di Kabupaten Kepulauan Talaud ... 13
Gambar 4. Pola bagi hasil usaha perikanan budidaya ... 13
Gambar 5. Grafik produksi perikanan laut di Kabupaten Kepulauan Talaud, 2010-2014 ... 16
Gambar 6. Grafik Nilai Produksi Perikanan Laut di Kabupaten Talaud, 2010-2014 ... 17
Gambar 7. Grafik Banyaknya Armada yang digunakan di kabupaten Talaud, 2010-2014 ... 20
Gambar 8. Saluran Pemasaran Ikan di Kecamatan Kalongan ... 24
Gambar 9. Saluran pemasaran ikan di Desa Dalum, Kecamatan Salibabu 24 Gambar 10. Saluran Pemasaran Ikan di Kecamatan Kalongan pulau Salibabu 26 Gambar 11. Saluran pemasaran ikan di Desa Dalum, Kecamatan Salibabu 26 Gambar 12. Sistem Bagi Hasil pada Usaha Perikanan Tangkap Laut ... 27
Gambar 13. Saluran Pemasaran 1 ... 27
Gambar 14. Saluran Pemasaran 2 ... 27
Gambar 15. Struktur Kelembagaan Adat di Kabupaten Kepulauan Talaud . 41 Gambar 16. Proses produksi pembekuan ikan ... 44
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangWilayah Indonesia sangat luas, yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Pulau Miangas hingga Pulau rote. Total luas Indonesia adalah 5.193.250 km² (mencakup daratan dan lautan) dengan mayoritas wilayah berupa lautan sekitar 3.273.810 km². Negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan terdiri dari pulau-pulau besar dan pulau-pulau kecil. Jumlah pulau yang terdaftar dan memiliki koordinat berjumlah 13.466 pulau (bakosurtanal.go.id). Pulau-pulau besar di Indonesia diantaranya: Pulau Papua dengan luas 785.753 km², Pulau Kalimantan dengan luas 748.168 km², Pulau Sumatera dengan luas 443.066 km², Pulau Sulawesi dengan luas 180.681 km², Pulau Jawa dengan luas 138.794 km², Pulau Timor dengan luas 28.418 km², Pulau Halmahera dengan luas 18.040 km², Pulau Seram dengan luas 17.454 km², Pulau Sumbawa dengan luas 14.386 km², Pulau Flores dengan luas 14.154 km². Selain itu , Indonesia masih memiliki banyak pulau-pulau kecil yang tersebar di seantero negeri hingga ke wilayah perbatasan. Banyaknya pulau-pulau yang dimiliki menjadikan Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumberdaya dan keanekaragaman hayati.
Setidaknya terdapat 92 pulau yang perlu mendapatkan perhatian khusus mengingat keberadaannya yang sangat penting karena merupakan titik dasar pengukuran dan berbatasan langsung dengan setidaknya 10 negara. Jika keberadaan pulau-pulau tersebut menjadi hilang maka akan berdampak terhadap berkurangnya luasan wilayah Republik Indonesia. Adapun negara yanng berbatasan langsung dengan Indonesia yaitu: Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filiphina, PNG, Timor Leste, Australia, Vietnam, Thailand, India, Republik Palau. Selain itu, keberadaan pulau-pulau terluar juga menjadi penting karena bisa menjadi akses keluar masuknya tindakan ancaman keamanan dan kejahatan transnasional seperti
penangkapan ikan ilegal, penebangan kayu ilegal, perdagangan anak-anak dan perempuan (trafficking), imigran gelap, penyelundupan manusia, penyelendupan senjata dan bahan peledak, peredaran narkotika, sehingga pendekatan yang dilakukan dalam pembangunan khususnya kelautan harus memperhatikan keberadaan pulau-pulau terdepan tersebut.
Pemerintah Indonesia sudah memberikan perhatian khusus kepada pulau-pulau terluar dengan mengeluarkan Perpres No 78 Tahun 2005 tentang pengelolaan pulau-pulau kecil terluar. Adapun Perpres tersebut bertujuan untuk: 1) Menjaga keutuhan wilayah NKRI, keamanan nasional, pertahanan negara dan bangsa serta menciptakan stabilitas kawasan; 2) Memanfaatkan sumberdaya alam dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan; 3) Memberdayakan masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan.
Perhatian khusus pemerintah terhadap pulau-pulau terluar harus ditindaklanjuti dengan membangun pulau-pulau tersebut sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pembangunan yang tepat dengan potensi yang dimiliki dapat berguna bagi masyarakat setempat dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek sosek dan kelembagaan usaha di Kabupaten Talaud.
1.2. Tujuan Penelitian
Melakukan Identifikasi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan Usaha Kelautan Perikanan pada lokasi Kabupaten Kepulauan Talaud.
Keluaran
Data dan Informasi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan Usaha Kelautan Perikanan pada lokasi Kabupaten Talaud.
II. METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini berdasarkan kenyataan bahwa masih banyaknya potesi pulau-pulau di Indonesia yang belum terpetakan secara komprehensif, terutama pada wilayah Indonesia terluar . Profil potensi sebuah pulau diperlukan sebagai landasan kebijakan yang akan dilakukan dalam pengembangan kedepan.
Jika pembangunan dilakukan pada lokasi pulau terluar tanpa melakukan identifikasi dan mengetahui potensi yang ada, maka pembangunan yang dilakukan tidak akan berjalan secara optimal dan sebuah pulau sudah terpetakan potensi dan kondisi eksistingnya maka proses pembangunan akan lebih optimal.
Pulau-Pulau Terdepan
Belum terpetakan potensi dan kondisi
eksisting Sentuhan pembanguna n Pembanguna nTidak Berjalan Optimal Terpetakan potensi dan kondisi eksisting
Pembangunan Lebih Optimal Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Konservasi Aspek Bahari
2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada tahun 2015 di Kabupaten Talaud, Propinsi Sulawesi Utara.
2.2. Data Yang Dikumpulkan
Data primer yang dikumpulkan meliputi aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan pada pelaku usaha Perikanan Tangkap, perikanan Budidaya, Budaya Bahari, dan Konservasi.
Data sekunder yang dibutuhkan terkait dengan data potensi, kondisi eksisting dan permasalahan yang terkait dengan Perikanan Tangkap, perikanan Budidaya, Bahari (Budaya dan pariwisata), Konservasi, kondisi Sosial dan Kelembagaan Usaha serta hasil penelitian maupun laporan dari institusi yang sesuai dengan tujuan penelitian.
2.3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan menggunakan teknik wawancara, observasi lapang. Untuk mengkonfirmasi informasi yang didapat, dilakukan triangulasi. Menurut Sitorus (1998), triangulasi dapat diartikan sebagai "kombinasi sumber data" yang memadukan sedikitnya tiga metode, seperti observasi, wawancara dan analisis dokumen. Kelebihan dari metode ini adalah saling menutupi kelemahan antara satu metode dengan metode lainnya, sehingga hasil yang diharapkan dari realitas sosial masyarakat menjadi lebih valid.
Menurut Nasution (2006), observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran lebih jelas tentang kehidupan sosial. Dengan observasi sebagai alat pengumpul data, diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur atau memanipulasinya. Sedangkan wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan untuk
memperoleh informasi (Nasution, 2006). Menurut Mulyana (2004), wawancara mendalam disebut juga wawancara tidak terstruktur, yang susunan pertanyaannya tidak ditetapkan sebelumnya. Wawancara ini mirip dengan percakapan informal. Teknik wawancara dengan mengunakan pedoman wawancara (interview guide).
2.4. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Menurut Nasution (2006), Sumber data sekunder adalah sumber bahan bacaan. Bahan sekunder adalah hasil pengumpulan oleh orang lain dengan maksud tersendiri dan mempunyai kategorisasi atau klasifikasi menurut keperluan mereka. Data sekunder berupa bahan-bahan tertulis yang berupa laporan tahunan, hasil penelitian terdahulu (sebelumnya), buku serta publikasi media cetak maupun elektronik. Data ini dipakai sebagai pelengkap temuan atau sebagai starting point untuk memperoleh orientasi yang lebih luas mengenai topik yang diteliti.
Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data
Tujuan Informasi yang dikumpulkan Teknik Pengumpulan data Informan/ responden Analisis Data Identifikasi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan Usaha - Identifikasi kondisi sosial ekonomi dan aspek kelembagaan usaha terkait dengan perikanan tangkap, perikanan budidaya, aspek bahari (budaya dan pariwisata) - Studi literatur - Observasi lapang - Wawancara - Pemerintah daerah - SKPD terkait - Tokoh Masyarakat - Tokoh Adat - Bakul/ tengkulak - Nelayan - Pembudidaya - Pemerhati Lingkungan - Deskriptif kualitatif
2.5. Metoda Analisa Data
Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dipahami (Nazir 1988). Khusus untuk data kualitatif, informasi yang telah terkumpul dalam penelitian ini dikelompokkan, kemudian disusun dan dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif.Analisa data dilakukan berdasarkan informasi yang didapat dari data sekunder, wawancara, dan observasi lapang. Khusus untuk data kuantitatif, data yang diperoleh akan dianalisis dalam bentuk tabulasi statistik sederhana.
III. DATA DAN INFORMASI
Tabel 2. Data kependudukan di kabupaten kepulauan talaud tahun 2012-2014 No Uraian 2012 2013 2014 1 Jumlah penduduk 85,2 86,0 87,9 2 Pertumbuhan penduduk 0,94 0,95 2,25 3 Kepadatan penduduk 68,08 68,73 70,29 4 Sex Ratio (L/P) 104 104 104
Sumber : BPS Kabupupaten Kepulauan Talaud
Gambar 2. Peta Kabupaten Kepulauan Talaud Sumber : BPS Kab. Kepulauan Talaud
Tabel 3. Nama, Jumlah dan Luas Pulau di Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2014
Gugusan Nama Pulau Luas
Pulau(KM2) Keterangan
Jumlah Penduduk
1. Nanusa 1. Marampit 12.75 Dihuni 1.454
2. Karatung 7.43 Dihuni 1.248 3. Kakorotan 1.71 Dihuni 726 4. Malo 2.16 Tidak Dihuni 5. Mangupung 2.36 Tidak Dihuni 6. Intata 0.28 Tidak Dihuni 7. Garat 1.46 Tidak Dihuni 2. Karakelang 8. Karakelang 801 Dihuni 55.325
9. Nusa Dolong 0.06 Tidak
Dihuni
10. Nusa Topor 0.06 Dihuni
3. Salibabu 11. Salibabu 99.36 Dihuni 17.809
12. Sara Besar 0.04 Tidak
Dihuni
13. Sara Kecil 0.02 Tidak
Dihuni
4. Kabaruan 14. Kabaruan 94.63 Dihuni 9.937
15. Napombalu 0.05 Tidak
Dihuni
5. Miangas 16. Miangas 2.39 Dihuni 775
17. Wora 0.005 Tidak
Dihuni
Jumlah 1 025,765 87.922
Tabel 4. Penduduk, Luas Dan Kepadatan Di Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2014
Kecamatan Penduduk Luas (Km
2) Kepadatan Jumlah % Km2 % 1. Kabaruan 5 718 6.5 66.03 5.28 8.59 2. Damau 4 239 4.82 49.58 3.96 85.49 3. Lirung 6 302 7.17 31.11 2.49 202.57 4. Salibabu 5 628 6.4 21.8 1.74 258.16 5. Kalongan 3 269 3.72 24.81 1.98 131.76 6. Moronge 3 610 4.11 20.35 1.63 177.39 7. Melonguane 13 000 14.78 77.39 6.19 167.98 8. Melonguane Timur 3 126 3.56 48.35 3.86 64.65 9. Beo Selatan 3 432 3.9 63.87 5.11 53.73 10. Pulutan 2 073 2.36 58.81 4.7 35.25 11. Beo 5 740 6.53 70.93 5.67 80.92 12. Beo Utara 3 709 4.22 144.85 11.58 25.61 13. Rainis 6 120 6.96 80.68 6.45 75.86 14. Tampan'Amma 5 804 6.6 124.18 9.93 46.74 15. Essang 3 460 3.94 94.76 7.57 26.51 16. Essang selatan 3 309 3.76 75.02 6 44.11 17. Gemeh 5 374 6.11 137.71 11.01 39.02 18. Nanusa 3 234 3.68 58.4 4.67 55.38 19. Miangas 775 0.88 2.39 0.19 324.27 Jumlah 87 922 100 1,251,02 100 70.29
Tabel 5. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin
Lapangan Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 18 288 8 665 26 953 2. Pertambangan dan Penggalian - - - 3. Industri 600 0 600
4. Listrik, Gas dan Air Minum 91 87 178
5. Kontruksi 1 414 124 1 538
6. Perdagangan, Rumah Makan dan jasa Akomodasi
689 2 643 3 332
7. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi
1 620 51 1 671
8. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha persewaan dan Jasa Perusahaan
371 227 598
9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial
dan Perorangan 3 808 4 971 8 779
Jumlah 26 881 16 768 43 649
Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Talaud
Tabel 6. Banyaknya Rumah Tangga Perusahaan Perikanan Di Kabupaten Kepulauan Talaud
TAHUN TANPA PERAHU TANPA MOTOR
MOTOR KAPAL
JUMLAH
PERAHU TEMPEL MOTOR
2 0 1 4 1 361 3 891 1 523 7 6 782
2 0 1 3 2 621 2 378 1 776 7 6 782
2 0 1 2 2 841 2 495 1 443 3 6 782
2 0 1 1 1 021 3 860 1 006 - 5 887
2 0 1 0 1 309 3 890 716 - 5 901
Tabel 7. Produksi Perikanan Laut menurut Jenis Ikan Di Kabupaten Kepulauan Talaud JENIS IKAN 2010 2011 2012 2013 2014 1. Pelagis Besar - Ikan Layaran 15.7 16.5 632.59 574.5 659.9 - Madidihang 366.9 691.3 820.26 1 717,60 1 995,3 - Cakalang 852.4 848.1 1 661,94 1 785,90 2 094,9 - Pelagis Besar Lainnya 143.3 124.2 116.16 141.9 216.8 2. Pelagis Kecil - Tongkol Abu - abu 2 215,7 2 093,40 2 068,31 2 118,30 1 499,1 - Selar 403.5 393.2 1 149,86 875 1,131,2 - Layang 2 626,6 2 474,90 2 290,8 3 259,30 3 622,71 - Pelagis Kecil Lainnya 378.4 340.6 305.88 274.5 452.2 3. Demersal - Lencam 24.8 20.5 23.2 11.8 18.1 - Kakap Merah 30.7 23.6 36.26 56.6 44.2 - Biji Nangka 26.2 23.6 3.36 6.5 12 - Kurisi 61.6 49.9 44.8 24.3 21.8 - Kerapu Karang 29 29.2 41.62 40 45.1 - Kerapu Sunuk 5.4 5.6 7.98 1.8 3.6 - Beronang 68.2 57.1 65.3 53.5 35.1 - Cucut 266.6 233.9 5.06 10.3 3.7 - Demersal lainnya 512.5 443.4 227.58 204.8 183.6 4. Lainnya 1048.1 965.6 946.87 463 790.4 J u m l a h 8 593,40 8 510,70 10 247,60 11 396,70 11 570,41
Tabel 8. Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Manca Negara di Kabupaten Kepulauan Talaud
No Jenis 2010 2011 2012 2013 2014 1 Nusantara 210 935 1,000 2,100 2,500 2 Manca Negara - Eropa Barat 7 9 15 10 12 - Amerika 6 11 7 6 9 - Australia 2 7 1 4 8 - Asean 9 16 6 15 25 - Jepang 7 12 2 2 5 - Lainnya 4 10 10 6 10 Jumlah 245 1,000 1,041 2,143 2,569 Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Talaud
Tabel 9. Potensi dan Lahan Termanfaatkan budidaya Menurut Pulau di Kabupaten Talaud 2014 KECAMA TAN (dalam Ha) TAMBAK KOLAM PERAI RAN UMU M
MINA PADI BUDIDAYA LAUT Potens i Lahan (Ha) Lahan Terma nfaatk an (Ha) Potens i Lahan Lahan Terma nfaatk an Potens i Lahan Potens i Lahan Lahan Terma nfaatk an Pote nsi Laha n Lahan Terma nfaatk an JUMLAH 66 0.4 167 40.28 45 136 136 201 201 P. KABARU AN 0 0 10 4.4 0 0 0 3 3 P. SALIBAB U 0 0 22 7.4 45 0 0 45 45 P. KARAKEL ANG 66 0.4 135 28.48 0 136 136 153 153
Gambar 3. Distribusi pakan ikan di Kabupaten Kepulauan Talaud
Gambar 4. Pola bagi hasil usaha perikanan budidaya Distributor Pakan di Manado Pengecer Pakan di Ibukota kabupaten (Melonguane) Pembudiday a Pembayaran secara tunai dan pengiriman menggunakan sarana transportasi laut
Pembayaran secara tunai dan pengiriman menggunakan sarana transportasi darat dan
laut
Hasil Panen Kotor
Biaya Benih, Pakan
Tabel 10. Potensi dan Permasalahan Pengembangan Usaha Budidaya
Potensi Permasalahan Keterangan
Sumber mata air tawar yang melimpah pada lokasi tertentu untuk kegiatan budidaya di darat
Kering nya sumber mata air tawar pada saat musim kemarau Dampaknya kegiatan budidaya menjadi terhenti dan rusaknya kolam budidaya Mahalnya harga benih
ikan dan sebagian besar harus didatangkan dari luar Kabupaten. Benih untuk ukuran 2-3 cm ikan mas di Kecamatan Rainis mencapai Rp 1500/ekor dan ikan nila Rp 1000/ekor.
Menyebabkan harga jual ikan hasil budidaya menjadi mahal. Ikan mas di Kecamatan Rainis mencapai Rp 50.000/kg dan ikan nila Rp 45.000/kg Mahalnya harga pakan
dan sebagian besar harus didatangkan dari luar Kabupaten. Mahalnya pakan pabrikan dapat disiasati dengan pengembangan pakan lokal Minimnya jumlah dan
kapasitas penyuluh perikanan dan terbatasnya kemampuan pembudidaya untuk menghasilkan indukan dan benih yang berkualitas Perairan pantai yang
belum tercemar dan kaya akan nutrien untuk kegiatan budidaya KJA
Kerasnya ombak dan arus pada saat musim/cuaca buruk
Dampaknya adalah rusaknya KJA
Tabel 11. Produksi Perikanan Tangkap, Jumlah Nelayan dan
Perahu/Kapal Di Kab. Kepulauan Talaud Tahun 2010 - 2014
URAIAN TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 Statistik Perikanan Tangkap - Perairan Laut 1. Produksi Perikanan Tangkap 8.593,4 8.420,3 10.173,2 11.460,5 12.701,5 2. Nilai Produksi (Rp.000) 26.995. 707 26.573. 867 112.173. 697 117.742. 000 131.519. 550 3. Jumlah RTP 5.887 5.887 6.782 6.782 6.782 4. Jumlah Perahu / Kapal 4.810 4.866 4.969 5.325 5.347 - Jukung 3.890 3.860 3.866 3.866 3.866 - Katinting 150 216 295 316 337 - Pumboat 716 736 748 1.080 1.080
- Kapal Purse sine 54 54 60 63 64
5. Jumlah Unit
Penangkapan 6.957 6.939 7.578 11.715 12.764 6. Jumlah Nelayan
(orang) 10.998 10.998 11.027 11.027 11.027 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kep. Talaud, 2015
Tabel 12. Produksi Perikanan Laut Di kabupaten Talaud, 2010-2014
satuan : ton Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Ikan 8.387,20 8.224,80 10.005,00 11.305,90 11.469,11 Binatang Berkulit Keras 4,10 4,10 0,71 3,30 2,20 Bunatang Berkulit Lunak 10,00 10,00 25,47 13,20 8,50 Udang-udangan 192,10 192,10 134,21 138,10 90,60 Jumlah 8.593,40 8.431,00 10.165,39 11.460,50 11.570,41
Gambar 5. Grafik produksi perikanan laut di Kabupaten Kepulauan Talaud, 2010-2014
Sumber : Talaud dalam angka (2015)
Tabel 13. Nilai Produksi Perikanan Laut di Kabupaten Talaud
Satuan: 000 Rp Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Ikan 21.344.473 21.266.233 98.471.580 111.944.800 127.148.150 Binatang Berkulit Keras 233.700 46.034 7.100 188.100 125.400 Bunatang Berkulit Lunak 42.334 239.400 401.180 150.100 88.000 Udang-udangan 5.375.200 5.022.200 4.929.700 5.459.000 4.158.000 Jumlah 26.995.707 26.573.867 103.809.560 117.742.000 131.519.550 Sumber : Talaud dalam angka (2015)
5.000,00 10.000,00 15.000,00 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Pro d u ksi (t o n ) Ikan
Binatang Berkulit Keras Bunatang Berkulit Lunak Udang-udangan
Gambar 6. Grafik Nilai Produksi Perikanan Laut di Kabupaten Talaud, 2010-2014
Sumber : Talaud dalam angka (2015)
Tabel 14. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Subsektor di Kabupaten Talaud
Satuan : 000 Rp No Kecamata
n
perikanan laut perikanan
umum Jumlah 2013 2014 2013 2014 2013 2014 1 Kabaruan 835,25 820,6 0 0 835,25 820,6 2 Damau 541,33 602,12 0 0 541,33 602,12 3 Lirung 579,39 548,44 0 0 579,39 548,44 4 Salibabu 1440,61 1680,89 0 0 1440,61 1680,89 5 Kalongan 679,49 834 0 0 679,49 834 6 Moronge 471,1 443,37 0 0 471,1 443,37 7 Melongua ne 632,03 858,23 0 0 632,03 858,23 8 Melongua ne Timur 1108,88 1100,5 0 0 1108,88 1100,5 9 Beo 422,8 1005,67 0 0 422,8 1005,67 10 Beo Utara 375,05 365,43 0 0 375,05 365,43 11 Beo Selatan 211,53 201,69 0 0 211,53 201,69 12 Rainis 1018,26 1120,25 0 0 1018,26 1120,25 50.000.000 100.000.000 150.000.000 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun N ilai P ro d u ksi (000 Rp ) Ikan
Binatang Berkulit Keras Bunatang Berkulit Lunak Udang-udangan
No Kecamata n
perikanan laut perikanan
umum Jumlah 2013 2014 2013 2014 2013 2014 13 Tampan'a mma 406,43 415,12 0 0 406,43 415,12 14 Pulutan 194,8 195 0 0 194,8 195 15 Essang 295,24 302,64 0 0 295,24 302,64 16 Essang Selatan 510,9 513,06 0 0 510,9 513,06 17 Gemeh 789,97 760,81 0 0 789,97 760,81 18 Nanusa 677,16 690,6 0 0 677,16 690,6 19 Miangas 252,28 243,09 0 0 252,28 243,09 Jumlah 11442,5 12701,51 0 0 11442,5 12701,51 sumber : Talaud dalam angka (2015)
Tabel 15. Jumlah Produksi Perikanan laut menurut Alat Tangkap di Kabupaten Talaud Satuan : ton No Jenis Alat 2010 2011 2012 2013 2014 1 Pukat cincin 4993,9 4750 969,4 2376,5 1345,3 2 Jaring Insang jaring Insang hanyut 217,1 193,2 39,43 127,26 193,6 jaring insang lingkar 333,6 329,5 67,25 73,26 1 Jaring insang tetap 585,4 580,6 118,49 123,81 150,7 3 pancing rawai hanyut selain rawai tuna
261,2 242,4 49,47 56,74 260,8 rawai tetap dasar 37,5 29,7 6,06 7,76 3,7 pancing tonda 1183,1 1119,5 228,47 536,73 788,1 pancing ulur 244,9 232 47,35 53,16 77,6 pancing tegak 175,8 167,2 34,12 38,15 0,3
pancing lainnya 8,4 8,9 1,82 7,36 4 perangkap bubu 48,3 48,5 9,9 9,7 8,3 perangkap lainnya 28,7 29 5,92 6,52 0 5 alat tangkap lainnya muro ami 1,2 51,3 10,47 10,83 0 jala tebar 129,8 0 0 0 2,9 alat tangkap teripang 2 1,9 0,39 3,3 0,1 garpu dan tombak dll 337,5 288,4 58,86 60,32 25,6 Jumlah 8593,1 8077,1 1648,42 3495,73 2858,3 Sumber: Talaud dalam angka (2015)
Tabel 16. Banyak Armada yang digunakan di Kabupaten Talaud, 2010-2014 Satuan : unit Tahun perahu tanpa motor
motor tempel kapal motor Jumlah
2010 3890 716 0 4606
2011 3860 1860 0 5720
2012 2495 1443 3 3941
2013 2412 1546 7 3965
2014 3866 1474 7 5347
Gambar 7. Grafik Banyaknya Armada yang digunakan di kabupaten Talaud, 2010-2014
Sumber: Talaud dalam angka, 2015
Tabel 17. Jumlah Perahu/Kapal Penangkap Ikan di Kab. Kep. Talaud Tahun 2010-2014
Tahun Perahu tanpa motor
Motor tempel Kapal motor Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
2014 3.866 72,3 1.474 27,6 7 0,1 5.347 2013 2.412 60,8 1.546 39,0 7 0,2 3.965 2012 2.495 63,3 1.443 36,6 3 0,1 3.941 2011 3.860 67,5 1.860 32,5 - 5.720 2010 3.890 84,5 716 15,5 - 4.606 Rata-rata 2010-2014 69,68 30,24 0,1
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kep. Talaud, 2015
Tabel 18. Tabel Identifikasi kelembagaan usaha pra produksi Uraian
Aktor Kelembagaan penyedia input usaha penangkapan ikan dilakukan secara perorangan (usaha toko penjual mesin, alat tangkap, coolbox, alat navigasi) dan usaha bahan baku untuk pembuatan kapal/perahu.
0 1000 2000 3000 4000 2010 2011 2012 2013 2014 Ju m lah ( u n it) Tahun
perahu tanpa motor motor tempel kapal motor
Uraian
Keterkaitan antara pelaku usaha dengan usaha lainnya tidak mempunyai keterkaitan.
Kesepakatan antar pelaku usaha dilakukan secara informal
Aturan Harga merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pada sektor praproduksi, kesepakatan harga antara penjual peralatan praproduksi berupa mesin, alat tangkap, coolbox, alat navigasi, bahan-bahan pembuat perahu (kayu,triplek tebal, lem, paku dan cat) sangat diperlukan, walaupun kesepakan harga masih secara informal. Ketersediaan toko penyedia barang pra produksi sangat terbatas, hanya ada di Lirung dan Melonguane, bahkan ada yang dibeli dari Manado dan dari Tahuna, sehingga harga barang tersebut menjadi mahal.
Transaksi waktu dalam proses jual beli antara nelayan dan penjual (toko) tidak mempunyai aturan atau kesepakatan yang formal.
Sistem transaksi pembayaran yang dilakukan antara nelayan dengan toko penjual barang pra produksi biasanya sebagian besar dilakukan dengan sistem pembayaran dilakukan secara tunai.
Kualitas barang pra produksi sangat menetukan harga produk, kesepakatan antara nelayan dengan toko penjual barang untuk pra produksi sudah dilakukan kesepakatan kualitas barang yang akan dibeli sudah ada, kesepakatan kualitas ini masih bersifat informal.
Pola Hubungan
Tidak ada sistem imbalan Kelembagaan sektor pra produksi untuk usaha penangkapan ikan
Tidak ada sistem bagi hasil.
Pola hubungannya adalah perdagangan/jual beli, antara nelayan dengan toko penjual barang pra produksi
Tabel 19. Produksi Perikanan Tangkap Berdasarkan Alat Tangkap Di Kabupaten Kepulauan Talaud, 2010 – 2014
(ton) N o Alat tangkap Tahun Rata-2 (ton) Rata2 (%) 2010 2011 2012 2013 2014 1 Pukat cincin 4.993,90 4.750,00 969,40 2.367,50 1.345,30 2.885,22 58,5 2 Jaring insang 1136,1 1103,3 225,17 324,33 345,3 626,84 12,7 - Hanyut 217,10 193,20 39,43 127,26 193,6 154,12 - Lingkar 333,60 329,50 67,25 73,26 1,00 160,92 - Tetap 585,40 580,60 118,49 123,81 150,70 311,80 3 Pancing 1.915,60 1.804,70 368,31 704,23 1.131,10 1.184,79 24,0 - Rawai hanyut 261,20 242,4 49,47 56,74 260,80 174,12 - Rawai tetap dasar 37,50 29,70 6,06 7,76 3,70 16,94 - Pancing tonda 1.183,10 1.119,50 228,47 536,73 788,10 771,18 - Pancing ulur 244,90 232,00 47,35 53,16 77,60 131,00 - Pancing tegak 175,80 167,20 34,12 38,15 0,30 83,11 - Pancing cumi 4,70 5,00 1,02 4,33 0,30 3,07 - Pancing lainnya 8,40 8,90 1,82 7,36 0,30 5,36 4 Perangkap 77 77,5 15,82 16,22 8,3 38,97 0,8 - Bubu 48,30 48,50 9,90 9,70 8,30 24,94 - Perangkap lainnya 28,70 29,00 5,92 6,52 - 14,03 5 Alat tangkap lain 470,5 341,6 69,72 74,45 39,43 199,14 4,0 - Muro ami 1,20 51,30 10,47 10,83 - 16,93 - Jala tebar 129,80 - - - 2,90 26,54 - Tangkap teripang 2,00 1,90 0,39 3,30 0,10 1,54 - Garpu, tombak, dll 337,50 288,40 58,86 60,32 25,60 154,14 Sumber: Kepulauan Talaud dalam angka, 2015
Tabel 20. Tabel identifikasi kelembagaan produksi Uraian Keterangan Kelembagaan Pelaku (Aktor) 1 Bentuk Pelaku Usaha Perorangan 2 Keterikatan antar Pelaku
Tidak ada ikatan, berjalan masing-masing. Aturan 1 Kesepakatan penentuan harga - Ada, informal. 2 Kesepakatan penentuan waktu - Tidak ada 3 Kesepakatan penentuan Kuantitas - Tidak ada 4 Kesepakatan penentuan kualitas - Ada, informal Pola Hubungan 1 Sistem Imbalan yang dipakai - Bagi hasil 2 Cara pengupahan - Tidak ada
3 Cara bagi hasil - Nilai hasil tangkapan dikurangi biaya operasional, sisanya dibagi 50% pemilik kapal dan 50% ABK (dibagi jumlah ABK/2 orang) apabila jumlah tangkapan ikan musim puncak, akan tetapi apabila hasil tangkapan sedikit dibagi 3 bagian, terdiri dari pemilik 1 bagian dan ABK 2 bagian untuk 2 orang ABK (nelayan pumboat di Desa Lobbo, Kecamatan Beo Utara) - Nilai hasil tangkapan dikurangi biaya operasional, sisanya
dibagi 5 bagian, terdiri dari 2 bagian untuk ABK (2 orang) dan 3 bagian untuk pemilik (nelayan pumboat di Kampung Lawasan, DesaDalum, Kecamatan Salibabu)
- Nilai hasil tangkapan dikurangi biaya operasional, sisanya dibagi 9 bagian terdiri dari 2,5 bagian untuk pemilik, 4,5 bagian untuk ABK yang menyelam (3 orang) dan 2 bagian untuk ABK diatas kapal, sistem bagi hasil ini diberlakukan dalam usaha penangkapan ikan dasar dengan menggunakan penyelaman dan jubi/panah.
- Tidak ada sistem bagi hasil (nelayan dayung/perahu katinting tanpa mesin)
Tabel 21. Harga Beli dan Harga Jual Jenis ikan yang diperdagangkan oleh Pedagang Ikan di Kecamatan Kalongan
No Jenis Ikan Harga Beli
(Rp.)/Kg Harga Jual (Rp.)/kg 1 Ikan layaran 13.000 15.000 2 Ikan malalugis/layang 20.000 25.000 3 Ikan cakalang 20.000 25.000
4 Ikan tuna sirip kuning 10.000 15.000
Sumber : data primer diolah tahun 2015
Gambar 8. Saluran Pemasaran Ikan di Kecamatan Kalongan
Gambar 9. Saluran pemasaran ikan di Desa Dalum, Kecamatan Salibabu
Nelayan Pedagang/Pati bo (Kalongan) Pedagang/Pa tibo Konsumen (Melonguane ) Konsumen (Kalongan) Nelayan Pedagang/Pati bo di Manado Pedagang/Patibo di Mangaran (Kabaruan) Pedagang Pedagang/Pa tibo di Melonguane Konsumen di Manado, Mangaran dan Melonguane Konsumen
Tabel 22. Identifikasi Kelembagaan Usaha Pasca Produksi Uraian
Aktor Pelaku usaha pada sektor pasca produksi adalah
nelayan dan pedagang
Pelaku usaha pada sektor pasca produksi dilakukan secara perorangan
Tidak ada keterikatan antar pelaku usaha pada sector pasca produksi, berjalan masing-masing Aturan Aturan terdiri dari kesepakatan harga, waktu, sitem
pembayaran/transaksi, penentuan kualitas mutu Kesepakatan harga ada dilakukan secara informal
antara nelayan dengan pedagang
Kesepakatan harga ada dilakukan secara informal antara pedagang dengan pedagang
Kesepakatan harga ada dilakukan secara informal antara pedagang dengan konsumen
Pembayaran dilakukan secara tunai dan tempo Ada penentuan kualitas/mutu dilakukan secara
informal
Pola Hubungan Tidak ada sistim imbalan Tidak ada carapengupahan Tidak ada sistim bagi hasil Ada sistim perdagangan/jual beli
Sumber : data primer diolah tahun 2015
Tabel 23. Harga Beli dan Harga Jual ikan yang diperdagangkan di Kecamatan Kalongan
No Jenis Ikan Harga Beli
(Rp)/kg Harga Jual (Rp.)/kg 1 Ikan layaran 13.000 15.000 2 Ikan malalugis/layang 20.000 25.000 3 Ikan cakalang 20.000 25.000
4 Ikan tuna sirip kuning 10.000 15.000
Sumber : data primer diolah tahun 2015
Konsumen di Manado, Mangaran dan
Gambar 10. Saluran Pemasaran Ikan di Kecamatan Kalongan pulau Salibabu
Gambar 11. Saluran pemasaran ikan di Desa Dalum, Kecamatan Salibabu
Konsumen di Manado, Mangaran dan Melonguane Nelayan Pedagang/Pati bo (Kalongan) Pedagang/ Patibo Konsumen (Melonguane ) Konsumen (Kalongan) Nelayan Pedagang/Pati bo di Manado Pedagang/Patibo di Mangaran (Kabaruan) Pedagang Pedagang/ Patibo di Melonguane Konsumen di Manado, Mangaran dan Melonguane Konsumen
Gambar 12. Sistem Bagi Hasil pada Usaha Perikanan Tangkap Laut
Gambar 13. Saluran Pemasaran 1
Nelayan
Pedagang
Kecil
Konsumen
Nelayan
Perusahaan
Konsumen
Biaya: Harga Jual : Rp 10.000/kg Biaya: Harga Jual: Rp 15.000/kg Biaya: Harga Jual : Rp.4.000/kg Biaya: Rp. 3.500/kg
Total hasil Penangkapan - BBM
Pemilik Pontong ABK Pemilik
Tabel 24. Potensi dan permasalahan pada Usaha Perikanan Tangkap Laut
Potensi Permasalahan
Sumberdaya ikan
yang sangat
besar
Walaupun sumberdaya perikana laut di kabupaten Talaud masih sangat melimpah, namun armada yang ada tidak dapat melakukan penangkapan dengan jumlah ikan yang banyak karena armadanya yang relatif masih sangat terbatas baik jumalh maupun wilayah jangkauannya.
Hal lainnya adalah pengawasan terhadap sumberdaya ikan di wilayah Talaud yang masih kurang sehingga menyebabkan masih banyak terjadi illegal fishing dalam wilayah tersebut.
Wilayah pengelolaan perikanan yang luas
Dengan kondisi wilayah Talaud yang terdiri dari berbagai pulau mempengaruhi biaya operasional dalam usaha perikanan tangkap laut. Seperti halnya dalam biaya pengiriman/distribusi ikan antar pulau yang masih tergolong mahal. Di samping itu biaya operasional yang ditanggung oleh nelayan ataupun pedagang juga masih tinggi terutama biaya BBM yang mahal karena ketersediaan pasokan BBM yang terbatas dan masih harus di supply dari Kecamatan Beo (pulau Karakelang).
sumber : data primer (2015)
Tabel 25. Potensi dan Permasalahan Pengembangan Usaha
Potensi Permasalahan Keterangan
Sumber daya ikan
melimpah
Sarana dan
prasarana/infrastruktur , khususnya pasokan listrik belum mendukung, apabila pada saat musim puncak ikan, cold storage yang operasional hanya satu di Karatung, cold storage di Lawasan belum operasional karena
kekurangan pasokan listrik, teknologi pengolahan ikan
Cold storage yang sudah operasional di Karatung,
menyebabkan pendapatan nelayan menurun karena harga ikan malalugis yang diterima oleh cold storage adalah Rp. 4.000/kg, sedangkan kalau
Potensi Permasalahan Keterangan
(pengalengan, abon, pembuatan ikan asin dll) belum dilakukan, yang sudah berkembang adalah
pengolahan ikan cakalang asap. Pabrik es belum dibangun.
Sifat produk perikanan yang mudah busuk sehingga tidak
mudah dipasarkan pada
daerah yang lebih luas.
dipasarkan ke pedagang atau konsumen lokal harganya mencapai Rp. 10.000- Rp. 12.000 Diperlukan pelatihan penerapan teknologi pengolahan produk pasca penangkapan, terutama bila ikan sedang melimpah. Mengingat dunia usaha perikanan bersifat musiman ikan (antara lain karena cuaca) dan masa paceklik. Letak
geografis mendukung
Alat transportasi masih terbatas, sebagian besar dilakukan oleh kendaraan roda dua, hanya sebagian kecil menggunakan pumboat, speed boat dan kapal feri
Menyebabkan biaya transportasi untuk pemasaran ikan cukup mahal Sumberdaya manusia mendukung
Nelayan lokal terbatas dalam kemampuan jelajah akibat terbatasnya persediaan bahan
bakar; keterbatasan
menyebabkan harga mahal
dan menjadikan usaha
perikanan kurang produktif
dan masyarakat sulit
meningkatkan kesejahteraannya.
Kapasitas ketrampilan masih terbatas khususnya untuk
Diperlukan jalan keluar penyediaan bahan bakar agar
nelayan dapat
melaut secara
reguler yang pada akhirnya meningkatkan penghasilan keluarga nelayan dan sekaligus menghalau kehadiran nelayan
Potensi Permasalahan Keterangan
yang modern, teknologi
budidaya, dan teknologi pengolahan Masyarakat nelayan sangat kosmopolit (terbuka) menerima inovasi
Ketersediaan jaringan internet masih minimal, sehingga masyarakat sangat terbatas dalam mengakses informasi Pembinaan nelayan masih
kurang
Keterbatasan jumlah penyuluh perikanan, hanya 3 orang, padahal Kabupaten Kepulauan Talaud terdiri dari 19
Kecamatan, idealnya jumlah penyuluh perikanan adalah 19 orang Penyuluh belum melakukan tugas dan fungsinya, penyuluh akan mengunjungi lokasi apabila ada program bantuan dari pemerintah
Adanya pengusaha dari Bitung melakukan usaha
penangkapan ikan dengan perahu pajeko di Kabupaten Kepulauan Talaud dan memasang rumpon di lokasi 10 mil dari pantai
Nelayan setempat sulit untuk
mendapatkan ikan karena ada rumpon tersebut.
Sumber : Data primer diolah 2015
Tabel 26. Jenis Usaha pemasaran di Kabupaten Talaud
No Jenis Usaha Pemasaran Jumlah
1 Petibo 51
2. Pedagang Bakul/Pikul 63
3. Pengumpul 18
4. Pemasar berkendaraan motor 21
Tabel 27. Jumlah pengolah berdasarkan jenis usaha tahun 2014 No Lokasi Jenis Usaha Pengolah ikan asap Pengolah ikan asin Pengolah ikan beku 1. P. Kabaruan (Damau, Kabaruan) 6 0 0 2. P. Salibabu (Lirung, Salibabu, Kalongan) 15 0 0 3 P. Karakelang 85 0 0 4 Nanusa-Miangas 185 1 Total 106 185 1 Sumber : DKP 2015
Tabel 28. Jumlah produksi olahan ikan di Kabupaten Kepulauan Talaud tahun 2014
NO KECAMATAN Jumlah
Jumlah Produksi/Jenis Olahan Hasil Perikanan/Kg Ikan
Asap Ikan Asin
Ikan Beku 1 Damau 15 15 - - 2 Kabaruan 25 25 - - 3 Lirung 120 120 - - 4 Salibabu 75 75 - - 5 Kalongan 15 15 - - 6 Moronge - - - - 7 Melonguane 490 490 - - 8 Melonguane Timur 270 120 150 - 9 Beo 1.295 1.295 10 Beo Utara 60 60 - - 11 Beo Selatan - - - -
NO KECAMATAN Jumlah
Jumlah Produksi/Jenis Olahan Hasil Perikanan/Kg Ikan
Asap Ikan Asin
Ikan Beku 12 Rainis 420 420 - - 13 Tampanam' ma - - - 14 Pulutan 150 150 - - 15 Essang 135 135 - - 16 Essang Selatan 150 150 - - 17 Gemeh 60 60 - - 18 Nanusa 4.625 - 4.625 - 19 Miangas 175 - 175 - Total 8.080 3.130 4.950 -
Sumber: DKP Kabupaten Talaud, 2015
Tabel 29. Biaya Investasi
Jenis Biaya Jumlah
Pajeko dan mesin 550.000.000
Jaring 200.000.000
Speedboat/kapal lampu 10.000.000
Tabel 30. Karakteristik usaha pengolahan di Kabupaten Kepulauan Talaud
No Karakteristik Permasalahan Dampak
1. Sarana dan prasarana
Prasarana terbatas dan peralatan masih sedehana
Belum bisa memenuhi permintaan pasar
2. Bahan baku Terkendala harga
yang fluktuatif
tergantung musim
Mempengaruhi biaya
operasional produksi. Harga standar produk olahan masih dipengaruhi oleh fluktuasi harga bahan baku
3. Tenaga kerja Masih mengandalkan tenaga dari keluarga inti
Curahan kerja yang tinggi dan tercampur antara
urusan domestik dan
usaha 4. Proses produksi Sederhana, tradisional, pengemasan yang
belum dapat menarik minat konsumen.
Mempengaruhi tingkat
ketahanan keawetan
produk
5. Pemasaran Masih berskala lokal Usaha pengolahan belum mampu menjadi alternatif pekerjaan utama
Tabel 31. Kelembagaan usaha pembekuan ikan
No Uraian Ketersediaan
1 Jenis usaha Perusahaan
2 Keterkaitan dengan pelaku usaha lain
Idak terkait, karena tidak ada pelaku usaha sejenis
3 Kesepakatan penetuan harga
Rp 4.000,00 sepanjang tahun, tidak dibatasi musim. Ditentukan oleh perusahaan kepada nelayan
4 Sistem pembayaran Tunai harian dan tempo mingguan (khusus laki-laki)
5 Kesepakatan disepakati antar pelaku
Tidak ada kesepakatan
6 Kesepakatan penetuan mutui
Tidak ada
7 Bagi hasil Bagi hasil hanya terjdi pada operator pajeko
dengan sistem bagi hasil
Sumber : Data primer 2015
Tabel 32. Kondisi Terumbu Karang Di Pulau Kakorotan, Malo dan Intata
No Lokasi Koordinat Tutupan (%) Kondisi Jenis Topogr afi Jarak
LU BT Hidup Mati Lunak Dominan Pandang (meter) 1 Napo
Tabawo 4
037'54.110 127009'03.126 55 2 10 Baik Acropora Landai > 10
Montipora Porites 2 Tanjung Dalin (Lokasi Mane’e)
40 37'18.744 127008'44.766 50 17 7 Baik Acropora Landai >10
Montipora
Porites
3 Angangan
e 4
038'26.520 127009'48.846 70 8 2 Baik Acropora Landai >10
Seriatopora
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Talaud, 2013
Tabel 33. Potensi Pariwisata Bahari dan Deskripsi lokasi
No Potensi Pariwisata
Bahari
Deskripsi Lokasi
1 Gugusan Kepulauan
Nanusa
A. Pulau Intanta Panjang Garis Pantai 2, 21 Km Luas 0,26 Ha, (Tidak berpenghuni) Jarak dari Ibukota Kabupaten
(Melonguane), 45 Mill Laut
Potensi Wisata : Pasir putih, penangkapan ikan tradisional (Manne’e), habitat
4 Kakorotan 4037'09.665 127009'17.482 62 18 0.5 Baik Acropora Landai 10
(Belakang) Porites
5 Kakorotan-Malo 4
037'11.574 127008'32.478 60 14 5 Baik Seriatopora Landai 10
Montipora
Acropora
6 Napo Rarung 4
037'07.704 127007'54.280 75 10 6 Sangat Porites Landai <10
Baik Stylophora
Acropora
7 Malo 4037'03.300 127007'31.170 70 2.5 22 Baik Acropora Landai 10
Montipora
8 Tanjung Malo 4
037'05.670 127007'04.002 65 5 12 Baik Acropora Landai 10
Montipora
Porites
9 Malo 4036'38.670 127007'24.966 55 7 5 Baik Porites Landai <10 (Belakang
kiri) Stylophora
Acropora
10 Malo 4036'27.282 127007'55.760 65 15 8 Baik Acropora Landai 10 (Tengah
belakang) Porites
9 Malo 4036'19.626 127008'26.394 60 15 5 Baik Porites Landai 10 (Belakang
No Potensi Pariwisata Bahari
Deskripsi Lokasi
dan beberapa fishing spot.
RTRW : Sebagai Kawasan Konservasi Perairan, status lahan : Tanah hak milik adat
B. Pulau Kakorotan Panjang Garis Pantai 3,16 Km Luas 0,59 Ha, (Berpenghuni) Jarak dari Ibukota Kabupaten
(Melonguane), 45 Mill Laut
Potensi Wisata : Pasir putih, habitat Kepiting Kenari, Penyu,
diving/snorkelling, fishing spot RTRW : Sebagai Kawasan Konservasi
Perairan, status lahan: Tanah Hak Milik Adat
C. Pulau Malo Panjang Garis Pantai 8,1 Km Luas 1,53Ha (Tidak berpenghuni) Jarak dari Ibukota Kabupaten
Melonguane, 45 Mill Laut
Potensi Wisata : Pasir putih, habitat
Kepiting Kenari, berbagai jenis Penyu, burung Maleo, diving/Snorkelling dan
beberapa spot fishing
RTRW : Sebagai Kawasan Konservasi Perairan, status lahan: Tanah hak milik adat
D. Pulau Karatung Panjang Garis Pantai 11,8 Km Luas 7,39 Ha (Ibukota Kec, Nanusa) Jarak dari Ibukota Kabupaten
(Melonguane), 48 Mill Laut
Potensi wisata : Pasir putih, penangkapan ikan tradisional dan beberapa fishing spot RTRW : Sebagai Kawasan Pengelolaan
Perikanan, status lahan : Tanah hak milik adat
E. Pulau Marampit Panjang Garis Pantai 14,67 Km Luas 14,58 Ha (Berpenghuni) Jarak dari Ibukota Kabupaten (Melonguane), 54 Mill Laut
No Potensi Pariwisata Bahari
Deskripsi Lokasi
Potensi : Wisata pulau / bawah laut, habitat Kepiting Kenari dan fishing spot RTRW : Sebagai Kawasan Pengelolaan
Perikanan/Kawasan perbatasan Status lahan : Tanah Hak Milik Adat
2 Gugusan Pulau
Miangas
Panjang Garis Pantai 6,00 Km Luas 3,15 Ha (Berpenghuni) Jarak dari Ibukota Kabupaten
(Melonguane), 129 Mill Laut
Potensi wisata : Pasir putih, penangkapan ikan tradisional (Manami), habitat Kepiting Kenari, diving/snorkelling dan fishing spot
RTRW : Sebagai Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perbatasan, Status tanah : Tanah Hak Milik Adat
3 Gugusan P.
Karakelang A. Pantai
Melonguane
Panjang Garis Pantai 1,2 Km Luas 0,27 Ha
Jarak dari Ibukota Kabupaten (Melonguane), 1,5 Km
Potensi wisata : Pasir putih, habitat mangrove, snorkelling dan spot fishing RTRW : Sebagai Kawasan Pengelolaan
Perikanan, status tanah : hak milik adat B. Nusa Dolom
Kecamatan Beo Utara
Panjang Garis Pantai 1,34 Km Luas 0,08 Ha (Tidak berpenghuni) Jarak dari Ibukota Kabupaten
(Melonguane), 44 Km
Potensi wisata : Pasir putih, wisata historis (makam belanda),
diving/snorkeling dan spot fishing RTRW : Sebagai Daerah Perlindungan
No Potensi Pariwisata Bahari Deskripsi Lokasi C. Pulau Nusa Topor Kecamatan Beo Utara
Panjang Garis Pantai 1,68 Km Luas 0,09 Ha (Tidak berpenghuni) Jarak dari Ibu Kota Kabupaten
Melonguane, 44 KM
Potensi Wisata : Pasir putih, habitat mangrove, diving/snorkeling dan spot fishing
RTRW : Sebagai Daerah Perlindungan Laut, status lahan : Tanah hak milik adat
4 Gugusan Pulau
Salibabu A. Pulau Sara
Besar
Panjang Garis Pantai 2,803 Km Luas 0,53 Ha (Tidak berpenghuni) Jarakdari Ibukota Kabupaten
(Melonguane), 44 Km
Potensi Wisata : Pasir putih, habitat Kepiting Kenari, diving dan snorkeling RTRW : Sebagai Kawasan Konservasi
Perairan, Status lahan: Tanah hak milik adat
B. Pulau Sara Kecil Panjang Garis Pantai 1,6 Km Luas 0,17 Ha (Tidak berpenghuni) Jarak dari Ibukota Kabupaten
(Melonguane), 10 Mill Laut
Potensi Wisata : Pasir putih, habitat Kepiting Kenari, Diving dan snorkeling RTRW : Sebagai Kawasan Konservasi
Perairan,
Status lahan: Tanah hak milik adat C. Pantai Saliran
(Pulau Salibabu)
Panjang Garis Pantai 0,2 Km Luas 3 Ha
Jarak dari Ibukota Kabupaten (Melonguane), 15 Mill Laut Potensi Wisata : Pantai, diving dan
snorkelling,
Status lahan: Tanah hak milik adat
Tabel 34. Agenda Tahunan Festival Budaya di Kabupaten Kepulauan Talaud Waktu Uraian Januari- Awal Februari
Budaya Mandulu/Marangkat Tuton, merupakan sebuah upacara dalam rangka mensyukuri perlindungan tuhan, memohon kepada tuhan agar tahun yang baru dilindungi oleh tuhan, upacara yang dilakukan adalah upacara adat, dilaksanakan di sebagian besar desa di Kabupaten Kepulauan Talaud, puncak acara dilakukan di ibukota kabupaten atau di kecamatan yang ditunjuk untuk melakukan upacara tersebut.
Mei Melakukan ritual Manee (Pulau Intata dan Pulau Kakorotan) dan Manamee Pulau Miangas.
Warga masyarakat Kakorotan memiliki kebiasaan dan keunikan sendiri dalam menangkap ikan, yang mereka sebut
Mane’e.
Mane'e berasal dari kata see sasahara yang artinya pernyataan setuju atau sepakat. Sehingga kata Mane’e dapat diartikan melaksanakan kegiatan yang telah disetujui, disepakati bersama secara serentak oleh semua orang. Sedangkan kata Maneke dari kata Seke yang artinya alat penangkapan ikan.
Mane’e adalah salah satu upacaya tradisional yang hingga kini masih dilakukan oleh masyarakat desa Kakorotan, Kecamatan Nanusa. Upaya yang dimaksud merupakan cara menangkap ikan secara bersama dengan menggunakan bahan yang tidak lazim, yakni menggunakan tali hutan dan daun muda (janur) dari kelapa.
Upacara Mane’e telah dilakukan sejak dahulu, dari generasi terdahulu atau sekitar abad ke-16 hingga sekarang. Biasanya dilakukan pada musim peralihan yakni bulan April hingga Juni setiap tahun ditetapkan oleh Perda pada bulan Mei ., bertepatan pada saat bulan purnama. Pelaksanaan harus di saat purnama dimaksudkan agar air laut mengalami surut terendah, setelah mengalami pasang tertinggi.
Seminggu sebelum pelaksanaan upacara Mane’e, para tua-tua adat mengadakan upacara dalam bentuk doa untuk memohon agar dijauhkan dari malapetaka, sekaligus diberikan berkat yang melimpah.
Waktu Uraian
Satu hal penting dalam pelaksanaan Mane’e adalah apa yang dikenal dengan Eha.Eha adalah larangan untuk menangkap ikan di sekitar lokasi pelaksanaan acara Mane’e. Penutupan areal ini berlangsung selama 3 dan 6 bulan atau selama satu tahun seperti diberlakukan di pulau Intata. Apabila warga melanggar ketentuan ini maka akan diketakan sangsi adat/ moral dan membayar uang sesuai kesepakatan bersama. Denda yang dikenakan pada yang melanggar sekitar 10.000 hingga 100.000 rupiah. Pada zaman dulu, kepada yang melanggar diarak sepanjang jalan desa, dan bila melanggar lagi maka kaki pelaku dipasung. Pelaksanaan Eha tidak saja di lingkungan laut tetapi juga untuk komuditi pertanian. Misalnya, pada masa Eha, barangsiapa memanen kelapa meski itu miliknya, akan dinyatakan sebagai tindakan mencuri dan didenda. Eha perkebunan kelapa biasanya berlangsung selama 3-4 bulan. Dampak dari Eha untuk perkebunanan kepala adalah mutu produk yang lebih baik. Lokasi pelaksanaan Mane’e biasanya di pulau Malo, Intata
dan Kakorotan. Di pulau Intata dinyatakan sebagai lokasi pelaksanaan Manee yang masuk kalender wisata.
Juli Festival Prodisa, merupakan nama awal dari Kabupaten Kepulauan Talaud, artinya adalah “negeri yang indah “dilihat dari alam dan masyarakatnya. Festival tersebut diawali dengan ritual adat “paratibuparonda” artinya genepapan Kepulauan Talaud berotonomi dan penerimaan berkat (“manawa”), festival tersebut memperingati ulang tahun Kabupaten Kepulauan Talaud, pada acara tersebut diikuti oleh kegiatan gelar seni budaya dan kegiatan olah raga (lomba dayung dan lomba permainan tradisional), acara ini dipusatkan di Melonguane.
Oktober Acara “manimbulwanua”, yaitu melakukan ritual tentang doa kesuburan/berkat negeri
Desember Dilakukan ritual oleh tetua adat yang disebut dengan “madomesupanara”, acara ini dikoordinasikan dengan Dewan Adat di Kabupaten, untuk membahas tentang tugas dan fungsi kelembagaan adat
Sumber: Data primer diolah dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Talaud tahun 2015
Gambar 15. Struktur Kelembagaan Adat di Kabupaten Kepulauan Talaud
Tabel 35. Data produksi pemasaran berdasarkan jenis ikan dan nilai produksi tahun 2014
No Jenis ikan Jumlah
Produksi Nilai Produksi (Rp)
1 Layar 9.267 111.204.000 2 Tuna 10.740 128.880.000 3 Malalugis 36.006 180.030.000 4 Cakalang 27.267 190.869.000 5 Tongkol 9.411 65.877.000 6 Ikan dasar 5.397 134.925.000 7 Lobster 489 19.560.000 8 Ikan saramia 1.080 141.120.000 9 Ikan hias/Ekor 10.000 20.000.000
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kepulauan Talaud, 2015
Dewan Adat (Lingkup Kabupaten)
Tampa (Lingkup Kecamatan)
Wanua (Lingkup Desa)
Ruwangan (Lingkup Keluarga/suku)
Tabel 36. Kelembagaan usaha pengolahan ikan dalam proses pra produksi
Uraian
Aktor Kelembagaan penyedia input usaha pengolahan ikan
masih dilakukan perorangan
Antara pelaku usaha dengan usaha lainnya tidak terdapat keterikatan
Aturan Kesepakatan harga antara penyedia input produksi dengan pelaku usaha dilakukan secara informal Kesepakatan waktu dalam penyediaan input produksi
dilakukan secara informal atau tidak terikat waktu Sistem transaksi pembayaran antara pelaku usaha
pengolahan dengan penyedia bahan baku
menggunakan sistem pembayaran secara tunai. Kualitas bahan baku menentukan harga produk.
Dalam menentukan harga biasanya melalui
kesepakatan/ tawar menawar harga antara penjual dengan pelaku usaha pengolahan. Besaran harga ikan
tergantung musim dan jenis ikan yang
diperjualbelikan. Pola
Hubungan
Tidak ada sistem imbalan/bagi hasil. Keuntungan menjadi milik pribadi
Cara pengupahan dilakukan secara tunai dan harian Pola hubungannya hanya berdasarkan kepentingan
jual beli
Tabel 37. Kelembagaan usaha pengolahan ikan dalam proses produksi
Uraian Keterangan
Aktor Kelembagaan usaha masih bersifat perseorangan. Khusus pada usaha pembekuan ikan, merupakan bentuk perusahaan dengan banyak karyawan
Antara pelaku usaha dengan usaha lainnya tidak terdapat keterikatan
Aturan Kesepakatan harga dalam proses produksi dengan pelaku usaha dilakukan secara informal
Kesepakatan waktu dalam proses produksi dilakukan secara informal atau tidak terikat waktu. Biasanya merupakan usaha yang dilakukan sehari-hari
Sistem transaksi pembayaran untuk memenuhi kebutuhan biaya produksi dilakukan secara tunai
Kualitas produksi hasil olahan belum terstandar. Kecuali usaha pembekuan ikan sudah memiliki SOP tersendiri mengikuti SOP perusahaan induk di Jakarta
Pola Hubungan
Tidak ada sistem imbalan/bagi hasil. Keuntungan menjadi milik pribadi/ pelaku usaha
Cara pengupahan dilakukan secara tunai dan harian Sumber : data primer diolah, 2015
Tabel 38. Kelembagaan usaha pengolahan ikan dalam proses produksi
Uraian
Aktor Pelaku usaha pada sektor pasca produksi pelaku usaha dan konsumen
Pelaku usaha pada sektor pasca produksi dilakukan secara perorangan
Tidak ada keterikatan antar pelaku usaha pada pasca produksi
Aturan Aturan terdiri dari kesepakatan harga, waktu, sistem pembayaran/transaksi, penentuan kualitas mutu Kesepakatan harga ada dilakukan secara informal
antara pelaku usaha dengan konsumen Pembayaran dilakukan secara tunai
Ada penentuan kualitas/mutu dilakukan secara informal
Pola Hubungan Tidak ada sistem imbalan Tidak ada sistem bagi hasil
Gambar 16. Proses produksi pembekuan ikan Bahan baku (Ikan ) Pencucian Penyortiran Penyortiran Pencetakan dalam loyang
Masuk ke ABF (Air Blast Freezer)
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kab. Kepulauan Talaud, 2015. Kepulauan Talaud Dalam Angka 2015.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kepulauan Talaud, 2012. Statistik 2012 Kelautan dan Perikanan Kab. Kepulauan Talaud.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kepilauan Talaud, 2014. Laporan Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Tahun 2014 Untuk Sarana dan Prasarana Perikanan dan Kelautan yang Diserahkan Kepada Masyarakat Tahun 2012 dan 2013.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kepulauan Talaud, 2014. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013.
http://www.bakosurtanal.go.id/berita-surta/show/indonesia-memiliki-13-466-pulau-yang-terdaftar-dan-berkoordinat
Mulyana. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2006. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Nazir, M. 1998. Metode Penelitian. Ghalia-Indonesia. Jakarta. 622 hal Perpres No 78 Tahun 2005 tentang pengelolaan pulau-pulau kecil terluar. Pemkab Kepulauan Talaud, 2014. Perda Kab. Kepulauan Talaud No:1 tahun
2014 tanggal 02 Mei 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2014 – 2034