• Tidak ada hasil yang ditemukan

and N fertilizer application with inoculation of Azospirillum sp.; all yield components were higher due to application of 22.5 t ha -1 of porasi with

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "and N fertilizer application with inoculation of Azospirillum sp.; all yield components were higher due to application of 22.5 t ha -1 of porasi with"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

v

ABSTRACT

A research was conducted to study response of potato plant to the application of fermented organic matter (‘porasi’) without or with inoculation of Azospirillum sp. and N fertilizer and also to determine optimal rate of application of ‘porasi’ and N fertilizer without or with inoculant Azospirillum sp. Two field experiments were carried out in two locations, namely in Pangalengan, West Java, from May 2002 to September 2002, and experimental station of PT. Biofarma, Cisarua, West Java, from June 2003 to Oktober 2003. The two similar experiments were done in a Randomized Block Design of factorial pattern of three factors: (1) ‘porasi’ (0, 7.5, 15.0, and 22.5 t ha-1), (2) Azospirillum sp. (without and with inoculant of

Azospirillum sp.), (3) N fertilizer (0, 86, 172, and 258 kg ha-1 N). The treatment combinations were replicated three times.

Results of the experiments showed that: (1) development of average 7 day periods of growth characteristics (LAI, NAR, CGR, dan TGR), both in Pangalengan and Cisarua, were faster due to application of ‘porasi’ and N fertilizer of increasing rates with inoculant of Azospirillum sp. compared to those without inoculant of

Azospirillum sp., whereas the highest LAI, NAR, CGR, and TGR were reached due

to application of 7.5 to 22.5 t ha-1 ‘porasi’ and inoculation of Azospirillum sp. and 0 to 172 kg ha-1 N fertilizer; (2) nitrogen, phosphorus, and potassium contents were higher as rates of ‘porasi’ and N fertilizer increased and with inoculation of

Azospirillum sp., both in Pangalengan and Cisarua, whereas the highest N

concentration was obtained due to application of 22.5 t ha-1 ‘porasi’ with inoculation of Azospirillum sp. and application of N fertilizer of 258 kg ha-1 in Pangalengan and 172 kg ha-1 in Cisarua, and the highest phosphorus and potassium concentration

were obtained by application of 22.5 t ha-1 ‘porasi’ with inoculation of Azospirillum sp. and application of N fertilizer of 172 kg ha-1, either in Pangalengan or Cisarua; (3) yield components (number of individual tuber per plot of < 60 g, of 60 to 80 g, of > 80 g, and number of total tubers) increased due to increasing rates of ‘porasi’

(2)

vi

and N fertilizer application with inoculation of Azospirillum sp.; all yield components were higher due to application of 22.5 t ha-1 of ‘porasi’ with inoculation of Azospirillum sp. and application of 172 kg ha-1 N fertilizer, except in Cisarua number of individual tuber per plot of 60 to 80 g due to application of N fertilizer of 258 kg ha-1 and number of tuber per plot of > 80 g due to application of ‘porasi’ of 15 t ha-1 with N fertilizer of 258 kg ha-1; (4) the optimum rate of ‘porasi’ and N fertilizer without inoculation of Azospirillum sp. was 15.287 t ha-1 and 228.519 kg ha-1 N, respectively, to obtain maximum yield in Pangalengan of 6.028 kg per plot or 25.117 t ha-1, whereas with inoculation of Azospirillum sp. the optimum rate of

‘porasi’ and N fertilizer was 16.464 t ha-1 and 190.110 kg ha-1 N, respectively, with

maximum yield of 6.493 kg per plot or 27.054 t ha-1; in Cisarua the optimum rate of ‘porasi’ and N fertilizer without inoculation of Azospirillum sp. to obtain maximum yield was 17.020 t ha-1 and 151.157 kg ha-1 N, respectively, with maximum yield of 7.023 kg per plot or 29.263 t ha-1, whereas with inoculation of

Azospirillum sp. the optimum rate of ‘porasi’ and N fertilizer was 19.382 t ha-1 and

136.163 kg ha-1 N, respectively, with maximum yield of 7.077 kg per plot or

29.488 t ha-1; (5) yield components affected yield are number of individual tuber per plot of < 60 g and number of total tuber in Pangalengan, and number of tuber per plot of > 80 g in Cisarua.

(3)

vii

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan untuk mengkaji respons tanaman kentang (Solanum

tuberosum L.) terhadap pemberian pupuk organik difermentasi (porasi) tanpa atau

dengan pemberian inokulan Azospirillum sp. bersama pupuk N serta untuk menentukan dosis optimum porasi dan pupuk N tanpa atau dengan masukan inokulan

Azospirillum sp. Percobaan telah dilakukan di dua lokasi, yaitu Pangalengan, Jawa

Barat, mulai bulan Mei 2002 sampai bulan September 2002 dan Kebun Percobaan PT. Biofarma, Cisarua, Jawa Barat, mulai bulan Juni 2003 sampai bulan Oktober 2003 berupa percobaan lapangan. Kedua percobaan yang sama berupa percobaan trifaktor dan dilaksanakan dengan Rancangan Acak Kelompok. Faktor pertama adalah porasi (0, 7.5, 15.0, dan 22.5 t ha-1), faktor kedua adalah inokulan

Azospirillum sp. (tanpa dan dengan pemberian inokulan Azospirillum sp.), dan faktor

ketiga adalah pupuk N (0, 86, 172, dan 258 kg ha-1 N), sedangkan kombinasi perlakuan diulang tiga kali.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa: (1) perkembangan karakteristika tumbuh tanaman rata-rata 7-harian (ILD, LAB, LTT , dan LTU ), baik di Pangalengan maupun di Cisarua, lebih cepat akibat masukan porasi dan pupuk N dengan dosis meningkat bersama masukan inokulan Azospirillum sp. dibandingkan dengan tanpa masukan inokulan Azospirillum sp, sedangkan nilai ILD, LAB, LTT , dan LTU tertinggi dicapai pada pemberian porasi 7,5 sampai 22,5 t ha-1 dengan

masukan inokulan Azospirillum sp. bersama pupuk N 0 sampai 172 kg ha-1 N; (2) konsentrasi N, P, dan K tanaman lebih tinggi dengan meningkatnya dosis porasi dan pupuk N bersama dengan pemberian inokulan Azospirillum sp., baik di Pangalengan maupun di Cisarua, sedangkan konsentrasi N tertinggi diperoleh dengan masukan porasi 22,5 t ha-1 bersama masukan inokulan Azospirillum sp. dan pupuk N 258 kg ha-1 di Pangalengan dan 172 kg ha-1 di Cisarua, dan konsentrasi P dan K tanaman

tertinggi, baik di Pangalengan maupun di Cisarua diperoleh dengan pemberian porasi 22,5 t ha-1 bersama masukan inokulan Azospirillum sp. dan pupuk N 172 kg ha-1; (3)

(4)

viii

komponen hasil (jumlah per petak umbi yang berukuran < 60 g, 60 sampai 80 g, dan > 80 g, dan jumlah umbi total) meningkat dengan meningkatnya pemberian porasi dan pemberian pupuk N yang meningkat pula bersama pemberian inokulan

Azospirillum sp.; semua komponen hasil lebih tinggi dengan masukan porasi 22,5 t

ha-1 bersama inokulan Azospirillum sp. dan pupuk N 172 kg ha-1, kecuali di Cisarua jumlah umbi berukuran 60 sampai 80 g dengan masukan pupuk N 258 kg ha-1, dan jumlah umbi berukuran > 80 g dengan pemberian porasi 15 t ha-1 bersama pupuk N 258 kg ha-1; (4) dosis optimum porasi dan pupuk N tanpa inokulan Azospirillum sp. di Pangalengan masing-masing 15,287 t ha-1 dan 228,519 kg ha-1 N memberikan

hasil maksimum dengan bobot umbi 6,028 kg per petak atau 25,117 t ha-1, sedangkan

dengan masukan inokulan Azospirillum sp. dosis optimum porasi dan pupuk N masing-masing 16,464 t ha-1 dan 190,110 kg ha-1 N dengan hasil maksimum bobot umbi 6,493 kg per petak atau 27,054 t ha-1; di Cisarua dosis optimum porasi dan pupuk N tanpa masukan inokulan Azospirillum sp. masing-masing 17,020 t ha-1 dan 151,157 kg ha-1 N yang memberikan hasil maksimum dengan bobot umbi 7,023 kg

per petak atau 29,263 t ha-1, sedangkan dengan pemberian porasi dan inokulan

Azospirillum sp. masing-masing dengan dosis optimum 19,382 t ha-1 dan 136,163 kg

ha-1 N dicapai hasil maksimum dengan bobot umbi 7,077 kg per petak atau 29,488 t ha-1; (5) komponen hasil yang berpengaruh terhadap hasil umbi kentang di Pangalengan adalah jumlah per petak umbi kentang berukuran < 60 g dan jumlah per petak umbi kentang total, dan di Cisarua adalah jumlah per petak umbi kentang berukuran > 80 g.

(5)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhaanahu wa ta’ala, karena berkat rahmat, hidayah, kasih sayang dan petunjuk-Nya maka seluruh rangkaian kegiatan dalam penyelesaian studi mulai dari penyusunan usulan penelitian sampai penyusunan disertasi ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya disertai ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada yang terhormat Prof. H. Husen Djajasukanta, SP., M.Sc., Ph.D., sebagai ketua Tim Promotor, Prof. Dr. Hj. Yuyun Yuwariah AS, Ir., M.S., Prof. Dr. H. Mahfud Arifin, Ir., M.S., dan Dr. Azis Azirin Asandhi, Ir., APU., masing-masing sebagai anggota Tim Promotor yang telah banyak memberikan perhatian, bimbingan, dorongan moril dan saran-saran serta kebijaksanaannya kepada penulis sejak dari perencanaan penelitian sampai penulisan disertasi. Tanpa bimbingan dan dorongan yang ikhlas, tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Semoga jerih payah Bapak-bapak dan Ibu bernilai ibadah dan mendapatkan imbalan pahala dari Allah Subhaanahu wa ta’ala.

Rasa hormat dan terimakasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Tim Oponen akhli Prof. H. Giat Suryatmana, Ir., M.Sc., Ph.D., Dr. Juliati S. Darsa, Ir., M.Agr. St., Prof H. Sulya Djaka Sutami, Ir., M.Sc., Ph.D., Dr. Nenny Nurlaeny, Ir., M.S. yang bertindak sebagai Tim Penelaah, atas buah pikiran, dan saran-sarannya dalam menyempurnakan penulisan disertasi ini. Rasa hormat dan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Prof. H. Ridwan Setiamihardja, M.Sc., Ph.D. dan Prof. Dr. Ir. Hj. Aisyah D. Suyono sebagai guru besar penguji yang telah

Referensi

Dokumen terkait

Sel surya (PV panel) adalah sumber listrik pada sistem pembangkit listrik tenaga surya, material semikonduktor yang mengubah secara langsung energi sinar matahari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kategori tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut FKG USU terhadap antibiotik dan penatalaksanaan alergi

Yang tak kalah penting dari persoalan regulasi adalah komitmen islam dalam menegakkan aturan-aturan itu dengan memberlakukan institusi hisbah, yang

Dokumen Rencana Program Investasi Jangka Panjang (RPIJM) Bidang PU Cipta Karya Kabupaten Mesuji ini merupakan salah satu justifikasi perencanaan program dan anggaran serta

Apabila akan dibangun SMAN yang baru, salah satu faktor yang dapat menjadi pertimbangan adalah banyak lulusan SMPN di sekitar lokasi sehingga agar diperoleh hasil yang

Semenjak diundangkannya undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria (UUPA), maka pengertian jual beli tanah bukan lagi suatu perjanjian seperti

(Iv) the power switches and sockets paste method 1, turn off the main power after construction to avoid electric shock. 2, wallpaper overshadowed the entire power switch or outlet,

Setelah kereta api melewati pintu perlintasan, sensor ketiga yaitu sensor infra merah aktif untuk mengirim sinyal ke kendali mikrokontroler untuk membuka palang