• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAGING SAPI POTONG DI PASAR MODERN KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU JURNAL. Diajukan Kepada: Program Studi Agribisnis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAGING SAPI POTONG DI PASAR MODERN KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU JURNAL. Diajukan Kepada: Program Studi Agribisnis"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SALURAN PEMASARAN

DAGING SAPI POTONG DI PASAR MODERN

KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU

JURNAL

Diajukan Kepada:

Program Studi Agribisnis

Disusun Oleh :

A N S A R I

NIM. 1026046

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

ROKAN HULU

2014

(2)
(3)
(4)

Analisis Saluran Pemasaran Daging Sapi Potong Pada Pasar Modern Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu Ansari1, Ikhsan Gunawan, SP., MM2, Fera Wasni, SP2

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Jl. Tuanku Tambusai Kumu Desa Rambah Hilir Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu

ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk mengetahui proses pemasaran, biaya, margin, profit, efesiensi dan permasalahan pemasaran daging sapi potong serta alternatif solusinya. Teknik pengumpulan data kuisioner, wawancara dan dokumentasi. Penelitian dilakukan pada pasar Modren Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu pada bulan Maret sampai bulan Juli 2013. Pengambilan sampel pedagang pengecer dilakukan dengan cara sengaja (purposive sampling). Selanjutnya dengan cara

Snowball Sampling (pengambilan sampel bola salju) mengikuti saluran pemasaran. Total biaya pedagang belantik Rp

37.3097,6/Kg, total biaya pedagang pengumpul Rp 43.541/Kg, total biaya pedagang pengecer Rp 52.691,8/Kg. Total biaya pedagang pengecer pemotong Rp 42.077,1/Kg dan total biaya pedagang along – along Rp 79.638,8/Kg. Keuntungan terbesar diterima oleh pedagang pengecer pemotong Rp18.376,8/Kg, saluran pemasaran level 1. Keuntungan terkecil diterima pedagang belantik Rp 2.632,8/Kg, saluran pemasaran level 3. Efisiensi pemasaran daging sapi potong saluran pemasaran level 1 5,4%, saluran pemasaran level 2 5,6% dan saluran pemasaran level 3 7,4%. Margin pemasaran saluran pemasaran level 1 Rp 21.664,7/Kg, margin pemasaran saluran pemasaran level 2 Rp 48.211/Kg dan margin pemasaran saluran pemasaran level 3 Rp 23.662,4/Kg. Permasalahan pemasaran daging sapi potong yaitu daging yang tidak habis, persediaan sapi potong kurang, modal terbatas dan timbangan pedagang tidak akurat. Solusinya pedagang harus membuat pengolahan daging lanjutan, melakukan budidaya sapi potong, membentuk koperasi pedagang.

Kata Kunci: Saluran Pemasaran, Daging Sapi Potong

Analysis Of The Marketing Of Meat At Modern Market Rambah Subdistrict Rokan Hulu Regency

The purpose of the research is to find out the marketing process, cost, margin, profit, eficiency and the marketing problem of meat and also the alternate solution. Collecting data techniques are uizionaire,interview and documentation as well. The reseach was done at modern market Rambah subdistrict, Rokan Hulu regency on march to july 2013. The retailers sample taking was done inteniolly (Purposive sampling), and than by the snowball sampling (snowball sample taking) through following the marketing line. Total marketing cost for the wholesale seller is Rp 37.3097,6/kg, total marketing cost for the distributor is Rp 43.541/kg, total marketing cost for the retailler Rp 52.691,8/kg.Total marketing cost for the retailer and butcher is Rp 42.077,1/kg and total marketing cost for smallest retailer is Rp 79.638,8/kg. The biggest profit is accepted by the retailer and butcher aswell Rp 18.376,8/kg, the level 1 marketing line . The smallest profit accepted by the wholesale seller, that is Rp 2.632,8/kg the level 3 marketing line. The marketing eficiency for the meat at the level 1 marketing line is 5,4% , the level 2 marketing line is 5,6% and the level 3 marketing line is 7,4 %. The margin for the level 1 marketing line is Rp 21.664,7%/kg, the margin for the level 2 marketing line is Rp 48.211/kg and the margin for the level 3 marketing line is Rp 23.662,4/kg. The problem in the marketing of meat are the lack of supply of meat and the limited capital. So, the solution are the sellers should create the continuity meat processing, creating the meat cultivation and forming the economic sellers coperation.

Keyword: Marketing, Meat

1

Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Pasir Pengaraian

(5)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laju pembangunan disuatu negara dapat ditunjukan dengan adanya peningkatan pendapatan penduduknya serta tingkat kesadaran penduduknya akan kebutuhan gizi keluarga. Untuk memenuhi gizi tersebut perlu dikonsumsi produk peternakan sebagai bahan pangan, seperti telur, daging, dan susu yang memiliki kandungan gizi yang besar, baik sebagai sumber energi maupun sebagai sumber protein hewani.

Subsektor peternakan mempunyai peran cukup besar dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional, disamping sebagai penopang dalam mensejahterakan rakyat (Rahmat & Harianto, 2012). Keuntungan nyata yang dapat dirasakan langsung dari subsektor peternakan ini antara lain sebagai sumber lapangan pekerjaan serta pendapatan dan sumber bahan pangan hewani yang bernilai gizi tinggi khususnya protein. Ditinjau dari segi lainnya daging sapi merupakan bahan makanan yang sangat banyak digemari oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan masuknya rendang sebagai salah satu makanan terlezat di dunia, dimana bahan utama yang biasa digunakan berasal dari daging sapi. Selain itu daging sapi juga dapat diolah menjadi produk olahan baru seperti hamburger dan sosis. Hal ini tentunya juga akan menambah minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging sebagai lauk (Sosroamidjojo, 1980).

Dengan banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi daging sapi maka kebutuhan daging sapi tentunya akan meningkat. Untuk itu produksi daging sapi harus di tingkatkan dengan cara memperbanyak populasi sapi potong secara nasional. Peningkatan produksi peternakan sapi potong ini harus diiringi dengan saluran pemasaran yang efisien dan efektif sehingga dapat menambah penghasilan peternak dan pedagang. Pada kecamatan Rambah khususnya pada Pasar Modern Pasir Pengaraian terdapat beberapa saluran pemasaran daging sapi potong tetapi mengapa mereka tidak menggunakan satu saluran pemasaran saja yang lebih efisien dan efektif (Muktiani, 2011).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis sajikan dimana peternak yang ada di kabupaten Rokan Hulu khususnya petani yang menjual hasil ternaknya kepada pedagang daging sapi potong yang ada di Pasar Modern selalu melakukan penjualan hasil ternaknya dengan beberapa saluran pemasaran, maka penulis merumuskan masalah ini dimana ruang lingkup yang penulis sajikan dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana proses pemasaran daging sapi potong pada pasar Modern Kecamatan Rambah ?

2. Saluran pemasaran yang mana yang lebih tinggi biaya pemasarannya, yang lebih efisien, lebih menguntungkan dan margin saluran pemasaran yang mana yang lebih tinggi ?

3. Permasalahan apa saja yang dihadapi pedagang dalam melakukan pemasaran daging sapi potong dan bagaimana alternatif solusinya ?

C. Batasan Masalah

Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian maka penulis membatasi masalahnya yaitu saluran pemasaran daging sapi potong yang diteliti adalah untuk satu kali periode produksi.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui proses pemasaran daging sapi potong pada Pasar Modern Kecamatan Rambah . 2. Untuk mengetahui biaya pemasaran, margin, profit dan

efisiensi pemasaran daging sapi potong pada Pasar Modern.

3. Untuk mengetahui permasalahan dalam pemasaran daging sapi potong dan alternatif solusinya.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peternak dan pihak-pihak yang berminat terhadap informasi peternakan dan pemasaran sapi potong. Bagi instansi atau lembaga yang berwenang di kabupaten Rokan Hulu dapat bermanfaat dalam menentukan kebijakan pendistribusian daging sapi potong. Bagi penulis dapat bermanfaat dalam hal mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari di fakultas pertanian program studi Agribisnis.

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Pasar Modren Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai bulan Juni 2013.

B. Populasi dan Sampel Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah peternak sapi potong yang ada di Rokan Hulu, pedagang pengumpul yang mensuplai daging sapi potong ke pasar Modren Kecamatan Rambah, pedagang pengecer yang ada di pasar Modren dan seluruh konsumen sapi potong yang membeli daging sapi potong pada pasar Modren Kecamatan Rambah.

Sampel

Pengambilan sampel pada pedagang pengecer

dilakukan dengan cara mendatangi pedagang pengecer untuk memberikan kuesioner dan melakukan tanya jawab terhadap pedagang (purposive sampling). Sampel selanjutnya dilakukan dengan cara Snowball Sampling (pengambilan sampel bola salju) mengikuti saluran pemasaran daging sapi potong.Untuk konsumen akhir sampel diambil sebanyak lima orang pada setiap saluran.

(6)

C. Data Penelitian Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpul terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang meliputi identitas peternak yaitu (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan lain-lain), jumlah produksi (daging), jumlah penjualan, jumlah pembelian, fungsi pemasaran, biaya pemasaran, harga pokok, (cost / unit), harga jual, keuntungan pemasaran, biaya pemotongan dan jumlah sapi yang dipotong. Sedangkan data sekunder meliputi hal-hal yang berhubungan dengan pemasaran daging sapi potong seperti rumah potong hewan dan tempat karantina hewan potong, keadaan daerah penelitian dan data lain yang berkaitan dengan penelitian ini yang diperoleh dari instansi terkait.

D. Konsep operasional

Untuk menyeragamkan persepsi tentang variabel dalam penelitian ini maka disajikan beberapa konsep operasional sebagai berikut :

1. Pemasaran sapi potong adalah suatu proses penyaluran produksi sapi potong dari produsen ke konsumen.

2. Sapi potong adalah sapi yang dipelihara oleh peternak khusus untuk dipotong dan diambil dagingnya.

3. Produksi sapi potong adalah berat daging sapi potong yang dihasilkan dalam satuan kilogram (Kg).

4. Harga pokok daging sapi potong adalah harga dimana peternak tidak mendapatkan keuntungan dan kerugian dari pemeliharaan sapi potong (Rp/Kg).

5. Jenis sapi yang dipotong adalah sapi Bali.

6. Fungsi pemasaran daging sapi potong adalah suatu kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyalurkan produk (daging sapi) dari produsen kekonsumen, yang meliputi fungsi pertukaran, pengadaan dan fungsi pelancar. 7. Saluran pemasaran sapi potong adalah jalur

pemasaran yang dilalui untuk mendistribusikan sapi potong dari peternak kekonsumen.

8. Lembaga pemasaran adalah orang atau kelompok orang yang terlibat dalam penyaluran sapi potong yaitu peternak (produsen), pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen.

9. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli sapi potong dari pedagang belantik kemudian memotongnya dan menjualnya kepedagang pengecer.

10. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli sapi potong dari pedagang pengumpul kemudian menjualnya kekonsumen.

11. Pedagang pengecer pemotong adalah pedagang yang membeli sapi potong pada peternak dan menjualnya kekonsumen dan pedagang along – along.

12. Pedagang along – along adalah pedagang yang membeli daging sapi potong dan menjualnya kerumah – rumah penduduk.

13. Konsumen akhir adalah konsumen yang membeli daging sapi potong pada pedagang dan langsung untuk dikonsumsi.

14. Biaya pemasaran adalah total biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran berlangsung mulai dari peternak hingga konsumen akhir (Rp/Kg).

15. Keuntungan pemasaran adalah bagian yang diperoleh dari harga jual dikurangi dengan total biaya.

16. Margin pemasaran adalah selisih harga ditingkat peternak dan harga ditingkat konsumen.

17. Efesiensi pemasaran adalah ratio biaya pemasaran dibandingkan dengan total nilai produksi.

E. Teknik Pengumpulan Data

a. Kuesioner

Pengumpulan data dengan teknik ini terlebih dahulu peneliti awali dengan membagikan kuesioner yang berisi pertanyaan seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah produksi daging, jumlah penjualan, jumlah pembelian, fungsi pemasaran, biaya pemasaran, harga pokok, (cost / unit), harga jual, keuntungan pemasaran, biaya pemotongan, biaya kesehatan dan jumlah sapi yang dipotong.

b. Wawancara

Pengumpulan data dengan teknik ini penulis gunakan untuk memperoleh data sekunder yaitu hal-hal yang berhubungan dengan pemasaran daging sapi potong seperti rumah potong hewan dan tempat karantina hewan potong, keadaan daerah penelitian dan data lain yang berkaitan dengan penelitian ini yang diperoleh dari instansi terkait.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi penulis gunakan untuk mendapatkan data - data yang berkaitan dengan saluran pemasaran daging sapi potong pada Pasar Modren Kecamatan Rambah. Sehingga jadi data pendukung bagi penulis dalam dalam memperoleh data.

F. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh selanjutnya dikelompokkan menurut kelompok data masing-masing yang diamati, kemudian dilakukan perhitungan biaya, margin, keuntungan dan efesiensi pemasaran. Untuk menghitung biaya pemasaran digunakan rumus umum menurut (Soekartawi) sebagai berikut :

1. Biaya pemasaran n Bp = Σ Bi i=i Keterangan : Bp = Biaya Pemasaran

(7)

I = 1,2,3,4,5...n

Dalam penelitian ini biaya pemasaran meliputi antara lain : biaya pembelian sapi (BI), biaya transportasi(B2), biaya pencucian (B3), biaya pengemasan (B4), biaya retribusi, (B5) biaya pemotongan. Dengan demikian rumus yang digunakan untuk menentukan biaya pemasaran adalah sebagai berikut:

Bp = B1+B2+B3+B4+B5 Keterangan : Bp = Biaya Pemasaran (Rp/Kg) B1 = Biaya Pemotongan (Rp/Kg) B2 = Biaya Transportasi (Rp/Kg) B3 = Biaya Pencucian (Rp/Kg) B4 = Biaya Pengemasan (Rp/Kg) B5 = Biaya Retribusi (Rp/Kg)

2. Menghitung margin pemasaran digunakan rumus menurut (Hamid), sebagai berikut:

M = HE – Hp Keterangan :

M = Margin Pemasaran He = Harga eceran (Rp/Kg) Hp = Harga pada peternak (Rp/Kg)

3. Untuk menghitung profit (keuntungan) dapat digunakan rumus menurut (Hamid) sebagai berikut :

Л = TR – TC Keterangan :

Л = profit (keuntungan pemasaran) TR = Total Penerimaan

TC = Total Biaya

4. Untuk menghitung efesiensi pemasaran (Ep), secara umum dapat digunakan rumus menurut Soekartawi, yaitu :

EP = TBP TNP

Keterangan :

Ep = Efesiensi Pemasaran (%) TBP = Total Biaya Pemasaran (Rp/Kg) TNP = Total nilai produksi ( Rp/Kg)

Semakin rendah ratio total biaya dengan total nilai produk maka sistem pemasaran efisien dan apabila semakin tinggi ratio total biaya dengan total nilai produk maka sistem pemasaran tidak efisien.

5. Permasalahan pemasaran akan dianalisis secara deskriptif kualitatif, dimana data ditabelkan, kemudian dilakukan analisis dan alternatif pemecahannya.

G. Perumusan Hipotesis

Asumsi sementara saluran pemasaran daging sapi potong pada pasar Modern terdapat tiga saluran pemasaran. Dari tiga saluran tersebut asumsi sementara saluran pemasaran yang lebih efisien adalah saluran pemasaran level 1 yaitu dari produsen kepedagang pengecer pemotong kemudian kekonsumen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biaya Pemasaran

Dalam hal memasarkan daging sapi tentunya tidak lepas dari biaya pemasaran dimana biaya pemasaran daging sapi berbeda pada setiap saluran. Perbedaan biaya pemasaran ini tergantung dari panjang pendeknya saluran pemasaran. Semakin pendek saluran pemasaran yang ditempuh maka semakin sedikit biaya yang dikeluarkan (Amri, 2001). Begitupun sebaliknya semakin panjang saluran pemasaran yang ditempuh maka akan semakin banyak biaya pemasaran yang akan dikeluarkan. Hal ini tentunya akan mengurangi keuntungan yang akan diperoleh oleh pedagang. Begitupun dengan efesiensi pemasarannya akan semakin tidak efisien. Berikut ini adalah tabel yang menerangkan analisis biaya, keuntungan, margin dan efisiensi pemasaran daging sapi potong pada saluran pemasaran level 1, 2 dan 3.

(8)

Tabel 1. Analisis biaya, keuntungan, margin dan efesiensi pemasaran daging sapi potong pada saluran pemasaran level 1, 2 Dan 3. N o Keterangan Saluran Pemasaran

Level 1 Level 2 Level 3

Harga Rp/Kg % Harga Rp/Kg % Harga Rp/Kg % 1 Peternak Harga Jual 38.789,2 100 38.789,2 100 37.612,6 100 2 Belantik Harga Beli 37.612,6 100 Total biaya 37.907,6 Harga jual 40.540,5 Keuntungan 2.632,8 7 3 Pedagang pengumpul Harga Beli 40.540,5 100 Total biaya 43.541 Harga Jual 52.472,9 Keuntungan 8.932 22 4 Pedagang Pengecer Harga Beli 51.405,6 100 Total biaya 52.691,8 Harga jual 61.275,1 Keuntungan 8.583,2 16,6 5 Pedagang pengecer Pemotong Harga Beli 38.789,2 100 38.789,2 100 Total biaya 42.077,1 42.077,1 Harga jual 60.454 60.454 Keuntungan 18.376,8 43 18.376,8 47,3 6 . Pedagang Along – along Harga beli 78.000 100 Total biaya 79.638,8 Harga Jual 87.000 Keuntungan 7.361 9,4

Total nilai produksi

Rp/Kg 60.454 87.000 61.275,1

Margin Pemasaran

Rp/Kg 21.664,7 48.211 23.662,4

Efesiensi 5,4 5,6 7,4

Sumber : Data olahan

Dari tabel diatas dapat diketahui total biaya pada pedagang belantik sebesar Rp 37.3097,6/Kg, total biaya pada pedagang pengumpul sebesar Rp 43.541/Kg, total biaya pada pedagang pengecer sebesar Rp 52.691,8/Kg. Sedangkan total biaya pada pedagang pengecer pemotong sebesar Rp 42.077,1/Kg dan total biaya pada pedagang along – along sebesar Rp 79.638,8/Kg.

B. Keuntungan

Keuntungan yang diperoleh pedagang belantik sebesar Rp 2.632,8/Kg, keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul sebesar Rp 8.932,8/Kg, keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer sebesar Rp 8.583,2/Kg, keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer pemotong sebesar Rp 16.897/Kg dan keuntungan yang diperoleh pedagang along – along adalah sebesar Rp 7.361/Kg.

Dengan demikian keuntungan yang paling besar adalah keuntungan yang diterima oleh pedagang pengecer pemotong yaitu sebesar Rp16.897/Kg pada saluran pemasaran level 1. Sedangkan keuntungan yang paling rendah adalah keuntungan yang diterima oleh pedagang belantik yaitu sebesar Rp 2.632,8/Kg pada saluran pemasaran level 3.

C. Margin Pemasaran

Margin pemasaran pada saluran pemasaran level 1 sebesar Rp 21.664,7/Kg, margin pemasaran pada saluran pemasaran level 2 sebesar Rp 48.211/Kg dan margin pemasaran pada saluran pemasaran level 3 sebesar Rp. 23.662,4/Kg. Margin pemasaran yang paling tinggi adalah pada saluran pemasaran level 2 sebesar Rp 48.211/Kg dan margin pemasaran yang paling rendah pada saluran pemasaran level 1 yaitu sebesar Rp 21.664,7/Kg.

(9)

D. Efisiensi Pemasaran

Untuk melihat gambaran efisiensi saluran pemasaran daging sapi di daerah penelitian dapat dilakukan dengan membandingkan total biaya pemasaran dengan total nilai produk. Hasil penelitian menunjukan bahwa efisiensi pemasaran daging sapi potong pada saluran pemasaran level 1 adalah sebesar Rp 5,4%, saluran pemasaran level 2 sebesar Rp 5,6% dan level 3 sebesar Rp 7,4%. Berdasarkan hal ini maka saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran level 1.

E. Permasalahan Saluran Pemasaran Sapi Potong dan Alternatif Solusinya

Permasalahan yang umum adalah harga daging yang cenderung naik sehinga dapat merugikan pedagang baik pedagang pengumpul, pedagang pengecer pemotong, pedagang pengecer, maupun pedagang along. Kerugian ini disebabkan karena dengan adanya fluktuasi harga yang cenderung naik. Hal ini akan menyebabkan kurangnya minat konsumen untuk membeli daging. Akibatnya daging yang tidak habis dijual akan menyebabkan kerugian, karena umumnya daging sapi tidak tahan lama disimpan dan bila daging yang dijual sudah dilakukan penyimpanan dalam kurun waktu yang cukup lama harga jual daging sapi akan turun (Darmono, 2000).

Dari permasalahan ini hendaknya pedagang membuat pengolahan daging lanjutan seperti pengilingan bakso. Dengan demikian daging yang tidak habis dijual dipasaran bisa dimanfaatkan menjadi makanan olahan baru.

Permasalahan selanjutnya adalah semakin berkurangnya populasi sapi potong. Hal ini menyebabkan sulitnya pedagang dalam mencari sapi untuk dipotong.

Dari permasalahan ini hendaknya pedagang juga melakukan budidaya sapi potong. Sehingga pada saat kelangkaan sapi pedagang bisa memotong peliharaanya sendiri. Dari hasil penelitian pedagang dalam memasarkan daging sapinya hanya menggunakan modal sendiri jika daging tidak laku dijual maka pedagang kesulitan mendapatkan daging pada hari berikutnya. Adapun penyebabnya adalah karena hasil penjualan daging umumnya sebagian dialokasikan lagi untuk modal berdagang pada hari berikutnya. Dari permasalahan ini pedagang sangat membutuhkan bantuan modal. Solusinya adalah pedagang harus membentuk koperasi pedagang, dengan demikian pedagang bisa melakukan peminjaman pada koperasi tersebut.

SIMPULAN

1. Total biaya pada pedagang belantik sebesar Rp 37.3097,6/Kg, total biaya pada pedagang pengumpul sebesar Rp 43.541/Kg, total biaya pada pedagang pengecer sebesar Rp 52.691,8/Kg. Sedangkan total biaya pada pedagang pengecer pemotong sebesar Rp 42.077,1/Kg dan total biaya pada pedagang along – along sebesar Rp 79.638,8/Kg.

2. keuntungan yang paling besar adalah keuntungan yang diterima oleh pedagang pengecer pemotong yaitu sebesar Rp16.897/Kg pada saluran pemasaran level 1. Sedangkan keuntungan yang paling rendah adalah keuntungan yang diterima oleh pedagang belantik yaitu Rp 2632,8/Kg pada saluran pemasaran level 3.

3. Margin pemasaran yang paling tinggi adalah pada saluran pemasaran level 2 sebesar Rp 48.211/Kg dan margin pemasaran yang paling rendah pada saluran pemasaran level 1 yaitu sebesar Rp 21.664,7/Kg. 4. Efisiensi pemasaran daging sapi potong pada saluran

pemasaran level 1 adalah sebesar Rp 5,4%, saluran pemasaran level 2 sebesar Rp 5,6% dan level 3 sebesar Rp 7,4%. Berdasarkan hal ini maka saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran level 1.

5. Pedagang harus membuat pengolahan daging lanjutan seperti pengilingan bakso.

6. Pedagang juga melakukan budidaya sapi potong. Sehingga pada saat kelangkaan sapi pedagang bisa memotong ternaknya sendiri.

7. Pedagang harus membentuk koperasi pedagang. Dengan demikian pedagang bisa melakukan peminjaman pada koperasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, U. 2001. Kualitas karkas sapi Brahman Cross

berdasarkan standar USDA.

Darmono. 2000. Tata Laksana Sapi Keraman. Yogyakarta

: Kanisius.

Dinas Peternakan Kabupaten Rokan Hulu. Laporan

Tahunan Tahun 2012. Rokan Hulu.

Muktiani. 2011. Sukses Usaha Penggemukan Sapi

Potong. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Rahmat dan Harianto. 2012.Tiga jurus sukses menggemukan sapi potong. Jakarta : PT Agro

media pustaka.

Sosroamidjojo M.S. 1980. Ternak Potong dan Kerja.Jakarta : Yasaguna

Tim Karya Tani Mandiri. 2009. Pedoman Budidaya

Beternak Sapi Potong. Bandung :Nuansa Aulia.

WWW.http/ Food. Detik. Com. Kandungan Gizi Pada

Daging Sapi. 25/02/2013.

Yulianto dan Saparinto. 2011. Penggemukan sapi potong

Referensi

Dokumen terkait

Secara teoretis, persen degradasi dengan metode DOC harus lebih tinggi daripada dengan metode botol tertutup karena selama inkubasi kadar DO dijaga konstan dengan

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui bagaimana celebrity endorser berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk pembersih wajah Men’s Biore , (2) untuk

Pemerintah beserta Bank Indonesia dapat mensatbilkan inflasi yang memiliki pengaruh negatif terhadap kurs dollar Amerika dengan cara mengurangi mata uang asing

waktu yang dimiliki guru untuk melakukan penilaian berdasarkan kurikulum 2013; Ketiga,. jumlah siswa perkelas yang terlalu banyak membuat guru kesulitan untuk

Buku ini menganut prinsip bahwa rumah sakit adalah organisasi lembaga pelayanan yang memberikan pelayanan jasa kesehatan untuk membuat orang menjadi sehat kembali, atau tetap

Perbezaan penyerapan optik yang ketara bagi setiap nisbah berat Ag:ZnO menunjukkan bahawa sampel Ag-ZnO pada nisbah 7:10 dan 25:10 menyerap lebih banyak cahaya nampak

Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Paket Pekerjaan Pemeliharaan bangunan kantor DPU dan UPTD (Perbaikan Ruang Sekretariat, Kantor UPTD Kramat dan Penataan Halaman) Nomor

Berdasarkan uraian yang dikemukakan, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pada Mata Kuliah Geometri, manakah yang memberikan prestasi belajar lebih