• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUATU KAJIAN TITIK TETAP PEMETAAN k-pseudononspreading SEJATI DI RUANG HILBERT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUATU KAJIAN TITIK TETAP PEMETAAN k-pseudononspreading SEJATI DI RUANG HILBERT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 2 No. 1 Hal. 52 – 60 ISSN : 2303–2910

c

Jurusan Matematika FMIPA UNAND

SUATU KAJIAN TITIK TETAP PEMETAAN

k-PSEUDONONSPREADING SEJATI DI RUANG

HILBERT

DESI RAHMADANI Program Studi Matematika,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Kampus UNAND Limau Manis Padang, Indonesia,

[email protected]

Abstract. Let C be a subset of a real Hilbert space H. Let T : H → H be a strictly k-pseudononspreading mapping with a nonempty fixed point set. Let ω ∈ [k, 1) be fixed. Let {Ti}Ni=1be N ki-strictly pseudononspreading mappings. In this paper, we study the

relationship between of a fixed point set of a k -strictly pseudononspreading mapping and other forms of certain combinations of some k-strictly pseudononspreading mappings in Hilbert space.

Kata Kunci : k-strictly pseudononspreading mapping, Hilbert space.

1. Pendahuluan

Teori ruang Hilbert pertama kali diperkenalkan oleh David Hilbert pada tahun 1909. Kajian ini mengawali penelitian dalam bidang analisis fungsional di ruang berdimensi tak hingga, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan ruang Hilbert. Selanjutnya, John Von Naumann merumuskan sifat-sifat teori ruang Hilbert dan mengembangkan teori baru dari operator-operator dalam ruang Hilbert.

Dalam [7], Osilike dan Isiogugu memperkenalkan suatu pemetaan baru yang disebut dengan pemetaan k-pseudononspreading sejati. Misalkan T : C → H, C adalah suatu himpunan bagian tak kosong, tertutup dan konveks dari ruang Hilbert riil H. Pemetaan T dikatakan pemetaan k-pseudononspreading sejati jika terdapat k ∈ [0, 1) sedemikian sehingga

kT x − T yk2 ≤ kx − yk2+ kkx − T x − (y − T y)k2+ 2hx − T x, y − T yi,

∀x, y ∈ C. (1.1)

Sedangkan T dikatakan pemetaan k-pseudocontraction sejati jika terdapat k ∈ [0, 1) sedemikian sehingga

kT x − T yk2≤ kx − yk2+ kkx − T x − (y − T y)k2, ∀x, y ∈ C (1.2) Dalam makalah ini akan dikaji hubungan himpunan titik tetap dari suatu pemetaan ki-pseudononspreading sejati {Ti}Ni=1 dengan bentuk-bentuk kombinasi

tertentu dari beberapa pemetaan k-pseudononspreading sejati di ruang Hilbert yang berdasarkan pada dua fakta berikut, sebagaimana yang ditulis dalam [7]:

(2)

(1) Terdapat titik tetap dan hubungan titik tetap dari pemetaan ki

-pseudocontraction sejati {Ti} N

i=1dengan bentuk-bentuk kombinasi tertentu dari

beberapa pemetaan tersebut di ruang Hilbert [1].

(2) Terdapat titik tetap pada pemetaan k-pseudononspreading sejati dan menun-jukkan bahwa titik tetap ini merupakan solusi untuk suatu masalah optimasi [2].

2. Kajian Titik Tetap Pemetaan k-pseudononspreading Sejati di Ruang Hilbert

Sebelum mengkaji bukti dari hubungan himpunan titik tetap dari suatu pemetaan ki-k-pseudononspreading sejati {Ti}Ni=1 dengan bentuk-bentuk kombinasi tertentu

dari beberapa pemetaan k-pseudononspreading sejati di ruang Hilbert, akan dibuk-tikan beberapa lema berikut.

Lema 2.1. [3] Misalkan H adalah ruang Hilbert riil. Maka pernyataan berikut berlaku:

(1) ktx + (1 − t)yk2= tkxk2+ (1 − t)kyk2− t(1 − t)kx − yk2, ∀x, y ∈ H, ∀t ∈ [0, 1],

(2) kx − yk2≤ kxk2+ 2hy, x + yi, ∀x, y ∈ H.

Bukti.

(1) ktx + (1 − t)yk2= tkxk2+ (1 − t)kyk2− t(1 − t)kx − yk2, ∀x, y ∈ H, ∀t ∈ [0, 1].

ktx + (1 − t)yk2 = htx + (1 − t)y, tx + (1 − t)yi

= htx, txi + 2htx, (1 − t)yi + h(1 − t)y, (1 − t)yi = t2hx, xi + 2htx, (y − ty)i + hy − ty, y − tyi

= t2hx, xi + 2(htx, yi − htx, tyi) + hy, yi − 2thy, yi + hty, tyi = t2hx, xi + 2thx, yi − 2t2hx, yi + hy, yi − 2thy, yi + hty, tyi = thx, xi + hy, yi − thy, yi − (t − t2)(hx, xi + 2hx, yi + hy, yi). = thx, xi + hy, yi − thy, yi − (t − t2)hx − y, x − yi

= thx, xi + (1 − t)hy, yi − t(1 − t)hx − y, x − yi = tkxk2+ (1 − t)kyk2− t(1 − t)kx − yk2.

(2) kx − yk2≤ kxk2+ 2hy, x + yi, ∀x, y ∈ H.

kx − yk2= hx − y, x − yi = hx, xi − 2hx, yi + hy, yi ≤ hx, xi + 2hx, yi + 2hy, yi, = hx, xi + 2hy, x + yi, = kxk2+ 2hy, x + yi,

sehingga, kx − yk2≤ kxk2+ 2hy, x + yi, ∀x, y ∈ H.

Berikut adalah lema yang menjelaskan hubungan dari suatu pemetaaan k-pseudononspreading dengan suatu bentuk pemetaan k-k-pseudononspreading yang didefinisikan di ruang Hilbert.

(3)

Lema 2.2. [3] Misalkan C merupakan himpunan bagian dari ruang Hilbert riil H, dan misalkan T : H → H merupakan suatu pemetaan k-pseudononspreading sejati dengan suatu himpunan titik tetap tak kosong. Misalkan ω ∈ [k, 1) ditetapkan dan didefinisikan Tω: C → C dengan

Tωx = (1 − ω)T x + ωx, ∀x ∈ C. (2.1)

maka F (Tω) = F (T ).

Bukti. Misalkan Tωx = (1−ω)T x+ωx, atau dapat ditulis x−Tωx = (1−ω)(x−T x),

∀x ∈ C.

(i) Akan dibuktikan F (Tω) ⊂ F (T ). Misalkan x ∈ F (Tω) dengan x = Tωx. Dari

persamaan (2.1) diperoleh Tωx = (1 − ω)T x + ωx x = (1 − ω)T x + ωx x = (1 − ω)T x + ωx x − ωx = (1 − ω)T x (1 − ω)x = (1 − ω)T x.

Karena (1 − ω) 6= 0, maka x = T x. Sehingga terbukti x ∈ F (T ).

(ii) Akan dibuktikan F (T ) ⊆ F (Tω). Misalkan x ∈ F (T ) dengan x = T x. Dari

persamaan (2.1) diperoleh

Tωx = (1 − ω)T x + ωx

Tωx = (1 − ω)x + ωx

Tωx = x − ωx + ωx

Tωx = x.

Karena Tωx = x, maka terbukti x ∈ F (Tω).

Dari (i) dan (ii), dapat disimpulkan F (Tω) = F (T ).

Lema 2.1 dan Lema 2.2 digunakan dalam pembuktian Teorema 2.3, yang meru-pakan bahasan utama dalam makalah ini. Teorema tersebut mengkaji hubungan titik tetap dari N pemetaan k − pseudononspreading sejati di ruang Hilbert. Teorema 2.3. Asumsikan C adalah himpunan bagian konveks tertutup dari ruang Hilbert riil H.

(a) Diberikan suatu bilangan bulat N ≥ 1, asumsikan Ti : H → H adalah

suatu pemetaan ki − pseudononspreading sejati, untuk suatu ki ∈ [0, 1),

(i = 1, 2, . . . , N ). Misalkan {λi}Ni=1 adalah suatu barisan positif sedemikian

sehingga PN

i=1λi = 1. Jika {Ti}Ni=1 memiliki suatu titik tetap bersama dan

TN i=1F (Ti) 6= ∅, maka F ( N X i=1 λiTi) = N \ i=1 F (Ti). (2.2)

(4)

(b) Asumsikan Ti: H → H adalah suatu pemetaan ki− pseudononspreading sejati

untuk suatu ki ∈ [0, 1), (i = 1, 2, ..., N). Misalkan Tωi = (1 − ωi)I + ωiTi, 1 ≤

i ≤ N. Jika F (Ti) 6= ∅ maka F (Tω1Tω2...TωN) = N \ i=1 F (Tωi). (2.3)

Bukti. Pembuktian dilakukan dengan menggunakan Induksi Matematika [3]. (a) Akan dibuktikan bahwa F (PN

i=1λiTi) =T N

i=1F (Ti).

(a1) Akan dibuktikan benar untuk n = 2, yakniT2

i=1F (Ti) = F (

P2

i=1λiTi).

Pertama-tama, akan dibuktikan bahwaT2

i=1F (Ti) ⊆ F (P 2

i=1λiTi),

den-gan 0 < λ < 1. Misalkan x ∈ T2

i=1F (Ti) = (F (T1) ∩ F (T2)), ini berarti

x ∈ F (T1) dan x ∈ F (T2). Karena x ∈ F (T1) maka x = T1x dan x ∈ F (T2)

maka x = T2x. Dengan perkataan lain x = T1x = T2x. Perhatikan

hubung-an berikut:

x = x − λT1x + λT1x,

= x − λT1x + λT2x,

= T1x − λT1x + λT2x,

= (1 − λ)T1x + λT2x.

Sehingga jelas bahwa x ∈ F (P2

i=1λiTi).

Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa F (P2

i=1λiTi) ⊆ F (T1) ∩ F (T2).

Mis-alkan x ∈ F (P2

i=1λiTi), tetapkan V1= I − T1 dan V2 = I − T2, dengan

0 < λ < 1. Ambil sebarang z ∈ F (T1) ∩ F (T2). Perhatikan bahwa

kz − xk2= k(1 − λ)(z − T 1x) + λ(z − T2x)k2 = (1 − λ)kz − T1xk2+ λkz − T2xk2− λ(1 − λ)kT1x − T2xk2 ≤ (1 − λ)(kz − xk2+ kkx − T 1xk2) + λ(kz − xk2+ kkx − T2xk2) − λ(1 − λ)kT1x − T2xk2 = (1 − λ)(kz − xk2+ kkx − T1xk2) + λ(kz − xk2+ kkx − T2xk2) − λ(1 − λ)k(x − T1x) − (x − T2x)k2 = (1 − λ)(kz − xk2+ kkx(I − T1)k2) + λ(kz − xk2+

kkx(I − T2)k2) − λ(1 − λ)kx(I − T1) − x(I − T2)k2

= (1 − λ)(kz − xk2+ kkV1xk2) + λ(kz − xk2+ kkV2xk2) − λ(1 − λ)kV1x − V2x)k2 = kz − xk2+ kkV1xk2− λkz − xk2− λkkV1xk2+ λkz − xk2+ λkkV2xk2− λ(1 − λ)kV1x − V2x)k2 = kz − xk2+ kkV1xk2− λkkV1xk2+ λkkV2xk2− λ(1 − λ)kV1x − V2x)k2 = kz − xk2+ k[(1 − λ)kV1xk2+ λkV2xk2] − λ(1 − λ)kV1x − V2xk2, mengakibatkan λ(1 − λ)kV1x − V2xk2≤ k[(1 − λ)kV1xk2+ λkV2xk2]. (2.4)

(5)

Persamaan (2.4) akan berlaku untuk suatu k ∈ [0, 1) jika (1 − λ)V1x −

λV2x = 0, dengan menggunakan Lema 2.1(1) diperoleh

(1 − λ)kV1xk2+ λkV2xk2= λ(1 − λ)kV1x − V2xk2. (2.5)

Persamaan (2.4) dan persamaan (2.5) mengakibatkan:

(1 − k)λ(1 − λ)kV1x − V2xk2≤ 0 (2.6)

karena 0 < λ < 1 dan k < 1, dari persamaan (2.6) diperoleh kV1x−V2xk =

0, yang mengakibatkan T1x = T2x. Karena (1 − λ)T1x + λT2x = x maka

T1x = T2x = x. Ini berarti x ∈ F (T1) ∩ F (T2).

(a2) Asumsikan pernyataan benar untuk n = N − 1, sehingga

N −1 \ i=1 F (Ti) = F ( N −1 X i=1 λiTi),

yang berarti bahwa

N −1 \ i=1 F (Ti) ⊆ F ( N −1 X i=1 λiTi) dan F ( N −1 X i=1 λiTi) ⊆ N −1 \ i=1 F (Ti).

(a3) Akan ditunjukkan pernyataan benar untuk n = N . Akan dibuktikan bahwa TN

i=1F (Ti) ⊆ F ( PN i=1λiTi), dengan 0 < λ < 1. Misal-kan x ∈ TN i=1F (Ti) = T N

i=1F (Ti), ini berarti x ∈ F (T1), x ∈

F (T2), . . . , x ∈ F (TN). Hal ini mengakibatkan

x ∈ F (T1) ⇒ x = T1x,

x ∈ F (T2) ⇒ x = T2x,

.. .

x ∈ F (TN) ⇒ x = TNx.

Dengan perkataan lain, x = T1x = T2x = . . . TNx. Perhatikan hubungan

berikut:

x = x − (λ1T1x + λ2T2x + . . . + λNTN −1x) + (λ1T1x + λ2T2x + . . . + λN −1TN −1x)

= TNx − λ1T1x − λ2T2x − . . . − λN −1TN −1x + (λ1T1x + λ2T2x + . . . + λN −1TN −1x)

= [1 − (λ1+ λ2+ λ3+ . . . + λN −1)]x + (λ1+ λ2+ λ3+ . . . + λN −1)TNx,

= (λ1T1+ λ2T2+ λ2T2+ . . . + λNTN)x.

Sehingga terbukti bahwa x ∈ F (PN

i=1λiTi).

Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa F (PN

i=1λiTi) ⊆ T N

i=1F (Ti).

Mis-alkan x ∈ F (PN

i=1λiTi), atau dengan perkataan lain

x = (λ1T1+λ2T2+. . .+λNTN)x = (λ1T1+λ2T2+. . .+λN −1TN −1)x+λNTN.

Tetapkan V0= I − T1 dan VN = I − T2. Ambil sebarang z ∈T N

i=1F (Ti).

Dari (a2) diperoleh x = (λ1T1+ λ2T2+ . . . + λNTN)x. Misalkan

T0= (λ1T1+ λ2T2+ . . . + λN −1TN −1) = ( N −1

X

i=1

(6)

Maka, kz − xk2 = k(1 − λ)(z − N −1 X i=1 Tix) + λ(z − TNx)k2 = (1 − λ)kz − T0xk2+ λkz − TNxk2− λ(1 − λ)kT0x − TNxk2 ≤ (1 − λ)(kz − xk2+ kkx − T 0xk2) + λ(kz − xk2+ kkx − TNxk2) − λ(1 − λ)kT0x − TNxk2 = (1 − λ)(kz − xk2+ kkx − T0xk2) + λ(kz − xk2+ kkx − T2xkN) − λ(1 − λ)k(x − T0x) − (x − TNx)k2 = (1 − λ)(kz − xk2+ kkx(I − T0)k2) + λ(kz − xk2+

kkx(I − TN)k2) − λ(1 − λ)kx(I − T0) − x(I − TN)k2

= (1 − λ)(kz − xk2+ kkV0xk2) + λ(kz − xk2+ kkVNxk2) − λ(1 − λ)kV1x − V2x)k2 = kz − xk2+ kkV0xk2− λkz − xk2− λkkVNxk2+ λkz − xk2+ λkkVNxk2− λ(1 − λ)kV0x − VNx)k2 = kz − xk2+ kkV0xk2− λkkVNxk2+ λkkVNxk2− λ(1 − λ)kV0x − VNx)k2 = kz − xk2+ k[(1 − λ)kV0xk2+ λkVNxk2] − λ(1 − λ)kV0x − VNxk2, (2.7) mengakibatkan λ(1 − λ)kV0x − VNxk2≤ k[(1 − λ)kV0xk2+ λkVNxk2]. (2.8)

Dari persamaan (2.8) diperoleh (1 − λ)V0x − λVNx = 0, dengan

menggu-nakan Lema 2.1(1) diperoleh

(1 − λ)kV0xk2+ λkVNxk2= λ(1 − λ)kV0x − VNxk2. (2.9)

Persamaan (2.8) dan persamaan (2.9) mengakibatkan

(1 − k)λ(1 − λ)kV0x − VNxk2≤ 0, (2.10)

karena 0 < λ < 1 dan k < 1, dari persamaan 2.10 diperoleh kV0x−VNxk =

0, yang mengakibatkan T0x = TNx. Karena (1 − λ)T0x + λTNx = x maka

T0x = (P N −1

i=1 Ti)x = TNx = x. Ini berarti x ∈ F (T1) ∩ F (T2) ∩ . . . F (TN).

(b) Akan dibuktikan F (Tω1Tω2. . . TωN) = TN

i=1F (Tωi).

(b1) Akan dibuktikan benar untuk n = 2, yakni F (Tω1Tω2) = T2

i=1F (Tωi), dengan Tω1= (1 − ω1)I + ω1T1dan Tω2 = (1 − ω2)I + ω2T2, 0 < ki< ωi< 1/2, i = 1, 2.

(i) Akan dibuktikan bahwaT2

i=1F (Tωi) ⊆ F (Tω1Tω2). Ambil q ∈ F (Tω1)∩ F (Tω2), ini berarti

q ∈ F (Tω1) ⇒ q = Tω1q, dan q ∈ F (Tω2) ⇒ q = Tω2q.

(7)

Dengan perkataan lain, q = Tω1q = Tω2q, dapat juga ditulis q = Tω1Tω2q = Tω1(Tω2q), sehingga dapat disimpulkan q ∈ F (Tω1Tω2).

(ii) Selanjutnya, akan dibuktikan F (Tω1Tω2) ⊆ F (Tω1) ∩ F (Tω2). Ambil q ∈ F (Tω1Tω1) dengan q = Tω1Tω2q, sedemikian sehingga

Tω2q = q ⇒ Tω1q = q. (2.11)

Oleh karena itu, cukup dengan menunjukkan Tω2q = q, maka akan meng-akibatkan q = Tω1q atau q ∈ F (Tω1), sehingga q ∈ F (Tω1) ∩ F (Tω2). Dari Lema 2.2, diketahui bahwa F (Tω1) ∩ F (Tω2) = F (T1) ∩ F (T2) 6= ∅. Misalkan p ∈ F (Tω1) ∩ F (Tω2), maka kp − qk2 = kp − T ω1Tω2qk 2 = kp − [(1 − ω1)(Tω2q) + ω1T1Tω2]k 2 = k(1 − ω1)(p − Tω2q) + ω1(p − T1Tω2q)k 2 = (1 − ω1)kp − Tω2qk 2+ ω 1kp − T1Tω2qk 2− ω 1(1 − ω1)kTω2q − T1Tω2qk 2 ≤ (1 − ω1)kp − Tω2qk 2− ω 1(1 − ω1)kTω2q − T1Tω2qk 2+ ω1[kp − Tω2qk 2+ k 1kTω2q − T1Tω2qk 2+ 2hp − T 1Tω2p, Tω2q − T1Tω2qi] = (1 − ω1)kp − Tω2qk 2− ω 1(1 − ω1)kTω2q − T1Tω2qk 2+ ω 1[kp − Tω2qk 2+ k1kTω2q − T1Tω2qk 2], ≤ kp − Tω2qk 2 − ω1(1 − ω1− k1)kTω2q − T1Tω2qk 2 ≤ kp − qk2− ω1(1 − ω1− k1)kTω2q − T1Tω2qk 2. (2.12)

Karena 0 < k1< ω1< 1/2, maka diperoleh

kTω2q − T1Tω2qk

2

≤ 0. (2.13)

Berdasarkan definisi norm (nilai norm adalah nonnegatif), maka kTω2q − T1Tω2qk = 0, yang berarti Tω2q = T1Tω2q, ini berarti

Tω2q ∈ F (T1) = F (Tω1), (2.14) dengan kata lain Tω2q = Tω1Tω2q = q Sehingga q ∈ F (Tω2). Dapat disim-pulkan bahwa q ∈ F (Tω2), ini berarti q ∈ F (Tω1) ∩ F (Tω2).

Dari (i) dan (ii), dapat disimpulkan bahwa F (Tω1Tω2) ⊂ F (Tω1) ∩ F (Tω2). (b2) Asumsikan benar untuk n = N − 1, yang berarti

F (Tω1Tω2. . . TωN) ⊆ N \ i=1 F (Tωi) dan N \ i=1 F (Tωi) ⊆ F (Tω1Tω2. . . TωN).

(b3) Akan ditunjukkan benar untuk n = N , yakni F (Tω1Tω2. . . TωN) =

N

\

i=1

F (Tωi).

(i) Akan dibuktikan bahwa TN

i=1F (Tωi) ⊆ F (Tω1Tω2. . . TωN). Misalkan q ∈TN

i=1F (Tωi), ini berarti

q ∈ F (Tω1) ⇒ q = Tω1q, q ∈ F (Tω2) ⇒ q = Tω2q.

(8)

Dengan perkataan lain, q = Tω1q = Tω2q = . . . = TωNq, dapat juga ditulis q = Tω1q = Tω1(Tω2q) = . . . = Tω1(Tω2. . . TωN −1)TωNq, sehingga dapat disimpulkan q ∈ F (Tω1Tω2. . . TωN).

(ii) Akan dibuktikan F (Tω1Tω2. . . TωN) ⊆ TN

i=1F (Tωi). Ambil q ∈ F (Tω1Tω2. . . TωN), maka q = Tω1Tω2. . . TωN −1TωNq, sedemikian sehingga

TωNq = q ⇒ Tω1Tω2. . . TωN −1q = q. (2.15) Oleh karena itu, cukup dengan menunjukkan TωNq = q, hal ini akan mengakibatkan q ∈ TN

i=1F (Tωi). Dari Lema 2.2, diketahui bahwa TN i=1F (Tωi) = TN i=1F (Ti) 6= ∅. Misalkan p ∈ T N i=1F (Tωi). Misalkan Tω0= Tω1Tω2. . . TωN −1 maka kp − qk2 = kp − T ω0TωNqk 2 = kp − [(1 − ω0)(TωNq) + ω0T0TωNq]k 2 = k(1 − ω0)(p − TωNq) + ω0(p − T0TωNq)k 2 = (1 − ω0)kp − TωNqk 2+ ω 0kp − T0TωNqk 2− ω 0(1 − ω0)kTωNq − T0TωNqk 2 ≤ (1 − ω0)kp − TωNqk 2− ω 1(1 − ω0)kTωNq − T0TωNqk 2+ ω1[kp − TωNqk 2+ k 1kTω2q − T0TωNqk 2+ 2hp − T 0TωNp, TωNq − T0TωNqi] = (1 − ω0)kp − Tω0qk 2 − ω0(1 − ω0)kTωNq − T0TωNqk 2 + ω0[kp − TωNqk 2+ k 0kTωNq − T0Tω2qk 2], ≤ kp − TωNqk 2 − ω0(1 − ω0− k0)kTωNq − T0TωNqk 2 ≤ kp − qk2− ω 0(1 − ω0− k0)kTωNq − T0TωNqk 2. (2.16)

Karena 0 < k0< ω0< 1/2, maka diperoleh

kTω0q − T1TωNqk

2

≤ 0. (2.17)

Berdasarkan definisi norm, maka kTω2q − T1Tω2qk = 0, yang berarti TωNq = T0TωNq, ini berarti

TωNq ∈ F (T0) = F (Tω0). (2.18) Dengan kata lain, TωNq = Tω0TωNq = q. Dari (3.0.19) diperoleh q ∈ F (Tω0). Ini berarti q ∈ F (Tω0) ∩ F (TωN). Dari (i) dan (ii), dapat di-simpulkan bahwa F (Tω1Tω2. . . TωN) =

TN

i=1F (Tωi).

3. Ucapan Terima kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Syafrizal Sy, Bapak Dr. Admi Nazra, Bapak Dr. Muhafzan, Ibu Arrival Rince Putri, MT, M.Si dan Bapak Efendi, M.Si yang telah memberikan masukan dan saran sehingga makalah ini dapat dise-lesaikan dengan baik.

Daftar Pustaka

[1] Acedo, G.L. dan H.K. Xu. 2007. Iterative Methods for Strict Pseudo-contraction in Hilbert Spaces. Nonlinier Analysis: Theory, Methods, and Applications. 67: 2258 – 2271.

(9)

[2] Berinde, V. 2007. Iterative Approximations of Fixed Point. Verlag Berlin Hei-delberg: Springer.

[3] Deng, B.C., T. Chen dan Z. Fang Li. 2012. Cyclic Iterative Method for Strictly Pseudononspreading in Hilbert Spaces. Journal Of Applied Mathematics. 2012: 1 – 7.

[4] Kreyszig, E. 1978. Introductory Functional Analysis with Applications. United States of America: John Wiley and Sons. Inc

[5] Lokenath, D. dan P. Mikusinki. 1990. Introduction to Hilbert Spaces with Ap-plication. San Diego: Academic Press.

[6] Osilike, M.O. dan F.O. Isiogugu. 2011. Weak and Strong Convergence Theorems for Nonspreading-Type Mapping in Hilbert Spaces. Nonlinier Analysis: Theory, Methods, and Applications. 74: 1814 – 1822.

[7] Petrot N. dan R. Wangkere. 2011. A general iterative scheme for strict pseudononspreading mapping related to optimization problem in Hilbert Spaces. Journal of Nonlinier Analysis and Optimization. 2: 329 – 336.

[8] Ravi, P.A., D.O. Regan dan D.R. Sahu. 2009. Fixed Point Theory for Lipschitzian-type Mappings with Applications. Springer Dordrecht Heidelberg, New York.

[9] Wulandari, E.R. 1991. Theorema Titik Tetap Banach Dan Peranannya. Under-graduate thesis, FMIPA UNDIP.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial dengan variabel budaya

Skripsi berjudul Penerapan Pendekatan Konflik Kognitif dengan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran Fisika di SMP telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Keguruan

Delapan artikel mengulas tentang Penangkapan Udang Galah ( Macrobrachium rosenbergii ) menggunakan Rawai Udang di Sungai Siak bagian hilir, Provinsi Riau., Studi pengamatan Plankton

Muayyidah kemampuan siswa dalam menulis teks berita mengalami peningkatan dari 62,81 pada siklus I menjadi 75,71 pada siklus II setelah dilakukan pembelajaran menggunakan Teknik

3.3 Program dan Kegiatan Dengan memperhatikan rumusan visi dan misi Disporabudpar seperti tersebut di atas dan juga isu-isu strategis serta untuk mencapai target SPM seni budaya,

Seseorang tidak dibolehkan menjadi donor darah pada keadaan pernah menderita hepatitis B atau hepatitis C dan berhubungan kontrak erat dengan penderita hepatitis dalam enam

Untuk membuat tampilan yang lebih lengkap, Anda dapat menggabungkan layout manager yang Untuk membuat tampilan yang lebih lengkap, Anda dapat menggabungkan layout manager yang

Kolaborasi KPK dan FPBA dalam penerbitan buku diawali dengan Training dan Workshop Anti Korupsi yang diikuti para kreator bacaan anak!. Buku yang merupakan komitmen dan upaya