• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Rescheduling terhadap pembiayaan bermasalah dengan akad Murabahah di UJKS-KSU Jabal Rahmah Sidoarjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran Rescheduling terhadap pembiayaan bermasalah dengan akad Murabahah di UJKS-KSU Jabal Rahmah Sidoarjo"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN RESCHEDULING TERHADAP

PEMBIAYAAN BERMASALAH DENGAN AKAD MURA>BAH}AH

DI UJKS-KSU JABAL RAHMAH SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

MAYA NUR INDAHYANI

NIM. G04214017

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)

PERAN RESCHEDULING TERHADAP

PEMBIAYAAN BERMASALAH DENGAN AKAD MURA>BAH}AH

DI UJKS-KSU JABAL RAHMAH SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ekonomi Syariah

Oleh:

MAYA NUR INDAHYANI NIM. G04214017

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Skripsi dengan judul ‚Peran Rescheduling Terhadap Pembiayaan

Bermasalah Dengan Akad Mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah Sidoarjo‛

adalah hasil penelitian lapangan. Skripsi ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan dari: Bagaimana peran rescheduling terhadap pembiayaan bermasalah dengan akad mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah, dan sejauh mana rescheduling

mempunyai pengaruh terhadap tingkat pemulihan pembiayaan mura>bah}ah

bermasalah di UJKS-KSU Jabal Rahmah.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus pada objek. Sumber data dan pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi dan wawancara secara

langsung dengan pihak KSU Jabal Rahmah dan nasabah pembiayaan mura>bah}ah

bermasalah yang mendapatkan kebijakan rescheduling.

Hasil penelitian mengetahui bahwa rescheduling yang dilakukan oleh pihak UJKS-KSU Jabal Rahmah mempunyai peran bagi lembaga maupun bagi nasabah. Peran bagi lembaga yaitu dapat mengurangi jumlah nasabah pembiayaan bermasalah, nasabah yang awalnya mempunyai tunggakan dalam membayar angsurannya setelah di-rescheduling dapat kembali lancar. Sedangkan peran rescheduling bagi nasabah yaitu dapat meringankan nasabah dalam membayar kewajibannya kepada koperasi, nasabah tidak perlu khawatir jaminannya akan

diambil oleh pihak koperasi. Rescheduling yang dilakukan pihak koperasi juga

mempunyai pengaruh terhadap tingkat pemulihan pembiayaan bermasalah sehingga dapat menekan nilai NPF koperasi, menjadikan perputaran kas koperasi menjadi stabil, pendapatan operasional koperasi bertambah karena pada saat rescheduling, nasabah diwajibkan membayar biaya administrasi kembali sebesar 3% dari pembiayaan yang di-rescheduling. Serta dari adanya rescheduling ini, pihak koperasi juga mendapatkan keuntungan yang lebih karena pada saat rescheduling, pembiayaan nasabah sebelum di-rescheduling yang terdiri dari pokok dan margin dijadikan satu menjadi pembiayaan pokok kemudian ditambahkan lagi margin baru sebesar 2,25%, sehingga pihak koperasi mendapatkan keuntungan yang lebih dari adanya tambahan margin pada pembiayaan yang di-rescheduling.

Sejalan dengan hasil penelitian diatas, peneliti memberikan saran dalam

penelitian ini diharapkan kepada nasabah yang mendapat kebijakan rescheduling

mempunyai sikap kooperatif, sehingga proses rescheduling yang dilakukan oleh

pihak koperasi bisa berjalan dengan lancar dan tidak ada pihak yang merasa

dirugikan. Dan sebaiknya pelaksanaan rescheduling yang dilakukan oleh pihak

KSU Jabal Rahmah disesuaikan dengan prinsip ekonomi syariah. Kata Kunci: Rescheduling, Pembiayaan Bermasalah.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... . x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TRANSLITERASI ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 11

C.Batasan Masalah ... 11

D.Rumusan Masalah ... 12

E. Kajian Pustaka ... 12

F. Tujuan Penelitian ... 17

G.Kegunaan Hasil Penelitian ... 18

H.Definisi Operasional ... 18

I. Metode Penelitian ... 19

(9)

BAB II MURA>BAH}AH, PEMBIAYAAN BERMASALAH, DAN RESCHEDULING

A. Mura>bah}ah ... 27

1. Definisi Mura>bah}ah ... 27

2. Landasan Hukum Mura>bah}ah ... 28

3. Rukun dan Syarat Mura>bah}ah ... 30

B.Pembiayaan Bermasalah ... 32

1. Definisi Pembiayaan Bermasalah ... 32

2. Penyebab Pembiayaan Bermasalah ... 35

3. Dampak Pembiayaan Bermasalah ... 38

4. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah ... 39

C.Rescheduling ... 41

1. Definisi Rescheduling ... 41

2. Kriteria Rescheduling ... 42

3. Kebijakan dan Prosedur Rescheduling ... 44

4. Fatwa DSN-MUI dan Peraturan Bank Indonesia tentang Rescheduling pada Pembiayaan Mura>bah}ah ... 46

BAB III PERAN RESCHEDULING TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH DENGAN AKAD MURA>BAH}AH DI UJKS-KSU JABAL RAHMAH SIDOARJO A.Gambaran Umum UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 48

1. Sejarah berdirinya UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 48

2. Dasar Hukum Pendirian UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 49

3. Visi dan Misi UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 49

4. Struktur dan Tugas Pengurus UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 50

5. Produk-produk UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 54

B.Peran Rescheduling terhadap Pembiayaan Bermasalah dengan Akad Mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah Sidoarjo ... 56

(10)

C.Pengaruh Rescheduling terhadap Tingkat Pemulihan

Pembiayaan Bermasalah dengan Akad Mura>bah}ah di

UJKS-KSU Jabal Rahmah Sidoarjo ... 71

BAB IV ANALISIS PERAN RESCHEDULING TERHADAP PEMBIAYAAN

BERMASALAH DENGAN AKAD MURA>BAH}AH DI UJKS-KSU

JABAL RAHMAH SIDOARJO

A.Analisis Peran Rescheduling terhadap Pembiayaan

Bermasalah dengan Akad Mura>bah}ah di UJKS-KSU

Jabal Rahmah ... 74

B.Analisis Pengaruh Rescheduling terhadap Tingkat

Pemulihan Pembiayaan Bermasalah dengan Akad

Mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 80

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 82 B.Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA ... 84

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Laporan Perkembangan Usaha UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 3

1.2 Data Pembiayaan Bermasalah UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 6

3.1 Data Pembiayaan Bermasalah UJKS-KSU Jabal Rahmah

Tahun 2015 ... 57

3.2 Data Pembiayaan Bermasalah UJKS-KSU Jabal Rahmah

Tahun 2016 ... 57

3.3 Jadwal Angsuran Nasabah Sebelum Dilakukan Rescheduling ... 64

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Bagan Struktur Organisasi UJKS-KSU Jabal Rahmah Sidoarjo ... 51

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi syariah memiliki lingkup yang sangat luas, di antara

permasalahan ekonomi yang paling menonjol dewasa ini adalah persoalan

keuangan berikut institusinya yang lazim dikenal dengan sebutan

Lembaga Keuangan Syariah (LKS).1 Berdirinya lembaga keuangan

syari’ah (LKS) merupakan implementasi dari pemahaman umat Islam

terhadap prinsip-prinsip mu’amalah dalam ekonomi Islam. 2 Fungsi utama

lembaga keuangan adalah mempertemukan dua pihak atau lebih yaitu

pihak yang membutuhkan dana (borrower) di satu sisi, dan pihak yang

mempunyai kelebihan dana (saver) pada sisi lain.3

Lembaga keuangan syariah dibagi menjadi 2, yaitu perbankan

syariah dan lembaga keuangan syariah non bank. Menurut ketentuan pasal

18 UU No. 21 Tahun 2008 perbankan syariah digolongkan dalam dua

jenis, yaitu Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS).4 Sedangkan bentuk lembaga keuangan syariah non bank

1 Fathurrahman Azhari, ‚Mekanisme Dan Cara Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah‛, AT

TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, No. 1, Vol. 3 (Juni 2012) dalam

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=387509&val=6335&title=MEKANISME%0 DAN%20CARA%20PENYELESAIAN%20PEMBIAYAAN%20BERMASALAH diakses pada 08 Oktober 2017.

2 Syamsuir, ‚Lembaga Keuangan Islam Non Bank‛, Jurnal Islamika, No. 1, Vol. 15 (2015), 90

dalam http://ejournal.iainkerinci.ac.id/index.php/islamika/article/download/43/3 diakses pada 10 Oktober 2017.

3 Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 2.

4 Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Pengadilan Agama Dan Mahkamah

(14)

2

seperti asuransi syariah (takaful), pegadaian syariah, reksadana syariah,

BMT, koperasi syariah, dsb.5

Keputusan Menteri Koperasi No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004

menjelaskan bahwa Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Unit

Jasa Keuangan Syariah (UJKS) adalah koperasi bergerak dibidang

pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola syariah. Kegiatan usaha

jasa keuangan syariah pada KJKS dan UJKS koperasi meliputi kegiatan

penarikan/penghimpunan dana dan penyaluran kembali dana tersebut

dalam bentuk pembiayaan/piutang.6 Sedangkan pengertian Koperasi

Serba Usaha (KSU) adalah koperasi yang kegiatan ekonominya lebih dari

satu bidang usaha. Oleh karena itu, dalam koperasi serba usaha

bidang-bidang usaha atau kegiatan ekonomi seperti produksi, konsumsi,

pembiayaan, pemasaran dan jasa dilakukan oleh koperasi itu secara

bersama.7

UJKS-KSU Jabal Rahmah adalah salah satu koperasi jasa

keuangan syariah yang melakukan usaha dibidang penghimpunan dan

penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah. UJKS-KSU Jabal Rahmah

memulai kegiatan operasionalnya pada bulan Januari 2015 dengan ijin

dari Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perdagangan dan

5Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 39-40. 6 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009), 13. 7 Jeni Susyanti, Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah, (Malang: Empat Dua, 2016), 113.

(15)

3

Perindustrian Kabupaten Sidoarjo dengan Surat Keputusan Nomor :

977/BH/XVI.24/518/VI/2011.8

Perkembangan nasabah dari tahun 2015 ke tahun 2016 mengalami

peningkatan. Hal ini diketahui dari laporan perkembangan usaha

UJKS-KSU Jabal Rahmah sebagai berikut :9

Tabel 1.1

Laporan Perkembangan Usaha

No Laporan Perkembangan Usaha 2015 2016

1 Total Realisasi Pembiayaan 2.728.600.000 3.261.800.000

2 Total Simpanan 1.772.379.000 1.708.861.000 3 Total Aset 1.751.600.000 1.940.376.000 4 Jumlah Debitur 239 317 5 Jumlah Penabung 285 529 6 Outstanding 1.368.384.000 1.555.707.000 7 Laba -29.478.000 115.563.000

Sumber : UJKS-KSU Jabal Rahmah tahun 2017

Sebagaimana lembaga keuangan Islam lainnya, UJKS Jabal

Rahmah menawarkan produk pembiayaan dengan akad musha>rakah dan

mura>bah}ah. Produk yang dominan atau yang banyak dimanfaatkan oleh nasabah khususnya produk penyaluran dana di UJKS Jabal Rahmah

Sidoarjo adalah mura>bah}ah. Jual beli mura>bah}ah memberi banyak

manfaat bagi lembaga syariah, salah satunya adalah adanya keuntungan

8 UJKS – KSU Jabal Rahmah, Company Profile KSU Jabal Rahmah Unit Jasa Keuangan Syariah

(UJKS), (Sidoarjo: UJKS – KSU,t.t.), 3

9 Maya Puspitasari, (Kepala Operasional UJKS-KSU Jabal Rahmah Waru Sidoarjo), Wawancara,

(16)

4

yang muncul dari selisih harga beli dari penjualan dengan harga jual

kepada nasabah.10 Banyaknya jumlah nasabah yang menggunakan produk

mura>bah}ah dikarenakan sistem mura>bah}ah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasi di lembaga syariah,

sehingga mudah untuk disalurkan kepada nasabah. Pembiayaan

mura>bah}ah (ba’i al- mura>bah}ah) adalah akad pembiayaan suatu barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara

pihak lembaga keuangan syariah dan nasabah.11 Pada pembiayaan

mura>bah}ah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi, sementara

pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh, ataupun diangsur.12

Pemberian pembiayaan oleh pihak UJKS memiliki risiko

kemacetan walaupun telah dilakukan berbagai analisis secara seksama.

Seorang analisa pembiayaan tidak dapat memprediksi bahwa pembiayaan

selalu berjalan dengan baik, banyak faktor penyebab diantaranya

kesalahan penggunakan dana, manajemen yang buruk, dan kondisi

perekonomian mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan

keuangan debitur dan atas kerugian pembiayaan.13 Risiko pembiayaan

adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak yang diberi

pembiayaan (conterparty) dalam memenuhi kewajibannya.14 Menurut

Ismail (2013) risiko pembiayaan mura>bah}ah yang terjadi dari peminjam

10 Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, (Erlangga, 2012), 118.

11 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), 62. 12 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2007),

40.

13 Johannes Ibrahim, Cross Default & Cross Collateral Dalam Upaya Penyelesaian Kredit

Bermasalah, (Bandung: PT Refika Aditama, 2004), 109.

(17)

5

adalah tertunda atau ketidakmampuan peminjam memenuhi

ketentuan-ketentuan dalam akad sehingga dana yang disalurkan tidak sepenuhnya

kembali.15 Disamping itu, risiko bertambah besarnya biaya yang

dikeluarkan oleh lembaga keuangan syariah dan bertambahnya waktu

untuk penyelesaian non performing financing (NPF), serta turunnya

kesehatan lembaga (kolektibilitas pembiayan menurun).16

Pembiayaan bermasalah di UJKS-KSU Jabal Rahmah disebabkan

oleh beberapa faktor:17 Pertama, kelemahan dari sisi nasabah dapat

disebabkan antara lain oleh: Masalah operasional usaha, kecurangan

dan/atau ketidak jujuran nasabah dalam mengelola pembiayaan,

pemutusan hubungan kerja. Kedua, kelemahan dari sisi internal KSU

dapat disebabkan antara lain oleh: Itikad tidak baik dan atau

kekurangmampuan dari pejabat/pegawai KSU, kelemahan sejak awal

dalam proses pemberian pembiayaan, pemberian pembiayaan melampaui

BMPP (Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan), kelemahan pembinaan

kepada nasabah pembiayaan. Ketiga, kelemahan dari sisi Eksternal KSU

dapat disebabkan antara lain: Force majeure, perubahan lingkungan,

perubahan regulasi oleh otoritas, keadaan makro ekonomi dll.

15 Azharsyah Ibrahim dan Arinal Rahmati, ‚Analisis Solutif Penyelesaian Pembiayaan

Bermasalah di Bank Syariah: Kajian Pada Produk Mura>bah}ah di Bank Muamalat Indonesia Banda Aceh‛, IQTISHADIA Jurnal Kajian Ekonomi dan Bisnis Islam, No. 1, Vol. 10 (2017), 77 dalam http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/IQTISHADIA/article/view/2319 diakses pada 11 Oktober 2017.

16 Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012),

89.

17 Rizki Sucianto, (Account Officer UJKS-KSU Jabal Rahmah Waru Sidoarjo), Wawancara,

(18)

6

Adanya faktor-faktor pembiayaan bermasalah tersebut membuat

pihak koperasi harus mampu menaganinya secara serius agar proses

penyaluran dana dapat berjalan dengan lancar. Pembiayaan bermasalah

selalu terjadi dalam hal pembiayaan, hal tersebut tidak mungkin bisa

dihindari, pihak koperasi hanya bisa berusaha menekan seminimal

mungkin besarnya pembiayaan bermasalah.

Data laporan keuangan UJKS-KSU Jabal Rahmah menunjukkan

adanya pembiayaan bermasalah, yaitu pembiayaan yang didalamnya

terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bagi hasil/margin.18 Adapun

data yang diperoleh oleh peneliti dari pihak koperasi adalah sebagai

berikut:

Tabel 1.2

Data Pembiayaan Bermasalah UJKS-KSU Jabal Rahmah

Sumber : UJKS-KSU Jabal Rahmah tahun 2017

Pada tahun 2015, NPF UJKS-KSU Jabal Rahmah berada di angka

1,70% yakni sebesar Rp. 23.314.000 dari total realisasi pembiayaan Rp.

2.728.600.000. Pada tahun 2016, NPF UJKS-KSU Jabal Rahmah berada

di angka 6,52% yakni sebesar Rp. 101.561.000 dari total realisasi

18 Widiyanto bin Mislan Cokrohadisumarto, dkk, BMT: Praktik dan Kasus, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2016), 95. Tahun Total Realisasi Pembiayaan Pembiayaan Bermasalah NPF (Non Performing Financing) Nasabah yang Mengalami Pembiayaan Bermasalah Nasabah yang Mendapatkan Kebijakan Rescheduling 2015 2.728.600.000 23.314.000 1,7 % 8 6 2016 3.261.800.000 101.561.000 6,5 % 40 21

(19)

7

pembiayaan Rp. 3.261.800.000. NPF UJKS-KSU Jabal Rahmah dari

tahun 2015 ke tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 4,82%.

Wangsawidjaja Z dalam bukunya ‚Pembiayaan Bank Syariah‛

menyatakan bahwa: 19

Fasilitas pembiayaan yang diberikan lembaga keuangan syariah merupakan aktiva produktif lembaga keuangan syariah untuk memperoleh penghasilan. Artinya apabila fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan syariah tersebut kualitasnya lancar, maka lembaga keuangan syariah akan mendapatkan kembali dana yang disalurkan kepada nasabah berikut pendapatan berupa imbalan tersebut. Selanjutnya dana yang dikembalikan oleh nasabah kemudian dapat digulirkan kembali kepada masyarakat yang mebutuhkan dana dalam bentuk pembiayaan, dan seterusnya lembaga keuangan syariah akan mendapatkan imbalan. Karena itu, kualitas pembiayaan yang lancar merupakan sumber dana bagi lembaga dalam menghasilkan pendapatan dan sumber dana untuk ekspansi usaha bagi masyarakat.

Pembiayaan bermasalah tersebut harus secepatnya ditangani agar

kerugian yang lebih besar dapat dihindari.20 Bank Indonesia memberikan

salah satu upaya untuk mengatasi pembiayaan bermasalah, yaitu:

Peraturan Bank Indonesia No. 13/9/PBI/2011 tentang Restrukturisasi

pembiayaan bagi Bank Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah.21

Upaya Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya perbaikan yang

dilakukan bank dalam kegiatan pembiayaan terhadap debitur yang

19 Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah. . ., 91-92.

20 Malayu S.P Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), 115.

21 Bank Indonesia, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Penilaian Kualitas Aset dan

(20)

8

mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya.22 Yang dilakukan

antara lain melalui: 23

1. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal

pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya.

2. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian

atau seluruh persyaratan pembiayaan, antara lain perubahan

jadwal pembayaran, jumlah angsuran, jangka waktu dan/atau

pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban

nasabah yang harus dibayarkan kepada bank.

3. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan

pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling atau reconditioning. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak UJKS-KSU Jabal

Rahmah dalam menangani pembiayaan bermasalah adalah dengan

melakukan penjadwalan kembali (rescheduling). Rescheduling

(penjadwalan kembali) adalah perubahan jadwal pembayaran kewajiban

nasabah atau jangka waktunya.24 Dalam hal ini si debitur diberikan

keringanan dalam masalah jangka waktu pembiayaan, misalnya

perpanjangan jangka waktu pembiayaan dari 6 bulan menjadi 1 tahun dan

dengan memperpanjang jangka waktu angsuran misalnya dari 36 kali

menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi

22 Trisadini Prasastinah Usanti dan Nurwahjuni, Model Penyelesaian Kredit Bermasalah,

(Surabaya: PT Revka Petra Media), 60.

23 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2012), 83.

(21)

9

mengecil seiring dengan penambahan jangka waktu angsuran.25

Penjadwalan kembali dilakukan oleh lembaga dengan harapan nasabah

dapat membayar kembali kewajibannya.26

Rescheduling di UJKS Jabal Rahmah Sidoarjo merupakan salah satu dari beberapa cara untuk menyelamatkan pembiayaan bermasalah.

Mayoritas pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di UJKS Jabal Rahmah,

langkah yang diambil oleh pihak koperasi untuk mengatasi hal tersebut

adalah dengan melakukan rescheduling.

Langkah tersebut dilandasi dengan Fatwa Dewan Syari’ah

Nasional yaitu Fatwa DSN No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang

Penjadwalan Kembali Tagihan Mura>bah}ah. Di dalam Fatwa ini dijelaskan bahwa lembaga keuangan syari’ah boleh melakukan penjadwalan kembali

(rescheduling) tagihan mura>bah}ah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan atau melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu

yang telah disepakati, dengan ketentuan: 27

1. Tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa.

2. Pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya

riil.

3. Perpanjangan masa pembiayaan harus berdasarkan kesepakatan kedua

belah pihak.

25 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), 121.

26 Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana Prenadamedia

Group, 2010), 128.

27 DSN MUI, Penjadwalan Kembali Tagihan Mura>bah}ah, (Fatwa DSN MUI. No.

(22)

10

Dalam al-Qur’an dijelaskan dalam surat al-Baqarah (2) ayat 280:

ْنِإَو

ْوُذ َناَك

ْسُع

ةَر

ٌةَرِظَنَ ف

ىلِإ

ةَرَسْيَم

ْنَأَو

َصَت

ْ يَخ ْاوُقَّد

ٌر

ْمُكَّل

ْنِإ

ْمُتْ نُك

َلْعَ ت

ْوُم

َن

٢٨٠

Artinya: Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka

berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan

(sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu

mengetahui.28

UJKS Jabal Rahmah dalam melakukan rescheduling terhadap

pembiayaan bermasalah melihat terlebih dahulu alasan mengapa nasabah

melakukan pelanggaran. Hal tersebut dilakukan supaya koperasi dapat

melakukan langkah yang tepat sehingga pembiayaan yang telah

disalurkannya dapat kembali lagi.

Dengan adanya rescheduling inilah yang menarik perhatian dan

keingin tahuan penulis untuk mengetahui bagaimana peran rescheduling

dalam upaya menyelamatkan pembiayaan bermasalah dengan akad

mura>bah}ah dan sejauh mana pengaruh rescheduling terhadap tingkat pemulihan pembiayaan mura>bah}ah bermasalah. Sehingga menurut penulis perlu untuk diadakan penelitian lebih lanjut yang dituangkan dalam

bentuk skripsi yang berjudul ‚Peran Rescheduling Terhadap Pembiayaan

Bermasalah dengan Akad Mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah

Sidoarjo‛.

28 Dapartemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Saudi Arabia: Lembaga

(23)

11

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang

menjadi masalah dalam penelitian ini, antara lain:

1. Faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah di

UJKS-KSU Jabal Rahmah.

2. Risiko yang ditimbulkan dari adanya pemberian pembiayaan oleh

pihak UJKS-KSU Jabal Rahmah kepada debitur.

3. Penyelamatan pembiayaan mura>bah}ah dengan cara rescheduling di

UJKS-KSU Jabal Rahmah.

4. Mekanisme rescheduling pada pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di

UJKS-KSU Jabal Rahmah.

5. Peran bagi lembaga maupun nasabah dengan adanya rescheduling

yang dilakukan oleh UJKS-KSU Jabal Rahmah sebagai salah satu

upaya untuk menyelamatkan pembiayaan mura>bah}ah bermasalah.

6. Sejauh mana pengaruh rescheduling terhadap tingkat pemulihan

pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di UJKS-KSU Jabal Rahmah.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus dan mendapatkan hasil yang

maksimal, maka penulis hanya membatasi pada dua pokok permasalahan

(24)

12

1. Peran rescheduling terhadap pembiayaan bermasalah dengan akad

mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah Waru Sidoarjo.

2. Sejauh mana pengaruh rescheduling terhadap tingkat pemulihan

pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di UJKS-KSU Jabal Rahmah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana peran rescheduling terhadap pembiayaan bermasalah

dengan akad mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah Sidoarjo?

2. Sejauh mana rescheduling berpengaruh terhadap tingkat pemulihan

pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di UJKS-KSU Jabal Rahmah

Sidoarjo?

E. Kajian Pustaka

Kajian Pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian

yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti.29

Beberapa penelitian yang telah ada dan berkaitan dengan judul dalam

penelitian ini, diantaranya:

1. Skripsi yang ditulis oleh Lailul Maromi pada tahun 2014 yang

berjudul ‚Analisis Rescheduling Pembiayaan Mura>bah}ah Di BPR

Syariah Jabal Nur Surabaya‛ dengan kesimpulan bahwa BPR Syariah

29 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi

(25)

13

Jabal Nur Surabaya dalam melakukan rescheduling terhadap nasabah

yang mengalami kemacetan pada pembiayaan mura>bah}ah sudah

sesuai dengan Fatwa DSN MUI dimana dalam melakukan

rescheduling adalah dengan memperpanjang jangka waktu pengembalian dan memperkecil jumlah angsuran pembiayaan

mura>bah}ah.30 Letak persamaan penelitian ini dengan penelitian

penulis adalah sama-sama membahas mengenai rescheduling sebagai

salah satu upaya untuk menyelamatkan pembiayaan bermasalah

dengan akad mura>bah}ah, sedangkan letak perbedaannya adalah

penelitian ini lebih menekankan pada implementasi rescheduling.

2. Skripsi yang ditulis oleh M. Abdul Qadir Rahmatullah pada tahun

2013 yang berjudul ‚Kolektabilitas Nasabah dan Rescheduling pada

pembiayaan Mura>bah}ah di BRI Syariah Kantor Cabang Induk

Gubeng Surabaya‛ dengan kesimpulan bahwa BRI Syariah Kantor

Cabang Induk Gubeng Surabaya dalam melakukan rescheduling

terdapat penentuan perbedaan kebijakan antara kebijakan

rescheduling pembiayaan yang bersifat produktif dan pembiayaan yang bersifat konsumtif. Adapun kolektabilitas nasabah pembiayaan

mura>bah}ah dapat dilakukan rescheduling ketika kolektabilitas nasabah tersebut dikategorikan kolektabilitas 3 (Kurang Lancar), 4

(Diragukan) atau kolektabilitas 5 (Macet) setinggi-tingginya setelah

30 Lailul Maromi, ‚Analisis Rescheduling Pembiayaan Mura>bah}ah Di BPR Syariah Jabal Nur

(26)

14

dilakukan rescheduling yakni menjadi kolektabilitas 2(Dalam

Perhatian Khusus).31 Letak persamaan penelitian ini dengan

penelitian yang dilakukan penulis adalah sama-sama membahas

tentang rescheduling sebagai upaya penyelamatan pembiayaan

bermasalah dengan akad mura>bah}ah, sedangkan letak perbedaannya

adalah penelitian ini lebih membahas pada penerapan dan mekanisme

rescheduling.

3. Skripsi yang ditulis oleh Fadilah pada tahun 2010 yang berjudul

‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mekanisme Rescheduling Pada

Pembiayaan Mura>bah}ah Di Bank Bukopin Syariah Cabang Surabaya‛ dengan kesimpulan bahwa Bank Bukopin Syariah Cabang Surabaya

dalam menangani pembiayaan bermasalah dengan akad mura>bah}ah

adalah dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling). Adapun

mekanisme rescheduling yang dilakukan adalah dengan memperbarui akad yang lama dengan akad yang baru karena nasabah hanya

meminta perpanjangan jangka waktu dan perubahan jumlah cicilan

atau angsuran untuk pelunasan pembiayaan mura>bah}ah tanpa

menambah jumlah pembiayaannya.

Tinjauan hukum Islam terhadap pembaruan akad rescheduling pada

pembiayaan mura>bah}ah di Bank Bukopin Syariah Cabang Surabaya

adalah sesuai dengan surah al-Baqarah (2) ayat 280 dan selaras

31 M. Abdul Qadir Rahmatullah, ‚Kolektabilitas Nasabah dan Rescheduling pada Pembiayaan

Mura>bahah di BRI Syariah Kantor Cabang Induk Gubeng Surabaya‛, (Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), v.

(27)

15

dengan fatwa DSN No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang penjadwalan

kembali tagihan mura>bah}ah.32 Letak persamaan penelitian ini dengan

penelitian yang dilakukan penulis adalah sama-sama membahas

rescheduling sebagai upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah

dengan akad mura>bah}ah, sedangkan letak perbedaannya adalah

penelitian ini lebih menekankan pada peneliti yang ingin mengetahui

kesesuaian antara mekanisme rescheduling yang berjalan di lembaga

tersebut dengan Hukum Islam.

4. Skripsi yang ditulis oleh Luluk Maria Ulfah pada tahun 2016 yang

berjudul ‚Analisis Penentuan Pembayaran Margin Pada Proses

Rescheduling Pembiayaan Mura>bah}ah Musiman Bermasalah Di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Cabang

Balongpanggang Gresik‛ dengan kesimpulan bahwa KJKS BMT

Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balonganggang Gresik

menggunakan rescheduling dalam hal mengatasi kemacetan pada

pembiayaan mura>bah}ah musiman adalah dengan mewajibkan nasabah untuk membayarkan margin terlebih dahulu, tetapi pada akad yang

baru nasabah juga masih menanggung margin pembiayaan tersebut

sehingga dengan pembayaran margin tersebut akan berdampak

32 Fadilah, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mekanisme Rescheduling Pada Pembiayaan

Mura>bah}ah Di Bank Bukopin Syariah Cabang Surabaya‛, (Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2010), iv.

(28)

16

kepada lembaga maupun nasabah.33 Letak persamaan penelitian ini

dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas rescheduling sebagai upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah dengan akad

mura>bah}ah, sedangkan letak perbedaannya adalah dalam penelitian ini lebih menekankan pada keingintahuan penulis terhadap dampak

yang terjadi akibat adanya penambahan margin pada mekanisme

rescheduling.

5. Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Nuur Rohmaan pada tahun 2016

yang berjudul ‚Pelaksanaan Rescheduling Dan Reconditioning

Terhadap Nasabah Wanprestasi Pada Perjanjian Pembiayaan Dengan

Jaminan Fidusia Di BMT Bina Sejahtera Sleman‛ dengan kesimpulan

bahwa pelaksanaan rescheduling dan reconditioning di BMT Bina

Sejahtera meliputi beberapa tahap yaitu identifikasi masalah,

penyelamatan awal, musyawarah, pemberian surat keputusan

tindakan, pembuatan addendum, pengawasan dan pembinaan.

Pelaksanaan rescheduling dan reconditioning sangat membantu baik

kepada debitur maupun kreditur di dalam mengatasi nasabah

wanprestasi. Sehingga secara fakta fungsi dari pelaksanaan

rescheduling dan reconditioning di BMT Bina Sejahtera telah dipenuhi dan fungsinya dapat dirasakan secara optimal oleh debitur

33 Luluk Maria Ulfah, ‚Analisis Penentuan Pembayaran Margin Pada Proses Rescheduling

Pembiayaan Mura>bah}ah Musiman Bermasalah Di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Cabang Balongpanggang Gresik‛, (Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), v.

(29)

17

dan kreditur.34 Letak persamaan penelitian ini dengan penelitian

penulis adalah sama-sama membahas rescheduling sebagai upaya

penyelamatan pembiayaan bermasalah dengan akad mura>bah}ah,

sedangkan perbedaannya adalah dalam penelitian ini tidak hanya

membahas mengenai rescheduling, tetapi juga membahas mengenai

reconditioning.

Dari uraian penelitian terdahulu di atas, tidak menutup

kemungkinan dapat dijadikan sebagai tambahan referensi bagi penulis

untuk melengkapi data yang sudah ada yaitu membahas tentang

upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah dengan cara

rescheduling.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui peran rescheduling terhadap pembiayaan

bermasalah dengan akad mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah

Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh rescheduling terhadap

tingkat pemulihan pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di UJKS-KSU Jabal Rahmah Sidoarjo.

34 Muhammad Nuur Rohmaan, ‚Pelaksanaan Rescheduling Dan Reconditioning Terhadap

Nasabah Wanprestasi Pada Perjanjian Pembiayaan Dengan Jaminan Fidusia Di BMT Bina Sejahtera Sleman‛, (Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), ii.

(30)

18

G. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna

dalam dua aspek:

1. Aspek teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi untuk

penelitian-penelitian selanjutnya terkait dengan rescheduling sebagai

salah satu upaya dalam menyelamatkan pembiayaan bermasalah.

2. Aspek praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi/masukan yang positif bagi praktisi UJKS-KSU Jabal

Rahmah dalam memahami bagaimana peran rescheduling dalam

upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah dengan akad mura>bah}ah,

dan mengetahui sejauh mana pengaruh rescheduling terhadap tingkat

pemulihan pembiayaan mura>bah}ah bermasalah.

(31)

19

Penelitian ini berjudul ‚Peran Rescheduling Terhadap Pembiayaan

Bermasalah dengan Akad Mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah‛.

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul skripsi, maka

penulis menyampaikan beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul

skripsi ini yaitu :

1. Rescheduling

Adalah salah satu cara yang dilakukan lembaga keuangan

syariah dalam menangani pembiayaan bermasalah dengan merubah

jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya.

2. Pembiayaan Bermasalah

Adalah pembiayaan yang dalam proses pembayaran

angsurannya, nasabah mengalami tunggakan angsuran pokok dan bagi

hasil/margin.

3. Mura>bah}ah

Adalah jual beli barang dengan menyatakan harga asal dan

keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

4. UJKS-KSU Jabal Rahmah

UJKS-KSU Jabal Rahmah merupakan salah satu lembaga

keuangan syariah non bank yang berlokasi di Jalan Melati No.12

(32)

20

I. Metode Penelitian

Hal-hal yang berhubungan dengan penellitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif

dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bertujuan memahami fenomena yang dialami oleh subjek

penelitian.35 Sedangkan deskriptif diartikan langkah kerja untuk

mendeskripsikan suatu objek, fenomena, atau latar sosial sasaran

dalam bentuk tulisan naratif, artinya data maupun fakta yang telah

dihimpun oleh peneliti kualitatif berbentuk kata atau gambar.36

Sehingga yang dimaksud dengan penelitian kualitatif deskriptif

adalah sebuah pendekatan terhadap suatu perilaku, fenomena,

peristiwa, masalah atau keadaan tertentu yang menjadi object

penyelidikan; yang hasil temuannya berupa uraian-uraian kalimat

bermakna yang menjelaskan pemahaman tertentu.37

Penelitian secara kualitatif tentang analisis peran rescheduling

terhadap pembiayaan bermasalah dengan akad mura>bah}ah di

UJKS-KSU Jabal Rahmah ini bertujuan menggambarkan dan

mendeskripsikan bagaimana peran yang ditimbulkan dari adanya

35 M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media, 2017), 29.

36 Ibid,, 44.

37 Sonny Leksono, Penelitian Kualitatif Ilmu Ekonomi: Dari Metodologi ke Metode, (Jakarta: PT

(33)

21

impelentasi kebijakan rescheduling dan sejauh mana pengaruh

rescheduling terhadap tingkat pemulihan pembiayaan mura>bah}ah bermasalah.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini adalah dimulai pada bulan Oktober

sampai Desember 2017. Penelitian ini dilakukan di UJKS-KSU Jabal

Rahmah yang berlokasi di Jalan Melati No.12 Kelurahan Pulosari

Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

3. Sumber data adalah sumber dari data yang akan digali. Sumber data

dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

a. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data.38 Sumber data primer

diperoleh dari sumber asli yang memberikan informasi atau data

yang berkaitan dengan rescheduling pada pembiayaan mura>bah}ah

di UJKS-KSU Jabal Rahmah. Sumber ini diperoleh dari pihak

yang menangani pembiayaan bermasalah dan pihak yang

berwenang dalam menentukan kebijakan rescheduling pembiayaan mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah dengan mencari data-data tertulis dan melakukan wawancara kepada narasumber terkait,

yakni: Manajer Koperasi (Bapak Ahmad Muzakki S.Sos), Kepala

Operasional (Ibu Maya Puspitasari S.E) serta kepada Account

Officer (Bapak Ainur Rofiq S.Pd dan Rizki Sucianto S.E).

38 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

(34)

22

b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung didapat melalui studi kepustakaan. Literatur

didapat dari berbagai sumber, baik jurnal, situs-situs, buku,

majalah dan media cetak yang berkaitan dengan penelitian.

4. Teknik Pengolahan Data, yakni teknik pengumpulan data yang secara

riil (nyata) digunakan dalam penelitian, bukan yang disebut dalam

literatur metodologi penelitian.39 Pada penelitian ini menggunakan

teknik pengolahan data sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara dapat didefinisikan sebagai ‚interaksi bahasa

yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling

berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara

meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang

berputar disekitar pendapat dan keyakinannya‛ (Hasan (1963

dalam Garabiyah, 1981: 43).40

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini

adalah wawancara semi terstruktur, yaitu menemukan

permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak

wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan

wawancara, penulis perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat

39 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi. . .,

11.

40 Emzir, Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011),

(35)

23

apa yang dikemukakan oleh informan.41Dalam hal ini peneliti

melakukan wawancara dengan cara bertanya langsung kepada

pihak-pihak terkait yang berwenang dalam menentukan kebijakan

rescheduling pembiayaan mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah yakni kepada Manajer Koperasi (Bapak Ahmad Muzakki S.Sos),

Kepala Operasional (Ibu Maya Puspitasari S.E) serta kepada

Account Officer (Bapak Ainur Rofiq S.Pd dan Rizki Sucianto

S.E), serta nasabah yang mengalami pembiayaan mura>bah}ah

bermasalah dan mendapatkan kebijakan rescheduling dari pihak

KSU.

b. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang‛.42 Dokumen yang digunakan dalam

penelitian ini bisa berupa tulisan dan gambar, misalnya dokumen

tertulis SOP UJKS-KSU Jabal Rahmah, Akta pendirian koperasi,

data yang berkaitan dengan rescheduling pada pembiayaan

mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah.

c. Observasi

Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai

perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu.43

41Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan . . ., 233. 42 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. . .,240. 43 Emzir, Metode Penelitian Kualitatif. . ., 37.

(36)

24

Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini

menggunakan dua teknik observasi, yaitu pertama, observasi

partisipatif dimana sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut

melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut

merasakan suka dukanya.44 Kedua, observasi terus terang, yaitu

peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus

terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan

penelitian.45 Kegiatan observasi ini bertujuan untuk mendapatkan

informasi mengenai bagaimana peran rescheduling terhadap

pembiayaan bermasalah dengan akad mura>bah}ah di UJKS-KSU

Jabal Rahmah.

5. Teknik Analisis Data

Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Adapun teknik

analisis data secara interaktif meliputi:46

a. Reduksi data, yaitu peneliti merangkum data, memilih hal-hal

pokok, menfokuskan pada hal-hal penting. Dengan demikian, data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas yang

nantinya akan mempermudah penulis pada tahap selanjutnya.

44 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. . ., 227. 45 Ibid,, 228.

(37)

25

b. Penyajian data, penyajian data bisa dalam bentuk uraian singkat,

bagan, dan hubungan antar kategori. Penulis akan menyajikan data

dalam bentuk teks yang bersifat narasi.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan dalam penelitian

kualitatif diharapkan bisa menjadi temuan baru yang belum ada.

Temuan ini berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang

sebelumnya belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas,

dapat berupa hubungan interaktif, hipotesis dan teori.

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis

data deskriptif kualitatif, karena data yang diambil merupakan

hasil dari penelitian secara alamiah dan interprestasi dimana

penulis berpartisipasi secara langsung dalam penelitian di

lapangan.

Dengan hasil analisis, peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang

terdapat pada data yang didapatkan dari UJKS-KSU Jabal

Rahmah terkait dengan masalah yang diteliti.

J. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab, hal ini

dimaksudkan untuk mempermudah dalam pemahaman dan pemecahan

masalah. Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:

Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

(38)

26

pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,

metode penelitian, sistematika pembahasan.

Bab kedua, merupakan pembahasan tentang landasan teori. Pada

bab ini terbagi menjadi tiga sub bab. Pertama, deskripsi mura>bah}ah yang

meliputi definisi mura>bah}ah, landasan hukum mura>bah}ah, rukun dan

syarat mura>bah}ah, Kedua, deskripsi pembiayaan bermasalah yang

meliputi definisi pembiayaan bermasalah, penyebab pembiayaan

bermasalah, dampak pembiayaan bermasalah, dan penyelesaian

pembiayaan bermasalah. Ketiga, deskripsi rescheduling yang meliputi

desfinisi rescheduling, kriteria rescheduling, kebijakan dan prosedur

rescheduling, Fatwa DSN-MUI dan Peraturan Bank Indonesia tentang rescheduling pada pembiayaan mura>bah}ah.

Bab ketiga, merupakan bab yang akan menguraikan tentang data

penelitian yang meliputi. Pertama, gambaran umum mengenai

UJKS-KSU Jabal Rahmah terkait sejarah berdirinya UJKS-UJKS-KSU Jabal Rahmah,

dasar hukum pendirian KSU Jabal Rahmah, visi dan misi

UJKS-KSU Jabal Rahmah, struktur dan tugas pengurus UJKS-UJKS-KSU Jabal

Rahmah, produk-produk UJKS-KSU Jabal Rahmah. Kedua, peran

rescheduling terhadap pembiayaan bermasalah dengan akad mura>bah}ah di

UJKS-KSU Jabal Rahmah Sidoarjo. Ketiga, pengaruh rescheduling

terhadap tingkat pemulihan pembiayaan bermasalah dengan akad

(39)

27

Bab keempat, menguraikan tentang analisis hasil penelitian. Pada

bab ini akan membahas tentang analisis peran rescheduling terhadap

pembiayaan bermasalah dengan akad mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal

Rahmah, dan pengaruh rescheduling terhadap tingkat pemulihan

pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di UJKS-KSU Jabal Rahmah.

Bab kelima, merupakan jawaban ringkas dari permasalahan yang

(40)

BAB II

MURA>BAH}AH, PEMBIAYAAN BERMASALAH, DAN RESCHEDULING

A. Mura>bah}ah

1. Definisi Mura>bah}ah

Mura>bah}ah berasal dari kata (Arab) ra>bah}a-yura>bih}u-mura>bah}atan yang berarti untung atau menguntungkan, seperti

ungakapan ‚tijaratun rabih}ah, wa ba>’u ash-shai mura>bah}atan‛ artinya

perdagangan yang menguntungkan, dan menjual sesuatu barang yang

menguntungkan.47 Dalam istilah syariah, mura>bah}ah terdapat berbagai

formulasi definisi berbeda-beda menurut pendapat para ulama.48

Diantaranya, menurut Ibn Rusyd filosofi dan ahli hukum Maliki

mendefinisikan mura>bah}ah sebagai jual beli dimana penjual

menjelaskan kepada pembeli harga pokok barang yang dibelinya dan

meminta suatu margin keuntungan kepada pembeli.49 Menurut Wahbah

az-Zuhaili, mura>bah}ah adalah jual-beli dengan harga pertama (pokok)

beserta tambahan keuntungan.50

Selanjutnya, menurut Mardani (2012: 136), mura>bah}ah adalah

pembiayaan yang saling menguntungkan yang dilakukan oleh s}ah}ib

al-ma>l dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli

47 Fatmah, Kontrak Bisnis Syariah, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 104.

48 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 91. 49 Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam (Fiqh Muamalah), (Surabaya: UIN Sunan Ampel

Press, 2014), 176.

(41)

28

dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual

terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan (margin) bagi s}ah}ib

al-ma>l dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur.51 Besar

margin keuntungan dalam mura>bah}ah dinyatakan dalam bentuk

nominal rupiah atau persentase dari harga pembelian.52 Dalam

menetapkan margin keuntungan, bank perlu menerapkan asas

kehati-hatian atau secara wajar dan tidak berlebih-lebihan, karena jika

berlebihan ditakutkan akan menjadi riba yang dilarang dalam agama

islam.53 Sedangkan jika dilihat cara pembayarannya, maka mura>bah}ah

dapat dilakukan dengan cara tunai atau dengan pembayaran tangguh.54

Jadi singkatnya, akad mura>bah}ah ini merupakan salah satu

bentuk natural certainty contracts, karena dalam mura>bah}ah

ditentukan berapa required rate of profit-nya (keuntungan yang ingin

diperoleh).55

2. Landasan Hukum Mura>bah}ah

a. Al-Qur’an surat an-Nisaa’ (4) ayat 29:

َي َأ

اَهُّ ي

ْيِذَّلٱ

َن

آ

ْاوُنَم

َل

ْاوُلُكَتَ

اَوْمَأ

ْمُكَل

ْ يَ ب

مُكَن

ىبلٱِب

ِلِط

َّلِإ

ْنَأ

ْوُكَت

َن

ىِت

ًةَر

ْنَع

ٍضاَرَ ت

ْنِّم

ْمُك

َلَو

ْقَ ت

ْاوُلُ ت

ْ نَأ

ْمُكَسُف

َّنِإ

َللٱ

َناَك

ْمُكِب

ْيِحَر

ًما

٢٩

51 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Mu’amalah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2012), 136.

52 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2014), 212.

53 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2015), 166.

54 Wiroso, Jual Beli Mura>bah}ah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), 38.

55 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh Dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo

(42)

29

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan

janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.56

b. Hadith

ٌعْيِكَو َانَث َّدَح

َُّللَّا َىِضَر ٍّىِلَع ىَلَع ُتْيَأَر : َلاَق ْمَُلَ ٍخْيَش ْنَع ٍرَْبَ ِبىَأ ْنَع ٌرَعْسِم َانَث َّدَح

ُهَّيَِّإ ُوُتْعِب اًَهَْرِد ِوْيِف ِنََِبَْرَأ ْنَمَف َمِىاَرَد ِةَسْمَِبِ ُتْيَرَ تْشا َلاَق اًظْيِلَغ اًراَزِإ ُوْنَع

Artinya: ‚Waki’ menceritakan dari Abu> Bahr dari kakeknya berkata:

‘Aku pernah melihat Ali ra. membawa sebuah kain tebal, dia berkata

bahwa: ‘Aku membelinya seharga lima dirham, berang siapa mau

memberiku laba satu dirham, maka aku akan menjual kepadanya.‛57

c. Al-Ijma

Transaksi ini sudah dipraktikkan di berbagai kurun dan tempat

tanpa ada yang mengingkarinya, ini berarti para ulama

menyetujuinya.58

d. Kaidah fiqh

ِْلا ِتَلاَمَاعُمْلا ِفي ُلْصَلأا

ِوِفَلاِخ ىَلَع ٌلْيِلَد َّلُدَي َََّح ُةَحَباَح

56 Dapartemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Saudi Arabia: Lembaga

Percetakan Al-Qur’an Raja Fahd), 122.

57 Malik Bin Anas, al-Muwa>ta’, (Digital Library, al-Maktabah al-Sya>milah al-Is}da>r al-Sa>ni, 2005),

I/29 dan IV/964, hadis Nomor 2464.

(43)

30

‚Hukum dasar mu’amalah adalah diperbolehkan, sampai ada dalil

yang melarangnya‛.59

e. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No.04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang

Mura>bah}ah:60

‚Bank dan nasabah harus melakukan akad mura>bah}ah yang

bebas riba. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati‛.

Berdasarkan landasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

hukum mura>bah}ah adalah diperbolehkan apabila memenuhi syarat

dan rukunnya.

3. Rukun dan Syarat Mura>bah}ah

a. Rukun Mura>bah}ah

Ascarya menjelaskan dalam bukunya ‚Akad dan Produk

Bank Syariah‛ rukun dari akad mura>bah}ah yang harus dipenuhi

dalam transaksi ada beberapa, yaitu:61

1) Pelaku akad, yaitu ba’i (penjual) adalah pihak yang memiliki

barang untuk dijual, dan mushtari (pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang;

59 Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), 10. 60 DSN MUI, Mura>bah}ah, (Fatwa DSN MUI. No. 04/DSN MUI/IV/2000 tentang mura>bah}ah), 3. 61 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), 82.

(44)

31

2) Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan thaman

(harga); dan

3) S}ighah, yaitu ija>b qabul

Lukman Hakim dalam bukunya ‚Prinsip-Prinsip Ekonomi

Islam‛ menjelaskan adapun syarat jual beli mura>bah}ah, yaitu:62

1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.

2) Kontrak harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

3) Kontrak harus bebas dari riba.

4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat

atas barang sesudah pembelian.

5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan

dengan pembelian.

6) Secara prinsip, jika syarat dalam (1), (4) atau (5) tidak

dipenuhi, pembeli memiliki pilihan:

a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya,

b. Kembali kepada penjual dan menyatakan

ketidaksetujuan atas barang yang dijual,

c. Membatalkan kontrak.

B. Pembiayaan Bermasalah

(45)

32

1. Definisi Pembiayaan Bermasalah

Menurut Ali Hamdan (2015: 78), pembiayaan bermasalah

adalah suatu kondisi pembiayaan dimana terdapat suatu penyimpangan

utama dalam pembayaran kembali pembiayaan yang berakibat terjadi

kelambatan dalam pengembalian atau kemungkinan terjadinya kerugian

bagi koperasi.63 Sedangkan menurut Widiyanto bin Mislan

Cokrohadisumarto, dkk (2016: 95), pembiayaan bermasalah adalah

pembiayaan yang terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bagi

hasil/margin.64 Pengertian lain menurut Faturrahman Djamil (2012: 66)

menjelaskan yang dimaksud dengan pembiayaan bermasalah adalah

pembiayaan yang kualitasnya berada dalam golongan kurang lancar,

diragukan, dan macet.65 Untuk menentukan berkualitasnya suatu

pembiayaan perlu diberikan ukuran-ukuran tertentu.66 Kualitas

pembiayaan dapat ditentukan berdasarkan 3 parameter, yaitu:67

1) Prospek Usaha

Penilaian prospek usaha meliputi: potensi pertumbuhan usaha,

kondisi pasar dan posisi nasabah pembiayaan dalam persaingan,

kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja, dukungan dari

63 Ali Hamdan, Saifudin, Koperasi Syariah Panduan Praktis Pendirian dan Pengelolaan, (Surabaya:

STAINA Press, 2015), 78.

64 Widiyanto bin Mislan Cokrohadisumarto, dkk, BMT: Praktik dan Kasus, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2016), 95.

65 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2012), 66.

66 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2014), 117-119. 67 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah. . ., 222.

(46)

33

grup atau afiliasi, dan upaya yang dilakukan oleh nasabah

pembiayaan dalam rangka memelihara lingkungan hidup.

2) Kinerja nasabah pembiayaan

Penilaian kinerja (performance) nasabah pembiayaan meliputi:

perolehan laba, struktur permodalan, arus kas, sensitivitas terhadap

risiko pasar.

3) Kemampuan membayar

Penilaian kemampuan membayar meliputi: ketepatan pembayaran

pokok dan margin, ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan

nasabah pembiayaan, kelengkapan dokumentasi pembiayaan,

kepatuhan terhadap perjanjian pembiayaan, kesesuaian penggunaan

dana, dan kewajaran sumber pembayaran kewajiban.

Sebagai contoh untuk produk mura>bah}ah, dari aspek

kemampuan membayar angsuran nasabah maka pembiayaan

digolongkan kepada:68

a. Lancar

Apabila pembayaran angsuran tepat waktu, tidak ada tunggakan,

sesuai dengan persyaratan akad, selalu menyampaikan laporan

keuangan secara teratur dan akurat, serta dokumentasi perjanjian

piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat.

b. Dalam Perhatian Khusus

(47)

34

Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau

margin sampai 90 (sembilan puluh) hari, selalu menyampaikan

laporan keuangan secara teratur dan akurat, dokumentasi perjanjian

piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat, serta pelanggaran

terhadap persyaratan perjanjian piutang yang tidak prinsipil.

c. Kurang Lancar

Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau

margin yang telah melewati 90 (sembilan puluh) hari sampai

dengan 180 (seratus delapan puluh) hari, penyampaian laporan

keuangan tidak teratur dan meragukan, dokumentasi perjanjian

piutang kurang lengkap dan peningkatan agunan kurang kuat,

terjadi terhadap persyaratan pokok perjanjian piutang, dan berupaya

melakukan perpanjangan piutang untuk menyembunyikan kesulitan

keuangan.

d. Diragukan

Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau

margin yang telah melewati 180 (seratus delapan puluh) hari sampai

270 (dua ratus tujuh puluh) hari. Nasabah tidak menyampaikan

informasi keuangan atau tidak dapat dipercaya, dokumentasi

perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah serta

terjadi pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok

(48)

35

e. Macet

Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau

margin yang telah melewati 270 (dua ratus tujuh puluh) hari, dan

dokumentasi perjanjian piutang dan atau pengikatan agunan tidak

ada.

2. Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah dapat disebabkan oleh adanya 2 faktor, yaitu:69

1) Faktor Intern Bank

a. Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa

yang akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu

pembiayaan.

b. Adanya kolusi antara pejabat bank yang menangani pembiayaan

dan nasabah, sehingga bank memutuskan pembiayaan yang

tidak seharusnya diberikan. Misalnya, melakukan over taksasi

terhadap nilai agunan.

c. Keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis usaha

debitur, sehingga tidak dapat melakukan analisis dengan tepat

dan akurat.

d. Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait, misalnya

komisaris, direktur bank sehingga petugas tidak independen

dalam memutuskan pembiayaan.

69 Ismail, Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Prenada Media Group,

(49)

36

e. Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring

pembiayaan debitur.

2) Faktor Ekstern Bank

a. Unsur kesengajaan yang dilakukan oleh nasabah.

1) Nasabah sengaja untuk tidak melakukan pembayaran

angsuran kepada bank, karena nasabah tidak memiliki

kemauan dalam memenuhi kewajibannya.

2) Debitur melakukan ekspansi terlalu besar, sehingga dana

yang dibutuhkan terlalu besar. Hal ini akan memiliki

dampak terhadap keuangan perusahaan dalam memenuhi

kebutuhan modal kerja.

3) Penyelewengan yang dilakukan nasabah dengan

menggunakan dana pembiayaan tersebut tidak sesuai dengan

tujuan penggunaan (side streaming).

b. Unsur ketidaksengajaan.

1) Debitur mau melaksanakan kewajiban sesuai perjanjian,

akan tetapi kemampuan perusahaan sangat terbatas,

sehingga tidak dapat membayar angsuran.

2) Perusahaan tidak dapat bersaing dengan pasar, sehingga

volume penjualan menurun dan perusahaan rugi.

3) Perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah yang

berdampak pada usaha debitur.

(50)

37

Selanjutnya penyebab pembiayaan bermasalah ditinjau dari

sudut pembiayaan untuk konsumsi dan produktif, adalah sebagai

berikut:70

1) Pembiayaan konsumsi berkaitan erat dengan tingkat

pendapatan dan kesempatan kerja, dimana sumber

pelunasan pembiayaan konsumsi sebagian besar dinilai dari

pendapatan debitur. Gangguan yang terjadi didalam

hubungan kerja sangat berpengaruh dan menyudutkan

mereka dalam posisi tidak sanggup untuk melakukan

penyelesaian pembiayaan. Selain itu, faktor lainnya adalah

keadaan pribadi, seperti sakit, kematian dalam keluarga,

dinas militer, kecelakaan, perceraian, atau debitur tidak

dapat mengatur keuangannya.

2) Pembiayaan produktif berkaitan dengan masalah

manajemen, dapat berupa pemilikan sasaran dan jenis

organisasi untu menjalankannya, pemilihan kebijaksanaan

yang akan dijalankan sehingga memberi hasil yang wajar

pada pemilik perusahaan dan pengendalian atas proses

produksi yang akan menghasilkan barang dan jasa yang

dapat dijual, melakukan penyesuaian atas kebijaksanaan

dan prosedur yang ada untuk menjamin kelangsungan

70 Johannes Ibrahim, Cross Default & Cross Collateral Dalam Upaya Penyelesaian Kredit

(51)

38

operasi yang berhasil. Jika tanggung jawab ini tidak

dipenuhi, kemampuan untuk menghasilkan pendapatan

akan menurun dan akibatnya kemampuan untuk membayar

kembali pembiayaan juga akan berkurang.

3. Dampak Pembiayaan Bermasalah

Ismail menjelaskan dalam buku ‚Manajemen Perbankan Dari

Teori Menuju Aplikasi‛ secara perinci dampak pembiayaan bermasalah

antara lain: 71

a. Laba/Rugi bank menurun.

Penurunan laba tersebut diakibatkan adanya penurunan

pendapatan bunga kredit.

b. Bad Debt Ratio menjadi lebih besar.

Rasio aktiva produktif menjadi lebih rendah.

c. Biaya pencadangan penghapusan kredit meningkat.

Bank perlu membentuk pencadangan atas pembiayaan

bermasalah yang lebih besar. Biaya pencadangan penghapusan

pembiayaan akan berpengaruh pada penurunan keuntungan

bank.

d. ROA maupun ROE menurun.

Penurunan laba akan memiliki dampak pada penurunan ROA,

karena return turun, maka ROA dan ROE akan menurun.

(52)

39

4. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah

Menurut Sumar’in (2012: 120-121) menjelaskan bahwa

penyelamatan pembiayaan adalah upaya yang dilakukan dalam

pengelolaan pembiayaan bermasalah yang masih mempunyai prospek

didalam usahanya, dengan tujuan untuk meminimalisir kemungkinan

terjadinya kerugian bank. Menyelamatkan kembali pembiayaan yang

ada agar menjadi lancar atau dengan kata lain kualitas nasabah

meningkat.72 Sedangkan menurut Wangsawidjaja (2012: 447),

penyelamatan pembiayaan bermasalah (restrukturisasi pembiayaan)

adalah istilah teknis yang biasa dipergunakan dikalangan perbankan

terhadap upaya dan langkah-langkah yang dilakukan bank dalam

mengatasi pembiayaan bermasalah.73

Upaya restrukturisasi pembiayaan adalah upaya perbaikan yang

dilakukan bank dalam kegiatan pembiayaan terhadap debitur yang

mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya.74

Upaya restrukturisasi terhadap pembiayaan bermasalah

berdasarkan prinsip shari>’ah dilakukan antara lain melalui:75

a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal

pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya, tidak

72 Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 120-121. 73 Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), 447. 74 Trisadini Prasastinah Usanti, Nurwahjuni, Model Penyelesaian Kredit Bermasalah, (Surabaya:

PT Revka Petra Media), 60.

(53)

40

termasuk perpanjangan atas pembiayaan mud}arabah atau

musha>rakah yang memenuhi kualitas lancar dan telah jatuh tempo serta bukan disebabkan nasabah mengalami penurunan

kemampuan membayar.

b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian

atau seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok

kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank, antara lain

meliputi:

1) perubahan jadwal pembayaran;

2) perubahan jumlah angsuran;

3) perubahan jangka waktu;

4) perubahan nisbah dalam pembiayaan mud}arabah atau

musha>rakah;

5) perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan

mud}arabah atau musha>rakah; dan/atau

6) pemberian potongan.

c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan

pembiayaan yang antara lain meliputi:

1) penambahan dana fasilitas pembiayaan Bank;

2) konversi akad pembiayaan;

3) konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka

Gambar

Tabel              Halaman
Gambar          Halaman

Referensi

Dokumen terkait

Angka ini lebih kecil daripada perhitungan pada kondisi sebelumnya (kondisi tanpa perkuatan cerucuk), yang berarti, dengan adanya penambahan cerucuk, maka dapat

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis kumpulkan dari berbagai macam pengumpulan data, baik berupa wawancara maupun observasi, maka penulis mengemukakan bahwa sistem

Dengan adanya pembelian barang yang tinggi sehingga harus adanya pengendalian internal yang baik di dalam Hotel Shangri-La Surabaya khususnya dalam siklus

Sedangkan analisis kelompok merupakan suatu metode yang dikelompokkan atau klaster dari OTU’s yang mempunyai koefisiensi similaritas yang tinggi untuk menggambarkan tingkat

Luas tutupan lahan pada daerah penelitian diperoleh dari hasil klasifikasi terselia citra Landsat tahun 1994, citra Landsat tahun 2001 dan citra ASTER tahun 2007.. Luas

Berbagai peraturan perundang- undang yang ada sekarang telah mengatur tindak pidana pornografi termasuk yang disebarkan

Penelitian ini berkenaan dengan studi Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Kota Cirebon tentang pengaruh media video tutorial pada kegiatan praktikum

11 Abidin dan Ulum dalam Arly Ichmawan, Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Di Indonesia (Studi Empiris bank Umum