PERAN RESCHEDULING TERHADAP
PEMBIAYAAN BERMASALAH DENGAN AKAD MURA>BAH}AH
DI UJKS-KSU JABAL RAHMAH SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh :
MAYA NUR INDAHYANI
NIM. G04214017
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
PERAN RESCHEDULING TERHADAP
PEMBIAYAAN BERMASALAH DENGAN AKAD MURA>BAH}AH
DI UJKS-KSU JABAL RAHMAH SIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ekonomi Syariah
Oleh:
MAYA NUR INDAHYANI NIM. G04214017
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi dengan judul ‚Peran Rescheduling Terhadap Pembiayaan
Bermasalah Dengan Akad Mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah Sidoarjo‛
adalah hasil penelitian lapangan. Skripsi ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan dari: Bagaimana peran rescheduling terhadap pembiayaan bermasalah dengan akad mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah, dan sejauh mana rescheduling
mempunyai pengaruh terhadap tingkat pemulihan pembiayaan mura>bah}ah
bermasalah di UJKS-KSU Jabal Rahmah.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus pada objek. Sumber data dan pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi dan wawancara secara
langsung dengan pihak KSU Jabal Rahmah dan nasabah pembiayaan mura>bah}ah
bermasalah yang mendapatkan kebijakan rescheduling.
Hasil penelitian mengetahui bahwa rescheduling yang dilakukan oleh pihak UJKS-KSU Jabal Rahmah mempunyai peran bagi lembaga maupun bagi nasabah. Peran bagi lembaga yaitu dapat mengurangi jumlah nasabah pembiayaan bermasalah, nasabah yang awalnya mempunyai tunggakan dalam membayar angsurannya setelah di-rescheduling dapat kembali lancar. Sedangkan peran rescheduling bagi nasabah yaitu dapat meringankan nasabah dalam membayar kewajibannya kepada koperasi, nasabah tidak perlu khawatir jaminannya akan
diambil oleh pihak koperasi. Rescheduling yang dilakukan pihak koperasi juga
mempunyai pengaruh terhadap tingkat pemulihan pembiayaan bermasalah sehingga dapat menekan nilai NPF koperasi, menjadikan perputaran kas koperasi menjadi stabil, pendapatan operasional koperasi bertambah karena pada saat rescheduling, nasabah diwajibkan membayar biaya administrasi kembali sebesar 3% dari pembiayaan yang di-rescheduling. Serta dari adanya rescheduling ini, pihak koperasi juga mendapatkan keuntungan yang lebih karena pada saat rescheduling, pembiayaan nasabah sebelum di-rescheduling yang terdiri dari pokok dan margin dijadikan satu menjadi pembiayaan pokok kemudian ditambahkan lagi margin baru sebesar 2,25%, sehingga pihak koperasi mendapatkan keuntungan yang lebih dari adanya tambahan margin pada pembiayaan yang di-rescheduling.
Sejalan dengan hasil penelitian diatas, peneliti memberikan saran dalam
penelitian ini diharapkan kepada nasabah yang mendapat kebijakan rescheduling
mempunyai sikap kooperatif, sehingga proses rescheduling yang dilakukan oleh
pihak koperasi bisa berjalan dengan lancar dan tidak ada pihak yang merasa
dirugikan. Dan sebaiknya pelaksanaan rescheduling yang dilakukan oleh pihak
KSU Jabal Rahmah disesuaikan dengan prinsip ekonomi syariah. Kata Kunci: Rescheduling, Pembiayaan Bermasalah.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN ... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... . x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TRANSLITERASI ... xv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 11
C.Batasan Masalah ... 11
D.Rumusan Masalah ... 12
E. Kajian Pustaka ... 12
F. Tujuan Penelitian ... 17
G.Kegunaan Hasil Penelitian ... 18
H.Definisi Operasional ... 18
I. Metode Penelitian ... 19
BAB II MURA>BAH}AH, PEMBIAYAAN BERMASALAH, DAN RESCHEDULING
A. Mura>bah}ah ... 27
1. Definisi Mura>bah}ah ... 27
2. Landasan Hukum Mura>bah}ah ... 28
3. Rukun dan Syarat Mura>bah}ah ... 30
B.Pembiayaan Bermasalah ... 32
1. Definisi Pembiayaan Bermasalah ... 32
2. Penyebab Pembiayaan Bermasalah ... 35
3. Dampak Pembiayaan Bermasalah ... 38
4. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah ... 39
C.Rescheduling ... 41
1. Definisi Rescheduling ... 41
2. Kriteria Rescheduling ... 42
3. Kebijakan dan Prosedur Rescheduling ... 44
4. Fatwa DSN-MUI dan Peraturan Bank Indonesia tentang Rescheduling pada Pembiayaan Mura>bah}ah ... 46
BAB III PERAN RESCHEDULING TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH DENGAN AKAD MURA>BAH}AH DI UJKS-KSU JABAL RAHMAH SIDOARJO A.Gambaran Umum UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 48
1. Sejarah berdirinya UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 48
2. Dasar Hukum Pendirian UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 49
3. Visi dan Misi UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 49
4. Struktur dan Tugas Pengurus UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 50
5. Produk-produk UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 54
B.Peran Rescheduling terhadap Pembiayaan Bermasalah dengan Akad Mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah Sidoarjo ... 56
C.Pengaruh Rescheduling terhadap Tingkat Pemulihan
Pembiayaan Bermasalah dengan Akad Mura>bah}ah di
UJKS-KSU Jabal Rahmah Sidoarjo ... 71
BAB IV ANALISIS PERAN RESCHEDULING TERHADAP PEMBIAYAAN
BERMASALAH DENGAN AKAD MURA>BAH}AH DI UJKS-KSU
JABAL RAHMAH SIDOARJO
A.Analisis Peran Rescheduling terhadap Pembiayaan
Bermasalah dengan Akad Mura>bah}ah di UJKS-KSU
Jabal Rahmah ... 74
B.Analisis Pengaruh Rescheduling terhadap Tingkat
Pemulihan Pembiayaan Bermasalah dengan Akad
Mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 80
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan ... 82 B.Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA ... 84
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Laporan Perkembangan Usaha UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 3
1.2 Data Pembiayaan Bermasalah UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 6
3.1 Data Pembiayaan Bermasalah UJKS-KSU Jabal Rahmah
Tahun 2015 ... 57
3.2 Data Pembiayaan Bermasalah UJKS-KSU Jabal Rahmah
Tahun 2016 ... 57
3.3 Jadwal Angsuran Nasabah Sebelum Dilakukan Rescheduling ... 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Bagan Struktur Organisasi UJKS-KSU Jabal Rahmah Sidoarjo ... 51
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi syariah memiliki lingkup yang sangat luas, di antara
permasalahan ekonomi yang paling menonjol dewasa ini adalah persoalan
keuangan berikut institusinya yang lazim dikenal dengan sebutan
Lembaga Keuangan Syariah (LKS).1 Berdirinya lembaga keuangan
syari’ah (LKS) merupakan implementasi dari pemahaman umat Islam
terhadap prinsip-prinsip mu’amalah dalam ekonomi Islam. 2 Fungsi utama
lembaga keuangan adalah mempertemukan dua pihak atau lebih yaitu
pihak yang membutuhkan dana (borrower) di satu sisi, dan pihak yang
mempunyai kelebihan dana (saver) pada sisi lain.3
Lembaga keuangan syariah dibagi menjadi 2, yaitu perbankan
syariah dan lembaga keuangan syariah non bank. Menurut ketentuan pasal
18 UU No. 21 Tahun 2008 perbankan syariah digolongkan dalam dua
jenis, yaitu Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS).4 Sedangkan bentuk lembaga keuangan syariah non bank
1 Fathurrahman Azhari, ‚Mekanisme Dan Cara Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah‛, AT
TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, No. 1, Vol. 3 (Juni 2012) dalam
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=387509&val=6335&title=MEKANISME%0 DAN%20CARA%20PENYELESAIAN%20PEMBIAYAAN%20BERMASALAH diakses pada 08 Oktober 2017.
2 Syamsuir, ‚Lembaga Keuangan Islam Non Bank‛, Jurnal Islamika, No. 1, Vol. 15 (2015), 90
dalam http://ejournal.iainkerinci.ac.id/index.php/islamika/article/download/43/3 diakses pada 10 Oktober 2017.
3 Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 2.
4 Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Pengadilan Agama Dan Mahkamah
2
seperti asuransi syariah (takaful), pegadaian syariah, reksadana syariah,
BMT, koperasi syariah, dsb.5
Keputusan Menteri Koperasi No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004
menjelaskan bahwa Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Unit
Jasa Keuangan Syariah (UJKS) adalah koperasi bergerak dibidang
pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola syariah. Kegiatan usaha
jasa keuangan syariah pada KJKS dan UJKS koperasi meliputi kegiatan
penarikan/penghimpunan dana dan penyaluran kembali dana tersebut
dalam bentuk pembiayaan/piutang.6 Sedangkan pengertian Koperasi
Serba Usaha (KSU) adalah koperasi yang kegiatan ekonominya lebih dari
satu bidang usaha. Oleh karena itu, dalam koperasi serba usaha
bidang-bidang usaha atau kegiatan ekonomi seperti produksi, konsumsi,
pembiayaan, pemasaran dan jasa dilakukan oleh koperasi itu secara
bersama.7
UJKS-KSU Jabal Rahmah adalah salah satu koperasi jasa
keuangan syariah yang melakukan usaha dibidang penghimpunan dan
penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah. UJKS-KSU Jabal Rahmah
memulai kegiatan operasionalnya pada bulan Januari 2015 dengan ijin
dari Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perdagangan dan
5Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 39-40. 6 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009), 13. 7 Jeni Susyanti, Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah, (Malang: Empat Dua, 2016), 113.
3
Perindustrian Kabupaten Sidoarjo dengan Surat Keputusan Nomor :
977/BH/XVI.24/518/VI/2011.8
Perkembangan nasabah dari tahun 2015 ke tahun 2016 mengalami
peningkatan. Hal ini diketahui dari laporan perkembangan usaha
UJKS-KSU Jabal Rahmah sebagai berikut :9
Tabel 1.1
Laporan Perkembangan Usaha
No Laporan Perkembangan Usaha 2015 2016
1 Total Realisasi Pembiayaan 2.728.600.000 3.261.800.000
2 Total Simpanan 1.772.379.000 1.708.861.000 3 Total Aset 1.751.600.000 1.940.376.000 4 Jumlah Debitur 239 317 5 Jumlah Penabung 285 529 6 Outstanding 1.368.384.000 1.555.707.000 7 Laba -29.478.000 115.563.000
Sumber : UJKS-KSU Jabal Rahmah tahun 2017
Sebagaimana lembaga keuangan Islam lainnya, UJKS Jabal
Rahmah menawarkan produk pembiayaan dengan akad musha>rakah dan
mura>bah}ah. Produk yang dominan atau yang banyak dimanfaatkan oleh nasabah khususnya produk penyaluran dana di UJKS Jabal Rahmah
Sidoarjo adalah mura>bah}ah. Jual beli mura>bah}ah memberi banyak
manfaat bagi lembaga syariah, salah satunya adalah adanya keuntungan
8 UJKS – KSU Jabal Rahmah, Company Profile KSU Jabal Rahmah Unit Jasa Keuangan Syariah
(UJKS), (Sidoarjo: UJKS – KSU,t.t.), 3
9 Maya Puspitasari, (Kepala Operasional UJKS-KSU Jabal Rahmah Waru Sidoarjo), Wawancara,
4
yang muncul dari selisih harga beli dari penjualan dengan harga jual
kepada nasabah.10 Banyaknya jumlah nasabah yang menggunakan produk
mura>bah}ah dikarenakan sistem mura>bah}ah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasi di lembaga syariah,
sehingga mudah untuk disalurkan kepada nasabah. Pembiayaan
mura>bah}ah (ba’i al- mura>bah}ah) adalah akad pembiayaan suatu barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara
pihak lembaga keuangan syariah dan nasabah.11 Pada pembiayaan
mura>bah}ah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi, sementara
pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh, ataupun diangsur.12
Pemberian pembiayaan oleh pihak UJKS memiliki risiko
kemacetan walaupun telah dilakukan berbagai analisis secara seksama.
Seorang analisa pembiayaan tidak dapat memprediksi bahwa pembiayaan
selalu berjalan dengan baik, banyak faktor penyebab diantaranya
kesalahan penggunakan dana, manajemen yang buruk, dan kondisi
perekonomian mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan
keuangan debitur dan atas kerugian pembiayaan.13 Risiko pembiayaan
adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak yang diberi
pembiayaan (conterparty) dalam memenuhi kewajibannya.14 Menurut
Ismail (2013) risiko pembiayaan mura>bah}ah yang terjadi dari peminjam
10 Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, (Erlangga, 2012), 118.
11 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), 62. 12 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2007),
40.
13 Johannes Ibrahim, Cross Default & Cross Collateral Dalam Upaya Penyelesaian Kredit
Bermasalah, (Bandung: PT Refika Aditama, 2004), 109.
5
adalah tertunda atau ketidakmampuan peminjam memenuhi
ketentuan-ketentuan dalam akad sehingga dana yang disalurkan tidak sepenuhnya
kembali.15 Disamping itu, risiko bertambah besarnya biaya yang
dikeluarkan oleh lembaga keuangan syariah dan bertambahnya waktu
untuk penyelesaian non performing financing (NPF), serta turunnya
kesehatan lembaga (kolektibilitas pembiayan menurun).16
Pembiayaan bermasalah di UJKS-KSU Jabal Rahmah disebabkan
oleh beberapa faktor:17 Pertama, kelemahan dari sisi nasabah dapat
disebabkan antara lain oleh: Masalah operasional usaha, kecurangan
dan/atau ketidak jujuran nasabah dalam mengelola pembiayaan,
pemutusan hubungan kerja. Kedua, kelemahan dari sisi internal KSU
dapat disebabkan antara lain oleh: Itikad tidak baik dan atau
kekurangmampuan dari pejabat/pegawai KSU, kelemahan sejak awal
dalam proses pemberian pembiayaan, pemberian pembiayaan melampaui
BMPP (Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan), kelemahan pembinaan
kepada nasabah pembiayaan. Ketiga, kelemahan dari sisi Eksternal KSU
dapat disebabkan antara lain: Force majeure, perubahan lingkungan,
perubahan regulasi oleh otoritas, keadaan makro ekonomi dll.
15 Azharsyah Ibrahim dan Arinal Rahmati, ‚Analisis Solutif Penyelesaian Pembiayaan
Bermasalah di Bank Syariah: Kajian Pada Produk Mura>bah}ah di Bank Muamalat Indonesia Banda Aceh‛, IQTISHADIA Jurnal Kajian Ekonomi dan Bisnis Islam, No. 1, Vol. 10 (2017), 77 dalam http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/IQTISHADIA/article/view/2319 diakses pada 11 Oktober 2017.
16 Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012),
89.
17 Rizki Sucianto, (Account Officer UJKS-KSU Jabal Rahmah Waru Sidoarjo), Wawancara,
6
Adanya faktor-faktor pembiayaan bermasalah tersebut membuat
pihak koperasi harus mampu menaganinya secara serius agar proses
penyaluran dana dapat berjalan dengan lancar. Pembiayaan bermasalah
selalu terjadi dalam hal pembiayaan, hal tersebut tidak mungkin bisa
dihindari, pihak koperasi hanya bisa berusaha menekan seminimal
mungkin besarnya pembiayaan bermasalah.
Data laporan keuangan UJKS-KSU Jabal Rahmah menunjukkan
adanya pembiayaan bermasalah, yaitu pembiayaan yang didalamnya
terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bagi hasil/margin.18 Adapun
data yang diperoleh oleh peneliti dari pihak koperasi adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.2
Data Pembiayaan Bermasalah UJKS-KSU Jabal Rahmah
Sumber : UJKS-KSU Jabal Rahmah tahun 2017
Pada tahun 2015, NPF UJKS-KSU Jabal Rahmah berada di angka
1,70% yakni sebesar Rp. 23.314.000 dari total realisasi pembiayaan Rp.
2.728.600.000. Pada tahun 2016, NPF UJKS-KSU Jabal Rahmah berada
di angka 6,52% yakni sebesar Rp. 101.561.000 dari total realisasi
18 Widiyanto bin Mislan Cokrohadisumarto, dkk, BMT: Praktik dan Kasus, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2016), 95. Tahun Total Realisasi Pembiayaan Pembiayaan Bermasalah NPF (Non Performing Financing) Nasabah yang Mengalami Pembiayaan Bermasalah Nasabah yang Mendapatkan Kebijakan Rescheduling 2015 2.728.600.000 23.314.000 1,7 % 8 6 2016 3.261.800.000 101.561.000 6,5 % 40 21
7
pembiayaan Rp. 3.261.800.000. NPF UJKS-KSU Jabal Rahmah dari
tahun 2015 ke tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 4,82%.
Wangsawidjaja Z dalam bukunya ‚Pembiayaan Bank Syariah‛
menyatakan bahwa: 19
Fasilitas pembiayaan yang diberikan lembaga keuangan syariah merupakan aktiva produktif lembaga keuangan syariah untuk memperoleh penghasilan. Artinya apabila fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan syariah tersebut kualitasnya lancar, maka lembaga keuangan syariah akan mendapatkan kembali dana yang disalurkan kepada nasabah berikut pendapatan berupa imbalan tersebut. Selanjutnya dana yang dikembalikan oleh nasabah kemudian dapat digulirkan kembali kepada masyarakat yang mebutuhkan dana dalam bentuk pembiayaan, dan seterusnya lembaga keuangan syariah akan mendapatkan imbalan. Karena itu, kualitas pembiayaan yang lancar merupakan sumber dana bagi lembaga dalam menghasilkan pendapatan dan sumber dana untuk ekspansi usaha bagi masyarakat.
Pembiayaan bermasalah tersebut harus secepatnya ditangani agar
kerugian yang lebih besar dapat dihindari.20 Bank Indonesia memberikan
salah satu upaya untuk mengatasi pembiayaan bermasalah, yaitu:
Peraturan Bank Indonesia No. 13/9/PBI/2011 tentang Restrukturisasi
pembiayaan bagi Bank Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.21
Upaya Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya perbaikan yang
dilakukan bank dalam kegiatan pembiayaan terhadap debitur yang
19 Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah. . ., 91-92.
20 Malayu S.P Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), 115.
21 Bank Indonesia, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Penilaian Kualitas Aset dan
8
mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya.22 Yang dilakukan
antara lain melalui: 23
1. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal
pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya.
2. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian
atau seluruh persyaratan pembiayaan, antara lain perubahan
jadwal pembayaran, jumlah angsuran, jangka waktu dan/atau
pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban
nasabah yang harus dibayarkan kepada bank.
3. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan
pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling atau reconditioning. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak UJKS-KSU Jabal
Rahmah dalam menangani pembiayaan bermasalah adalah dengan
melakukan penjadwalan kembali (rescheduling). Rescheduling
(penjadwalan kembali) adalah perubahan jadwal pembayaran kewajiban
nasabah atau jangka waktunya.24 Dalam hal ini si debitur diberikan
keringanan dalam masalah jangka waktu pembiayaan, misalnya
perpanjangan jangka waktu pembiayaan dari 6 bulan menjadi 1 tahun dan
dengan memperpanjang jangka waktu angsuran misalnya dari 36 kali
menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi
22 Trisadini Prasastinah Usanti dan Nurwahjuni, Model Penyelesaian Kredit Bermasalah,
(Surabaya: PT Revka Petra Media), 60.
23 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), 83.
9
mengecil seiring dengan penambahan jangka waktu angsuran.25
Penjadwalan kembali dilakukan oleh lembaga dengan harapan nasabah
dapat membayar kembali kewajibannya.26
Rescheduling di UJKS Jabal Rahmah Sidoarjo merupakan salah satu dari beberapa cara untuk menyelamatkan pembiayaan bermasalah.
Mayoritas pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di UJKS Jabal Rahmah,
langkah yang diambil oleh pihak koperasi untuk mengatasi hal tersebut
adalah dengan melakukan rescheduling.
Langkah tersebut dilandasi dengan Fatwa Dewan Syari’ah
Nasional yaitu Fatwa DSN No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang
Penjadwalan Kembali Tagihan Mura>bah}ah. Di dalam Fatwa ini dijelaskan bahwa lembaga keuangan syari’ah boleh melakukan penjadwalan kembali
(rescheduling) tagihan mura>bah}ah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan atau melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu
yang telah disepakati, dengan ketentuan: 27
1. Tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa.
2. Pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya
riil.
3. Perpanjangan masa pembiayaan harus berdasarkan kesepakatan kedua
belah pihak.
25 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), 121.
26 Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2010), 128.
27 DSN MUI, Penjadwalan Kembali Tagihan Mura>bah}ah, (Fatwa DSN MUI. No.
10
Dalam al-Qur’an dijelaskan dalam surat al-Baqarah (2) ayat 280:
ْنِإَو
ْوُذ َناَك
ْسُع
ةَر
ٌةَرِظَنَ ف
ىلِإ
ةَرَسْيَم
ْنَأَو
َصَت
ْ يَخ ْاوُقَّد
ٌر
ْمُكَّل
ْنِإ
ْمُتْ نُك
َلْعَ ت
ْوُم
َن
٢٨٠
Artinya: Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka
berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan
(sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.28
UJKS Jabal Rahmah dalam melakukan rescheduling terhadap
pembiayaan bermasalah melihat terlebih dahulu alasan mengapa nasabah
melakukan pelanggaran. Hal tersebut dilakukan supaya koperasi dapat
melakukan langkah yang tepat sehingga pembiayaan yang telah
disalurkannya dapat kembali lagi.
Dengan adanya rescheduling inilah yang menarik perhatian dan
keingin tahuan penulis untuk mengetahui bagaimana peran rescheduling
dalam upaya menyelamatkan pembiayaan bermasalah dengan akad
mura>bah}ah dan sejauh mana pengaruh rescheduling terhadap tingkat pemulihan pembiayaan mura>bah}ah bermasalah. Sehingga menurut penulis perlu untuk diadakan penelitian lebih lanjut yang dituangkan dalam
bentuk skripsi yang berjudul ‚Peran Rescheduling Terhadap Pembiayaan
Bermasalah dengan Akad Mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah
Sidoarjo‛.
28 Dapartemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Saudi Arabia: Lembaga
11
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang
menjadi masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1. Faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah di
UJKS-KSU Jabal Rahmah.
2. Risiko yang ditimbulkan dari adanya pemberian pembiayaan oleh
pihak UJKS-KSU Jabal Rahmah kepada debitur.
3. Penyelamatan pembiayaan mura>bah}ah dengan cara rescheduling di
UJKS-KSU Jabal Rahmah.
4. Mekanisme rescheduling pada pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di
UJKS-KSU Jabal Rahmah.
5. Peran bagi lembaga maupun nasabah dengan adanya rescheduling
yang dilakukan oleh UJKS-KSU Jabal Rahmah sebagai salah satu
upaya untuk menyelamatkan pembiayaan mura>bah}ah bermasalah.
6. Sejauh mana pengaruh rescheduling terhadap tingkat pemulihan
pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di UJKS-KSU Jabal Rahmah.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus dan mendapatkan hasil yang
maksimal, maka penulis hanya membatasi pada dua pokok permasalahan
12
1. Peran rescheduling terhadap pembiayaan bermasalah dengan akad
mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah Waru Sidoarjo.
2. Sejauh mana pengaruh rescheduling terhadap tingkat pemulihan
pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di UJKS-KSU Jabal Rahmah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana peran rescheduling terhadap pembiayaan bermasalah
dengan akad mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah Sidoarjo?
2. Sejauh mana rescheduling berpengaruh terhadap tingkat pemulihan
pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di UJKS-KSU Jabal Rahmah
Sidoarjo?
E. Kajian Pustaka
Kajian Pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian
yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti.29
Beberapa penelitian yang telah ada dan berkaitan dengan judul dalam
penelitian ini, diantaranya:
1. Skripsi yang ditulis oleh Lailul Maromi pada tahun 2014 yang
berjudul ‚Analisis Rescheduling Pembiayaan Mura>bah}ah Di BPR
Syariah Jabal Nur Surabaya‛ dengan kesimpulan bahwa BPR Syariah
29 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi
13
Jabal Nur Surabaya dalam melakukan rescheduling terhadap nasabah
yang mengalami kemacetan pada pembiayaan mura>bah}ah sudah
sesuai dengan Fatwa DSN MUI dimana dalam melakukan
rescheduling adalah dengan memperpanjang jangka waktu pengembalian dan memperkecil jumlah angsuran pembiayaan
mura>bah}ah.30 Letak persamaan penelitian ini dengan penelitian
penulis adalah sama-sama membahas mengenai rescheduling sebagai
salah satu upaya untuk menyelamatkan pembiayaan bermasalah
dengan akad mura>bah}ah, sedangkan letak perbedaannya adalah
penelitian ini lebih menekankan pada implementasi rescheduling.
2. Skripsi yang ditulis oleh M. Abdul Qadir Rahmatullah pada tahun
2013 yang berjudul ‚Kolektabilitas Nasabah dan Rescheduling pada
pembiayaan Mura>bah}ah di BRI Syariah Kantor Cabang Induk
Gubeng Surabaya‛ dengan kesimpulan bahwa BRI Syariah Kantor
Cabang Induk Gubeng Surabaya dalam melakukan rescheduling
terdapat penentuan perbedaan kebijakan antara kebijakan
rescheduling pembiayaan yang bersifat produktif dan pembiayaan yang bersifat konsumtif. Adapun kolektabilitas nasabah pembiayaan
mura>bah}ah dapat dilakukan rescheduling ketika kolektabilitas nasabah tersebut dikategorikan kolektabilitas 3 (Kurang Lancar), 4
(Diragukan) atau kolektabilitas 5 (Macet) setinggi-tingginya setelah
30 Lailul Maromi, ‚Analisis Rescheduling Pembiayaan Mura>bah}ah Di BPR Syariah Jabal Nur
14
dilakukan rescheduling yakni menjadi kolektabilitas 2(Dalam
Perhatian Khusus).31 Letak persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan penulis adalah sama-sama membahas
tentang rescheduling sebagai upaya penyelamatan pembiayaan
bermasalah dengan akad mura>bah}ah, sedangkan letak perbedaannya
adalah penelitian ini lebih membahas pada penerapan dan mekanisme
rescheduling.
3. Skripsi yang ditulis oleh Fadilah pada tahun 2010 yang berjudul
‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mekanisme Rescheduling Pada
Pembiayaan Mura>bah}ah Di Bank Bukopin Syariah Cabang Surabaya‛ dengan kesimpulan bahwa Bank Bukopin Syariah Cabang Surabaya
dalam menangani pembiayaan bermasalah dengan akad mura>bah}ah
adalah dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling). Adapun
mekanisme rescheduling yang dilakukan adalah dengan memperbarui akad yang lama dengan akad yang baru karena nasabah hanya
meminta perpanjangan jangka waktu dan perubahan jumlah cicilan
atau angsuran untuk pelunasan pembiayaan mura>bah}ah tanpa
menambah jumlah pembiayaannya.
Tinjauan hukum Islam terhadap pembaruan akad rescheduling pada
pembiayaan mura>bah}ah di Bank Bukopin Syariah Cabang Surabaya
adalah sesuai dengan surah al-Baqarah (2) ayat 280 dan selaras
31 M. Abdul Qadir Rahmatullah, ‚Kolektabilitas Nasabah dan Rescheduling pada Pembiayaan
Mura>bahah di BRI Syariah Kantor Cabang Induk Gubeng Surabaya‛, (Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), v.
15
dengan fatwa DSN No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang penjadwalan
kembali tagihan mura>bah}ah.32 Letak persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan penulis adalah sama-sama membahas
rescheduling sebagai upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah
dengan akad mura>bah}ah, sedangkan letak perbedaannya adalah
penelitian ini lebih menekankan pada peneliti yang ingin mengetahui
kesesuaian antara mekanisme rescheduling yang berjalan di lembaga
tersebut dengan Hukum Islam.
4. Skripsi yang ditulis oleh Luluk Maria Ulfah pada tahun 2016 yang
berjudul ‚Analisis Penentuan Pembayaran Margin Pada Proses
Rescheduling Pembiayaan Mura>bah}ah Musiman Bermasalah Di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Cabang
Balongpanggang Gresik‛ dengan kesimpulan bahwa KJKS BMT
Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balonganggang Gresik
menggunakan rescheduling dalam hal mengatasi kemacetan pada
pembiayaan mura>bah}ah musiman adalah dengan mewajibkan nasabah untuk membayarkan margin terlebih dahulu, tetapi pada akad yang
baru nasabah juga masih menanggung margin pembiayaan tersebut
sehingga dengan pembayaran margin tersebut akan berdampak
32 Fadilah, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mekanisme Rescheduling Pada Pembiayaan
Mura>bah}ah Di Bank Bukopin Syariah Cabang Surabaya‛, (Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2010), iv.
16
kepada lembaga maupun nasabah.33 Letak persamaan penelitian ini
dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas rescheduling sebagai upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah dengan akad
mura>bah}ah, sedangkan letak perbedaannya adalah dalam penelitian ini lebih menekankan pada keingintahuan penulis terhadap dampak
yang terjadi akibat adanya penambahan margin pada mekanisme
rescheduling.
5. Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Nuur Rohmaan pada tahun 2016
yang berjudul ‚Pelaksanaan Rescheduling Dan Reconditioning
Terhadap Nasabah Wanprestasi Pada Perjanjian Pembiayaan Dengan
Jaminan Fidusia Di BMT Bina Sejahtera Sleman‛ dengan kesimpulan
bahwa pelaksanaan rescheduling dan reconditioning di BMT Bina
Sejahtera meliputi beberapa tahap yaitu identifikasi masalah,
penyelamatan awal, musyawarah, pemberian surat keputusan
tindakan, pembuatan addendum, pengawasan dan pembinaan.
Pelaksanaan rescheduling dan reconditioning sangat membantu baik
kepada debitur maupun kreditur di dalam mengatasi nasabah
wanprestasi. Sehingga secara fakta fungsi dari pelaksanaan
rescheduling dan reconditioning di BMT Bina Sejahtera telah dipenuhi dan fungsinya dapat dirasakan secara optimal oleh debitur
33 Luluk Maria Ulfah, ‚Analisis Penentuan Pembayaran Margin Pada Proses Rescheduling
Pembiayaan Mura>bah}ah Musiman Bermasalah Di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Cabang Balongpanggang Gresik‛, (Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), v.
17
dan kreditur.34 Letak persamaan penelitian ini dengan penelitian
penulis adalah sama-sama membahas rescheduling sebagai upaya
penyelamatan pembiayaan bermasalah dengan akad mura>bah}ah,
sedangkan perbedaannya adalah dalam penelitian ini tidak hanya
membahas mengenai rescheduling, tetapi juga membahas mengenai
reconditioning.
Dari uraian penelitian terdahulu di atas, tidak menutup
kemungkinan dapat dijadikan sebagai tambahan referensi bagi penulis
untuk melengkapi data yang sudah ada yaitu membahas tentang
upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah dengan cara
rescheduling.
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui peran rescheduling terhadap pembiayaan
bermasalah dengan akad mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah
Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh rescheduling terhadap
tingkat pemulihan pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di UJKS-KSU Jabal Rahmah Sidoarjo.
34 Muhammad Nuur Rohmaan, ‚Pelaksanaan Rescheduling Dan Reconditioning Terhadap
Nasabah Wanprestasi Pada Perjanjian Pembiayaan Dengan Jaminan Fidusia Di BMT Bina Sejahtera Sleman‛, (Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), ii.
18
G. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna
dalam dua aspek:
1. Aspek teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi untuk
penelitian-penelitian selanjutnya terkait dengan rescheduling sebagai
salah satu upaya dalam menyelamatkan pembiayaan bermasalah.
2. Aspek praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi/masukan yang positif bagi praktisi UJKS-KSU Jabal
Rahmah dalam memahami bagaimana peran rescheduling dalam
upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah dengan akad mura>bah}ah,
dan mengetahui sejauh mana pengaruh rescheduling terhadap tingkat
pemulihan pembiayaan mura>bah}ah bermasalah.
19
Penelitian ini berjudul ‚Peran Rescheduling Terhadap Pembiayaan
Bermasalah dengan Akad Mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah‛.
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul skripsi, maka
penulis menyampaikan beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul
skripsi ini yaitu :
1. Rescheduling
Adalah salah satu cara yang dilakukan lembaga keuangan
syariah dalam menangani pembiayaan bermasalah dengan merubah
jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya.
2. Pembiayaan Bermasalah
Adalah pembiayaan yang dalam proses pembayaran
angsurannya, nasabah mengalami tunggakan angsuran pokok dan bagi
hasil/margin.
3. Mura>bah}ah
Adalah jual beli barang dengan menyatakan harga asal dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
4. UJKS-KSU Jabal Rahmah
UJKS-KSU Jabal Rahmah merupakan salah satu lembaga
keuangan syariah non bank yang berlokasi di Jalan Melati No.12
20
I. Metode Penelitian
Hal-hal yang berhubungan dengan penellitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bertujuan memahami fenomena yang dialami oleh subjek
penelitian.35 Sedangkan deskriptif diartikan langkah kerja untuk
mendeskripsikan suatu objek, fenomena, atau latar sosial sasaran
dalam bentuk tulisan naratif, artinya data maupun fakta yang telah
dihimpun oleh peneliti kualitatif berbentuk kata atau gambar.36
Sehingga yang dimaksud dengan penelitian kualitatif deskriptif
adalah sebuah pendekatan terhadap suatu perilaku, fenomena,
peristiwa, masalah atau keadaan tertentu yang menjadi object
penyelidikan; yang hasil temuannya berupa uraian-uraian kalimat
bermakna yang menjelaskan pemahaman tertentu.37
Penelitian secara kualitatif tentang analisis peran rescheduling
terhadap pembiayaan bermasalah dengan akad mura>bah}ah di
UJKS-KSU Jabal Rahmah ini bertujuan menggambarkan dan
mendeskripsikan bagaimana peran yang ditimbulkan dari adanya
35 M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2017), 29.
36 Ibid,, 44.
37 Sonny Leksono, Penelitian Kualitatif Ilmu Ekonomi: Dari Metodologi ke Metode, (Jakarta: PT
21
impelentasi kebijakan rescheduling dan sejauh mana pengaruh
rescheduling terhadap tingkat pemulihan pembiayaan mura>bah}ah bermasalah.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian ini adalah dimulai pada bulan Oktober
sampai Desember 2017. Penelitian ini dilakukan di UJKS-KSU Jabal
Rahmah yang berlokasi di Jalan Melati No.12 Kelurahan Pulosari
Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.
3. Sumber data adalah sumber dari data yang akan digali. Sumber data
dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
a. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data.38 Sumber data primer
diperoleh dari sumber asli yang memberikan informasi atau data
yang berkaitan dengan rescheduling pada pembiayaan mura>bah}ah
di UJKS-KSU Jabal Rahmah. Sumber ini diperoleh dari pihak
yang menangani pembiayaan bermasalah dan pihak yang
berwenang dalam menentukan kebijakan rescheduling pembiayaan mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah dengan mencari data-data tertulis dan melakukan wawancara kepada narasumber terkait,
yakni: Manajer Koperasi (Bapak Ahmad Muzakki S.Sos), Kepala
Operasional (Ibu Maya Puspitasari S.E) serta kepada Account
Officer (Bapak Ainur Rofiq S.Pd dan Rizki Sucianto S.E).
38 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
22
b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung didapat melalui studi kepustakaan. Literatur
didapat dari berbagai sumber, baik jurnal, situs-situs, buku,
majalah dan media cetak yang berkaitan dengan penelitian.
4. Teknik Pengolahan Data, yakni teknik pengumpulan data yang secara
riil (nyata) digunakan dalam penelitian, bukan yang disebut dalam
literatur metodologi penelitian.39 Pada penelitian ini menggunakan
teknik pengolahan data sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara dapat didefinisikan sebagai ‚interaksi bahasa
yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling
berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara
meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang
berputar disekitar pendapat dan keyakinannya‛ (Hasan (1963
dalam Garabiyah, 1981: 43).40
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara semi terstruktur, yaitu menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan
wawancara, penulis perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat
39 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi. . .,
11.
40 Emzir, Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011),
23
apa yang dikemukakan oleh informan.41Dalam hal ini peneliti
melakukan wawancara dengan cara bertanya langsung kepada
pihak-pihak terkait yang berwenang dalam menentukan kebijakan
rescheduling pembiayaan mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah yakni kepada Manajer Koperasi (Bapak Ahmad Muzakki S.Sos),
Kepala Operasional (Ibu Maya Puspitasari S.E) serta kepada
Account Officer (Bapak Ainur Rofiq S.Pd dan Rizki Sucianto
S.E), serta nasabah yang mengalami pembiayaan mura>bah}ah
bermasalah dan mendapatkan kebijakan rescheduling dari pihak
KSU.
b. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang‛.42 Dokumen yang digunakan dalam
penelitian ini bisa berupa tulisan dan gambar, misalnya dokumen
tertulis SOP UJKS-KSU Jabal Rahmah, Akta pendirian koperasi,
data yang berkaitan dengan rescheduling pada pembiayaan
mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal Rahmah.
c. Observasi
Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai
perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu.43
41Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan . . ., 233. 42 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. . .,240. 43 Emzir, Metode Penelitian Kualitatif. . ., 37.
24
Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini
menggunakan dua teknik observasi, yaitu pertama, observasi
partisipatif dimana sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut
melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut
merasakan suka dukanya.44 Kedua, observasi terus terang, yaitu
peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus
terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan
penelitian.45 Kegiatan observasi ini bertujuan untuk mendapatkan
informasi mengenai bagaimana peran rescheduling terhadap
pembiayaan bermasalah dengan akad mura>bah}ah di UJKS-KSU
Jabal Rahmah.
5. Teknik Analisis Data
Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Adapun teknik
analisis data secara interaktif meliputi:46
a. Reduksi data, yaitu peneliti merangkum data, memilih hal-hal
pokok, menfokuskan pada hal-hal penting. Dengan demikian, data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas yang
nantinya akan mempermudah penulis pada tahap selanjutnya.
44 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. . ., 227. 45 Ibid,, 228.
25
b. Penyajian data, penyajian data bisa dalam bentuk uraian singkat,
bagan, dan hubungan antar kategori. Penulis akan menyajikan data
dalam bentuk teks yang bersifat narasi.
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan dalam penelitian
kualitatif diharapkan bisa menjadi temuan baru yang belum ada.
Temuan ini berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas,
dapat berupa hubungan interaktif, hipotesis dan teori.
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis
data deskriptif kualitatif, karena data yang diambil merupakan
hasil dari penelitian secara alamiah dan interprestasi dimana
penulis berpartisipasi secara langsung dalam penelitian di
lapangan.
Dengan hasil analisis, peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang
terdapat pada data yang didapatkan dari UJKS-KSU Jabal
Rahmah terkait dengan masalah yang diteliti.
J. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab, hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah dalam pemahaman dan pemecahan
masalah. Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
26
pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,
metode penelitian, sistematika pembahasan.
Bab kedua, merupakan pembahasan tentang landasan teori. Pada
bab ini terbagi menjadi tiga sub bab. Pertama, deskripsi mura>bah}ah yang
meliputi definisi mura>bah}ah, landasan hukum mura>bah}ah, rukun dan
syarat mura>bah}ah, Kedua, deskripsi pembiayaan bermasalah yang
meliputi definisi pembiayaan bermasalah, penyebab pembiayaan
bermasalah, dampak pembiayaan bermasalah, dan penyelesaian
pembiayaan bermasalah. Ketiga, deskripsi rescheduling yang meliputi
desfinisi rescheduling, kriteria rescheduling, kebijakan dan prosedur
rescheduling, Fatwa DSN-MUI dan Peraturan Bank Indonesia tentang rescheduling pada pembiayaan mura>bah}ah.
Bab ketiga, merupakan bab yang akan menguraikan tentang data
penelitian yang meliputi. Pertama, gambaran umum mengenai
UJKS-KSU Jabal Rahmah terkait sejarah berdirinya UJKS-UJKS-KSU Jabal Rahmah,
dasar hukum pendirian KSU Jabal Rahmah, visi dan misi
UJKS-KSU Jabal Rahmah, struktur dan tugas pengurus UJKS-UJKS-KSU Jabal
Rahmah, produk-produk UJKS-KSU Jabal Rahmah. Kedua, peran
rescheduling terhadap pembiayaan bermasalah dengan akad mura>bah}ah di
UJKS-KSU Jabal Rahmah Sidoarjo. Ketiga, pengaruh rescheduling
terhadap tingkat pemulihan pembiayaan bermasalah dengan akad
27
Bab keempat, menguraikan tentang analisis hasil penelitian. Pada
bab ini akan membahas tentang analisis peran rescheduling terhadap
pembiayaan bermasalah dengan akad mura>bah}ah di UJKS-KSU Jabal
Rahmah, dan pengaruh rescheduling terhadap tingkat pemulihan
pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di UJKS-KSU Jabal Rahmah.
Bab kelima, merupakan jawaban ringkas dari permasalahan yang
BAB II
MURA>BAH}AH, PEMBIAYAAN BERMASALAH, DAN RESCHEDULING
A. Mura>bah}ah
1. Definisi Mura>bah}ah
Mura>bah}ah berasal dari kata (Arab) ra>bah}a-yura>bih}u-mura>bah}atan yang berarti untung atau menguntungkan, seperti
ungakapan ‚tijaratun rabih}ah, wa ba>’u ash-shai mura>bah}atan‛ artinya
perdagangan yang menguntungkan, dan menjual sesuatu barang yang
menguntungkan.47 Dalam istilah syariah, mura>bah}ah terdapat berbagai
formulasi definisi berbeda-beda menurut pendapat para ulama.48
Diantaranya, menurut Ibn Rusyd filosofi dan ahli hukum Maliki
mendefinisikan mura>bah}ah sebagai jual beli dimana penjual
menjelaskan kepada pembeli harga pokok barang yang dibelinya dan
meminta suatu margin keuntungan kepada pembeli.49 Menurut Wahbah
az-Zuhaili, mura>bah}ah adalah jual-beli dengan harga pertama (pokok)
beserta tambahan keuntungan.50
Selanjutnya, menurut Mardani (2012: 136), mura>bah}ah adalah
pembiayaan yang saling menguntungkan yang dilakukan oleh s}ah}ib
al-ma>l dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli
47 Fatmah, Kontrak Bisnis Syariah, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 104.
48 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 91. 49 Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam (Fiqh Muamalah), (Surabaya: UIN Sunan Ampel
Press, 2014), 176.
28
dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual
terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan (margin) bagi s}ah}ib
al-ma>l dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur.51 Besar
margin keuntungan dalam mura>bah}ah dinyatakan dalam bentuk
nominal rupiah atau persentase dari harga pembelian.52 Dalam
menetapkan margin keuntungan, bank perlu menerapkan asas
kehati-hatian atau secara wajar dan tidak berlebih-lebihan, karena jika
berlebihan ditakutkan akan menjadi riba yang dilarang dalam agama
islam.53 Sedangkan jika dilihat cara pembayarannya, maka mura>bah}ah
dapat dilakukan dengan cara tunai atau dengan pembayaran tangguh.54
Jadi singkatnya, akad mura>bah}ah ini merupakan salah satu
bentuk natural certainty contracts, karena dalam mura>bah}ah
ditentukan berapa required rate of profit-nya (keuntungan yang ingin
diperoleh).55
2. Landasan Hukum Mura>bah}ah
a. Al-Qur’an surat an-Nisaa’ (4) ayat 29:
َي َأ
اَهُّ ي
ْيِذَّلٱ
َن
آ
ْاوُنَم
َل
ْاوُلُكَتَ
اَوْمَأ
ْمُكَل
ْ يَ ب
مُكَن
ىبلٱِب
ِلِط
َّلِإ
ْنَأ
ْوُكَت
َن
ىِت
ًةَر
ْنَع
ٍضاَرَ ت
ْنِّم
ْمُك
َلَو
ْقَ ت
ْاوُلُ ت
ْ نَأ
ْمُكَسُف
َّنِإ
َللٱ
َناَك
ْمُكِب
ْيِحَر
ًما
٢٩
51 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Mu’amalah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012), 136.
52 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2014), 212.
53 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2015), 166.
54 Wiroso, Jual Beli Mura>bah}ah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), 38.
55 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh Dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
29
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.56
b. Hadith
ٌعْيِكَو َانَث َّدَح
َُّللَّا َىِضَر ٍّىِلَع ىَلَع ُتْيَأَر : َلاَق ْمَُلَ ٍخْيَش ْنَع ٍرَْبَ ِبىَأ ْنَع ٌرَعْسِم َانَث َّدَح
ُهَّيَِّإ ُوُتْعِب اًَهَْرِد ِوْيِف ِنََِبَْرَأ ْنَمَف َمِىاَرَد ِةَسْمَِبِ ُتْيَرَ تْشا َلاَق اًظْيِلَغ اًراَزِإ ُوْنَع
Artinya: ‚Waki’ menceritakan dari Abu> Bahr dari kakeknya berkata:‘Aku pernah melihat Ali ra. membawa sebuah kain tebal, dia berkata
bahwa: ‘Aku membelinya seharga lima dirham, berang siapa mau
memberiku laba satu dirham, maka aku akan menjual kepadanya.‛57
c. Al-Ijma
Transaksi ini sudah dipraktikkan di berbagai kurun dan tempat
tanpa ada yang mengingkarinya, ini berarti para ulama
menyetujuinya.58
d. Kaidah fiqh
ِْلا ِتَلاَمَاعُمْلا ِفي ُلْصَلأا
ِوِفَلاِخ ىَلَع ٌلْيِلَد َّلُدَي َََّح ُةَحَباَح
56 Dapartemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Saudi Arabia: Lembaga
Percetakan Al-Qur’an Raja Fahd), 122.
57 Malik Bin Anas, al-Muwa>ta’, (Digital Library, al-Maktabah al-Sya>milah al-Is}da>r al-Sa>ni, 2005),
I/29 dan IV/964, hadis Nomor 2464.
30
‚Hukum dasar mu’amalah adalah diperbolehkan, sampai ada dalil
yang melarangnya‛.59
e. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No.04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Mura>bah}ah:60
‚Bank dan nasabah harus melakukan akad mura>bah}ah yang
bebas riba. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati‛.
Berdasarkan landasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
hukum mura>bah}ah adalah diperbolehkan apabila memenuhi syarat
dan rukunnya.
3. Rukun dan Syarat Mura>bah}ah
a. Rukun Mura>bah}ah
Ascarya menjelaskan dalam bukunya ‚Akad dan Produk
Bank Syariah‛ rukun dari akad mura>bah}ah yang harus dipenuhi
dalam transaksi ada beberapa, yaitu:61
1) Pelaku akad, yaitu ba’i (penjual) adalah pihak yang memiliki
barang untuk dijual, dan mushtari (pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang;
59 Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), 10. 60 DSN MUI, Mura>bah}ah, (Fatwa DSN MUI. No. 04/DSN MUI/IV/2000 tentang mura>bah}ah), 3. 61 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), 82.
31
2) Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan thaman
(harga); dan
3) S}ighah, yaitu ija>b qabul
Lukman Hakim dalam bukunya ‚Prinsip-Prinsip Ekonomi
Islam‛ menjelaskan adapun syarat jual beli mura>bah}ah, yaitu:62
1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
2) Kontrak harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3) Kontrak harus bebas dari riba.
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat
atas barang sesudah pembelian.
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan
dengan pembelian.
6) Secara prinsip, jika syarat dalam (1), (4) atau (5) tidak
dipenuhi, pembeli memiliki pilihan:
a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya,
b. Kembali kepada penjual dan menyatakan
ketidaksetujuan atas barang yang dijual,
c. Membatalkan kontrak.
B. Pembiayaan Bermasalah
32
1. Definisi Pembiayaan Bermasalah
Menurut Ali Hamdan (2015: 78), pembiayaan bermasalah
adalah suatu kondisi pembiayaan dimana terdapat suatu penyimpangan
utama dalam pembayaran kembali pembiayaan yang berakibat terjadi
kelambatan dalam pengembalian atau kemungkinan terjadinya kerugian
bagi koperasi.63 Sedangkan menurut Widiyanto bin Mislan
Cokrohadisumarto, dkk (2016: 95), pembiayaan bermasalah adalah
pembiayaan yang terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bagi
hasil/margin.64 Pengertian lain menurut Faturrahman Djamil (2012: 66)
menjelaskan yang dimaksud dengan pembiayaan bermasalah adalah
pembiayaan yang kualitasnya berada dalam golongan kurang lancar,
diragukan, dan macet.65 Untuk menentukan berkualitasnya suatu
pembiayaan perlu diberikan ukuran-ukuran tertentu.66 Kualitas
pembiayaan dapat ditentukan berdasarkan 3 parameter, yaitu:67
1) Prospek Usaha
Penilaian prospek usaha meliputi: potensi pertumbuhan usaha,
kondisi pasar dan posisi nasabah pembiayaan dalam persaingan,
kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja, dukungan dari
63 Ali Hamdan, Saifudin, Koperasi Syariah Panduan Praktis Pendirian dan Pengelolaan, (Surabaya:
STAINA Press, 2015), 78.
64 Widiyanto bin Mislan Cokrohadisumarto, dkk, BMT: Praktik dan Kasus, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2016), 95.
65 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), 66.
66 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2014), 117-119. 67 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah. . ., 222.
33
grup atau afiliasi, dan upaya yang dilakukan oleh nasabah
pembiayaan dalam rangka memelihara lingkungan hidup.
2) Kinerja nasabah pembiayaan
Penilaian kinerja (performance) nasabah pembiayaan meliputi:
perolehan laba, struktur permodalan, arus kas, sensitivitas terhadap
risiko pasar.
3) Kemampuan membayar
Penilaian kemampuan membayar meliputi: ketepatan pembayaran
pokok dan margin, ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan
nasabah pembiayaan, kelengkapan dokumentasi pembiayaan,
kepatuhan terhadap perjanjian pembiayaan, kesesuaian penggunaan
dana, dan kewajaran sumber pembayaran kewajiban.
Sebagai contoh untuk produk mura>bah}ah, dari aspek
kemampuan membayar angsuran nasabah maka pembiayaan
digolongkan kepada:68
a. Lancar
Apabila pembayaran angsuran tepat waktu, tidak ada tunggakan,
sesuai dengan persyaratan akad, selalu menyampaikan laporan
keuangan secara teratur dan akurat, serta dokumentasi perjanjian
piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat.
b. Dalam Perhatian Khusus
34
Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau
margin sampai 90 (sembilan puluh) hari, selalu menyampaikan
laporan keuangan secara teratur dan akurat, dokumentasi perjanjian
piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat, serta pelanggaran
terhadap persyaratan perjanjian piutang yang tidak prinsipil.
c. Kurang Lancar
Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau
margin yang telah melewati 90 (sembilan puluh) hari sampai
dengan 180 (seratus delapan puluh) hari, penyampaian laporan
keuangan tidak teratur dan meragukan, dokumentasi perjanjian
piutang kurang lengkap dan peningkatan agunan kurang kuat,
terjadi terhadap persyaratan pokok perjanjian piutang, dan berupaya
melakukan perpanjangan piutang untuk menyembunyikan kesulitan
keuangan.
d. Diragukan
Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau
margin yang telah melewati 180 (seratus delapan puluh) hari sampai
270 (dua ratus tujuh puluh) hari. Nasabah tidak menyampaikan
informasi keuangan atau tidak dapat dipercaya, dokumentasi
perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah serta
terjadi pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok
35
e. Macet
Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau
margin yang telah melewati 270 (dua ratus tujuh puluh) hari, dan
dokumentasi perjanjian piutang dan atau pengikatan agunan tidak
ada.
2. Penyebab Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah dapat disebabkan oleh adanya 2 faktor, yaitu:69
1) Faktor Intern Bank
a. Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa
yang akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu
pembiayaan.
b. Adanya kolusi antara pejabat bank yang menangani pembiayaan
dan nasabah, sehingga bank memutuskan pembiayaan yang
tidak seharusnya diberikan. Misalnya, melakukan over taksasi
terhadap nilai agunan.
c. Keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis usaha
debitur, sehingga tidak dapat melakukan analisis dengan tepat
dan akurat.
d. Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait, misalnya
komisaris, direktur bank sehingga petugas tidak independen
dalam memutuskan pembiayaan.
69 Ismail, Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Prenada Media Group,
36
e. Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring
pembiayaan debitur.
2) Faktor Ekstern Bank
a. Unsur kesengajaan yang dilakukan oleh nasabah.
1) Nasabah sengaja untuk tidak melakukan pembayaran
angsuran kepada bank, karena nasabah tidak memiliki
kemauan dalam memenuhi kewajibannya.
2) Debitur melakukan ekspansi terlalu besar, sehingga dana
yang dibutuhkan terlalu besar. Hal ini akan memiliki
dampak terhadap keuangan perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan modal kerja.
3) Penyelewengan yang dilakukan nasabah dengan
menggunakan dana pembiayaan tersebut tidak sesuai dengan
tujuan penggunaan (side streaming).
b. Unsur ketidaksengajaan.
1) Debitur mau melaksanakan kewajiban sesuai perjanjian,
akan tetapi kemampuan perusahaan sangat terbatas,
sehingga tidak dapat membayar angsuran.
2) Perusahaan tidak dapat bersaing dengan pasar, sehingga
volume penjualan menurun dan perusahaan rugi.
3) Perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah yang
berdampak pada usaha debitur.
37
Selanjutnya penyebab pembiayaan bermasalah ditinjau dari
sudut pembiayaan untuk konsumsi dan produktif, adalah sebagai
berikut:70
1) Pembiayaan konsumsi berkaitan erat dengan tingkat
pendapatan dan kesempatan kerja, dimana sumber
pelunasan pembiayaan konsumsi sebagian besar dinilai dari
pendapatan debitur. Gangguan yang terjadi didalam
hubungan kerja sangat berpengaruh dan menyudutkan
mereka dalam posisi tidak sanggup untuk melakukan
penyelesaian pembiayaan. Selain itu, faktor lainnya adalah
keadaan pribadi, seperti sakit, kematian dalam keluarga,
dinas militer, kecelakaan, perceraian, atau debitur tidak
dapat mengatur keuangannya.
2) Pembiayaan produktif berkaitan dengan masalah
manajemen, dapat berupa pemilikan sasaran dan jenis
organisasi untu menjalankannya, pemilihan kebijaksanaan
yang akan dijalankan sehingga memberi hasil yang wajar
pada pemilik perusahaan dan pengendalian atas proses
produksi yang akan menghasilkan barang dan jasa yang
dapat dijual, melakukan penyesuaian atas kebijaksanaan
dan prosedur yang ada untuk menjamin kelangsungan
70 Johannes Ibrahim, Cross Default & Cross Collateral Dalam Upaya Penyelesaian Kredit
38
operasi yang berhasil. Jika tanggung jawab ini tidak
dipenuhi, kemampuan untuk menghasilkan pendapatan
akan menurun dan akibatnya kemampuan untuk membayar
kembali pembiayaan juga akan berkurang.
3. Dampak Pembiayaan Bermasalah
Ismail menjelaskan dalam buku ‚Manajemen Perbankan Dari
Teori Menuju Aplikasi‛ secara perinci dampak pembiayaan bermasalah
antara lain: 71
a. Laba/Rugi bank menurun.
Penurunan laba tersebut diakibatkan adanya penurunan
pendapatan bunga kredit.
b. Bad Debt Ratio menjadi lebih besar.
Rasio aktiva produktif menjadi lebih rendah.
c. Biaya pencadangan penghapusan kredit meningkat.
Bank perlu membentuk pencadangan atas pembiayaan
bermasalah yang lebih besar. Biaya pencadangan penghapusan
pembiayaan akan berpengaruh pada penurunan keuntungan
bank.
d. ROA maupun ROE menurun.
Penurunan laba akan memiliki dampak pada penurunan ROA,
karena return turun, maka ROA dan ROE akan menurun.
39
4. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah
Menurut Sumar’in (2012: 120-121) menjelaskan bahwa
penyelamatan pembiayaan adalah upaya yang dilakukan dalam
pengelolaan pembiayaan bermasalah yang masih mempunyai prospek
didalam usahanya, dengan tujuan untuk meminimalisir kemungkinan
terjadinya kerugian bank. Menyelamatkan kembali pembiayaan yang
ada agar menjadi lancar atau dengan kata lain kualitas nasabah
meningkat.72 Sedangkan menurut Wangsawidjaja (2012: 447),
penyelamatan pembiayaan bermasalah (restrukturisasi pembiayaan)
adalah istilah teknis yang biasa dipergunakan dikalangan perbankan
terhadap upaya dan langkah-langkah yang dilakukan bank dalam
mengatasi pembiayaan bermasalah.73
Upaya restrukturisasi pembiayaan adalah upaya perbaikan yang
dilakukan bank dalam kegiatan pembiayaan terhadap debitur yang
mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya.74
Upaya restrukturisasi terhadap pembiayaan bermasalah
berdasarkan prinsip shari>’ah dilakukan antara lain melalui:75
a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal
pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya, tidak
72 Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 120-121. 73 Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), 447. 74 Trisadini Prasastinah Usanti, Nurwahjuni, Model Penyelesaian Kredit Bermasalah, (Surabaya:
PT Revka Petra Media), 60.
40
termasuk perpanjangan atas pembiayaan mud}arabah atau
musha>rakah yang memenuhi kualitas lancar dan telah jatuh tempo serta bukan disebabkan nasabah mengalami penurunan
kemampuan membayar.
b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian
atau seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok
kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank, antara lain
meliputi:
1) perubahan jadwal pembayaran;
2) perubahan jumlah angsuran;
3) perubahan jangka waktu;
4) perubahan nisbah dalam pembiayaan mud}arabah atau
musha>rakah;
5) perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan
mud}arabah atau musha>rakah; dan/atau
6) pemberian potongan.
c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan
pembiayaan yang antara lain meliputi:
1) penambahan dana fasilitas pembiayaan Bank;
2) konversi akad pembiayaan;
3) konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka