• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES ASUHAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL’S PALSY SINISTRA DI RSAL. DR.RAMELAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSES ASUHAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL’S PALSY SINISTRA DI RSAL. DR.RAMELAN."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES ASUHAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL’S PALSY SINISTRA

DI RSAL. DR.RAMELAN SURABAYA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Disusun Oleh : LAILA MUFLIHA

J 100 060023

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi

saat ini, diharapkan dapat menuwujudkan pembangunan kesehatan dalam

penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi

penduduk agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya pelayanan

kesehatan masyarkat semula hanya berupa penyembuhan saja, secara

berangsur-angsur berkembang sehingga mencakup upaya peningkatan (promotif), upaya

pencegahan (preventif), upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan

(rehabilitatif), yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dengan

melibatkan peran serta masyarakat (Paradigma Sehat, 2000).

Menyikapi tentang hal ini pemerintah membuat program yang bertujuan

meningkatkan pelayanan prima guna menyongsong Indonesia Sehat 2010. Untuk

menindak lanjuti hal tersebut, perlu adanya perhatian yang serius mengenai empat

aspek dalam meningkatkan kesehatan yaitu : promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Keempat aspek tersebut merupakan tanggung jawab dan tugas dari

para pelayan kesehatan yang salah satunya adalah Fisioterapis.

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada

individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan

gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan

penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis

(3)

Salah satu kasus penyakit yang akan dibahas dalam Karya Tulis Ilmiah ini

adalah Bell’s Palsy. Secara umum Bell’s Palsy adalah suatu kelainan pada saraf

wajah yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan secara tiba-tiba pada satu

samping otot wajah.

A. Latar Belakang Masalah

Bell’s Palsy (Facial Palsy) adalah kelainan di mana syaraf wajah ke-7 atau

Cranial Nerve, yaitu syaraf yang mengontrol pergerakan wajah. Posisinya berada

sekitar 1 jari di depan telinga kiri/kanan tidak berfungsi dengan baik/paralize.

Akibatnya salah satu bagian wajah seperti tertarik/mencong (Sukardi, P Nara

Penyakit Bell's Palsy, 2007).

Kelumpuhan saraf fasialis menimbulkan kelainan bentuk wajah yang

menyebabkan penderita sangat terganggu terutama pada waktu mengekspresikan

emosinya. Keadaan ini selain menimbulkan keadaan rendah diri, juga

mengganggu secara kosmetik (Sukardi, P Nara, 2007).

Pada awal munculnya Bell’s Palsy, biasanya pasien tiba-tiba dikejutkan

dengan mulut yang mencong ke salah satu sisi wajah, kelopak mata tidak dapat

ditutup rapat, kesulitan mengangkat alis, kesulitan berkumur karena tumpah pada

salah satu sisi dan ekspresi wajah yang terlihat aneh saat tersenyum.

Bell’s Palsy dapat menyerang semua umur, namun lebih sering terjadi pada

umur 20-50 tahun. Peluang untuk terjadinya Bell’s Palsy pada laki-laki dan wanita

(4)

Usaha yang dilakukan untuk penyembuhan Bell’s Palsy selain oleh dokter

dengan pemberian medikamentosa, dapat pula ditambah dengan pemberian terapi

oleh Fisioterapis. Fisioterapis memiliki peran dalam memperbaiki bentuk wajah

yang mengalami kelemahan dengan meningkatkan kemampuan kontraksi otot

wajah, mencegah atropi dan kontraktur pada otot wajah sehingga aktifitas

fungsional pasien dapat kembali normal.

Dalam pembahasan selanjutnya, penulis memilih modalitas Infra Red,

Massage dan Stimulasi IDC dan Terapi Latihan untuk mengatasi problematika

fisioterapi pada kasus Bell’s Palsy.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Apakah pemberian Infra Red, Massage, Stimulasi IDC dan Terapi Latihan

dapat membantu proses penyembuhan dengan meningkatkan kekuatan

oto-otot wajah ?

2. Apakah pemberian Infra Red, Massage, Stimulasi IDC dan Terapi Latihan

dapat meningkatkan kemampuan fungsional otot-otot wajah pada pasien

(5)

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

a. Untuk memenuhi salah satu tugas persyaratan menyelesaikan pendidikan

diploma III di Akademi Fisioterapi ”UMS” Surakarta.

b. Memahami manfaat dari Infra Red, Massage, Stimulasi IDC dan Terapi

Latihan dalam memperbaiki fungsi otot-otot wajah pada Bell’s Palsy.

2. Tujuan Khusus

a. Mendapatkan pemahaman tentang penatalaksanaan Infra Red, Massage,

Stimulasi IDC dan Terapi Latihan pada kasus Bell’s Palsy.

b. Mengetahui manfaat pemberian Infra Red, Massage, Stimulasi IDC dan

Terapi Latihan terhadap peningkatan kekuatan otot, membantu proses

penyembuhan dengan meningkatkan kekuatan otot-otot wajah dan peningkatan

Referensi

Dokumen terkait

(2013) memiliki hasil yang berbeda yaitu musim puncak ikan lemuru di Selat Bali pada tahun 2012 terjadi pada bulan September hingga Desember. Penelitian sejenis perlu

(7) Bagi perusahaan angkutan laut nasional yang melakukan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf b, tidak diperlukan

Berdasarkan penelitian empat tingkatan inokulum dapat dilihat bahwa jumlah perolehan kembali media DRBC lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah perolehan kembali

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa galur yang dievaluasi tidak berbeda nyata untuk umur panen dan bobot malai namun berbeda nyata untuk karakter diameter batang,

Fungsi barang gadai (marhun) pada ayat diatas adalah untuk menjaga kepercayaan masing-masing pihak, sehingga penerima gadai (murtahin) meyakini bahwa pemberi

Banyaknya kasus bangunan yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan menyebabkan Kelestarian alam yang terganggu juga membuktikan bahwa pelaksanaan penegakkan

Sebagai perbandingan di Indonesia, hal serupa juga terjadi, di mana universitas Islam di bawah KEMENAG tidak memiliki akses yang sama terhadap sumberdaya yang

(5) Dalam hal beban kerja minimal Pengawas Madrasah dan Pengawas PAI pada sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat(l) tidak terpenuhi karena tidak terdapat jumlah