• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumberdaya alam beserta lingkungan merupakan suatu kesatuan sistem ekologis atau ekosistem yang mempunyai manfaat langsung dan tak langsung bagi manusia. Dalam ekosistem sumberdaya alam ini manusia merupakan konsumen yang berperan aktif dalam proses produksi dan pendayagunaan sumberdaya alam. Seiring dengan peningkatan perkembangan penduduk secara langsung maupun tidak langsung akan diiringi dengan peningkatan kegiatan pembangunan. Pembangunan pada hakekatnya adalah gangguan terhadap keseimbangan lingkungan, yaitu usaha sadar manusia untuk mengubah keseimbangan lingkungan dari tingkat kualitas yang dianggap kurang baik ke keseimbangan baru pada tingkat kualitas yang dianggap lebih tinggi. Di sisi lain, pembangunan juga akan menimbulkan perubahan-perubahan dalam ekosistem sehingga dapat berpengaruh terhadap sumberdaya lainnya.

Kecenderungan yang sekarang terjadi adalah peningkatan kualitas hidup disertai peningkatan konsumsi sumberdaya alam serta degradasi sumberdaya alam dan lingkungan. Sebagian kalangan bisnis masih melihat bahwa lingkungan sebagai sesuatu yang tidak terbatas, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa degradasi lingkungan dapat disebabkan karena pola pendekatan yang tidak ramah lingkungan. Dalam tatanan sosial sekarang, kerusakan lingkungan dan degradasi mutu lingkungan terjadi antara lain karena adanya pelanggaran implementasi hukum lingkungan oleh kalangan bisnis, walupun tidak semuanya harus dilimpahkan ke pihak industri karena individu, masyarakat bahkan negara juga punya andil dalam kerusakan lingkungan. Meningkatnya kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup juga disebabkan adanya egosentris daerah dalam pemanfaatan sumber daya alam. Degradasi sumberdaya alam dan lingkungan juga telah terjadi di wilayah Kabupaten Bogor.

Berdasarkan laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bogor

(2007), disebutkan bahwa isu utama degradasi sumberdaya alam dan lingkungan

adalah rendahnya mutu air sungai, pencemaran air limbah, penurunan kualitas

udara, kerusakan lahan akibat penambangan dan tingginya perusahaan yang

(2)

belum mengelola limbah B3nya dengan baik. Salah satu kontribusi terbesar yang mempengaruhi terjadinya degradasi sumberdaya alam dan lingkungan tersebut adalah meningkatnya kegiatan pembangunan dan jumlah industri di Kabupaten Bogor.

Untuk mengatasi masalah degradasi sumberdaya alam dan lingkungan diperlukan instrumen untuk pencegahan dan penanggulangan yang didukung oleh mekanisme berupa perangkat peraturan perundang-undangan. Untuk mencegah dan mengurangi pengaruh negatif dan resiko yang mungkin terjadi perlu dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang telah diatur di dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1982. Peraturan tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1986.

Kedua peraturan tersebut menyebutkan bahwa semua rencana kegiatan yang diprakirakan akan berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib disertai dengan studi AMDAL. Sesuai dengan pasal 2 Peraturan Pemerintah No 29 tahun 1986 disebutkan bahwa bagi rencana usaha atau kegiatan yang tidak ada dampak pentingnya harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL). Peraturan tersebut kemudian direvisi menjadi Undang-Undang No. 23 tahun 1997 dan Peraturan Pemerintah No 27 tahun 1999.

AMDAL atau UKL & UPL merupakan suatu kebijakan pemerintah yang sifatnya wajib (mandatory) dalam upaya pencegahan dampak lingkungan dan sekaligus merupakan bagian dari dokumen perijinan mendirikan bangunan.

Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup pada perusahaan dapat dilakukan

dengan penerapan sistem manajemen lingkungan (SML). Standar sistem

manajemen lingkungan merupakan standar yang paling banyak dikenal dan

diterapkan oleh berbagai perusahaan, diantaranya adalah standar ISO seri 14001

(SML ISO 14001). Sebagaimana telah dipahami bersama oleh segenap pemangku

kepentingan (stakeholder), perolehan sertifikat ISO 14001 tentunya bukan

merupakan tujuan akhir dari penerapan Sistem Manajemen Lingkungan, namun

merupakan langkah awal yang baik untuk senantiasa meningkatkan upaya

pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan prinsip continual improvement oleh

suatu perusahaan. SML ISO 14001 merupakan suatu perangkat pengelolaan

(3)

lingkungan hidup yang sifatnya sukarela (voluntary) yang bertujuan untuk mencapai perbaikan pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan yang mengutamakan ketaatan terhadap peraturan (Hadiwiardjo, 1997).

Kedudukan RKL dan RPL dalam proses AMDAL atau UKL/UPL sangat penting, terutama pada saat operasional. Dari sudut hukum, RKL dan RPL merupakan sarana pengelolaan, pemantauan dan pengawasan atas ditaatinya ketentuan perundang-undangan yang bertalian dengan baku mutu lingkungan dan prosedur administratif untuk kepentingan inspeksi (inspection procedure) oleh instansi yang bertanggung jawab setelah ijin dikeluarkan.

Apabila suatu industri telah menerapkan hasil studi AMDAL terutama yang tertuang dalam dokumen RKL dan RPL atau UKL & UPL dan telah mendapatkan sertifikat SML ISO 14001, mengindikasikan bahwa kinerja manajemen lingkungan industri tersebut dapat dikatakan baik. Berbagai perusahaan telah mempunyai dokumen AMDAL atau UKL & UPL, bahkan sudah ada yang mendapatkan sertifikat SML ISO 14001, namun dalam kenyataan di lapangan seringkali masih terjadi masalah lingkungan diantaranya berupa penurunan kualitas air sungai, pencemaran air limbah, penurunan kualitas udara, dan kerusakan lahan seperti yang tejadi di Kabupaten Bogor.

Meskipun beberapa perusahaan di Kabupaten Bogor telah memiliki sertifikat SML ISO 14001 dan telah melaksanakan implementasi pengelolaan lingkungan, namun sampai saat ini belum ada suatu informasi dan data mengenai kinerja pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan pada industri kimia. Agar program konservasi sumberdaya alam dan pencegahan terjadinya dampak negatif terhadap lingkungan dapat terlaksana dengan baik, maka perlu dilakukan evaluasi tentang kinerja pengelolaan lingkungan hidup pasca-AMDAL, UKL/UPL dan sertifikasi ISO 14001, sehingga diharapkan akan diperoleh informasi tentang kinerja pengelolaan lingkungan hidup industri kimia terutama di wilayah Kabupaten Bogor.

1.2. Kerangka Pemikiran

Keberadaan industri kimia di Kabupaten Bogor merupakan kegiatan yang

sangat menunjang kegiatan perekonomian dan pendapatan asli daerah (PAD)

kabupaten. Namun di lain pihak kegiatan tersebut juga menimbulkan

(4)

permasalahan terhadap lingkungan hidup setempat seperti pencemaran air, polusi udara, degradasi lahan, dan keterbatasan sumberdaya alam serta masalah sosial.

Dokumen operasional yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengelolaan lingkungan ini adalah RKL dan RPL atau UKL-UPL yang sifatnya wajib (mandatory) dan sertifikasi SML ISO 14001 yang sifatnya sukarela (voluntary).

Dengan demikian implementasi RKL dan RPL atau UKL-UPL dan SML ISO 14001 merupakan instrumen pengelolaan lingkungan hidup yang bijaksana untuk dapat mengatasi permasalahan lingkungan yang ada sehingga dapat dicapai sinergitas lingkungan antara aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Prosedur pengelolaan lingkungan hidup melibatkan seluruh unsur dalam perusahaan baik mulai dari pihak manajemen puncak (top management), pelaksana di lapangan serta instansi yang berwenang sebagai pengawas pelaksanaan di lapangan.

Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup telah dicanangkan sejak disyahkannya Undang-Undang No 4 Tahun 1982 hingga Undang-Undang No 23 Tahun 1997 dan implementasinya ditunjang oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Pemerintah Kabupaten Bogor telah melengkapi kebijakan tersebut melalui Keputusan Kepala Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor No. 03.C Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penerapan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL).

Meskipun telah disusun kebijakan tentang pengelolaan lingkungan hidup, namun hingga saat ini masih terdapat permasalahan lingkungan yang muncul.

Kondisi tersebut disebabkan oleh karena masih belum optimalnya kegiatan implementasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait baik dari segi pelaku industri kimia, instansi pengawas kegiatan pasca-AMDAL, UKL/UPL maupun instansi lainnya serta masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan analisis kinerja pengelolaan

lingkungan hidup terutama pasca-AMDAL, UKL/UPL dan penerapan SML ISO

14001 dalam upaya penataan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan

(5)

pengendalian lingkungan hidup. Hasil studi ini diharapkan dapat mengetahui sejauh mana kinerja pengelolaan dilakukan dan bagaimana merumuskan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang efektif sehingga tercapai sistem pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan prinsip-prinsip perbaikan secara terus menerus (continual improvement). Diagram kerangka pemikiran penelitian ini secara sistematis seperti tertera pada Gambar 1 berikut.

Kegiatan Industri Kimia

Proses Produksi

Kebutuhan Stakeholder

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Rumusan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Industri Kimia Review Kebijakan Analisis Kinerja

Lingkungan AMDAL/

UKL UPL

SML ISO 14001

Implementasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Review Dokumen Implementasi Permasalahan

Lingkungan

Pencemaran

Air Polusi Udara Keterbatasan

Sumberdaya Alam Degradasi

Lahan

Masalah Sosial

Pengawasan

Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian

(6)

1.3. Perumusan Masalah

Implementasi RKL & RPL atau UKL & UPL dan SML ISO 14001 di beberapa industri merupakan dokumen operasional dalam pengelolaaan lingkungan hidup. Implementasi tersebut dapat melihat sejauh mana dampak lingkungan terjadi, bagaimana pengelolaan yang telah dilakukan dan sejauh mana pemantauan dampak lingkungan hidup telah dilakukan. Sehingga dengan implementasi diharapkan akan dapat mengendalikan dan mencegah dampak negatif yang akan terjadi selanjutnya.

Dalam pelaksanaannya kedua instrumen pengelolaan lingkungan hidup tersebut juga menimbulkan permasalahan di tingkat manajemen perusahaan yaitu bagaimana mengukur kinerja pengelolaan lingkungan hidup setelah penerapan RKL dan RPL atau UKL/UPL dan SML ISO 14001 dalam menjamin tercapainya peningkatan efektivitas pengelolaan lingkungan hidup secara berkesinambungan.

Kinerja pengelolaan lingkungan hidup dapat dilakukan dengan melakukan review terhadap kebijakan dan dokumen implementasi pengelolaan lingkungan hidup.

Review kebijakan dilakukan terhadap produk yang dihasilkan oleh pemerintah yang telah ada baik pada tingkat nasional maupun regional seperti tentang baku mutu lingkungan hidup, pelaksanaan/penerapan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Sedangkan review dokumen implementasi merupakan telaah terhadap pelaporan yang telah dibuat oleh industri kimia dalam rangka mengukur dampak yang terjadi, pengelolaan dan pemantauan yang telah dilakukan selama operasional. Dengan melakukan review terhadap dokumen implementasi maka dapat diukur kinerja pengelolaan yang telah dilakukan oleh suatu perusahaan/industri kimia.

Dengan mengetahui kinerja perusahaan/industri kimia dan kebutuhan stakeholder akan pengelolaan lingkungan hidup yang berprinsip pada perbaikan

secara terus menerus (continual improvement), maka rumusan kebijakan

lingkungan pasca AMDAL/UKL-UPL dan sertifikasi ISO 14001 dapat

diformulasikan sesuai dengan kondisi yang ada.

(7)

Bertolak dari hal-hal tersebut di atas, maka pertanyaan penelitian yang perlu dijawab adalah sebagai berikut :

a) Sejauh mana kinerja pengelolaan lingkungan hidup pada industri kimia terutama pasca-AMDAL, UKL/UPL dan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 ?

b) Bagaimana tingkat ketaatan industri kimia terhadap pengelolaan lingkungan hidup yang tertera dalam dokumen RKL/RPL, UKL/UPL dan/atau sistem manajemen lingkungan ISO 14001 ?

c) Bagaimana strategi kebijakan pengelolaan lingkungan hidup pada sektor industri khususnya industri kimia pasca-AMDAL, UKL/UPL dan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 ?

Kegiatan Industri Kimia

Rumusan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Industri Kimia Review Kebijakan Review Dokumen

Implementasi

Analisis Kinerja Lingkungan Implementasi Pengelolaan

Lingkungan Hidup Pengawasan

Gambar 2. Diagram alir perumusan masalah

(8)

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengkaji kinerja pengelolaan lingkungan hidup setelah implementasi AMDAL, UKL/UPL atau sistem manajemen lingkungan ISO 14001 dikaitkan dengan kebijakan pengelolaan lingkungan pada suatu industri kimia.

Adapun tujuan khusus penelitian yang akan dicapai adalah :

a) Mengetahui kinerja lingkungan industri kimia terhadap pengelolaan lingkungan hidup terutama pasca-AMDAL, UKL/UPL atau sistem manajemen lingkungan ISO 14001.

b) Mengetahui tingkat ketaatan perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan hidup yang tertera pada dokumen AMDAL, UKL/UPL atau sistem manajemen lingkungan ISO 14001.

c) Merumuskan strategi kebijakan pengelolaan lingkungan hidup pasca-

AMDAL, UKL/UPL atau sistem manajemen lingkungan ISO 14001 pada

sektor industri kimia.

Gambar

Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2. Diagram alir perumusan masalah

Referensi

Dokumen terkait

Toolbox adalah sebuah panel yang menampung tombol-tombol yang berguna untuk membuat suatu desain animasi mulai dari tombol seleksi, pen, pensil, Text, 3D

Dengan data rating yang rendah dari program musik BREAKOUT yang bersinggungan dengan target audiens utama BREAKOUT dan kota Surabaya yang memiliki profil penonton yang rendah di

bahwa dalam pelaksanaan otonomi daerah diperlukan peranan pemerintah provinsi untuk meningkatkan pembinaan dan pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha

Keamanan Komputer, secara rinci, adalah perlindungan data di dalam suatu sistem melawan terhadap otorisasi tidak sah, modifikasi, atau perusakan dan perlindungan sistem komputer

Hasil analisis uji deskriptif kuantitatif menunjukan bahwa kesadaran diri pada remaja panti asuhan pada kesadaran emosi yang dikategorikan sangat tinggi sebesar 3,53% yaitu

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi pendidikan gizi dua minggu sekali dengan alat bantu booklet secara langsung pada siswa didukung dengan pendidikan gizi

Davies (dalam Satiadarma & Waruwu, 2003: 27) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengendalikan emosi

Premis P 1 : Jika prestasi belajar siswa tidak tinggi, maka bebera siswa belajar tidak dengan.. sungguh-sungguh, maka prestasi belajar