13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Tematik
a. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang berlaku saat ini di kurikulum pendidikan. Menurut Majid (2014:87) pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang melakukan pengabungan suatu konsep dalam beberapa mata pelajaran yang berbeda dengan harapan peserta didik dapat belajar dengan baik dan bermakna. Sedangkan Prastowo (2013:223) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang mengaitkan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.
Dalam Permendikbud No. 67 (2013:132) mengungkapkan
bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah pendekatan pembelajaran
dengan mengintegrasikan beberapa kompetensi dari beberepa mata
pelajaran ke berbagai tema. Pengintegrasian dilakukan dengan
beberapa hal, yaitu integrasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dalam proses pembelajaran dan dilakukan dengan berbagai konsep
dasar yang saling berkaitan. Tema berhubungan dengan berbagai
makna konsep dasar yang membuat peserta didik belajar konsep dasar
secara berhubungan. Pembelajaran temati dengan itu dapat memberikan
pembelajaran yang bermakna secara utuh kepada peserta didik dalam
berbagai tema yang ada. Pembelajaran tematik menggunakan
pendekatan antar mata pelajaran dengan dicarikannya konsep,
keterampilan, dan sikap yang saling berkaitan kemudian dipadukan
menjadi satu. Guru memiliki kegiatan yang pertama yaitu menyeleksi
nilai-nilai, ketrampilan maupun konsep yang berketerkaitan satu sama
lain dari berberapa mata pelajaran. Keuntungan dari pembelajaran ini
untuk peserta didik yaitu dapat memudahkan mengaitkan materi pembelajaran dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran ini yang dikembangkan sebagai pembelajaran tematik terpadu di Kurikulum 2013.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema dengan mengaitkan beberapa mata pelajaran yang kompetensi dasarnya saling berkaitan satu sama lain sehingga dapat meberikan pengalaman bermakna untuk peserta didik. Pembelajaran di sekolah dasar saat ini menggunakan pembelajaran tematik terpadu yang dapat menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Dalam pembelajaran tematik terdapat prinsip dasar di dalamnya.
b. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah suatu konsep dasar yang dalam proses pembelajarannya pada kurikulum 2013 dilaksanakan pada jenjang pendidikan sekolah dasar sesuai dengan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Pembelajaran tematik terpadu dilakukan dengan menggunakan prinsip pembelajaran yang terpadu.
Menurut Majid (2014:89) menjelaskan beberapa prinsip yang terdapat
pada pembelajaran tematik yaitu: 1) pembelajaran tematik mempunyai
satu tema yang nyata dekat dengan dunia peserta didik dalam kehidupan
sehari-harinya, 2) pembelajaran tematik diperlukan untuk memilih
materi dengan beberapa mata pelajaran yang berhubungan satu sama
lain, 3) pembelajaran tematik tidak dapat bertentangan dengan tujuan
kurikulum yang berlaku, maka harus mendukung pencapaian tujuan
dari kegiatan pembelajaran yang termudat dalam kurikulum, 4) materi
pembelajaran yang dipadukan dalam satu tema harus
mempertimbangkan karakteristik peserta didik seperti minat,
kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal, dan 5) materi pelajaran
yang dipadukan tidak dapat dipaksakan.
Sedangkan menurit Trianto (2011:155-156) mengungkapkan bahwa secara umum prinsip pembelajaran tematik, antara lain: 1) Prinsip penggalian tema yaitu prinsip utama yang harus ada dalam pembelajaran tematik. Karena tema-tema yang harus saling berkaitan merupkan target utama dalam pembelajaran. 2) Prinsip pengelolaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar apabila guru dapat menempatkan dirinya dalam seluruh proses pembelajaran. Yang artinya guru harus dapat menempatkan diri sebagai fasilitator sekaligus mediator dalam proses pembelajaran. 3) Prinsip evaluasi adalah fokus dalam setiap kegiatan yang berlangsung, karena pada dasarnya dalam suatu pekerjaan dapat diketehaui hasilnya jika dilakukan evaluasi. 4) Prinsip reaksi merupakan prinsip yang penting tetapi secara sadar belum tersentu oleh guru dalam proses pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan guru harus mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga dapat tercapai tujuan-tujuan dari pembelajaran itu sendiri.
Secara garis besar prinsip dasar dari pembelajaran tematik berdasarkan pendapat di atas yaitu pembelajaran tematik harus mempunyai materi yang berkaitan satu sama lain sesuai dengan karakter peserta didik yang dapat menghasilkan pembelajaran yang bermakna dan tidak dapat dipaksakan agar dapat tercapai tujuan-tujuan dari pembelajaran. Guru juga harus dapat menempatkan diri sebagai fasilitator sekaligus mediator dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tematik juga memiliki tujuan dalam pembelajarannya.
c. Tujuan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik dalam proses pembelajaran berguna untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh kepada peserta didik.
Peserta didik diharapkan mampu melihat secara utuh mengenai materi
ajar dari berbagai mata pelajaran yang diberikan dalam satu tema
tertentu. Penggunaan pembelajaranan dalam proses pembelajaran
mempunyai tujuan untuk mengajarkan peserta didik dengan
permasalahan di kehidupan nyata. Menurut Sukayati (2004:4) pembelajaran tematik dikembangkan memiliki tujuan yaitu: 1) dapat meningkatkan pemahaman konsep yang telah dipelajari secara bermakna, 2) dapat mengembangkan keterampilan dengan menemukan yang kemudian diolah dan terakhir dapat dimanfaatkan informasinya, 3) dapat mengembangkan sikap positif dnegan kebiasaan baik sesuai dengan nilai luhur yang berlaku di kehidupan sehari-hari, 4) dapat mengembangkan keterampilan sosial seperto kerja sama, menghargai pendapat orang lain, dan toleransi, dan 5) dapat meningkatkan semangat belahar dalam memilih kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik.
Sedangkan menurut Mamat SB, dkk (2005:7-11) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran tematik antara lain: 1) pembelajaran tematik harus ada perubahan yang mengharuskan pembelajaran diarahkan ke student centered (berpusat pada peserta didik). 2) Pembelajaran tematik disesuaikan dengan perkembangan usia peserta didik yang pada umumnya masih memahami suatu konsep secara menyeluruh dan sederhana. 3) Pembelajaran tematik yang menggabungkan berbagai perspektif dan kajian interdisiplin dalam memahami tema tertentu dapat membuat cara berpikir dari banyak arah (divergen) lebih ditonjolkan dalam satu arah (konvergen) yang menyebabkan peserta didik mampu dalam menyelesaikan masalahnya secara pribadi atau di lingkungan masyarakat. 4) Pembelajaran tematik dapat mendorong peserta didik untuk memahami materi secara nyata dan konstektual. 5) Pembelajaran tematik dapat menghasilkan pembelajaran yang bervariasi.
Dalam pemamparan tujuan dari pembelajaran tematik di atas
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik memilik tujuan yaitu
menciptakan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik (student
center) degan mengaitkan pemahaman konsep yang bermakna. Agar
peserta didik dapat menumbuh kembangkan sikap positif dengan
kebiasaan baik sesuai dengan nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran tematik juga dapat membuat peserta didik lebih semangat dalam pembelajaran karena sudah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Dalam pembelajaran tematik juga memiliki keunggulan dalam proses pembelajarannya.
d. Keunggulan Pembelajaran Tematik
Pada kenyataanya pembelajaran tematik memiliki keunggulan dalam proses pembelajaran. Menurut Rusman (2010:257-258) menyebutkan bahwa ada enam keunggulan pembelajaran tematik, antara lain: 1) pengalaman dan kegiatan pembelajaran yang relevan dalam perkembangan dan kebutuhan peserta didik sekolah dasar, 2) kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan peserta didik, 3) pembelajaran akan lebih bermakna dan memiliki kesan bagi peserta didik yang dapat menghasilkan hasil belajar peserta didik bertahan lebih lama, 4) membantu mengembangkan cara berpikir peserta didik, 5) menyajikan pembelajaran yang bersifat praktis sesuai dengan permasalahan yang sering dijumpai peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, 6) mengembangkan keterampila peserta didik, seperti toleransi, tanggap terhadap pendapat orang lain, kerja sama dan komunikasi.
Kemudian juga Trianto (2013:159-160) menyebutkan ada tiga keunggulan lain, yaitu: 1) bila pembelajaran tematik didesain dapat bermanfaat untuk meningkatkan kerja sama antara guru dengan peserta didik, guru dengan bidang kajian terkait, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik atau guru dengan narasumber yang dapat membuat pembelajaran lebih menyenangkan. 2) Pembelajaran tematik menyajikan beberapa keterampilan dalam proses pembelajaran. 3) Dalam pembelajaran tematik yang memiliki sifat yang luwes dapat memberikan hasil dengan mengembangkan minat sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Dalam penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tematik memiliki keunggulan yang beragam yaitu dalam
pembelajaran tematik memiliki sifat yang luwes disesuaian dengan tingkatan perkembangan, kebutuhan, maupun peserta didik. Hal tersebut dapat menciptkan pembelajaran yang menyenangkan dan lebih bermakna untuk peserta didik. Dalam hal tersebut pembelajaran tematik juga memiliki karakteritik dalam pembelajaran.
e. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki beberapa karakteristik dalam pembelajaran. Menurut Sukayati (2004:3) mengungkapakan pembelajaran tematik memiliki karakteristik, antara lain: 1) pembelajaran berpusat pada peserta didik. 2) Menekankan pembentukan pemahaman yang bermakna. 3) Belajar mengunakan pengalaman. 4) Lebih memperthatika proses dari pada hasil. 5) Syarat dengan muatan yang berkaitan.
Sedangkan, Tim Depag RI (2009:3) menjelaskan karakteristik ada tujuan karakter, yaitu: 1) Berpusat pada peserta didik. 2) Memberikan pengamalan langsung kepada peserta didik. 3) Pemisah aspek tidak terlalu jelas. 4) Menyajikan konsep yang bersumber dari berbagai aspek. 5) Memiliki sifat yang fleksibel. 6) Hasil pembelajaran akan sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik. 7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain yang menyebabkan pembelajaran menjadi menyenangkan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
pembelajaran tematik pada dasarnya, antara lain: pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik dan melalui pengalaman langsu dapat
membentuk pemahaman yang bermakna. Pembelajaran tematik lebih
menekankan proses dibandingkan hasil semata dengan syarat
keterkaitan satu sama lain yang memiliki sifat fleksibel. Hasil dari
pembelajaran pun sesuai dengan minat maupun kebutuhan peserta didik
yang menggunakan prinsip belajar sambil bermain menyebabkan
pembelajaran menjadi menyenangkan.
2. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter saat ini sangat digembor-gemborkan pemerintah untuk menanamkan karakter pada peserta didik. Pendidikan karater memang seharusnya dilakukan di sekolah sebagai langkah awal yang kemudian dapat diterapkan di kehidupannya. Menurut Azzet (2011:37) pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang baik kepada seluruh warga sekolah sehingga memiliki perilaku dan tindakan yang sesuai dengan nilai kebaikan.
Sedangkan menurut Sukmadinata (2011:25) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha sadar yang berguna mendidik peserta didik untuk mengambil keputusan secara bijak dan dapat mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Wibowo (2013:40) pendidikan karakter adalah suatu pendidikan yang digunakan untuk menanamkan dan mengembangkan karakter peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter yang luhur setelahnya dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun di masyarakat.
Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah proses pembelajaran digunakan utuk menanamkan maupun mengembangkan nilai-nilai karakter yang baik guna menciptakan peserta didik yang mempunyai sikap, perilaku, dan tingkah laku kehidupan sehar-hari sesuai dengan norma-norma yang ada di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Terdapat beragam nilai-nilai dari pendidikan karakter yang harus diterapkan di lingkungan sekolah.
b. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Nilai-nilai pendidikan karakter merupakan hal yang digunakan
untuk penguatan pendidikan karakter. Penguatan pendidikan karakter
merupakan suatu gerakan nasional revolusi mental bangsa melalui budi
pekerti dan pembangunan karakter peserta didik. Dalam salah satu latar
belakang penguatan pedidikan karakter dilakukan karena terjadinya kecenderungan global yang merupakan berlangsungnya revolusi digital maupun fenomena masyarakat di abad kreatif, sedangkan sangat pentingnya dilakukan penguatan pendidikan karakter yang dapat membentuk sumberdaya manusia yang dapat disebut generasi emas dengan berbekalkan keterampilan abad 21.
Gerakan penguatan pendidikan karakter memiliki dasar acuan yaitu dengan adanya nilai karakter yang dapat diterapkan di sekolah.
Dalam pemaparan Kemendikbud (2016:9), nilai karakter yang dapat diterapkan ada lima nilai utama diantaranya nilai karakter : religius, intregitas, nasionalisme, gotong royong, dan mandiri. Dari kelima nilai tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Religius
Penanaman nilai karakter religius merupakan kebutuhan utama manusia yang nantinya akan dipertanggung jawabkan kepada Tuhan. Penanaman karakter religius sebaiknya dilakukan sejak dini dalam kelangsungan hidupnya seseorang akan menjadi lebih baik. Menurut Daryono (2013:134) bahwasanya nilai karakter religius merupakan suatu perilaku yang mengambarkan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa degan mematuhi perintah dan menjahui larangan yang telah ditetapkan dengan adanya toleransi terhadap agama lain dan hidup rukun dengan sesama umat beragama. Sedangan Sriwilujeng (2017:8) mengungkapkan nilai pendidikan karakter adalah salah satu bentuk gambaran terhadap Tuhan yang dapat diwujudkan dengan perilaku sebagai pedoman hidup yang telah diajarkan pada setiap agama yang dianutnya.
Pendidikan karakter religius sendiri memiliki tiga relasi di dalamnya, yaitu individu dengan lingkunganya dan individu dengan individi lainya hal tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai religius berhubungan erat dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Dari pernyataan mengenai pendidikan karakter religius
dapat disimpulkan bahwa penanaman nilai karakter di sekolah
dapat dilakukan dengan hal-hal yang kecil tetapi juga memiliki manfaat sekaligus makna yang besar bagi peserta didik. Hal tersebut dapat diterapkan dengan cara diantaranya: berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan pembelajaran, berdoa sebelum dan sesudah makan, dan beribadah sesuai dengan keyakinan yang dianut dengan melakukan sholat berjamaah untuk yang beragama islam. Berikut adalah penguatan pendidikan karakter pada nilai religius (a) toleransi, (b) teguh pendirian, (c) persahabatan, (d) ketulusan, (e) tidak memaksa kehendak, (f) melindungi yang kecil dan tersisih, (g) menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, (h) percaya diri, (i) kerja sama antara pemeluk agama dan kepercayaan, (j) mencintai lingkungan, (k) cinta damai, (l) anti bully, dan (m) kekerasan.
2) Intregitas
Nilai integritas juga merupakan hal yang penting ditanamkan pada karakter peserta didik, karena merupakan dasar perilaku yang melibatkan cara berpikir, berperilaku, bertindak, dan berkata dengan baik dan benar. Menurut Sriwilujeng (2017:10) karakter integritas mempunyai nilai yang diantaranya cinta pada kebenaran, komitmen moral, kedilan, tanggung jawab, menghargai martabat individu dan orang lain, kejujuran dalam kebenaran, setia, anti korupsi, dan keteladanan. Berdasarkan Mustari (2011:21) menegaskan bahwa nilai integritas sangat penting ditanamkan kepada peserta didik yang merupakan dasar dari perilaku yang melibatkan tanggung jawab, perkataan yang diucapkan, komitmen dalam bekerja, maupun tidakan yang melibatkan integritas moral dalam bersikap yang dilakukan peserta didik agar dapat dipercaya oleh lingkungan sekitarnya.
Dapat disimpulkan nilai karakter integritas merupakan hal
yang sangat penting dilakukan saat penanaman penguatan
pendidikan karakter dalam menumbuhkan sikap tanggung jawab
dan kejujuran peserta didik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Nilai pendidikan karakter integritas dapat diterapkan dalam berbagai kegiatan diantaranya: bertanggung jawab untuk mengumpulkan tugas dengan tepat waktu, jujur tidak boleh mencontek saat ujian, dan bertangung jawab datang ke sekolah tepat waktu. Berikut adalah penguatan pendidikan karakter pada nilai integritas, (a) cinta kepada kebenaran, (b) menghargai martabat individu, (c) komitmen moral, (d) anti korupsi, (e) tanggung jawab, dan (f) kejujuran.
3) Nasionalisme
Nilai karakter nasionalisme merupakan hal penting bagi suatu negara untuk ditanamkan. Menurut Sriwilujeng (2017:9) ada beberapa indikator penanaman nilai karakter nasionalisme antara lain menjaga kekayaan bangsa, rela berkorban, taat terhadap peraturan, mengapresiasi budaya bangsa, cintah tanah air, taat terhadap peraturan, dan disiplin. Sedangkan berdasarkan Daryono (2013:138) nilai karakter nasionalis sangat perlu diterapkan oleh warga negara yang cinta tanah air, setia, dan baik. Nilai itu ditunjukan dengan cara peserta didik berbuat, peduli terhadap lingkungan, saling menghargai, bersikap, dan cara berfikir dengan mementingkan bangsa di atas kepentingannya sendiri maupun kelompok.
Dapat disimpulkan bahwa nilai karakter nasionalisme merupakan hal penting yang harus dilakukan agar peserta didik mempunyai sifat cinta tanah air terutama pada generasi sekarang.
Penanaman nilai karakter nasionalisme dapat diterapkan peserta
didik dengan cara diantaranya: menyanyikan lagu kebangsaan
setiap pagi sebelum pembelajaran dimulai, melakukan kegiatan
upacara bendera setiap hari senin maupun hari-hari bersejarah
seperti upacara bendera 17 agustus yang diperingati sebagai hari
kemerdekaan. Berikut adalah penguatan pendidikan karakter pada
nilai nasionalis, (a) menghormati keragaman budaya, suku, dan
agama, (b) apresiasi budaya bangsa sendiri, (c) menjaga kekayaan budaya bangsa, (c) unggul dan berprestasi, (d) menjaga lingkungan, (e) taat hukum peraturan, (f) rela berkorban, (g) cinta tanah air, dan (h) disiplin.
4) Gotong royong
Di kehidupan ini tidak dapat hidup sendiri pasti memerlukan orang lain. Dalam bergotong royong merupakan hal yang tidak bisa ditinggalkan, maka hal tersebut penting ditanamkan pada peserta didik karena sadar bahwa hidup terus berdampingan dengan orang lain. Menurut Sriwilujeng (2017:9) nilai karakter gotong royong adalah suatu tindakan untuk menghargai perkerjaan secara bersama-sama maupun bahu-membahu untuk menyelesaikannya, ikhlas dapat membatu orang lain yang sedang kesusahan, dan berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan Sudrajat (2014:14) mengungkapkan bahwa gotong royong merupakan bentuk sosial, yang terbentuk dikarenakan adanya bantuan dari pihak lain guna kepentingan diri sendiri ataupun kepentingan masyarakat umum.
Dapat ditarik kesimpulan menurut pemaparan di atas nilai karakte gotong royong adalah suatu perilaku yang menggambarkan interaksi saling bahu-membahu untuk menolong antar sesama dalan menyelesaikan suatu pekerjaan maupun masalah.
Penanaman nilai karakter gotong royong dapat diterapkan kepada
peserta didik diantaranya: membiasakan membantu sesama jika
ada orang lain membutuhkan ataupun kegiatan kerja bakti
mebersihkan lingkungan sekolah yang nantinya dapat memupuk
rasa kekeluargaan dan memiliki rasa solidaritas yang tinggi antar
teman. Berikut adalah contoh penguatan pendidikan karakter pada
nilai gotong royong, (a) komitmen atas keputusan bersama, (b)
musyawarah mufakat, (d) tolong menolong, (e) anti diskriminasi,
(f) anti kekerasan, (g) sikap kerelawaan, (h) menghargai, (i) kerja sama, (j) inklusif, (k) solidaritas, dan (l) empati.
5) Mandiri
Sikap mandiri dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada setiap individu, maka hal tersebut harus ada disetiap individunya.
Menurut Sriwilujeng (2017:9) mengungkapkan bahwa mandiri adalah sikap yang dapat diandalkan tidak bergantung pada orang lain dengan memnfaatkan pikiran, waktu, dan tenaganya agar dapat tercapai harapan, cita-cita, maupun tujuannya. Nilai mandiri terdapat berbagai subtansi diantaranya etos kerja, daya juang, kreatif, menjadi pembelajar sepanjang hayat, etos kerja, profesional, dan keberanian. Sedangkan berdasar pendapat Mustrasi (2011:101) mengungkapkan bahwa mandiri merupakan aktivitas yang tidak mengantungkan orang lain dengan kemampuan yang dimilik setiap individu manusia dengan memanfaatkan tenaga, waktu maupun fikiran untuk mencapai hal yang ingin dicapai dengan memiliki etos kerja baik, kreatif, profesional, tahan banting, dan pembelajar sepanjang hayat.
Dapat disimpulkan bahwasanya nilai karakter mandiri
adalah suatu usaha yang dilakukan oleh individu agar memperoleh
keinginannya yang diimpikan berdasarkan kemampuannya sendiri
dan dipikirkan secara matang tanpa bergantung kepada orang
sekitar atau orang lain. Penanaman nilai karakter mandiri dapat
diterapkan diantaranya dengan cara dengan adanya kegiatan
ekstrakulikuler yang nantinya dapat mengembangkan bakat dan
minat peserta didik. Berikut adalah contoh penguatan pendidikan
karakter pada nilai mandiri, (a) tangguh tahan banting, (b) menjadi
pembelajar sepanjang hayat, (c) etos kerja, (d) daya juang, (e)
profesional, (f) keberanian, dan (g) kreatif.
3. Bahan Ajar
a. Pengertian Bahan Ajar
Hal yang mempunyai peran utama dalam pembelajaran tematik saat ini adalah bahan ajar. Dalam pembelajaran tematik sangat diperlukan sekali bahan ajar yang komprehensif, dikarenakan pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu alam. Maka sumber belajar yang sesuai dengan standar kompetensi kurikulum 2013 atau sering disebut sebagai kompetensi ini saat ini sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, bahan ajar yang sering digunakan berbentuk buku sebagai sumber utama dalam pembelajaran maupun buku penunjang lainnya. Selain itu juga terdapat, bahan bacaan penunjang contohnya majalah, brosur, jurnal, hasil penelitian, ataupun alat pembelajaran lainnya yang mencakup indikator dan kompetensi dasar yang sudah ditentukan. Tidak hanya itu bahan penunjang lainnya seperti Compact Disc (CD) yang berkaitan dengan bahan juga dapat dipadukan. Maka keberhasilan guru dalam melakukan pembelajaran tergantung dari pemahaman, wawasan, pengatahuan dan tingkat kreativitasnya dalam mengelolah bahan ajar.
Menurut Belawati (2003: 11), bahan ajar merupakan bahan dari pembelajaran yang disusun secara tersistem dan dapat digunakan guru maupun peserta didik dalam proses pembelajaran. Sedangkan itu menurut Prastowo (2011: 138) bahan ajar merupakan bahan yang berupa informasi, teks, ataupun alat yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik yang akan digunakan dalam proses pembelajaran yang mempunyai tujuan sebagai perencanaan dan penelaan. Contohnya seperti modul, model atau maker, bahan ajar audio, buku pelajaran, dan bahan ajar interaktif.
Dari penjelasan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
bahan ajar adalah suatu bahan yang berisikan informasi, teks, ataupun
alat yang tersusun secara sistematis yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran aktif dan menyenangkan yang bertujuan untuk perencanaan dan penelaan implementasi pembelajaran. Penyusunan bahan ajar dapat dilakukan dengan memberikan materi ataupun kegiatan baik tertulis maupun tidak tertulis dengan menyenangkan.
Tetapi tidak dapat menghilangkan klasifikasi yang ada dalam buku ajar yang di dalamnya terdapat ciri-ciri dan bentuk tersendiri. Dalam memenuhi kebutuhan dunia pendidikan bahan ajar dapat dikembangkan oleh berbagai pihak yang utama merupakan pendidik (guru), dikarenakan untuk menambahkan informasi kepada peserta didik yang seseuai dengan kebutuhannya.
b. Jenis Bahan Ajar
Jenis bahan ajar dapat dijelaskan pada klasifikasi yang berbeda- beda. Bahan ajar mempunyai bentuk maupun ciri yang berbeda dari tiap jenisnya. Menurut Prastowo (2011 : 89) bahwa mengungkapkan beberapa klasifikasi bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran yang diantaranya, yaitu berdasarkan sifat, bentuk, dan cara kerja bahan ajar.
Pertama, menurut sifatnya bahan ajar dibedakan menjadi empat macam, yaitu bahan ajar yang berbasis cetak, bahan ajar yang berbasis teknologi, bahan ajar yang digunakan praktik, dan bahan ajar yang digunakan untuk keperluan interaktif manusia. Kedua, menurut bentuknya bahan ajar dibedakan menjadi empat macam, yaitu bahan ajar pandang dengar (audio visual), bahan ajar dengar (audio), bahan ajar interaktif, dan bahan ajar cetak. Ketiga, cara kerjanya dibagi menjadi lima macam, yaitu bahan ajar yang tidak diproyeksikan, bahan ajar yang diproyeksikan, bahan ajar audio, bahan ajar video, dan bahan ajar (media) komputer.
Secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama,
menurut sifatnya bahan ajar dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1) Bahan ajar yang berbasis cetak contohnya adalah majalah, panduan belajar siswa, pamflet, foto bahan dari majalah, charts, buku, dan peta.
2) Bahan ajar yang berbasis teknologi contohnya adalah siaran radio, video interaktif, multimedia, film strips, slide, audio cassette, siaran televisi, dan computer based tutorial.
3) Bahan ajar yang digunakan untuk praktik contohnya adalah lembar wawancara, lembar observasi, dan kit sains.
4) Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaktif manusia yang utama untuk keperluan pembelajaran secara daring contohnya adalah video conferencing, telepon, dan handphone.
Kedua, menurut bentuknya bahan ajar dibedakan menjadi empat macam yaitu :
1) Bahan ajar cetak adalah bahan ajar yang berupa lembaran kertas yang digunakan untuk proses pembelajaran yang mempunyai tujuan menyampaikan suatu informasi. Contoh dari bahan ajar cetak misalnya, lembar kerja peserta didik (LKPD), handout, buku, modul, foto atau gambar, dan brosur.
2) Bahan ajar dengar (audio) merupakan proses pembelajaran yang menggunakan signal radio langsung yang dapat didengarkan oleh orang lain. Contoh dari bahan ajar dengar misalnya, compack dist audio, radio, dan kaset.
3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) adalah gabungan antara signal audio dan gambar yang bergerak secara runtut. Contoh dari bahan ajar pandang dengan misalnya, video compact disk (VCD).
4) Bahan ajar interaktif merupakan penggabungan dari dua atau lebih media (grafik, gambar, video, audio, dan animasi) yang direkayasa oleh pemakai untuk mengontrol berjalannya persentasi secara alami. Contoh bahan ajar interaktif adalah compact disk interaktif.
Ketiga, menurut cara kerjanya bahan ajar dibedakan menjadi lima
macam, yaitu :
1) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan adalah bahan ajar yang tidak memerlukan perangkat proyektor untuk menyampaikan informasi di dalamnya, sehingga peserta didik dengan langsung menggunakan bahan ajar tersebut. Contohnya diagram, model, foto, dan display.
2) Bahan ajar yang diproyeksikan merupakan bahan ajar yang perlu perangkat proyektor guna menyampaikan infromasi di dalamnya agar peserta didik dapat mempelajarinya. Contohnya, proyeksi komputer, over head trandparencies, slide, dan filmstrips.
3) Bahan ajar audio merupakan bahan ajar yang memiliki bentuk signal audio yang direkam oleh suatu media rekam. Untuk memakainya memerlukan alat pemain (player) media rekam misalnya seperti multimedia player, tape compo, VCD player, dan CD player. Contoh bahan ajar audio sendiri yaitu falshdisk, CD, dan kaset.
4) Bahan ajar video merupakan bahan ajar yang memutarkannya perlu alat pemurat seperti DVD player, VCD player, dan video tape player.
5) Bahan ajar (media) komputer merupakan bahan ajar noncetak yang penyampaian informasi untuk proses belajar menggunakan komputer. Cotohnya, computer based meltimedia atau hypermedia dan computer mediated instruction.
Dari penjelasan di atas ada beberapa jenis bahan ajar di sekitar kita.
Bentuk bahan ajar tersebut dapat ditemukan di sekitar kita seperti
modul, lembar kerja peserta didik (LKPD), maket, buku, handout, CD
interaktif, CD audio, radio pembelajaran, siaran televisi pembelajaran,
dan lain sebagainya. Peserta didik diharapkan dengan beragamnya
bahan ajar dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Selain itu
bahan ajar memiliki fungsi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan jenis
bahan ajar.
c. Fungsi Bahan Ajar
Bahan ajar mempunyai fungsi untuk proses pembelajaran berlangsung. Bahan ajar dapat bermanfaat sesuai dengan jenis bahan ajar dan juga dapat sebagai pedoman untuk proses pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang berlaku. Adanya bahan ajar bagi peserta didik berguna mengetahui informasi yang sesuai dengan kompetensi saat pembelajaran. Peserta didik juga dapat memiliki gambaran skenario pembelajaran melalui bahan ajar.
Menurut Prastowo (2011 : 24-26) mengungkapkan bahwa ada dua macam fungsi utama bahan ajar yaitu:
a) Fungsi bahan ajar menurut pihak yang memanfaatkan bahan ajar, dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Fungsi bahan ajar bagi pendidik, yaitu :
a. Mempersingkat waktu pendidik dalam proses pembelajaran.
b. Mengantikan peran pendidik dari pengajar menjadi fasilitator.
c. Membuat proses pembelajaran lebih interaktif dan efektif.
d. Berguna untuk menjadi pedoman bagi pendidik yang mengunakan aktifitasnya dalam pembelajaran dan merupakan kompetensi yang seharusnya diajarakan kepada peserta didik.
e. Menjadi evaluasi dari pencapaian hasil pembelajaran.
2) Fungsi bahan ajar bagi peserta didik, yaitu :
a. Peserta didik dapat belajar sendiri tanpa ditemani oleh pendidik ataupun teman sebayanya.
b. Peserta didik dapat belajar di mana dan kapan pun.
c. Peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.
d. Peserta didik dapat belajar menurut pilihannya masing-
masing.
e. Membuat peserta didik memilik potensi menjadi pelajar yang mandiri.
f. Berguna sebagai pedoman yang mengarahkan peserta didik dalam aktifitasnya untuk melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan subtansi kompetensi yang dipelajari.
b) Fungsi bahan ajar menurut strategi pembelajaran yang digunakan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, yaitu : a) Berguna untuk sumber informasi, pegawasan, maupun
pengendalian proses pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan peserta didik bersifat pasif dan belajar sesuai dengan kecepatan pendidik dalam proses pembelajaran.
b) Berguna untuk bahan pendukung dalam proses pembelajaran berlangsung.
2) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual, yaitu : a) Berguna untuk bahan utama dalam proses pembelajaran.
b) Berguna untuk alat yang digunakan menyusun maupun mengawasi peserta didik dalam memperoleh informasi baru.
c) Berguna untuk alat penunjang media pembelajaran lainnya.
3) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok, yaitu : a) Dalam proses pembelajaran berkelompok dilakukan
dengan cara memberikan informasi terkait dengan latar belakang materi, petunjuk proses pembelajaran, dan peran orang yang terlibat dalam pembelajaran berkelompok.
b) Berguna untuk bahan pendukung bahan ajar utama dan
jika dirancang dengan baik dapat memotivasi peserta
didik dalam proses pembelajaran.
Dapat disimpulkan jika bahan ajar memiliki fungsi yang berbeda-beda untuk pengajar maupun peserta didik yang pada dasarnya dapat mengarahkan pendidik dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan subtansi kompetensi yang seharusnya diajarkan pada peserta didik dan juga untuk alat evaluasi pencapaian hasil pembelajaran. Di dalam bahan ajar terdapat ssebuah evaluasi yang berguna untuk mengukur hasil dari penugasan kompetensi per tujuan pembelajaran.
Hal itu juga dapat menjadi pedoman saat pembelajaran berlangsung yang sesuai dengan subtansi yang harus dipelajari. Bahan ajar sendiri juga mempunyai tujuan-tujuan yang dapat di implementasikan dalam proses pembelajaran tematik di sekolah dasar.
d. Tujuan Bahan Ajar
Dasarnya pentingnya melakukan pengembangan bahan ajar agar tersedianya bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, karakteristik peserta didik, dan tuntutan kurikulum. Bahan ajar digunakan dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan yang dapat di implementasikan sesuai dengan bentuk bahan ajar.
Menurut Majid (2005:15) bahan ajar yang disusn memiliki beberapa tujuan, yaitu : 1) Membantu peserta didik untuk mempelajari sebuah materi. 2) Menyediakan beragam jenis pilihan dari bahan ajar.
3) Mempermudah pendidik untuk melakukan proses pembelajaran. 4) Menjadikan kegiatan pembelajaran menarik.
Sedangkan menurut Prastowo (2011:14) mengungkapankan bahwa
tujuan bahan ajar terbagi menjadi tiga, yaitu : 1) Menyediakan bahan
ajar yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, sesuai dengan
karakteristik maupun lingkungan sosial peserta didik. 2) Peserta didik
terbantu dalam memperoleh alternatif bahan ajar selain dari buku-buku
teks yang kadang sulit didapatkan. 3) Pendidik dapat lebih mudah
dalam proses pembelajaran.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar memiliki beragam tujuan, yaitu dapat membantu dan memudahkan peserta didik dalam mempelajari materi, pendidik pun juga lebih mudah dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sehingga menyebabkan proses pembelajaran berlangsung menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
4. Buku Cerita Bergambar
a. Pengertian Buku Cerita Bergambar
Buku cerita bergambar merupakan salah satu bahan ajar yang menarik dan sering dijumpai di lingkungan masyarakat. Buku cerita bergambar memiliki ciri-ciri maupun karakteristik tersendiri. Menurut Hasanuddin (2015:9) mengungkapkan bahwa cerita merupakan sesuatu yang direka melalui imajinasi dan dapat terlepas dari realita. Hal tersebut dapat membuat teks cerita menjadi menarik dan dapat memiliki pengalaman yang baru bagi penikmat cerita.
Menurut Toha (2010:18) buku cerita adalah buku yang menyajikan cerita yang terdapat gambar di dalamnya. Kemudian juga menurut Nurgiyantoro (2005:152) menyatakan bahwa buku bacaan cerita yang menyajikan teks narasi secara verbal dan di dalamnya terdapat gambar-gambar ilustrasi itu merupakan buku cerita bergambar.
Maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar buku cerita bergambar merupakan sebuah buku yang di dalamnya menyajikan teks narasi dan ilustrasi gambar yang berkaitan satu sama lain melengkapi yang berguna untuk menyampaikan suatu pesan dalam cerita tersebut lebih mudah untuk dipahami. Selain itu, buku cerita bergambar memiliki karakteristik yang beragam.
b. Karakteristik Buku Cerita Bergambar
Buku cerita bergambar merupakan teks narasi yang di dalamnya
terdapat gambar yang di dalamnya terdapat suatu pesan. Semua buku
cerita bergambar tersusun dari hubungan antara teks narasi dan ilustrasi
gambar. Teks narasi dan ilustrasi gambar yang terdapat di buku cerita
bergambar saling berkaitan satu sama lain dan runtut yang dapat membentuk sebuah cerita. Maka dari itu buku cerita bergambar memiliki karakteristik tersendiri.
Menurut Nurgiyantoro (2005:210) buku cerita yang baik memilik beberapa persyaratan, yaitu 1) Materi yang ada di dalam buku cerita dapat dengan mudah dipahami. 2) Buku cerita harus menggunakan tata bahasa yang sederhana agar anak lebih mudah memahaminya. 3) Buku cerita harus mempertimbangkan kesederhanaan kosakata dan struktur.
4) Memiliki fungsi untuk meningkatkan kekayaan kosakata bahasa dan kemampuan berbahasa anak.
Kemudian menurut Faizah (2009:252) mengungkapkan terdapat beberapa karakteristik yang ada dalam buku cerita bergambar antara lain: 1) Buku cerita bergambar memiliki sifat yang ringkas dan langsung. 2) Buku cerita bergambar berisikan konsep yang berseri. 3) Konsep di dalam buku cerita dapat dengan mudah dipahami oleh anak.
4) Penulisan cerita ditulis dengan gaya yang sederhana. 5) Adanya ilustrasi yang dapat melengkapi teks.
Dapat disimpulkan buku cerita bergambar harus memiliki karakteristik yang dapat membuat anak lebih mudah untuk memahami pesan yang ada dalam cerita tersebut adalah tata bahasa atau kosakata yang digunakan harus secara sederhana, ringkas, dan langsung. Selain itu, buku cerita bergambar memiliki komponen-komponen yang harus ada di dalamnya.
c. Komponen Buku Cerita Bergambar
Buku cerita bergambar yang sederhana dapat dengan mudah dipahami oleh anak. Tidak hanya kesederhanaan kosa kata yang dapat menunjang anak untuk dengan memahami pesan dari cerita tersebut.
Komponen dari buku cerita bergambar juga dapat membuat anak
dengan mudah dalam memahami buku cerita, terdapat dua macam
komponen yang terdapat dalam buku cerita bergambar yaitu gambar
dan teks narasi.
1) Gambar
Gambar merupakan tiruan bentuk yang dapat berupa makhluk hidup ataupun makhluk tak hidup. Wujud dari gambar yaitu visual dua dimensi yang biasanya menjadikan tempat curahan pikiran maupun perasaan seseorang. Menurut Sadiman (2012:31) menjelaskan bahwa membuat gambar yang baik harus memperhatikan syarat sebagai berikut : a) Autetik, gambar yang dibuat harus dengan jujur melukiskan secara nyata seperti orang melihat benda sebenarnya. b) Sederhana, komposisi yang terdapat pada gambar harus jelas menunjukkan poin-poin pada gambar. c) Ukuran relatife, gambar dapat memperbesar maupun memperkecil dari benda sebenarnya. Jika anak belum mengenal benda tersebut sebelumnya maka akan sulit membayangkan besar benda tersebut.
Untuk menangulangi hal tersebut maka gambar harus terdapat hal yang dikenal oleh anak sehingga dengan mudah gambar dibanyangkan oleh anak. d) Gambar seharusnya mengandung unsur gerak atau perilaku. Gambar dapat dikatakan baik jika menunjukkan objek dengan melakukan sebuah aktivitas. e) Gambar yang bagus belum tentu baik guna mencapai tujuan pembelajaran. f) Setiap gambar yang bagus belum tentu merupakan media yang bagus pula.
Sebagai media yang baik, gambar harus bagus dari sudut pandang seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2) Teks Narasi
Teks narasi merupakan cerita yang terdapat di dalam buku
cerita bergambar selain gambar itu sendiri. Teks narasi adalah hal
yang paling utama harus ada, karena jika tidak terdapat teks maka
tidak terdapat jalan cerita di dalam buku tersebut. Menurut Badan
Standar Nasional Pendidikan (2006:3-4) terdapat empat unsur
kelayakan buku teks pelajaran, yaitu : a) Komponen isi, yaitu
meliputi kesesuaian isi buku dengan standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) yang berlaku pada kurikulum. b) Komponen
penyajian, meliputi teknik penyajian, penyajian pembelajaran, dan kelengkapan informasi. c) Kelayakan kebahasaan, meliputi kesesuaian penggunaan bahasa dengan tingkat pekembangan peserta didik, pemakaian bahasa yang komunikatif, pemakaian bahasa yang memenuhi syarat dan keruntutan dan keterpaduan alur pikir. d) Komponen kegrafisan mecakup hal yang mengenai ukuran buku, desain cover buku, dan desain isi buku.
Dapat disimpulkan bahwasanya buku cerita bergambar dapat dikatakan layak dan dapat dinikmati oleh masyarakat harus memperhatikan prosedur-prosedur yang sudah ditetapkan oleh komponen yang berlaku. Komponen gambar dikatakan layak jika gambar dapat dinikmati secara nyata dan bagus sesuai dengan bentuk aslinya, kemudian juga harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Jika komponen teks dapat dikatakan layak maka isi materi pada teks harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang berlaku, penyajiannya harus seuai dengan kelengkapan informasi dalam pembelajaran, kebahasaan harus sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, dan kegrafisan sendiri mencakup mengenai desain dari buku tersebut. Selain itu, buku cerita bergambar memiliki manfaat yang beragam bagi pembaca.
d. Manfaat Buku Cerita Bergambar
Buku cerita bergambar memiliki manfaat bagi pembacanya.
Adanya teks narasi dan gambar dapat menarik minat peserta didik untuk membaca. Selain menarik minat peserta didik untuk membaca, buku cerita bergambar juga dengan mudah dapat dipahami oleh peserta didik.
Buku cerita bergambar dapat menumbuhkan minat baca pada peserta
didik, saat membaca peserta didik dapat menghubungkan isi materi
dengan keadaan dunia nyata. Manurut Farida (2010:12)
mengungkapkan bahwa gambar merupakan bahasa alam pikir anak,
semua bahasa yang diterima olehnya akan dipikirkan secara konkret
sesuai dengan pemikirannya sendiri. Selain itu Susanto (2011 : 43)
berpendapat bahwa ada tiga manfaat buku bergambar, yaitu : 1) Membantu anak memperbanyak kosa kata bahasa, 2) Memberikan anak masukan secara visual, dan 3) Menstimulasi anak dalam mengembangkan kemampuan secara visual dan verbal.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar sangat bemanfaat bagi anak secara bahasa dan visual. Dari segi bahasa anak dapat mengembangkan kosa katanya sedangkan secara visual anak bisa terstimulus dengan kegiatan-kegiatan yang terdapat di gambar buku tersebut. Selain itu, buku cerita bergambar memiliki beragam jenis cerita.
5. Penelitian dan Pengembangan
a. Pengertian Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangana atau sering juga disebut dalam bahasa Inggris yaitu Research and Development merupakan suatu penelitan yang digunakan untuk mengasilkan produk dan menguji keefektifan dari produk itu sendiri. Menurut Sugiyono (2009:297) penelitian pengembangan atau research and development (R&D) merupakan suatu riset dasar yang berguna untuk mendapatkan informasi kebutuhan dari pengguna, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pengembangan yang dapat mengahsilkan produk dan mengkaji keefektifan dari produk itu. Penelitian pengembangan memiliki dua kata yaitu penelitian dan pengemebangan yang memiliki kegiatan pertama yaitu melakukan penelitian maupun studi literatur untuk menghasilkan suatu rancangan produk tertentu. Kegiatan kedua merupakan pengembangan yaitu dengan cara menguji keefektifitas, validasi rancangan yang telah dibuat, sehingga dapat menjadikan produk uang teruji dan dapat dimanfaatkan untuk masyarakat sekitar.
Sedangkan menurut Mulyatiningsih (2012:161) penelitian dan
pengembangan memiliki tujuan untuk menghasilkan suatu produk baru
melalui proses pengembangan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan atau research an development (R&D) merupakan penelitian yang memiliki tujuan untuk mengembangkan suatu produk dengan diawali dengan riset sesuai dengan kebutuhan kemudian dilakukan pengembangan untuk menghasilkan produk yang sudah teruji. Hasil dari produk pengembangan dapat berupa media, bahan ajar, maupun model pembelajaran. Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian research amd development (R&D) yaitu degan mengembangkan produk berupa bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran.
b. Langkah-Langkah Model Penelitian
Terdapat model desain pembelajaran yang sederhana dan mudah untuk dipelajari. Menurut Beny (2009:128) mengungkapkan bahwa terdapat satu model desain pembelajaran yang mempunyai sifat generik adalah model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement- Evaluate). Model ini dikembangkan oleh Mollenda pada tahun 1990-an.
Salah satu fungsinya ADDIE memiliki pedoman dalam mengembangkan produk yang efektif, dinamis, dan sistematik seperti bagan berikut ini :
Gambar 2.1 Model Pengembangan ADDIE (Tegeh, 2014:42)
Menurut Kustandi (2020:105) model pengembangan ini terdapat 5 langkah pengembangan, yakni : 1) Analysis (analisa), analis kebutuhan yang berguna untuk menentukan masalah dan solusi yang tepat dan menetukan
Analyze
Evaluate
Development
Implement Design
kompetensi peserta didik. 2) Design (desain / perancangan), yaitu menentukan kompetensi khusus, bahan ajar, metode dan strategi pembelajaran. 3) Development (pengembangan), memproduksi produk yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. 4) Implementation (implementasi/eksekusi), yaitu melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan prodak yang telah dikembangkan. 5) Evaluasi (evaluation) yaitu melakukan evaluasi produk terhadap proses pembelajaran maupun hasil belajar belajar peserta didik.
6. Karakteristik Peserta Didik Kelas 3 SD
Kemampuan peserta didik di sekolah dapat dipengaruhi dengan proses pembelajaran yang di kelas. Dalam proses pembelajaran akan terbentuk dari pandangan maupun pemahaman guru tentang karakteristik peserta didik dan hakikat pembelajaran. Proses pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif jika guru dapat memahami peran maupun fungsinya dalam kegiatan pembelajaran yaitu sebagai fasilitator, narasumber, pembimbing, ataupun pemberi informasi. Dalam proses pembelajaran yang terjadi di kelas tergantung dengan pandangan guru terhadap makna belajar yang dapat mempengaruhi aktivitas peserta didik. Dengan hal tersebut maka proses pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan peserta didik untuk itu diperlukannya pemahaman mengenai karakteristik peserta didik.
a. Karakteristik Peserta Didik
Di Indonesia rentang usia peserta didik sekolah dasar yaitu antara 7
tahun sampai dengan 12 tahun. Pada setiap rentang usianya peserta didik
memiliki karakteristik yang beragam. Menurut Hariyono (2014:5) masa
anak usia sekolah dasar merupakan masa anak-anak akhir sekitar usia kira-
kira 6 tahun hingga 12 tahun. Kemudian, Supriadi (2013:80)
mengungkapkan bahwa anak usia sekolah dasar mempunyai karakteristik
berbeda denagan anak yang berusia lebih muda, mereka lebih senang
bergerak, bermain, maupun bekerja kelompok dan senang melakukan
kegiatan secara langsung.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik peserta didik di sekolah
dasar terutama kelas rendah pada umumnya mereka menyukai kegiatan
bermain, bergerak, bereksplorasi dengan hal baru, berkerja dalam
kelompok, dan melakukan kegiatan secara langsung. Anak sekolah dasar
pada usia kelas rendah mudah menerima pengetahuan baru yang
disampaikan oleh guru maka dalam hal tersebut peserta didik perlu
diberikan arahan agar potensi yang dimilikinya dapat berkembang dengan
luas. Tidak hanya guru yang harus memiliki peran dalam perkembangan
proses pembelajarannya, karena guru adalah contoh yang ditauladani dan
ditiru oleh peserta didik.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian ini relevan dengan penelitian terdahulu, penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Relevan
Judul& Penulis Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan Pengembangan
Buku Cerita Anak Bergambar Berbasis Nilai- Nilai
Kepedulian bagi Peserta Didik Kelas 2 Sekolah Dasar
( Ulfah, Amaliya dan Vindaswari, Rera Feniks : 2018)
1. Tema dari materi yang dikembangkan sesuai dengan kurikulum yaitu pembelajaran tematik 2. Narasi divisualisikan
dalam bentuk gambar.
3. Buku cerita memiliki 28 halaman full color dengan ukuran 23cm x 19cm.
1. Menggunakan model yang dikembangkan oleh Borg and Gall.
2. Spesifikasi ukuran kertas 23cm x 19cm,
Tema dari materi yang
dikembangkan disesuaikan dengan kurikulum 2013 yaitu pembelajaran tematik
Pengembangan Buku Cerita Berbasis Pendidikan Karakter bagi Sekolah Dasar Kelas Tinggi (Nurbiyanti, Yulita Zuhrotun : 2011)
1. Bentuk buku disusun dengan praktis mudah dibawa dan unik serta dengan tampilan gambar dan komposisi warna yang berbeda tiap halamannya.
2. Penggunaan bahasa disesuaikan dengan ejaan.
1. Diperuntukkan kelas tinggi.
2. Model
penelitian yang digunakan adalah model yang
dikembangkan oleh Borg and Gall.
3.
Pengembangan buku cerita anak berbasis
pendidikan karakter
Pengembangan Buku Cerita Bergambar Tema 1
Subtema 1: Aku dan Diriku Untuk Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar
1. Judul buku “Teman- Temanku dari berbagai daerah di Indonesia”.
2. Gambar dibuat dengan konsep flatdesain.
3. Tipografi penulisan yang digunakan mengunakan tulisan tangan untuk seluruh isi buku.
Model penelitian yang digunakan adalah model yang dikembangkan oleh Borg and Gall.
Buku memuat tentang penanaman pendidikan karakter.
C. Kerangka Pikir
Bagan 2.1 Kerangka Pikir Kondisi Ideal :
Dengan adanya inovasi baru dalam penggunaan sebuah bahan ajar yang dapat
membuat suasana
pembelajaran di kelas lebih menarik dan materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan jelas sekaligus dapat mendapatkan pengetahuan baru.
Kondisi Lapang :
Berdasarkan hasil wawancara oleh guru kelas 3 di SDN Sumbersari 2 menunjukkan bahwa dalam pembelajaran terdapat keterbatasan dalam penggunaan bahan ajar yang digunakan masih berupa buku tematik pada umumnya, sehingga dalam proses pembelajaran kurang menarik karena banyak yang berupa teks tulisan dalam buku tersebut. Dalam penanaman pendidikan karakter masih menggunakan pembiasaan sehari-hari di sekolah, jika pandemi seperti saat ini tidak ada pembiasaan yang dilakukan dan belum terdapat bahan ajar yang menunjang.
Analisis Kebutuhan :
Diperlukannya inovasi yang dapat menyebabkan peserta didik mendapatkan pengetahuan baru selain dari buku tematik pada umumnya sekaligus secara tidak langsung dapat menanamkan pendidikan karakter. Hal itu dapat dilakukan dengan mengembangkan bahan ajar yang membuat peserta didik lebih tertarik dan semangat dalam pembelajaran. Pada bahan ajar ini, peserta didik diajak untuk membaca dan mengamati suatu cerita yang disertai gambar yang ada pada bahan ajar.
Tindak Lanjut:
Pengembangan Bahan Ajar BUTA BERKA (Buku Cerita Bergambar Berkarakter) Tema 4 Subtema 2 Pembelajaran 2 Kelas 3 Sekolah Dasar.
Metode Penelitian :
ADDIE (Analyze, Design, Development, Implementations, Evaluations)
Teknik Pengumpulan Data :
1. Wawancara 2. Angket 3. Tes
4. Dokumentasi
Instrumen Penelitian : 1. Pedoman
Wawancara 2. Angket 3. Tes
4. Dokumentasi
Teknik Analisis Data :
1. Kualitatif 2. Kuantitatif
Hasil yang Diharapkan :
Bahan ajar KUTA BERKA (Buku Cerita Bergambar Berkarakter) pada peserta didik kelas 3 Sekolah Dasar yang layak.