• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2021"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN

FISKAL

REGIONAL

TRIWULAN III TAHUN 2021

(2)

TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab Imik Eko Putro

Ketua Tim Darta

Kontributor Eko Yuli Prianto

Mudiyono Margo Utomo

Ema Ashari Nita Sara Ade Prima Latifa Dian Cahyaningsih

Desain Layout Nita Sara

Dashboard Ema Ashari Penanggung Jawab

Imik Eko Putro

Ketua Tim Darta

Kontributor Eko Yuli Prianto

Mudiyono Margo Utomo

Ema Ashari Nita Sara Ade Prima Latifa Dian Cahyaningsih

Desain Layout Nita Sara

Dashboard

Ema Ashari

(3)

i

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat yang diberikan sehingga Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Kalimantan Barat dapat menyusun dan menyelesaikan Kajian Fiskal Regional (KFR) Triwulan III Tahun 2021. KFR merupakan output pelaksanaan tugas Kanwil DJPb yang memiliki fungsi pembinaan, koordinasi, supervisi, dan representasi Kementerian Keuangan di daerah selaku pengelola fiskal sebagaimana dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.01/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja lnstansi Vertikal DJPb. KFR ini disusun berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 61/PB/2017 tentang Petunjuk Teknis Kajian Fiskal Regional.

KFR Triwulan III Tahun 2021 terdiri atas beberapa analisis diantaranya analisis ekonomi regional yang berisi data kondisi dan analisis perekonomian dan kesejahteraan regional seperti PDRB berdasarkan pengeluaran dan sektor/lapangan usaha, kontribusi dan pertumbuhan sektor/lapangan usaha terhadap PDRB dan fiskal, inflasi, serta indikator kesejahteraan seperti tingkat kemiskinan, pengangguran, ketimpangan pendapatan (rasio gini), Nilai Tukar Petani (NTP), dan Nilai Tukar Nelayan (NTN). Pada KFR ini juga memaparkan analisis fiskal regional yang terdiri dari ringkasan dan analisis atas realisasi APBN, realisasi APBD, realisasi anggaran pendapatan dan belanja konsolidasian, serta analisis permasalahan dan solusinya.Topik utama dalam KFR Triwulan III Tahun 2021 ini yaitu analisis tematik dengan tema "Peran Fiskal Untuk Kesejahteraan Petani dan Nelayan:

Analisis NTP dan NTN dan Analisis Peluang Investasi Daerah".

Penyusunan KFR ini telah melalui proses pengumpulan data dan informasi dari berbagai pihak sehingga kami berharap substansi KFR yang disusun telah memuat informasi kondisi fiskal Provinsi Kalimantan Barat yang komprehensif dan berguna kepada stakeholders regional Provinsi Kalimantan Barat.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung penyusunan KFR ini, terutama berkaitan dengan penyediaan data yang diperlukan.

Kami menyadari bahwa dalam KFR ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga kami mohon kritik dan saran yang dapat digunakan untuk proses perbaikan dalam penyusunan KFR di masa yang akan datang.

Pontianak, 12 November 2021 Kepala Kantor Wilayah DJPb Provinsi Kalimantan Barat,

Imik Eko Putro

(4)

ii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ... iii

DASHBOARD EKONOMI DAN FISKAL REGIONAL ... iv

RINGKASAN EKSEKUTIF ... vi

BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL

1.1. Perkembangan dan Analisis Indikator Makro Ekonomi ... 1

1.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 1

1.1.2. Inflasi ... 2

1.2. Perkembangan dan Analisis Indikator Kesejahteraan ... 2

1.2.1. Kemiskinan ... 2

1.2.2. Pengangguran ... 3

1.2.3. Ketimpangan Pendapatan ... 4

1.2.4. Nilai Tukar Petani (NTP) ... 5

1.2.5. Nilai Tukar Nelayan (NTN) ... 5

BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

2.1. Pelaksanaan APBN ... 6

2.1.1. Pendapatan Negara ... 6

2.1.2. Belanja Negara ... 8

2.1.3. Surplus/Defisit ... 9

2.1.4. Prognosis APBN ... 9

2.1.5. Analisis Capaian Output: Layanan Dasar Publik ... 10

2.2. Pelaksanaan APBD ... 10

2.2.1. Pendapatan Daerah ... 11

2.2.2. Belanja Daerah ... 12

2.2.3. Surplus/Defisit APBD ... 12

2.2.4. Pembiayaan Daerah ... 12

2.2.5. Prognosis APBD ... 12

2.3. Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian ... 13

2.3.1. Pendapatan Konsolidasian ... 13

2.3.2. Belanja Konsolidasian ... 13

2.3.3. Surplus/Defisit Konsilidasian ... 15

BAB III ANALISIS TEMATIK

3.1. Peran Fiskal Untuk Kesejahteraan Petani dan Nelayan: Analisis NTP dan NTN ... 16

3.1.1. Reviu Program Pemerintah untuk Petani dan Nelayan ... 20

3.1.2. Analisis Perbandingan Tren Antara Pengeluaran Pemerintah dengan NTP dan NTN ... 24

3.1.3. Rekomendasi Kebijakan ... 26

3.2. Analisis Peluang Investasi Daerah ... 27

3.2.1. Identifikasi Peluang Investasi ... 27

3.2.2. Nilai Kebutuhan Investasi ... 29

3.2.3. Informasi Pasar ... 29

3.2.4. Faktor yang Berpengaruh terhadap Investasi ... 33

BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1. Simpulan ... 35

4.2. Rekomendasi ... 37

(5)

iii

Tabel II.1 Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Kalimantan Barat ... 6

Tabel II.2 Rasio Penerimaan Perpajakan terhadap PDRB di Kalbar ... 8

Tabel II.3 Perkiraan Ralisasi APBN Lingkup Provinsi Kalbar s.d. Akhir Tahun 2021 ... 9

Tabel II.4 Realisasi APBD Lingkup Provinsi Kalimantan Barat s.d. Akhir Triwulan III Tahun 2020 dan 2021 ... 10

Tabel II.5 Perkiraan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III Tahun 2021 ... 13

Tabel II.6 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2020-2021 ... 13

Tabel II.7 Rasio Pajak Konsolidasian terhadap PDRB ... 14

Tabel II.8 Rasio Belanja Pemerintah Konsolidasian terhadap PDRB ... 15

Tabel III.1 Harga Rata- Rata Komoditi Pangan di Kalimantan Barat Per Agustus 2021 ... 18

Tabel III.2 Harga Rata- Rata Komoditi Hortikultura di Kalimantan Barat Per Agustus 2021 ... 19

Tabel III.3 Pagu dan Realisasi Sektor Pertanian di Kementerian Keuangan Tahun 2021 ... 20

Tabel III.4 Pagu dan Realisasi Sektor Pertanian di Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2021 ... 21

Tabel III.5 Pagu dan Realisasi Sektor Pertanian di Kementerian PUPR Tahun 2021 ... 21

Tabel III.6 Industri Kunci Berdasarkan Perhitungan IRIO ... 29

Tabel III.7 Pertumbuhan Industri Oleokimia di Indonesia ... 30

Tabel III.8 Biaya Pengembangan Pabrik Oleokimia ... 30

Tabel III.9 Performa Arus Kas Bersih dan Profitabilitas ... 31

Grafik I.1 Pertumbuhan PDRB dan Growth PDRB Menurut Pengeluaran ... 1

Grafik I.2 Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Usaha ... 1

Grafik I.3 Tingkat Inflasi Kalimantan Barat dan Nasional ... 2

Grafik I.4 Perkembangan Kemiskinan Kalimantan Barat ... 3

Grafik I.5 Disparitas Kemiskinan Desa-Kota ... 3

Grafik I.6 Tingkat Pengangguran Prov. Kalimantan Barat ... 3

Grafik I.7 Distribusi Pendapatan Masyarakat Kalimantan Barat ... 4

Grafik I.8 Perkembangan NTP Kalimantan Barat ... 5

Grafik II.1 Komponen Pendapatan Negara Triwulan III 2020 dan 2021 ... 6

Grafik II.2 Penerimaan Perpajakan Triwulan III Tahun 2020 dan 2021 ... 7

Grafik II.3 Penerimaan Bea Cukai Triwulan III Tahun 2020 dan 2021 ... 7

Grafik II.4 Penyaluran KUR Lingkup Kalimantan Barat s.d. Triwulan III 2021 ... 9

Grafik II.5 Komposisi Pendapatan Triwulan III-2021 ... 11

Grafik II.6 Komposisi Belanja Triwulan III-2021 ... 12

Grafik II.7 Komponen Pendapatan Konsolidasian ... 13

Grafik II.8 Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 14

Grafik II.9 Belanja Konsolidasian ... 14

Grafik II.10 Komponen Belanja Konsolidasian ... 15

Grafik II.11 Surplus/Defisit Konsolidasian ... 16

Grafik III.1 NTP Prov. Kalimantan Barat Indeks Harga yang Dibayar Petani dan Indeks Harga yang Diterima Petani ... 17

Grafik III.2 Penyaluran KUR per Sektor Tahun 2017 s.d. Agustus 2021 ... 22

Grafik III.3 Penyaluran Pembiayaan UMi per Sektor Tahun 2017 s.d. Agustus 2021 ... 23

Grafik III.4 Pagu dan Realisasi DAK Fisik Bidang Pertanian Tahun 2018 s.d. 2021 ... 23

Grafik III.5 Pagu dan Realisasi DAK Fisik Bidang Kelautan dan Perikanan Tahun 2018 s.d. 2021 ... 24

Grafik III.6 Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dan Belanja K/L Sektor Pertanian Per Januari s.d. September 2021 25 Grafik III.7 Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dan DAK Fisik Prov. Kalbar Per Januari s.d. September 2021 ... 25

Grafik III.8 Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dan KUR Prov. Kalbar Per Januari s.d. September 2021 ... 26

Grafik III.9 Backward Multiplier Tertinggi dan Forward Multiplier ... 28

Diagram III.1 Kebijakan Input dan Output Pertanian dan Perikanan ... 16

Diagram III.2 Proses Pengolahan Produk Oleokimia ... 29

Diagram III.3 Harga Produk Oleokimia ... 29

(6)
(7)

Perkembangan Kinerja Pelaksanaan

APBN dan APBD Provinsi Kalimantan Barat s.d. TRIWULAN III 2021

Realisasi Pendapatan APBN Provinsi Kalbar

(dalam miliar rupiah)

Realisasi Belanja APBN Provinsi Kalbar

(dalam miliar rupiah)

Realisasi Belanja TKDD APBN Provinsi Kalbar

(dalam miliar rupiah)

Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalbar

(dalam miliar rupiah)

Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalbar

(dalam miliar rupiah)

Tren Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa Provinsi Kalbar s.d. TW 2021

(dalam miliar rupiah)

Pagu - Realisasi DAK Fisik Bidang Kelautan dan Perikanan

Tahun 2018 s.d. 2021 Provinsi Kalbar

(dalam jutaan rupiah) Pagu - Realisasi DAK Fisik Bidang Pertanian

Tahun 2018 s.d. 2021 Provinsi Kalbar (dalam jutaan rupiah)

(8)

vi

A. Analisis Ekonomi Regional: Indikator Ekonomi Makro dan Kesejahteraan

Tahun 2021 menjadi tahun kedua dimana seluruh dunia masih berjibaku dengan pandemi, terlebih di awal periode Triwulan III 2021, Indonesia dilanda oleh pandemi gelombang kedua. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Barat masih dapat bertahan, hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan sebesar 4,60 persen pada Triwulan III 2021 (y-on- y). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Kalimantan Barat atas dasar harga berlaku Triwulan III 2021 tercatat sebesar Rp 57,51 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp35,03 triliun. Dengan demikian pertumbuhan Kalimantan Barat berada di atas pertumbuhan nasional yang mencapai 3,51 persen.

Pada September tahun 2021 Kalbar mengalami inflasi 0,34 persen, lebih tinggi sebesar 0,38 persen dari inflasi Nasional yaitu -0,04 persen, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan inflasi periode yang sama tahun 2020 yang tercatat sebesar 0,02 persen. Sesuai dengan rencana pembangunan yang tercantum pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP), target indikator angka pengangguran Provinsi Kalbar Tahun 2021 adalah 3,63 persen, namun sesuai dengan rilis data BPS, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kalimantan Barat periode Agustus 2021 sebesar 5,82 persen, naik 0,01 persen poin dibandingkan Agustus 2020. Dimana TPT laki-laki sebesar 6,20 persen, lebih tinggi dibanding TPT perempuan yang sebesar 5,21 persen. Sedangkan pada Agustus 2021, TPT perkotaan (9,57 persen) lebih tinggi hampir tiga kali lipat TPT di Daerah perdesaan (3,86 persen).

Pada Agustus 2021, sejumlah 216,06 ribu orang telah terdampak pandemi COVID-19. Kabar baiknya, jumlah ini turun 110,15 ribu orang dibandingkan Agustus 2020. Dalam beberapa kurun waktu terakhir, distribusi pekerja di Kalimantan Barat mayoritas berada di sektor informal. Tercatat, per Agustus 2021 sebanyak 1,51 juta orang (60,87 %) penduduk yang bekerja berada di sektor informal dan sisanya sebesar 971,32 ribu orang (39,13%) berada di sektor formal. Pada tataran nasional, tingkat pengangguran Kalimantan Barat tersebut masih dibawah tingkat pengangguran nasional yang mencapai 6,49 persen.

B. Analisis Fiskal Regional: Perkembangan dan Pengaruh Fiskal di Daerah (APBN dan APBD) APBN berperan penting dalam menggerakkan perekonomian serta mengatasi pandemi Covid-19 yang berdampak pada sektor kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat. Realiasi pendapatan Kalimantan Barat sampai dengan Triwulan III 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 10,87%, sedangkan belanja negara tumbuh negatif 9,24% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Belanja Pemerintah Pusat sampai dengan Triwulan III 2021 mencapai Rp7,077.49 atau 34,15 persen dari total realisasi belanja APBN. Belanja pemerintah sebagai stimulus perekonomian Kalbar meliputi Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal dan Belanja Bantuan Sosial mengalami pertumbuhan positif 10,50. Realisasi Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa periode Triwulan III 2021 sebesar Rp13,649.10 atau 65,85 persen dari total belanja APBN.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2021 menjadi instrumen utama dalam upaya penanganan

Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional. APBN 2021 dirancang bersifat ekspansif untuk

memastikan agar perekonomian terus bergerak untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, adil,

dan makmur di tengah berbagai tantangan, termasuk penanganan pandemi Covid-19. Program dan

kegiatan untuk layanan dasar publik serta output strategis menjadi prioritas unggulan. Realisasi

(9)

vii

belanja output strategis dan layanan dasar publik periode Triwulan III 2021 telah mencapai Rp 1,808,66 miliar meliputi sektor pendidikan, sektor infrastruktur, dan sektor kesehatan. Tax Ratio Penerimaan Pajak terhadap PDRB wilayah Kalbar kurun waktu tahun 2018 sampai dengan triwulan III 2021 mengalami penurunan. Turunnya tax ratio di masa pandemi ini dipengaruhi secara langsung oleh terkontraksinya ekonomi. Adapun faktor lain yang mempengaruhi secara tidak langsung adalah berbagai kebijakan di bidang perpajakan, utamanya insentif perpajakan yang masih berlangsung di beberapa sektor.

Pemulihan kondisi akibat pandemi yang terjadi bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat, namun juga pemerintah daerah melalui berbagai kebijakan publik dan fiskal regional. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah salah satu instrumen penting dalam menentukan arah kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk menangani pandemi serta untuk memulihkan ekonomi. Target Pendapatan untuk APBD Kalbar 2021 adalah sebesar Rp25.914,31 miliar dan Pagu Belanja sebesar Rp27.053,29 miliar, sehingga terdapat rencana defisit sebesar Rp1.138,97 miliar.

Namun hingga akhir Triwulan III 2021, realisasi pendapatan menunjukkan pencapaian sebesar Rp16.812,53 miliar dan realisasi belanja sebesar Rp12.269,20 miliar, sehingga realisasi anggaran hingga Triwulan III masih menujukkan kondisi surplus sebesar Rp4.543,33 miliar.

Untuk menyediakan informasi bagi publik/stakeholders serta sebagai alat dan data manajerial untuk melaksanakan evaluasi dan pengambilan keputusan kebijakan fiskal dibentuk Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) Tingkat Wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Realisasi Pendapatan Negara Konsolidasian Tingkat Wilayah Kalimantan Barat Triwulan III-2021 mencapai Rp10.425,79 miliar, naik sebesar 33,09% dibanding Triwulan III-2020 dengan kontribusi dari Pemerintah Pusat sebesar Rp6.699,10 miliar dan Pemerintah Daerah sebesar Rp16.830,78 miliar serta proses eliminasi akun-akun resiprokal. Belanja Konsolidasian Tingkat Wilayah Kalimantan Barat Triwulan III-2021 mencapai Rp 19.318,59 miliar, mengalami peningkatan sebesar 9,21% dibanding Triwulan III-2020, belanja tersebut terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp20.724,95 miliar dan pemerintah daerah Rp13.169,17 miliar, serta proses eliminasi atas akun-akun resiprokal.

Rasio pajak konsolidasian terhadap PDRB di Kalbar pada tahun 2018-2019 mengalami kenaikan, namun menurun signifikan di tahun 2020. Hal ini dikarenakan adanya pandemi yang mulai melanda sejak awal tahun 2020 dan belum berakhir hingga akhir tahun membuat lumpuhnya kegiatan perekonomian secara mendadak dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan Rasio Belanja Pemerintah terhadap PDRB dari tahun 2018 hingga tahun 2021 tergolong fluktuatif, dimana pada tahun 2018-2019 rasio belanja pemerintah sempat mengalami penurunan kemudian naik lagi di tahun 2020 bahkan melebihi rasio belanja terhadap PDRB dari tahun 2018.

C. Analisis Tematik 1: Peran Fiskal Untuk Kesejahteraan Petani dan Nelayan

Data Nilai Tukar Petani di Provinsi Kalimantan Barat dihitung dari lima subsektor pertanian yaitu Subsektor Tanaman Pangan, Subsektor Hortikultura, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat, Subsektor Peternakan, Subsektor Perikanan, namun di Provinsi Kalimantan Barat tidak ada perhitungan secara khusus Nilai Tukur Nelayan (NTN), namun sudah masuk dalam perhitungan Nilai Tukar Petani (NTP). Sampai dengan bulan September tahun 2021, indeks harga yang diterima petani (It) tiap bulan menunjukan trend positif, dari bulan Januari sebesar 123,57 laju kenaikan cukup tinggi sampai pada bulan September 2021 sebesar 140,00. Sedangkan Indeks yang dibayarkan petani (Ib) pada tahun 2021 di bulan Januari sebesar 105,63 ada kenaikan yang tidak terlalu tinggi, sampai dengan bulan September sebesar 106,52.

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan perbandingan antara Indeks harga yang diterima petani (It) dengan Indeks harga yang dibayar petani (Ib), semakin tinggi It semakin tinggi pula NTP dan sebaliknya. Kebalikan dari It, yaitu Ib semakin tinggi akibatnya NTP semakin rendah, dan sebaliknya.

NTP di Kalimantan Barat tahun 2021, menunjukan laju pertumbuhan yang sangat baik, nilai NTP

bulan Januari sebesar 116,98, terus naik sampai dengan bulan September dengan nilai 134,25. NTP

merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP

juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang

(10)

viii

dikonsumsi maupun untuk biaya produksi, dilihat dari laju kenaikan NTP menunjukan kesejahteraan petani di Kalimantan Barat terus meningkat.

D. Analisis Tematik 2: Peluang Investasi Daerah

Potensi investasi Kalimantan Barat dapat dilihat melalui visi Kalimantan Barat 2019-2021 yaitu

“Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Barat Melalui Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan”. Dalam hal ini Badan Pusat Statistik Prov.

Kalimantan Barat dan Bappeda Prov. Kalimantan Barat telah menyusun analis terkait potensi investasi di Kalimantan Barat menggunakai Inter-Regional Input-Output (IRIO). Model ini merupakan pengembangan dari model Input-Output (I-O) suatu wilayah system perekonomian tertentu. Aspek utama dalam model ini adalah pengukuran dan permodelan dari keterkaitan kegiatan ekonomi yang terbagi dalam berbagai sektor di suatu wilayah denga wilayah lainnya.

Salah satu peluang investasi yang potensial dari kawasan strategis di Kalbar adalah Kawasan Industri Ketapang yang terletak di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Kawasan ini akan dikembangkan industri antara lain industri CPO & makanan, industri tekstil, industri semen & bangunan, dan industri kayu. Berdasarkan hal tersebut potensi investasi daerah Kalimantan Barat akan Industri CPO perlu dikembangkan dengan baik, hal ini dikarenakan selain sebagai komoditas terbesar di Kalimantan Barat, CPO juga di konversi menjadi oleokimia yaitu produk kimia yang berbasis alam.

Apabila potensi tersebut dioptimalkan, kegiatan perkonomian dari Kawasan Industri Ketapang akan memberikan dampak ekonomi dan fiskal regional secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, hal ini akan meningkatkan kontribusi kepada ekonomi daerah dan nasional melalui Pajak yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah. Secara tidak langsung, ekonomi di sekitar area juga akan berkembang, mulai dari jasa makan dan minuman, perhotelan, perdagangan produk komoditi, jasa pengiriman barang, yang nantinya akan mewujudkan pemerataan distribusi komoditi perekonomian. Secara umum, terdapat empat faktor yang mempengaruhi potensi investasi di Kalbar, yaitu sumber daya manusia, kondisi geografi, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), dan sarana dan prasarana.

E. Rekomendasi Kebijakan

Perlu adanya langkah-langkah strategis untuk mengakselerasi penyerapan APBD yang optimal sampai dengan akhir tahun 2021. Khususnya terkait dengan realisasi DAK Fisik, perlu dilakukan upaya-upaya percepatan realisasi DAK Fisik dikarenakan sampai dengan Triwulan III 2021 realisasi DAK Fisik masih 29.54 persen. Tingginya SiLPA setidaknya mencerminkan perencanaan yang tidak akurat atau bahkan masih adanya idle cash karena penyerapan yang belum optimal. Manajemen kas yang lebih efektif dapat memberikan solusi terhadap tingginya SiLPA di Provinsi Kalimantan Barat.

Selain itu, diperlukan juga adanya Kebijakan Input Pertanian, yaitu belanja pemerintah baik melalui Kementerian/Lembaga maupun melalui DAK Fisik di bidang pertanian termasuk di dalamnya bidang perikanan, yang langsung berpengaruh terhadap biaya operasional dan belanja modal, dapat menekan indeks yang dibayar petani (Ib), untuk itu belanja ini agar terus ditingkatkan seperti bantuan Benih, bantuan Pupuk dan bantuan peralatan mesin untuk petani maupun nelayan. Kebijakan Input Pertanian juga perlu dilakukan melalui Kredit Usaha Rakyat di bidang pertanian, sebagai tambahan modal usaha pertanian,meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan belanja operasional maupun belanja modal, ini juga dapat menekan indeks yang dibayar petani (Ib).

Dalam rangka mendorong pertumbuhan sektor unggulan Kalbar, APBN dan APBD perlu diarahkan

ke belanja belanja yang terkait dengan sektor Kelapa Sawit, CPO dan turunannya. Misalnya terkait

dengan peremajaan kelapa sawit atau rencana pembangunan pipa saluran CPO dari produsen

langsung ke Pelabuhan Kijing di Mempawah. Adanya pipa saluran CPO ini akan meminimalisir biaya

angkut dari produsen ke pelabuhan dalam rangka ekspor serta akan meminimalisir kerusakan jalan

yang dilalui oleh truk pengangkut CPO.

(11)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

TRIWULAN III TAHUN 2021

KALIMANTAN BARAT

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat

ANALISIS EKONOMI REGIONAL

BAB I

(12)

1

1.1. Perkembangan dan Analisis Indikator Makro Ekonomi 1.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Seiring adanya beberapa pelonggaran aktivitas ekonomi, ekonomi Kalimantan Barat berangsur pulih dan kembali mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,60 persen pada triwulan III 2021 (y-on- y). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Kalimantan Barat atas dasar harga berlaku triwulan III tahun 2021 tercatat sebesar Rp 57,51 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp35,03 triliun. Namun demikian, pertumbuhan di Kalimantan Barat berada di atas pertumbuhan nasional yang mencapai 3,51 persen.

Struktur PDRB Kalimantan Barat menurut pengeluaran ata s dasar harga berlaku triwulan III 2021 tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Perekonomian Kalimantan Barat masih didominasi oleh Komponen PK-RT yang mencakup hampir separuh PDRB Kalimantan Barat yaitu sebesar 48,32 persen; diikuti oleh komponen PMTB sebesar 31,11 persen; Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 13,76 persen; Komponen PK-P sebesar 11,71 persen; dan Komponen PK-LNPRT sebesar 1,25 persen. Sementara itu, Komponen Impor Barang dan Jasa sebegai pengurang dalam PDRB memiliki peran sebesar 6,83 persen.

Grafik I.1

Pertumbuhan PDRB dan Growth PDRB Menurut Pengeluaran

Sumber data: BPS Kalimantan Barat (diolah)

Grafik I.2

Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Usaha

Sumber data: BPS Kalimantan Barat (diolah)

(13)

2

Namun demikian, jika diamati tren pertumbuhan PDRB secara triwulanan (q-to-q) dalam 3 tahun terakhir, meskipun PDRB Kalimantan Barat selalu mengalami kontraksi di triwulan I namun masih mampu kembali tumbuh positif di triwulan berikutnya. Namun masih dalam kondisi masa pandemi COVID-19 pada triwulan III 2021 dimana ekonomi Kalimantan Barat mengalami kontraksi sebesar 0,77 persen (q to q).

Menurut lapangan usaha, struktur PDRB Kalimantan Barat atas harga berlaku triwulan III 2021 tidak menunjukkan perubahan berarti. Perekonomian Kalimantan Barat masih didominasi oleh Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 21,22 persen; diikuti oleh Industri Pengolahan sebesar 16,80 persen; Konstruksi sebesar 13,64 persen; dan Perdagangan sebesar 12,67 persen.

Peranan keempat lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Kalimantan Barat mencapai 64,33 persen.

1.1.2. Inflasi

Inflasi diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang berlangsung secara berkelanjutan dalam jangka waktu tertentu. Demikian sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan harga secara umum maka disebut deflasi. Periode Oktober 2021 Provinsi Kalimantan Barat mengalami deflasi 0,21 persen setelah pada bulan sebelumnya mengalami inflasi 0,34 persen.

Menurut BPS, kelompok pengeluaran Makanan Minuman dan Tembakau, Kesehatan, serta Pakaian dan Alas Kaki yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi.

Grafik I.3

Tingkat Inflasi Kalimantan Barat dan Nasional

Sumber data: BPS kalimantan Barat (diolah)

Tingkat inflasi tahun kalender sampai dengan Oktober 2021 sebesar 0,85 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2021 terhadap Oktober 2020) sebesar 1,74 persen. Arah inflasi Kalimantan Barat berlawanan dengan arah inflasi Nasional dimana secara Nasional mengalami inflasi sedangkan Kalimantan Barat mengalami deflasi.

1.2. Perkembangan dan Analisis Indikator Kesejahteraan 1.2.1. Kemiskinan

Secara umum, pada periode Maret 2010 - Maret2021 tingkat kemiskinan di Kalimantan Barat

mengalami fluktuasi baik dari sisi jumlah maupun persentasenya. Selama lebih dari satu dasawarsa

ini, jumlah penduduk miskin Kalimantan Barat telah dapat ditekan cukup signifikan dari 428,76 ribu

jiwa (Maret 2010), menjadi 367,89 ribu jiwa (Maret 2021). Terjadi penurunan persentase penduduk

miskin yang melambat yakni 1,87 persen dari periode Maret 2010 (9,02 persen) sampai Maret 2021

(7,15 persen). Perkembangan tingkat kemiskinan Maret 2010 sampai dengan Maret 2021 ditunjukkan

oleh Grafik I.4.

(14)

3

428.76

384.39 382.27 371.22

365.07 380.71

407.34 401.51

381.92 383.70 405.51

381.35 390.32 387.43 388.81 387.08 369.73

378.41

370.47 366.77 370.71 367.89 9.02%

8.00%

8.48%

8.17%

7.96%

8.24%

8.74%

8.54%

8.07% 8.03%

8.44%

7.87% 8.00%

7.88%

7.86% 7.77%

7.37% 7.49%

7.28% 7.17% 7.24% 7.15%

6.80%

7.30%

7.80%

8.30%

8.80%

9.30%

9.80%

320.00 340.00 360.00 380.00 400.00 420.00 440.00

Maret 2010

Maret 2011

Sept 2011

Maret 2012

Sept 2012

Maret 2013

Sept 2013

Maret 2014

Sept 2014

Maret 2015

Sept 2015

Maret 2016

Sept 2016

Maret 2017

Sept 2017

Maret 2018

Sept 2018

Maret 2019

Sept 2019

Maret 2020

Sept 2020

Maret 2021

Grafik I.4

Perkembangan Kemiskinan Kalimantan Barat

Sumber data: BPS kalimantan Barat (diolah)

Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Barat pada Maret 2021 mencapai 367,89 ribu orang. Terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 2,82 ribu orang dibandingkan September 2020. Jika dibandingkan dengan angka Maret tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak 1,12 ribu orang.

Berdasarkan derah tempat tinggal, sesuai dengan Grafik V disamping, pada periode Maret 2020 – Maret 2021, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebesar 2.540 orang, sedangkan daerah perdesaan turun sebesar 1.420 orang. Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 4,69 persen menjadi 4,68 persen. Sedangkan di perdesaan naik dari 8,50 persen menjadi 8,57 persen. Empat jenis komoditi yang paling berpengaruh terhadap kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras dan daging ayam ras. Sedangkan tiga jenis komoditi bukan makanan yang paling dominan adalah biaya perumahan, bensin, dan listrik.

1.2.2. Pengangguran

Grafik I.5

Disparitas Kemiskinan Desa-Kota

Sumber data: BPS kalimantan Barat (diolah)

Grafik I.6

Tingkat Pengangguran Prov. Kalimantan Barat

Sumber: BPS kalimantan Barat (diolah)

(15)

4

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kalimantan Barat periode Agustus 2021 sebesar 5,82 persen, naik 0,01 persen poin dibandingkan Agustus 2020. Dimana TPT laki-laki sebesar 6,20 persen, lebih tinggi dibanding TPT perempuan yang sebesar 5,21 persen. Sedangkan pada Agustus 2021, TPT perkotaan (9,57 persen) lebih tinggi hampir tiga kali lipat TPT di Daerah perdesaan (3,86 persen). Dalam beberapa kurun waktu terakhir, distribusi pekerja di Kalimantan Barat mayoritas berada di sektor informal. Tercatat, per Agustus 2021 sebanyak 1,51 juta orang (60,87 %) penduduk yang bekerja berada di sektor informal dan sisanya sebesar 971,32 ribu orang (39,13%) berada di sektor formal. Pada tataran nasional, tingkat pengangguran Kalimantan Barat tersebut masih dibawah tingkat pengangguran nasional yang mencapai 6,49 persen.

Pada Agustus 2021, sejumlah 216,06 ribu orang telah terdampak pandemi COVID-19. Kabar baiknya, jumlah ini turun 110,15 ribu orang dibandingkan Agustus 2020. Optimisme akan berbagai upaya pemerintah termasuk adanya program vaksinasi dalam menekan laju jumlah kasus COVID-19 dan upaya pemulihan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi diharapkan mampu mendorong peningkatan lapangan kerja serta mengurangi jumlah penduduk miskin di Kalimantan Barat.

1.2.3. Ketimpangan Pendapatan

Pada Maret 2021, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Kalimantan Barat yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,313. Angka ini turun sebesar 0,012 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio September 2020 yang sebesar 0,325. Sementara jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2020 (0,317), tercatat penurunan yang ebih kecil, sebesar 0,004 poin. Gini Ratio daerah perkotaan pada Maret 2021 tercatat sebesar 0,341, naik sebesar 0,012 poin dibandingkan dengan Gini Ratio September 2020 yang sebesar 0,329.

Dibandingkan dengan Gini Ratio setahun sebelumnya, tercatat peningkatan (0,006 poin) yaitu pada posisi 0,335 pada Maret 2020. Sementara itu, Gini Ratio di daerah perdesaan pada Maret 2021 tercatat sebesar 0,267, atau turun sebesar 0,006 poin dibanding angka September 2020 sebesar 0,273, dan tercatat turun sebesar 0,005 poin terhadap Gini Ratio Maret 2020 yang tercatat sebesar 0,272.

Pada Maret 2021, distribusi pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah adalah sebesar 21,27 persen. Artinya pengeluaran penduduk berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah. Apabila dirinci menurut wilayah, di daerah perkotaan angkanya tercatat sebesar 19,57 persen, sedangkan perdesaan mencatat angka yang lebih tinggi, yaitu sebesar 23,18 persen. Artinya, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan di Kalimantan Barat termasuk dalam kategori ketimpangan rendah.

0.377

0.351

0.341 0.344

0.335 0.329 0.341

0.277 0.278 0.281 0.279

0.272 0.273 0.267

0.339

0.327 0.327

0.318 0.317

0.325

0.313

Maret-18 Sept-18 Maret-19 Sept-19 Maret-20 Sept-20 Maret-21

Kota Desa Kota+Desa

Grafik I.7

Distribusi Pendapatan Masyarakat Kalimantan Barat

Sumber: BPS kalimantan Barat (diolah)

(16)

5

102.86 103.25 103.26 103.1 103.29 102.93 103.39 103.59 103.48 104.68 105.68 106.67 114.97 117.01 116.98 117.31 120.82 122.8 124.41 127.37 126.81 130.56 134.25 137.63

Nov '20 Des Jan '21 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt

Nasional Kalbar

1.2.4. Nilai Tukar Petani

Pada bulan Oktober, NTP Kalimantan Barat sebesar 137,63 dengan NTP masing- masing subsektor tercatat sebesar 94,05 untuk subsektor tanaman pangan (NTP-P); 105,69 untuk sub sektor hortikultura (NTP-H); 161,02,18 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-TPR); 100,77 untuk subsektor peternakan (NTP-Pt) dan 105,88 untuk subsektor perikanan (NTNP). Kabar baiknya, NTP Provinsi Kalimantan Barat selalu berada pada level surplus dan lebih tinggi daripada NTP Nasional yang artinya kesejahteraan petani di Kalimantan Barat lebih baik daripada level nasional. Adanya kenaikan NTP pada bulan Oktober 2021 ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun biaya produksi dan penambahan barang modal.

1.2.5. Nilai Tukar Nelayan

Pada Provinsi Kalimantan Barat, Nilai Tukar Nelayan tidak dihitung secara spesifik, namun masuk dalam bagian Nilai Tukar Petani pada Subsektor Perikanan, dalam subesktor perikanan juga dibagi lagi menjadi Subsektor Perikanan Tangkap dan Subsektor Perikanan Budidaya, Pada bulan Oktober 2021, Nilai Tukar Nelayan Provinsi Kalimantan Barat naik sebesar 0,38 persen. Hal ini terjadi karena It naik sebesar 0,57 persen, sedangkan Ib naik sebesar 0,19 persen.

Pada Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi), pada Oktober 2021 turun sebesar 0,04 persen. Hal ini terjadi karena It meningkat sebesar 0,13 persen, lebih rendah dari peningkatan Ib sebesar 0,16 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga berbagai komoditas Subsektor Perikanan Tangkap sebesar 0,57 persen dan subsector Perikanan Budidaya sebesar 0,13 persen. Sedangkan kenaikan Ib sebesar 0,18 persen disebabkan kenaikan indeks kelompok IKRTsebesar 0,15 persen dan indeks kelompok BPPBM sebesar 0,24 persen.

Grafik I.8

Perkembangan NTP Kalimantan Barat

Sumber: BPS kalimantan Barat (diolah)

(17)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

TRIWULAN III TAHUN 2021

KALIMANTAN BARAT

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Barat

BAB II

ANALISIS FISKAL

REGIONAL

(18)

6

2.1. Pelaksanaan APBN

Sampai dengan triwulan III tahun 2021 alokasi dana APBN masih sangat berperan dalam menggerakkan perekonomian dan mengatasi pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat. Realiasi pendapatan Kalimantan Barat dalam tekanan berkurangnya aktivitas perekonomian masyarakat masih mengalami pertumbuhan sebesar 10,87%, sedangkan belanja negara tumbuh negatif 9,24% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Belanja Pemerintah Pusat mengalami pertumbuhan positif 10,50%, namun Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa mengalami pertumbuhan negatif 15,85%.

Peran Belanja Pegawai, Barang, Belanja Modal dan Bansos sampai dengan triwulan III 2021 telah mencapai Rp7,077.49 atau 64,63% dari pagu belanja sejalan dengan prioritas Pemerintah. Di masa pandemi COVID-19 ketiga jenis belanja tersebut menjadi prioritas Pemerintah, khususnya dalam mendorong UMKM untuk dapat bertahan di masa krisis.

Realisasi APBN antara triwulan III tahun 2021 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebagaimana tabel II.1.

Tabel II.1

Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Kalimantan Barat

Uraian

2020 2021

% Growth Pagu Realisasi %

Realisasi Pagu Realisasi % Realisasi

A. PENDAPATAN NEGARA 7,332.66 5,394.17 73.56% 8,308.80 6,776.64 81.56% 10.87%

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 7,332.66 5,394.17 73.56% 8,207.02 6,760.68 82.38% 11. 98%

1 Penerimaan Pajak 6,356.39 4,201.75 66.10% 7,380.41 5,084.45 68.89% 4.22%

2 Bea Cukai 449.91 566.07 125.82% 338.42 1,009.38 298.27% 137.06%

3 PNBP 526.36 626.35 119.00% 488.20 666.85 136.59% 14.79%

II. HIBAH 0.00 0.00 - 101.78 15.96 15.68% -

1 Hibah 0.00 0.00 - 101.78 15.96 15.68% -

B. BELANJA NEGARA 28,409.00 21,342.33 75.13% 30,397.49 20,726.59 68.19% -9.24%

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 9,438.76 5,520.84 58.49% 10,950.18 7,077.49 64.63% 10.50%

1 Belanja Pegawai 3,853.26 2,709.11 70.31% 3,895.60 2,823.51 72.48% 3.09%

2 Belanja Barang 3,889.81 2,043.32 52.53% 3,890.85 2,496.88 64.17% 22.16%

3 Belanja Modal 1,684.68 763.64 45.33% 3,155.88 1,753.27 55.56% 22.56%

4 Belanja Bantuan Sosial 11.02 4.77 43.26% 7.85 3.83 48.72% 12.62%

5 Belanja Lain-lain 0.00 0.00 - 0.00 0.00 - -

II.TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 18,970.24 15,821.48 83.40% 19,447.31 13,649.10 70.19% -15.85%

1 Transfer ke Daerah 16,949.56 14,227.44 83.94% 17,385.98 12,249.77 70.46% -16.06%

a. Dana Perimbangan 16,545.31 13,887.55 83.94% 17,202.99 12,146.98 70.61% -15.88%

1) Dana Alokasi Umum 10,977.56 9,220.99 84.00% 10,844.21 8,638.95 79.66% -5.16%

2) Dana Bagi Hasil 734.21 483.16 65.81% 912.45 738.33 80.92% 22.96%

3) Dana Alokasi Khusus 4,833.55 4,183.40 86.55% 5,446.32 2,769.70 50.85% -41.24%

Dana Alokasi Khusus Fisik 1,822.61 1,700.01 93.27% 2,398.63 708.49 29.54% -68.33%

Dana Alokasi Khusus Non Fisik 3,010.94 2,483.39 82.48% 3,047.70 2,061.20 67.63% -18.00%

d. Dana Insentif Desa 404.25 339.89 84.08% 182.99 102.80 56.17% -33.19%

2 Dana Desa 2,020.68 1,594.04 78.89% 2,061.33 1,399.33 67.88% -13.95%

C. SURPLUS /DEFISIT -21,076.35 -15,948.16 75.67% -22,088.69 -13,949.95 63.15% -16.54%

Sumber: OM SPAN, SIMTRADA, Kanwil DJP Kalbar, Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Barat

2.1.1. Pendapatan Negara

a. Analisa Kontribusi Pendapatan Negara dan Hibah Total pendapatan negara sampai dengan periode triwulan III 2021 mencapai sebesar Rp6.776,84 miliar mengalami kenaikan sebesar 10,87% dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp5.394,17 miliar. Komposisi utama dari pendapatan negara berasal dari penerimaan perpajakan sebesar Rp5,084.45 atau 75,03%, Bea Cukai Rp1.009,38 miliar atau 14,89%, PNBP sebesar Rp666.85 atau 9,84%

dan Hibah sebesar Rp15,96 atau 0,24%.

0,00 2.000,00 4.000,00 6.000,00

Pajak Bea Cukai PNBP Hibah

2020 4.201,75 566,07 626,35 0

2021 5.084,45 1.009,38 666,85 15,96

Grafik II.1

Komponen Pendapatan Negara Triwulan III 2020 dan 2021

Sumber: OM SPAN, SIMTRADA, Kanwil DJP Kalbar, Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Barat

(19)

7

b. Analisis Pertumbuhan Penerimaan Perpajakan 1) Penerimaan Pajak

Penerimaan sektor perpajakan Provinsi Kalimantan Barat sampai dengan triwulan III 2021 tercatat 68,89 persen dari target tahun 2021 sebesar Rp7,38 triliun. Terjadi pertumbuhan penerimaan sebesar Rp882,70 miliar atau 4,22 persen jika dibandingkan dengan penerimaan periode yang sama tahun 2020. Pertumbuhan positif penerimaan pajak di Kalbar juga didukung kesadaran wajib pajak yang semakin tinggi.

Terdapat 5 sektor penyumbang penerimaan pajak Kalbar sebesar 77,75% kontribusinya, dengan pertumbuhan 13,22%. Kelima sektor tersebut yaitu Perdagangan besar dan eceran; Pertanian, kehutanan dan perikanan; Industri pengolahan;

Jasa keuangan dan Asuransi; serta Transportasi

dan pergudangan. Sedangkan kontribusi sebesar 22,25% disumbangkan selain 5 sektor tersebut dengan pertumbuhan 6,10%. Dominasi penerimaan perpajakan berasal dari PPh sebesar Rp2.098,75 miliar , PPN dan PTLL sebesar Rp2.654,20 miliar. Sisanya disumbangkan dari penerimaan PBB dan Pajak Lainnya sebesar Rp331,5 miliar.

2) Penerimaan Bea Cukai

Penerimaan sektor Bea dan Cukai wilayah Kalimantan Bagian Barat periode triwulan III 2020 sebesar Rp1.009,38 miliar atau naik 78,31 persen bila dibandingkan penerimaan periode yang sama tahun 2020. Penerimaan Bea dan Cukai menyumbangkan kontribusi kepada pendapatan negara sebesar 14,89 persen. Secara agregat penerimaan sektor Bea Cukai telah mencapai 298,27 persen melampaui target. Nilai devisa ekspor sampai dengan triwulan III 2021 mengalami kenaikan. Beberapa komoditi potensial penyumbang devisa meliputi CPO dan turunannya, Washed Bauksit, Smelter Grade dan Chemical Grade Alumina, Karet Alam, Plywood dan Barang dari Kayu, Kelapa Bulat, Residu, Rokok, Pasir Zirkon, Karet Sintetik, serta Komoditas lain.

c. Analisis Komposisi PNBP

Penerimaan Negara Bukan Pajak sampai dengan periode triwulan III 2021 mengalami pertumbuhan sebesar Rp40,50 miliar atau 14,79 persen dibandingkan dengan penerimaan periode yang sama tahun 2020. Komposisi kontribusi PNBP kepada pendapatan negara sebesar 9,84 persen.

Penerimaan PNBP disumbangkan secara signifikan dari peningkatan layanan BLU Pemerintah Pusat dengan jumlah Rp368,63 miliar atau 55,28% dari total penerimaan PNBP Rp666,85 miliar.

Sedangkan kontribusi PNBP Lainnya sebesar Rp298,22 miliar atau 44,72% dengan sumbangan utama dari PNBP POLRI serta PNBP Pelabuhan dan Pelayaran.

0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00

PPh PPN

dan PTLL

PBB PL Total

2020 2.048,08 2.017,14 88,72 58,37 4.212,31 2021 2.098,75 2.654,20 219,82 111,68 5.084,45

Grafik II.2

Penerimaan Perpajakan Triwulan III Tahun 2020 dan 2021

0,00 500,00 1.000,00 1.500,00

Bea Masuk

Bea Keluar

Cukai Total 2020 19,04 526,95 20,08 566,07 2021 20,90 952,18 36,31 1.009,38

19,04

526,95 20,08

566,07 20,90

952,18

36,31

1.009,38

Grafik II.3

Penerimaan Bea Cukai Triwulan III Tahun 2020 dan 2021 Sumber: OM SPAN, SIMTRADA, Kanwil DJP Kalbar,

Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Barat

Sumber: OM SPAN, SIMTRADA, Kanwil DJP Kalbar, Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Barat

(20)

8

d. Analisa tax rasio terhadap PDRB

Tax Ratio Penerimaan Pajak terhadap PDRB wilayah Kalbar kurun waktu tahun 2018 sampai dengan triwulan III 2021 mengalami penurunan. Turunnya tax ratio di masa pandemi ini dipengaruhi secara langsung oleh terkontraksinya ekonomi. Adapun faktor lain yang mempengaruhi secara tidak langsung adalah berbagai kebijakan di bidang perpajakan, utamanya insentif perpajakan yang masih berlangsung di beberapa sektor.

e. Analisis perpajakan sektoral terhadap PDRB menurut lapangan usaha

Berdasarkan rilis data BPS Kalbar periode triwulan III 2021 ada beberapa bidang usaha yang mulai tumbuh antara lain:

1) Sektor Pertanian

Produksi kelapa sawit meningkat lebih besar dibandingkan tahun lalu untuk memenuhi permintaan CPO yang tinggi pada pasar global. Selain itu, produksi sektor kehutanan tercermin dari data kayu bulat yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

2) Industri pengolahan tumbuh positif

Dibandingkan tahun sebelumnya, volume muat CPO mengalami peningkatan. Data Purchasing Manager’s Index (PMI) sektor makanan, minuman dan tembakau juga meningkat.

3) Sektor Kontruksi tumbuh positif

Realisasi pengadaan semen Asosiasi Semen Indonesia (ASI) meningkat. Selain itu, berdasarkan data bongkar semen dan tiang pancang naik meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

4) Sektor perdagangan tumbuh positif

Realisasi pajak kendaraan BBN KB-I meningkat dibandingkan tahun lalu. Selain itu, berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) dan volume bongkar kendaraan juga meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

5) Sektor Jasa Kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh positif

Terdapatnya kasus baru covid-19 yang pada triwulan III menyebabkan aktivitas rumah sakit kembali meningkat sehingga menyebakan layanan jasa kesahatan dan kegiatan sosial mengalami peningkatan.

2.1.2. Belanja Negara a. Analisis Belanja Negara

Belanja Pemerintah Pusat sampai dengan triwulan III 2021 mencapai Rp7,077.49 atau 34,15 persen dari total realisasi belanja APBN. Belanja pemerintah sebagai stimulus perekonomian Kalbar meliputi Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal dan Belanja Bantuan Sosial mengalami pertumbuhan positif 10,50.

Realisasi Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa periode triwulan III 2021 sebesar Rp13,649.10 atau 65,85 persen dari total belanja APBN. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 mengalami pertumbuhan negatif 15,85 persen.

b. Analisis pertumbuhan Belanja Pemerintah Pusat dan TKDD

Berdasarkan data realisasi belanja pemerintah pusat mengalami pertumbuhan positif 10,50 sebagai pendorong laju pertumbuhan ekonomi di masa pandemic covid-19. Pengeluaran konsumsi pemerintah meningkat yang diprioritaskan untuk kenaikan belanja gaji pegawai, belanja bantuan sosial, belanja barang untuk penanganan covid-19 dan pembayaran insentif tenaga kesehatan.

Tahun Penerimaan

Perpajakan PDRB Perpajakan/

PDRB 2021

(s.d. TW III) 5.084,45 170.607,60 2,98%

2020 6.521,41 214.001,75 3,05%

2019 6.788,30 212.150,33 3,20%

2018 6.453,26 194.138,22 3,32%

Sumber: DJP dan BPS (diolah) Tabel II.2

Rasio Penerimaan Perpajakan terhadap PDRB di Kalbar (dalam miliar rupiah)

(21)

9

Sedangkan realisasi TKDD mengalami pertumbuhan negatif 15,85 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020. Penyaluran DAK Fisik baru terealisasi sebesar 29,54 persen dari total pagu sebesar Rp2.398,6 miliar atau menurun 68,33 persen miliar. Sebagian besar alokasi DAK Fisik untuk pengadaan sarana dan prasarana fisik yang masih dalam proses lelang sehingga penyerapan anggaran belum optimal.

c. Analisis kemanfaatan Belanja Pemerintah Pusat

Kebijakan dan alokasi anggaran belanja negara termasuk kebijakan anggaran belanja pemerintah pusat, sebagai salah satu instrumen utama kebijakan fiskal, menempati posisi yang sangat strategis dalam mendukung akselerasi pembangunan yang berkelanjutan dan berdimensi kewilayahan untuk mencapai dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Peran Belanja Pegawai, Barang, Belanja Modal dan Bansos sampai dengan triwulan III 2021 telah sejalan dengan prioritas pemerintah. Di masa pandemi covid-19 ketiga jenis belanja tersebut menjadi prioritas utama, khususnya dalam rangka mendorong UMKM untuk dapat bertahan di masa krisis.

Realisasi belanja pemerintah pusat telah mencapai Rp7.077,49 atau 64,63% dari pagu.

d. Manajemen Investasi Pemerintah Investasi Pemerintah

Pusat adalah Kredit

Program berupa

pemberian tambahan modal usaha kepada UMKM

lingkup

Provinsi Kalimantan Barat sampai dengan triwulan III tahun 2021 telah tersalurkan sebesar Rp

2.937,84

miliar (

75.903

UMKM/debitur).

2.1.3. Surplus/Defisit

Realisasi pendapatan APBN Provinsi Kalimantan Barat triwulan III tahun 2021 mencapai sebesar Rp6.776,84 miliar. Sedangkan belanja APBN mencapai sebesar Rp20.726,59. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadi defisit anggaran sebesar Rp13.949,95 miliar. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 dengan besaran defisit sebesar Rp15,948.16 terjadi penurunan tingkat defisit 16,64 persen.

2.1.4. Prognosis APBN

Perkiraan realisasi APBN sampai dengan akhir tahun 2021 diperoleh dengan menggunakan penghitungan analisa trand dan atau rata-rata untuk penerimaan pendapatan dan belanja negara melalui data historis tahun 2018 sampai dengan tahun 2020.

Tabel II.3

Perkiraan Ralisasi APBN Lingkup Provinsi Kalbar s.d. Akhir Tahun 2021

Uraian 2018 2019 2020 2021

PENDAPATAN NEGARA 7,682.92 8,716.60 8,343.84 8,908.71

1 Penerimaan Pajak 6,401.2 7,275.47 6,764.88 7,177.51

2 Bea dan Cukai 420.1 617.35 755.20 932.64

3 PNBP 861.6 823.78 823.76 798.56

BELANJA NEGARA 29,695.51 30,017.01 27,607.00 27,018.00

1 Belanja Pemerintah Pusat 10,399.25 9,674.35 8,799.93 8,025.19 2 Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa 19,296.26 20,342.66 18,807.07 18,992.81 SURPLUS DEFISIT (22,012.59) (21,300.41) (19,263.16) (18,109.29)

Sumber data: OMSPAN, SIMTRADA, Kanwil DJP Kalbar, Kanwil DJBC Kalimantan Bag. Barat

- 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000

Kalim antan Barat

Samb as

Mem pawa h

Sangg au

Ketap ang

Sinta ng

Kapu as Hulu

Bengk ayang

Landa k

Sekad au

Mela wi

Kayo ng Utara

Kubu Raya

Ponti anak

Singk awan g

Jumla h

Debitur 22 7.555 4.742 8.861 6.489 6.231 4.768 4.913 5.423 3.096 2.238 1.328 9.404 7.534 3.299 75.90 Nilai Akad 994.3 290.3 174.2 305.8 276.8 275.5 165.4 153.6 187.2 134.0 96.23 45.36 323.4 363.1 145.5 2.937 Nilai Outstanding 606.1 255.4 148.5 263.9 235.7 241.2 138.0 134.3 168.0 121.7 86.53 39.57 273.1 302.0 124.5 2.533

Miliar

Grafik II.4

Penyaluran KUR Lingkup Kalimantan Barat s.d. Triwulan III 2021

Sumber: Sistem Informasi Kredit Program (SIKP)

(22)

10

Perkiraan Pendapatan Negara sampai dengan triwulan IV tahun 2021 sebesar Rp8.908,71 miliar terdiri dari perkiraan Penerimaan Pajak sebesar Rp7.177,51, penerimaan Bea dan Cukai sebesar Rp932,64 miliar, dan perkiraan PNBP sebesar Rp798,56.

Perkiraan Belanja Negara sampai dengan triwulan IV tahun 2021 akan tercapai sebesar Rp27.018 miliar. Belanja pemerintah pusat diperkirakan sebesar Rp8.025,19 miliar dan Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa diperkirakan akan terserap sebesar Rp18.992,81 miliar.

2.1.5. Analisis Capaian Output: Layanan Dasar Publik

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2021 menjadi instrumen utama dalam upaya penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional. APBN 2021 dirancang bersifat ekspansif untuk memastikan agar perekonomian terus bergerak untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur di tengah berbagai tantangan, termasuk penanganan pandemi Covid-19. Program dan kegiatan untuk layanan dasar publik serta output strategis menjadi prioritas unggulan. Realisasi belanja output strategis dan layanan dasar publik periode triwulan III 2021 telah mencapai Rp 1,808,66 miliar meliputi:

1) Sektor pendidikan bersumber dana APBN merupakan Bantuan Operasional pendidikan untuk sekolah di bawah Kementerian Pendidikan maupun Kementerian Agama mencakup 28 kelompok output dengan realisasi mencapai Rp400,29 miliar. Output strategis yang ditargetkan antara lain berupa Bantuan Pendidikan Dasar dan Menengah 40.104 orang, Bantuan Pendidikan Tinggi 628 orang, Fasilitasi dan Pembinaan Masyarakat 2.303 orang, dan Sarana Pendukung Pembelajaran sebanyak 30 paket.

2) Sektor Infrastruktur dialokasikan pada Kementerian PUPR mencakup 34 kelompok output dengan realisasi belanja sebesar Rp1,394,15 miliar. Output yang ditargetkan antara lain Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya 9.989 unit, Infrastruktur Air Minum Berbasis Masyarakat 1.168 SR, Pembangunan Jembatan Strategis (ProPN) 1.389 m, Jalan Strategis (ProPN) 110 KM, dan Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3TGAI) 151 KM.

3) Sektor kesehatan dialokasikan lingkup Kementerian Kesehatan mencakup 8 kelopmpok output dengan dengan realisasi belanja sebesar Rp14,21 miliar. Output yang ditargetkan antara lain Orientasi Program Penyakit HIV AIDS dan PIMS di Provinsi 234 orang, Pelatihan Tim Gerak Cepat di Puskesmas (SKN) 300 orang, Pengadaan alat dan bahan kekarantinaan kesehatan 1 paket, dan Sarana Pendidikan di Poltekkes Kemenkes 1 paket.

2.2. Pelaksanaan APBD

Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak 2020 telah memaksa pemerintah untuk membatasi pergerakan masyarakat, terlebih saat adanya gelombang kedua pandemi di Indonesia yang terjadi pada akhir Juni hingga Juli 2021. Hal ini memberikan dampak yang cukup signifikan pada aktivitas masyarakat dan berimbas pada kegiatan produksi, konsumsi, hingga laju pertumbuhan ekonomi. Pandemi yang terjadi bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat, namun juga pemerintah daerah melalui berbagai kebijakan publik dan fiskal regional. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah salah satu instrumen penting dalam menentukan arah kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk menangani pandemi serta untuk memulihkan ekonomi.

Tabel II.4

Realisasi APBD Lingkup Provinsi Kalimantan Barat s.d. Akhir Triwulan III Tahun 2020 dan 2021

Uraian 2020 2021

% Growth Pagu Realisasi % Realisasi Pagu Realisasi % Realisasi

PENDAPATAN 26.332,80 18.202,73 69,13% 25.684,71 16.812,53 65,46% -5,31%

PENDAPATAN ASLI DAERAH 4.601,06 2.696,12 58,60% 4.777,63 2.314,36 48,44% -17,33%

Pajak Daerah 3.029,92 1.841,36 60,77% 3.119,23 1.558,97 49,98% -17,76%

Retribusi Daerah 154,53 116,17 75,18% 152,81 83,72 54,79% -27,12%

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 200,28 189,36 94,55% 212,20 178,52 84,13% -11,02%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 1.216,33 549,23 45,15% 1.293,39 493,14 38,13% -15,56%

PENDAPATAN TRANSFER 20.444,68 15.294,38 74,81% 20.277,02 14.276,94 70,41% -5,88%

Transfer dari Pemerintah Pusat 18.025,72 14.136,02 78,42% 17.202,99 12.146,98 70,61% -9,96%

Dana Bagi Hasil Pajak atau Bagi Hasil Bukan Pajak 597,79 489,19 81,83% 912,45 738,33 80,92% -1,12%

Dana Alokasi Umum 12.343,75 9.651,44 78,19% 10.844,21 8.638,95 79,66% 1,89%

Dana Alokasi Khusus 5.084,18 3.995,39 78,58% 5.446,32 2.769,70 50,85% -35,29%

Gambar

Tabel II.1
Tabel II.3
Tabel II.4
Grafik II.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

KAJIAN FISKAL REGIONAL (KFR) TRIWULAN III TAHUN 2021 PROVINSI SULAWESI TENGAH SCAN BARCODE DI BAWAH INI UNTUK MENGUNDUH KFR TRIWULAN III TAHUN 2021 PROVINSI SULAWESI TENGAH SECARA DARING

Seperti telah disebutkan sebelumnya, salah satu keuntungan motor langkah adalah bahwa kecepatannya dapat diatur. Akan tetapi, motor langkah tidak dapat langsung diberikan

3) Kinerja: telah dilakukan penilaian, monitoring dan evaluasi prestasi kinerja pegawai triwulan I, penilaian triwulan II dan penilaian triwulan III Tahun 2021. 4) Disiplin:

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lombok Timur mengemas kegiatan sosialisasi pendidikan pemilih ini dengan mendirikan stand di both 2 pada Festival Muharram 1438

Laporan realisasi capaian kinerja sampai dengan Triwulan III tahun 2021, presentase dosen yang dibina dalam moderasi beragama pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta baru

TAHUN INI TRIWULAN I TRIWULAN II TRIWULAN III TRIWULAN

Realisasi output untuk pencapaian IKU persentase rekomendasi kebijakan pengembangan agribisnis peternakan dan perikanan yang diterima Deputi sampai dengan Triwulan III Tahun

Realisasi Bela nja Pemerintah Pusat pada triwulan I tahun 2021 sebesar Rp1.761,13 milliar atau 10,42 persen dari pagu, jika dibandingkan dengan periode yang sama