• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP

NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN SUB

SEKTOR PERTANIAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

TAHUN 2010-2013

OLEH

GYMETTA PRADESH MELIALA 130522048

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility, Good Corporate Governance, Dan Kebijakan

Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sub Sektor Pertanian Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013” adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Studi S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 08 February 2017 Yang membuat pernyataan

Gymetta Pradesh Meliala

130522048

(3)

ABSTRAK

ANALISI PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, GOOD GOVERNANCE, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR PERTANIAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility, Good Corporate Governance , dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dan pengaruh profitabilitas sebagai variabel moderating dalam hubungan antara Corporate Social Responsibility, Good Corporate Governance, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sub sector pertanian yang terdaftar di BEI.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan non probability sampling, khususya metode purposive sampling yaitu teknik sampling dengan metode pengambilan sampel secara tidak acak tetapi berdasarkan atas tujuan dan pertimbangan atau kriteria tertentu. Dari 21 populasi perusahaan sub sektor pertanian yang terdaftar di BEI, diperoleh 9 perusahaan sub sector pertanian yang memenuhi kriteria diatas sebagai sampel penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, diketahui bahwa CSR (Corporate Social Responsibility), GCG yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, dan kebijakan dividen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap PBV dimana hasilnya menunjukkan bahwa, PBV signifikansinya jauh lebih kecil dari 0,05 sebesar 0,000. Sedangkan hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa CSR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap PBV, sedangkan GCG & kebijakan dividen VKKBKL. /`

;berpengaruh negative dan signifikan terhadap PBV. Hasil pengujian ROA dalam memoderasi hubungan antara CSR, GCG, dan dividen terhadap PBV dengan menggunakan uji residual yaitu diperoleh hasil uji residu koefisien regresi dari PBV bernilai negatif (-0,055) dan tidak signifikan (Sig. 0,062 > 0,05).

Kata Kunci : CSR, Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, PBV dan ROA.

(4)

ABSTRACT

ANALYZIS THE INFLUENCE OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, AND

DIVIDEND POLICY TOWARD OF VALUE COMPANY TO PROFOTABILITY AS MODERATING VARIABLE OF COMPANIES

AGRICULTURAL SUB-SECTOR LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

This research aims to find out the influence Corporate Social Responsibility, Good Corporate Governance, and dividend policy toward the value of company and the influence of profitability as moderating variable in the relationship between Corporate Social Responsibility, Good Corporate Governance, and dividend policy toward the value of companies agricultural sub sector in Indonesia Stock Exchange IDX.

The sampling technique in the research is conducted by the non probability samplingapproach, especially on purposive sampling method, which is the sampling technique with unrandomly sampling but based on objectives and conditions or certain criteria. From 21 populations of companies agricultural sub- sector registered in IDX, it is obtained 9 companies which are fulfill above as the research samples.

Baed on the research result which have been stated, it is discovered that CSR, GCG is proxied by managerial ownership, and dividend policy, significant influences towards the PBV. The result indicates that PBV significance is much smaller than 0,05 by 0,000. While the partial test results known that CSR negative and not significant to PBV, while corporate governance and dividend policies and significant negative effect on the PBV. The test results ROA in moderating the relationship between CSR, GCG, and PBV dividend against using residual test is obtained residue test results of PBV regression coefficient is negative (-0.055) and not significant (Sig. 0.062> 0.05).

Keyword : CSR, Managerial Ownership, Dividend Policy, PBV, ROA.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yesus yang telah melimpahkan berkatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility, Good Corporate Governance, Dan Kebijakan

Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sub Sektor Pertanian Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013” ini dengan baik, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis banyak berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendorong dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik dukungan moril maupun materil. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, M.S.selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak., CPA selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarief. M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs.M.Zainul Bahri Torong, M.Si,Ak selaku Dosen Pembimbing yang

(6)

proses penyusunan skripsi ini serta Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak., selaku Dosen Penguji dan Ibu Dra. Nurzaimah, M.M, Ak, selaku dosen pembanding yang telah memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Yohanes Sembiring dan Ibunda Elisabeth Tarigan serta Abang penulis Rendi Sinuraya yang dengan tulus memberikan kasih sayang, doa, semangat dan motivasi selama ini kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi S1 ini.

Penulis juga menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak kekurangan serta jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, February 2016 Penulis

Gymetta Pradesh Meliala

130522048

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah ...9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...9

1.3.1 Tujuan Penelitian ...9

1.3.2 Manfaat Penelitian ...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ...12

2.1.1 Nilai Perusahaan ...12

2.1.2 Teori Stakeholder ...13

2.1.3 Teori Agensi ...14

2.1.4 Teori Kebijakan Dividen ...15

2.1.5 Corporate Social Responsibility (CSR)...16

2.1.6 Good Corporate Governance (GCG) ...18

2.1.7 Kebijakan Dividen ...22

2.1.8 Profitabilitas ...22

2.2 Penelitian Terdahulu ...24

2.3 Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis ...29

2.3.1 Kerangka Konseptual ...29

2.3.2 Pengembangan Hipotesis ...30

2.3.2.1 Pengaruh CSR Terhadap Nilai Perusahaan...30

2.3.2.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahan ...31

2.3.2.3 Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap NilaiPerusahaan ...32

2.3.2.4 Pengaruh CSR , Kepemilikan Manajerial,

Kebijakan Dividen

TerhadapNilai Perusahaan ...33

(8)

2.3.2.5 Pengaruh Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Dalam Hubungan Antara CSR,

Kepemilikan Manajerial, dan Kebijakan

Dividen Terhadap Nilai Perusahaan ...33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ...35

3.2 Jenis dan Sumber Data ...35

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian...36

3.3.1 Populasi Penelitian ...36

3.3.2 Sampel Penelitian ...36

3.3.3 Tehnik Sampling ...36

3.4 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...38

3.4.1 Variabel Dependen ...39

3.4.2 Variabel Independen ...39

3.4.2.1 Corporate Social Responsibility (CSR) ...39

3.4.2.2 Kepemilikan Manajerial ...40

3.4.2.3 Kebijakan Dividen ...41

3.4.3 Variabel Moderating ...41

3.5 Metode Pengumpulan Data ...43

3.6 Teknik Analisis Data ...43

3.6.1 Statistik Deskriptif ...43

3.6.2 Uji Asumsi Klasik ...43

3.6.2.1 Uji Normalitas ...44

3.6.2.2 Uji Multikolonieritas ...45

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas ...46

3.6.2.4 Uji Autokorelasi ...47

3.6.3 Analisis Regresi ...47

3.6.4 Uji Hipotesis ...48

3.6.4.1 Uji Statistik (Uji-t) ...48

3.6.4.2 Uji Koefisien Determinan (Uji- R 2 ) ...49

3.6.4.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ...49

3.6.4.4 Uji Moderating ...50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Statistik Deskriptif ...52

4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif ...52

4.1.2 Uji Asumsi Klasik ...54

4.1.2.1 Uji Normalitas ...54

4.1.2.2 Uji Multikolinearitas ...56

4.1.2.3 Uji Heterokedastisitas ...57

4.1.2.4 Uji Autokorelasi ...59

4.1.3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ...60

4.1.3.1 Hasil Analisis Regresi Berganda ...60

4.1.3.2 Hasil Uji Statistik t ...61

(9)

4.1.3.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) ...63

4.1.3.3 Hasil Uji Signifikansi F...64

4.1.3.5 Hasil Uji Residual Moderating ...65

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ...66

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ...69

5.2 keterbtasan penelitian…….. ...70

5.3 Saran ...70

DAFTAR PUSTAKA………. ...72

(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ...26

3.1 Daftar Populasi Dan Sampel Penelitian...37

3.2 Ikhtisar Defenisi Operasional Dan Pengukuran Variabel...43

4.1 Hasil Analisis Statistic Deskriptif...53

4.2 Hasil Uji Normalitas ...54

4.3 Hasil Uji Multikoliniearitas ...57

4.4 Hasil Uji Autokorelasi ...59

4.5 Hasil Analisis Regresi Berganda ...60

4.6 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)...62

4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) ...64

4.8 Hasil Uji Simultan (Uji F) ...65

4.9 Hasil Uji Moderating (Uji Residual) ...65

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ...29

4.1 Hasil Uji Normalitas : grafik histogram ...54

4.2 Hasil Uji Normalitas : grafik probability plot ...55

4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas ...58

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Daftar Populasi Dan Sampel Penelitian ...75

2. Daftar Item Pengungkapan CSR ...77

3. Daftar Hasil Penelitian ...81

4. Hasil Pengolahan Data SPSS ...84

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha dan merupakan tempat berkumpulnya tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Didirikannya suatu perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan yang umumnya diketahui publik adalah untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya, namun tujuan yang sebenarnya tidak sebatas untuk mendapatkan laba, tetapi juga meningkatkan kemakmuran pemilik atau pemegang saham dan untuk memaksimalkan nilai perusahaan.

Nilai perusahaan adalah kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh harga saham yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran di pasar modal yang merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan (Harmono, 2009:233). Nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang tercermin dari harga pasar sahamnya karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui pergerakan harga saham perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk perusahaan yang sudah go public. Peningkatan nilai perusahaan dapat dicapai dengan melihat kemampuan

perusahaan beroperasi dan mencapai laba yang ditargetkan. Profit yang maksimal

akan mendorong kemakmuran bagi para pemegang saham. Kemakmuran

pemegang saham meningkat jika harga saham yang dimilikinya juga meningkat

(14)

dan ini berpengaruh dalam peningkatan nilai perusahaan. Ada banyak cara yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaannya, yaitu dengan penerapan tata kelola perusahaan yang baik, peningkatan profitabilitas, pembagian deviden ke pemegang saham secara teratur, meminimalkan resiko financial, dan sebagainya.

Di era globalisasi saat ini, dunia usaha banyak semakin berkembang pesat, hal ini ditandai dengan perusahaan – perusahaan baru yang terus bermunculan.

Semakin ketatnya persaingan tersebut, menyebabkan perusahaan harus lebih efektif dan efisien dalam melakukan kegiatan operasi agar dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan.

Perkembangan bisnis yang semakin modern menuntut perusahaan mulai berkompetisi dalam mempertahankan usahanya, hal ini dimaksudkan bahwa perusahaan bukan hanya dituntut untuk fokus pada perbaikan dan peningkatan kondisi internal perusahaan atau dalam artian mencari profit saja, namun juga perusahaan dituntut untuk fokus dalam mengembangkan hubungan sosial pada kondisi eksternal perusahaan yang merupakan tanggung jawab sosial perusahaan kepada stakeholders.

Pada saat banyak perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, karena itu muncul pula kesadaran untuk mengurangi dampak negatif ini.

Banyak perusahaan kini mengembangkan CSR (Corporate Social Responsibility).

CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan untuk memperbaiki masalah

sosial dan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan.

(15)

Tanggungjawab sosial perusahaan dapat pula dikatakan sebagai hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah pelanggan, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Karena, kegiatan CSR merupakan keberpihakan

perusahaan terhadap masyarakat maupun lingkungan, tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) diharapkan akan mampu menaikkan nilai perusahaan.

CSR saat ini bukan lagi bersifat sukarela melainkan suatu kewajiban bagi perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya. Hal ini diatur dalam Undang- Undang No 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas yang menyatakan: (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, (2) tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran, (3) perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Secara umum, undang-undang mengenai CSR di atas merupakan satu hal krusial dalam mendorong setiap perusahaan untuk mulai ikut serta dalam tanggung jawab lingkungan dan sosial.

Salah satu kasus yang muncul di Indonesia akibat perusahaan yang

mengabaikan tanggung jawab sosialnya adalah kasus dari perusahaan PT Silva

Inhutani di Bandar Lampung. Dari tim gabungan pencari fakta menilai PT Silva

Inhutani menyebutkan ada beberapa pelanggaran yang dilakukan perusahaan

tersebut, yaitu membiarkan pembuangan limbah di hutan register, tidak

(16)

melaksanakan kewajiban penanaman lima persen tanaman kehidupan dengan pola kemitraan, tidak melaksanakan program CSR, dan lainnya. Dari kasus tersebut, memicu timbulnya pemikiran negatif dari masyarakat yang diikuti oleh berkurangnya bahkan menurunnya nilai perusahaan itu sendiri. Ini merupakan tugas bagi perusahaan untuk menghapus pemikiran negatif dari masyarakat, dengan cara menerapkan konsep CSR yang diharapkan agar dapat lebih meningkatkan nilai perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan dapat terus berlanjut.

Berbicara mengenai CSR pada perusahaan, tentunya berhubungan dengan Good Corporate Governance (GCG). Pengungkapan CSR merupakan

implementasi konsep GCG. GCG merupakan rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan dan institusi yang memengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan. Penerapan GCG secara konsisten akan menjauhkan perusahaan dari risiko dan masalah yang dapat mengganggu kelancaran operasional dan kelangsungan bisnis perusahaan serta dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Salah satu contoh kasus yang kurang menerapkan GCG yaitu kasus

perusahaan Waskita Karya. Perusahaan BUMN jasa konstruksi tersebut diduga

melakukan rekayasa laporan keuangan. Direktur utama Waskita Karya yang baru,

M.Choliq menemukan pencatatan yang tidak sesuai, dimana ditemukan kelebihan

pencatatan Rp 400 miliar. Direksi periode sebelumnya diduga melakukan

rekayasa keuangan sejak tahun buku 2004-2008 dengan memasukkan proyeksi

pendapatan proyek multitahun ke depan sebagai pendapatan tahun tertentu.

(17)

Dengan adanya contoh kasus tersebut mengharuskan perusahaan untuk memperkuat implementasi GCG. Perusahaan harus menyadari bahwa implementasi GCG mutlak diperlukan agar kasus yang sama tidak terulang. Tanpa adanya penerapan GCG yang baik maka akan menimbulkan peluang terjadinya fraud. Fraud dapat mudah terjadi, apabila perusahaan mendiamkan saja terjadinya

kejahatan bisnis seperti pengambilan keputusan oleh manajemen untuk kepentingan pribadi, penghindaran pajak, tidak melaporkan keuntungan, kolusi, dan lain sebagainya. Hal inilah yang pada akhirnya akan menurunkan nilai perusahaan dimata investor dan masyarakat.

Selain CSR dan GCG, perusahaan juga harus dapat memperhatikan

kebijakan dividennya. Perusahaan akan tumbuh dan berkembang, kemudian pada

waktunya akan memperoleh keuntungan atau laba (Sjahrial, 2002: 305). Laba ini

terdiri dari laba yang ditahan dan laba yang dibagikan. Pada tahap selanjutnya

laba yang ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk

pembiayaan pertumbuhan perusahaan. Dari seluruh laba yang diperoleh

perusahaan, sebagian dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen. Dividen

adalah pembagian kepada para pemegang saham dari suatu perusahaan secara

proposional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-

masing pemilik (Skousen, 2005: 902 ). Mengenai penentuan besarnya dividen

yang akan dibandingkan itulah yang merupakan kebijakan dividen dari pimpinan

perusahaan. Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba

yang menjadi hak pemegang saham. Pada dasarnya laba tersebut bisa dibagi

sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali. Gitosudarmo (2002:

(18)

227) menyatakan “kebijaksanaan perusahaan untuk membagi keuntungan kepada pemegang saham membawa arti yaitu dana yang dibagikan kepada para pemegang saham yang ditunjukkan oleh pembayaran kepada para pemegang saham dan dana untuk membelanjai kebutuhan perkembangan usaha yang tercermin dalam neraca pada pos laba yang ditahan”. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai deviden. Dengan kata lain semakin besar keuntungannya yang diperoleh maka akan semakin besar kemampuannya bagi perusahaan untuk membayar deviden. Dan hal ini berpengaruh terhadap nilai suatu perusahaan.

Salah satu indikator untuk menilai nilai perusahaan memiliki prospek baik

atau tidak di masa mendatang, adalah dengan melihat kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba. Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan

untuk mendapatkan laba pada periode tertentu. Profitabilitas menggambarkan

kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan

sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah

cabang, dan sebagainya. Artinya profitabilitas suatu perusahaan dapat dianggap

sebagai salah satu indikasi yang mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai

oleh suatu operasional perusahaan. Laba sering kali menjadi salah satu ukuran

kinerja perusahaan. Dimana ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi berarti

kinerja perusahaannya baik, dan begitu juga sebaliknya. Setiap perusahaan selalu

menginginkan profitabilitas yang tinggi untuk menjaga kelangsungan hidup

perusahaan.

(19)

Profitabilitas dalam suatu perusahaan akan memengaruhi kebijakan investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut. Penambahan profitabilitas sebagai variabel moderating dalam penelitian ini karena secara teoritis semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan maka semakin kuat pula hubungan pengungkapan social dengan nilai perusahaan. Begitu juga terhadap dividen, apabila semakin besar keuntungan yang diperoleh semkin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya, sehingga profitabilitas dalam hal ini menjadi pertimbangan bagi investor dalam keputusan investasinya yang akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kusumadilaga (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh analisis CSR terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating yang menyatakan CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan profitabilitas sebagai variabel moderating tidak dapat mempengaruhi hubungan pengungkapan CSR dan nilai perusahaan.

Purba (2016) melakukan penelitian dengan judul pengaruh kepemilikan

manajerial, kebijakan deviden, Investment Opportunity Set, likuiditas, solvabilitas

dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan yang menyatakan bahwa : (1) secara

simultan kepemilikan manajerial, kebijakan deviden, investment opportunity set,

(20)

likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, (2) secara parsial kepemilikan manajerial, kebijakan deviden, investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan

likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Tampubolon (2016) melakukan penelitian dengan judul pengaruh pengungkapan CSR, GCG, beban dan pendapatan terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating menunjukkan hasil penelitian secara simultan yang diperoleh dalam pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan namun secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Pengungkapan GCG, beban, dan pendapatan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berbeda dengan menggabungkan CSR, GCG, dan kebijakan dividen untuk

menganalis pengaruhnya terhadap nilai perusahaan dan menambah profitabilitas

sebagai variabel moderating untuk mengetahui apakah profitabilitas memperkuat

atau memperlemah hubungan CSR, GCG, dan kebijakan deviden terhadap nilai

perusahaan. Selain itu, penelitian ini menganalisa laporan keuangan perusahaan

sub sektor pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang meliputi

perusahaan tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan,

dimana pada penelitian-penelitian terdahulu belum ada yang menganalisa

perusahaan sub sektor pertanian. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan

maka penelitian ini mengambil judul “Analisis Pengaruh Corporate Social

Responsibility, Good Corporate Governance, Dan Kebijakan Dividen

(21)

Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sub Sektor Pertanian Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Apakah CSR berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sub sektor pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah GCG berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sub sektor pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah kebijakan dividen berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sub sektor pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah CSR, GCG, dan kebijakan dividen berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sub sektor pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

5. Apakah profitabilitas mampu memoderasi hubungan CSR, GCG dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sub sektor pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut di atas, maka

tujuan penelitian adalah:

(22)

1. Untuk mengetahui CSR berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui GCG berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui kebijakan dividen berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Untuk mengetahun CSR, GCG, dan kebijakan dividen berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan.

5. Untuk mengetahui pengungkapan profitabilitas memoderasi pengaruh CSR, GCG, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak, antara lain :

1. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan wawasan peneliti tentang pengaruh CSR, GCG, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating.

2. Bagi perusahaan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat kepada perusahaan khususnya mengenai

(23)

pengaruh CSR, GCG, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating dan menjadi bahan tambahan informasi bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan serta dalam pelaksanaan CSR dan GCG.

3. Bagi pihak lain, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi

tambahan pengetahuan dan tambahan referensi untuk peneliti

selanjutnya mengenai analisis pengaruh CSR, GCG, dan kebijakan

dividen terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai

variabel moderating.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang dapat dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan memiliki peranan yang sangat penting untuk para pemegang saham artinya apabila nilai perusahaan tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham dan semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang.

Sartono (2001:487), menyatakan bahwa “Nilai perusahaan adalah nilai jual suatu perusahaan sebagai suatu bisnis yang sedang beroperasi”. Selain itu, Ardimas (2013:3), menyatakan bahwa “ nilai perusahaan adalah unsur yang sangat penting karena apabila nilai perusahaan tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham ”. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi juga nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan karena dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham (investor) yang tinggi pula.

Dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur nilai

perusahaan adalah Price Book Value (PBV). PBV memberikan indikasi bagi

manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dimasa

(25)

lampau dan prospeknya dimasa depan, dimana PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya bahwa prospek perusahaan tersebut bagus (kemakmuran para pemegang saham terjamin). Selain itu PBV juga menggambarkan seberapa besar nilai buku saham perusahaan dihargai oleh pasar. Hal itu juga yang menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi akan mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi.

2.1.2 Teori Stakeholder

Ghazali dan Chariri (2007:409) menyatakan bahwa “ teori stakeholder merupakan teori yang menyatakan bahwa perusahan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus memberikan manfat kepada seluruh stakeholder-nya (pemegang saham, kreditor, konsumen supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain) ”. Tujuan utama dalam teori ini adalah untuk membantu manajemen perusahaan dalam meningkatkan penciptaan nilai sebagai dampak dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan dan meminimalkan kerugian yang mungkin muncul bagi stakeholder.

Indrawan (2011:10) menyatakan bahwa “stakeholders dibagi dalam

dua kategori, yaitu : (1) inside stakeholders, terdiri atas orang-orang

yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya

perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan. Pihak-pihak

yang termasuk dalam kategori inside stakeholders ini adalah pemegang

saham, manajer, dan karyawan dan (2) outside stakeholders, terdiri

atas orang-orang maupun pihak-pihak yang bukan pemilik perusahaan,

bukan pemimpin perusahaan, serta bukan pula karyawan perusahaan,

namun memiliki kepentingan terhadap perusahaan dipengaruhi oleh

keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Pihak-pihak

yang termasuk dalam kategori outside stakeholders ini adalah

(26)

pelanggan, pemasok, pemerintah, masyarakat lokal, dan masyarakat secara umum”.

Berdasarkan penjelasan di atas kelompok stakeholder inilah yang menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dalam mengungkap suatu informasi dalam laporan perusahaan tersebut. Ghazali dan Chairiri (2007:32) menyatakan bahwa “ perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholders-nya”. Dalam hal ini, CSR merupakan strategi perusahaan untuk memenuhi keinginan para stakeholder, semakin baik pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan maka para stakeholder juga akan semakin memberikan dukungan penuh kepada perusahaan atas segala aktivitasnya yang bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan.

2.1.3 Teori Agensi

Teori ini menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu

orang atau lebih mempekerjakan orang lain untuk memberikan suatu jasa dan

kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen

tersebut (Jesen dan Meckling, 1976:5). Pihak principal adalah pemegang

saham atau investor sebagai pemilik sedangkan agent adalah manajemen yang

mengelola perusahaan. Investor yang merupakan aspek dari kepemilikan

perusahaan mendelegasikan kewenangan kepada agen manajer untuk

mengelola kekayaannya. Harapan investor dengan adanya pendelegasian

wewenang pengelolaan kekayaan adalah bertambahnya kekayaan dan

kemakmuran investor. Dengan demikian, teori agensi adalah pemisahan fungsi

(27)

antara kepemilikan perusahaan oleh investor dan pengendalian perusahaan oleh manajemen.

Asumsi mengenai pihak manajemen perusahaan yang selalu memaksimumkan nilai perusahaan ternyata tidak selalu terpenuhi. Eisendhart (1989) dikutip dalam Priantinah (2008:24) menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia untuk menjelaskan tentang teori agensi yaitu : (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengeni persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer sebagai manusia kemungkinan akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic, misalnya melakukan manajemen laba. Manajemen dapat melakukan hal tersebut untuk memaksimalkan kepentigan pribadinya tanpa persetujuan dari pemilik dan pemegang saham.

Corporate governance merupakan mekanisme efektivitas yang mempunyai

tujuan untuk meminimalisasi konflik keagenan. Dengan pengawasan mekanisme tata kelola perusahaan yang baik, dianggap mampu mengurangi masalah keagenan. Maka dari itu, upaya perilaku oportunis manajer dan kecendrungan untuk menyembunyikan informasi demi keuntungan pribadi dapat mengarah pada tingkat pengungkapan perusahaan.

2.1.4 Teori Kebijakan Dividen

Ada beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam

menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan, sehingga dapat dijadikan

(28)

pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen terntentu. Menurut Brigham dan Houston (2001) dalam Purba Bani (2016:30) menjelaskan ada tiga pandangan teori yang biasa digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dividen. Ketiga teori tersebut adalah sebagai berikut :

1. Dividend Irrelevance Theory

Pendukung utama teori ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani(1961). Mereka berpendapat bahwa nilai sebuah perusahaan akan tergantunghanya pada kemampuan perusahaan memperoleh laba dari aset perusahaan, bukanpada bagaimana laba tersebut akan dibagi menjadi dividen dan saldo laba ditahan.

2. A Bird in the Hand Theory

Teori ini dicetuskan oleh Myron Gordon dan John Lintner (1963) yang berpendapat bahwa pembagian dividen berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan. Teori ini mengacu pada konsep time value of money dimana dividen saat ini seharusnya memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding capital gain dimasa depan.

3. Tax Preference Theory

Teori ini menyebutkan bahwa sebenarnya pembagian dividen merugikan investor. Hal ini dikarenakan adanya pajak yang harus dibayar ketika dividen dibagikan. Lain halnya dengan capital gain yang tidak perlu membayar pajaksampai saham terjual. Sesuai dengan konsep time value of money makapembayaran pajak pada masa yang akan datang lebih menguntungkandibandingkan dengan pembayaran pajak pada saat ini dengan jumlah yang sama.

2.1.5 Corporate Social Responsibility (CSR)

Hadi (2011:47), menyatakan bahwa “ corporate social responsibility

merupakan satu bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis

perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi, yang dibarengi

dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan berikut keluarganya, serta

sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan masyarakat

secara lebih luas ”.Dari defenisi diatas secara sederhana dapat dikatakan

bahwa tanggung jawab sosial atau CSR sebagai timbal balik perusahaan

(29)

kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya karena perusahaan telah mengambil keuntungan atas masyarakatdan lingkungan sekitarnya. Dalam proses pengambilan keuntungan tersebut perusahaan seringkali menimbulkan kerusakan lingkungan dan dampak sosial lainnya.

Ketentuan mengenai kegiatan CSR di Indonesia diatur dalam Undang- Undang No 25 Tahun 2007 tentang Penanamn Modal (UUPM) dan Undang- Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang menyatakan bahwa setiap perseroan atau penanaman modal berkewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan CSR juga bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya. Dengan demikian CSR merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan, bukan kegiatan yang bersifat sukarela.

Prambudi (2006:13), menyatakan bahwa program CSR dapat dikelompokkan atas tiga aspek, antara lain :

1. Program Sosial

Program sosial merupakan program perusahaan yang melakukan kegiatan kedermawanan untuk membangun masyarakat dan meningkatkan taraf hidup manusia.

2. Program lingkungan

Program lingkungan merupakan program perusahaan yang bertujuan untuk menjaga ekosistem dan lingkungan agar terjaga dari kerusakan dan meminimalisir trejadinya polusi akibat dari aktivitas perusahaan.

3. Program ekonomi

Program ekonomi merupakan program perusahaan yang melakukan

tindakan untuk terjun langsung di dalam masyakarat untuk membantu

(30)

memperkuat ketahanan ekonomi dan menjadikan masyakarat yang tangguh dan mandiri.

Pengungkapan CSR adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan di dalam laporan tahunan. Pengungkapan CSR mengacu pada 78 item pengungkapan (Sembiring (2005), dalam Monika (2015:44)). Pengungkapan CSR ini cocok digunakan oleh perusahaan- perusahaan di Indonesia karena pengukuran CSR yang menggunakan 78 item pengungkapan ini digunakan dengan mengadopsi pengukuran CSR yang berdasarkan GRI (Global Reporting Initiative) yang telah diakui secara global.

2.1.6 Good Corporate Governance (GCG)

Forum for Corporate Governance (FCG) dalam publikasi yang

pertamanya mempergunakan definisi Cadbury Committee, yaitu: seperangkat

peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus

(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para

pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan

hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang

mengatur dan mengendalikan perusahaan (Priantinah, 2008:86). Pengertian

lain GCG menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No :

PER-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik

pada Badan Usaha Milik Negara “defenisi GCG adalah prinsip-prinsip yang

mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan

peraturan perundang-undangan dan etika berusaha”. KNKG menjelaskan,

GCG memiliki 5 prinsip yaitu sebagai berikut :

(31)

1. Transparansi, yaitu mengelola perusahaan secara transparan dengan semua stakeholder (orang-orang yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan aktivitas perusahaan).

2. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban dalam perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

3. Responsibilitas, yaitu menyadari bahwa ada bagian-bagian perusahaan yang membawa dampak pada lingkungan dan masyarakat pada umumnya.

4. Independensi, yaitu berjalan tegak dengan bergandengan bersama masyarakat. Perusahaan harus memiliki otonominya secara penuh sehingga pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan otoritas yang ada secara penuh.

5. Fairness, yaitu semacam kesetaraan atau perlakuan yang adil di dalam memenuhi hak dan kewajibannya terhadap stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Adapun maksud dan tujuan GCG menurut KNKG (2006) yaitu sebagai berikut :

1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan.

2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu dewan komisaris, direksi, dan rapat umum pemegang saham.

3. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama disekitar perusahaan.

5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.

Maksud dan tujuan GCG ini bukan hanya untuk saat ini, tetapi juga

dalam jangka panjang dan dapat menjadi pilar utama pendukung tumbuh

(32)

kembangnya perusahaan. Dalam GCG ada beberapa mekanisme corporate governance yang perlu diperhatikan seperti kepemilikan manajerial,

kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, dan ukuran komite audit.

Amri dan Untara (2012:5), menyatakan bahwa “kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme GCG yang dapat memengaruhi insentif bagi manajemen untuk melaksanakan kepentingan terbaik dari pemegang saham”. Kepemilikan saham adalah persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen yaitu direksi, manajer, dan dewan komisaris yang secara aktif ikut serta dalam pengambilan keputusan perusahaan.

Kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan, dapat menimbulkan dugaan bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai hasil akibat dari kepemilikan manajemen yang meningkat. Hal ini dapat terjadi apabila perusahaan memberikan saham kepada manajemen maka manajemen sekaligus merupakan pemilik perusahaan sehingga akan bertindak demi kepentingan perusahaan, untuk itu kepemilikan manajerial dipandang sebagai alat untuk menyatukan kepentingan manajemen dengan pemilik.

Nuraina (2012:116), menyatakan bahwa “kepemilikan institusional adalah presentase saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, dana pensiunan, atau perusahaan lain”. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi insentif para manajer yang mementingkan diri sendiri melalui tingkat pengawasan yang intens.

Keberadaan komisaris independen telah diatur Bursa Efek Indonesia

melalui peraturan BEI tanggal 1 Juli 2000, yang menyatakan “bahwa

(33)

perusahaan yang listed di Bursa harus mempunyai komisaris independen yang secara proposional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham yang minoritas (bukan controlling shareholders). Dalam peraturan tersebut, persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah 30% dari semua anggota dewan komisaris. Salah satu fungsi utama dari komisaris independen adalah untuk menjalankan fungsi monitoring yang bersifat independen terhadap kinerja manajemen perusahaan. Wardhani (2006:42), menyatakan bahwa “keberadaan komisaris dapat menyeimbangkan kekuatan pihak manajemen (terutama CEO) dalam pengelolaan melalui fungsi monitoringnya”.

Sesuai dengan Kep 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang

dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu melaksanakan tugas dan

fungsinya. KNKG (2006), menyatakan bahwa “bagi perusahaan yang

memiliki komite audit, dalam menetapkan auditor eksternal harus

mempertimbangkan pendapat komite tersebut yang disampaikan kepada

Dewan Komisaris”. Komite Audit bertugas membantu dewan komisaris untuk

memastikan bahwa : (1) laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, (2) struktur pengendalian

internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, (3) pelaksanaan audit internal

maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan

(4) tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen (KNKG,

2006)

(34)

2.1.7 Kebijakan Dividen

Salah satu tujuan investor adalah mendapatkan dividen, artinya banyak tidaknya dividen yang dibagi juga menjadi faktor penentu nilai perusahaan.

Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak pemegang saham. Pada dasarnya laba tersebut biasa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali. Sartono (2001:

281), menjelaskan “kebijakan dividen adalah keputusan apakah yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang”. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen (Sartono 2001: 292) :

1. Kebutuhan dana perusahaan

Merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen karena posisi kas perusahaan harus diperhatikan.

2. Likuiditas perusahaan

Merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen karena dividen merupakan kas keluar bagi perusahaan, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

3. Kemampuan meminjam

Perusahaan yang memiliki kemampuan meminjam lebih besar akan memiliki kemampuan untuk membayar dividen yang lebih besar pula.

4. Keadaan pemegang saham

Jika keadaan pemegang saham lebih besar berorientasi pada capital gain, maka dividend payout akan rendah, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menahan laba untuk investasi yang profitable.

5. Stabilitas dividen

Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada Dividend Payout Ratio (DPR) yang tinggi.

2.1.8 Profitabilitas

Harahap (2011:304), menyatakan bahwa “profitabilitas adalah suatu

kemampuan yang dicapai oleh perusahaan untuk menghasilkan laba dalam

(35)

suatu periode tertentu”. Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegitaan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Artinya profitabilitas suatu perusahaan dapat dianggap sebagai salah satu indikasi yang mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai oleh suatu operasional perusahaan.

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan dalam memperoleh keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan.

Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada dilaporan keungan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah ekerja secara efektif atau tidak.

Adapun penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan rasio

profitabilitas yaitu Return On Assets (ROA). Harahap (2011:305),

menyatakan bahwa “ROA adalah rasio yang menunjukkan berapa laba bersih

diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai asset”.

(36)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti terdahulu yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian Kusumadilaga (2010) yang berjudul pengaruh analisis Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan dengan

profitabilitas sebagai variabel moderating. Sample dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 dan 2008. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan profitabilitas sebagai variabel moderating tidak dapat mempengaruhi hubungan pengungkapan CSR dan nilai perusahaan.

2. Gusti Ayu (2013) dalam penelitiannya berjudul pengaruh pengungkapan

CSR terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel

pemoderasi. Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur di

Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-

2012. Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda sebagai

model analisis. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa

pengungkapan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan dan ROA mampu memperkuat pengaruh pengungkapan CSR

terhadap nilai perusahaan.

(37)

3. Pardede Ernita (2015) dengan judul analisis pengaruh keputusan pendanaan, kebijakan dividen, keputusan investasi, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Tekniks analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) keputusan pendanaan dan kebijakan dividen secara parsial berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, (2) kebijakan investasi dan ROE secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, (3) keputusan pendanaan, kebijakan dividen, keputusan investasi dan ROE secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

4. Purba Bani (2016) dengan judul pengaruh kepemilikan manajerial,

kebijakan deviden, Investment Opportunity Set, likuiditas, solvabilitas dan

profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Populasi dalam penelitian ini

adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Alat analisis yang

digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa : (1) secara simultan kepemilikan manajerial,

kebijakan deviden, investment opportunity set, likuiditas, solvabilitas dan

profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, (2) secara

parsial kepemilikan manajerial, kebijakan deviden, investment opportunity

set tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan likuiditas, solvabilitas

dan profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

(38)

5. Tampubolon Kristiadi (2016) dengan judul pengaruh pengungkapan CSR, GCG, beban dan pendapatan terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating menunjukkan hasil penelitian secara simultan yang diperoleh dalam pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan namun secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Pengungkapan GCG, beban, dan pendapatan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Adapun ringkasan penelitian terdahulu terdapat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Kusumadilaga

(2010)

Pengaruh Analisis Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating.

Variabel Independen:

CSR

Variabel pemoderasi:

Profitabilitas

Variabel Dependen : Nilai Perusahaan

CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan profitabilitas tidak mempengaruhi hubungan

pengungkapan CSR dan nilai perusahaan.

2 Gusti Ayu (2013)

Pengaruh Analisis Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating.

Variabel Independen:

CSR

Variabel pemoderasi:

Profitabilitas

Variabel Dependen : Nilai Perusahaan

CSR berpengaruh positif dan

signifikan terhadap nilai perusahaan dan profitabilitas mampu memperkuat

pengaruh

pengungkapan CSR

terhadap nilai

perusahaan.

(39)

3 Pardede Ernita Sartika (2015)

Pengaruh Keputusan Pendanaan,

Kebijakan Dividen, Keputusan

Investasi, dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan.

Variabel Independen:

1.Keputusan Pendanaan

2.Kebijakan Dividen, 3.Keputusan Investasi 4.Profitabilitas Variabel Dependen : Nilai Perusahaan

1.Keputusan pendanaan dan kebijakan dividen secara parsial berpengaruh positif tetapi tidak

signifikan terhadap nilai perusahaan.

2.Kebijakan investasi dan ROE secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

3.Keputusan pendanaan,

kebijakan dividen, keputusan investasi dan ROE secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

4 Purba Bani Arnold (2016)

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Deviden, Investment Opportunity Set, Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan

Variabel Independen:

1.Kepemilikan Manajerial

2.Kebijakan Dividen 3.Investment

Opportunity Set 4.Likuiditas 5.Solvabilitas 6.Profitabilitas Variabel Dependen:

Nilai Perusahaan

1.Secara simultan kepemilikan manajerial,

kebijakan deviden, investment

opportunity set, likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

2.Secara parsial kepemilikan manajerial,

kebijakan deviden,

investment

(40)

berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan dan likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

5 Herry Bangun Kristiadi Tampubolon (2016)

Pengaruh Pengungkapan CSR, GCG, Beban dan Pendapatan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating

Variabel Independen:

1.CSR 2.GCG

Variabel Moderating:

Profitabilitas

Variabel Dependen : Nilai Perusahaan

1.CSR berpengaruh simultan namun secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, GCG, beban, dan pendapatan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.Pengungkapan CSR dan GCG berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

3.Profitabilitas

memoderasi

hubungan antara

CSR, GCG, beban

dan pendapatan nilai

perusahaan.

(41)

2.3 Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Berikut adalah gambar kerangka konseptual dalam penelitian ini:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Peneliti memiliki asumsi awal bahwa CSR, kepemilikan manajerial, dan kebijakan dividen akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV. Perbedaan hasil penelitian yang meneliti pengaruh CSR, kepemilikan manajerial, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan mengindikasikan terdapat variabel lain yang ikut mempengaruhi. Dalam hal ini penulis memasukkan variabel profitabilitas yang nantinya akan dapat dilihat apakah variabel ini akan mempengaruhi hubungan CSR, kepemilikan manajerial, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan atau tidak.

Peneliti beranggapan bahwa dengan semakin baiknya CSR, kepemilikan manajerial, dan kebijakan deviden, maka investor memiliki tingkat Corporate Social

Responsibility (X1) Kepemilikan Manajerial (X2)

Kebijakan Deviden (X3)

Nilai Perusahaan (Y)

Profitabilitas

(X4)

(42)

kepercayaan yang tinggi terhadap perusahaan yang akan meningkatkan nilai perusahaan.

2.3.2 Pengembangan Hipotesis

2.3.2.1 Pengaruh CSR Terhadap Nilai Perusahaan

CSR merupakan bagian dari strategi bisnis untuk menunjang keberlangsungan perusahaan dimasa mendatang.

Sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan, investor akan melihat adanya pengungkapan CSR dalam laporan keuangan dan ini diharapkan akan menjadi nilai plus yang akan menambah kepercayaan para investor, bahwa perusahaan tersebut akan terus berkembang dan berkelanjutan. Ini merupakan bagian dari tujuan perusahaan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan apabila perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup karena keberlanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Dengan adanya praktik CSR yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh investor. Hasil penelitian yang dilakukan Made Ayu (2013) menyatakan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan hal tersebut hipotesis yang diajukan adalah :

H1 : CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan.

(43)

2.3.2.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan

Dari keempat variabel GCG yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, dan komite audit, penelitian ini menggunakan kepemilikan manajerial sebagai variabel yang mewakili GCG. GCG muncul dan berkembang dari teori agensi yang menghendaki adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan salah satu elemen GCG yang berpengaruh secara intensif bagi manajemen untuk melaksanakan kepentingan terbaik dari pemegang saham sebagai pemilik saham. Struktur kepemilikan dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Konsep GCG juga muncul untuk meminimalkan potensi kecurangan akibat agency problem.

Kepemilikan manajerial menurut Wahyudi dan Pawestri (2006) dalam Rahayu (2010), “menyatakan penyatuan kepentingan pemegang saham, debtholders, dan manajemen merupakan pihak- pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan masalah-masalah (agency problem)”.

Kepemilikan manajemen dalam perusahaan, dapat menimbulkan

dugaan bahwa nilai perusahaan meningkat akibat dari kepemilikan

manajemen yang meningkat. Jadi jika perusahaan menerapkan

GCG maka diharapkan akan meningkatkan kinerja keuangan

(44)

meningkatnya harga saham perusahaan maka dapat meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis alternative yang dikemukakan adalah :

H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

2.3.2.3 Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang. Apabila perusahaan meningkatkan pembayaran deviden, maka dapat di artikan oleh investor sebagai sinyal harapan manajemen tentang membaiknya kinerja perusahaan dimasa yang akan datang sehingga kebijakan deviden berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Intan dan Akram (2007:31) menyatakan bahwa “kebijakan deviden memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Kenaikan pembayaran dividen dapat dilihat sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan memiliki prospek atau masa depan yang cerah dan sebaliknya”. Oleh karena itu perusahaan harus dapat memperhatikan tentang kebijakan dividennya, sebab investor akan menilai lebih kepada perusahaan yang melakukan pembayaran dividen dengan tepat dan teratur.

Dari penjelasan di atas, maka hipotesis alternatif yang

dikemukakan adalah :

(45)

H3 : Kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

2.3.2.4 Pengaruh CSR, Kepemilikan Manajerial, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Menurut beberapa kesimpulan sementara yang telah dijelaskan sebelumnya hubungan antara variabel dependen dengan independen maka peneliti mengasumsikan bahwa secara simultan CSR, GCG, dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Dari penjelasan di atas, maka hipotesis yang dikemukakan adalah :

H4 : CSR, Kepemilikan Manajerial, dan kebijakan dividen berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan.

2.3.2.5 Pengaruh Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Dalam Hubungan Antara CSR, Kepemilikan

Manajerial, dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode akuntansi. Apabila semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan maka semakin kuat pula hubungan pengungkapan sosial dengan nilai perusahaan. Semakin banyaknya bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya, maka image perusahaan menurut pandangan masyarakat menjadi meningkat atau citra perusahaan menjadi baik.

Investor lebih berminat pada perusahaan yang memiliki citra yang

(46)

baik di masyarakat karena semakin baiknya citra perusahaan, maka loyalitas konsumen semakin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu lama maka penjualan akan membaik dan pada akhirnya diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat. Begitu juga dengan GCG yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, bahwa kepemilikan manajerial dapat menimbulkan dugaan nilai perusahaan meningkat akibat peningkatan profitabilitas. Semakin besar profitabilitas perusahaan, manajer berpotensi meningkatkan kepemilikan manajerial, karena termotivasi oleh keuntungan sebagai pemegang saham.

Selain itu profitabilitas juga dapat menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan investasinya, karena semakin besar dividen akan semakin menghemat biaya modal, disisi lain para manajer menjadi meningkat powernya bahkan bisa meningkatkan kepemilikannya akibat penerimaan deviden sebagai hasil keuntungan yang tinggi. Dengan tawaran mendapatkan hasil keuntungan yang tinggi, diharapkan dapat menarik minat investor didalam berinvestasi. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah :

H5 : Profitabilitas memoderasi pengaruh CSR, kepemilikan

manajerial, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat mesin freezer, mengetahui besaran energi persatuan massa refrijeran yang digunakan oleh evaporator, kompresor dan kondenser,

…Tapi kalau orangtua tu karena di orangtuanya A hampir setiap hari bisa 4 kali 3 kali hubungin kan buat nanyak dimana. Mungkin mikir oohh sekarang enggak bawa hp

Oleh karena itu data tentang perkembangan sikap cinta lingkungan pada siswa yang diperoleh melalui instrumen penelitian yang berbentuk angket yang menggunakan skala likert 4

Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa pada klas- ter plot 2, 6, dan 13 memiliki nilai kesehatan hutan yang jelek karena pada klaster plot 2, 6, dan 13 memiliki nilai

Perancangan alat pengendap debu meliputi pembuatan pembangkit tegangan tinggi searah (DC) menggunakan metoda penyearah pengali tegangan atau Walton- Cockroft

Kenaikan konduktivitas pada komposit (Ag 2 S) x (-Al 2 O 3 ) 1-x, seiring dengan kenikan suhu pemanasan dimungkinkan karena perlakuan panas pada bahan komposit

Kalo ada produk baru dari masjid, speaker buat masjid, jadi yang kita undang orang-orang masjid kayak pengurus-pengurus masjid gitu.. Terus kalo TOA mengadakan

Contoh-contoh yang menggambarkan bahwa para Nabi berijtihad dalam urusan duniawiy adalah ijtihad yang dilakukan Nabi Yunus yang memutuskan untuk lari dari kaummnya