• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Bali sebelum tahun 1980 terfokus pada sektor pertanian.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Bali sebelum tahun 1980 terfokus pada sektor pertanian."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Pembangunan di Bali sebelum tahun 1980 terfokus pada sektor pertanian.

Masyarakat Bali aktif berperan serta dalam pembangunan sektor pertanian.

Menginjak tahun 1980 masyarakat Bali mulai beralih pada sektor pariwisata.

Pembangunan sektor pariwisata berkembang dengan pesat. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan sektor pariwisata, di antaranya menggali potensi masing-masing daerah, seperti keindahan alam, budaya dan agrowisata.

Agrowisata menjadi salah satu daya tarik yang bisa dikembangkan untuk menjadi tujuan wisata para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.Kebun salak merupakan salah satu agrowisata yang bisa menarik wisatawan. Salak Bali telah banyak dikenal wisatawan, khususnya domestik.

Sebagai daya tarik wisata, kebun salak dapat memberi manfaat ekonomis bagi masyarakat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) salak merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku Arecacea dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Snakes skin fruit, merupakan tanaman dengan batangnya yang tertutup rapat oleh plepah daun dan berduri pada pelepah dan tangkai daunnya. Salak mempunyai daging berwarna putih dan berbiji keras dan berwarna coklat kehitam- hitaman(Salacca edulis). Salak Bali berbeda dengan salak lainnya seperti salak pondoh, salak pondoh adalah salak yang berbuah kecil-kecil dengan rasanya gurih dan manis. 1 Tanaman salak dalam bahasa latinnya salacca edulis Reinw sinonim

1

(http://kbbi.web.id, diunduh tangggal 13 November 2014)

(2)

dari Sallaca Zalacca yang dibudidayakan di Bali, terutama di Kabupaten Karangasem sebagai varietas ambonensis (Sallaca Zalacca Var.Ambonensis) dan lebih dikenal sebagai salak Bali (Guntoro dkk.,1998:3).

Masyarakat Bali disamping memanfaatkan buah salak untuk dikonsumsi dan bernilai ekonomi yang cukup tinggi, juga untuk pengembangan dan meningkatkan daya tarik wisata dan menjadi kegiatan agrowisata. Dengan demikian kebun salak sebagai daya tarik wisata memberikan kepada wisatawan untuk terlibat langsung bagaimana cara penanaman dan pemetikan buah salak dan dengan cara ini akan menambah ketertarikan dari para wisatawan untuk menikmati sajian yang ditawarkan destinasi yang termasuk paket kebun. Atraksi wisata lain yang bisa ditawarkan yaitu jasa kuliner, trekking, round village/keliling desa serta menikmati aktivitas masyarakat keseharian. Adapun

aktivitas masyarakat, contohnya adalah berkebun, sosial budaya serta kegiatan keagamaan yang bisa dirangkum dalam satu paket wisata kebun.Berdasarkan data yang diperoleh sekitar 81,120% atau 1.125.000 hektar wilayah desa ini digunakan sebagai areal perkebunan salak 2 sebagai tanaman buah mempunyai daya tarik sendiri untuk dikembangkan dengan memanfaatkan kebun salak. Dalam Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mewajibkan Pemerintah Provinsi Bali untuk mengembangkan sumber daya produktif daerah.

Dengan mengembangkan sumber daya produktif daerah, akan menambah destinasi yang akan dikunjungi oleh para wisatawan. Ketertarikan wisatawan untuk mengunjungi Bali, disamping melihat dan menyaksikan seni budaya juga

2

Agro Kebun Salak Sibetan

www.http://balibaguss.blogspot.com/2011/05/agro-kebun-salak-sibetan.html diunduh tanggal

10 Januari 2015

(3)

dapat menikmati wisata kebun. Melalui wisata kebun, petani buah salak tidak hanya memikirkan bagaimana pemasaran buah salak, karena pada saat panen raya mengalami penjualan dengan harga yang sangat rendah.

Selain buah salak buah lokal Bali yang dikembangkan dan dibudidayakan di Bali seperti alpukat, mangga, rambutan, duku, jeruk, siem/keprok, belimbing, manggis, nangka, durian, jambu biji, jambu air, jambu bol, sawo, pepaya, pisang, nenas, anggur, sukun, sirsak dan melinjo juga mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai kebutuhan untuk konsumsi masyarakat juga untuk para wisatawan. Keragaman buah yang dimiliki Bali sebagai potensi untuk ditingkatkan juga menambah beragam bentuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dan para wisatawan. Pemenuhan kebutuhan untuk masyarakat disamping kegunaannya untuk konsumsi juga sebagai keperluan upacara keagamaan di Bali.

Untuk para wisatawan pemenuhan kebutuhannya sangat bermanfaat sekali karena mengetahui dan merasakan buah lokal sebagai buah khas Bali salah satunya adalah salak. Buah salak Bali mempunyai rasa khas dan unik.

Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk

pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk pembangunan

kepariwisataan provinsi, dan rencana induk pembangunan kepariwisataan

kabupaten/kota sebagaimana tertuang dalam pasal 6 Undang-undang Nomor 10

Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Dengan adanya Undang-undang

Kepariwisataan maka usaha wisata dengan potensi buah lokal dapat dipakai

sebagai daya tarik wisata. Potensi buah lokal yang dapat dikembangkan adalah

kebun salak dan didalamnya termasuk berbagai kegiatan berkebun dari petani

(4)

salak mulai dari penanaman bibit sampai olahan buah. Selama ini dengan menjual buah salak pada saat musim raya harga sangat murah dan para petani penghasilannya menjadi kecil.

Untuk pengembangan potensi buah lokal yang dimiliki Bali sebagai daya tarik wisata diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran tujuan kunjungan wisatawan. Dengan keunikan yang dimiliki dimana masyarakat Bali pada umumnya menggantungkan hidupnya dari pertanian, dapat memahami potensi yang dimiliki. Dengan mengetahui potensi yang dimiliki akan menjadi pemikiran positif untuk pengembangan buah lokal sebagai kegiatan atau usaha untuk menarik wisatawan untuk datang.

Ternyata, buah lokal disamping memiliki keunikan juga memiliki keindahan, ini tercermin dari penggunaan buah lokal sebagai sarana upacara keagamaan di Bali.

Kebutuhan buah lokal masyarakat Bali dan wisatawan sangat tinggi, berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, produksi buah andalan Bali pada akhir 2012 untuk jeruk sebanyak 129.265 ton, mangga 40.372 ton, dan salak sebanyak 34.060 ton. Data tersebut memperlihatkan buah lokal seperti jeruk, mangga, dan salak mempunyai potensi untuk memenuhi konsumsi buah lokal untuk masyarakat dan wisatawan. Dalam industri pariwisata mensyaratkan buah harus berkualitas dan memenuhi persyaratan tertentu menyebabkan penyerapan buah lokal rendah 3 dengan meningkatkan potensi kebun buah menjadi alternatif positip untuk sebagai strategi pemasaran. Untuk membuat

3

(http://bali.bisnis.comdiunduh tanggal 5 Oktober 2014)

(5)

daya tarik wisata maka diperlukan upaya untuk mengetahui potensi yang dimiliki perkebunan buah di Bali. Dengan potensi geografis serta kepedulian masyarakat terhadap budi daya buah lokal yang dimilikinya maka diperlukandalam meningkatkan pengembangan kebun buah lokal sebagai daya tarik wisata.

Pengembangan kebun buah lokal yang mempunyai potensi untuk dikembangkan adalah kebun salak, karena kebun salak merupakan hamparan kebun yang luas yang ada di Desa Sibetan memerlukan pengembangan untuk menjadi daya tarik wisata.

Terkenalnya Bali sebagai daya tarik wisata di bidang seni budaya dan agama juga dari buah lokal yang dihasilkan seperti buah salak, para wisatawan manca negara maupun wisatawan nusantara begitu mendengar buah salak maka langsung menyebut Desa Sibetan sebagai pusat buah salak.Desa Sibetan adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem memiliki ketinggian sekitar 500-600 meter di atas permukaan laut, merupakan daerah lahan kering beriklim basah dengan jenis tanah yang dominan laterit (Guntoro, dkk., 1998).

Salak Sibetan sampai hari ini masih menjadi primadona walaupun salak

telah berkembang di daerah-daerah sekitarnya dan beberapa kabupaten di luar

Kabupaten Karangasem, seperti Gianyar, Bangli, Badung, Tabanan, dan Buleleng,

namun kenyataannya salak Sibetan tetap merupakan primadona, karena rasa

buahnya berbeda dengan buah salak daerah lainnya seperti salak pondoh yang ada

di Yogyakarta.

(6)

Menurut sebuah sumber dari tokoh masyarakat Desa Sibetan I Nyoman Sepel Dyantara (45 tahun) menyebutkan

”Lontar peninggalan Ki Dukuh Sakti yang menyebutkan sejarah asal mula salak Bali terdapat dalam lontar yang tersimpan di Pura Penataran Desa Adat Sibetan, masyarakat sangat menghormatinya dan sampai sekarang kebun salak masih berkembang dan lestari di Desa Sibetan’’ (wawancara 12 Januari 2015).

Lontar yang tersimpan di Pura Penataran Desa Adat Sibetan menyebutkan lebih lanjut salak pertama kali ditanam di Desa Sibetan dari jenis-jenis salak liar, oleh seorang pertapa bernama Ki Dukuh Sakti, di Dusun Dukuh, ujung selatan Desa Sibetan. Dengan adanya sumber lontar tersebut kebun salak yang sebagian besar dimiliki masyarakat Desa Sibetan akan tetap bertahan dan berkelanjutan.

Sesuai dengan perkembangan pembangunan pertanian yang berorientasi agribisnis, salak merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan daerah Bali.

Pertanian dengan komoditas buah salak sebagai buah unggulan di daerah Bali sebagai potensi yang dapat dikembangkan. Selama ini buah salak hanya dikembangkan dalam pemasaran buah dan olahan buah, namun dengan perkembangan pariwisata Bali saat ini, sangat berpeluang untuk pengembangan kebun salak sebagai salah satu upaya menambah daya tarik destinasi wisata.

Pengembangan kebun salak sebagai destinasi wisata sangat berpeluang besar. Kebun salak yang ada di Desa Sibetan sebagian besar dimiliki warga masyarakat setempat terlihat sebelah kanan dan kiri jalan terhampar kebun buah salak. 4 Dengan potensi kebun salak yang ada serta produksi salak dengan sedikitnya terdiri atas 15 jenis varietas buah salak. Dengan 15 jenis buah salak

4

(Kebun Salak. Pertiwi F., 2014, http://travel.kompas.com, diunduh tanggal 4 Nopember 2014)

(7)

juga masing-masing yang ada saat ini seperti salak Gula Pasir memiliki keunggulan dengan harga 3 sampai 4 kali dari harga salak biasa. Potensi alam yang dimiliki Desa Sibetan tersebut belum dikembangkandengan baik sebagai daya tarik wisata. Upaya-upaya pengembangan kebun salak sebagai daya tarik wisata sudah dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat seperti Kelihan Adat dan pelaku wisata lokal Desa Sibetan sebagai pengelola agrowisata yang tergabung dalam satu kelompok Tani Dukuh Lestari.

Potensi yang dimiliki Desa Sibetan dan telah dikembangkan sebagai agrowisata mulai awal tahun 1997 belum dikembangkan dengan baik, dengan pengembangan saat ini yang bergabung dengan Jaringan Ekowisata Desa (JED) mulai tahun 2002 sampai sekarang dapat meningkatkan kebun salak sebagai daya tarik wisata. Di samping itu kondisi lingkungan internal dan eksternal kebun salak di Desa Sibetan sangat berpengaruh dalam pengembangannya sebagai daya tarik wisata.

Terlebih lagi kekuatan internal dengan adanya pararem yang dikeluarkan Parajuru Adat Desa Sibetan untuk pelestarian dan penggunaan buah lokal menjadikan kebun salak mempunyai perlindungan terhadap pelestariannya.

Dengan adanya pararem masyarakat secara langsung akan mentaatinya.

Keberadaan dari kebun salak secara internal sangat kuat untuk

dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Partisipasi masyarakat, lingkungan alam

yang berbukit, pemandangan dengan view ke laut serta kondisi tanah yang subur

dan pararem menjadi sebuah kekuatan internal yang dapat dikembangkan. Namun

dari kekuatan internal yang dimiliki belum ada usaha-usaha untuk meningkatkan

(8)

kekuatan yang dimiliki. Bila kekuatan internal yang dimiliki terus dikembangkan maka Desa Sibetan akan menjadi sebuah destinasi daya tarik wisata yang cukup andal. Dengan mengetahui kondisi lingkungan internal menjadi sebuah kajian lebih mendalam untuk pengembangannnya sebagai daya tarik wisata.

Lingkungan eksternal dari kebun salak yang menjadi ancaman adanya faktor-faktor yang berpengaruh kepada masyarakat terutama penyediaan akomodasi wisata dengan alih fungsi lahan. Dengan berkembangnya masyarakat serta kebutuhan lahan maka alih fungsi lahan dengan penyediaan akomodasi wisata menjadi ancaman yang perlu mendapatkan perhatian. Disamping kurangnya perhatian pemerintah terhadap pelestarian lingkungan kebun salak.

Adanya alih fungsi lahan yang dimanfaatkan investor untuk usaha dan juga adanya pengembangan lahan menjadi rumah dan perumhan sebagai dampak dari perkembangan wilayah dan persebaran penduduk yang mulai mendapat pengaruh dari luar.

Dengan perkembangan pariwisata yang sangat pesat saat ini dimana kedatangan wisatawan mancanegara ke Bali dari tahun 2014 sekitar 3.766.638 orang 5 berdasarkan data ini dapat dikatakan adanya potensi yang dapat dikembangkan seperti wisata kebun, dengan wisata kebun maka wisatawan akan diajak untuk melakoni sebagai petani kebun salak, memetik buah salak serta merasakan enaknya buah salak, disamping itu dengan program paket wisata kebun akan menjadikan kebun salak mempunyai daya tarik wisata untuk dikembangkan.

Saat ini strategi yang diterapkan belum maksimal sehingga diperlukan strategi dan

5

(http://bali.bps.go.id/tabel .php? id =11 diunduh tanggal 27 Maret 2015)

(9)

program yang relevan dalam pengembangan kebun buah salak menjadi daya tarik wisata.

Dalam laporan akhir tahun 2013 Jaringan Ekowisata Desa yang dimiliki

oleh masyarakat Kiadan Plaga, Dukuh Sibetan, Tenganan Pageringsingan, Nusa

Ceningan dan sebuah yayasan lingkungan hidup yaitu Yayasan Wisnu, sebuah

unit yang dimiliki bersama bergerak di bidang pariwisata berbasis masyarakat dan

lingkungan. Dalam laporan akhir tahun 2013 jumlah kunjungan wisatawan di

empat desa tersebut yang tergabung dalam Jaringan Ekowisata Desa (JED)

sebanyak 464 orang tahun 2013, wisatawan yang berkunjung ke Desa Sibetan

sebanyak 44 wisatawan. Sebagai perbandingan dalam laporan akhir tahun tersebut

data kunjungan ke Desa Sibetan tahun 2011 sebanyak 35 wisatawan, tahun 2012

sebanyak 27 wisatawan dan tahun 2013 sebanyak 44 wisatawan dan tahun 2014

sebanyak 25 orang wisatawan (Laporan Akhir JED tahun 2014). Melihat data dari

kunjungan wisatawan ke Desa Sibetan yang tidak ada kenaikan dalam

perkembangannya memerlukan strategi dan program yang relevan menjadi sangat

penting, karena dapat meningkatkan partisipasi serta keterlibatan masyarakat

untuk mendukung pengembangan kebun buah salak menjadi daya tarik wisata di

Desa Sibetan. Pemerintah Provinsi Bali telah mengeluarkan Peraturan Daerah

Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Buah Lokal. Dengan

adanya peraturan ini, adanya kepedulian Pemerintah Bali terhadap kawasan buah

lokal. Buah salak sebagai salah satu monokultur yang terdapat di Desa Sibetan

menjadi pertimbangan untuk terus dikembangkan. Dengan pengembangan yang

(10)

lebih mengarah kepada potensi serta meningkatkan peran serta masyarakat sehingga strategi dan program relevan akan dapat dikembangkan lebih lanjut.

Namun potensi yang dimiliki Desa Sibetan yaitu kebun salak belum berkembang dengan baik menjadi daya tarik wisata, kondisi lingkungan internal dan eksternal kebun salak dan strategi dan program yang relevan sebagai daya tarik wisata belum dapat dikembangkan dengan baik. Potensi yang dimiliki belum dikembangkan dengan baik tersebut perlu diadakan penelitian untuk pengembangan kebun salak dalam meningkatkan daya tarik wisata di Desa Sibetan, Kabupaten Karangasem.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakondisi lingkungan internal kebun salak di Desa Sibetan untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata?

2. Bagaimana kondisi lingkungan eksternal kebun salak di Desa Sibetan untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata?

3. Bagaimana strategi dan program pengembangan yang relevan dalam pengembangan kebun salak menjadi daya tarik wisata di Desa Sibetan, Kabupaten Karangasem?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan kedua pokok permasalahan tersebut di atas, tujuan penelitian

ini adalah sebagai tersebut di bawah ini.

(11)

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi dan program pengembangan kebun salak dalam meningkatkan daya tarik wisata di Desa Sibetan, Kabupaten Karangasem.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasikondisi lingkungan internal kebun salak di Desa Sibetan untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata.

2. Mengidentifikasi kondisi lingkungan eksternal kebun salak di Desa Sibetan untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata.

3. Merumuskan strategi dan program yang relevan dalam pengembangan kebun salak menjadi daya tarik wisata di Desa Sibetan, Kabupaten Karangasem.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Secara teoritis terpentingdalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam menambah wawasan pengetahuan tentang pengembangan kebun salak sebagai daya tarik wisata dan juga menambah pengetahuan tentang peran masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan (Community Based Tourism Development).

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan

secara konseptual tentang keragaman produk wisata dengan memanfaatkan

peran pemerintah, masyarakat/partisipasi masyarakat serta pelaku pariwisata

dalam pengembangan kebun salak sebagai daya tarik wisata.

(12)

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bisa menemukan produk wisata baru khususnya di Desa Sibetansehingga menambah keanekaragaman produk wisata atau diversifikasi daya tarik wisata di Kabupaten Karangasem.

Keanekaragaman produk wisata atau diversifikasi daya tarik wisata bermanfaat

bagi masyarakat Desa Sibetan. Hasil penelitian ini diharapkan juga menjadi bahan

masukan bagi instansi terkait, khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Karangasem dalam menentukan kebijakan mengembangkan kebun

salak dalam meningkatkan daya tarik wisata di Desa Sibetan, Kabupaten

Karangasem.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa penggunaan biaya variabel pada petani kakao yang menggunakan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) lebih tinggi karena petani lebih

Titik strategis yang perlu dikembangkan, yaitu (1) daerah hulu Sungai Barito, untuk menemukan lebih banyak tinggalan arkeologi dari masa prasejarah, mengingat wilayah ini juga

freeer dingin tidak merata hal ini disebabkan oleh aliran refrigran yang tidak lan1ar karena disebabkan oleh beberapa hal seperti tersumbatnya sistem refrigran, kompresor sudah tidak

ketepatan wkt wkt : : menejemen menejemen wkt wkt tunggu tunggu , , perencanaan. perencanaan pelayanan pelayanan operasi operasi ( ( jumlah

sel surya ialah bahan semikonduktor yang dilihat dari segi harga relatif mahal. Bahan pembangkit energi yang tersedia di alam masih banyak dan bila dilihat dari segi harga

Adapun maksud dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh tebal dinding terhadap stabilitas konstruksi dinding penahan tanah tipe counterfort pada rencana pembangunan dinding

Dari rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang digunakan di atas dapat ditarik hipotesis bahwa Penolakan Reunifikasi Korea Selatan Oleh Korea Utara pada

Kemudian terjadi Protocol Madrid 1885 di Madrid Spanyol yang berisikan tentang perjanjian antara Inggris, Jerman dan Spanyol untuk mengakui kedaulatan Spanyol atas