BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah jenjang Indonesia yang diselenggarakan secara terstruktur dan menjadi tanggung jawab Kemendiknas. Tingkat pendidikan dibagi kedalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar, menengah dan tinggi. (Depdiknas RI, 2007)
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pendidikan dapat mempengaruhi daya intelektual seseorang dan pengetahuan.
Pendidikan ibu yang kurang menyebabkan daya intelektualnya terbatas sehingga perilakunya sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya ataupun perilaku kerabatnya atau orang yang mereka tuakan. Pendidikan Pendidikan dikategorikan kurang bila hanya memperoleh ijazah SMP atau setara lainnya kebawah, dimana pendidikan ini hanya mencukupi pendidikan dasar 9 tahun. Sementara pendidikan reproduksi baru diajarkan secara lebih mendetail di jenjang pendidikan SMA keatas. (Depdiknas, 2007)
Dalam penelitian ini kami menggunakan kriteria pendidikan dasar (SD dan SMP), menengah (SMA) dan pendidikan tinggi (PT).
2.2. Pengetahuan
Pengetahuan ialah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Sunaryo, 2004). Sedangkan menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan diperoleh dari informasi baik diperoleh secara tertulis atau lisan dari pengalaman seseorang. Pengetahuan diperoleh dari suatu fakta atau kenyataaan dengan melihat televisi, mendengar radio, membaca, serta dapat diperoleh berdasarkan pengalaman serta dapat berpikir kritis. (Sukanto, 2002).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu:
1. Awerenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest (tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.
3. Evaliation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:
1. Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk dalam pengetahuan. Tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasi secara benar.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi riil.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi.
Pergukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.
Dalam penelitian ini pengetahuan responden didapatkan dari hasil pengisian kuesioner yang dibagikan kepada responden. Adapun dari hasil pengukuran pengetahuan tersebut, peneliti membagi menjadi 3 kategori yaitu pengetahuan rendah dengan nilai 0 – 9, pengetahuan sedang dengan nilai 10 – 18, dan pengetahuan tinggi dengan nilai 19 – 27.
Namun dikarenakan distribusi nilai pada pegetahuan rendah tidak ada, maka peneliti membagi kategori pengetahuan menjadi 2 kategori, yaitu pengetahuan sedang dengan nilai 0 -18 dan pengetahuan tinggi dengan nilai 19 – 27.
2.3. Menopause a. Definisi
Menopause adalah perubahan normal dalam kehidupan seorang wanita ketika menstruasi berhenti. Seorang wanita telah mencapai menopause ketika dia tidak memiliki jangka waktu selama 12 bulan berturut-turut. Selama menopause tubuh wanita secara perlahan berkurang jumlah hormon esterogen dan progesterone. (Liu et al, 2012)
Menopause adalah berhentinya siklus perdarahan uterus secara teratur yang proses ini merupakan satu peristiwa dalam klimakterium pada setiap wanita.
Menopause biasanya terjadi antara usia 45-52 tahun (Price, 2006). Menopause terjadi pada wanita saat ovarium tidak lagi berespon terhadap LH (Luteinizing Hormon) dan FSH (Folicle Stimulating Hormon) dengan membentuk suatu hormone yaitu estrogen dan progesterone. Menopause biasanya terjadi pada wanita antara usia 40 dan 50 tahun dan dapat berlangsung selama 8-10 tahun (Corwin, 2001). Menopause merupakan transisi degeneratif normal dalam kehidupan yang terkaitdengan penuaan dan hilangnya kesuburan. (Liu et al, 2013)
Siklus mestruasi di kontrol oleh dua hormone yang diprosuksi di hipofisis yang ada di dalam otak yaitu follicle Stimulating hormone (FSH) dan LH kemudian diprosuksi oleh Hipofisis secara normal. Akan tetapi akibat ovarium menua maka kedua ovarium tidak dapat merespon FSH dan LH sebagaimana seharusnya.
Akibatnya Progeteron dan esterogen yang diproduksi semakin berkurang. Proses menopause terjadi ketika kedua ovarium tidak dapat lagi menghasilkan hormone- hormon reproduksi tersebut dalam jumlah yang cukup untuk dapat mempertahankan siklus menstruasi. Dengan demikian ketika perempuan memasuki menopause maka kadar esterogen dan progesterone turun secara signifikan karena ovarium berhenti merespon FSH dan LH yang diproduksi hipofisis. Sebagai kompensasi otak telah mengeluarkan FSH dan LH namun kedua ovarium tidak dapat berfungsi dengan normal. Namun kecenderungan otak menghasilkan FSH lebih banyak memberikan
keuntungan yaitu kadar FSH dapat dideteksi dalam urin atau darah, serta dapat digunakan sebagai tes sederhana untuk deteksi menopause (Rebecca, 2007).
Tahap-Tahap Menopause Menurut Sarwono P (2007) terdapat tiga tahap menopause yaitu:
1. Tahap klimakterium adalah masa peralihan masa reproduksi dan masa senium. Tahap ini juga disebut sebagai tahap pra menopause.
Klimakterium terjadi 6 tahun sebelum menopause dan berakhir 6-7 tahun setelah menopause Dengan demikian rentang tahap klimakterium lebih kurang 13 tahun.
2. Menopause yaitu masa berhentinya siklus mentruasi terakhir atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis menopause dapat ditegakkan setelah didapati manifestasi amenorea sedikitnya selama satu tahun.
3. Senium adalah periode sesudah pasca menopause, yaitu ketika perempuan telah mampu beradaptasi atau menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik berarti. Pada periode ini tampak mencolok ialah terdapat degenerasi organ dan kemampuan fisik, seiring dengan berjalannya usia dan penuaan.
Dalam tahap senium terjadi juga osteoporosis dengan intensitas yang berbeda pada setiap perempuan. Mekanisme penyebabnya masih belum diketahui secara pasti namun masih diduga berkurangnya aktivitas osteoblast memegang peranan penting dalam menaisme ini.
(Sarwono, 2007)
Menurut Sarwono P (2007) ada dua jenis kelainan pada jadwal menopause, yaitu:
1) Menopause premature
Menopause premature atau disebut sebagai premature dini batas rendah terjadinya periode menopause yaitu usia 44 tahun. Menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun dapat dikatakan sebagai menopause dini, biasanya terjadi di usia 35-40 tahun perempuan sudah berhenti haid,
menopause dini ditandai dengan sakit kepala, haid tidak teratur, dan kemudian di tandai dengan haid yang berhenti. Factor penyebab menopause premature ialah herediter, penyakit menahun, gangguan gizi yang berat, dan penyakit yang merusak jaringan ovarium. Selain itu peran polusi lingkungan juga berperan.
2) Menopause terlambat
Batas terjadi menopause secara umum pada usia 52 tahun. Jika perempuan mengalami haid diatas usia 52 tahun , maka hal ini indikasi mengarah untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Faktor penyebab yang terkait dengan munculnya menopause terlambat ialah fbrinoma uteri dan tumor ovarium. Menurut novak, perempuan dengan karsinoma endometrium sering dalam anamnesis mengemukakan menopausenya terlambat. Perempuan yang memiliki kelebihan berat badan (obesitas), memiliki peluang lebih besar mengalami keterlambatan menopause karena sebagian besar esterogen diproduksi di ovarium , tetapi sebagian kecil di produksi di bagian tubuh yang lebih kecil seperti se-sel lemak. (Rebecca, 2007)
Dalam penelitian ini kami membagi umur responden berdasarkan kriteria menoupouse menurut Price (2006), yaitu menoupouse awal berumur 45 s/d 52 tahun, sedangkan menoupouse akhir pada umur 53 s/d 60 tahun.
b. Etiopatofisiologi
Sebelum seorang wanita mengalami menopause, telah terjadi perubahan anatomis pada ovarium berupa sclerosis vaskuler, pengurangan jumlah folikel primordial, serta penurunan aktivitas sintesa hormon steroid. Penurunan hormon estrogen akan berlangsung dimulai pada awal masa klimakterium dan makin menurun pada menopause, serta mencapai kadar terendah pada saat pascamenopause (Deborah, 2006).
Penurunan menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negative terhadap hypothalamus, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan produksi gonadotropin sehingga membuat pola hormonal wanita klimakterium menjadi
hipergonadotropin, hipogonadisme. Dengan menurunnya kadar estrogen di dalam tubuh maka fungsi fisiologis hormone tersebut akan menjadi terganggu. Perubahan fisiologik sindroma kekurangan estrogen akan menampilkan gambaran klinis berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatic, dan gangguan siklus haid (Nur, 2012).
c. Manifestasi
Turunnya fungsi ovarium (sel telur) mengakibatkan hormon terutama estrogen dan progesteron sangat berkurang di dalam tubuh kita. Kekurangan hormon estrogen ini menyebabkan keluhan-keluhan yang terkait fisik maupun fisiologis. Beberapa keluhan yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
1. Hot flushes
2. Insomnia, cemas, mudah tersinggung 3. Sulit berkonsentrasi
4. Gangguan mood
5. Penurunan seksualitas dan libido 6. Memory loss
7. Vaginal dryness 8. Urinary symptoms 9. Loss of libido 10. Osteoporosis d. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan pap smear bisa diketahui adanya perubahan pada lapisan vagina akibat perubahan kadar estrogen. Pemeriksaan darah dan air kemih bisa digunakan untuk mengukur kadar estrogen, progesteron serta estron dan estradiol plasma.
e. Penatalaksanaan Medis
Prinsip pengobatan menopause adalah memberikan estrogen dari luar atau dikenal dengan Hormone replacement therapy (HRT) atau istilahnya dalam bahasa indonesia adalah terapi sulih hormon (TSH).
Prinsip dasar pemberian TSH:
a. Wanita yang masih memiliki uterus, maka pemberian estrogen harus selalu dikombinasikan dengan progesterone. Tujuan penambahan progesterone adalah untuk mencegah kanker endometrium.
b. Wanita tanpa uterus, maka cukup pemberian estrogen saja dan estrogen diberikan secara kontinue (tanpa istirahat).
c. Pada wanita perimenopause yang masih haid dan masih tetap menginginkan haid, TSH diberikan secara sekuensial. Wanita pasca menopause yang masih ingin haid diberikan secara sekuensial, kecuali jika tidak terjadi haid diberikan secara kontinue. Sedangkan yang tidak ingin haid diberikan kontinue.
d. Jenis estrogen yang digunakan adalah estrogen alamiah dan progesterone juga yang alamiah.
e. Pemberian selalu dimulai dengan dosis rendah.
f. Dapat dikombinasi dengan androgen atau diberikan dengan TSH yang memiliki sifat androgenic.(Nur, 2012).
2.4. Landasan Teori
Notoatmojo (2010) menjelaskan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, makin tinggi pula kesadaraannya tentang hak untuk memperoleh informasi, serta hak untuk menolak atau menerima pengobatan yang ditawarkan. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai tersebut. Rendahnya faktor pendidikan memberikan gambaran ketidaktahuan akan informasi yang berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi (Suhari, 2003)
2.5. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka dapat disusun kerangka teoritis sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka teori penelitian Tingkat Pendidikan
Pendidikan Dasar
Pendidikan menengah
Pengetahuan Menopause
Perguruan Tinggi
2.6. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut :
Gambar 2.2. Kerangka konsep penelitian
2.7. Hipotesis
Tingkat Pendidikan yang berbeda berpengaruh terhadap pengetahuan tentang menopause pada wanita, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar pengetahuan tentang menopause.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan dasar
Pendidikaan menengah
Pengetahuan Menopause
Pendidikan tinggi