• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Analisis Eksternal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. Analisis Eksternal"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Bab III Analisis Internal

3.

Analisis Eksternal

3.1. Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi Dunia

Ekspansi ekonomi dunia diperkirakan tetap berlanjut meski tidak merata. Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju diperkirakan terbatas, sementara negara-negara berkembang diperkirakan tumbuh tinggi sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik. IMF, dalam publikasinya di World Economic Outlook bulan Juni 2011 memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju di 2011 mencapai 2,2%. Sementara itu, negara-negara berkembang diperkirakan tumbuh tinggi sebesar 6,6% yang dimotori oleh China, India, dan negara-negara ASEAN 5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam).

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2011 diperkirakan mencapai 4,3%. Selanjutnya, pada tahun 2012, kondisi ekonomi Negara. maju diperkirakan semakin membaik karena meningkatnya investasi, membaiknya permintaan domestik, dan membaiknya sektor tenaga kerja seiring kebijakan moneter yang masih akomodatif. Sementara itu, negara-negara berkembang diperkirakan tetap mencatat pertumbuhan yang tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia dapat mencapai 4,5% pada tahun 2012.

Tabel 3.1. Perkembangan Makro Ekonomi Dunia (%)

PDB Dunia 2009 2010 2011 2012 -0.5 5.1 4.3 4.5 Negara Maju -3.4 3 2.2 2.6 USA -2.6 2.9 2.5 2.7 Kawasan EURO -4.1 1.8 2.0 1.7 Jepang -6.3 4 -0.7 2.9

Negara Maju Lainnya -1.1 5.8 4.0 3.8

Negara Berkembang 2.8 7.4 6.6 6.4

Eropa Timur dan Tengah -3.6 4.5 5.3 3.2

Negara Persemakmuran -6.4 4.6 5.1 4.7

Negara Berkembang Asia 7.2 9.6 8.4 8.4

China 9.2 10.3 9.6 9.5

India 6.8 10.4 8.2 7.8

Asean 1.7 6.9 5.4 5.7

Amerika Latin & Karibia -1.7 6.1 4.6 4.1

Afrika Utara & Timur Tengah 2.5 4.4 4.2 4.4

Sumber: Bank Indonesia

3.2. Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi Indonesia

3.2.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

(2)

Bab III Analisis Internal Grafik 3.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (%)

Sumber : Bank Indonesia

3.2.2 Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Agregat Permintaan

Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2011 diperkirakan mencapai 6,5% dengan kontribusi utama ekspor, konsumsi rumah tangga dan investasi volume perdagangan dunia yang meningkat mendorong ekspor tetap tumbuh positif. Demikian pula dengan impor, dia diperkirakan tumbuh cukup tinggi sejalan dengan tingginya pertumbuhan ekspor dan investasi. Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan tumbuh tinggi dengan diiringi keyakinan konsumen yang cukup tinggi. Pertumbuhan investasi diperkirakan meningkat meskipun terjadi perlambatan apresisasi dan rendahnya realisasi proyek infrastruktur serta belanja modal pemerintah

.

Grafik 3.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Agregat Permintaan (%)

Sumber : Bank Indonesia

3.2.3 Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Agregat Penawaran

(3)

Bab III Analisis Internal

Grafik 3.3 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Agregat Penawaran (%)

Sumber: Bank Indonesia

3.2.4 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Valuta Asing (USD)

Penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut. Di tengah meningkatnya risiko global terkait dengan penanganan krisis di Eropa, rata-rata nilai tukar rupiah pada triwulan II 2011 terapresiasi sebesar 3,58% ke level Rp.8.589 per dolar AS Pada akhir triwulan laporan, rupiah ditutup pada level Rp.8.577 per dolar AS, menguat 1,53% (ptp) dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya. Penguatan tersebut diikuti oleh meningkatnya volatilitas nilai tukar rupiah yang menurun menjadi 0,3% dari 0,35% pada triwulan sebelumnya.

Grafik 3.4 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Valuta Asing (USD)

Sumber: Bank Indonesia

3.2.5 Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia

(4)

Bab III Analisis Internal Grafik 3.5 Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia (Miliar USD)

Sumber: Bank Indonesia

3.2.6 Perkembangan Tingkat Inflasi Indonesia

Tekanan inflasi sampai dengan triwulan II 2011 masih cukup terkendali. Baik secara triwulanan maupun tahunan, inflasi IHK pada triwulan II 2011 tercatat lebih rendah dari triwulan sebelumnya yakni sebesar 0,36% (qtq) dan 5,54% (yoy). Penurunan tekanan inflasi terutama berasal dari kelompok volatile food yang mengalami deflasi. Sementara itu, tekanan dari kelompok inti meningkat yang antara lain didorong oleh peningkatan harga komoditas global, namun masih terkendali

.

Grafik 3.6 Perkembangan Tingkat Inflasi Indonesia (%)

Sumber : Bank Indonesia

3.2.7 Perkembangan Suku Bunga / BI Rate Indonesia

(5)

Bab III Analisis Internal Tabel 3.2. Perkembangan Berbagai Suku Bunga (%)

Suku Bunga (%) Triwulan I-2010 Triwulan II-2010 Triwulan III-2010 Triwulan IV-2010 Triwulan I- 2011 Triwulan II- 2011 Jan Feb Mar Apr Jan Jan Jan Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun BI Rate 6,50 6,50 6,50 6,50 6.50 6.50 6.50 6,50 6,50 6,50 6,50 n.a 6.50 6.75 6.75 6.75 6.75 n.a Penjaminan Deposito 7,00 7,00 7,00 7,00 7.00 7.00 7.00 7,00 7,00 7,00 7,00 n.a 7.00 7.25 n.a 7.25 7.25 n.a Dep 1 bulan (Weighted

Average) 7,09 6,93 6,77 6,89 6.72 6.72 6.72 6,75 6,72 6,81 6,78 n.a 6.72 6.72 Na 6.80 6.85 n.a Base Lending Rate 12,64 12,66 12,58 12,62 12.03 12.03 12.03 12,38 12,21 12,07 11,98 n.a 12.03 11.04 n.a 12.06 12.22 n.a Kredit Modal Kerja

(KMK) 13,75 13,68 13,54 13,42 12.75 12.75 12.75 13,19 13,00 13,01 12,96 n.a 12.75 12.72 n.a 12.68 n.a n.a Kredit Investasi (KI) 13,24 13,21 12,72 12,62 12.25 12.25 12.25 12,40 12,41 12,38 12,35 n.a 12.25 12.20 n.a 12.16 n.a n.a Kredit Konsumsi (KK) 16,32 16,36 15,42 15,34 14.48 14.48 14.48 14,83 14,75 14,65 14,53 n.a 14.48 14.50 n.a 14.38 n.a n.a

Sumber: Bank Indonesia

3.3. Prospek Ekonomi Kedepan

 Pertumbuhan aktivitas perdagangan dunia diperkirakan cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang juga cenderung membaik.

 Dengan kondisi eksternal tersebut, perekonomian Indonesia ke depan diperkirakan cenderung membaik disertai dengan sumber pertumbuhan yang semakin seimbang. Pada tahun 2011 dan 2012,pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masing-masing berkisar 6,3%-6,8% dan 6,4% - 6,9%.

 Dengan kondisi permintaan yang cenderung meningkat, baik yang berasal dari eksternal maupun domestik, pertumbuhan impor diperkirakan juga meningkat.

3.4. Perkembangan Industri Nikel Dunia

3.4.1. Perkembangan Produksi Nikel Dunia

Nikel adalah salah satu produk tambang yang banyak diproduksi di Indonesia, bersama Kanada dan Australia. Berdasar data terakhir yang diperoleh, Indonesia berada di urutan keempat setelah Australia, Kanada, New Caledonia. Keempat negara ini menguasai sekitar 65% supply dunia.

Produksi dan konsumsi Nikel dunia berdasarkan data International Nickel Study Group (INSG) meningkat dari tahun ke tahun, sebelum akhirnya menurun setelah tahun 2007. Pada tahun 2008 produksi nikel dunia mencapai 1.377.700 ton atau turun dibandingkan produksi tahun 2007 sebesar 1.423.100 ton, dan tahun 2009 turun dibanding 2008 yaitu menjadi sebesar 1.329.100 ton. Pertumbuhan rata-rata produksi nikel dunia dari tahun 2004 hingga tahun 2009 mencapai 1,26% per tahun. Pada tahun 2010 produksi nikel dunia mencapai 1,33 juta ton, naik dibanding produksi tahun 2009.

Tabel 3.3. Produksi Nikel Dunia Tahun 2004 – 2011 (‘000 ton) Primary Nickel Production 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Africa 57 55,5 54,5 49,1 42,1 36,4 34,24 29,99 America 312,3 307,6 317,6 324,7 304,8 239,2 258,6 246,4 Asia 249,4 270,6 303,5 379,4 378,6 432,3 394,5 411,3 Europe 468,3 462,9 511,6 513,7 510,2 453,6 489,7 490,6 Oceania 166,3 177,5 162,6 156,2 141,9 167,6 161,1 160,8 World Total 1.253,4 1.274,1 1.349,9 1.423,1 1.377,7 1.329,1 1.338,12 1.339,14

(6)

Bab III Analisis Internal

3.4.2. Perkembangan Konsumsi Nikel Dunia

Sedangkan konsumsi nikel dunia pada tahun 2008 menurun dibanding tahun 2007 yaitu menjadi sebesar 1.278.200 ton dan tahun 2009 mencapai 1.231.700 ton. Pertumbuhan rata-rata konsumsi nikel dunia dari tahun 2004 hingga 2009 menurun 0,05% per tahun.

Tabel 3.4. Perkembangan Konsumsi Nikel Dunia 2004 – 2011 (`000 ton)

Primary Nickel Usage 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Africa 45,5 32 42 33,6 27 31,3 25,8 23,1 America 164,6 174,3 180,4 171,4 160,5 121,8 152,0 149,1 Asia 579,6 592,2 683,7 690,9 688,3 760,3 686,1 691,9 Europe 454,3 447,2 492,1 423,9 399,6 315,6 410,0 406,5 Oceania 2,8 2,8 2,9 2,9 2,9 2,7 2,8 2,8 World Total 1.246,7 1.248,5 1.401,1 1.322,7 1.278,2 1.231,7 1.282,18 1280,5

Sumber : International Nickel Study Group Ket : 2011 Angka Proyeksi

Pada tahun 2010 konsumsi nikel meningkat hal ini dipicu oleh kenaikan konsumsi stainless steel dunia. Nikel dalam industri sebagian besar digunakan untuk memproduksi stainless steel. Berikut ini komposisi penggunaan nikel dunia di industri

.

Grafik 3.7 Komposisi Penggunaan Nikel Dunia

Sumber : International Nickel Study Group

Pembuatan baja saat ini menyerap sebanyak 65 persen produksi nikel dunia 8 persen digunakan untuk elektroplating, 5 persen untuk bahan kimai dan sisianya

22% digunakan untuk paduan lainya. Realisasi produksi stainless steel dunia tahun 2009 sebesar 24,6 juta MT menurun sebesar 5.2% dibanding produksi 2008 sebesar 25,9 juta MT. Namaun produksi tahun 2009 tersebut masih lebih tinggi dibandingkan ekspektasi, dimana produksi stainless steel dunia 2009 diekspektasikan turun 14% dibanding 2008. Hal tersebut menunjukan telah terjadi proses pemulihan kondisi perekonomian global pasca krisis keuangan global.

(7)

Bab III Analisis Internal

3.4.3. Perkembangan Harga Nikel Dunia

Harga nikel mengalami harga tertinggi pada Mei 2007 yaitu mencapai USD 51.783,33 per ton, setelah itu harga nikel mengalami penurunan sampai titik terendah pada Maret 2009 sebesar USD 9.710,73 per ton. Secara perlahan harga nikel mulai meningkat sejak April 2009, sampai pada Februari 2011 harga nikel telah mencapai USD 28.412,18 per ton.

Menurut estimasi Mega Capital Securities, setelah naik 34% tahun lalu, harga nikel sampai akhir tahun 2011 ini diproyeksikan kembali naik sebesar 27%. Dalam lima tahun terakhir dari 2005-2010, harga rata-rata nikel naik sebesar CAGR 8,10%, dari US D 14.765 per metrik ton pada 2005 ke level US D 21.811 per metrik ton. Harga rata-rata nikel akan mencapai USD 30.060 per metrik ton atau naik dengan CAGR sebesar 6,6%. Kenaikan harga dipicu tingginya permintaan dari China, yang diperkirakan meningkat 8,4% tahun ini dan 9,5% tahun depan.

Grafik 3.8 Perkembangan Harga Nikel Dunia 2006 – 2011 (USD / Metric Ton)

Sumber : www.Indexmundi.com

3.5. Perkembangan Industri Nikel Indonesia

Produksi Nikel di Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 2004 sampai tahun 2007. Tahun 2004 tercatat produksi nikel Indonesia sebesar 2.106.000 ton sampai pada tahun 2007 mencapai 7.113.000 ton. Namun setelah tahun 2007 mengalami penurunan dimana pada tahun 2008 produksi nikel turun 8% dari tahun 2007 yaitu menjadi sebesar 6.572.000 ton, dan tahun 2009 turun menjadi 5.782.080 ton. Tahun 2010 produksi nikel mencapai sebesar 5.667.000 ton dan diproyeksikan mencapai 7.467.000 ton pada tahun 2011.

Grafik 3.9 Perkembangan Produksi Nikel Indonesia

(8)

Bab III Analisis Internal

Di Indonesia, produsen utama nikel adalah PT. Aneka Tambang (ANTM) dan PT Inco (INCO). Selain ini masih ada beberapa perusahaan kecil lainnya yang juga memproduksi nikel namun jumlahnya tidak signifikan. Antara ANTM dan INCO memiliki perbedaan dalam pengolahan hasil tambang nikel. INCO mengolah nikel menjadi bahan baku untuk produk turunan selanjutnya. Sementara itu ANTM mengolah nikel menjadi feronikel (paduan besi dengan nikel) dan dipakai oleh industri elektronik maupun rumah tangga. Pemakaian terbesar nikel adalah industri stainless steel dan logam campuran. Keduanya menyerap hampir 90% dari pasokan nikel.

Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia saat ini memiliki cadangan nikel 3,2 miliar ton atau berada di peringkat delapan dunia. Produksi nickelmatte tahun lalu (2010) sekitar 79 ribu ton dan bijih nikel 6,6 juta ton. Adapun produksi feronikel 18 ribu ton dari target 15 ribu ton. Produksi nikel Indonesia menyumbang 8,6% produksi dunia atau berada di peringkat ke empat. Cadangan nikel Indonesia masih bisa digali hingga 50 tahun ke depan. Daerah-daerah penghasil nikel di Indonesia diantaranya:

* Bengkalis : Sumatra

* Bolaang Mangondow : Sulawesi Utara.

* Cikotok : Jawa Barat.

* Logas : Riau

* Meuleboh : DI Aceh

* Rejang Lebong : Bengkulu

* Morowali : Sulawesi Tengah

Secara total, nikel di Indonesia sebagian besar diekspor dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi atau diolah dalam negeri. Perkembangan ekspor nikel di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 1.429.500 ton atau turun 39% dari tahun 2007, hal ini disebabkan menurunnya baik volume maupun harga/nilai satuan. Tahun 2009 ekspor nikel semakin turun hingga 584.100 ton, namun pada tahun 2010 sejak Januari – Oktober tercatat ekspor nikel meningkat mencapai 1.213.100 ton. Jika dibandingkan dengan ekspor nikel sejak Januari – Oktober 2009 maka ekspor nikel tahun sejak Januari – Oktober 2010 meningkat 108%.

Grafik 3.10 Perkembangan Ekspor Nikel Indonesia (000 Ton)

(9)

Bab III Analisis Internal

3.6. Perkembangan Industri Nikel di Sulawesi Tengah

Sulawesi Tengah adalah salah satu provinsi di Pulau Sulawesi yang mempunyai sumber daya alam yang cukup besar, baik berupa tanah dan kandungan mineral yang terpendam didalamnya, air dan segala isinya, flora dan fauna yang beraneka ragam. Namun sebagian besar potensi dan kekayaan alam yang melimpah tersebut belum diolah dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Luas wilayah daratan sulawesi Tengah mencapai 68.033 Km2 dan luas wilayah teritorial lautan sekitar 193.923,75 Km2.

Nikel merupakan hasil tambang yang dihasilkan oleh propinsi Sulawesi Tengah, nikel merupakan hasil pelapukan dari batuan ultra basa (endapan residual). Bermanfaat untuk pembuatan logam campuran (kuningan, perunggu, dll), industri perlistrikan, alat-alat transfortasi, pembuatan plat-plat nikel. Nikel di propinsi Sulawesi Tengah terdapat di kecamatan Petasia, Bungku Tengah, Bungku Selatan Kabupaten Morowali dengan luas wilayah tambang 36.653 Ha.

Sektor pertambangan nikel memberikan kontribusi ke pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, pada 2010 sebesar Rp 4 miliar, belum termasuk dana pengembangan kemasyarakatan yang diterima rakyat mencapai miliaran rupiah. Pemerintah Kabupaten Morowali sampai saat ini telah menerbitkan lebih dari 100 izin eksplorasi penambangan nikel, namun baru sekitar 30 perusahaan yang mulai melakukan eksploatasi.

3.7. Peluang Industri Nikel Indonesia

 Sebagai produk yang sebagian besar digunakan di industri pembuatan stainless steel, pada 2011 diprediksi akan terjadi kenaikan permintaan nikel seiring dengan prediksi kenaikan industri stainless steel. Produksi dan konsumsi nikel dunia berdasarkan data International Nickel Study Group (INSG) meningkat dari tahun ke tahun yang mana ini merupakan peluang bagi industri nikel Indonesia.

 Produksi nikel Indonesia menyumbang 8,6% produksi dunia atau berada di peringkat ke empat. Cadangan nikel Indonesia masih bisa digali hingga 50 tahun ke depan. Sebagian besar nikel Indonesia diekspor dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi atau diolah dalam negeri. Ekspor nikel Indonesia sejak Januari – Oktober 2010 meningkat 108% dibanding tahun 2009, ini juga merupakan peluang bagi industri nikel Indonesia.

3.8. Kesimpulan

 Pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai pada akhir tahun 2011 diperkirakan mencapai kisaran 6,0%-6,5% dan pada tahun 2012 diperkirakan terakselerasi mencapai kisaran 6,1%-6,6%.

(10)

Bab III Analisis Internal

Pada tahun 2010 konsumsi nikel meningkat hal ini dipicu oleh kenaikan konsumsi stainless steel dunia.

(11)

Bab III Analisis Internal

3.

Analisis Eksternal ... 1

3.1.

Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi Dunia ... 1

3.2.

Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi Indonesia ... 1

3.2.1

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 1

3.2.2

Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Agregat Permintaan ... 2

3.2.3

Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Agregat Penawaran ... 2

3.2.4

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Valuta Asing (USD) ... 3

3.2.5

Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia ... 3

3.2.6

Perkembangan Tingkat Inflasi Indonesia ... 4

3.2.7

Perkembangan Suku Bunga / BI Rate Indonesia ... 4

3.3.

Prospek Ekonomi Kedepan ... 5

3.4.

Perkembangan Industri Nikel Dunia ... 5

3.4.1.

Perkembangan Produksi Nikel Dunia ... 5

3.4.2.

Perkembangan Konsumsi Nikel Dunia ... 6

3.4.3.

Perkembangan Harga Nikel Dunia ... 7

3.5.

Perkembangan Industri Nikel Indonesia ... 7

3.6.

Perkembangan Industri Nikel di Sulawesi Tengah ... 9

3.7.

Peluang Industri Nikel Indonesia ... 9

3.8.

Kesimpulan ... 9

Tabel 3.1.

Perkembangan Makro Ekonomi Dunia (%) ... 1

Tabel 3.2.

Perkembangan Berbagai Suku Bunga (%) ... 5

Tabel 3.3.

Produksi Nikel Dunia Tahun 2004 – 2011 (‘000 ton) ... 5

Gambar

Tabel 3.1.  Perkembangan Makro Ekonomi Dunia (%)  PDB Dunia  2009  2010  2011  2012 -0.5 5.1 4.3  4.5  Negara Maju  -3.4  3  2.2  2.6  USA  -2.6  2.9  2.5  2.7  Kawasan EURO  -4.1  1.8  2.0  1.7  Jepang  -6.3  4  -0.7  2.9
Grafik 3.2  Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Agregat Permintaan (%)
Grafik 3.3  Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Agregat Penawaran (%)
Grafik 3.6  Perkembangan Tingkat Inflasi Indonesia (%)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Protista merupakan salah satu dari lima kingdom sistem klasifikasi, meliputi organisme bersel tunggal atau bersel banyak tetapi tanpa diferensiasi yang jelas, ukurannya

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang diperoleh adalah komposisi ikan yang tertangkap dengan alat tangkap cantrang di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo terdiri

Jadi budaya organisasi akan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mustika dan

Jl. Ki Hajar Dewantoro Kentingan Surakarta Telp. Keberhasilan ini perlu dicermati oleh karena sumbangan penurunan fertilitas berasal dari pemakaian metode kontrasepsi

pengembangan industri kecil jamu menunjukkan bahwa sub elemen kunci pada elemen kebutuhan adalah : kebutuhan jaminan pasar produk jamu yang dihasilkan (A-1), kontinyuitas

3) Membantu siswa memahami diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah. 4) Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-

(4) Dalam hal permohonan wajib retribusi disetujui, Kepala SKPD atas nama Bupati menerbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Retribusi atau Surat Keputusan

Kolom 3, Beban Rencana per Roda diperoleh dari beban sumbu (kolom 2) dikalikan dengan faktor keamanan beban dibagi dengan jumlah roda.. Kolom 4, Repetisi yang Terjadi diperoleh