• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keadilan Distributif: studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa Tengah D 902009003 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keadilan Distributif: studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa Tengah D 902009003 BAB III"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Bab Tiga

M etode Penelitian

Jenis Penelitian

Pertama-tama perlu disampaikan di sini bahwa penelitian disertasi yang merupakan penelitian kualitatif ini muncul dari kegelisahan peneliti terhadap masih berlangsungnya ketidakadilan distributif di dalam masyarakat terutama di kalangan masyarakat kecil yang kurang beruntung. Dalam hal ini mereka memiliki kesempatan yang terbatas dalam mengakses permodalan guna peningkatan pendapatan mereka melalui usaha kecil. Di samping tidak memiliki jaminan untuk mengakses pinjaman modal, mereka kebanyakan memiliki jenis usaha yang tidak bankable. Dengan demikian kondisi ini akan tetap menempatkan mereka pada posisi yang marginal dan selanjutnya juga menyebabkan rasio gini terus meningkat semakin tajam yang pada saatnya akan menjadi potensi konflik yang sangat rawan.

Hal yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa kondisi ini justru seringkali dimanfaatkan oleh lembaga keuangan tertentu untuk mengambil keuntungan. M ereka berusaha mencari keuntungan di atas penderitaan orang lain. Seperti diketahui, bahwa meskipun kalangan masyarakat kecil tidak bankable namun mereka memiliki semangat untuk berusaha atau berbisnis di segmen tertentu yang mungkin luput dari sasaran para pengusaha menengah ke atas, seperti usaha warungan, penjaja jalanan, bakul di pasar tradisional, dan sebagainya yang omsetnya juga bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka dan bahkan mereka bisa menabung dengan usaha bisnis tersebut.

(2)

pihak rentenir gelap yang tidak memiliki badan hukum, KSP (Koperasi Simpan Pinjam) yang berbadan hukum dengan bunga yang mencekik, atau pun LKM S (Lembaga Keuangan M ikro Syariah) yang juga mengambil keuntungan yang melebihi bank konvensional. M eskipun harus diakui bahwa keberadaan berbagai lembaga jasa keuangan mikro ini sangat dekat dan fungsional serta seringkali bertindak sebagai ‘dewa penolong’, namun keberadaannya masih belum bisa dikontrol sepenuhnya oleh pemerintah. Dengan demikian praktik mereka bergantung juga kepada kondisi lapangan dan seringkali menawarkan ‘bunga premium’ kepada berbagai pihak yang sedang mengalami kesulitan keuangan.

(3)

Padahal pengamatan dan sekaligus pemberdayaan yang dilakukan peneliti selama hampir 4 tahun (sejak 2010 hingga sekarang) terhadap sepak terjang LKM di Jawa Tengah menunjukkan terjadinya fenomena semacam “Kebangkitan Ekonomi M ikro”, yang ditandai dengan semakin berkembangnya UKM dan LKM secara simultan di provinsi ini. M ereka tidak hanya mampu mengisi kekosongan ruang ekonomi yang seringkali luput dari perhatian bank konvensional, namun mereka juga telah berhasil mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi lokal. Dalam hal ini, LKM S telah memberikan kesan mampu memberikan warna tersendiri, sebagai fenomena yang didorong oleh nilai-nilai lama (Agama Islam) yang menjadi salah satu identitas utama masyarakat Indonesia pada umumnya dan Jawa Tengah pada khususnya.

(4)

H ipotesa Pengarah

Perlu dikemukakan di sini bahwa penelitian ini tidak terutama dimaksudkan untuk melakukan verifikasi atas suatu teori, namun diperlukan hipotesa pengarah yang dapat berfungsi sebagai guiding kemungkinan arah penelitian dan sama sekali tidak mengikat. Hipotesa pengarah yang dirumuskan di dalam disertasi ini bersifat fleksibel, longgar dan terbuka untuk dilakukan perubahan-perubahan bahkan penggantian sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan. Dalam hal ini hipotesa pengarah sesungguhnya merupakan penjabaran dari pertanyaan penelitian berikut:

1. Potensi LKM di Jawa Tengah.

Dengan melihat struktur ekonomi Jawa Tengah, cukup beralasan untuk menduga bahwa Jawa Tengah merupakan lahan yang potensial dari usaha jasa pembiayaan mikro. Hal ini terkait erat dengan kenyataan bahwa masyarakat Jawa Tengah merupakan masyarakat yang sedang mengalami masa transisi dari masyarakat agraris menuju ke arah masyarakat industri. Dalam masa transisi seperti ini beberapa fenomena yang muncul antara lain:

a) Karena tekanan perkembangan jumlah penduduk, maka pemilikan lahan pertanian semakin terfragmentasi dalam ukuran yang semakin kecil. Bahkan karena usaha pertanian gurem tidak mampu lagi memenuhi skala ekonomi maka banyak petani gurem yang menjual tanah mereka kepada orang-orang yang memiliki modal baik yang berasal dari desa itu sendiri maupun dari perkotaan sehingga terjadilah konsentrasi penguasaan tanah oleh kelompok tertentu. Hal ini mengakibatkan orang-orang yang ‘tersingkir’ seperti ini harus menemukan penyelamat dengan melakukan bisnis kecil-kecilan baik yang bergerak di bidang produksi maupun jasa serta pemasaran. M ereka inilah yang merupakan lahan subur bagi berkembangnya institusi pembiayaan mikro.

(5)

Tengah yang menampung para migran dari pedesaan, memaksa mereka untuk juga bergerak di sektor bisnis informal yang tentu saja membutuhkan uluran tangan dari lembaga keuangan mikro, karena sebagian besar dari mereka tentunya tidak

bankable.

c) M asa transisi dari masyarakat pertanian menuju masyarakat industri juga membawa konsekuensi bagi munculnya gaya hidup yang konsumtif terhadap produk-produk teknologi modern yang memiliki nilai simbolik dalam gaya hidup, seperti mobil, motor, perhiasan, komputer, dan alat-alat elektronik lainnya. Cukup beralasan untuk menduga bahwa kondisi ini juga menjadi pendorong yang kuat bagi berkembangnya LKM di Jawa Tengah.

2. Perbandingan Sistem Bagi Hasil atau Bunga antara LKM S dan LKM K di Jawa Tengah

(6)

dalam dunia LKM Syariah. Dapat diduga jika mereka menyamakan beban bagi hasil dengan bunga yang diterapkan oleh LKM konvensional sebetulnya mereka masih tetap bisa berjalan dengan baik.

3. Peran LKM S dalam upaya memberikan kontribusi dalam mewujudkan keadilan distributif dalam masyarakat.

M engingat bahwa LKM Syariah beroperasi terutama di kalangan masyarakat golongan bawah, yaitu pada usaha kecil dan menengah, maka dapat dengan mudah diduga bahwa LKM Syariah memiliki peran yang sangat signifikan dalam membantu masyarakat golongan ekonomi lemah dalam upayanya untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik.

Gambaran tersebut juga memberikan makna bahwa LKM Syariah memiliki kontribusi dalam mewujudkan keadilan distributif dalam masyarakat. Hal ini terutama terkait dengan memberikan kesempatan yang lebih luas kepada kelompok masyarakat kecil dalam memberikan akses yang sama untuk memperoleh modal usaha yang dalam prinsip John Rawls disebut sebagai the principle

of fair equality of opportunity (prinsip kesamaan kesempatan yang

adil). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keuntungan terbesar bagi orang-orang yang kurang beruntung, serta memberikan penegasan bahwa dengan kondisi dan kesempatan yang sama dimana semua usaha bisnis harus terbuka bagi semua orang. Keberadaan LKM Syariah juga memberikan kesempatan yang lebih luas kepada pengusaha kelompok kecil dan menengah untuk mendapatkan permodalan yang sulit untuk diperoleh melalui jasa bank konvensional, karena mereka bukanlah kelompok yang bankable.

4. Kebijakan Pemerintah terhadap LKM S dalam upaya untuk menciptakan keadilan dalam masyarakat.

(7)

dalam masyarakat. Ini berarti bahwa pemerintah juga diharapkan bertangungjawab atas peningkatan angka kemiskinan di dalam masyarakat. Keadilan akan tercipta jika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang memihak kepada penciptaan keadilan itu sendiri. Sebaliknya ketidakadilan dalam distribusi ekonomi akan muncul jika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang justru mendorong terjadinya ketimpangan dan ketidakadilan. Dalam hal ini ada dua cara bagi pemerintah untuk mewujudkan keadilan yaitu: meningkatkan equality of opportunity (penyamaan kesempatan) dan melakukan redistribution (redistribusi). Dalam hal ini, penelitian ini menduga bahwa pemerintah, khususnya pemerintah Provinsi Jawa Tengah lebih memfokuskan pada kebijakan penyamaan kesempatan daripada redistribusi. Namun demikian kebijakan penyamaan kesempatan ini pun masih dilakukan secara sporadis. Sehingga akhirnya seringkali pemerintah justru lebih banyak bertindak sebagai wasit dan regulator kegiatan oprasional LKM Syariah yang seringkali lebih dirasakan sebagai belenggu kegiatan bisnis mereka.

Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan pandangan yang mendasar tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang seharusnya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan (Ritzer, 1980). Dalam buku yang berjudul

The Structure of Scientific Revolution, Thomas Kuhn (1996)

mendefinisikan paradigma dalam ilmu pengetahuan sebagai:

"Universally recognized scientific achievements that, for a time, provide model problems and solutions for a community of practitioners, i.e.: 1) what is to be observed and scrutinized, the kind of questions that are supposed to be asked and probed for answers in relation to this subject, 2) how these questions are to be structured, 3) how the results of scientific investigations should be interpreted, 4) how is an experiment to be conducted, and what equipment is available to conduct the experiment”. ("Prestasi ilmiah yang diakui

(8)

mengenai masalah dan solusinya untuk komunitas praktisi, yaitu: 1) apa yang harus diamati dan diteliti, jenis pertanyaan yang seharusnya ditanyakan dan dikaji untuk jawaban-jawaban yang terkait dengan subjek yang diteliti, 2) bagaimana pertanyaan-pertanyaan ini harus terstruktur, 3) bagaimana hasil penelitian ilmiah harus diintepretasikan, 4) bagaimana penelitian akan dilakukan, dan peralatan apa yang digunakan untuk melakukan penelitian tersebut" (Kuhn, 1996).

Uraian mengenai paradigma yang dirumuskan oleh Kuhn tersebut membawa implikasi pada pilihan metodologi dan teori yang akan dipilih dalam sebuah penelitian baik penelitian ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial (Oxford English Dictionary, 2003). Secara umum, di dalam penelitian ilmu-ilmu sosial dikenal adanya lima jenis aliran paradigma, yaitu positivisme, post-positivisme, teori kritis, konstruktivis dan partisipatoris (Denzin and Lincoln, 2000).

Secara paradigmatik, penelitian ini akan menggunakan paradigma konstruktivisme, mengingat adanya konstruksi sosial yang perlu dipahami dari persepsi dan perspektif etika/moral dari komunitas lokal tertentu, yaitu masyarakat Jawa Tengah khususnya masyarakat muslim. Paradigma konstruktivisme merupakan paradigma di mana kebenaran suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial dan bersifat relatif. Paradigma konstruktivisme ini berada dalam perspektif interpretivisme (penafsiran). Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivis. M enurut paradigma konstruktivisme realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang, seperti yang biasa dilakukan oleh kaum positivis.

(9)

dalam ilmu sosial dapat didefinisikan sebagai suatu proses kritis untuk mendorong penyadaran orang agar memiliki kemampuan untuk “menghadapi” kondisi struktural yang mendominasi, menekan bahkan mengeksploitasi. Untuk itu, pendekatan teori kritis tampak jelas mempunyai komitmen yang tinggi pada terbangunnya tata kehidupan sosial yang setara (equal), berkeadilan dalam arti terbebas (misi pembebasan) dari suatu sistem yang mendominasi/diskriminatif, represif dan eksploitatif. Hal ini didasarkan pada pemikiran, bahwa ilmu sosial mestinya tidak hanya sekedar memberi pemahaman atas ketidakadilan dalam distribusi kekuasaan dan distribusi resources, serta distribusi kesempatan tetapi seharusnya berusaha untuk ikut membantu menciptakan kesetaraan dan kemajuan (emansipasi) dalam kehidupan sosial masyarakat. Selain itu, paradigma teori kritis tampaknya juga memiliki keterikatan moral untuk mengkritik status

quo dan membangun kehidupan sosial masyarakat yang lebih

berkeadilan. Hal ini juga sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Jean Paul Sartre bahwa: “...the duty of the intellectual is to denounce

injustices and abuses of power, and to fight for truth, justice, progress, and other universal values...” (M orrow, 1994; Niuman, 1994).

Secara ontologis, paradigma konstruktivis bersifat relatif, artinya realitas yang dipahami bersifat plural (multiple reality). Realitas tidak dapat dinyatakan secara jelas dan pasti (intangible), konstruksi mental didasarkan atas pengalaman yang bersifat sosial-budaya, lokal dan spesifik, sehingga konstruksi ilmu pengetahuan tidak bersifat obyektif-universal. Sementara itu secara epistimologi, paradigma konstruktivis bersifat transaksional dan subyektif, di mana antara peneliti dengan tineliti saling terkait dan interaktif. Sementara itu dari segi metodologis, paradigma konstruktivis mendorong peneliti untuk menggunakan metodologi hermeneutik (interpretasi makna) dan dialektis (dialog dua arah antara peneliti dengan tineliti).

(10)

dan kesadarannya (Hardiman, 2003). Hal ini perlu dilakukan karena di antara kedua realitas ini memiliki hubungan timbal-balik yang saling mempengaruhi. Selanjutnya realitas yang ditemukan dalam bentuk objektif, berupa data, harus dicari penjelasannya melalui interpretasi, kaitan sebab-akibatnya, sehingga ada harapan peneliti dapat menembus gejala dan menemukan realitas subjektif.

Untuk mencapai tahapan tersebut peneliti melakukan beberapa langkah: pertama, berjumpa dengan pribadi tineliti, bertanya dan mendapatkan jawaban. Kedua, dengan sungguh-sungguh berusaha memahami (verstehen) realitas tersebut. Verstehen atau interpretative

understanding digunakan untuk memahami makna perilaku sosial

(social behavior), tidak hanya sekedar mencari hubungan sebab-akibat semata dari sebuah realitas sosial (Turner, 1998). Jika kedua langkah tersebut dilakukan berarti seorang peneliti telah mencapai suatu tahap yang dinamakan “mempersoalkan realitas” atau mempersoalkan kewajaran.

Uraian di atas jelas memperlihatkan bahwa untuk melihat realitas, peneliti mencoba untuk memahami baik dari “luar” maupun dari “dalam” dengan cara ikut mengambil bagian di dalam realitas tersebut. Upaya untuk memahami dari “luar” merupakan sebuah refleksi tahap awal untuk mendapatkan perbandingan, mencari kaitan sebab-akibat, menelusuri sejarahnya dan sebagainya. Dengan langkah ini peneliti akan menemukan suatu struktur yang mengkondisikan individu atau pun masyarakat untuk berpikir, berpengharapan, dan berperilaku. Dari sini akan didapat sebuah analisis empiris tentang realitas.

(11)

masyarakat sesuai dengan nilai-nilai yang mereka yakini kebenarannya.

Namun demikian juga menyadari bahwa realitas sosial bukan merupakan sesuatu yang statis secara sinkronis (potret sesaat) tetapi juga dinamis dari perspektip diakronis (perkembangan sejarah). Perlu dipahami bahwa realitas tidak selalu mirip dengan potret sebelumnya karena sifatnya yang dinamis, bergerak, mengalir dalam proses sejarah. Karenanya dinamika permasalahan yang ditemui di lapangan pun tidak mungkin diprediksi hanya berdasarkan asumsi teoritik yang ketat.

Temuan-temuan di lapangan menunjukkan bahwa ternyata terdapat kompleksitas permasalahan struktural yang dihadapi oleh kelompok-kelompok masyarakat ekonomi lemah sehingga tidak memungkinkan mereka untuk memperoleh keadilan. Kenyataan itu mengisyaratkan bahwa implementasi paradigma konstruktivis belum sepenuhnya cukup untuk menjawab pertanyaan penelitian. Hal itu terkait dengan ketidakmampuan paradigma konstruktivis untuk mampu menjawab pertanyaan penelitian yang berdimensi strukturalis, karena paradigma ini hanya berada dalam tataran memahami subyek penelitian tanpa upaya untuk melakukan perubahan. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut tampaknya bisa dilakukan secara kritis dengan melakukan “negosiasi” atau “kesepakatan” dengan mencapai suatu kebenaran obyektif melalui “mediasi” dan upaya menuju “kesepakatan” antara kelompok lapisan bawah yang tidak beruntung dengan lapisan atas yang memiliki banyak akses terhadap sumber-sumber ekonomi sehingga sesuai keadilan distributif, bisa dikondisikan lebih baik.

(12)

bergairah/ bersemangat), fasilitator yang menjembatani subjektivitas pelaku sosial, karenanya faham ini memiliki tujuan penelitian untuk merekonstruksi realitas sosial secara dialektik antara peneliti dengan tineliti.

Sebelumnya, perlu ditegaskan di sini bahwa pilihan untuk menggunakan pendekatan konstruktivis dan teori kritis secara simultan dalam penelitian ini juga merujuk pada prinsip-prinsip triangulasi, baik berupa triangulasi teori maupun metode serta triangulasi antara peneliti dan tineliti, ketika istilah responden atau informan sudah melebur bersama peneliti untuk “bernegosiasi” mengenai realitas sosial yang secara bersama-sama mereka hadapi.

M etode Penelitian

Penggunaan secara simultan paradigma penelitian konstruktivis dan sekaligus teori kritis mengandung konsekuensi dalam penggunaan metode penelitian, yaitu metode kualitatif. Sesuai asumsi ontologis pendekatan kualitatif bahwa realitas bersifat subyektif dan multiple oleh para partisipan, serta asumsi epistemologis tentang interaksi antara peneliti dan tineliti (Creswell, 1994), maka studi ini mengharuskan peneliti untuk melakukan penelitian lapangan (fieldwork). Dalam panelitian lapangan inilah, peneliti hadir secara fisik di antara orang-orang dengan segala kompleksitas latar belakangnya, lokasi dan institusi untuk mengobservasi dan mencatat segalanya secara langsung. Dalam pendekatan kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama.

(13)

menggunakan metode ini, dilakukan pengkajian yang mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya (Koyan, 2013). Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa dan bagaimana sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya (Flyvbjerg, 2006). Dalam hal ini, studi kasus merupakan salah satu strategi yang paling tepat untuk digunakan menjawab pertanyaan penelitian “mengapa” (deskriptif) dan “bagaimana” (eksplanasi) sebagaimana yang diungkapkan dalam penelitian ini.

M etode etnografi dengan strategi studi kasus ini memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan yang luas dari hal yang kecil. Penekanan metode ini adalah suatu interpretasi dengan fokus etnografis dalam berbagai kondisi dan peristiwa-peristiwa kecil dan waktu riil. Dalam hubungan itu, seorang peneliti dituntut untuk berusaha menangkap irama dan cara berpikir pola kerja sistem berpikir mereka. Dalam hal ini peneliti ditarik untuk mengkaji banyak detail dan menempatkan dirinya dalam pengertian “hadir di sana” (being there), baik secara intelektual maupun emosional.

Dalam hal ini, penelitian ini mengangkat studi kasus KSU Cari M akmur dan KSU BM T Rizky Prima yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah. Studi kasus ini diharapkan mampu merefleksikan tentang hal-hal yang terkait dengan LKM Syariah di Jawa Tengah yang dapat mencakup dimensi yang luas seperti kehidupan masyarakat baik pemilik maupun nasabah, sejarah kelembagaan LKM, cara berpikir dan perilaku baik pemilik maupun nasabah, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain.

(14)

namun memposisikan mereka sebagai subjek yang secara bersama-sama dengan peneliti menciptakan pengetahuan melalui proses refleksi diri. M asyarakat harus mampu melihat masalah mereka sendiri sebagai orang yang terlibat sehingga dari segi ontologis dan historis menjadi lebih manusiawi (Fernandes dan Tando, 1993).

Dalam konteks ini menumbuhkan kesadaran diri sendiri (self

reflection) dan aksi (action) merupakan hal penting, karena dengan

begitu masyarakat tidak keliru ketika berupaya memisahkan antara nilai-nilai kemanusiaan dan bentuk sejarah. Oleh karena itu, pusat perhatian kritik sosial adalah mengembangkan pengertian hubungan antara pengetahuan (knowledge) dan aksi (action). Pokok pikirannya berangkat dari satu kerangka pemikiran emansipatoris (pembebasan manusia).

Dengan bertumpu pada konsep refleksi diri, kritik sosial berusaha menghindarkan diri dan tidak berkutat dengan prinsip umum (teori), tetapi lebih memberikan perhatian pada kesadaran untuk membebaskan manusia dan masyarakat dari belenggu pemikiran yang mencerminkan ketidakadilan. Selain itu metode ini juga berupaya untuk senantiasa mengkritisi terus-menerus sistem pengaturan masyarakat dan perbagai sistem pengetahuan yang dianggap mapan. Dalam aplikasinya, kritik diabdikan sebagai sarana untuk menghadirkan analisis yang akurat tentang sifat masyarakat demi terjaminnya kebebasan dari ketertindasan untuk menciptakan keadilan yang didambakan oleh semua pihak. Dalam hubungan ini, peneliti telah melakukan penelitian sejak 2006. Penelitian dimulai dengan memahami subjek penelitian dengan LKM Syariah di Jawa Tengah dari “luar” melalui serangkaian pengumpulan data sekunder seperti data monografi, statistik, media massa, dokumentasi, dan sebagainya. Setelah itu pemahaman dari dalam dilakukan dengan melakukan aktivitas dalam metode etnografi dan partisipatif.

(15)

M etode penelitian etnografis dan partisipatif dilakukan peneliti baik di dalam KSU BM T Rizki Prima maupun KSU BM T Cari M akmur yang semuanya terletak di Jawa Tengah. Selain itu representasi para nasabah kedua LKM tersebut juga menjadi subjek yang sangat penting dalam penelitian disertasi ini.

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik pengamatan berperan serta (participant-observation), Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara mendalam secara langsung pada tineliti. Secara garis besar tineliti utama yang merupakan sumber data dalam penelitian disertasi ini dikategorikan dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok penyedia layanan jasa keuangan yakni institusi LKM Syariah terpilih dan kelompok pengguna layanan jasa keuangan mikro yakni para nasabah LKM Syariah.

1) W awancara

(16)

dan meminjam dengan simpanan berjangka syariah), dan Sugianto (pengusaha tahu bakso Asy Syifa, anggota aktif menabung).

Sementara itu wawancara dengan penyedia jasa pada KSU Cari M akmur dilakukan dengan Suripto (Ketua KSU Cari M akmur yang juga pengurus DEKOPINDA), Hermin Tofiantini (Sekretaris), Imam Supardi (Bendahara), dan Heni Lestari (Kabag Administrasi). Sedangkan wawancara dengan anggota dan nasabah KSU Cari M akmur dilakukan antara lain dengan Sudarsih (anggota yang memiliki usaha menjahit kerudung), Andika (anggota yang merupakan pensiunan), Sutikno (anggota yang aktif menabung dengan simpanan berjangka Camar Investasi), M atsuri (anggota yang juga merupakan pesuruh koperasi yang aktif menabung serta peminjam yang mendapatkan bantuan beasiswa untuk anaknya di bangku sekolah dasar), Ibu Iwan M ahmudi (anggota yang merupakan penjual warungan dan mendapatkan bantuan beasiswa untuk anaknya di SM P), Suminah (anggota sebagai pengusaha srabi keliling, mendapatkan bantuan beasiswa untuk anaknya di SM P), dan Sri M ulyani (anggota, pengusaha warung makan, dan kelontong, anggota aktif menabung maupun peminjam yang dari pinjaman untuk pengembangan usaha ini bisa menghantarkan anak-anaknya bisa lulus kuliah S2).

Selain itu wawancara juga dilakukan dengan bapak Sujarwanto Dwiatmoko, Kepala Dinas Koperasi dan UM KM Provinsi Jawa Tengah yang merumuskan kebijakan teknis di bidang Koperasi dan Usaha M ikro Kecil dan M enengah, penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah, pembinaan dan fasilitasi bidang Koperasi dan Usaha M ikro Kecil dan M enengah lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.

(17)

wawancara mendalam secara langsung pada tineliti bukanlah perkara mudah. Pada awalnya, peneliti sering mendapatkan penolakan dengan berbagai alasan. Ada kemungkinan bahwa para pengelola LKM khawatir ada kesalahan prosedur yang akan diketahui pihak lain sehingga akan berimplikasi pada persoalan hukum. Oleh karena itu peneliti berpikir keras bagaimana caranya untuk bisa melakukan pendekatan secara intensif kepada mereka. Akhirnya peneliti memperoleh jalan yang efekstif dan efisien untuk melakukan pendekatan dengan cara memanfaatkan LSM yang dimiliki oleh peneliti untuk menjalin kerja sama dengan LKM dengan cara melakukan konsultasi, pendampingan, dan pelatihan. Dengan cara demikian hubungan antara peneliti dengan tineliti menjadi semakin dekat dan hal ini memungkinkan peneliti untuk memperoleh data yang sangat diperlukan dalam penelitian disertasi ini.

Dalam melakukan wawancara, pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. W awancara dilakukan oleh peneliti terhadap dua kelompok utama tineliti yang telah disebut di atas. Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari tineliti untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung. W awancara penelitian ini dilakukan kepada nasabah di LKM S (KSU BM T Rizky Prima) dan LKM Konvensional (KSU Cari M akmur) serta pihak pengelola LKM S (KSU BM T Cari M akmur) dan LKM konvensional (KSU Cari M akmur).

(18)

2) Focused Group Discussion

Selain melakukan wawancara mendalam peneliti juga menyelenggarakan FGD dengan sejumlah informan secara simultan, yaitu antara pemilik, pengelola, dan nasabah dengan cara membentuk forum diskusi sehingga masing-masing pihak dapat menyampaikan aspirasi mereka. M elalui forum ini peneliti memiliki bekal yang cukup untuk melakukan konstruksi terhadap konsep keadilan yang merupakan hasil dialog dari berbagai pihak yang berbeda kepentingan.

FGD tidak dilakukan dengan tehnik yang ketat, namun disesuikan dengan situasi dan kondisi di lapangan. Kadang-kadang FGD dilakukan di salah satu ruang kantor LKM yang bersangkutan. Namun kadang-kadang juga dilakukan di luar ruangan sambil menikmati hidangan sehingga suasananya menjadi lebih santai. Dalam hal ini, FGD dilakukan secara terpisah antara BM T Rizki Prima dan KSU Cari M akmur.

3) Kuesioner

(19)

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja (yang dalam penelitian kualitatif merupakan asumsi-asumsi) seperti yang disarankan oleh data. Analisis data dilakukan sepanjang proses penelitian, mulai sejak awal atau pada saat pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah meninggalkan lapangan penelitian. Analisis data kualitatif ini merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian (Rahmat, 2009).

M etode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif yang terdiri dari dua bagian. Pertama analisis data kualitatif yang merupakan hasil penelusuran terhadap pernyataan-pernyataan umum tentang hubungan antara berbagai ketegori data untuk membangun pemahaman konseptual tentang realitas berdasarkan temuan data empirik. Analisis dilakukan terhadap data yang dihasilkan dari pengamatan langsung secara berpartisipasi, FGD dan wawancara mendalam saat penelitian. Analisis juga mencakup data yang dapat dikategorikan sebagai data sejarah baik tentang kejadian masa lampau maupun kontemporer yang terkait dengan gejala sosial yang diteliti.

(20)

Dalam kaitan tersebut peneliti juga menempuh sejumlah langkah agar kredibilitas penelitian dapat ditingkatkan, yaitu melalui:

1) Triangulasi. Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Adapun teknik triangulasi yang banyak digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dalam buku Lexy. J. M oleong, “M etode Penelitian Kualitatif”, Denzin membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajad kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

(21)

kepercayaan data. Cara ini juga mencegah bahaya-bahaya subjektif.

Triangulasi dilakukan oleh peneliti dengan mengklarifikasi data dan informasi yang berasal dari berbagai sumber informasi dan cara pengumpulan data yang berbeda. Selain dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan secara intensif terhadap informan kunci melalui diskusi atau FGD, data juga diperoleh dari wawancara bebas dengan aparat pemerintahan dan informan yang ditemui secara sengaja atau secara kebetulan. Hal yang sama juga dilakukan terhadap para klien atau nasabah LKM S dari tineliti.

Selain sumber primer, peneliti juga memanfaatkan data dari sumber-sumber sekunder dari berbagai instansi dan arsip, laporan serta buku yang terkait penelitian.

M asukan tineliti dan informan kunci. Hasil penelitian yang berupa disertasi dan sejumlah makalah yang merupakan substansi disertasi secara berkala dipresentasikan dan didiskusikan pada sejumlah forum baik formal maupun informal yang kadang dihadiri tineliti, informan dan aparat pemerintahan (yang pernah diwawancarai) untuk mendapatkan masukan dan kritikan. Selain itu peneliti juga mepresentasikan hasil penelitian ini dalam forum internasional yang diselenggarakan di Singapura tanggal 1 hingga 3 Agustus 2014, yaitu dalam “International Seminar First Asia Pacific Conference on Global

Business, Economics, Finance and Social Sciences AP 14 Singapore Conference, Dalam forum yang dihadiri oleh 48 pemakalah dari 16

negara itu peneliti mempresentasikan makalah dengan judul: Prospects

of Islamic M icrofinance Institutions in Scale M icro Business Funding Support for Poverty Reduction in Indonesia.

Tahapan Penelitian

(22)

penelitian itu sendiri. Tahap pra-penelitian sebetulnya telah dilakukan pada saat peneliti mengajukan lamaran masuk Program Studi Doktor Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya W acana, Salatiga pada tahun 2009. Pada tahap ini peneliti berusaha untuk mendapatkan gambaran aktual dan komprehensif, serta menghimpun sejumlah data aktual yang terkait dengan rencana tineliti. Pra-penelitian tersebut, dilakukan dengan melakukan studi pustaka di berbagai lembaga dokumentasi dan perpustakaan. Selain itu peneliti juga mengunjungi sejumlah kantor pemerintahan, baik di kelurahan dan kecamatan terkait, serta Dinas Koperasi Provinsi Jawa Tengah untuk mendapatkan data sekunder. Selain itu peneliti juga mulai mengunjungi BM T Rizki Prima dan KSU Cari M akmur untuk mendapatkan gambaran awal mengenai profil tineliti.

Dengan menggunakan data hasil pra-penelitian tersebut, peneliti berhasil menyusun perencanaan dan proposal penelitian. Setelah melakukan berbagai konsultasi dan diskusi baik dengan promotor dan kopromotor, akhirnya peneliti berhasil memperbaiki dan menyempurnakan proposal penelitian serta melakukan penajaman permasalahan dan fokus penelitian.

Setelah tahap pra-penelitian selesai dengan hasil desain penelitian yang cukup ideal, peneliti melanjutkan langkah selanjutnya yaitu melakukan tahap penelitian lapangan yang dilakukan sejak tahun 2011. Berbagai langkah telah peneliti lakukan untuk melakukan pengumpulan data baik melalui observasi partisipasi, wawancara, FGD, maupun penyebaran kuesioner. Selanjutnya pengolahan dan analisis data dilakukan sehingga menghasilkan temuan-temuan empiris yang menjadi bahan penulisan disertasi ini. Kesimpulan kemudian dapat dirumuskan untuk menjawab tujuan dari penelitian yang dilakukan.

(23)

Gambar 3.1: Tahapan Penelitian

Lokasi Penelitian

Sasaran utama penelitian ini adalah dua Lembaga Keuangan M ikro yang merepresentasikan Lembaga Keuangan M ikro Syariah (LKM S) dan sebagai pembandingnya adalah Lembaga Keuangan M ikro Konvensional (LKM K). Studi kasus untuk LKM S adalah Koperasi Serba Usaha (KSU) BM T Rizky Prima yang memiliki kantor pusat di Kelurahan Sampangan, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, sedangkan studi kasus untuk LKM K adalah KSU Cari M akmur yang berkantor pusat di Kelurahan Kalicari, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang.

Adapun yang dijadikan sebagai tineliti adalah para pendiri dan direksi serta karyawan dari kedua LKM tersebut. Selain itu para nasabah atau klien kedua LKM tersebut juga dijadikan sebagai tineliti yang sangat penting. M ereka tersebar di berbagai wilayah di daerah Kecamatan Semarang Timur. Tineliti juga mencakup para pengambil kebijakan di bidang LKM , yang dalam hal ini adalah Bp.Sujarwanto Dwiatmoko, Kepala Dinas Koperasi dan UM KM Provinsi Jawa Tengah,

(24)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

PARA PIHAK sepakat untuk melakukan kerjasama pemanfaatan data nama dan alamat dari Basis Data Terpadu yang dikelola oleh PIHAK KESATU untuk penetapan kelayakan calon

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh Pejabat Pengadaan Barang/Jasa menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku dan berdasarkan Surat Keputusan Pejabat

Diagram sebab-akibat /Fishbone Diagram digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab kerusakan produk.Penyebab kerusakan produk paving block adalah man

Mengingat pentingnya acara ini diminta kepada saudara hadir tepat waktu dan membawa berkas kelengkapan kualifikasi yang terdiri dari :..  Jaminan Penawaran dan Dukungan

Metode penelitian deskriptif kuantitatif, pengumpulan data menggunakan tes dan pengukuran. Kesimpulan dari penelitian ini, bahwa kemampuan multilateral mahasiswa

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Disemprotkan ( Jet Application of Fluid ), pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara