• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 27 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 27 MEDAN."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA

SMP NEGERI 27 MEDAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH NOVIA SUSANTI

NIM: 8136171037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

NOVIA SUSANTI. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP Negeri 27 Medan. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Akar masalah dalam penelitian ini adalah kenyataan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa masih rendah, dan pembelajaran matematika yang terjadi selama ini kurang menekankan pada usaha memampukan siswa mengonstruksi pengetahuan, sehingga siswa kesulitan berkoneksi secara matematis dan memecahkan masalah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang valid dan efektif.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengacu pada model pengembangan Four-D. Subjeknya adalah siswa SMP Negeri 27 Medan kelas VIII. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi bangun ruang sisi datar.

Perangkat yang dikembangkan pada penelitian ini yaitu RPP, buku petunjuk guru, buku siswa, lembar aktivitas siswa (LAS) serta tes kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis. Berdasarkan hasil validasi diperoleh perangkat pembelajaran yang valid dengan nilai rata-rata total untuk validasi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebesar 4,31, buku petunjuk guru sebesar 4,26, buku siswa sebesar 4,35, dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) sebesar 4,31. Sedangkan untuk tes kemampuan pemecahan masalah dan koneksi telah memenuhi kriteria valid menurut ahli dengan catatan perlu sedikit revisi.

Temuan hasil penelitian yakni: 1) perangkat pembelajaran yang dihasilkan, berupa: rencana pembelajaran, buku petunjuk guru, buku siswa, lembar aktivitas siswa, dan tes kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis telah memenuhi kriteria valid dan efektif. Keefektifan perangkat pembelajaran disimpulkan berdasarkan pada: (i) persentase ketercapaian kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa yaitu 88,89% dari 36 siswa yang mengikuti tes. (ii) ketercapaian persentase waktu ideal untuk setiap kategori aktivitas siswa, (iii) respons siswa terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran adalah positif. 2) kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan koneksi matematis siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran berdasarkan masalah mengalami peningkatan.

(7)

ii ABSTRACT

NOVIA SUSANTI. The Development of Learning Material Based Problem Based Learning Model’s to Improve the Ability of Problem Solving and Mathematical Connection Students SMP Negeri 27 Medan. Thesis. Medan: Mathematics Education Study Program Postgraduate State University Medan, 2015.

The essential problem of this research is that the ability of problem solving and mathematical connections of students is still low,and mathematical instruction doesn’t emphasize the effort to make students capable to construct knowledge, as a consequence it is difficult for the students to mathematical connection and they are unable to solve problems. The aim of this study is to produce the the learning material that was developed based problem based learningmodel’s.

This is a developmental research using a model Four-D. The subjects were students of SMP Negeri 27 Medan class VIII. The object of this research is learning material based problem based learning model on material issues geometry flat side.

The device developed in this study is lesson plans, teacher’s guide book, a student’s book, students’ activity sheets, and problem solving and mathematical connection test. Based on the validation results obtained valid learning tools with the average value total for validation lesson plan of 4.31, teacher’s guide book of 4.26, student book of 4.35, and the Student Activity Sheet of 4.31. As for the test problem solving skills and connections have valid criteria according to experts with the record needs a little revision.

The result from this research showed: 1) the developed instructional materials, namely: lesson plans, teacher’s guide book, a student’s book,students’ activity sheets, and problem solving and mathematical connection test satisfy the criteria of valid and effective. The effectiveness of the learning material inferred based on: (i) the percentage of achievement and problem-solving ability of students mathematical connection that is 88.89% of the 36 students who took the tests. (ii) Percentage of the duration of students’ activities during the instruction had reached the “ideal” duration for each category of activity, (iii) the response of students to the components and learning activities is positive. 2) the ability of problem solving and mathematical connection ability of students to use learning materials based learning model is based on the problem has increased.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis,

sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Pengembangan

Perangkat Pembelajaran Berbasis Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP Negeri 27 Medan. Tesis ini disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri

Medan. Salawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai

pembawa risalah ummat.

Pada proses penyusunan tesis ini sejak mulai dari persiapan sampai selesai,

penulis mendapatkan semangat, motivasi, dan bimbingan serta bantuan dari berbagai

pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah membantu penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal

atas kebaikan tersebut. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ayahanda Tarmisan, Ibunda Nurhayati dan Adik-adik, Yungki Afdal, Aulia

Rahman dan Alfahrizi beserta seluruh keluarga penulis yang telah memberikan

doa dan dukungan baik secara moril maupun materil.

2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd sebagai pembimbing I dan Bapak Dr.

KMS. M. Amin Fauzi, M. Pd sebagai pembimbing II, yang telah banyak memberi

bimbingan, arahan, saran serta motivasi kepada penulis sejak awal penyusunan

proposal sampai terselesaikannya tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana

UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, S.E, M.Si, yang telah memberi

kemudahan, arahan dan nasihat yang berharga bagi penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D serta

Bapak Dr. Abil Mansyur, M.Si selaku narasumber yang telah memberi masukan

(9)

iv

5. Direktur, Asisten I dan II beserta seluruh Staf Program Pascasarjana UNIMED

yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan

tesis ini.

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana

UNIMED yang sudah memberikan ilmu pengetahuan yang tidak berhingga

kepada penulis.

7. Ibu Hj. Masraya, S.Pd dan Ibu Elfrida Siagian, S.Pd selaku kepala sekolah dan

guru matematika kelas VIII SMP Negeri 27 Medan yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.

8. Sahabat semua yang telah memberikan semangat dan inspirasi, serta rekan-rekan

mahasiswa pendidikan matematika angkatan XXII khususnya untuk teman

seperjuangan kelas Dikmat A-2 Tahun 2013.

9. Semua Pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang

telah memberikan dukungan doa dan motivasi yang diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan

saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi mahasiswa

di lingkungan program studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED

dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

(10)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 21

C. Batasan Masalah ... 22

D. Rumusan Masalah ... 23

E. Tujuan Penelitian ... 24

F. Manfaat Penelitian ... 25

G. Definisi Operasional ... 26

H. Keterbatasan Penelitian... 29

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Matematika ... 31

B. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) ... 34

C. Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Berdasar-kan Masalah (PBM) ... 41

D. Perangkat Pembelajaran... 46

E. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 53

F. Kemampuan Koneksi Matematis ... 58

G. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 61

H. Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 67

I. Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika ... 72

J. Materi Pembelajaran ... 74

K. Penelitian Relevan ... 82

L. Kerangka Konseptual... 86

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 96

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 96

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 97

D. Prosedur dan Rancangan Penelitian... 97

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data... 121

F. Analisis Data ... 134

(11)

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 142 1. Deskripsi hasil tahap pengembangan perangkat pembelajaran... 143 2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

dengan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran

berdasarkan masalah ... 238 3. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dengan

perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran

berdasarkan masalah ... 242 4. Aktivitas siswa dengan perangkat pembelajaran berbasis model

pembelajaran berdasarkan masalah... 245 5. Respon siswa terhadap perangkat pembelajaran berbasis model

pembelajaran berdasarkan masalah... 249 6. Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal

pemecahan masalah dan koneksi matematis ... 251 B. Pembahasan... 262

1. Validitas dan efektifitas perangkat pembelajaran berbasis model

pembelajaran berdasarkan masalah... 263 2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

dengan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran

berdasarkan masalah ... 268 3. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dengan

perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran

berdasarkan masalah ... 270 4. Aktivitas siswa dengan perangkat pembelajaran berbasis model

pembelajaran berdasarkan masalah... 273 5. Respon siswa terhadap perangkat pembelajaran berbasis model

pembelajaran berdasarkan masalah... 274 6. Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal

pemecahan masalah dan koneksi matematis ... 275 C. Temuan Penelitian ... 275 1. Temuan dalam kegiatan pembelajaran... 275 2. Temuan mengenai kelebihan dan kelemahan model

pembelajaran berdasarkan masalah... 276

BAB V

A. Simpulan ... 278 B. Saran ... 280

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 39

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Lembar Validasi RPP ... 122

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Lembar Validasi Buku Petunjuk Guru ... 123

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Lembar Validasi Buku Siswa... 124

Tabel 3.4. Kisi-Kisi Lembar Validasi LAS ... 126

Tabel 3.5. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah... 127

Tabel 3.6. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Koneksi ... 130

Tabel 3.7. Tingkat Penguasaan Siswa... 137

Tabel 3.8. Keefektifan Aktivitas Siswa ... 139

Tabel 4.1. Sub Topik KD dan Indikator Setiap Pertemuan ... 147

Tabel 4.2. Sub Topik dan Tujuan Pembelajaran Setiap Pertemuan... 152

Tabel 4.3. Media dan Alat Bantu Pembelajaran Materi Bangun Ruang Sisi.. 155

Tabel 4.4. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 165

Tabel 4.5. Revisi RPP Berdasarkan Hasil Validasi... 166

Tabel 4.6. Hasil Validasi Buku Petunjuk Guru... 167

Tabel 4.7. Revisi Buku Petunjuk Guru (BPG) Berdasarkan Hasil Validasi... 168

Tabel 4.8. Hasil Validasi Buku Siswa... 169

Tabel 4.9. Revisi Buku Siswa (BS) Berdasarkan Hasil Validasi... 171

Tabel 4.10. Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa... 171

Tabel 4.11. Revisi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Berdasarkan Hasil Validasi 173 Tabel 4.12. Hasil Validasi Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah 173 Tabel 4.13. Hasil Revisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah... 174

Tabel 4.14. Hasil Validasi Pretes dan Postes Kemampuan Koneksi... 175

Tabel 4.15. Hasil Revisi Tes Kemampuan Koneksi Matematis... 175

Tabel 4.16. Hasil Analisis Data Validitas Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Uji Coba 1... 177

Tabel 4.17. Hasil Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Pretes Uji Coba 1... 179

Tabel 4.18. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Pretes Uji Coba 1... 179

Tabel 4.19. Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Pretes Uji Coba 1... 181

Tabel 4.20. Hasil Analisis Validitas Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Uji Coba 1... 184

Tabel 4.21. Hasil Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Postes Uji Coba 1... 185

Tabel 4.22. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Postes Uji Coba 1... 185

Tabel 4.23. Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 1... 187

(13)

viii

Tabel 4.25. Hasil Analisis Data Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada

Pretes Uji Coba 1... 191 Tabel 4.26. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada

Pretes Uji Coba 1... 191 Tabel 4.27. Rata-Rata Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator

Pada Pretes Uji Coba 1... 193 Tabel 4.28. Hasil Analisis Data Validitas Postes Kemampuan Koneksi Siswa

Uji Coba 1... 196 Tabel 4.29. Hasil Analisis Data Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa

Pada Postes Uji Coba 1... 197 Tabel 4.30. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Pada Postes Uji Coba 1... 197 Tabel 4.31. Rata-Rata Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator

Pada Postes Uji Coba 1... 199 Tabel 4.32. Rata-rata Persentase Waktu Aktivitas Siswa... 202 Tabel 4.33. Hasil Analisis Data Respon Siswa... 204 Tabel 4.34. Hasil Analisis Data Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Pada Pretes Uji Coba 2... 213 Tabel 4.35. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa Pada Pretes Uji Coba 2... 213 Tabel 4.36. Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Perindikator Pada Pretes Uji Coba 2... 214 Tabel 4.37. Hasil Analisis Data Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Pada Postes Uji Coba 2... 217 Tabel 4.38. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa Pada Postes Uji Coba 2... 218 Tabel 4.39. Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Perindikator Pada Postes Uji Coba 2... 219 Tabel 4.40. Hasil Analisis Data Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa

Pada Pretes Uji Coba 2... 222 Tabel 4.41. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada

Pretes Uji Coba 2... 223 Tabel 4.42. Rata-Rata Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator

Pada Pretes Uji Coba 2... 224 Tabel 4.43. Hasil Analisis Data Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa

Pada Postes Uji Coba 2... 226 Tabel 4.44. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada

Postes Uji Coba 2... 227 Tabel 4.45. Rata-Rata Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator

Pada Pretes Uji Coba 2... 228 Tabel 4.46. Rata-rata Persentase Waktu Aktivitas Siswa... 231 Tabel 4.47. Hasil Analisis Data Respon Siswa... 234 Tabel 4.48. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Perindikator

Pada Uji Coba 1... 239 Tabel 4.49. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Perindikator

Pada Uji Coba 2... 240 Tabel 4.50. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Perindikator

(14)

ix

Tabel 4.51. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Uji Coba 1... 242 Tabel 4.52. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Uji Coba 2... 243 Tabel 4.53. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dari Uji Coba 1 ke

Uji Coba 2... 244 Tabel 4.54. Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Pemecahan Masalah 1

Pada Setiap Indikator... 253 Tabel 4.55. Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Pemecahan Masalah 2

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Proses Jawaban Pemecahan Masalah Siswa ... 6

Gambar 1.2. Proses Jawaban Koneksi Matematis Siswa... 9

Gambar 1.3. Buku Matematika Kelas VIII ... 18

Gambar 2.1. Tahap Pendefinisian dalam Model 4-D... 63

Gambar 2.2. Tahap Perencanaan dalam Model 4-D... 64

Gambar 2.3. Tahap Pengembangan dalam Model 4-D... 65

Gambar 2.4. Tahap Penyebaran dalam Model 4-D... 66

Gambar 2.5. Kubus dan Jaring-Jaringnya... 75

Gambar 2.6. Balok dan Jaring-Jaringnya... 76

Gambar 2.7. Prisma dan Jaring-Jaringnya ... 77

Gambar 2.8. Limas dan Jaring-Jaringnya ... 78

Gambar 2.9. Kubus Satuan ... 79

Gambar 2.10. Balok-Balok Satuan ... 79

Gambar 2.11. Balok dan Prisma ... 80

Gambar 2.12. Kubus dan Limas ... 81

Gambar 3.1. Bagan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D.... 99

Gambar 3.2. Peta Konsep Bangun Ruang Sisi Datar... 103

Gambar 4.1. Peta Konsep Bangun Ruang Sisi Datar... 146

Gambar 4.2. Tampilan Buku Petunjuk Guru ... 159

Gambar 4.3. Tampilan Buku Siswa ... 160

Gambar 4.4. Tampilan Buku Lembar Aktivitas Siswa ... 162

Gambar 4.5. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Pretes Uji Coba 1... 180

Gambar 4.6. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Pretes Uji Coba 1 ... 182

Gambar 4.7. Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Pretes Uji Coba 1 ... 183

Gambar 4.8. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Postes Uji Coba 1... 186

Gambar 4.9. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 1... 188

Gambar 4.10. Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 1... 189

Gambar 4.11. Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada Pretes Uji Coba 1... 193

Gambar 4.12. Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator Pada Pretes Uji Coba 1... 195

(16)

xi

Gambar 4.14. Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada Postes

Uji Coba 1... 199

Gambar 4.15. Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 1 ... 200

Gambar 4.16. Rata-Rata Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 1 ... 201

Gambar 4.17. Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Uji Coba1... 202

Gambar 4.18. Perbaikan Pada Buku Siswa... 211

Gambar 4.19. Perbaikan Pada LAS 01... 211

Gambar 4.20. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Pretes Uji Coba 2... 214

Gambar 4.21. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Pretes Uji Coba 2 ... 216

Gambar 4.22. Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Pretes Uji Coba 2 ... .. 216

Gambar 4.23. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Postes Uji Coba 2... 219

Gambar 4.24. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 2... 221

Gambar 4.25. Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 2... 221

Gambar 4.26. Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada Pretes Uji Coba 2... 224

Gambar 4.27. Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator Pada Pretes Uji Coba 2... 225

Gambar 4.28. Rata-Rata Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator Pada Pretes Uji Coba 2... 226

Gambar 4.29. Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada Hasil Postes Uji Coba 2... 228

Gambar 4.30. Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 2 ... 230

Gambar 4.31. Rata-Rata Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 2 ... 230

Gambar 4.32. Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Uji Coba 2... 232

Gambar 4.33. Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Pada Uji Coba 1 dan Uji Coba 2... 246

Gambar 4.34. Diagram Persentase Respon Positif Siswa Pada Uji Coba 1 dan Uji Coba 2... 249

Gambar 4.35. Proses Jawaban Pemecahan Masalah 1... 252

Gambar 4.36. Proses Jawaban Pemecahan Masalah 2... 254

Gambar 4.37. Proses Jawaban Koneksi Matematis Indikator 1 ... 257

Gambar 4.38. Proses Jawaban Koneksi Matematis Indikator 2... 259

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fungsi dan tujuan pendidikan tercantum dalam Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003. Dalam undang-undang tersebut

dijelaskan bahwa fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, sedangkan tujuan dari pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan tujuan dan fungsi pendidikan tersebut, sistem pendidikan

nasional harus mampu merancang sistem pendidikan yang dapat meningkatkan

mutu pendidikan itu sendiri. Oleh sebab itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan

dibidang pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Perbaikan

dibidang pendidikan yang dilakukan salah satunya yaitu dengan perbaikan dan

penyempurnaan kurikulum seperti penerapan kurikulum 2013. Kurikulum 2013

memuat paradigma abad 21, dimana disetiap pembelajaran menekankan aspek

sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian setelah pembelajaran

diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang

lebih baik.

Salah satu mata pelajaran yang perlu disesuaikan dengan tuntutan-tuntutan

(18)

2

merupakan salah satu ilmu yang dipelajari pada setiap jenjang pendidikan mulai

dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah

Menengah Atas (SMA) sampai ke Perguruan Tinggi. Matematika juga dijadikan

salah satu syarat dalam menentukan kelulusan siswa. Matematika juga merupakan

pengetahuan dasar yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan siswa dalam

menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa matematika

memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan.

Mengingat pentingnya peranan matematika, maka perlu adanya

usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika khususnya dan

kualitas pendidikan pada umumnya. Pemerintah telah melakukan upaya-upaya

dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, salah satu upaya tersebut adalah

dengan pemberlakuan kurikulum baru (kurikulum 2013) atau penyempurnaan

terhadap kurikulum sebelumnya. Namun, mutu pendidikan belum sesuai dengan

yang diharapkan.

Salah satu indikator yang menunjukkan mutu pendidikan di Indonesia

cenderung rendah adalah hasil penilaian-penilaian internasional mengenai prestasi

belajar siswa khususnya matematika. Badan Penelitian dan Pengembangan

(Balitbang) tahun 2011 melaporkan hasil survey Trends In Internasional

Mathematics And Science Study (TIMSS) pada tahun 2003 menunjukkan prestasi belajar siswa SMP Indonesia berada pada peringkat 35 dari 46 negara. Rerata skor

yang diperoleh siswa adalah 411 dan masih berada dibawah rata-rata untuk

wilayah ASEAN. Prestasi TIMSS 2007 berada pada peringkat 36 dari 49 negara

dengan skor 397, sangat memprihatinkan karena skor siswa turun dan jauh lebih

(19)

3

ditunjukkan oleh TIMSS 2011 yakni peringkat 39 dari 43 negara. Selain TIMSS

pada Program For Internasional Students Of Assesment (PISA) juga menunjukkan bahwa prestasi belajar anak-anak Indonesia yang berusia sekitar 15

tahun masih rendah. Riset terakhir yang dilakukan oleh PISA yaitu tahun 2012

dengan menyertakan 510.000 orang siswa dari 65 negara, termasuk Indonesia.

Rata-rata nilai siswa-siswi indonesia menempati urutan kedua paling bawah dari

total 65 negara peserta.

Hasil TIMSS dan PISA yang menunjukkan rendahnya prestasi belajar

matematika siswa tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Rendahnya prestasi

belajar matematika dapat ditinjau dari lima aspek kemampuan standar yang harus

dimiliki siswa dalam belajar matematika. Lima aspek kemampuan standar

tersebut secara umum dirumuskan oleh NCTM (2000: 29) yaitu kemampuan

pemecahan masalah (problem solving), kemampuan penalaran (reasoning),

kemampuan komunikasi (communication), kemampuan membuat koneksi

(connection), dan kemampuan representasi (representation).

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terlepas dari sesuatu yang

namanya masalah, sehingga pemecahan masalah merupakan fokus utama dalam

pembelajaran matematika. Oleh karena itu pemecahan masalah dijadikan sebagai

tujuan umum pengajaran matematika. Tetapi, tidak semua pertanyaan merupakan

suatu masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan itu

menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh prosedur

rutin yang sudah diketahui oleh siswa.

Launcher (dalam Wardhani, dkk 2010: 36) menyatakan bahwa

(20)

4

guru matematika harus membuat suatu usaha untuk hal itu”. Namun kenyataan

yang terjadi dilapangan sangatlah berbeda. Krismanto dan Wibawa (2010: 1)

yamg menyatakan bahwa “banyak guru yang masih mengalami kesulitan

menyelenggarakan pembelajaran agar siswa memiliki kemampuan memecahkan

masalah seperti tuntutan. Siswapun banyak yang mengalami kesulitan dalam

memecahkan masalah matematika”.

Sejalan pendapat-pendapat di atas, hal yang tidak jauh berbeda saya

temukan di lapangan berdasarkan hasil observasi pada bulan Januari tahun 2015

yaitu pada siswa kelas VIII SMPN 27 Medan. Ditinjau dari segi siswa, siswa

kesulitan apabila dihadapkan pada soal berpikir tingkat tinggi seperti soal

pemecahan masalah. Siswa seringkali tidak memahami makna yang sebenarnya

dari suatu permasalahan, sehingga siswa tidak dapat merencanakan strategi

penyelesaian masalah dengan tepat. Oleh sebab itu solusi yang diperoleh siswa

juga tidak tepat.

Ditinjau dari segi guru, guru tidak membiasakan pembelajaran yang

menyajikan soal-soal pemecahan masalah. Guru masih belum memanfaatkan

pemecahan masalah sebagai target dalam pembelajaran matematika. Selain itu

pembelajaran matematika yang terjadi selama ini kurang menekankan pada usaha

memampukan siswa mengonstruksi pengetahuan serta pembelajaran masih

didominasi oleh guru akibatnya siswa kurang aktif selama pembelajaran

berlangsung. Selanjutnya respon siswa negatif terhadap pembelajaran matematika

yaitu siswa menganggap bahwa matematika pelajaran yang rumit dan sulit untuk

dipahami. Jika ditinjau dari segi perangkat pembelajaran yang dirancang dan

(21)

5

membangun pengetahuannya sendiri, guna terciptanya pembelajaran yang lebih

bermakna.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat dilihat

dari proses jawaban siswa dalam menyelesaikan permasalahan berikut. Pak

Slamet akan memasang kaca polos pada kedua jendela kamarnya. Setiap jendela

membutuhkan kaca dengan ukuran panjang 150 cm dan lebar 60 cm. Harga kaca

dengan ukuran ketebalan 3 mm adalah Rp.80.000,00 per m2. Sedangkan kaca

dengan ukuran ketebalan 5 mm harganya adalah Rp. 87.500,00 per m2. Hitunglah:

a. Berapa m2 kaca yang dibutuhkan pak Slamet untuk di pasang di kedua

jendela kamarnya?

b. Hitunglah biaya yang harus dikeluarkan pak Slamet jika dia membeli kaca

dengan ukuran ketebalan 3 mm?

c. Hitunglah biaya yang harus dikeluarkan pak Slamet jika dia membeli kaca

dengan ukuran ketebalan 5 mm?

d. Berapa selisih harga yang harus dibayar pak Slamet jika dia lebih memilih

membeli kaca dengan ketebalan 5 mm daripada kaca dengan ketebalan 3

mm?

Soal tersebut diberikan kepada 34 orang siswa. Hanya 5 orang siswa atau

(14,7%) yang dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Sedangkan 85,3% lagi

masih belum dapat meneyelesaikan soal tersebut dengan benar. Jawaban siswa

(22)

6

Jawaban siswa versi pertama

Siswa kurang mampu menghubungkan pengetahuan dengan data yang diberikan sehingga strategi penyelesaian yang digunakan tidak membuat siswa dapat memperoleh penyelesaian yang benar

Jawaban siswa versi kedua

Siswa kurang memahami masalah yang diberikan dan siswa juga kurang mampu menghubungkan pengetahuan dengan data yang diberikan sehingga penyelesaian yang diperoleh siswa tidak benar

(23)

7

Berdasarkan jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa sudah

menuliskan yang diketahui dari soal tersebut tetapi siswa masih kurang

memahami masalah yang diberikan, siswa juga kurang mampu menghubungkan

pengetahuan yang dimiliki dengan data yang diberikan dan strategi penyelesaian

dari jawaban yang dibuat siswa tidak benar. Berdasarkan jawaban siswa tersebut

dapat dikatakan bahwa siswa belum dapat memecahkan permasalahan matematika

dari soal yang diberikan. Hal ini berarti kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan.

Kemampuan matematis yang tidak kalah pentingnya yang harus dimiliki

oleh siswa selain kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan koneksi

matematis. Kemampuan koneksi matematis memiliki kaitan erat dengan

kemampuan pemecahan masalah, dimana kemampuan pemecahan masalah yang

baik, tentunya akan membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan koneksi

matematikanya, begitu juga sebaliknya. NCTM (2000) mengemukakan koneksi

matematika (mathematical connection) membantu siswa untuk mengembangkan

perspektifnya, memandang matematika sebagai suatu bagian yang terintegrasi

daripada sebagai sekumpulan topik, serta mengakui adanya relevansi dan aplikasi

baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sumarmo (dalam Rustam 2012: 23)

menyatakan bahwa kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan

seseorang dalam memperlihatkan hubungan internal dan eksternal matematika,

yang meliputi: koneksi antar topik matematika, koneksi dengan disiplin ilmu lain

dan koneksi dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, terlihat jelas bahwa

kemampuan koneksi matematis merupakan salah satu kemampuan matematis

(24)

8

Kemampuan koneksi matematis merupakan hal yang penting untuk

dikuasai siswa, namun siswa yang menguasai konsep matematis belum tentu

mampu berkoneksi secara matematis. Hal ini terlihat dalam penelitian yang

dilakukan oleh Lembke dan Reys (Bergeson, 2000: 38) ditemukan bahwa siswa

sering mampu mendaftar konsep-konsep matematika yang terkait dengan masalah

riil, tetapi hanya sedikit siswa yang mampu menjelaskan mengapa konsep tersebut

digunakan dalam aplikasi itu. Kenyataan lain yang dijumpai dilapangan yaitu dari

penelitian Ruspiani (dalam Fajri, 2013) mengungkap bahwa rata-rata nilai

kemampuan koneksi matematis siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih

rendah, nilai rata-ratanya kurang dari 60 pada skor 100, yaitu sekitar 22,2% untuk

koneksi matematis siswa dengan pokok bahasan lain, 44,9% untuk koneksi

matematis dengan bidang studi lain, dan 7,3% untuk koneksi matematika dengan

kehidupan keseharian.

Rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa dapat dilihat dari proses

jawaban siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan berikut ini.

Sebuah cermin berbentuk persegi panjang dengan keliling 180 cm. Perbandingan

ukuran panjang dan lebar cermin tersebut adalah 3:2. Hitunglah:

a. Panjang dan lebar cermin?

b. Luas cermin?

c. Berapakah harga cermin tersebut jika harga cermin per m2 adalah Rp

75.000,00?

Soal tersebut diberikan kepada 34 orang siswa. Hanya 3 orang siswa atau

(25)

masih belum dapat m

dari persoalan yang di

Jawaban siswa versi pe

Jawaban siswa versi ke

Gambar 1.2

Berdasarkan

mengalami kesulitan da

solusi yang diperole

permasalahan matema

koneksi matematis sisw

Untuk mengat

matematis siswa maka

t meneyelesaikan soal tersebut dengan benar.

diberikan dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut

i pertama Siswa mengk permas diberik konsep i kedua Siswa mengk permas diberik konsep sehing mempe penyele benar d yang d

1.2. Proses Jawaban Tes Koneksi Matematis S

n jawaban siswa tersebut menunjukkan

n dalam melakukan koneksi antar konsep matem

oleh siswa tidak benar. Siswa belum dapa

matika dari soal yang diberikan. Hal ini bera

s siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan.

ngatasi rendahnya kemampuan pemecahan masa

aka diperlukan suatu model pembelajaran, dima

9

ar. Jawaban siswa

ikut.

a tidak dapat gkoneksikan

asalahan yang rikan dengan sep perbandingan

a keliru dalam gkoneksikan

asalahan yang rikan dengan sep perbandingan, ingga siswa tidak

peroleh

yelesaian yang ar dari permasalahan g diberikan

atis Siswa

n bahwa siswa

tematika sehingga

dapat memecahkan

berarti kemampuan

asalah dan koneksi

(26)

10

dan langkah-langkah model tersebut harus dapat membelajarkan kemampuan

pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa serta sesuai dengan tuntutan

kurikulum. Berdasarkan salinan lampiran Permendikbud No. 68 tahun 2013

tentang kurikulum SMP-MTs dijelaskan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan

dengan penyempurnaan pola pikir, diantaranya yaitu pola pembelajaran yang

berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik, pola

pembelajaran satu arah menjadi pembelajaran interaktif, dan pola pembelajaran

pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari. Untuk mencapai harapan-harapan yang

dituangkan dalam kurikulum 2013, maka dalam pembelajaran sangat disarankan

menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berdasarkan

pemecahan masalah dan juga membuat siswa aktif. Salah satu model

pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan kurikulum 2013 dan memiliki

karakteristik yang cocok untuk mengatasi masalah yang ditemukan dilapangan

adalah model pembelajaran berdasarkan masalah.

Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan

pembelajaran peserta didik pada masalah autentik (nyata) sehingga peserta didik

dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan

yang tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan

kepercayaan dirinya (Trianto, 2011: 92). Model pembelajaran berdasarkan

masalah (PBM) adalah salah satu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan

guru sebagai fasilitator. Model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki lima

karakteristik (Hosnan, 2014: 300), yaitu (1) pengajuan masalah atau pertanyaan,

(2) keterkaitannya dengan berbagai masalah disiplin ilmu, (3) penyelidikan yang

(27)

11

Berdasarkan definisi dan karakteristik dari model pembelajaran berdasarkan

masalah ini, memungkinkan akan adanya peluang untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan koneksi matematis siswa.

Melalui pengajuan masalah atau pertanyaan, siswa dapat melatih

kemampuan berpikirnya dengan pengajuan masalah autentik (nyata) yang

dihadapkan padanya. Masalah yang diberikan juga berfokus pada keterkaitan

antar disiplin ilmu, dengan maksud masalah yang disajikan dalam pembelajaran

berdasarkan masalah mungkin saja berpusat pada mata pelajaran tertentu tetapi

siswa bisa meninjau masalah tersebut dari banyak segi atau mengaitkan dengan

disiplin ilmu yang lain untuk menyelesaikannya. Dengan pembelajaran

berdasarkan masalah siswa akan menyadari manfaat matematika karena tidak

hanya terfokus pada topik tertentu yang sedang dipelajari. Selain itu, dengan

pengajuan masalah atau pertanyaan memungkinkan siswa untuk mengembangkan

kemampuan beradaptasi dengan keadaan yang berubah dari situasi yang biasanya

langsung dijelaskan oleh guru ke situasi yang lebih sulit yaitu dengan dihadapkan

langsung pada masalah atau pertanyaan.

Karakteristik kedua yaitu keterkaitannya dengan berbagai disiplin ilmu

memungkinkan siswa untuk berpikir lebih luas dengan mengaitkan permasalahan

yang diberikan dengan mata pelajaran atau disiplin ilmu lain. Melalui

penyelidikan yang autentik siswa dituntut untuk menganalisa, mendefinisikan

masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan

menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat

inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Karakteristik yang keempat yaitu

(28)

12

terhadap kemampuan sendiri. Kolaborasi mengkondisikan siswa untuk

menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama. Dengan kegiatan ini siswa

dapat saling berdiskusi bertukar pikiran dengan anggota kelompoknya.

Materi yang diteliti dalam penelitian ini adalah materi geometri. Materi

geometri dalam hal ini materi bangun ruang sisi datar. Bangun ruang sisi datar

adalah salah satu materi yang perlu dipelajari untuk mengembangkan daya

imajinasi siswa. Daya imajinasi berperan dalam membentuk kemampuan

pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa. Geometri ruang telah diajarkan

sejak SD, namun ternyata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dimensi

tiga masih rendah (Suwaji dalam setiawan, 2012: 74). Pembelajaran materi

bangun ruang sisi datar seharusnya dilakukan secara konstruktif sesuai dengan

perubahan paradigma pembelajaran masa kini. Menurut paham konstruktivisme

pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu

atau skemata (Rahayu, 2009: 253). Model pembelajaran berdasarkan masalah

merupakan model pembelajaran yang didasari oleh teori belajar konstruktivistik.

Pada teori belajar konstruktivistik siswa menghubungkan pengetahuan yang baru

dengan pengetahuan sebelumnya dan mengkontruksi makna baru. Dengan

demikian, materi geometri relevan diajarkan dengan model pembelajaran

berdasarkan masalah.

Pelaksanaan pembelajaran di kelas pada dasarnya membutuhkan suatu

perangkat pembelajaran untuk operasionalisasinya. Model dan perangkat

pembelajaran adalah dua hal yang saling terkait dan sulit dipisahkan. Suatu model

(29)

13

dibutuhkan suatu model pembelajaran yang akan mendasari pengembangan

perangkat tersebut.

Perangkat pembelajaran merupakan bagian yang penting dari sebuah

proses pembelajaran. Adapun alasan seberapa pentingnya suatu perangkat

pembelajaran menurut Wahyudi (2014: 35) yaitu (1) sebagai pedoman

pembelajaran, (2) sebagai standar minimal kinerja guru, (3) peningkatan kinerja

guru, dan (4) alat evaluasi kinerja guru. Pentingnya perangkat pembelajaran

menunjukkan bahwa sebelum pembelajaran perlu dipersiapkan suatu perangkat

pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran, karena perangkat

pembelajaran dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran dan kualitas

pembelajaran erat kaitannya dengan kualitas pendidikan. Selain itu, perangkat

juga berperan untuk memfasilitasi siswa dalam pencapaian kompetensi dan

tujuan pembelajaran.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru

dan dosen pada pasal 20 menyatakan bahwa “dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan

proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil

pembelajaran”. Selanjutnya pada pasal 35 Undang-undang Republik Indonesia

nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa “beban kerja

guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta

didik, serta melaksanakan tugas tambahan”. Peraturan ini mengisyaratkan bahwa

tugas guru bukan hanya sekedar mengajar tetapi sebelum mengajar guru perlu

(30)

14

dari segi proses maupun dari segi evaluasi hasil. Pentingnya guru mempersiapkan,

mengembangkan dan mendesain perangkat pembelajaran diperkuat dengan

Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 20. Pada peraturan tersebut

diisyaratkan agar guru memiliki kompetensi profesional mengembangkan materi

pelajaran. Disamping itu guru juga harus memiliki kompetensi profesional

mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007). Berdasarkan peraturan-peraturan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya perangkat pembelajaran dan

guru merupakan suatu komponen penting dalam kegiatan pembelajaran.

Keduanya memiliki fungsi yang saling terkait satu sama lain.

Sebelum mengajar seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan yang

mau diajarkan, mempersiapkan alat peraga/praktikum yang akan digunakan,

mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa lebih aktif dalam

belajar, mempelajari keadaan siswa, semua ini akan terurai pelaksanaannya

didalam perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran antara satu dengan yang

lainnya saling mempengaruhi satu sama lain. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dan buku teks pelajaran pelajaran yang akan digunakan, tentunya juga akan

memerlukan lembar aktivitas siswa (LAS). Selanjutnya instrumen penilaian yang

digunakan harus disesuaikan dengan konteks kehidupan yang dihadapi siswa dan

diupayakan mampu memfasilitasi siswa dalam mengungkapkan kemampuan

berpikirnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa perangkat

pembelajaran memiliki peranan yang penting dalam pelaksanaan pembelajaran.

(31)

15

proses pembelajaran merupakan sesuatu yang sistematis. Perangkat pembelajaran

juga dijadikan sebagai tolak ukur bagi seorang guru profesional untuk

mengevaluasi setiap hasil mengajarnya. Profesionalisme seorang guru juga dapat

ditingkatkan dengan perangkat pembelajaran. Selain itu, jika perangkat

pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan siswa maka siswa akan lebih mudah

memahami materi pelajaran.

Wahyudi (2014: 127) menyatakan bahwa setiap guru pada satuan

pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar

pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa

guru harus menyiapkan RPP sebagai perencanaan pembelajaran yang disesuaikan

dengan kebutuhan siswa dan tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian

pembelajaran akan lebih terarah dan lebih bermakna.

Namun kenyataannya dilapangan, berdasarkan analisis peneliti terhadap

RPP yang disusun dan digunakan oleh guru masih ditemukan beberapa

kelemahan. RPP yang digunakan guru sudah menggunakan suatu model atau

pendekatan pembelajaran tetapi langkah-langkah dan kegiatan pembelajaran

belum secara spesifik menggambarkan proses pembelajaran pada materi yang

sedang diajarkan. Pada RPP tersebut belum tergambar kegiatan-kegiatan yang

mengaktifkan siswa serta belum terlihat membelajarkan kemampuan pemecahan

masalah dan koneksi matematis siswa. Dengan kata lain, RPP yang disusun guru

(32)

16

yang memperhatikan karakteristik siswa dan tujuan yang ingin dicapai.

Selanjutnya RPP yang disusun oleh guru belum memuat indikator kemampuan

pemecahan masalah dan koneksi matematis. Berdasarkan hasil wawancara dengan

beberapa orang guru matematika diperoleh informasi bahwa RPP lebih sering

berfungsi sebagai dokumen kepada atasan jika terjadi pemeriksaan bukan sebagai

skenario atau perencanaan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Selain itu

RPP yang dipakai sebagai rencana pembelajaran tidak pernah divalidasi oleh

pakar, sehingga kevalidan RPP tidak diketahui oleh guru.

Selain RPP, buku teks pelajaran yang juga merupakan sebagai salah satu

perangkat pembelajaran merupakan suatu acuan yang digunakan oleh guru dalam

mengajarkan suatu materi pelajaran juga perlu untuk menjadi perhatian. Pada

Peraturan Kementerian Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 dijelaskan

bahwa buku pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan disekolah yang

memuat materi pelajaran dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketaqwaan,

budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang

disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. Oleh sebab itu sudah

seharusnya buku teks pelajaran sebagai bahan ajar didesain secara spesifik dalam

rangka meningkatkan kemampuan-kemampuan yang seharusnya dimiliki siswa

salah satunya yaiut untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa yang masih

rendah yaitu kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis.

Pengembangan buku teks pelajaran atau buku ajar yang baik harus

memenuhi kriteria valid dan efektif. Menurut Akbar (2013: 34) buku ajar yang

(33)

17

lengkap dan sistematis, (5) berorientasi pada student centered. (6) berpihak pada

ideologi bangsa dan negara, (7) kaidah bahasa benar, buku ajar yang ditulis

menggunakan ejaan, istilah dan struktur kalimat yang tepat. (8) terbaca, buku ajar

yang keterbacaannya tinggi mengandung panjang kalimat dan struktur kalimat

sesuai pemahaman pembaca.

Namun kenyataan yang diperoleh dilapangan, buku teks pelajaran tidak

memperlihatkan berorientasi pada siswa. Buku teks pelajaran yang digunakan di

sekolah masih menggunakan buku yang langsung menyajikan konsep, tidak

diawali dengan masalah sehingga siswa tidak mengkonstruksi pengetahuannya

dan tidak menemukan sendiri konsepnya. Buku ajar yang digunakan siswa tidak

mengandung langkah-langkah dalam menemukan konsep ataupun rumus sehingga

siswa hanya menghafal yang menyebabkan mudah lupa dalam penggunaannya.

Kemudian pada buku tersebut setelah konsep diberikan contoh soal dan latihan.

Soal-soal yang diberikan merupakan soal-soal yang dapat diselesaikan dengan

hanya menggunakan rumus bukan soal-soal berpikir tingkat tinggi yang dapat

melatih kemampuan berpikir siswa khususnya melatih kemampuan pemecahan

masalah dan koneksi matematis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa buku

yang digunakan siswa belum memuat komponen-komponen yang dapat

membelajarkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa.

Salah satu contoh buku teks pelajaran yang digunakan di sekolah dapat dilihat

(34)
[image:34.595.91.523.89.493.2]

18

Gambar 1.3. Buku Matematika Kelas VIII

Komponen lain dari perangkat pembelajaran yang memiliki peran yang

tidak kalah pentingnya dengan RPP dan buku teks pelajaran adalah lembar

aktivitas siswa (LAS). Lembar akitivitas siswa seharusnya dirancang sedemikian

sehingga membuat siswa lebih aktif dan dapat bekerja secara mandiri untuk

mengeksplor kemampuannya. Pada kenyataannya LAS yang digunakan di sekolah

adalah LAS siap pakai yang banyak diperjual belikan yang isinya lebih mengarah

pada kesimpulan materi bukan aktivitas atau kegiatan siswa. Disamping itu, antara

RPP, buku teks pelajaran dengan LAS kurang sinkron, seharusnya LAS yang

digunakan haruslah mengacu pada RPP. Selanjutnya LAS yang digunakan berisi

soal-soal latihan bukan memuat masalah yang dapat melatih kemampuan berpikir

siswa, belum dapat mengaktifkan dan melatih siswa bekerja mandiri.

Kesimpulannya, LAS yang digunakan belum disesuaikan dengan kebutuhan siswa

serta belum membelajarkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi

(35)

19

Perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, buku teks, dan LAS

tentunya memerlukan instrumen tes. Instrumen ini digunakan sebagai alat ukur

untuk melihat sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang telah

diajarkan. Pada kenyataannya dilapangan, tes yang digunakan adalah soal-soal

rutin bukan soal-soal yang mengandung indikator kemampuan berpikir tingkat

tinggi seperti pemecahan masalah dan koneksi. Dengan demikian siswa tidak

terbiasa melatih kemampuan berpikirnya dan kewalahan apabila dihadapkan pada

soal-soal kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti soal TIMSS dan PISA. Oleh

karena itu, guru juga perlu mendesain instrumen tes yang sesuai dengan

kebutuhan siswa. Instrumen tes seharusnya dikondisikan dapat memfasilitasi

siswa berargumentasi dan mengungkapkan proses berpikirnya.

Berdasakan permasalahan-permasalahan di atas, diperlukan suatu

perangkat yang berlandaskan model PBM untuk dapat mengatasi rendahnya

kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa. Namun pada

kenyataannya, perangkat yang telah disusun oleh guru belum memuat suatu model

pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Selanjutnya perangkat

yang disusun oleh guru belum memuat komponen-komponen yang

membelajarkan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa.

Penelitian dengan penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah

(PBM) telah diteliti oleh Marzuki (2012) dalam penelitiannya pada siswa kelas

VII SMP yang berakreditasi B di Kota Langsa. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara

siswa yang diberi model pembelajaran berdasarkan masalah dengan siswa yang

(36)

20

Fhitung =23,645 lebih besar Ftabel adalah 3,92. Konstanta persamaan regresi untuk

model pembelajaran berdasarkan masalah yaitu 50,11 lebih besar dari model

pembelajaran biasa yaitu 42,909. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh

Permana & Sumarmo (2007) pada penelitiannya dalam mengembangkan

kemampuan penalaran dan koneksi matematik siswa SMA melalui pembelajaran

berdasarkan masalah diperoleh bahwa kemampuan penalaran dan koneksi

matematik siswa melalui pembelajaran berdasarkan masalah lebih baik daripada

kemampuan penalaran dan koneksi matematik siswa melalui pembelajaran biasa.

Untuk pencapaian skor kemampuan koneksi pada kelompok eksperimen (sebesar

69,27% dari skor ideal) lebih besar dibandingkan dengan pencapaian skor

kelompok kontrol (sebesar 58% dari skor ideal), terjadi perbedaan sebesar

11,27%. Berdasarkan hasil analisis data baik pengujian terhadap hipotesis statistik

dengan uji t dengan taraf signifikansi 0,05 maupun analisis data setiap item

jawaban siswa, kemampuan koneksi matematik siswa yang belajar dengan

pembelajaran berdasarkan masalah lebih baik daripada siswa yang belajar dengan

pembelajaran biasa.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, Setiawan, dkk (2012) melakukan

penelitian pengembangan dengan judul pengembangan perangkat pembelajaran

matematika dengan pendekatan Problem Based Learning untuk meningkatkan

keterampilan Higher Order Thinking. Higher Order Thinking yang dimaksud

pada penelitian Setiawan ini adalah berpikir kritis dan berpikir kreatif.

Berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh perangkat pembelajaran matematika

materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan Problem Based Learning untuk

(37)

21

Temuan lain yaitu berdasarkan pelaksanaan pembelajaran dengan kriteria efektif

diperoleh keterampilan Higher Order Thinking siswa kelas perlakuan lebih tinggi

dibandingkan Higher Order Thinking siswa kelas kontrol.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu dan masalah-masalah yang

ditemukan dilapangan, maka dibutuhkan suatu perangkat pembelajaran yang

karakteristik dan langkah-langkahnya sesuai dengan kebutuhan siswa serta dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa.

Selanjutnya perangkat tersebut juga nantinya dapat digunakan oleh guru dalam

proses pembelajaran. Maka dari itu, peneliti mengembangkan perangkat

pembelajaran berbasis model pembelajaran berdasarkan masalah untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan

beberapa permasalahan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VIII

SMP Negeri 27 Medan sebagai berikut.

1. Siswa kesulitan apabila dihadapkan pada soal pemecahan masalah.

2. Guru tidak membiasakan pembelajaran yang menyajikan soal-soal

pemecahan masalah.

3. Pembelajaran matematika kurang menekankan pada usaha memampukan

siswa mengonstruksi pengetahuan.

4. Pembelajaran matematika di kelas masih didominasi oleh guru.

5. Kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran.

(38)

22

7. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah.

8. Kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah.

9. RPP yang digunakan guru belum memenuhi kriteria yang baik.

10. Buku teks pelajaran yang digunakan siswa belum memuat

komponen-komponen yang dapat membelajarkan kemampuan pemecahan masalah

dan koneksi matematis siswa.

11. Soal-soal yang disajikan pada buku teks pelajaran belum dapat melatih

kemampuan pemecaham masalah dan koneksi siswa.

12. LAS yang digunakan belum disesuaikan dengan kebutuhan siswa serta

belum membelajarkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi

matematis siswa.

13. Instrumen tes yang digunakan adalah soal-soal rutin bukan soal-soal yang

mengandung indikator soal-soal kemampuan pemecahan masalah dan

koneksi matematis.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka

penelitian ini perlu dibatasi supaya apa yang diteliti menjadi lebih terfokus.

Penulis membatasi masalah penelitian ini pada:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah.

2. Kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah.

3. Perangkat pembelajaran yang digunakan guru belum memenuhi kriteria

(39)

23

4. Model pembelajaran yang digunakan guru tidak melibatkan siswa secara

aktif.

5. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih bersifat pasif.

6. Respon siswa terhadap matematika cenderung bersifat negatif.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah penelitian yang akan

diselidiki dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana produk pengembangan perangkat pembelajaran yang valid dan

efektif berbasis model pembelajaran berdasarkan masalah untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan koneksi

matematis siswa SMP Negeri 27 Medan?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan

koneksi matematis siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran

berbasis model pembelajaran berdasarkan masalah?

Beberapa pertanyaan penelitian yang perlu dijawab terkait rumusan

masalah di atas, disajikan sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

dengan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran berdasarkan

masalah?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dengan

perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran berdasarkan

(40)

24

3. Bagaimana aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran menggunakan

perangkat pembelajaran yang dikembangkan?

4. Bagaimana respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran

menggunakan perangkat yang dikembangkan?

5. Bagaimana proses jawaban siswa dalam meyelesaikan soal-soal

pemecahan masalah dan koneksi matematis?

E. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan perangkat

pembelajaran matematika berbasis model pembelajaran berdasarkan masalah

untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan koneksi

matematis siswa SMP. Tujuan umum ini dapat dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan

yang lebih khusus sebagai berikut:

1. Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran

berdasarkan masalah yang valid dan efektif.

2. Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

dengan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran berdasarkan

masalah.

3. Untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dengan

perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran berdasarkan

masalah.

4. Untuk mengetahui aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran

(41)

25

5. Untuk mengetahui respon siswa terhadap komponen dan proses

pembelajaran menggunakan perangkat yang dikembangkan.

6. Untuk mengetahui proses jawaban siswa dalam meyelesaikan soal-soal

pemecahan masalah dan koneksi matematis.

F. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini dapat

bermanfaat sebagai berikut:

1. Memberikan informasi tentang kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa dalam memecahkan masalah pada materi bangun ruang

sisi datar.

2. Memberikan informasi tentang kemampuan koneksi matematis siswa

dalam memecahkan masalah pada materi bangun ruang sisi datar.

3. Tersedianya perangkat pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran berdasarkan masalah dalam meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah dan kemampuan koneksi matematis siswa.

4. Menjadikan acuan bagi guru dalam mengimplementasikan pengembangan

perangkat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

berdasarkan masalah untuk materi yang lain, yang relevan bila diajarkan

dengan model pembelajaran berdasarkan masalah.

5. Memberikan referensi dan masukan bagi pengayaan ide-ide penelitian

mengenai evaluasi diri tentang pemecahan masalah dan koneksi matematis

siswa dalam memecahkan masalah siswa yang akan dikembangkan dimasa

(42)

26

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah

yang digunakan dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional

sebagai berikut :

1. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan alat pendukung (rencana

pelaksanaan pembelajaran, buku ajar, lembar aktivitas siswa, tes

kemampuan pemecahan masalah dan tes koneksi) yang memungkinkan

siswa dan guru melakukan kegiatan pembelajaran.

2. Pengembangan perangkat pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan

perangkat pembelajaran yang baik, sesuai dengan langkah-langkah pada

model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan.

3. Kualitas perangkat pembelajaran dapat dilihat dari aspek valid dan efektif.

Aspek valid terdiri dari validitas isi dan konstruk. Validitas isi

menunjukkan bahwa perangkat yang dikembangkan didasarkan pada

kurikulum atau pada rasional teoretik yang kuat. Sedangkan Validitas

konstruk menunjukkan konsistensi internal antar komponen-komponen

perangkat. Kemudian produk dikatakan efektif jika produk memberikan

hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh pengembang produk.

4. Model Pembelajaran Berdasarkan masalah (PBM) adalah model

pembelajaran dengan mengacu pada lima langkah pokok, yaitu (1)

orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisir siswa untuk belajar (3)

membimbing penyelidikan individual ataupun kelompok, (4)

mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) menganalisis dan

(43)

27

5. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa

dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses

menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah,

yaitu: (1) memahami masalah, (2) merencanakan pemecahan masalah, (3)

menyelesaikan masalah, dan (4) memeriksa kembali jawaban yang

diperoleh.

6. Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan siswa untuk

mengaitkan konsep-konsep matematika secara internal yaitu berhubungan

dengan matematika itu sendiri dan mengaitkan secara eksternal, yaitu

matematika dengan disiplin ilmu lainnya ataupun dengan kehidupan

sehari-hari. Kemampuan koneksi matematis siswa dalam penelitian ini

diukur melalui kemampuan (1) koneksi antar konsep matematika; (2)

koneksi matematika dengan disiplin ilmu lain; dan (3) koneksi matematika

dengan kehidupan sehari-hari.

7. Keefektifan perangkat pembelajaran dilihat dari indikator-indikator

pencapaian tujuan yang diharapkan, adapun indikator keefektifan

perangkat pembelajaran pada penelitian ini adalah: (1) siswa dikatakan

telah mampu memecahkan masalah matematis dan mampu berkoneksi

secara matematis apabila terdapat 85% siswa yang mengikuti tes telah

memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 2,67 atau minimal B-, (2)

aktivitas siswa selama kegiatan belajar memenuhi kriteria toleransi waktu

ideal yang ditetapkan, dan (3) respon siswa positif terhadap

komponen-komponen perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran (minimal

(44)

28

8. Aktivitas siswa adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa

ketika proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar siswa yang

diteliti dalam penelitian ini adalah: (1) mendengarkan/memperhatikan

penjelasan guru/teman, (2) membaca buku siswa dan LAS, (3) mencatat

penjelasan guru, mencatat dari buku atau dari teman, menyelesaikan

masalah pada LAS, merangkum pekerjaan kelompok, (4)

berdiskusi/bertanya antara siswa dan temannya, dan antara siswa dan guru,

menarik kesimpulan suatu prosedur atau konsep, (5) melakukan sesuatu

yang tidak relevan dengan pembelajaran.

9. Respon siswa adalah pendapat senang-tidak senang, baru-tidak baru,

terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran, siswa berminat mengikuti

pembelajaran pada kegiatan pembelajaran berikutnya, komentar siswa

terhadap keterbacaan (buku siswa dan tes pemecahan masalah dan koneksi

matematis) dan penggunaan bahasa serta penampilan guru dalam

pelaksanaan pembelajaran.

10. Proses jawaban siswa adalah suatu proses penyelesaian masalah

matematika siswa atau kinerja jawaban siswa untuk setiap butir soal.

Proses jawaban siswa dalam meyelesaikan permasalahan yang diberikan

ditinjau dari beberapa hal yaitu: (1) ditinjau dari kesalahan siswa dalam

menyelesaikan permasalahan matematika yang diberikan; (2) ditinjau dari

langkah-langkah yang digunakan siswa dalam menyelesaikan

permasalahan matematika yang diberikan; dan (3) ditinjau dari kesesuaian

(45)

29

H. Keterbatasan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini telah dilakukan seupaya mungkin untuk

mendapatkan hasil yang merupakan kesimpulan dari perlakuan pembelajaran.

Namun demikian penelitian ini tidak terlepas dari kekurangan dan kelemahan

karena adanya berbagai keterbatasan yang tidak dapat dihindari. Dalam penelitian

ini terdapat keterbatasan yang diharapkan akan membuka kesempatan bagi

perluasan ilmu pendidikan, antara lain:

1. Guru mengalami kesulitan dalam memberikan bimbingan (guided) kepada

siswa dalam proses penemuan kembali (reinvention) suatu konsep atau

prosedur. Hal ini disebabkan karena banyaknya siswa dalam satu kelas (37

dan 36 orang siswa). Akibatnya ada beberapa orang siswa yang seharusnya

dapat bimbingan tetapi tidap mendapatkannya.

2. Pembentukan kelompok diskusi hanya memperhatikan kemampuan

kognitif dan jenis kelamin tanpa memperhatikan kesesuaian atau

kecocokan antar teman. Artinya untuk masing-masing kelompok terdiri

dari siswa berkemampuan pandai, cukup dan kurang pandai. Selanjutnya

juga diperhatikan masing-masing kelompok terdiri dari siswa laki-laki dan

perempuan dengan tetap menjaga antar kelompok homogen dan anggota

kelompoknya heterogen. Kecocokan antar anggota kelompok

mempengaruhi pembelajaran terutama diskusi dalam menyelesaikan

masalah pada LAS yang diberikan guru. Oleh sebab itu, selain kemampuan

dan jenis kelamin, kecocokan antar teman juga perlu diperhatikan dalam

pembagian kelompok diskusi demi kelancaran proses pembelajaran.

(46)

30

kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis pada materi

bangun ruang sisi datar, namun belum dapat mengukur kemampuan

(47)

278 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran

berdasarkan masalah dengan menggunakan model pengembangan 4-D dari

Tiagarajan, Semmel and Sammel telah menghasilkan perangkat pembelajaran

yang valid dan efektif pada materi bangun ruang sisi datar untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis. Perangkat pembelajaran

tersebut terdiri dari Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP), Buku Petunjuk Guru

(BPG), Buku Siswa (BS), Lembar Aktivitas Siswa (LAS), Tes kemampuan

pemecahan masalah dan koneksi matematis. Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan dapat diuraikan kesimpulan sebagai berikut.

1. Perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran berdasarkan masalah

telah memenuhi kriteria valid dan efektif. Kriteria efektif dilihat dari (1)

Ketercapaian kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis

siswa, (2) aktivitas aktif siswa selama kegiatan belajar memenuhi kriteria

toleransi waktu ideal yang ditetapkan, (3) respon siswa positif terhadap

komponen-komponen perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran

yang dikembangkan.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dilihat dari peningkatan

rata-rata total dan peningkatan rata-rata untuk setiap indikator mengalami

(48)

279

3. Kemampuan koneksi matematis siswa dilihat dari peningkatan rata-rata total

dan peningkatan rata-rata untuk setiap indikator mengalami peningkatan.

4. Aktivitas aktif siswa selama kegiatan belajar memenuhi kriteria toleransi

waktu ideal yang ditetapkan.

5. Respon siswa positif terhadap komponen-komponen perangkat

pembelajaran dan kegiatan pembelajaran.

6. Proses jawaban siswa pada uji coba 2 jika ditinjau dari kesesuaian jawaban

dengan indikator, langkah-langkah penyelesaian serta kesalahan-kesalahan

dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah pada umumnya lebih baik

dari pada uji coba 1.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peeneliti mengemukakan beberapa saran

sebagai berikut.

1. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan belum diimplementasikan secara

luas di sekolah-sekolah lain, penyebarannya adalah penyebaran terbatas

yaitu hanya pada subjek di sekolah penelitian. Untuk mengetahui efektivitas

perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran berdasarkan

masalah dalam berbagai topik pelajaran matematika dan mata pelajaran lain

yang sesuai, disarankan pada para guru dan peneliti untuk

mengimplementasikan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah ini

pada ruang lingkup yang lebih luas di sekola

Gambar

Tabel 4.52. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Uji Coba 2..............Tabel 4.53
Gambar 1.1. Proses Jawaban Tes Pemecahan Masalah Siswa
Gambar 1.21.2. Proses Jawaban Tes Koneksi Matematis S
Gambar 1.3. Buku Matematika Kelas VIII

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran gerak dasar lompat dengan menggunakan media permainan pada.. siswa kelas IV SDN Babakanbandung Kecamatan Situraja

31 Membedakan kata-kata yang mempu- nyai suku kata awal yang sama (misal kaki-kali), suku kata akhir yang sama (misal nama-sama, dll), dan yang suku katanya sama (misal

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkanterdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara penggunaan gadget terhadap sleep apenea, insomnia, dan narcolepsy pada

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga guru..

tua/teman berbicara Memberikan pendapat tentang sesuatu persoalan Menirukan berbagai suara tertentu Menyebutkan dan menceritakan perbedaan dua buah benda Mengelompokan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEMINIMALISIR MISKONSEPSI HUKUM NEWTON..

Studi Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik dan Kemandirian Belajar Siswa pada Kelompok Siswa yang Belajar Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Metakognitif

Radiografi bitewing adalah radiografi yang digunakan untuk melihat permukaan gigi yang meliputi mahkota gigi, interproksimal dan puncak alveolar pada maksila dan mandibula