PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA
SMP NEGERI 27 MEDAN
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
OLEH NOVIA SUSANTI
NIM: 8136171037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN
i ABSTRAK
NOVIA SUSANTI. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP Negeri 27 Medan. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.
Akar masalah dalam penelitian ini adalah kenyataan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa masih rendah, dan pembelajaran matematika yang terjadi selama ini kurang menekankan pada usaha memampukan siswa mengonstruksi pengetahuan, sehingga siswa kesulitan berkoneksi secara matematis dan memecahkan masalah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang valid dan efektif.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengacu pada model pengembangan Four-D. Subjeknya adalah siswa SMP Negeri 27 Medan kelas VIII. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi bangun ruang sisi datar.
Perangkat yang dikembangkan pada penelitian ini yaitu RPP, buku petunjuk guru, buku siswa, lembar aktivitas siswa (LAS) serta tes kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis. Berdasarkan hasil validasi diperoleh perangkat pembelajaran yang valid dengan nilai rata-rata total untuk validasi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebesar 4,31, buku petunjuk guru sebesar 4,26, buku siswa sebesar 4,35, dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) sebesar 4,31. Sedangkan untuk tes kemampuan pemecahan masalah dan koneksi telah memenuhi kriteria valid menurut ahli dengan catatan perlu sedikit revisi.
Temuan hasil penelitian yakni: 1) perangkat pembelajaran yang dihasilkan, berupa: rencana pembelajaran, buku petunjuk guru, buku siswa, lembar aktivitas siswa, dan tes kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis telah memenuhi kriteria valid dan efektif. Keefektifan perangkat pembelajaran disimpulkan berdasarkan pada: (i) persentase ketercapaian kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa yaitu 88,89% dari 36 siswa yang mengikuti tes. (ii) ketercapaian persentase waktu ideal untuk setiap kategori aktivitas siswa, (iii) respons siswa terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran adalah positif. 2) kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan koneksi matematis siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran berdasarkan masalah mengalami peningkatan.
ii ABSTRACT
NOVIA SUSANTI. The Development of Learning Material Based Problem Based Learning Model’s to Improve the Ability of Problem Solving and Mathematical Connection Students SMP Negeri 27 Medan. Thesis. Medan: Mathematics Education Study Program Postgraduate State University Medan, 2015.
The essential problem of this research is that the ability of problem solving and mathematical connections of students is still low,and mathematical instruction doesn’t emphasize the effort to make students capable to construct knowledge, as a consequence it is difficult for the students to mathematical connection and they are unable to solve problems. The aim of this study is to produce the the learning material that was developed based problem based learningmodel’s.
This is a developmental research using a model Four-D. The subjects were students of SMP Negeri 27 Medan class VIII. The object of this research is learning material based problem based learning model on material issues geometry flat side.
The device developed in this study is lesson plans, teacher’s guide book, a student’s book, students’ activity sheets, and problem solving and mathematical connection test. Based on the validation results obtained valid learning tools with the average value total for validation lesson plan of 4.31, teacher’s guide book of 4.26, student book of 4.35, and the Student Activity Sheet of 4.31. As for the test problem solving skills and connections have valid criteria according to experts with the record needs a little revision.
The result from this research showed: 1) the developed instructional materials, namely: lesson plans, teacher’s guide book, a student’s book,students’ activity sheets, and problem solving and mathematical connection test satisfy the criteria of valid and effective. The effectiveness of the learning material inferred based on: (i) the percentage of achievement and problem-solving ability of students mathematical connection that is 88.89% of the 36 students who took the tests. (ii) Percentage of the duration of students’ activities during the instruction had reached the “ideal” duration for each category of activity, (iii) the response of students to the components and learning activities is positive. 2) the ability of problem solving and mathematical connection ability of students to use learning materials based learning model is based on the problem has increased.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Berbasis Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP Negeri 27 Medan”. Tesis ini disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri
Medan. Salawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
pembawa risalah ummat.
Pada proses penyusunan tesis ini sejak mulai dari persiapan sampai selesai,
penulis mendapatkan semangat, motivasi, dan bimbingan serta bantuan dari berbagai
pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal
atas kebaikan tersebut. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ayahanda Tarmisan, Ibunda Nurhayati dan Adik-adik, Yungki Afdal, Aulia
Rahman dan Alfahrizi beserta seluruh keluarga penulis yang telah memberikan
doa dan dukungan baik secara moril maupun materil.
2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd sebagai pembimbing I dan Bapak Dr.
KMS. M. Amin Fauzi, M. Pd sebagai pembimbing II, yang telah banyak memberi
bimbingan, arahan, saran serta motivasi kepada penulis sejak awal penyusunan
proposal sampai terselesaikannya tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, S.E, M.Si, yang telah memberi
kemudahan, arahan dan nasihat yang berharga bagi penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D serta
Bapak Dr. Abil Mansyur, M.Si selaku narasumber yang telah memberi masukan
iv
5. Direktur, Asisten I dan II beserta seluruh Staf Program Pascasarjana UNIMED
yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan
tesis ini.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
UNIMED yang sudah memberikan ilmu pengetahuan yang tidak berhingga
kepada penulis.
7. Ibu Hj. Masraya, S.Pd dan Ibu Elfrida Siagian, S.Pd selaku kepala sekolah dan
guru matematika kelas VIII SMP Negeri 27 Medan yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.
8. Sahabat semua yang telah memberikan semangat dan inspirasi, serta rekan-rekan
mahasiswa pendidikan matematika angkatan XXII khususnya untuk teman
seperjuangan kelas Dikmat A-2 Tahun 2013.
9. Semua Pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang
telah memberikan dukungan doa dan motivasi yang diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini.
Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi mahasiswa
di lingkungan program studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED
dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, Agustus 2015 Penulis,
v DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah... 21
C. Batasan Masalah ... 22
D. Rumusan Masalah ... 23
E. Tujuan Penelitian ... 24
F. Manfaat Penelitian ... 25
G. Definisi Operasional ... 26
H. Keterbatasan Penelitian... 29
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Matematika ... 31
B. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) ... 34
C. Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Berdasar-kan Masalah (PBM) ... 41
D. Perangkat Pembelajaran... 46
E. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 53
F. Kemampuan Koneksi Matematis ... 58
G. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 61
H. Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 67
I. Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika ... 72
J. Materi Pembelajaran ... 74
K. Penelitian Relevan ... 82
L. Kerangka Konseptual... 86
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 96
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 96
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 97
D. Prosedur dan Rancangan Penelitian... 97
E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data... 121
F. Analisis Data ... 134
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 142 1. Deskripsi hasil tahap pengembangan perangkat pembelajaran... 143 2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
dengan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran
berdasarkan masalah ... 238 3. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dengan
perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran
berdasarkan masalah ... 242 4. Aktivitas siswa dengan perangkat pembelajaran berbasis model
pembelajaran berdasarkan masalah... 245 5. Respon siswa terhadap perangkat pembelajaran berbasis model
pembelajaran berdasarkan masalah... 249 6. Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal
pemecahan masalah dan koneksi matematis ... 251 B. Pembahasan... 262
1. Validitas dan efektifitas perangkat pembelajaran berbasis model
pembelajaran berdasarkan masalah... 263 2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
dengan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran
berdasarkan masalah ... 268 3. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dengan
perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran
berdasarkan masalah ... 270 4. Aktivitas siswa dengan perangkat pembelajaran berbasis model
pembelajaran berdasarkan masalah... 273 5. Respon siswa terhadap perangkat pembelajaran berbasis model
pembelajaran berdasarkan masalah... 274 6. Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal
pemecahan masalah dan koneksi matematis ... 275 C. Temuan Penelitian ... 275 1. Temuan dalam kegiatan pembelajaran... 275 2. Temuan mengenai kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran berdasarkan masalah... 276
BAB V
A. Simpulan ... 278 B. Saran ... 280
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 39
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Lembar Validasi RPP ... 122
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Lembar Validasi Buku Petunjuk Guru ... 123
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Lembar Validasi Buku Siswa... 124
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Lembar Validasi LAS ... 126
Tabel 3.5. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah... 127
Tabel 3.6. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Koneksi ... 130
Tabel 3.7. Tingkat Penguasaan Siswa... 137
Tabel 3.8. Keefektifan Aktivitas Siswa ... 139
Tabel 4.1. Sub Topik KD dan Indikator Setiap Pertemuan ... 147
Tabel 4.2. Sub Topik dan Tujuan Pembelajaran Setiap Pertemuan... 152
Tabel 4.3. Media dan Alat Bantu Pembelajaran Materi Bangun Ruang Sisi.. 155
Tabel 4.4. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 165
Tabel 4.5. Revisi RPP Berdasarkan Hasil Validasi... 166
Tabel 4.6. Hasil Validasi Buku Petunjuk Guru... 167
Tabel 4.7. Revisi Buku Petunjuk Guru (BPG) Berdasarkan Hasil Validasi... 168
Tabel 4.8. Hasil Validasi Buku Siswa... 169
Tabel 4.9. Revisi Buku Siswa (BS) Berdasarkan Hasil Validasi... 171
Tabel 4.10. Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa... 171
Tabel 4.11. Revisi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Berdasarkan Hasil Validasi 173 Tabel 4.12. Hasil Validasi Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah 173 Tabel 4.13. Hasil Revisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah... 174
Tabel 4.14. Hasil Validasi Pretes dan Postes Kemampuan Koneksi... 175
Tabel 4.15. Hasil Revisi Tes Kemampuan Koneksi Matematis... 175
Tabel 4.16. Hasil Analisis Data Validitas Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Uji Coba 1... 177
Tabel 4.17. Hasil Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Pretes Uji Coba 1... 179
Tabel 4.18. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Pretes Uji Coba 1... 179
Tabel 4.19. Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Pretes Uji Coba 1... 181
Tabel 4.20. Hasil Analisis Validitas Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Uji Coba 1... 184
Tabel 4.21. Hasil Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Postes Uji Coba 1... 185
Tabel 4.22. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Postes Uji Coba 1... 185
Tabel 4.23. Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 1... 187
viii
Tabel 4.25. Hasil Analisis Data Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada
Pretes Uji Coba 1... 191 Tabel 4.26. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada
Pretes Uji Coba 1... 191 Tabel 4.27. Rata-Rata Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator
Pada Pretes Uji Coba 1... 193 Tabel 4.28. Hasil Analisis Data Validitas Postes Kemampuan Koneksi Siswa
Uji Coba 1... 196 Tabel 4.29. Hasil Analisis Data Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa
Pada Postes Uji Coba 1... 197 Tabel 4.30. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Pada Postes Uji Coba 1... 197 Tabel 4.31. Rata-Rata Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator
Pada Postes Uji Coba 1... 199 Tabel 4.32. Rata-rata Persentase Waktu Aktivitas Siswa... 202 Tabel 4.33. Hasil Analisis Data Respon Siswa... 204 Tabel 4.34. Hasil Analisis Data Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Pada Pretes Uji Coba 2... 213 Tabel 4.35. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Pada Pretes Uji Coba 2... 213 Tabel 4.36. Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Perindikator Pada Pretes Uji Coba 2... 214 Tabel 4.37. Hasil Analisis Data Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Pada Postes Uji Coba 2... 217 Tabel 4.38. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Pada Postes Uji Coba 2... 218 Tabel 4.39. Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Perindikator Pada Postes Uji Coba 2... 219 Tabel 4.40. Hasil Analisis Data Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa
Pada Pretes Uji Coba 2... 222 Tabel 4.41. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada
Pretes Uji Coba 2... 223 Tabel 4.42. Rata-Rata Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator
Pada Pretes Uji Coba 2... 224 Tabel 4.43. Hasil Analisis Data Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa
Pada Postes Uji Coba 2... 226 Tabel 4.44. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada
Postes Uji Coba 2... 227 Tabel 4.45. Rata-Rata Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator
Pada Pretes Uji Coba 2... 228 Tabel 4.46. Rata-rata Persentase Waktu Aktivitas Siswa... 231 Tabel 4.47. Hasil Analisis Data Respon Siswa... 234 Tabel 4.48. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Perindikator
Pada Uji Coba 1... 239 Tabel 4.49. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Perindikator
Pada Uji Coba 2... 240 Tabel 4.50. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Perindikator
ix
Tabel 4.51. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Uji Coba 1... 242 Tabel 4.52. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Uji Coba 2... 243 Tabel 4.53. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dari Uji Coba 1 ke
Uji Coba 2... 244 Tabel 4.54. Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Pemecahan Masalah 1
Pada Setiap Indikator... 253 Tabel 4.55. Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Pemecahan Masalah 2
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Proses Jawaban Pemecahan Masalah Siswa ... 6
Gambar 1.2. Proses Jawaban Koneksi Matematis Siswa... 9
Gambar 1.3. Buku Matematika Kelas VIII ... 18
Gambar 2.1. Tahap Pendefinisian dalam Model 4-D... 63
Gambar 2.2. Tahap Perencanaan dalam Model 4-D... 64
Gambar 2.3. Tahap Pengembangan dalam Model 4-D... 65
Gambar 2.4. Tahap Penyebaran dalam Model 4-D... 66
Gambar 2.5. Kubus dan Jaring-Jaringnya... 75
Gambar 2.6. Balok dan Jaring-Jaringnya... 76
Gambar 2.7. Prisma dan Jaring-Jaringnya ... 77
Gambar 2.8. Limas dan Jaring-Jaringnya ... 78
Gambar 2.9. Kubus Satuan ... 79
Gambar 2.10. Balok-Balok Satuan ... 79
Gambar 2.11. Balok dan Prisma ... 80
Gambar 2.12. Kubus dan Limas ... 81
Gambar 3.1. Bagan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D.... 99
Gambar 3.2. Peta Konsep Bangun Ruang Sisi Datar... 103
Gambar 4.1. Peta Konsep Bangun Ruang Sisi Datar... 146
Gambar 4.2. Tampilan Buku Petunjuk Guru ... 159
Gambar 4.3. Tampilan Buku Siswa ... 160
Gambar 4.4. Tampilan Buku Lembar Aktivitas Siswa ... 162
Gambar 4.5. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Pretes Uji Coba 1... 180
Gambar 4.6. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Pretes Uji Coba 1 ... 182
Gambar 4.7. Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Pretes Uji Coba 1 ... 183
Gambar 4.8. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Postes Uji Coba 1... 186
Gambar 4.9. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 1... 188
Gambar 4.10. Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 1... 189
Gambar 4.11. Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada Pretes Uji Coba 1... 193
Gambar 4.12. Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator Pada Pretes Uji Coba 1... 195
xi
Gambar 4.14. Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada Postes
Uji Coba 1... 199
Gambar 4.15. Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 1 ... 200
Gambar 4.16. Rata-Rata Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 1 ... 201
Gambar 4.17. Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Uji Coba1... 202
Gambar 4.18. Perbaikan Pada Buku Siswa... 211
Gambar 4.19. Perbaikan Pada LAS 01... 211
Gambar 4.20. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Pretes Uji Coba 2... 214
Gambar 4.21. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Pretes Uji Coba 2 ... 216
Gambar 4.22. Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Pretes Uji Coba 2 ... .. 216
Gambar 4.23. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Postes Uji Coba 2... 219
Gambar 4.24. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 2... 221
Gambar 4.25. Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 2... 221
Gambar 4.26. Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada Pretes Uji Coba 2... 224
Gambar 4.27. Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator Pada Pretes Uji Coba 2... 225
Gambar 4.28. Rata-Rata Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator Pada Pretes Uji Coba 2... 226
Gambar 4.29. Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada Hasil Postes Uji Coba 2... 228
Gambar 4.30. Tingkat Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 2 ... 230
Gambar 4.31. Rata-Rata Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Perindikator Pada Postes Uji Coba 2 ... 230
Gambar 4.32. Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Uji Coba 2... 232
Gambar 4.33. Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Pada Uji Coba 1 dan Uji Coba 2... 246
Gambar 4.34. Diagram Persentase Respon Positif Siswa Pada Uji Coba 1 dan Uji Coba 2... 249
Gambar 4.35. Proses Jawaban Pemecahan Masalah 1... 252
Gambar 4.36. Proses Jawaban Pemecahan Masalah 2... 254
Gambar 4.37. Proses Jawaban Koneksi Matematis Indikator 1 ... 257
Gambar 4.38. Proses Jawaban Koneksi Matematis Indikator 2... 259
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fungsi dan tujuan pendidikan tercantum dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003. Dalam undang-undang tersebut
dijelaskan bahwa fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, sedangkan tujuan dari pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan tujuan dan fungsi pendidikan tersebut, sistem pendidikan
nasional harus mampu merancang sistem pendidikan yang dapat meningkatkan
mutu pendidikan itu sendiri. Oleh sebab itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan
dibidang pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Perbaikan
dibidang pendidikan yang dilakukan salah satunya yaitu dengan perbaikan dan
penyempurnaan kurikulum seperti penerapan kurikulum 2013. Kurikulum 2013
memuat paradigma abad 21, dimana disetiap pembelajaran menekankan aspek
sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian setelah pembelajaran
diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
lebih baik.
Salah satu mata pelajaran yang perlu disesuaikan dengan tuntutan-tuntutan
2
merupakan salah satu ilmu yang dipelajari pada setiap jenjang pendidikan mulai
dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA) sampai ke Perguruan Tinggi. Matematika juga dijadikan
salah satu syarat dalam menentukan kelulusan siswa. Matematika juga merupakan
pengetahuan dasar yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan siswa dalam
menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa matematika
memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Mengingat pentingnya peranan matematika, maka perlu adanya
usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika khususnya dan
kualitas pendidikan pada umumnya. Pemerintah telah melakukan upaya-upaya
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, salah satu upaya tersebut adalah
dengan pemberlakuan kurikulum baru (kurikulum 2013) atau penyempurnaan
terhadap kurikulum sebelumnya. Namun, mutu pendidikan belum sesuai dengan
yang diharapkan.
Salah satu indikator yang menunjukkan mutu pendidikan di Indonesia
cenderung rendah adalah hasil penilaian-penilaian internasional mengenai prestasi
belajar siswa khususnya matematika. Badan Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang) tahun 2011 melaporkan hasil survey Trends In Internasional
Mathematics And Science Study (TIMSS) pada tahun 2003 menunjukkan prestasi belajar siswa SMP Indonesia berada pada peringkat 35 dari 46 negara. Rerata skor
yang diperoleh siswa adalah 411 dan masih berada dibawah rata-rata untuk
wilayah ASEAN. Prestasi TIMSS 2007 berada pada peringkat 36 dari 49 negara
dengan skor 397, sangat memprihatinkan karena skor siswa turun dan jauh lebih
3
ditunjukkan oleh TIMSS 2011 yakni peringkat 39 dari 43 negara. Selain TIMSS
pada Program For Internasional Students Of Assesment (PISA) juga menunjukkan bahwa prestasi belajar anak-anak Indonesia yang berusia sekitar 15
tahun masih rendah. Riset terakhir yang dilakukan oleh PISA yaitu tahun 2012
dengan menyertakan 510.000 orang siswa dari 65 negara, termasuk Indonesia.
Rata-rata nilai siswa-siswi indonesia menempati urutan kedua paling bawah dari
total 65 negara peserta.
Hasil TIMSS dan PISA yang menunjukkan rendahnya prestasi belajar
matematika siswa tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Rendahnya prestasi
belajar matematika dapat ditinjau dari lima aspek kemampuan standar yang harus
dimiliki siswa dalam belajar matematika. Lima aspek kemampuan standar
tersebut secara umum dirumuskan oleh NCTM (2000: 29) yaitu kemampuan
pemecahan masalah (problem solving), kemampuan penalaran (reasoning),
kemampuan komunikasi (communication), kemampuan membuat koneksi
(connection), dan kemampuan representasi (representation).
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terlepas dari sesuatu yang
namanya masalah, sehingga pemecahan masalah merupakan fokus utama dalam
pembelajaran matematika. Oleh karena itu pemecahan masalah dijadikan sebagai
tujuan umum pengajaran matematika. Tetapi, tidak semua pertanyaan merupakan
suatu masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan itu
menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh prosedur
rutin yang sudah diketahui oleh siswa.
Launcher (dalam Wardhani, dkk 2010: 36) menyatakan bahwa
4
guru matematika harus membuat suatu usaha untuk hal itu”. Namun kenyataan
yang terjadi dilapangan sangatlah berbeda. Krismanto dan Wibawa (2010: 1)
yamg menyatakan bahwa “banyak guru yang masih mengalami kesulitan
menyelenggarakan pembelajaran agar siswa memiliki kemampuan memecahkan
masalah seperti tuntutan. Siswapun banyak yang mengalami kesulitan dalam
memecahkan masalah matematika”.
Sejalan pendapat-pendapat di atas, hal yang tidak jauh berbeda saya
temukan di lapangan berdasarkan hasil observasi pada bulan Januari tahun 2015
yaitu pada siswa kelas VIII SMPN 27 Medan. Ditinjau dari segi siswa, siswa
kesulitan apabila dihadapkan pada soal berpikir tingkat tinggi seperti soal
pemecahan masalah. Siswa seringkali tidak memahami makna yang sebenarnya
dari suatu permasalahan, sehingga siswa tidak dapat merencanakan strategi
penyelesaian masalah dengan tepat. Oleh sebab itu solusi yang diperoleh siswa
juga tidak tepat.
Ditinjau dari segi guru, guru tidak membiasakan pembelajaran yang
menyajikan soal-soal pemecahan masalah. Guru masih belum memanfaatkan
pemecahan masalah sebagai target dalam pembelajaran matematika. Selain itu
pembelajaran matematika yang terjadi selama ini kurang menekankan pada usaha
memampukan siswa mengonstruksi pengetahuan serta pembelajaran masih
didominasi oleh guru akibatnya siswa kurang aktif selama pembelajaran
berlangsung. Selanjutnya respon siswa negatif terhadap pembelajaran matematika
yaitu siswa menganggap bahwa matematika pelajaran yang rumit dan sulit untuk
dipahami. Jika ditinjau dari segi perangkat pembelajaran yang dirancang dan
5
membangun pengetahuannya sendiri, guna terciptanya pembelajaran yang lebih
bermakna.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat dilihat
dari proses jawaban siswa dalam menyelesaikan permasalahan berikut. Pak
Slamet akan memasang kaca polos pada kedua jendela kamarnya. Setiap jendela
membutuhkan kaca dengan ukuran panjang 150 cm dan lebar 60 cm. Harga kaca
dengan ukuran ketebalan 3 mm adalah Rp.80.000,00 per m2. Sedangkan kaca
dengan ukuran ketebalan 5 mm harganya adalah Rp. 87.500,00 per m2. Hitunglah:
a. Berapa m2 kaca yang dibutuhkan pak Slamet untuk di pasang di kedua
jendela kamarnya?
b. Hitunglah biaya yang harus dikeluarkan pak Slamet jika dia membeli kaca
dengan ukuran ketebalan 3 mm?
c. Hitunglah biaya yang harus dikeluarkan pak Slamet jika dia membeli kaca
dengan ukuran ketebalan 5 mm?
d. Berapa selisih harga yang harus dibayar pak Slamet jika dia lebih memilih
membeli kaca dengan ketebalan 5 mm daripada kaca dengan ketebalan 3
mm?
Soal tersebut diberikan kepada 34 orang siswa. Hanya 5 orang siswa atau
(14,7%) yang dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Sedangkan 85,3% lagi
masih belum dapat meneyelesaikan soal tersebut dengan benar. Jawaban siswa
6
Jawaban siswa versi pertama
Siswa kurang mampu menghubungkan pengetahuan dengan data yang diberikan sehingga strategi penyelesaian yang digunakan tidak membuat siswa dapat memperoleh penyelesaian yang benar
Jawaban siswa versi kedua
Siswa kurang memahami masalah yang diberikan dan siswa juga kurang mampu menghubungkan pengetahuan dengan data yang diberikan sehingga penyelesaian yang diperoleh siswa tidak benar
7
Berdasarkan jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa sudah
menuliskan yang diketahui dari soal tersebut tetapi siswa masih kurang
memahami masalah yang diberikan, siswa juga kurang mampu menghubungkan
pengetahuan yang dimiliki dengan data yang diberikan dan strategi penyelesaian
dari jawaban yang dibuat siswa tidak benar. Berdasarkan jawaban siswa tersebut
dapat dikatakan bahwa siswa belum dapat memecahkan permasalahan matematika
dari soal yang diberikan. Hal ini berarti kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan.
Kemampuan matematis yang tidak kalah pentingnya yang harus dimiliki
oleh siswa selain kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan koneksi
matematis. Kemampuan koneksi matematis memiliki kaitan erat dengan
kemampuan pemecahan masalah, dimana kemampuan pemecahan masalah yang
baik, tentunya akan membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan koneksi
matematikanya, begitu juga sebaliknya. NCTM (2000) mengemukakan koneksi
matematika (mathematical connection) membantu siswa untuk mengembangkan
perspektifnya, memandang matematika sebagai suatu bagian yang terintegrasi
daripada sebagai sekumpulan topik, serta mengakui adanya relevansi dan aplikasi
baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sumarmo (dalam Rustam 2012: 23)
menyatakan bahwa kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan
seseorang dalam memperlihatkan hubungan internal dan eksternal matematika,
yang meliputi: koneksi antar topik matematika, koneksi dengan disiplin ilmu lain
dan koneksi dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, terlihat jelas bahwa
kemampuan koneksi matematis merupakan salah satu kemampuan matematis
8
Kemampuan koneksi matematis merupakan hal yang penting untuk
dikuasai siswa, namun siswa yang menguasai konsep matematis belum tentu
mampu berkoneksi secara matematis. Hal ini terlihat dalam penelitian yang
dilakukan oleh Lembke dan Reys (Bergeson, 2000: 38) ditemukan bahwa siswa
sering mampu mendaftar konsep-konsep matematika yang terkait dengan masalah
riil, tetapi hanya sedikit siswa yang mampu menjelaskan mengapa konsep tersebut
digunakan dalam aplikasi itu. Kenyataan lain yang dijumpai dilapangan yaitu dari
penelitian Ruspiani (dalam Fajri, 2013) mengungkap bahwa rata-rata nilai
kemampuan koneksi matematis siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih
rendah, nilai rata-ratanya kurang dari 60 pada skor 100, yaitu sekitar 22,2% untuk
koneksi matematis siswa dengan pokok bahasan lain, 44,9% untuk koneksi
matematis dengan bidang studi lain, dan 7,3% untuk koneksi matematika dengan
kehidupan keseharian.
Rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa dapat dilihat dari proses
jawaban siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan berikut ini.
Sebuah cermin berbentuk persegi panjang dengan keliling 180 cm. Perbandingan
ukuran panjang dan lebar cermin tersebut adalah 3:2. Hitunglah:
a. Panjang dan lebar cermin?
b. Luas cermin?
c. Berapakah harga cermin tersebut jika harga cermin per m2 adalah Rp
75.000,00?
Soal tersebut diberikan kepada 34 orang siswa. Hanya 3 orang siswa atau
masih belum dapat m
dari persoalan yang di
Jawaban siswa versi pe
Jawaban siswa versi ke
Gambar 1.2
Berdasarkan
mengalami kesulitan da
solusi yang diperole
permasalahan matema
koneksi matematis sisw
Untuk mengat
matematis siswa maka
t meneyelesaikan soal tersebut dengan benar.
diberikan dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut
i pertama Siswa mengk permas diberik konsep i kedua Siswa mengk permas diberik konsep sehing mempe penyele benar d yang d
1.2. Proses Jawaban Tes Koneksi Matematis S
n jawaban siswa tersebut menunjukkan
n dalam melakukan koneksi antar konsep matem
oleh siswa tidak benar. Siswa belum dapa
matika dari soal yang diberikan. Hal ini bera
s siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan.
ngatasi rendahnya kemampuan pemecahan masa
aka diperlukan suatu model pembelajaran, dima
9
ar. Jawaban siswa
ikut.
a tidak dapat gkoneksikan
asalahan yang rikan dengan sep perbandingan
a keliru dalam gkoneksikan
asalahan yang rikan dengan sep perbandingan, ingga siswa tidak
peroleh
yelesaian yang ar dari permasalahan g diberikan
atis Siswa
n bahwa siswa
tematika sehingga
dapat memecahkan
berarti kemampuan
asalah dan koneksi
10
dan langkah-langkah model tersebut harus dapat membelajarkan kemampuan
pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa serta sesuai dengan tuntutan
kurikulum. Berdasarkan salinan lampiran Permendikbud No. 68 tahun 2013
tentang kurikulum SMP-MTs dijelaskan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan
dengan penyempurnaan pola pikir, diantaranya yaitu pola pembelajaran yang
berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik, pola
pembelajaran satu arah menjadi pembelajaran interaktif, dan pola pembelajaran
pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari. Untuk mencapai harapan-harapan yang
dituangkan dalam kurikulum 2013, maka dalam pembelajaran sangat disarankan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berdasarkan
pemecahan masalah dan juga membuat siswa aktif. Salah satu model
pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan kurikulum 2013 dan memiliki
karakteristik yang cocok untuk mengatasi masalah yang ditemukan dilapangan
adalah model pembelajaran berdasarkan masalah.
Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan
pembelajaran peserta didik pada masalah autentik (nyata) sehingga peserta didik
dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan
yang tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan
kepercayaan dirinya (Trianto, 2011: 92). Model pembelajaran berdasarkan
masalah (PBM) adalah salah satu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
guru sebagai fasilitator. Model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki lima
karakteristik (Hosnan, 2014: 300), yaitu (1) pengajuan masalah atau pertanyaan,
(2) keterkaitannya dengan berbagai masalah disiplin ilmu, (3) penyelidikan yang
11
Berdasarkan definisi dan karakteristik dari model pembelajaran berdasarkan
masalah ini, memungkinkan akan adanya peluang untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan koneksi matematis siswa.
Melalui pengajuan masalah atau pertanyaan, siswa dapat melatih
kemampuan berpikirnya dengan pengajuan masalah autentik (nyata) yang
dihadapkan padanya. Masalah yang diberikan juga berfokus pada keterkaitan
antar disiplin ilmu, dengan maksud masalah yang disajikan dalam pembelajaran
berdasarkan masalah mungkin saja berpusat pada mata pelajaran tertentu tetapi
siswa bisa meninjau masalah tersebut dari banyak segi atau mengaitkan dengan
disiplin ilmu yang lain untuk menyelesaikannya. Dengan pembelajaran
berdasarkan masalah siswa akan menyadari manfaat matematika karena tidak
hanya terfokus pada topik tertentu yang sedang dipelajari. Selain itu, dengan
pengajuan masalah atau pertanyaan memungkinkan siswa untuk mengembangkan
kemampuan beradaptasi dengan keadaan yang berubah dari situasi yang biasanya
langsung dijelaskan oleh guru ke situasi yang lebih sulit yaitu dengan dihadapkan
langsung pada masalah atau pertanyaan.
Karakteristik kedua yaitu keterkaitannya dengan berbagai disiplin ilmu
memungkinkan siswa untuk berpikir lebih luas dengan mengaitkan permasalahan
yang diberikan dengan mata pelajaran atau disiplin ilmu lain. Melalui
penyelidikan yang autentik siswa dituntut untuk menganalisa, mendefinisikan
masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan
menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat
inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Karakteristik yang keempat yaitu
12
terhadap kemampuan sendiri. Kolaborasi mengkondisikan siswa untuk
menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama. Dengan kegiatan ini siswa
dapat saling berdiskusi bertukar pikiran dengan anggota kelompoknya.
Materi yang diteliti dalam penelitian ini adalah materi geometri. Materi
geometri dalam hal ini materi bangun ruang sisi datar. Bangun ruang sisi datar
adalah salah satu materi yang perlu dipelajari untuk mengembangkan daya
imajinasi siswa. Daya imajinasi berperan dalam membentuk kemampuan
pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa. Geometri ruang telah diajarkan
sejak SD, namun ternyata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dimensi
tiga masih rendah (Suwaji dalam setiawan, 2012: 74). Pembelajaran materi
bangun ruang sisi datar seharusnya dilakukan secara konstruktif sesuai dengan
perubahan paradigma pembelajaran masa kini. Menurut paham konstruktivisme
pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu
atau skemata (Rahayu, 2009: 253). Model pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan model pembelajaran yang didasari oleh teori belajar konstruktivistik.
Pada teori belajar konstruktivistik siswa menghubungkan pengetahuan yang baru
dengan pengetahuan sebelumnya dan mengkontruksi makna baru. Dengan
demikian, materi geometri relevan diajarkan dengan model pembelajaran
berdasarkan masalah.
Pelaksanaan pembelajaran di kelas pada dasarnya membutuhkan suatu
perangkat pembelajaran untuk operasionalisasinya. Model dan perangkat
pembelajaran adalah dua hal yang saling terkait dan sulit dipisahkan. Suatu model
13
dibutuhkan suatu model pembelajaran yang akan mendasari pengembangan
perangkat tersebut.
Perangkat pembelajaran merupakan bagian yang penting dari sebuah
proses pembelajaran. Adapun alasan seberapa pentingnya suatu perangkat
pembelajaran menurut Wahyudi (2014: 35) yaitu (1) sebagai pedoman
pembelajaran, (2) sebagai standar minimal kinerja guru, (3) peningkatan kinerja
guru, dan (4) alat evaluasi kinerja guru. Pentingnya perangkat pembelajaran
menunjukkan bahwa sebelum pembelajaran perlu dipersiapkan suatu perangkat
pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran, karena perangkat
pembelajaran dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran dan kualitas
pembelajaran erat kaitannya dengan kualitas pendidikan. Selain itu, perangkat
juga berperan untuk memfasilitasi siswa dalam pencapaian kompetensi dan
tujuan pembelajaran.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru
dan dosen pada pasal 20 menyatakan bahwa “dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan
proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran”. Selanjutnya pada pasal 35 Undang-undang Republik Indonesia
nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa “beban kerja
guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta
didik, serta melaksanakan tugas tambahan”. Peraturan ini mengisyaratkan bahwa
tugas guru bukan hanya sekedar mengajar tetapi sebelum mengajar guru perlu
14
dari segi proses maupun dari segi evaluasi hasil. Pentingnya guru mempersiapkan,
mengembangkan dan mendesain perangkat pembelajaran diperkuat dengan
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 20. Pada peraturan tersebut
diisyaratkan agar guru memiliki kompetensi profesional mengembangkan materi
pelajaran. Disamping itu guru juga harus memiliki kompetensi profesional
mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007). Berdasarkan peraturan-peraturan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya perangkat pembelajaran dan
guru merupakan suatu komponen penting dalam kegiatan pembelajaran.
Keduanya memiliki fungsi yang saling terkait satu sama lain.
Sebelum mengajar seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan yang
mau diajarkan, mempersiapkan alat peraga/praktikum yang akan digunakan,
mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa lebih aktif dalam
belajar, mempelajari keadaan siswa, semua ini akan terurai pelaksanaannya
didalam perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran antara satu dengan yang
lainnya saling mempengaruhi satu sama lain. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan buku teks pelajaran pelajaran yang akan digunakan, tentunya juga akan
memerlukan lembar aktivitas siswa (LAS). Selanjutnya instrumen penilaian yang
digunakan harus disesuaikan dengan konteks kehidupan yang dihadapi siswa dan
diupayakan mampu memfasilitasi siswa dalam mengungkapkan kemampuan
berpikirnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa perangkat
pembelajaran memiliki peranan yang penting dalam pelaksanaan pembelajaran.
15
proses pembelajaran merupakan sesuatu yang sistematis. Perangkat pembelajaran
juga dijadikan sebagai tolak ukur bagi seorang guru profesional untuk
mengevaluasi setiap hasil mengajarnya. Profesionalisme seorang guru juga dapat
ditingkatkan dengan perangkat pembelajaran. Selain itu, jika perangkat
pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan siswa maka siswa akan lebih mudah
memahami materi pelajaran.
Wahyudi (2014: 127) menyatakan bahwa setiap guru pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa
guru harus menyiapkan RPP sebagai perencanaan pembelajaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan siswa dan tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian
pembelajaran akan lebih terarah dan lebih bermakna.
Namun kenyataannya dilapangan, berdasarkan analisis peneliti terhadap
RPP yang disusun dan digunakan oleh guru masih ditemukan beberapa
kelemahan. RPP yang digunakan guru sudah menggunakan suatu model atau
pendekatan pembelajaran tetapi langkah-langkah dan kegiatan pembelajaran
belum secara spesifik menggambarkan proses pembelajaran pada materi yang
sedang diajarkan. Pada RPP tersebut belum tergambar kegiatan-kegiatan yang
mengaktifkan siswa serta belum terlihat membelajarkan kemampuan pemecahan
masalah dan koneksi matematis siswa. Dengan kata lain, RPP yang disusun guru
16
yang memperhatikan karakteristik siswa dan tujuan yang ingin dicapai.
Selanjutnya RPP yang disusun oleh guru belum memuat indikator kemampuan
pemecahan masalah dan koneksi matematis. Berdasarkan hasil wawancara dengan
beberapa orang guru matematika diperoleh informasi bahwa RPP lebih sering
berfungsi sebagai dokumen kepada atasan jika terjadi pemeriksaan bukan sebagai
skenario atau perencanaan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Selain itu
RPP yang dipakai sebagai rencana pembelajaran tidak pernah divalidasi oleh
pakar, sehingga kevalidan RPP tidak diketahui oleh guru.
Selain RPP, buku teks pelajaran yang juga merupakan sebagai salah satu
perangkat pembelajaran merupakan suatu acuan yang digunakan oleh guru dalam
mengajarkan suatu materi pelajaran juga perlu untuk menjadi perhatian. Pada
Peraturan Kementerian Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 dijelaskan
bahwa buku pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan disekolah yang
memuat materi pelajaran dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketaqwaan,
budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang
disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. Oleh sebab itu sudah
seharusnya buku teks pelajaran sebagai bahan ajar didesain secara spesifik dalam
rangka meningkatkan kemampuan-kemampuan yang seharusnya dimiliki siswa
salah satunya yaiut untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa yang masih
rendah yaitu kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis.
Pengembangan buku teks pelajaran atau buku ajar yang baik harus
memenuhi kriteria valid dan efektif. Menurut Akbar (2013: 34) buku ajar yang
17
lengkap dan sistematis, (5) berorientasi pada student centered. (6) berpihak pada
ideologi bangsa dan negara, (7) kaidah bahasa benar, buku ajar yang ditulis
menggunakan ejaan, istilah dan struktur kalimat yang tepat. (8) terbaca, buku ajar
yang keterbacaannya tinggi mengandung panjang kalimat dan struktur kalimat
sesuai pemahaman pembaca.
Namun kenyataan yang diperoleh dilapangan, buku teks pelajaran tidak
memperlihatkan berorientasi pada siswa. Buku teks pelajaran yang digunakan di
sekolah masih menggunakan buku yang langsung menyajikan konsep, tidak
diawali dengan masalah sehingga siswa tidak mengkonstruksi pengetahuannya
dan tidak menemukan sendiri konsepnya. Buku ajar yang digunakan siswa tidak
mengandung langkah-langkah dalam menemukan konsep ataupun rumus sehingga
siswa hanya menghafal yang menyebabkan mudah lupa dalam penggunaannya.
Kemudian pada buku tersebut setelah konsep diberikan contoh soal dan latihan.
Soal-soal yang diberikan merupakan soal-soal yang dapat diselesaikan dengan
hanya menggunakan rumus bukan soal-soal berpikir tingkat tinggi yang dapat
melatih kemampuan berpikir siswa khususnya melatih kemampuan pemecahan
masalah dan koneksi matematis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa buku
yang digunakan siswa belum memuat komponen-komponen yang dapat
membelajarkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa.
Salah satu contoh buku teks pelajaran yang digunakan di sekolah dapat dilihat
18
Gambar 1.3. Buku Matematika Kelas VIII
Komponen lain dari perangkat pembelajaran yang memiliki peran yang
tidak kalah pentingnya dengan RPP dan buku teks pelajaran adalah lembar
aktivitas siswa (LAS). Lembar akitivitas siswa seharusnya dirancang sedemikian
sehingga membuat siswa lebih aktif dan dapat bekerja secara mandiri untuk
mengeksplor kemampuannya. Pada kenyataannya LAS yang digunakan di sekolah
adalah LAS siap pakai yang banyak diperjual belikan yang isinya lebih mengarah
pada kesimpulan materi bukan aktivitas atau kegiatan siswa. Disamping itu, antara
RPP, buku teks pelajaran dengan LAS kurang sinkron, seharusnya LAS yang
digunakan haruslah mengacu pada RPP. Selanjutnya LAS yang digunakan berisi
soal-soal latihan bukan memuat masalah yang dapat melatih kemampuan berpikir
siswa, belum dapat mengaktifkan dan melatih siswa bekerja mandiri.
Kesimpulannya, LAS yang digunakan belum disesuaikan dengan kebutuhan siswa
serta belum membelajarkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi
19
Perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, buku teks, dan LAS
tentunya memerlukan instrumen tes. Instrumen ini digunakan sebagai alat ukur
untuk melihat sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang telah
diajarkan. Pada kenyataannya dilapangan, tes yang digunakan adalah soal-soal
rutin bukan soal-soal yang mengandung indikator kemampuan berpikir tingkat
tinggi seperti pemecahan masalah dan koneksi. Dengan demikian siswa tidak
terbiasa melatih kemampuan berpikirnya dan kewalahan apabila dihadapkan pada
soal-soal kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti soal TIMSS dan PISA. Oleh
karena itu, guru juga perlu mendesain instrumen tes yang sesuai dengan
kebutuhan siswa. Instrumen tes seharusnya dikondisikan dapat memfasilitasi
siswa berargumentasi dan mengungkapkan proses berpikirnya.
Berdasakan permasalahan-permasalahan di atas, diperlukan suatu
perangkat yang berlandaskan model PBM untuk dapat mengatasi rendahnya
kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa. Namun pada
kenyataannya, perangkat yang telah disusun oleh guru belum memuat suatu model
pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Selanjutnya perangkat
yang disusun oleh guru belum memuat komponen-komponen yang
membelajarkan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa.
Penelitian dengan penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah
(PBM) telah diteliti oleh Marzuki (2012) dalam penelitiannya pada siswa kelas
VII SMP yang berakreditasi B di Kota Langsa. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara
siswa yang diberi model pembelajaran berdasarkan masalah dengan siswa yang
20
Fhitung =23,645 lebih besar Ftabel adalah 3,92. Konstanta persamaan regresi untuk
model pembelajaran berdasarkan masalah yaitu 50,11 lebih besar dari model
pembelajaran biasa yaitu 42,909. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh
Permana & Sumarmo (2007) pada penelitiannya dalam mengembangkan
kemampuan penalaran dan koneksi matematik siswa SMA melalui pembelajaran
berdasarkan masalah diperoleh bahwa kemampuan penalaran dan koneksi
matematik siswa melalui pembelajaran berdasarkan masalah lebih baik daripada
kemampuan penalaran dan koneksi matematik siswa melalui pembelajaran biasa.
Untuk pencapaian skor kemampuan koneksi pada kelompok eksperimen (sebesar
69,27% dari skor ideal) lebih besar dibandingkan dengan pencapaian skor
kelompok kontrol (sebesar 58% dari skor ideal), terjadi perbedaan sebesar
11,27%. Berdasarkan hasil analisis data baik pengujian terhadap hipotesis statistik
dengan uji t dengan taraf signifikansi 0,05 maupun analisis data setiap item
jawaban siswa, kemampuan koneksi matematik siswa yang belajar dengan
pembelajaran berdasarkan masalah lebih baik daripada siswa yang belajar dengan
pembelajaran biasa.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, Setiawan, dkk (2012) melakukan
penelitian pengembangan dengan judul pengembangan perangkat pembelajaran
matematika dengan pendekatan Problem Based Learning untuk meningkatkan
keterampilan Higher Order Thinking. Higher Order Thinking yang dimaksud
pada penelitian Setiawan ini adalah berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh perangkat pembelajaran matematika
materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan Problem Based Learning untuk
21
Temuan lain yaitu berdasarkan pelaksanaan pembelajaran dengan kriteria efektif
diperoleh keterampilan Higher Order Thinking siswa kelas perlakuan lebih tinggi
dibandingkan Higher Order Thinking siswa kelas kontrol.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu dan masalah-masalah yang
ditemukan dilapangan, maka dibutuhkan suatu perangkat pembelajaran yang
karakteristik dan langkah-langkahnya sesuai dengan kebutuhan siswa serta dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa.
Selanjutnya perangkat tersebut juga nantinya dapat digunakan oleh guru dalam
proses pembelajaran. Maka dari itu, peneliti mengembangkan perangkat
pembelajaran berbasis model pembelajaran berdasarkan masalah untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan
beberapa permasalahan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 27 Medan sebagai berikut.
1. Siswa kesulitan apabila dihadapkan pada soal pemecahan masalah.
2. Guru tidak membiasakan pembelajaran yang menyajikan soal-soal
pemecahan masalah.
3. Pembelajaran matematika kurang menekankan pada usaha memampukan
siswa mengonstruksi pengetahuan.
4. Pembelajaran matematika di kelas masih didominasi oleh guru.
5. Kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran.
22
7. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah.
8. Kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah.
9. RPP yang digunakan guru belum memenuhi kriteria yang baik.
10. Buku teks pelajaran yang digunakan siswa belum memuat
komponen-komponen yang dapat membelajarkan kemampuan pemecahan masalah
dan koneksi matematis siswa.
11. Soal-soal yang disajikan pada buku teks pelajaran belum dapat melatih
kemampuan pemecaham masalah dan koneksi siswa.
12. LAS yang digunakan belum disesuaikan dengan kebutuhan siswa serta
belum membelajarkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi
matematis siswa.
13. Instrumen tes yang digunakan adalah soal-soal rutin bukan soal-soal yang
mengandung indikator soal-soal kemampuan pemecahan masalah dan
koneksi matematis.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka
penelitian ini perlu dibatasi supaya apa yang diteliti menjadi lebih terfokus.
Penulis membatasi masalah penelitian ini pada:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah.
2. Kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah.
3. Perangkat pembelajaran yang digunakan guru belum memenuhi kriteria
23
4. Model pembelajaran yang digunakan guru tidak melibatkan siswa secara
aktif.
5. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih bersifat pasif.
6. Respon siswa terhadap matematika cenderung bersifat negatif.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah penelitian yang akan
diselidiki dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana produk pengembangan perangkat pembelajaran yang valid dan
efektif berbasis model pembelajaran berdasarkan masalah untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan koneksi
matematis siswa SMP Negeri 27 Medan?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
koneksi matematis siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran
berbasis model pembelajaran berdasarkan masalah?
Beberapa pertanyaan penelitian yang perlu dijawab terkait rumusan
masalah di atas, disajikan sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
dengan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran berdasarkan
masalah?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dengan
perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran berdasarkan
24
3. Bagaimana aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran menggunakan
perangkat pembelajaran yang dikembangkan?
4. Bagaimana respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran
menggunakan perangkat yang dikembangkan?
5. Bagaimana proses jawaban siswa dalam meyelesaikan soal-soal
pemecahan masalah dan koneksi matematis?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan perangkat
pembelajaran matematika berbasis model pembelajaran berdasarkan masalah
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan koneksi
matematis siswa SMP. Tujuan umum ini dapat dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan
yang lebih khusus sebagai berikut:
1. Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran
berdasarkan masalah yang valid dan efektif.
2. Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
dengan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran berdasarkan
masalah.
3. Untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dengan
perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran berdasarkan
masalah.
4. Untuk mengetahui aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran
25
5. Untuk mengetahui respon siswa terhadap komponen dan proses
pembelajaran menggunakan perangkat yang dikembangkan.
6. Untuk mengetahui proses jawaban siswa dalam meyelesaikan soal-soal
pemecahan masalah dan koneksi matematis.
F. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini dapat
bermanfaat sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa dalam memecahkan masalah pada materi bangun ruang
sisi datar.
2. Memberikan informasi tentang kemampuan koneksi matematis siswa
dalam memecahkan masalah pada materi bangun ruang sisi datar.
3. Tersedianya perangkat pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran berdasarkan masalah dalam meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan koneksi matematis siswa.
4. Menjadikan acuan bagi guru dalam mengimplementasikan pengembangan
perangkat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
berdasarkan masalah untuk materi yang lain, yang relevan bila diajarkan
dengan model pembelajaran berdasarkan masalah.
5. Memberikan referensi dan masukan bagi pengayaan ide-ide penelitian
mengenai evaluasi diri tentang pemecahan masalah dan koneksi matematis
siswa dalam memecahkan masalah siswa yang akan dikembangkan dimasa
26
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah
yang digunakan dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional
sebagai berikut :
1. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan alat pendukung (rencana
pelaksanaan pembelajaran, buku ajar, lembar aktivitas siswa, tes
kemampuan pemecahan masalah dan tes koneksi) yang memungkinkan
siswa dan guru melakukan kegiatan pembelajaran.
2. Pengembangan perangkat pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan
perangkat pembelajaran yang baik, sesuai dengan langkah-langkah pada
model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan.
3. Kualitas perangkat pembelajaran dapat dilihat dari aspek valid dan efektif.
Aspek valid terdiri dari validitas isi dan konstruk. Validitas isi
menunjukkan bahwa perangkat yang dikembangkan didasarkan pada
kurikulum atau pada rasional teoretik yang kuat. Sedangkan Validitas
konstruk menunjukkan konsistensi internal antar komponen-komponen
perangkat. Kemudian produk dikatakan efektif jika produk memberikan
hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh pengembang produk.
4. Model Pembelajaran Berdasarkan masalah (PBM) adalah model
pembelajaran dengan mengacu pada lima langkah pokok, yaitu (1)
orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisir siswa untuk belajar (3)
membimbing penyelidikan individual ataupun kelompok, (4)
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) menganalisis dan
27
5. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa
dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses
menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah,
yaitu: (1) memahami masalah, (2) merencanakan pemecahan masalah, (3)
menyelesaikan masalah, dan (4) memeriksa kembali jawaban yang
diperoleh.
6. Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan siswa untuk
mengaitkan konsep-konsep matematika secara internal yaitu berhubungan
dengan matematika itu sendiri dan mengaitkan secara eksternal, yaitu
matematika dengan disiplin ilmu lainnya ataupun dengan kehidupan
sehari-hari. Kemampuan koneksi matematis siswa dalam penelitian ini
diukur melalui kemampuan (1) koneksi antar konsep matematika; (2)
koneksi matematika dengan disiplin ilmu lain; dan (3) koneksi matematika
dengan kehidupan sehari-hari.
7. Keefektifan perangkat pembelajaran dilihat dari indikator-indikator
pencapaian tujuan yang diharapkan, adapun indikator keefektifan
perangkat pembelajaran pada penelitian ini adalah: (1) siswa dikatakan
telah mampu memecahkan masalah matematis dan mampu berkoneksi
secara matematis apabila terdapat 85% siswa yang mengikuti tes telah
memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 2,67 atau minimal B-, (2)
aktivitas siswa selama kegiatan belajar memenuhi kriteria toleransi waktu
ideal yang ditetapkan, dan (3) respon siswa positif terhadap
komponen-komponen perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran (minimal
28
8. Aktivitas siswa adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa
ketika proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar siswa yang
diteliti dalam penelitian ini adalah: (1) mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru/teman, (2) membaca buku siswa dan LAS, (3) mencatat
penjelasan guru, mencatat dari buku atau dari teman, menyelesaikan
masalah pada LAS, merangkum pekerjaan kelompok, (4)
berdiskusi/bertanya antara siswa dan temannya, dan antara siswa dan guru,
menarik kesimpulan suatu prosedur atau konsep, (5) melakukan sesuatu
yang tidak relevan dengan pembelajaran.
9. Respon siswa adalah pendapat senang-tidak senang, baru-tidak baru,
terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran, siswa berminat mengikuti
pembelajaran pada kegiatan pembelajaran berikutnya, komentar siswa
terhadap keterbacaan (buku siswa dan tes pemecahan masalah dan koneksi
matematis) dan penggunaan bahasa serta penampilan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran.
10. Proses jawaban siswa adalah suatu proses penyelesaian masalah
matematika siswa atau kinerja jawaban siswa untuk setiap butir soal.
Proses jawaban siswa dalam meyelesaikan permasalahan yang diberikan
ditinjau dari beberapa hal yaitu: (1) ditinjau dari kesalahan siswa dalam
menyelesaikan permasalahan matematika yang diberikan; (2) ditinjau dari
langkah-langkah yang digunakan siswa dalam menyelesaikan
permasalahan matematika yang diberikan; dan (3) ditinjau dari kesesuaian
29
H. Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini telah dilakukan seupaya mungkin untuk
mendapatkan hasil yang merupakan kesimpulan dari perlakuan pembelajaran.
Namun demikian penelitian ini tidak terlepas dari kekurangan dan kelemahan
karena adanya berbagai keterbatasan yang tidak dapat dihindari. Dalam penelitian
ini terdapat keterbatasan yang diharapkan akan membuka kesempatan bagi
perluasan ilmu pendidikan, antara lain:
1. Guru mengalami kesulitan dalam memberikan bimbingan (guided) kepada
siswa dalam proses penemuan kembali (reinvention) suatu konsep atau
prosedur. Hal ini disebabkan karena banyaknya siswa dalam satu kelas (37
dan 36 orang siswa). Akibatnya ada beberapa orang siswa yang seharusnya
dapat bimbingan tetapi tidap mendapatkannya.
2. Pembentukan kelompok diskusi hanya memperhatikan kemampuan
kognitif dan jenis kelamin tanpa memperhatikan kesesuaian atau
kecocokan antar teman. Artinya untuk masing-masing kelompok terdiri
dari siswa berkemampuan pandai, cukup dan kurang pandai. Selanjutnya
juga diperhatikan masing-masing kelompok terdiri dari siswa laki-laki dan
perempuan dengan tetap menjaga antar kelompok homogen dan anggota
kelompoknya heterogen. Kecocokan antar anggota kelompok
mempengaruhi pembelajaran terutama diskusi dalam menyelesaikan
masalah pada LAS yang diberikan guru. Oleh sebab itu, selain kemampuan
dan jenis kelamin, kecocokan antar teman juga perlu diperhatikan dalam
pembagian kelompok diskusi demi kelancaran proses pembelajaran.
30
kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis pada materi
bangun ruang sisi datar, namun belum dapat mengukur kemampuan
278 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran
berdasarkan masalah dengan menggunakan model pengembangan 4-D dari
Tiagarajan, Semmel and Sammel telah menghasilkan perangkat pembelajaran
yang valid dan efektif pada materi bangun ruang sisi datar untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis. Perangkat pembelajaran
tersebut terdiri dari Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP), Buku Petunjuk Guru
(BPG), Buku Siswa (BS), Lembar Aktivitas Siswa (LAS), Tes kemampuan
pemecahan masalah dan koneksi matematis. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat diuraikan kesimpulan sebagai berikut.
1. Perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran berdasarkan masalah
telah memenuhi kriteria valid dan efektif. Kriteria efektif dilihat dari (1)
Ketercapaian kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis
siswa, (2) aktivitas aktif siswa selama kegiatan belajar memenuhi kriteria
toleransi waktu ideal yang ditetapkan, (3) respon siswa positif terhadap
komponen-komponen perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran
yang dikembangkan.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dilihat dari peningkatan
rata-rata total dan peningkatan rata-rata untuk setiap indikator mengalami
279
3. Kemampuan koneksi matematis siswa dilihat dari peningkatan rata-rata total
dan peningkatan rata-rata untuk setiap indikator mengalami peningkatan.
4. Aktivitas aktif siswa selama kegiatan belajar memenuhi kriteria toleransi
waktu ideal yang ditetapkan.
5. Respon siswa positif terhadap komponen-komponen perangkat
pembelajaran dan kegiatan pembelajaran.
6. Proses jawaban siswa pada uji coba 2 jika ditinjau dari kesesuaian jawaban
dengan indikator, langkah-langkah penyelesaian serta kesalahan-kesalahan
dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah pada umumnya lebih baik
dari pada uji coba 1.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peeneliti mengemukakan beberapa saran
sebagai berikut.
1. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan belum diimplementasikan secara
luas di sekolah-sekolah lain, penyebarannya adalah penyebaran terbatas
yaitu hanya pada subjek di sekolah penelitian. Untuk mengetahui efektivitas
perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran berdasarkan
masalah dalam berbagai topik pelajaran matematika dan mata pelajaran lain
yang sesuai, disarankan pada para guru dan peneliti untuk
mengimplementasikan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah ini
pada ruang lingkup yang lebih luas di sekola