• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BRAND EXTENSION TERHADAP BRAND EQUITY PRODUK SAMSUNG DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BRAND EXTENSION TERHADAP BRAND EQUITY PRODUK SAMSUNG DI SURABAYA."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BRAND EXTENSION TERHADAP

BRAND EQUITY PRODUK SAMSUNG

DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi

Diajukan Oleh :

IDHAM WALAD NURANSAH 0812010056/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PENGARUH BRAND EXTENSION TERHADAP BRAND EQUITY

PRODUK SAMSUNG DI SURABAYA” dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu sayarat penyelesaian

Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen,

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Dalam Penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai

dengan baik tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menghaturkan terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Progdi Manajemen Fakultas

(3)

4. Ibu Dra. Ec Luky Susilowati, MP, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Kedua Orangtua Serta Saudara-saudara sayayang telah banyak memberikan

dorongan moril maupun materiil serta kesabaran yang tidak terkira sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Staf Dosen Fakultas Ekonomi (Manajemen) Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak.

Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi in masih jauh dari

sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan. Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Juni 2012

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1...Latar Belakang... 1

1.2...Rumusa n Masalah ... 5

1.3...Tujuan Penelitian... 5

1.4...Manfaat Penelitian... 6

(5)

2.2...Landasa

n Teori ... 8

2.2.1...Pengerti an Pemasaran... 8

2.2.2...Strategi Pemasaran ... 9

2.2.3...Brand Extension... 14

2.2.3.1 Indikator Brand Extension ... 18

2.2.4 Brand Equity ... 19

2.2.4.1 Indikator Brand Equity... 22

2.2.5 Pengaruh Brand Extension terhadap Brand Equity... 23

2.3...Kerangk a Konseptual... 25

2.4...Hipotesi s ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1...Definisi Operasional dan Pengukuran variabel... 26

3.1.1 Pengukuran Variabel... 28

(6)

3.3...Teknik

Pengumpulan Data ... 30

3.3.1 Jenis Data ... 30

3.3.2 Sumber Data... 30

3.3.3 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4...Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis... 31

3.4.1 Teknik Analisis ... 31

3.4.2 Outliers... 32

3.4.3 Evaluasi Atas Outliers... 33

3.4.4 Uji Validitas ... 33

3..4.5 Uji Realibilitas ... 34

3.4.6 Uji Normalitas... 34

3.4.7 Multicollinearity dan Singularity ... 35

3.4.8... Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 35

3.4.9 Pengujian Model Dengan Two-Step Approach ... 35

3.4.10 Evaluasi Model... 36

3.5...Kerangk a Model Penelitian ... 40

(7)

4.1...Deskripti

f Objek Penelitian... 41

4.1.1... Sejarah Perusahaan ... 41

4.1.2 Visi Perusahaan... 45

4.1.3 Misi Perusahaan ... 45

4.2...Deskripti f Hasil Penelitian ... 46

4.1.2 Analisis Karateristik Responden ... 46

4.2.2 Deskripsi Variabel Brand Extension... 47

4.2.3 Deskripsi Variabel Brand Equity ... 47

4.3...Analisis Data ... 48

4.3.1... Evaluasi Outlier... 48

4.3.2... Evaluasi Realibilitas... 50

4.3.3 Evaluasi Validitas... 51

4.3.4 Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extracted 52 4.3.5 Evaluasi Normalitas ... 53

4.3.6 Analisis Model SEM ... 54

(8)

4.4...Pembaha

san... 58

4.4.1 Pengaruh Brand Extension terhadap Brand Equity.... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1...Kesimpu

lan... 61

5.2...Saran

... 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Brand Value Industri Elektronik Tahun 2009-2011 ... 2

Tabel 3.1 Goodness of Fit Indice ... 37

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 46

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Tabel 4.3 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Variabel Brand Extension ... 47

Tabel 4.4 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Variabel Brand Equity ... 48

Tabel 4.5 Outlier Data... 49

Tabel 4.6 Realibilitas Data... 50

Tabel 4.7 Validitas Data... 51

Tabel 4.8 Construct Realibility dan Variance Extracted ... 53

Tabel 4.9 Normalitas Data ... 54

(10)

Tabel 4.11 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One-Step

Approach – Modifikasi... 57

Tabel 4.12 Hasil Uji Kausalitas ... 58

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 BRAND EQUITY CHAIN ... 21

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 25

Gambar 3.1 Contoh Model PengukuranVariabel

Brand Equity ... 32

Gambar 3.2 Model Kerangka Penelitian... 40

Gambar 4.1 Model Pengukuran dan Struktural one-step

approach – Base model... 55

Gambar 4.2 Model Pengukuran dan Struktural one-step

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Responden

Lampiran 3 : Hasil Uji Outlier

Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas, Realibilitas dan Normalitas

(12)

PENGARUH BRAND EXTENSION TERHADAP BRAND EQUITY

PRODUK SAMSUNG DI SURABAYA

Oleh :

Idham Walad Nuransah

ABSTRAKSI

Penelitian Ini dilatarbelakangi oleh timbulnya fenomena turunnya Brand Value produk-produk elektronik merek Samsung pada periode tahun 2009-2011.Turunnya Brand Value produk Samsung ini dikarenakan kurangnya inovasi dari PT. Samsung Electronic Indonesia terhadap semua produk yang dikeluarkannya. Berdasarkan data yang diperoleh Brand Value produk Samsung mengalami penurunan yaitu pada tahun 2010 sebesar 50,6% yang turun menjadi 41,9% pada tahun 2011, atau mengalami penurunan persentase Brand Value sebesar 8,7%. Berdasar latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Brand Extension terhadap Brand Equity produk Samsung di Surabaya.

Penelitian ini menggunakan data primer.Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang mengetahui dan menggunakan produk merek Samsung di pusat – pusat besar penjualan elektronik di Surabaya dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik analisis yang dipergunakan adalah Structural Equation Modeling [SEM] untuk mengetahui kausalitas antar variable yang di analisis.

Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diperoleh kesimpulan bahwa factor Brand Extension berpengaruh positif terhadap Brand Equity, dapat diterima atau signifikan (positif). Berarti semakin baik brand extension maka semakin baik pula brand equity.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penelitian

Industri elektronik di Indonesia sangat berkembang beberapa tahun

belakangan ini dan secara otomastis pula tingkat pemakaina listrik di Indonesia

sangatah besar.Data terbaru dari ASEAN Centre for Energy (ACE) menyebutkan,

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi paling besar untuk melakukan

penghematan tenaga listrik akibat tingkat pemborosan energi listrik yang relatif tinggi

selama ini. Pasokan listrik di Indonesia sendiri kini dalam status siaga karena

cadangan yang tersisa tidak banyak tersedia.Data tersebut diungkapkan oleh Dicky

Edwin Indarto dari Forum Komunikasi Masyarakat Hemat Energi dalam seminar

mengenai strategi berhemat energi di Jakarta, Kamis (2/10). Menurut Dicky,

Indonesia berpeluang melakukan penghematan energi sebanyak 3,13 juta ton setara

dengan minyak

Tingkat pemborosan energi yang tinggi ini memperparah pasokan tenaga

listrik di Tanah Air yang kritis.gerakan hemat energi di Indonesia masih sulit

diterapkan karena kesadaran yang rendah dan tidak ada peraturan yang menghukum

orang yang memboroskan listrik.Contoh pemborosan terbesar di perkantoran atau

bangunan publik adalah penggunaan mesin penyejuk udara (AC) dan lampu yang

(14)

lampu relatif besar, yakni di atas 45 persen dan 30 persen.Di Indonesia ada sekitar

sepuluh perusahaan elektronik terbesar yang berkompetisi memperebutkan pasar

elektronik di Indonesia senilai Rp 83 triliun. Sepuluh perusahaan elektronik terbesar

itu adalah, PT LG Electronics Indonesia, PT Samsung Electronics Indonesia, PT

Panasonic Gobel Indonesia, PT Toshiba Visual Media Network Indonesia, PT Sharp

Electronics Indonesia, PT Hartono Istana Teknologi (Polytron), PT Sanyo Sales

Indonesia, PT Maspion Group, PT Istana Argo Kencana (Sanken), PT Midea

Electronics Indonesia. PT.Samsung Electronic Indonesia setiap tahun menjadi Market

Follower terhadap market leader pada kategori produk elektronik di Indonesia yaitu

PT LG Electronics Indonesiasebagaimana disajikan pada table 1.2 berikut:

TABEL 1.1

BRAND VALUE INDUSTRI ELEKTRONIK TAHUN 2009-2011

Brand Value (%) No Merek

2009 2010 2011

1 LG 79,3 87,2 83,0

2 Panasonic 49,5 51,6 43,2

3 Samsung 46,3 50,6 41,9

4 Toshiba 42,7 48,0 39,5

Sumber: Modifikasi dari www.inter-bestbrand.com

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, pada tahun 2010 Samsung menempati

peringkat ke tiga sebagai market follower (Sumber : Duniaekonomi.com) dengan

brand value sebesar 50,6%, akan tetapi pada tahun berikutnya yaitu tahun 2011

Samsung mengalami penurunan brand value sebesar 8,7% dari 50,6% pada tahun

(15)

banyaknya pesaing pada industri produk elektronik di Indonesia. Melihat tingkat

brand valueSamsung yang mengalami pergeseran, memperlihatkan bahwa loyalitas

pelanggan terhadap produk merek Samsung mengalami penurunan, kondisi ini akan

berpengaruh terhadap ekuitas merek (Brand Equity). Karenanya kedepan bagaimana

upaya perusahaan agar brand value Samsung dapat meningkat kembali.Samsung yang

memiliki visi menjadi pemimpin pergerakan konvergensi digital senantiasa

melakukan inovasi terhadap produknya. Pada tahun 2011 melakukan strategi

perluasan merek (Brand Extension) dengan meluncurkan beberapa produk baru pada

kategori smartphone,televisi dan komputer tabletdengan berbagai variasi produk

yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumennya.Menurunnyabrand value merek

Samsung diduga dapat menimbulkan kerugian bagi PT. Samsung Elektronik

Indonesia. Hal ini dikarenakan belum populernya merek Samsung dan juga

kurangnnya inovasi produk dari produk elektronik merek Samsung tersebut yang

mengakibatkan pergeseran Brand Value. Jika hal ini dikembangkan terus

berkelanjutan, maka diperkirakan akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan, tidak

hanya materil tapi juga imateril, yang salah satunya dapat menurunkan kepercayaan

masyarakat terhadap merek Samsung, sehingga konsumen yang awalnya memakai

produk merek Samsung akan melirik dan mencoba menggunakan merek lain.

Brand Equity adalah keseluruhan dari asset atau harta dari suatu nama merek

dan simbol yang menambahkan nilai dari suatu barang dan jasa pada perusahaan atau

pelanggan (David Aaker, 2008:157). Pentingnya perusahaan membangun Brand

(16)

jumlah pemain di pasar, meningkat pula ketajaman persaingan diantara merek-merek

yang beroperasi dipasar dan hanya produk yang memiliki Brand Equity yang kuat

yangakan tetap mampu bersaing merebut dan menguasai pasar.Sedemikian

pentingnya peran Brand Equity sebagai landasan dalam menentukan langkah dan

strategi pemasaran dari suatu produk sehingga sering kali Brand Equity memperoleh

pengkajian yang mendalam. Semakin kuat Brand Equity suatu produk, semakin kuat

pula daya tariknya dimata konsumen untuk melakukan pembelian serta

mengantarkan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari waktu ke waktu”.

Mengingat pentingnya menjaga dan meningkatkan Brand Equity, maka PT. Samsung

electronic Indonesia sebagai produsen produk elektronik merek Samsung dituntut

untuk terus berupaya melakukan strategi-strategi pemasaran yang bertujuan

untuk meningkatkan Brand Equity dalam menghadapi ancaman pesaing. Samsung

melakukan berbagai strategi promosi baik melalui promosi above the line (ATL)

yaitu pasang iklan di Televisi, radio serta media masa dan juga melakukan promosi

below the line (BTL) yaitu brosur, pamflet, baligho dan lainnya, serta dengan

promosi di internet pada jejaring sosial facebook dan website.

Strategi-strategi promosi yang dilakukan oleh Samsung diharapkan mampu

meningkatkan brand awareness merek Samsung sehingga mampu meningkatkan

Brand Equity produk Samsung baik produk induknya pada kategori handphone

maupun produk ekstensinya pada kategori smartphone. Strategi Brand Extension

yang dilakukan pada merek Samsung didasarkan bahwa Brand Equity seringkali

(17)

perceived quality), oleh karena itu perusahaan harus melakukan pengembangan

terhadap merek sesuai dengan posisi merek tersebut di pasaran dimana langkah ini

terbukti efektif untuk meningkatkan Brand Equity. Brand Extension didefinisikan

oleh Kotler (Dalam Fajrianthi dan Zatul Farah, 2005:282) sebagai penggunaan merek

yang sudah ada pada produk baru dimana produk tersebut memiliki kategori yang

berbeda dengan merek yang digunakannya.

Brand Extension dapat menjadi sebuah penggerak utama pada ekuitas merek

sebuah produk jika perluasannya diterima secara positif oleh konsumen, tidak hanya

menambah arti sebuah merek pada konsumen tetapi juga dapat meningkatkan

loyalitasnya (John Rodwel et al., 2000:1).Berdasarkan uraian di atas, maka

dirasakan perlu untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Brand Extension

terhadap Brand Equity merek Samsung”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :

- Apakah Brand Extension Merek Samsung mempunyai

pengaruh terhadap Brand Equity Merek Samsung ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk memperoleh

(18)

- Untuk Mengetahui pengaruh Brand Extension terhadap

Brand Equity merek Samsung.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun

praktis sebagai berikut :

1. Bagi Universitas

Hasil peneliian ini dapat digunakan untuk menambah kepustakaan, khususnya

bagi UPN “VETERAN” Jawa Timur Surabaya sehingga terdapat tambahan

referensi sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Bagi Peneliti

Memberikan informasi dan wacana sebagai referensi maupun iformasi untuk

penelitian lebih lanjut bagi yang ingin melakuka pengembangan penelitian

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Adiwijaya, Michael, (2004). Dengan

judul penelitian: “Perluasan Merek : Strategi Jitu Peluncuran produk Baru”. UK.

Petra. Permasalahan yang diajukan adalah apakah strategi perluasan merek sangat

efektif terhadap peluncuran produk baru.Hasil penelitian ini penjelasan mengenaai

startegi perluasan merek, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam era

hypercompetition ini perusahaan perlu cerdik dan jeli dalam melihat kondisi pasar

dan juga kondisi lingkungan pemasaran di dalam kaitan apabila perusahaan hendak

melakukan peluncuran produk baru.

Strategi perluasan merek memudahkan produk baru untuk segera meraih

pangsa pasar, tetapi yang harus diperhatikan bahwa tetap ada resiko karena produk

tersebut masih terkait dengan persepsi konsumen akan citra merek induk dan akan

sangat mempengaruhi ekuitas merek tersebut. Jika ekuitas sebuah merek berkurang

dimata konsumen, akan sangat mengancam kelansungan jalannya perusahaan

pembuat produk dan juga pasti akan mengancam produk itu sendiri dari ancaman

(20)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Pemasaran

Hermawan Kertajaya (2005:67), mengungkapkan bahwa: “Pemasaran

adalah bagaimana memuaskan kebutuhan konsumen secara menguntungkan

(satisfying needs profitably)”. Marketing Association of Australia and New Zealand

dalam Buchari Alma (2004:3), menyatakan bahwa “Pemasaran adalah aktivitas yang

memfasilitasi dan memperlancar suatu hubungan pertukaran yang saling

memuaskan melalui penciptaan, pendistribusian, promosi,penentuan harga dari

barang, jasa dan ide”. Menurut Doyle dalam Fandy Tjiptono (2005:2),

mengemukakan bahwa, “Pemasaran merupakan proses manajemen yang berupaya

memaksimalkan laba (returns)bagi pemegang saham dengan jalan menjalin relasi

dengan konsumen utama (valued customer) dan menciptakan keunggulan kompetitif.

Menurut Kotler (2006:5) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana

individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan

dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk-produk yang

bernilai. Fandy Tjiptono (2005:6) mendefinisikan bahwa Pemasaran merupakan

fungsi yang memiliki kontak paling besar dalam lingkungan eksternal dan memegang

peranan penting dalam pengembangan strategi. Dalam peranan strategisnya

pemasaran mencakup setiap usaha untuk mencapai kesesuaian antara perusahaan

dengan lingkungannnya dalam rangka mencari pemecahan atas masalah penentuan

dua pertimbangan pokok yakni bisnis apa yang akan dimasuki di masa mendatang

(21)

sukses dalam lingkungan persaingan atas dasar perspektif distribusi, produk harga

dan promosi (bauran pemasaran). Adapun menurut Asosiasi Pemasaran Amerika

dalam Kotler dan Keler (2007:6) Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan

seperangkat proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan menyerahkan nilai

kepada konsumen dan mengelola hubungan konsumen dengan cara yang

menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran pada

dasarnya merupakan suatu aktivitas manajerial perusahaan dimana individu-individu

dan kelompok-kelompok memfasilitasi serta memperlancar suatu hubungan

pertukaran yang memuaskan antara perusahaan dan konsumen dalam upaya

memaksimalkan lababagi pemegang saham melalui penciptaan hubungan baik

dengan konsumen, pendistribusian, promosi, penentuan harga dari barang, jasa dan

ide. Dengan kata lain pemasaran memegang memegang peranan paling besar dalam

lingkungan eksternal dan memegang peranan penting dalam pengembangan

strategi (internal) apa yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan pada saat

perusahaan harus memcahkan suatu masalah dan bagaimana bisnis yang dipilih dapat

dijalankan dengan sukses.

2.2.2 Strategi Pemasaran

Istilah strategi berasal dari kata Yunani strategia (stratus =militer, dan ag =

memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal. Konsep ini

relevan dengan situasi pada zaman dulu yang sering diwarnai perang, dimana jenderal

(22)

perang. Strategi juga bisa diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan

penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah-daerah tertentu untuk

mencapai tujuan tertentu(FandyTjiptono, 2008:2). Menurut FandyTjiptono (2008:2),

konsep strategi dapat didefinisikan berdasarkan dua prespektif yang berbeda, yaitu

dari prespektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan (intendsto do)dan dari

prespektif apa yangsuatu organisasi akhirnya lakukan (eventualy does). Berdasarkan

prespektif yang pertama, strategi dapat didefinisikan sebagai program untuk

menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan

misinya.Makna yang terkandung dari strategi ini adalah bahwa para manajer

memainkan peranan yang aktif, sadar dan rasional dalam merumuskan strategi

organisasi.

Dalam lingkungan yang turbulen dan selalu mengalami perubahan,

pandangan ini lebih banyak diterapkan. Sedangkan prespektif kedua, strategi

didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap

lingkungannyasepanjang waktu. Pada definisi ini setiap organisasi pasti memiliki

strategi, meskipun strategi tersebut tidak pernah dirumuskan secara eksplisit.

Pandangan ini ditujukan bagi para manajer yang bersifat reaktif, yaitu menanggapi

dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara pasif manakala

dibutuhkan.Pernyataan strategi secara eksplisit merupakan kunci keberhasilan dalam

menghadapi perubahan lingkungan bisnis.Strategi memberikan kesatuan arah bagi

semua anggota organisasi.Setiap fungsi manajemen memberikan kontribusi tertentu

(23)

(2008:5) pemasaran merupakan fungsi yang memiliki kontak paling besar dengan

lingkungan eksternal, padahal perusahaan hanya memiliki kendali yang terbatas

terhadap lingkungan eksternal.Pemasaran bertujuan untuk menarik pembeli dalam

mengkonsumsi produk yangditawarkan.Oleh karena itu, pemasaran memainkan

peranan penting dalam pengembangan strategi. Tul dan Kahle (dalam Fandy

Tjiptono, 2008:6) mendefinisikan strategi pemasaran sebagai berikut: Strategi

pemasaran adalah sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan

perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan

melalui pasar yang dimasuki dan programpemasaran yang digunakan untuk melayani

pasar sasaran tersebut. Strategi pemasaran merupakan pernyataan mengenai

bagaimana suatu merek Atau lini produk mencapai tujuannya (Bennet dalam Fandy

Tjiptono,2008:6).Selain itu, strategi pemasaran merupakan bagian integral dari

strategi bisnis yang memberikan arah pada semua fungsi manajemen dalam

organisasi (Fandy Tjiptono, 2008:6). Cravens dan Piercy (2009:13) mengemukakan

bahwa:

Marketing strategy consist of the analysis, strategy development, and implementation of activities in: developing a vision about the market of interest to the organization, selecting market target strategies, seting objectives, and developing, implementing, and managing the marketing program positioning strategies designed to meet the value requirements of the customersineach market target.

Strategi pemasaran terdiri dari analisa, pengembangan strategi, dan

implementasi aktivitas dalam mengembangkan suatu visi mengenai daya tarik pasar

(24)

serta menentukan strategi positioning dari program pemasaran yang dirancang untuk

memenuhi persyaratan-persyaratan nilai dari pelanggan-pelanggan pada setiap target

pasar. Cravens dan Piercy (2009:13) juga mengemukakan bahwa:

“Marketing strategy seeks to deliver superior customer value by combining the customer influencing strategies of the busines into a coordinated set of market-driven actions”.

Strategi pemasaran mencoba untuk memberikan superior customer value

dengan mengkombinasikan strategi mempengaruhi pelanggan dari bisnis kedalam

suatu himpunan yang dikordinir pada tindakan-tindakan market-driven. Strategi

pemasaran menghubbuungkan organisasi dengan lingkungan dan pandangan

pandangan pemasaran sebagai suatu tanggung jawab dari bisnis secara keseluruhan.

Menurut Cravavens danPiercy (2009:14) proses strategi pemmasaran terdiridari:

1. Markets, segments and customer value

Manajemen pemasaran yang mengevaluasi pasar dan pelanggan untuk

menentukan sebuah strategi baru atau merubah startegiyang sudah ada. Aktivitas dara

iri strategi pemasaran pada proses ini mele iliputi: Markets and competitive space,

strategic market segmentation, Strategic customer relationship mmanagement

(CRM), dan Capabilities for continuous learning about market ets. (Cravens

danPiercy2009:14)

2. Designing market- driven strategies

Menurut Cravens dan Piercy (2009:15): “Market sensing information plays a

key role in designing marketing strategy, which includes market targeting and

(25)

introducting new product”. Informasipasar memainkan peran kunci dalam mendesain

strategi pemasaran termasuk target pasar dan strategi positioning, membangun

hubungan pemasaran dan mengembangkan serta memperkenalkan produk baru.

3. Market-driven program development

Target pasar dan strategi positioning untuk produk baru dan produk yang

sudah ada menunjukan pilihan dari strategi pada komponen program

pemasaran.Produk, distribusi, harga dan strategi promosi dikombinasikan untuk

membentuk strategi positioning pada setiap target pasar. Menurut Cravens dan

Piercy (2009:16) strategi program pemasaran untuk mengimplementasikan strategi

positioning meliputi: strategic brand management (manajemen strategi merek),

value-chain strategy (strategi rantai nilai), pricing strategy (strategi harga), dan

promotion strategy (strategi promosi).

4. Implementing and managingmarketing strategy

Menurut Cravens dan Piercy (2009:17): “selectingthe customer to target and

the positioning strategy for eachtarget moves marketing strategy development to

theactionstage”.Pemilihan pelanggan pada target dan strategi positioning pada setiap

target menggerakan pengembangan strategi pemasaranpada tingkatan aksi proses

strategi pemasaran. Proses implementasi dan me-manage strategi pemasaran

meliputi: designing market-driven orgazizations (mendesain

organisasimarket-driven), dan marketing strategy implementation and control (implementasi dan

(26)

2.2.3 Brand Extension

Strategi perluasan merek bukan hal yang baru dalam dunia pemasaran,dimana

strategi pengembangan merekini banyak digunakan oleh praktisi – praktisi pemasaran

di dalam aktivitas peluncuran produk baru. Brand Extension merupakan strategi

suatu perusahaan untuk memasuki kategori produk baru dengan menggunakan merek

yang sudah dikena loleh konsumen. Menurut Sera et al (dalam jurnal “Brand

Extension:Evaluation and Resiprocal Efect”; 2004:1), “Brand Extension strategy is

based on the idea that the Intrinsic value of the familiar brand name is transferable to

new products”.Strategi Brand Extension didasarkan pada ide bahwa nilai intrinsik

pada nama merek yang sudah dikenal dapat di transfer pada produk baru.

Brand extension akan mengakibatkan berubahnya pengetahuan konsumen

terhadap produk yang bersangkutan. Brand Extension bertujuan untuk memanfaatkan

kekuatan ekuitas merek dari merek asal untuk memperkenalkan produk baru.

Dengan menerapkan brand extension, perusahaan dapat mengurangi biaya

pemasaran dan meningkatkan awaresness dari produk baru atau kategori produk baru

yang akan diluncurkan tersebut. Menurut Murphy (2000:110) mengemukakan bahwa:

(27)

can also maintain interest is an exiting brands and may help to ensure that it remains relevant.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga alasan

yang mendasari dilakukannya Brand Extension, diantaranya masalah biaya yang

cukup banyak dikeluarkan oleh perusahaan jika perusahaan meluncurkan produk

baru, resiko kegagalan dalam pengembangan produk baru yang harus dihadapi oleh

perusahaan,waktu yang relatif lama untuk mengembangkan suatu produk baru.

Alasan tersebut menjadi pertimbangan perusahaan untuk melakukan Brand

Extension.Brand Extension dapat mengurangi resiko, biaya, dan waktu untuk

meluncurkan produk baru di pasar.Keler (2008:491) mengungkapkan bahwa ketika

sebuah perusahaan memperkenalkan produk baru,maka perusahaan tersebut

mempunyai tiga pilihan untuk memberikan merek pada produk tersebut, yaitu:

1. Perusahaan dapat mengembangkan merek baru untuk

merek baru tersebut

2. Perusahaan dapat menggunakan salah satu merek yang

kuat dari perusahaan

3. Perusahaan dapat mengkombinasikan sebuah merek baru

dengan merek yang sudah kuat

Sebuah perluasan merek (Brand Extension) terjadi ketika sebuah perusahaan

menggunakan sebuah nama merek yang sudah ada untuk memperkenalkan sebuah

produk baru. Brand Extension dibagi menjadi dua kategori umum, yaitu

(28)

1. Line extension: para pemasar menggunakan merek induk

pada sebuah produk baru pada target segmen pasar yang baru dalam

kategori produk merek induk. Line extension sering menambahkan

variasi komposisi dan rasa yang berbeda, bentuk dan ukuran yang

berbeda, atau sebuah aplikasi berbeda pada sebuah merek.

2. Category extension: para pemasar menggunakan

merek induk untuk Memasuki kategori produk yang berbeda dari

produk utamanya. Menurut Keler (2008:512) “the ultimatesucces of an

extension wil depend on its ability to both achieve some of its own

Brand Equity in the new category and contribute to the equity of the

parent brand”.Pokok kesuksesanpada sebuah perluasan akan

bergantung pada kemampuan untuk mencapai ekuitas mereknya

sendiri pada kategori baru dan berkontribusi pada ekuitas merek induk.

Strategi perluasan merek memberikan keuntungan bagi perusahaan

karena dengan menggunakan merek yang sudah terkenal akan

memberikan pengakuan dan penerimaan yang lebih cepat pada

kategori produk baru. Hal ini diharapkan dapat memberikan jaminan

kualitas dan keyakinan kepada para konsumen atas merek tersebut.

Menurut Miler dan Muir (2004:33), Brand Extension memiliki

(29)

a) Brand Extension can keep a brand up-to-date, dengan

melakukan Brand Extension perusahaan dapat tetap

menancapkan mereknya dibenak konsumen.

b) Brand Extension can help a busines respond to market

changes, jika sebuah pasar mengalami perubahan yang

substansial, Brand Extension dapat membantu

mengamankan bisnis tersebut.

c) Brand Extension can enable a busines to acces new

revenue streams, dengan ekstensi merek dapat

meluncurkan produk baru dengan parent brand yang telah

ada, sehingga memudahkan produk untuk diterima di pasar.

Menurut Freddy Rangkuti (2008:121), Brand Extension tidak hanya

memiliki keunggulan akan tetapi Brand Extension pun memiliki kelemahan

antara lain:

1. Dapat membingungkan pelanggan dalam memilih produk

mana yang lebih baik.

2. Seandainya Brand Extension tersebut dilakukan tidak

secara konsisten maka atribut atau manfaat yang melekat pada

merek tersebut saling bertentangan dengan merek induk sehingga

(30)

2.2.3.1 Indikator Brand Extension

Menurut (Simamora, 2003:128) Indikator – indikator yang terdapat pada

perluasan merek antara lain :

1. Kesadaran (Awareness)

Kesadaran pada merek awal sebagai merek yang mudah diingat, mudah

dikenali, dan mempunyai ciri khas.

2. Kesamaan (Similarity)

Persepsi konsumen tentang kesamaan kualitas merek awal dengan merek

perluasannya.

3. Kesukaan (Liking)

Tingkat kesukaan konsumen pada merek awal dan perluasannya yang banyak

disukai dan diminati.

4. Inovasi (Innovation)

Berkaitan dengan penerimaan seseorang terhadap adanya produk baru dan

seberapa jauh keinginan untuk mencoba roduk baru tersebut.

5. Popularitas (Popularity)

Berkaitan dengan persepsi konsumen tentang popularitas produk elektronik

merek samsung

6. Keyakinan (Convivtion)

(31)

2.2.4 Brand Equity

Brand Equity (ekuitas merek) merupakan konsep yang harus diperhatikan oleh

perusahaan dalam mempertahankan mereknya di pasar. Menurut Keler (2008:258):

“Brand Equity is the added value endowed to product and service”. Ekuitas merek

merupakan nilai tambah pada suatu produk atau jasa. Sedangkan menurut Aaker

(2008:8) :

“Brand Equity is a set of asets (and liabilities) linkedto a brand’s name and symbol that adds to (or subtracts from) the value providedby a product or service to a firm and or that firm’scustomers”.

Ekuitas merek adalah keseluruhan dari asset atau harta dari suatu nama merek

dan simbol yangmenambahkan nilai dari suatu barangdan jasa pada perusahaan atau

pelanggan. Marketing Science Institute (Ha dan Chan-Omslted dalam jurnal

“Enhanced TV as BrandExtension:TV Viewers’ Perception of Enhanced TV Features

and TV Commerce on Broadcast Networks’ Web Sites”; 2001:1) mendefinisikan

Brand Equity sebagai berikut :

The set of asociations and behaviours on the part of a brand’s customers,channel members and parent corporation that permits the brand to earn greater volume or greater margins than it could without the brand name and that gives the brand a strong, sustainable, and diferentiated competitive advantage.

Brand Equity didefinisikan sebagai kumpulan asosiasi dan perilaku dalam

peranannya pada pelanggan sebuah merek,anggota saluran dan perusahaan induk

yang membolehkan merek untuk memperoleh hasil yang lebih besar atau margin

yang lebih besar dibading tanpa nama merek dan memberikan merek sebuah

kekuatan, kemampuan bertahan, dan diferensiasi keuntungan yang kompetitif. Selain

(32)

and purchase intentions—The moderating efects of switching costs”; 2007:1), “Brand

Equity refers to the incremental utility orvalue added to a product fromits brand

name. It is often believed to contribute to a company’s long-term profitability”.

Ekuitas merek mengacu pada kegunaan atau nilai tambah pada suatu produk dari

nama mereknya, yang sering dipercaya berperan pada profitabilitas perusahaan

jangka panjang. Berdasarkan definisi para ahli mengenai brand equity di atas

dapat disimpulkan bahwa Brand Equity adalah suatu asset dan liabilitas merek yang

berkaitan dengan satu merek, nama dan simbolnya, yang menambah dan mengurangi

nilai yang diberikan oleh suatu produk atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan

perusahaan. Menurut Feldwick dalam Fandy Tjiptono (2008:47) brand equity

dikelompokkan ke dalam tiga kategori berikut:

1. Brand Valuation atau Brand Value, yaitu nilai total

sebuah merek sebagai asset terpisah. Kebutuhan akan penilaian merek dalam

konteks ini biasanya dipicu oleh dua situasi utama, yakni penentuan harga

pada saat merek dijual dan penentuan nilai merek sebagai aset tak berwujud

dalam laporan neraca perusahaan.

2. Brand Strength atau Brand Loyalty, yaitu ukuran yang

menyangkut seberapa kuat konsumen terikat dengan merek tertentu. Hal ini

sekaligus mereflesikan permintaan relatif konsumen terhadap sebuah

merek. Terdapat beberapa indikator dari brand strength, yakni

harga/permintaan, ukuran behavioral, ukuran atitudinal, dan brand

(33)

3. Brand Image atau Brand Description, yaitu deskripsi

tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Hal ini

dapat diukur melalui beberapa tehnik seperti multidimensional scaling,

projection techniques, dan sebagainya.

Menurut Srivastava dan Shocker dikutip dalam FandyTjiptono

(2008:49) menyatakan bahwa: ‚“Brand Value merupakan ukuruan financial

yang tergantung pada kekuatan saat ini dan prospek dimasa yang akan datang,

serta kesesuaian produk dengan portofolio produk dan tujuan perusahaan.

Brand value juga tergantung pada situasi persaingan dan karakteristik

industri“.

Ketiga makna tersebut tidak saling terpisah, malinkan berkaitan erat seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 2.1 :

GAMBAR 2.1 BRAND EQUITY CHAIN

Sumber : Wood (2000) dalamFandy Tjiptono (2008:49)

Menurut FandyTjiptono (2008:49), penggunaan formula brand valuation Atau

brand value sebagai indikator kinerja merek mengandung sejumlah kelemahan, yaitu:

(34)

1. Perbedaan yang signifikan anatara penilaian objektif

untuk keperluan penyusunan neraca perusahaan dan harga aktual yang

bias dicapai sebuah merek dalam transaksi penjualan penjualan ril.

2. Nilai sebuah merek berbeda-beda bagi para pembeli yang

berlainan.

3. Tidak ada nilai yang absolut untuk sebuah merek

4. Pemisahan asset bukanlah hal sederhana, karena sebuah

merek memiliki nilai berfluktuasi tergantung pada siapa yang

menggunakan.

Konsep Brand Equity mencakup dua konstruk multi-dimensional yang saling

terkait yaitu brand strength dan brand value (Saristava dan Shocker, dalam Fandy

Tjiptono 2008:49). Dalam hal ini, bisa diartikan jika brand value dan brand strength

sangat berkaitan dengan ekuitas merek. Jika brand value atau brand strenght suatu

produk mengalami penurunan secara tidak langsung ekuitas merek produk tersebut

juga mengalami penurunan.

2.2.4.1 Indikator Brand Equity

menurut lassar, mittal dan shama, dikutip oleh tjiptono (2005:50) indikator –

indikator yang membentuk ekuitas merek antara lain sebagai berikut:

1. Nilai

Nilai yaitu persepsi konsumen terhadap utilitas merek dibandingkan biaya

merek yang didasarkan pada pertimbangan simultan atas apa yang diterima

(35)

2. Kepercayaan

Kepercayaan yaitu keyakinan konsumen terhadap perusahaan dan

komunikasinya, serta tindakan perusahaan yang mengutamakan kepentingan

konsumen

3. Komitmen

Komitmen yaitu kekuatan relative perasaan terhadap positif konsumen

terhadap merek spesifik

4. Kinerja

Kinerja yaitu totalitas pekerjaan fisik (penilaian konsumen terhadap operasi

fisik merek yang bebas kesalahan dan tahan lama serta konstruksi fisik produk

tanpa cacat)

2.2.5 Pengaruh Brand Extension Terhadap Brand Equity

Mengingat pentingnya ekuitas merek bagi suatu perusahaan, perusahaan

dituntut untuk terus menjaga dan meningkatkan ekuitas mereknya. Salah satu

alternatif yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan Brand

Extension. Menurut Freddy Rangkuti (2008:123), “Pengembangan atau perluasan

merek (Brand Extension) merupakan suatu keputusan yang dilakukan dalam

penyusunan strategi pemasaran yang diharapkan dapat meningkatkan ekuitas merek

(Brand Equity). Menciptakan ekuitas merek terhadap Brand Extension dapat

(36)

tersebut.” Sementara itu, Dikdik Tandika (2001:19) mengungkapkan: “Salah satu cara

untuk memelihara ekuitas merek adalah dengan melakukan pertimbangan ekstensi

merek. Ekstensi merekakan membuat merek lebih menonjol atau mendapatkan

pengingatan kembali merek sehingga merekdapat terus dingat”.

Menurut Rodwel et al (dalam jurnal “The Implications for Brand Extension

When the Extension is Later Sold:Using Member Perceptions to Investigate Brand

Extension”;2000:1)

A succesful Brand Extension can be a majorboost for the Brand Equity of a product, if the extension is perceived positivelyby consumers. It wil increase not only the meaning of the brand to the consumers but may increase loyalty and also brand favourability on behalf of the consumer

Berdasarkan pendapat John Rodwel et al.di atas, kesuksesan Brand Extension

dapat menjadi sebuah penggerak utama pada ekuitas merek sebuah produk jika

perluasannya diterima secara positif oleh konsumen,tidak hanya menambah arti

sebuah merek pada konsumen tetapi juga dapat meningkatkan loyalitasnya. Ekstensi

merek akan membuat merek lebih menonjol atau mendapatkan pengingatan kembali

merek sehingga merek dapat terus dingat. Setiap perusahaan berusaha memperoleh

keuntungan dengan cara memproduksi produk yang sesuai dengan kebutuhan dan

keinginan konsumen. Banyaknya perusahaan yang memproduksi barang atau jasa

yang sama menimbulkan adanya persaingan, sehingga mengakibatkan konsumen

menjadi semakin selektif dalam memilih produk atau jasa yang ditawarkan. Hal ini

mengakibatkan setiap perusahaan harus berusaha menciptakan keunggulan

(37)

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan

pelaksanaan program Brand Extension akan berpengaruh terhadap ekuitas merek

sebuah produk. Adanya brand extension akan mengakibatkan berubahnya

pengetahuan konsumen terhadap produk yang bersangkutan. Semakin baik kinerja

produk dengan menggunakan Brand Extension tersebut, pengaruh positif terhadap

merek induk semakin besar

2.3 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “ Diduga Terdapat pengaruh positif

antara Brand Extension terhadap Brand Equity produk merek Samsung” Brand

Extension

(x)

Brand Equity

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang

pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan

satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:

1. Brand Extension (X)

Secara operasional, variabel Brand Extension didefinisikan sebagai “strategi

pengembangan merek dengan menggunakan nama menerk yang sudah ada dan

dikenal oleh pengguna untuk meluncurkan produk baru atau produk modifikasi pada

kategori produk yang baru”.Brand Extension ini terjadi sebagai akibat dari

menurunnya penjualan dari suatu produk. Sehingga jika produk yang ditawarkan oleh

perusahaan kinerjanya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan dan

akan mengancam kelancaran perusahaan, maka strategi Brand Extension ini

merupakan salah satu cara yang baik untuk menumbuhkan kembali ekuitas merek

yang tengah menurun. Adapun indikator Brand Extension menurut Simamora

(2003:128) adalah sebagai berikut :

Awareness, adalah kesadaran pada merek awal sebagai merek yang mudah

diingat.

Similarity, persepsi konsumen tentang kesamaan kualitas produk awal dan

(39)

Liking, adalah tingkat kesukaan konsumen pada produk merek awal dan

produk perluasannya

Innovation, Berkaitan dengan penerimaan seseorang terhadap adanya produk

baru dan seberapa jauh keinginan untuk mencoba roduk baru tersebut.

Popularity, persepsi konsumen terhadap puplaritas produk merek Samsung.

Conviction, adalah keyakinan dan jaminan yang ada pada merek awal maupun

perluasannya.

2. Brand Equity (Y)

Ekuitas Merek (Brand Equity), dalam penelitian ini merupakan keseluruhan

asset atau harta dari suatu merek nama dan simbol yang menambahkan nilai dari

suatu barang dan jasa pada perusahaan atau pelanggan. Lassar, mittal dan shama ,

dikutip oleh tjiptono (2005:50) menjabarkan tentang indikator – indikator yang

membentuk ekuitas merek yaitu :

 Nilai

Nilai yaitu persepsi konsumen terhadap utilitas merek dibandingkan biaya

merek yang didasarkan pada pertimbangan simultan atas apa yang diterima

dan apa yang diberikan untuk mendapatkan manfaat merek

 Kepercayaan

Kepercayaan yaitu keyakinan konsumen terhadap perusahaan dan

komunikasinya, serta tindakan perusahaan yang mengutamakan kepentingan

(40)

 Komitmen

Komitmen yaitu kekuatan relative perasaan terhadap positif konsumen

terhadap merek spesifik

 Kinerja

Kinerja yaitu totalitas pekerjaan fisik (penilaian konsumen terhadap operasi

fisik merek yang bebas kesalahan dan tahan lama serta konstruksi fisik produk

tanpa cacat)

3.1.1 Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval

dengan menggunakan teknik pembobotan skala (semantic differential scale). Analisis

ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang

serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai

yang berada dalam rentang dua sisi.Dalam penelitian ini, setiap pertanyaan

masing-masing diukur dalam 7 skala dan ujung-ujung ditetapkan dengan kata sifat yang tidak

secara kontras berlawanan. sebagai berikut:

Sangat Jelek Sangat Bagus

(41)

3.2Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek / obyek yang memiliki ciri-ciri atau

karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek / obyek

yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang mengetahui dan menggunakan

produk merek Samsung di pusat – pusat besar penjualan elektronik di

Surabaya.(Hartono Elektronika, Gunung Sari Intan, Giant Hypermarket dan

Carrefour)

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang

sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative dari sebuah

populasi . Metode pengambilan sampel dengan metode non probability sampling

dengan teknik Purposive Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria yang

sudah ditetapkan oleh peneliti. Dengan kriteria antara lain :

 Berusia minimal 25 tahun

 Menggunakan minimal 1 produk merek samsung

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan pedoman

pengukuran sampel menurut Ferdinand (2002:48), antara lain :

- Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100 -200 sampel

(42)

parameter yang diestimasi pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang

diestimasi

- Jika terdapat 10 indikator, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah (10 x

10 = 100) maka sampel yang digunakan adalah minimal sebesar 100 responden.

3.3Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Jenis Data

a. Data Primer

Data Primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan

kuesioner kepada konsumen.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil

langsung dari konsumen yang dalam penelitian ini adalah konsumen yang

mengetahui dan menggunakan produk merek Samsung di pusat – pusat besar

penjualan elektronik di Surabaya dengan cara menyebarkan kuesioner.

3.3.3 Metode Pengumpulan Data

Pegumpulan Data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan beberapa

cara berikut :

a. Observasi

Merupakan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mendapatkan bukti

(43)

b. Kuesioner

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan daftar

pertanyaan kepada konsumen agar memperoleh jawaban langsung dari para

konsumen yang mengetahui dan menggunakan produk merek Samsung di

pusat – pusat besar penjualan elektronik di Surabaya.(Hartono Elektronika,

Gunung Sari Intan, Giant Hypermarket dan Carrefour)

3.4 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.4.1 Teknik Analisis

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

multivariate dengan Structural Equation Modeling(SEM). Merupakan teknik statistik

yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit. Model

pengukuran sikap, atribut produk terhadap minat beli menggunakan confirmatory

factor analyses. Penaksiran pengaruh pada masing – masing variabel bebas terhadap

variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur. Langkah-langkah dalam analisi

SEM model pengukuran dengan contoh faktor variabel Brand Extension dilakukan

sebagai berikut : Persamaan dimensi variabel Brand Equity

Y1 = λ1 Brand Equity + er_1

Y2. = λ2 Brand Equity + er_2

Y3 = λ3 Brand Equity + er_3

Y4 = λ4 Brand Equity + er_4

Bila Persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk

(44)

pengukuran dengan contoh variabel ketidakpuasan konsumen akan Nampak sebagai

berikut:

Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Variabel Brand Equity

3.4.2 Outliers

Outliers adalah obsevasi yang mucul dengan nilai nilai eksterim baik secara

univariate maupun multivariate yang mucul karena kombinasi karakteristik unik yang

dimilikinya dan terlihat sangat hauh berbeda dari observasi-observai lainnya. Dapat

diadakan treatment khusus pada outiers ini asal diketahui munculnya outlier

itu.Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam empat kategori.

a. Outliers muncu karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam

memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data. Misalnya 8 diketik

80 sehingga jauh berbeda dengan nilai-nilai lainnya dalam rentang jawaban

responden antara 1-10, jika hal semacam ini lolos maka akan menjadi sebuah

nilai ekstrim. Brand Equity (y)

(Y1)  Er1 

Er 3 

(Y5) 

(Y7) 

Er5 

(45)

b. Outliers dapat muncul karena keadaan yang benar-benar khusu yang

memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain, tetapi peneliti

mempunyai penjelasan mengenai penyebab munclnya nilai ekstrim tersebut.

c. Outliers dapat muncul karena adanya sesuatu alasan peneliti tidak dapat

mengetahui apa penyebanya atau tidak ada penjelasan mengenai nilai ekstrim

tersebut.

d. Outliers dapat muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila dikombinasi

dengan variabel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim atau sangat

ekstrim. Inilah yang disebut multivariate outlier.

3.4.3 Evaluasi atas outliers

Mengamati atas z-score variabel : ketentuan diantara ± 3,0 outlier

Multivariate Outlier diukur dengan kinerja jarak mahalanobis pada tingkat p < 0,001.

Jarak diuji degnan Chi-Square (X2) pada df (degrees of Freedom) sebesar jumlah

variabel bebasnya. Ketentuan : mahalanobis > dari nilai X2 adalah multivariate

outlier.

3.4.4 Uji Validitas

Uji Validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentanng isi

sebenarnya yang diukur. Analisi validitas item bertujuan untuk menguji apakah

tiapbuutir petanyaan benar-benar sudah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan

derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang diyakini

(46)

cara mengkorelasikan antar skor item dengan skor total item. Dalam hal ini koefisien

korelasi yang nilai signifikasinya lebih kecil dari 5% (level of significance)

menunjukan bahwa item-item tersebut sudah sahih sebagai pembentukan indicator.

3.4.5 Uji Reabilitas

Yang dimaksud dengan reabilitas ukuran mengenai konsistensi internal dari

indikator-indikator sebuah konstruk yan menunjukkan derajat sampai dimana

masing-masing indikator itu menghasilkan sebuah konstruk/faktor laten yang umum. Secara

umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,70 dan variance

extracted ≥ 0,5 ( Hair et, al., 1998).

3.4.6 Uji Normalitas

untuk menguji normalitas distribusi data-data yang digunakan dalam analisis,

peneliti dapat menggunakan uji-uji statistic. Uji yang paling mudah adalah dengan

mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang biasnaya disajikan dalam

statsistik diskriptif dari hampir semua program statistik. Nilai statistik untuk menguji

normalitas itu disebut z-value yang dihasilkan melalui rumus berikut ini :

Bila Nilai –z lebih besar dar nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi

data adalah tidak normal. Nili kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi

yang dikehendaki. Misalnya, bila nilai yang dihitung lebih besar dari ± 2,58 berarti

kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada tingkat 0,01

(1%). Nilai kritis lainnya yang umum digunakan adalah nilai kritis sebesar ± 1,96

(47)

3.4.7 Multicollienarity dan Singularity

Uuntuk melihat apakah pada data penelitian terdapat multikolinieritas dan

singularitas dalam kombinas-kombinasi variabel, maka perlu mengamati determinan

dari variabel kovarian sampelnya.Determinan yang benar-benar kecil

mengindikasikan adanya multikolinieritas dan singularitas, sehingga data tidak dapat

digunakan untuk analisi yang sedang dilakukan.

3.4.8 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi terstandar,

dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical ratio) atau

p(Probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada

t tabel berarti pengujian hipotesis kausal berarti signifikan.

3.4.9 Pengujian model dengan Two-Step Approach

Two-Step Approachto structural equational modeling (SEM) digunakan untuk

menguji model yang diajukan.Two-Step Approach digunakan untuk mengatasi

masalah sampel data yang kecil jika dibandingkan dengan sejumlah butir

instrumentasi yang digunakan , dan keakuratan reabilitas indikator-indikator terbaik

dapat dicapai dalam two-step approach ini. Cara yang dilakukan dalam menganalisis

SEM dengan two-step approach adalah sebagai berikut :

a. Menjumlahkan skala butir-butir setiapp konstruk menjadi sebuah indicator

summed-scale bagi setiap konstruk. Jika terdapat skala yang berbeda setiap

(48)

= 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala

yang berbeda-beda tersebut

b. Menetapkan error (ɛ) dan Lambda (λ) terms, erros terms dapat dihitung

dengan rumus 0,1 kali σ2 dan lambda terms dengan rumus 0,95 kali σ .

Perhitungan construct reability (α) telah dijelaskan pada bagian sebelumnya

dan deviasi standar (σ) dapat dihitung dengan bantuan program aplikasi

statistic SPSS. Setelah error (ɛ) dan lambda (λ) terms diketahui, skor-skor

tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran

SEM.

3.4.10 Evaluasi Model

Pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk

mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model

teoritis dan empiris. Jika model teoritis menggambarkan “ good fit ” dengan data,

maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis

tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “ poor fit ” dengan data.

Amos dapat menguji apakah model “ good fit ” atau “poor fit”. Jadi, “ good fit

mode. Atau l yang diuji sangat penting dalam menggunakan structural equational

(49)

Tabel 3.1 Goodness of Fit Indices

GOODNESS OF

FITNESS INDEX KETERANGAN CUT-OFF VAUE

X2 – Chi-square

Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi sama dengan covariance sample (apakah model sesuai dengan data).

Diharapkan kecil, 1 s/d 5 atau paling baik diantara 1 dan 2

Probability

Uji signifikansi terhadap

perbedaan matriks covariance data dan matriks

covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2 atau ≥ 0,05

RMSEA

Mengkompensasikan

kelemahan Chi-square pada sampel besar.

≤ 0,08

GFI

Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi (Analog dengan R2 dalam regresi berganda)

≥ 0,90

AGFI GFI yang disesuaikan

terhadap DF

≥ 0,90

CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model

≤ 2,00

TLI

Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model

≥ 0,95

CFI

Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sampel dan kerumitan model

≥ 0,95

Sumber : Hair et.al., (1998)

(50)

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihoodratio

chi-square ini bersifat sangat sensitive terhadap besarnya sampel yang

digunakan.Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih cukup 200), statistic

chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan dipandang baik

ata memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik

model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji model yang

sesuai dengan data atau yang fit terdapat data, maka yang dibuthkan justru sebuah

nilai X2 yang kecil dan signifikan. X2 bersifat sangat sensitive terhadap besarnya

sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar.

2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR OF APROXXIMATION

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi

chi-square statistic dalam sampel yang besar.Nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit

yang dapat diharapkan model diestimasi alam populasi. Nilai RMSEA yang lebih

kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya degress of

freedom.

3. GFI – GOODNESS of FIT INDEKS

GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini

akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians

sampel yang dijelaskan oleh kovarians natriks populasi yang terestimasi. GFI

adalah sebuah ukuran non-statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor

fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini

(51)

4. ADJUST GOODNESS of FIT INDEX

AGFI = GFI/df tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila

AGFI mempunyai nilai yang sama dengan atau lebih besar dari 0,90. GFI maupun

AGFI adalah criteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians

alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diintepretasikan

sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai

antara 0,90-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit).

5. CMIN/DF

Sebagai salah satu indicator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model.

Dalam ha ini CMNI/DF tidak lain adalah statistic chi-square, X2 dibagi DFnya

sehingga disebut X2 relatif. Nilai X2 relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang

dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X2 relatif

yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks

kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.

6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS

TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai

yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah

penerimaan ≥ 0,95 nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very good fit.

(52)

Besaran index ini adalah rentang nilai sebesar 0-1, Dimana semakin

mendekati 1, menidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi (a very good fit).

Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0,95. Keunggulan dari indeks ini

besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk

mengukur tingkat penerimaan sebuah model.Indeks CFI adalah identik dengan

Relatif Non Centrality Indeks (RNI).

3.5 KERANGKA MODEL PENELITIAN

Brand Extension

(x)

Brand Equity

(y)

Awareness 

Similarity 

Liking 

Innovation 

Popularity 

Conviction 

Nilai 

Kepercayaan 

Kinerja 

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Pada tanggal 1 Maret 1938, pendiri dan sekaligus chairman Byung-Chull Lee

memulai bisnis di Taegu, Korea dengan modal 30,000 won.Pada awalnya, bisnis

kecil-kecilan Tuan Lee terutama bergerak di bidang ekspor barang dagangan, menjual

ikan, sayur, dan buah-buahan kering dari Korea ke Manchuria dan Beijing. Namun

hanya dalam waktu satu dekade, Samsung—yang secara harfiah berarti “tiga bintang"

dalam Bahasa Korea—telah memiliki pabrik tepung dan pabrik gula sendiri, berikut

mesin dan operasional penjualannya sendiri, dan akhirnya menjadi cikal-bakal sebuah

perusahaan global modern yang saat ini masih tetap mengemban nama yang

sama.Pada tahun 1970-an, Samsung meletakkan dasar-dasar strategis untuk

pertumbuhan perusahaan di masa mendatang dengan cara berinvestasi di dalam

industri berat, industri kimia, dan industri petrokimia.

Selama kurun waktu tersebut, perusahaan juga mengambil langkah untuk

meningkatkan posisi persaingannya di sektor industri tekstil dunia, dengan

menggabungkan proses produksi dari bahan mentah menjadi produk jadi. Hasilnya,

banyak perusahaan baru didirikan termasuk Samsung Heavy Industries Company

(54)

dikenal sebagai Samsung Techwin) di tahun 1977. Pertumbuhan besar-besaran

lainnya untuk Samsung datang dari bisnis peralatan elektronik rumah tangga yang

semakin meningkat. Samsung Electronics, yang kini telah menjadi produsen utama di

pasar Korea, mulai mengekspor produk-produknya untuk pertama kalinya pada

periode ini. Samsung juga memperoleh 50 persen saham Korea Semiconductor, yang

selanjutnya memperkuat posisi Samsung Electronics sebagai pemimpin manufaktur

semikonduktor.Bisnis teknologi inti Samsung mengalami diversifikasi dan

dikembangkan secara global pada akhir 1970an dan awal 1980an.

Pada 1978, Samsung Semiconductor dan Samsung Electronics menjadi

kesatuan yang terpisah.Samsung Aerospace Industries (kini Samsung Techwin)

diluncurkan pada Februari 1987, dan Samsung berhasil mengembangkan teknologi

angkasa luar dengan kecepatan tiada banding.Samsung juga memasuki bisnis

pengembangan sistem, dengan mendirikan Samsung Data Systems pada tahun 1985

(kini dikenal sebagai Samsung SDS) yang menjadi pemimpin untuk Teknologi

Informasi termasuk layanan integrasi sistem, manajemen sistem, konsultasi, dan

jaringan. Fokus Samsung yang semakin meningkat pada teknologi menghasilkan

didirikannya dua institut penelitian dan pengembangan perusahaan (R&D) yang

membantu mengembangkan jangkauannya lebih jauh ke dalam elektronika,

semikonduktor, chemical high polymer, genetic engineering, telekomunikasi optik,

aerospace, dan bidang teknologi baru dari nanoteknologi untuk mengembangkan

arsitektur jaringan. Pada 19 November 1987, Pendiri Samsung Byung-Chull Lee

(55)

laki-lakinya, Kun-Hee Lee menggantikannya sebagai Chairman baru. Selama periode ini,

Samsung memiliki tantangan untuk me-restrukturisasi bisnis lama dan memasuki

bisnis baru dengan tujuan untuk menjadi salah satu dari lima perusahaan elektronik

teratas dunia.

Awal 1990an menghadirkan tantangan besar untuk bisnis teknologi

tinggi.Merger, koalisi dan pembelian adalah hal biasa ketika persaingan dan

konsolidasi semakin berkembang.Perusahaan ditekan untuk memikirkan kembali

teknologi dan penawaran layanannya.Bisnis mulai melintasi perbatasan antarnegara

dan perusahaan.Samsung membuka sebagian besar peluang ini dengan memfokuskan

kembali strategis bisnisnya untuk merespon keinginan pasar dengan lebih baik.Pada

pertengahan 1990an, Samsung merevolusi usahanya melalui dedikasi untuk membuat

produk berkelas dunia, dengan memberikan kepuasan pelanggan sepenuhnya, dan

menjadi perusahaan yang bersih – semua di bawah visi "kualitas adalah yang

utama."Selama masa ini, 17 produk yang berbeda – mulai dari semikonduktor hingga

monitor komputer, dari layar TFT-LCD hingga tabung gambar warna – melonjak

menjadi produk lima terbesar untuk pangsa pasar dunia di setiap bidang produk, dan

12 lainnya mencapai peringkat teratas di bidangnya.

Menjadi nomer satu berarti juga menjalankan sejumlah kewajiban sosial

korporasi, seperti kesejahteraan sosial, konservasi lingkungan, kegiatan kebudayaan,

atau olah raga. Untuk tujuan tersebut, Samsung berpartisipasi aktif dalam pemasaran

olah raga, dan merupakan hasil dari usaha yang sungguh-sungguh, pemimpin

(56)

International Olympic Committee (IOC) pada bulan Juli 1996, sangat meningkatkan

kesan terhadap perusahaan sebagai kontributor utama di bidang atletik

duniaMeskipun pada tahun 1997 terjadi krisis keuangan yang mempengaruhi hampir

semua bisnis di Korea, Samsung menjadi salah satu perusahaan yang dapat terus

tumbuh, berkat kepemimpinannya di bidang teknologi digital dan jaringan, dan

konsentrasinya pada bidang elektronik, keuangan dan layanan terkait.

Samsung merespons krisis dengan mengurangi jumlah perusahaan afiliasi

menjadi 45 (jumlah yang sesuai dengan aturan pada Peraturan Monopoli dan Hukum

Perdagangan Bebas), mengurangi hampir 50.000 orang karyawan, menjual 10 unit

bisnis, dan meningkatkan struktur keuangan, menurunkan rasio utang pada tahun1997

sebesar 365% menjadi 148% pada akhir tahun 1999. Era digital telah membawa

perubahan – dan kesempatan – yang revolusioner bagi bisnis secara global, dan

Samsung telah menjawabnya dengan teknologi yang canggih, produk yang

kompetitif, dan inovasi yang konstan. Di Samsung, kami memandang setiap

tantangan sebagai peluang dan kami yakin bahwa kami telah menempati posisi

sempurna sebagai salah satu pemimpin yang diakui dunia di industri teknologi digital.

Komitmen kami untuk menjadi yang terbaik di dunia telah membuat kami sebagai

pemegang pangsa pasar global terbesar untuk tiga belas item di antara produk kami,

termasuk semikonduktor, TFT-LCD, monitor dan ponsel CDMA. Dengan pandangan

ke depan, kami telah membuat kemajuan bersejarah di bidang riset dan

(57)

semikonduktor khusus pesanan, DRAM dan SRAM, dan juga memproduksi LCD

yang terbaik di kelasnya, telepon seluler, peralatan digital, dan lebih banyak lagi.

4.1.2 Visi Perusahaan

Samsung dipandu oleh satu visi: memimpin pergerakan konvergensi digital.

Kami meyakini bahwa melalui inovasi teknologi saat ini, kami akan menemukan

solusi yang kami perlukan untuk menghadapi tantangan hari esok. Teknologi

membuka kesempatan—bagi bisnis untuk tumbuh, bagi warga negara di pasar yang

sedang berkembang untuk hidup sejahtera dengan memasuki tahap ekonomi digital,

dan agar masyarakat dapat menemukan peluang baru.Tujuan kami adalah

mengembangkan teknologi yang inovatif dan proses efisien yang menciptakan pasar

baru, memperkaya hidup semua orang, dan terus menjadikan Samsung sebagai

pemimpin digital yang terpercaya.

4.1.3 Misi Perusahaan

Semua yang kami lakukan di Samsung dipandu oleh misi kami: menjadi

“digital-εCompany” yang terbaik.Samsung tumbuh menjadi perusahaan global

dengan menghadapi tantangan secara langsung. Dalam tahun-tahun kedepan,

orang-orang kami yang berdedikasi akan terus menghadapi banyak tantangan dan

memberikan ide-ide kreatif untuk mengembangkan produk dan layanan yang

memimpin pasar. Kecerdasan mereka akan terus menjadikan Samsung sebagai

(58)

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Karakteristik Responden

a. Besrdasarkan Usia

Berdasarkan hasil pengolahan data dari kuesioner yang

terkumpul berdasarkan usia konsumen menunjukkan hasil yang dapat

dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

b. Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil pengolahan data dari kuesioner yang

terkumpul berdasarkan jenis kelamin konsumen menunjukkan hasil

yang dapat dilihat dalam table di bawah ini :

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Usia Jumlah Prosentase (%) 25-35 Tahun 57 57

36-45 Tahun 29 29 >45 Tahun 14 14

Total 100 100

Jenis Kelamin Jumlah Pros

Gambar

TABEL 1.1 BRAND VALUE INDUSTRI ELEKTRONIK TAHUN 2009-2011
GAMBAR 2.1 BRAND EQUITY CHAIN
Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Variabel Brand Equity
Tabel 3.1 Goodness of Fit Indices
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi para Akademisi diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam pembahasan pengaruh pengaruh eWOM terhadap brand equity handphone Merek Samsung pada Media Sosial di

Leni Hidayah, 0803132, Pengaruh Kinerja Program Line Extension Terhadap Brand Equity (Survei Pada Konsumen Susu Pertumbuhan Merek Dancow di.. Kelurahan Tamansari

Sehingga dapat dikatakan apabila konsumen memiliki kesadaran merek yang tinggi maka akan membuat konsumen memiliki persepsi kualitas yang baik akan merek tersebut yang

Samsung Galaxy memiliki daya tahan baterai yang lebih lama dibanding smartphone merek lainnya. Samsung Galaxy memiliki loudspeaker yang tidak mudah pecah dibanding smartphone

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan Samsung untuk mengetahui pengaruh harga, merek, fitur, dan desain produk terhadap kepuasan konsumen

Semakin ketatnya persaingan antar pengusaha elektronik dalam memasarkan produknya dan menurun jumlah penjualan Samsung di masa pandemi membuat perusahaan Samsung

Penelitian ini sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Rahmi dan Nelly 2018, dengan judul penelitian “Pengaruh Brand Image dan Sikap Konsumen Terhadap Ekuitas Merek Pada Produk Ija

Artikel ini membahas mengenai pengaruh Jerome Polin sebagai Brand Ambassador Smartphone Samsung terhadap keputusan pembelian konsumen di