• Tidak ada hasil yang ditemukan

PORNOGRAFI IKLAN DALAM MAJALAH For Him Magazine (Studi Analisis isi Pornografi Perempuan Dalam Iklan Di Majalah Pria For Him Magazine).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PORNOGRAFI IKLAN DALAM MAJALAH For Him Magazine (Studi Analisis isi Pornografi Perempuan Dalam Iklan Di Majalah Pria For Him Magazine)."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

ADJENG RACHMA ORCHIDIFA NPM. 0743010093

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Disusun Oleh :

ADJENG RACHMA ORCHIDIFA NPM. 0743010093

Telah disetujui untuk mengikuti Seminar/ Ujian Skripsi. Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dra.Sumardjijati, Msi NIP.19 620323 199 309 2001

Mengetahui, DEKAN

(3)

ADJENG RACHMA ORCHIDIFA 0743010093

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 27 Januari 2011

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1. KETUA

Dra.Sumardjijati,M.si Dra.Sumardjijati, M.si

NIP.19 620323 199 309 2001 NIP.19 620323 199 309 2001 2. Sekretaris

Dra.Herlina Suksmawati, M.si NIP.19 641225 199 309 2001 3. Anggota

Dra. Dyva Claretta, M.si NPT. 3 660 19400 251

Mengetahui, DEKAN

(4)

Segala puji syukur atas segala nikmat dan karunia yang Engkau berikan sehingga hambamu ini dapat menjalani hidup ini serta Engkau jua lah yang memberi kekuatan sehingga hamba bisa mengerjakan dan menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul :

“Pornografi Iklan Dalam Majalah For Him Magazine

(Studi Analisis Isi Perempuan Dalam Iklan di Majalah Pria For Him Magazine)”

Sholawat serta salam dan rasa cintaku akan selalu tercurah hanya kepadamu wahai baginda Rasul penyeru manusia kedalam cahaya kebenaran serta pemberi suri tauladan yang baik bagi seluruh umat di dunia, hanya padamu kami memohon syafa’at.

(5)

1. Ayah dan Ibu tercinta yang telah membimbing dan mendidik buah hatinya penuh cinta dan kasih sayang meskipun sering membuat kesalahan

2. Kakak dan adik-adik yang aku sayangi, “terima kasih atas dukungan dan nasehat kalian.”

3. Ibu Dra.Ec.Hj.Suparwati, Msi, Dekan Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Juwito, S.Sos, Msi., Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Dra.Sumardjijati, Msi., selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan dorongan demi terselesainya skripsi.

6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Sahabat-sahabat saya , yang telah memberikan dorongan serta semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Saudara-saudara saya, yang telah membantu mencarikan data-data dan kebutuhan-kebutuhan yang saya perlukan dalam menggarap skripsi ini. 9. Untuk orang ‘terdekat’ saya, Indra Eko, terima kasih atas dorongan,

(6)

Penulis menyadari adanya kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penggarapan skripsi ini. Maka dari itu, penulis membutuhkan saran, kritik dan semoga bisa berguna serta bermanfaat bagi para pembaca. Semoga kita semua termasuk orang yang senantiasa bermanfaat bagi sesama, agama, bangsa dan negara serta berbahagia di dunia dan akhirat. Amin.

Surabaya, Januari 2010

(7)

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...ii

ABSTRAKSI...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...v

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Perumusan Masalah...7

1.3 Tujuan Penelitian...7

1.4 Kegunaan Penelitian...7

Bab II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori...9

2.1.1 Majalah Sebagai Media Komunikasi Massa...9

2.1.2 Pengertian Periklanan...10

(8)

2.1.6 Majalah...19

2.1.7 Iklan dalam Majalah...22

2.1.8 Analisis Isi...23

2.1.9 Desain Analisis Isi...27

2.1.10 Teori Gatekeeper...29

2.1.11 Perempuan...31

2.1.12 Perempuan dalam Iklan...31

2.1.13 Pornografi...33

2.2 Undang-Undang Dasar Pornografi...36

2.3 Kategorisasi...40

2.4 Kerangka Berpikir...42

Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Definisi Operasional...43

3.1.1 Operasional Konsep Isi Seksualitas dalam Iklan di Majalah FHM...43

(9)

3.4 Teknik Pengumpulan Data...49

3.5 Uji Keterhandalan...50

3.5 Metode Analisis Data...52

Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian...54

4.2 Penyajian dan Analisis Data...55

4.2.1 Pornografi Dalam Iklan Majalah FHM...55

4.2.2 Kategorisasi Pornografi...55

Bab V Kesimpulan 5.1 Kesimpulan...65

5.2 Saran...66

LAMPIRAN

(10)

Tabel 4.1 Kategorisasi-kategorisasi Pornografi Dalam Iklan Di Majalah For Him Magazine Pada Bulan Januari-Desember 2010...55

Tabel 4.2 Sub Kategorisasi Pornoteks Dalam Iklan Di Majalah Pria FHM Pada Bulan Januari-Desember 2010...57

(11)

MAJALAH For Him Magazine (Studi Analisis Isi Perempuan Dalam Iklan Di Majalah Pria For Him Magazine).

Penelitian ini didasarkan dengan adanya fenomena pornografi pada sebuah iklan. Saat ini, model perempuan sering digunakan dalam berbagai macam produk iklan. Bahkan, sebuah produk yang tidak ada kaitannya dengan perempuan pun, banyak iklan yang menggunakan model perempuan untuk memasarkan produknya tersebut. Tak jarang pula iklan-iklan menyertakan foto/gambar perempuan setengah bugil dan pakaian ekstra minim. Pornografi perempuan dalam iklan sering kita jumpai di majalah pria dewasa, salah satunya majalah FHM yang akan penulis teliti.

Dalam penelitian ini, digunakan penelitian kuantitatif dengan metode studi analisis isi dan teori gatekeeper dalam meneliti pornografi perempuan dalam iklan di majalah FHM. Kemudian ditetapkan beberapa kategorisasi pornografi yang didasari oleh UUD Pornografi Nomor 44 Tahun 2008.

Penghitungan akhir, penulis menggunakan penghitungan rumus Holsty dan dikuatkan lagi dengan rumus Scott. Dari hasil kedua penghitungan tersebut, penulis melakukan uji keterhandalan untuk menentukan apakah data-data yang diperoleh handal atau tidak.

Data-data tersebut dikelompokkan menurut kategorisasi yang telah ditetapka oleh penulis. Setelah itu diprosentasekan untuk mendapatka hasil prosentase seberapa sering kategorisasi tersebut muncul dalam setahun. Kemudian penulis menganalisa hasil akhir dari data-data tersebut dengan adanya UUD Pornografi yang mana kategorisasi-kategorisasi tersebut melanggar beberapa ketentuan UUD Pornografi Nomor 44 Tahun 2008.

(12)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini dunia periklanan Indonesia makin terus berkembang, iklan juga

merupakan salah satu cara yang efektif dalam memasarkan dan mempromosikan

segala sesuatu. Misalnya, produk, jasa, ide, citra, dan lain-lain. Periklanan sendiri

merupakan suatu bentuk komunikasi massa yang menyampaikan informasi pasar

untuk mempertemukan pembeli dan penjual di tempat penjualan produk. Iklan adalah

segala bentuk penyajian informasi dan promosi secara tidak langsung yang dilakukan

oleh sponsor untuk menawarkan ide, barang atau jasa. (Mahmud,2010 : 139).

Periklanan sangat populer karena dapat menjangkau konsumen potensial

dalam jumlah yang sangat besar, baik yang dapat membaca atau tidak, secara

langsung.(Marcel,2010 : 366). Dalam menciptakan suatu pencitraan yang positif pada

suatu produk, diperlukannya suatu gagasan ataupun ide. Gagasan dibalik penciptaan

citra untuk suatu produk adalah berbicara langsung pada tipe-tipe individu tertentu,

bukan pada semua orang, sehingga para individu ini dapat melihat kepribadian

mereka diwakili melalui citra gaya hidup yang diciptakan iklan untuk produk-produk

tertentu. Citra produk dikukuhkan lebih jauh dengan teknik mitologisasi. Ini

(13)

iklan dan pariwara. Misalnya, pencarian produk kecantikan, strategi secara harfiah

dapat dilihat pada orang-orang yang mucul dalam iklan dan pariwara. Mereka

tipikalnya adalah orang-orang yang “tidak nyata”. Pengiklan modern menekankan

bukan produk, tetapi makna sosialyang diharapkan akan terwujud dari pembelian

produk. Jelas bahwa pengiklan cukup ahli dalam menjejakkan kakkinya pada alam

bawah sadar pengalaman bathin yang sama dengan yang dulu hanya dijelajahi oleh

para filsuf, seniman, dan pemikir agama.(Marcel,2010 : 368)

Iklan adalah media promosi produk tertentu, dengan tujuan produk yang

ditawarkan terjual laris. Untuk itu iklan dibuat semenarik mungkin, sehingga

terkadang dapat dinilai terlalu berlebihan, serta mengabaikan sisi psikologis,

sosiologis, ekologis, dan estetika penonton atau sasaran produk yang diiklankan.

Wacana penggunaan perempuan sebagai pemanis dan daya tarik sebuah iklan adalah

suatu hal yang sering terjadi. Penggunaan perempuan sebagai model dan pemanis

iklan bertujuan untuk menarik para pembaca agar menggunakan dan memakai produk

yang dipasarkan tersebut.

Dalam media cetak umum seperti majalah-majalah untuk wanita, remaja

ataupun majalah umum lainnya, penggunaan perempuan dalam sebuah iklan

disesuaikan dengan jenis produk yang akan dipromosikan. Seperti iklan bumbu

masakan, maka model perempuan yang digambarkan dalam iklan tersebut adalah

seorang ibu rumah tangga yang lembut dan keibuan yang sedang memasak untuk

(14)

yang sedang meminum atau mencoba minuman tersebut. Namun, lain halnya dengan

iklan dalam majalah pria, yang lebih menekankan pada perempuan sebagai pemanis

dan daya tarik seksualitasnya.

Beberapa majalah pria khususnya, menampilkan sejumlah model perempuan

dalam penyertaan iklannya. Tidak jarang dalam majalah pria menampilkan beberapa

model perempuan dengan pakaian yang sangat minim. Hal ini membuktikan bahwa

adanya pengarahan seksualitas perempuan untuk kepentingan laki-laki. Sebuah iklan

yang ditujukan kepada laki-laki dewasa, bahkan tidak menghadirkan laki-laki itu

sendiri meskipun demikian ia hadir melalui simbol-simbol maskulinitas yang

direpresentasi oleh perempuan yang merupakan objek seksualnya. Banyak produk

yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan tubuh perempuan, menampilkan

tubuh perempuan semata-mata karena tubuh perempuan merupakkan nilai jual bagi

produk itu. Dengan memerhatikan iklan, baik yang di media cetak atau yang muncul

dalam tayangan televisi, terlihat adanya konstruksi seksualitas perempuan sebagai

cara penundukkan perempuan dalam kuasa laki-laki.(Aquarini,2006:321-322).

Fisik perempuan memiliki daya tarik tersendiri. Tidak heran bila manusia

jenis kelamin ini menjadi sasaran favorit bagi pihak dan profesi, baik fotografer,

pengiklan, pemasar, dan sebagainya. Daya tarik manusia perempuan tersebut

memang sangat khas, unik dan spesifik yang tidak bisa ditemui pada manusia berjenis

kelamin laki-laki. Tubuh perempuan juga dianggap sebagai ‘barang seni’, sehingga

(15)

digambarkan dalam berbagai foto, lukisan, dan lain-lain. Karakter perempuan itu juga

disadari oleh para pembuat iklan. Dengan menggunakan perempuan, pesan iklan

diyakini jadi lebih menarik. Penggunaan perempuan dalam iklan karena perempuan

memiliki seluruh karakter yang bisa diperjualbelikan. Menurut Martadi dalam

Rendra, penggunaan perempuan dalam iklan adalah agar iklan mampu menjual.

Perempuan dipercaya mampu meningkatkan penjualan produk. Bila target

pemasarannya perempuan kehadirannya merupakan wajah aktualisasi yang mewakili

jati diri / eksistensinya.(Rendra,2006:1-3)

Penggunaan perempuan sering diibaratkan sebagai sosok yang dapat menarik

perhatian para sehingga tidak heran bila perempuan sering digunakan dalam iklan.

Setidaknya penggunaan perempuan dalam iklan akan menambah daya tarik khalayak

untuk menikmati pesan iklan. Perempuan adalah bumbu sebuah iklan. Pelibatan

perempuan dalam iklan akan membuat iklan semakin sedap untuk dinikmati. Karena

hal itulah maka tidak jarang pula penggunaan perempuan dalam iklan terutama dalam

majalah pria, perempuan sering mengumbar sebagian tubuh dan kemolekannya

sebagai daya tarik iklan tersebut. Model perempuan tersebut mempertontonkan

belahan dadanya, perut, dan pose-pose yang mengundang birahi para pria.

Fungsi dari penggunaan perempuan seksi dalam iklan adalah untuk menarik

para konsumen untuk memakai atau menggunakan produk tersebut. Meningkatkan

jumlah oplah pasar demi meraih sebuah keuntungan dengan menggunakan sebagian

(16)

pria tidak semua iklan yang dipasarkan adalah produk untuk wanita melainkan untuk

pria. Produk-produk untuk pria yang tidak ada hubungannya dengan wanita justru

memakai model perempuan, bahkan model tersebut terlihat seksi dan vulgar.

Pada penelitian ini, objek yang disorot adalah tokoh perempuan yang menjadi

model iklan. Keindahan yang dimiliki perempuan dalam kesehariannya, membentuk

steriotipe dan membawa mereka ke sifat-sifat di sekitar keindahan itu. Antara lain,

perempuan harus tampil menawan, pandai mengurus rumah tangga, memasak, tampil

prima untuk menyenangkan suami dan lain-lain. (Kompas dalam Rendra,2007:44).

Unsur ekploitasi dalam iklan ini nampak pada model perempuan cantik sebagai daya

tarik dan pemanis iklan. Sedemikian kuatnya citra perempuan dalam konstruksi

tradisional, sehingga Esther H Kuncara dalam buku Rendra Widyatama, menuliskan

bahwa perempuan adalah makhluk yang dimaksudkan untuk dilihat dan bukan untuk

didengar.(2007:45)

Kalaupun perempuan ditampilkan di tempat publik, dalam iklan cenderung

direpresentasikan sebagai tempat untuk “memamerkan” kecantikan serta tetap

mencerminkan steriotipe tradisionalnya sebagai seorang perempuan yang selalu ingat

pada urusan domestik.(Rendra,2007:47)

Banyaknya penyertaan perempuan sebagai model majalah pria, membuat

peneliti semakin tertarik dalam melakukan penelitian ini. Dalam majalah pria, model

(17)

sering berpakaian sangat minim, dengan mempertontonkan belahan-belahan dadanya,

perut serta paha yang sengaja diciptakan untuk membakar nafsu birahi orang lain,

sehingga merangsang syahwatnya serta menimbulkan pikiran-pikiran jorok dalam

benaknya. Penyertaan perempuan-perempuan seksi dalam iklan majalah pria

diciptakan sebagai daya jual agar konsumen dapat terus tertarik untuk melihat dan

membaca majalah tersebut.

Dibandingkan dengan majalah umum lainnya, pemakaian model iklan

perempuan tidak sevulgar iklan dalam majalah pria. Model iklan yang digambarkan

dalam media cetak umum disesuaikan dengan produk yang akan dipromosikan. Lain

halnya dengan iklan dimajalah pria, produk untuk pria yang sama sekali tidak ada

hubungannya dengan perempuan pun memakai model iklan perempuan. Bahkan tidak

jarang pula perempuan tersebut memakai pakaian yang sama sekali tidak sesuai

dengan produk yang dipasarkan. Hal ini merupakan eksploitasi bagi kaum

perempuan, sosok perempuan dalam pikiran lelaki diibaratkan sebagai bahan untuk

seksualitas saja dan sama sekali tidak dihormati.

Berdasarkan adanya fenomena pornografi perempuan di media massa

khususnya model iklan dalam majalah pria maka peneliti tertarik untuk melakukan

studi analisis isi. Dengan tujuan sebagai bahan untuk membuat kesimpulan serta

(18)

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

studi analisis data terhadap iklan yang memakai model perempuan dalam majalah

pria untuk mengetahui eksploitasi perempuan dalam iklan.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa saja isi pornografi yang

ditampilkan dalam iklan di majalah FHM ?.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pornografi

iklan dalam majalah For Him Magazine.

1.4 Kegunaan Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah

referensi kepustakaan bagi Universitas Pembangunan Nasional terutama

mengenai penelitian yang berkaitan dengan komunikasi massa khususnya

(19)

2. Kegunaan Praktis

Diharapkan dapat menjadi kerangka acuan bagi pihak produsen dan

(20)

9 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Majalah Sebagai Media Komunikasi Massa

Tak bisa dipungkiri bahwa kegunaan media massa dalam kehidupan

masyarakat sangat erat. Media memberikan begitu banyak informasi yang penting

dalam kelangsungan hidup masyarakat. Media juga memberikan pengaruh yang

negatif dan positif didalam hidup masyarakat, media memberikan model dan contoh

yang mengarahkan perkembangan dan perilaku kita dalam melakukan berbagai hal.

Salah satunya adalah media cetak yang berperan penting dalam memberikan

informasi-informasi terkini kepada khalayak. Baik itu informasi mengenai politik,

budaya ataupun sekedar artikel yang membahas tentang kehidupan seseorang.

Majalah sebagai media massa tidak melepaskan konsekuensinya sebagai alat

yang ampuh dalam menyebarkan informasi, edukasi, dan budaya. Walau majalah

ataupun media cetak lainnya mengikuti waktu periodik terbitnya setiap pagi atau

petang, sebagai harian, mingguan, bulanan, namun tak mengurangi keinginan

masyarakat dalam menerima segala informasi yang diberikan oleh majalah atau

(21)

individu, institusi, dan masyarakat sebagai suatu keseluruhan terhadap media massa

untuk berbagi informasi dan layanan masyarakat.

2.1.2 Pengertian Periklanan

Istilah periklanan (advertising) berasal dari kata latin abad pertengahan

advertere, “mengarahkan perhatian kepada”. Istilah ini menggambarkan tipe atau bentuk pengumuman publik yang dimaksudkan untuk mempromosikan penjualan

komoditas atau jasa spesifik, atau untuk menyebarkan sebuah pesan sosial atau

politik.(Marcel,2010 : 362).

Menurut Kleper, iklan berasal dari bahasa Latin, ad-vere yang berarti

mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain. Tampaknya pengertian

semacam ini sama halnya dengan pengertian komunikasi. Pengertian tersebut masih

bermakna umum, tidak jauh berbeda dengan apa yang ditliskan oleh Wright. Wright

menuliskan bahwa iklan juga merupakan sebentuk penyampaian pesan sebagaimana

kegiatan komunikasi lainnya. Secara lengkap, ia menuliskan bahwa iklan merupakan

suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan sangat penting sebagai alat

pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan, serta gagasan atau

ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif. Pengertian

yang disampaikan oleh Klepper dan Wright, mengandung makna bahwa iklan

(22)

umumnya. Hanya saja Wright menekankan iklan sebagai alat pemasaran sehingga

pesan iklan harus persuasif. (Liliweri dalam Rendra,2007 : 15).

Di Indonesia sendiri istilah iklan sering disebut dengan istilah lain, yaitu

advertensi dan reklame. Kedua istilah tersebut diambil begitu saja dari bahasa aslinya, yaitu bahasa Belanda (advertensi) dan Perancis (reklame). Namun secara

resminya, sebutan kata iklan lebih sering digunakan dibanding dengan istilah

advertensi dan reklame. Beberapa ahli memaknai iklan dalam beberapa pengertian. Ada yang mengartikan dalam sudut pandang komunikasi, murni periklanan,

pemasaran, dan ada pula yang memaknai dalam perspektif psikologi. Kesemua

definisi tersebut membawa konsekuensi arah yang berbeda-beda. Bila dalam

perspektif komunikasi cenderung menekankan sebagai proses penyampaian pesan

dari komunikator kepada komunikan. Dalam perspektif iklan cenderung menekankan

pada aspek penyampaian pesan yang kreatif dan persusif yang disampaikan melalui

media khusus. Perspektif pemasaran lebih menekankan pamaknaan iklan sebagai alat

pemasaran, yaitu menjual produk.(Rendra,2007 : 14-15).

Di Indonesia, Masyarakat Periklanan Indonesia mengartikan iklan sebagai

segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu

media dan ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Sementara istilah

periklanan diartikan sebagai keseluruhan proses yang meliputi persiapan,

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan.(Riyanto dalam

(23)

Terkait dengan pemahaman arti iklan dalam akumulasinya dengan pemaknaan

komunikasi massa tersebut, fungsi iklan lebih bersifat persuasif, yakni berfungsi

menyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima dengan tujuan

mempengaruhinya agar menghubungkan representament dengan objek tertentu.

Namun, sejalan dengan perkembangan zaman, serta perubahan yang terjadi dalam

organisasi produksi system ekonomi kapitalisme, maka gaya, isi dan fungsi iklan juga

senantiasa mengalami perubahan. Pada awalnya, iklan menggunakan pendekayan

yang berorientasi pada produk dalam penyajiannya. Artinya, iklan untuk suatu produk

barang atau jasa yang ada, selalu ada korelasinya yang dekat dengan substansi nilai

guna produk tertentu yang diiklankannya, mulai dari segi fungsi harga maupun

kualitasnya.(Kasiyan,2008 : 152-153).

2.1.3 Tujuan Periklanan

Iklan digunakan secara luas untuk mempromosikan segala sesuatu. Misalnya,

digunakan untuk mempromosikan produk, jasa, ide, citra, penerbitan, dan bahkan

orang. Berdasarkan sesuatu yang dipromosikan, iklan diklasifikasikan sebagai iklan

institusi atau lembaga, dan iklan produk. Iklan institusi mempromosikan citra

perusahaan dan iklan produk berfungsi mempromosikan barang dan jasa. Perusahaan

dan lembaga lain menggunakan teknik untuk mempromosikan penggunaan, ciri, citra

dan manfaat produk yang dihasilkan. Beberapa tujuan periklanan, (Mahmud,2010 :

(24)

a. Mendorong peningkatan permintaan

Iklan produk digunakan untuk mendorong permintaan secara langsung.

Iklan perdana menginformasikan kepada khalayak tentang berbagai sifat dan

cirri produk yang diiklankan, manfaat, cara penggunaan, dan tempat

penjualannya yang bertujuan untuk mendorong peningkatan permintaan

produk.

b. Mengimbangi iklan pesaing

Perusahaan mengurangi dampak program promosi perusahaan pesaing,

digunakan periklanan defensive. Iklan defensive tidak dimaksudkan untuk

meningkatkan penjualan atau memperluas pangsa pasar, melainkan untuk

mencegah penciutan pangsa pasar akibat persaingan, yang dapat

menimbulkan resiko.

c. Meningkatkan efektivitas wiraniaga

Perusahaan yang menekankan arti penting upaya promosi pada personal

selling memenfaatkan iklan untuk meningkatkan efektifitas personal penjualan. Iklan yang ditujukan kepada konsumen sebelum konsumen

membelinya dengan cara memberikan informasi mengenai produk dan

dengan memberikan dorongan agar mereka menghubungi penyalur setempat

atau wiraniaga. Bentuk iklan ini membantu wiraniaga untuk mendapatkan

(25)

d. Meningkatkan penggunaan produk

Permintaan absolut atas produk yang ditawarkan untuk setiap perusahaan

jumlahnya terbatas. Karena batas absolute pada permintaan dan kondisi

persaingan, perusahaan dapat meningkatkan penjjualan produk pada suatu

pasar geografis hanya sebatas untuk tujuan tertentu. Untuk meningkatkan

penjualan dibalik tujuan tersebut, perusahaan harus memperluas pasar

geografis dan menjual kepada lebih banyak konsumen dan harus

mengembangkan serta meningkatkan jumlah penggunaan produk yang lebih

besar.

e. Menguatkan citra produk dalam ingatan konsumen

Untuk mengingatkan konsumen tentang merk ternama yang telah dikenal

luas, perusahaan dapat menggunakan ’iklan pengingat’ agar konsumen

mengetahui bahwa merk tersebut masih ’hidup’ dan beredar di sekeliling.

Iklan ini bertujuan untuk mengingatkan konsumen pada ciri, penggunaan

dan manfaat.

f. Mengurangi fluktuasi penjualan

Permintaan produk mengalami pasang surut dari waktu ke waktu karena

berbagai faktor seperti iklim, liburan, musim dan kebiasaan. Dalam kondisi

(26)

mengurangi tingkat fluktuasi. Pada waktu periklanan mengurangi fluktuasi.

Manajer dapat menggunakan sumber daya perusahaan agar lebih efisien.

2.1.4 Komunikasi Periklanan

Dalam komunikasi periklanan, tidak hanya menggunakan bahasa sebagai

alatnya, tetapi juga alat komunikasi lainnya seperti gambar, warna dan bunyi. Iklan

disampaikan melalui dua saluran media massa, yaitu media cetak dan media

elektronika. Iklan menggunakan sistem tanda yang terdiri atas lambang, baik yang

verbal maupun nonverbal.

Lambang verbal adalah bahasa yang kita kenal, lambang nonverbal adalah

bentuk dan warna yang disajikan dalam iklan. Ikon adalah bentuk dan warna yang

serupa atau mirip dengan keadaan sebenarnya seperti gambar benda, orang atau

binatang. Ikon disini digunakan sebagai lambang. (Sobur,2006 : 116)

Kajian sistem tanda dalam iklan juga mencakup objek. Objek iklan adalah hal

yang diiklankan. Untuk menganalisis iklan, hal-hal yang perlu dipertimbangkan,

(Berger dalam Sobur, 2006 : 117), sebagai berikut :

1. Penanda dan petanda

2. Gambar, indeks, dan symbol

3. Fenomena sosiologi: demografi orang didalam iklan dan orang-orang yang

(27)

4. Sifat daya tarik yang dibuat untuk menjual produk, melalui naskah dan

orang-orang yang dilibatkan di dalam iklan

5. Desain dari iklan, warna dan unsur estetik lainnya

6. Publikasi yang ditemukan didalam iklan, dan khayalan yang diharapkan oleh

publikasi tersebut.

Untuk menganalisis iklan menurut Roland Barthes, pesan yang dikandungnya

yaitu pesan linguistik (semua kata dan kalimat dalam iklan), pesan ikonik yang

terkodekan (konotasi yang muncul dalam iklan, yang hanya dapat berfungsi jika

dikaitkan dengan system tanda yang lebih luas dalam masyarakat), dan pesan ikonik

tak terkodekan (denotasi dalam iklan). (Sobur, 2006 : 119)

2.1.5 Media Periklanan

Perusahaan menggunakan jasa berbagai media untuk menyampaikan rencana

pesan atau informasi kepada audience sasaran. Di antara media yang ada, dalam

uraian ini dapat disebutkan empat klasifikasi media, yaitu media elektronik (televisi

dan radio), media cetak (surat kabar dan majalah), media luar ruang dan media

lainnya.

Untuk mengambil keputusan dalam penetapan media iklan, diperlukan

(28)

didasarkan pada beberapa keputusan penting, (Mahmud,2010 :146-147), yakni

sebagai berikut :

1. Khalayak sasaran

Keputusan ini harus doterangkan dengan tepat berdasarkan data demografis.

Media pada umumnya seperti; surat kabar, majalah, tabloid, saluran televisi

mempunyai profil audience tertentu, sehingga media perlu disesuaikan jika

pemasang iklan bermaksud memasuki pasar baru dengan khalayak sasaran

tertentu.

2. Wilayah Demografis

Dalam hal ini pemilihan media didasarkan pada wilayah demografis yang

akan dijadikan tujuan distribusi untuk ketersediaan produk di wilayah

pemasaran tertentu.

3. Waktu yang tepat

Produk tertentu dijual secara musiman dan produk yang lain mengalami

puncak penjualan setiap akhir pecan. Iklan pun harus dijadwalkan sesuai

dengan fluktuasi pasar.

4. Cara memilih media

Pemilihan media pada umumnya ditentukan oleh jenis pesan kreatif yang akan

(29)

tindakan dan demonstrasi, televisi merupakan pilihan yang sesuai. Untuk

berbagai produk makanan yang penjualannya didasarkan pada selera,

digunakan majalah sebagai media iklan, sebab gambar dapat dicetak berwarna

sehingga dapat membangkitkan selera.

Disamping itu, media cetak pun memiliki kekuatan dan kelemahan begitu

pula dengan majalah. Majalah juga memiliki kekuatan dan kelemahan, yaitu :

1. Kekuatan majalah

Kualitas gambar majalah pada umumnya sangat baik karena merupakan

perpaduan antara bahan bermutu tinggi dan teknologi cetak modern. Ini

memberikan fleksibilitas bagi pemasang iklan dalam dimensi visual untuk

menyampaikan pesan, yang dapat digunakan untuk menciptakan dampak yang

menarik perhatian pembaca. Jumlah oplah yang besar dan jangkauan yang

luas memungkinkan majalah untuk lebih berhasil dalam mencapai audience

sasaran daripada media lainnya.

2. Kelemahan majalah

Pertumbuhan audience majalah telah mengalami penurunan dalam tingkat

perkembangan periklanan. Karena itu, nilai periklanan dalam majalah pun

mengalami penurunan dibandingkan media lain. Untuk menata ruang spasi

(30)

dapat dipublikasikan. Ini mengurangi fleksibilitas jadwal periklanan yang

telah ditetapkan. (Mahmud,2010:148-149)

2.1.6 Majalah

Sejak reformasi bergulir di Indonesia, banyak majalah bermunculan. Mereka

mengejar kebutuhan masyarakat akan berbagai informasi, dari yang ringan sampai

yang berat. Di berbagai majalah berita, misalnya, para wartawannya bukan sekedar

melaporkan peristiwa public tapi juga mengejar berbagai informasi yang

tersembunyi. Para wartawan dikirim meliput ke berbagai institusi publik, perusahaan

komersial, atau pemerintahan. Para reporter ditugaskan melaporkan kejahatan, bisnis,

tim sepak bola profesional, dan informasi lainnya. Semua itu, didasari kebijakan

redaksi dan perusahaan yang baik, ditujukan untuk menerbitkan berbagai majalah

dengan masing-masing spesifikasi target pembacanya.(Septiawan,2005:85).

Adanya spesifikasi target pembaca maka majalah pun dikategorikan sesuai

dengan target pembacanya. Berikut beberapa kategori majalah menurut Encyclopedia

Britannica dalam buku Septiawan Santana :

1. Majalah Umum

Sesuai dengan namanya, majalah umum berisi berbagai macam hal dan

ditujukan tidak pada segmen tertentu. Majalah-majalah kategori umum yang

masih tersisa kini mempersempit focus mereka, beberapa diantaranya bahkan

(31)

2. Majalah Berita

Majalah berita merupakan satu bentuk publikasi yang mengombinasikan

unsur aktualisasi peristiwa mingguan dengan peliputan mendalam dan

penulisan feature-mingguan personal. Majalah ini hendak menjangkau

pembaca mingguan, yang ingin mendapatkan kedalaman pemberitaan dengan

tingkat profesionalitas tertentu. Isi majalahnya kebanyakan ditulis dengan

menggunakan pendekatan feature. Majalah semacam ini tidak memberi

banyak peluang bagi para penulis lepas.

3. Majalah Pria

Majalah ini berisikan tentang artikel-artikel yang bersifat pemuas kebutuhan

pria dari hasrat, seks, hobi sampai minat kaum pria lainnya selain itu ciri yang

ditampilkan majalah ini biasanya adalah topik yang sensasional. Ciri-ciri

sajiannya bersifat mengekspos isu tertentu, dalam gaya penuturan yang

simple, langsung pada pokok persoalan sehingga mudah dibaca dan tidak

kelewat ilmiah/akademis. Nadanya ditujukan untuk kesenangan dan hiburan.

Dengan ciri yang semacam itu, tidak heran jika banyak majalah pria berani

menampilkan artikel-artikel yang cukup berani.

4. Majalah Wanita

Materi dalam majalah ini cukup bervariasi, mulai dari yang menawarkan

(32)

persamaan. Termasuk kategori majalah wanita adalah majalah-majalah remaja

putri yang menawarkan sajian-sajian khas kepada pembaca wanita berusia

muda dan kategori majalah wanita dewasa yang artikelnya lebih berisikan

tentang gaya hidup dan peran wanita, diwarnai dengan sifat hiburan yang

cukup kental.

5. Majalah Kota

Majalah kota berkembang seiring dengan matinya majalah-majalah

bersirkulasi nasional. Yang ditawarkan majalah kota adalah artikel-artikel

survival untuk menghadapi problematika kota besar, ditambah sajian-sajian entertaint.

6. Majalah Religius

Sesuai dengan namanya, majalah religius memuat artikel-artikel keagamaan.

Kendati berlatar agama yang sama, jenisnya cukup bervariasi, mulai dari

majalah bergaris keras-fundamentalis sampai yang lunak-kompromistis.

Beberapa diantaranya hanya sekedar bacaan yang ditujukan kepada para

pemimpin keagamaan semacam majalah yang hidup disponsori demi

(33)

2.1.7 Iklan dalam Majalah

Iklan pada awalnya ditentang di berbagai majalah. Alasan-alasan menjaga

nilai-nilai sastrawi (kesustraan) dipakai sebagai penguat penolakan. Akan tetapi,

dewasa ini, iklan sudah menjadi tenaga industri media. Penerbitan majalah, sebagian

besarnya, termasuk medium yang didorong oleh iklan. Perkembangan kehidupan

yang memola waktu masyarakat semakin cepat di abad 20, serta teknologi cetak yang

telah mengirimkan limpahan informasi demikian rupa, telah mendorong tumbuhnya

penerbitan majalah yang ringkas, padat dan pendek

sajian-sajiannya.(Septiawan,2005:91)

Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan majalah sebagai sarana

pemasangan iklan. Yang terpenting adalah dapat membujuk atau mempersuasikan isi

pesan dalam iklan kepada target sasaran. Selain itu juga perlu dipertimbangkan dalam

memilih media cetak adalah frekuensi iklannya, penempatan iklan, perlakuan khusus

dan jangkauan target sasaran.

Iklan yang efektif adalah mampu mempersuasi atau membujuk pelanggan

untuk mencoba, memakai, membuktikan kegunaan dari yang ditawarkan iklan

tesebut. Iklan persuasi menitikberatkan pada upaya mempengaruhi khalayak untuk

melakukan sesuatu sebagaimana dikehendaki oleh komunikator. Karena tujuan yang

ingin dicapai adalah mempengaruhi khalayak, maka bahasa yang digunakan harus

(34)

2.1.8 Analisis Isi

Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan

mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa.

Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol

coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk

komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan

dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan

analisis isi sebagai teknik/metode penelitian. Holsti menunjukkan tiga bidang yang

banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75% dari keseluruhan

studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7 persen), komunikasi umum

(25,9%), dan ilmu politik (21,5%).

Analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi

dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut :

a. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang

terdokumentasi (buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain).

b. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang

menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data

(35)

c. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah

bahan-bahan/data-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi

tersebut bersifat sangat khas dan spesifik.

Terdapat tiga langkah strategis penelitian analisis isi, yaitu :

Pertama, penetapan desain atau model penelitian. Di sini ditetapkan berapa media,

analisis perbandingan atau korelasi, objeknya banyak atau sedikit dan sebagainya.

Kedua, pencarian data pokok atau data primer, yaitu teks itu sendiri. Sebagai analisis

isi maka teks merupakan objek yang pokok bahkan terpokok. Pencarian dapat

dilakukan dengan menggunakan lembar formulir pengamatan tertentu yang sengaja

dibuat untuk keperluan pencarian data tersebut. Ketiga, pencarian pengetahuan

kontekstual agar penelitian yang dilakukan tidak berada di ruang hampa, tetapi

terlihat kait-mengait dengan faktor-faktor

lain.(http://komunikasi-pembangunan.com/2010/05/analisis-isi.html)

Bernard Berlson mendefinisikan analisis isi adalah menjadikan analisis isi

sebagai teknik penelitian yang objektif, sistematis dan deskripsi kuantitatif dari apa

yang tampak dalam komunikasi. Kendatipun banyak kritik yang dapat kita sampaikan

pada definisi Berlson sehubungan perkembangan analisis isi sampai hari ini, namun

catatan mengenai objektif dan sistematik dalam menganalisis isi komunikasi yang

(36)

Analisis isi dapat di pergunakan pada teknik kuantitatif maupun kualitatif,

tergantung pada sisi mana peneliti memanfaatkannya. Dalam penelitian kualitatif,

Analisis Isi ditekankan pada bagaimana peneliti melihat keajekan isi komunikasi

secara kualitatif, pada bagaimana peneliti memaknakan isi komunikasi, membaca

simbol-simbol, memaknakan isi interaksi simbolis yang terjadi dalam komunikasi.

Selain itu penggunaan analisis isi tidak berbeda dengan penelitian kualitatif lainnya.

Hanya saja, karena teknik ini dapat digunakan pada pendekatan yang berbeda (baik

kuantitatif maupun kualitatif), maka penggunaan analisis isi tergantung pada kedua

pendekatan itu. Penggunaan analisis isi untuk penelitian kualitatif tidak jauh berbeda

dengan pendekatan lainnya. Awal mula harus ada fenomena komunikasi yang dapat

diamati, dalam arti bahwa peneliti harus lebih dulu dapat merumuskan dengan tepat

apa yang ingin diteliti dan semua tindakan harus didasarkan pada tujuan

tersebut.(http://shindohjourney.wordpress.com/)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif dalam

melakukan penelitian analisis isi. Prosedur dasar pembuatan rancangan penelitian dan

pelaksanaan studi analisis isi terdiri atas 6 tahapan langkah, yaitu :

1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesisnya.

2. Melakukan sampling terhadap sumber-sumber data yang telah dipilih,

(37)

4. Pendataan suatu sampel dokumen yang telah dipilih dan melakukan

pengkodean,

5. Pembuatan skala dan item berdasarkan kriteria tertentu untuk

pengumpulan data, dan

6. interpretasi/ penafsiran data yang diperoleh.

Urutan langkah tersebut harus tertib, tidak boleh dilompati atau dibalik.

Langkah sebelumnya merupakan prasyarat untuk menentukan langkah berikutnya.

Permulaan penelitian itu adalah adanya rumusan masalah atau pertanyaan penelitian

yang dinyatakan secara jelas, eksplisit, dan mengarah, serta dapat diukur dan untuk

dijawab dengan usaha penelitian.

Pada perumusan hipotesis, dugaan sementara yang akan dijawab melalui

penelitian, peneliti dapat memilih hipotesis nol, hipotesis penelitian atau hipotesis

statistik. Penarikan sampel dilakukan melalui pertimbangan tertentu, disesuaikan

dengan rumusan masalah dan kemampuan peneliti. Pembuatan alat ukur atau kategori

yang akan digunakan untuk analisis didasarkan pada rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian, dan acuan tertentu. Misalnya, kategori tinggi-sedang-rendah,

dengan indikator-indikator yang bersifat terukur. Kemudian, pengumpulan atau

coding data, dilakukan dengan menggunakan lembar pengkodean (coding sheet) yang

sudah dipersiapkan. Setelah semua data diproses, kemudian diinterpretasikan

(38)

Untuk menentukan item-item masuk pada kategori yang telah ditentukan

tersebut pada skala yang telah tersedia, dipakai orang-orang yang dianggap sebagai

juri penilai. Dalam hal ini perlu ditetapkan keterandalan (reliabilitas) alat ukur, dan

kesahihan (validitas) pengukuran.

2.1.9 Desain Analisis Isi

Dapat diidentifikasikan tiga jenis penelitian komunikasi yang menggunakan

analisis isi. Ketiganya dapat dijelaskan dengan teori 5 unsur komunikasi yang dibuat

oleh Harold D. Lasswell, yaitu who, says what, to whom, in what channel, with what

effect. Ketiga jenis penelitian tersebut dapat memuat satu atau lebih unsur “pertanyaan teoretik” Lasswell tersebut.

Pertama, bersifat deskriptif, yaitu deskripsi isi-isi komunikasi. Dalam

praktiknya, hal ini mudah dilakukan dengan cara melakukan perbandingan.

Perbandingan tersebut dapat meliputi hal-hal berikut ini :

1) Perbandingan pesan (message) dokumen yang sama pada waktu yang

berbeda. Dalam hal ini analisis dapat membuat kesimpulan mengenai

kecenderungan isi komunikasi.

2) Perbandingan pesan (message) dari sumber yang sama/tunggal dalam

situasi-situasi yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang pengaruh situasi-situasi terhadap isi

(39)

3) Perbandingan pesan (message) dari sumber yang sama terhadap penerima

yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang pengaruh ciri-ciri audience

terhadap isi dan gaya komunikasi.

4) Analisis antar-message, yaitu perbandingan isi komunikasi pada waktu, situasi

atau audience yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang hubungan dua

variabel dalam satu atau sekumpulan dokumen (sering disebut kontingensi).

5) Pengujian hipotesis mengenai perbandingan message dari dua sumber yang

berbeda, yaitu perbedaan antar komunikator.

Kedua, penelitian mengenai penyebab message yang berupa pengaruh dua

message yang dihasilkan dua sumber (A dan B) terhadap variabel perilaku sehingga menimbulkan nilai, sikap, motif, dan masalah pada sumber B.

Ketiga, penelitian mengenai efek message A terhadap penerima B. Pertanyaan

yang diajukan adalah apakah efek atau akibat dari proses komunikasi yang telah

berlangsung terhadap penerima (with what effect).

(http://andreyuris.wordpress.com/2009/09/02/analisis-isi-content-analysis/)

Analisis isi didahului dengan melakukan coding terhadap istilah-istilah atau

penggunaan kata dan kalimat yang relevan, yang paling banyak muncul dalam media

komunikasi. Dalam hal pemberian coding, perlu juga di catat konteks mana istilah itu

(40)

Klasifikasi dilakukan dengan melihat sejauh mana satuan makna berhubungan dengan

tujuan penelitian. Klasifikasi ini dimaksudkan untuk membangun kategori dari setiap

klasifikasi. Kemudian, satuan makna dan kategori dianalisis dan di cari hubungan

satu dengan lainnya untuk menemukan makna, arti, dan tujuan isi komunikasi itu.

Hasil analisis ini kemudian dideskripsikan dalam bentuk draf laporan penelitian

sebagaimana umumnya laporan penelitian.

Penulis menentukan beberapa kategorisasi untuk melakukan pengkodean

(coding data). Dalam menentukan kategorisasi didasari dengan adanya

undang-undang mengenai pornografi, maka terbentuklah sebuah kategorisasi mengenai

pornografi dengan beberapa subkategorisasi yang telah ditentukan oleh penulis.

2.1.10 Teori Gatekeeper

Istilah gatekeeper pertama kali digunaka oleh Kurt Levin pada bukunya

Human Relation. Istilah ini mengacu pada proses suatu pesan berjalan melalui berbagai pintu, selain itu juga pada orang atau kelompok yang memungkinkan pesan

lewat. Gatekeepers dapat berupa seseorang atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya dari sumber kepada penerima.

Fungsi gatekeeper adalah meyaring pesan yang diterima seseorang.

Gatekeeper membatasi pesan yang diterima komunikan. Seorang gatekeepers dapat memilih, mengubah, bahkan menolak pesan yang disampaikan pada penerima. Editor

(41)

berbagai pesan yang terbit dari suatu media massa bukan lagi milik perseorangan

melainkan hasil rembukan, olahan redaksi atau keputusan dari kebijaksanaan yang

menerbitkannya.

Gatekeeper pada media massa menentukan penilaian apakah suatu informasi penting atau tidak. Dalam media massa terdiri dari bebrapa pihak untuk menyeleksi

isi pesan komunikasi. Gatekeeper mempunyai wewenang untuk tidak memuat berita

yang dianggap tidak penting. Gatekeeper adalah bagian dari institusi media massa

dan hasil kerjanya memiliki efek positif pada kualitas pesan dan berita yang

disampaikan kepada publik.

Peranan gatekeeper menurut John R.Bittner :

1. Meyiarkan informasi kepada pembaca atau komunikan.

2. Untuk membatasi informasi yang diterima dengan mengedit

informasi sebelum disebarkan.

3. Untuk memperluas kuantitas informasi dengan menambah fakta dan

pandagan lain.

4. Untuk mengintepretasikan informasi.

(42)

2.1.11 Perempuan

Perempuan adalah salah satu dari dua jenis kelamin manusia, satunya lagi

adalah lelaki atau pria. Berbeda dengan wanita, istilah “perempuan” dapat merujuk

kepada orang yang telah dewasa maupun yang masih

anak-anak.(http://id.wikipedia.org/wiki/perempuan)

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia perempuan diartikan sebagai orang

(manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan

menyusui. Sedangkan wanita adalah seorang bini atau istri yang sedang hamil.

Dalam banyak hal, kaum perempuan dihadapkan pada situasi yang sulit.

Disatu sisi dia (perempuan) memiliki keinginan untuk maju dalam edukasi dan karir.

Demikian pula, dia banyak dituntut untuk menjaga serta mengurusi sektor domestik.

Pada saat dia meraih semua itu (sukses non domestik), maka ada semacam invisible

hand yang ‘mewajibkan’ perempuan itu kembali mengurusi sektor domestic. Inilah

yang membuat kaum hawa ini menjadi plin-plan, ragu dan selalu cemas.

(http://duniaperempuan.com/)

2.1.12 Perempuan dalam Iklan

Dalam kehidupan sehari-hari, perempuan banyak digunakan dalam iklan.

Keterlibatan tersebut didasari dua faktor utama, yaitu ; pertama bahwa perempuan

adalah pasar yang sangat besar dalam industri. Faktanya lebih banyak produk industri

(43)

luas dipercaya mampu menguatkan pesan iklan. Perempuan merupakan elemen agar

iklan mempunyai unsur menjual. Karena mampu sebagai unsur menjual sehingga

menghasilkan keuntungan, maka penggunaan perempuan dalam iklan tampaknya

merupakan sesuatu yang sejalan dengan ideology kapitalisme. (Rendra,2007:42).

Penggunaan perempuan dalam iklan setidaknya akan menambah daya tarik

khalayak untuk menikmati pesan iklan. Perempuan adalah bumbu sebuah iklan.

Menurut penelitian, ternyata perempuan lebih senang melihat (wajah) perempuan

cantik dibanding (wajah) laki-laki sekalipun berwajah gagah. Oleh karena itu, dapat

kita maklumi bila majalah perempuan ternyata lebih sering menampilkan model

perempuan pada halaman sampulnya dibanding model laki-laki. Apalagi majalah

laki-laki, hampir dipastikan selalu menampilkan perempuan. Tampaknya fakta-fakta

tersebut menguatkan kesimpulan bahwa iklan dipercaya akan mampu mendapatkan

pengaruh bila menggunakan perempuan sebagai salah satu ilustrasi atau modelnya,

bahkan sekalipun produk tersebut bukan dimaksudkan untuk digunakan oleh

perempuan. (Rendra,2002:42)

Tidak saja pada iklan media cetak, tetapi juga semua media iklan yang ada ;

mulai dari media audiovisual yaitu televisi, film, media audio yaitu radio, media

interaktif internet, sampai pada media luar ruang, misalnya poster, baliho, dan

sebagainya. Sebagaimana dituliskan Hervert Rittlinger dalam buku Rendra, secara

(44)

hingga ujung kaki mempunyai keindahan tersendiri sehingga menumbuhkan daya

tarik luar biasa. (Rendra,2007 : 43-45)

Adanya pencitraan negatif (stigma) perempuan yang terepresentasi dalam

iklan secara operasional yang paling menyolok, terutama yang berbasis pada

akumulasi patologi ideology gender dan sistem kapitalisme di masyarakat, adalah

terkait dengan tiga hal pokok. Pertama, adalah persoalan eksploitasi stereotip daya

tarik seksualitas perempuan. Kedua, terkait dengan eksploitasi stereotip seksualitas

perempuan tersebut, maka sebagai konsekuensinya adalah memunculkan adanya

stereotip turunan yang terkait dengannya, yakni eksploitasi stereotip segenap organ

tubuh yang sangat berlebiihan. Ketiga, yang tidak kalah menonjolnya adalah

eksploitasi stereotip domestikisasi atau pengiburumahtanggaan

perempuan.(Kasiyan,2008 : 237)

2.1.13 Pornografi

Pornografi berasal dari bahasa Yunani, istilah ini terdiri dari kata porne yang

berarti wanita jalang dan graphos atau graphien yang berarti gambar atau tulisan, pornografi menunjuk pada gambar atau photo yang mempertontonkan bagian-bagian

terlarang tubuh perempuan. Pengertian ini secara eksplisit menunjukkan bahwa term

pornografi selalu dan hanya berkaitan dengan tubuh perempuan. Dalam konteks

Indonesia, kata porno berubah menjadi cabul, sementara istilah pornografi sendiri

(45)

membangkitkan nafsu birahi atau bahan yang dirancang dengan sengaja dan

semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi dalam seks.(Lutfan,2006 :11)

Tepat kiranya apa yang dikemukakan oleh Johan Suban dalam buku Lutfan.

Menurutnya, pornografi dapat dipahami sebagai suatu penyajian seks secara terisolir

dalam bentuk tulisan, gambar, foto, video kaset, pertunjukkan dan kata-kata ucapan

dengan maksud untuk merangsang nafsu birahi.(2006:13)

Pornografi selalu berkaitan dengan persoalan seksual, lebih dari itu, disebut

pornografi jika tampilan tersebut bertujuan untuk merangsang nafsu birahi. Lesmana

memberikan beberapa kriteria untuk dapat memasukkan suatu gambar, tulisan,

gerakan, atau apapun dalam kategori pornografi atau tidak, yaitu,(Lutfan,2006 :39) :

1. Terdapat unsur kesengajaan untuk membangkitkan nafsu birahi orang lain.

2. Bertujuan atau mengandung maksud untuk merangsang nafsu birahi

(artinya, sejak semula memang sudah ada rencana/maksud di benak

pembuat atau pelaku untuk merangsang nafsu birahi khalayak atau

setidaknya dia mestinya tahu kalau hasilnya dapat menimbulkan

rangsangan di pihak lain).

3. Produk tersebut tidak mempunyai nilai lain kecuali sebagai sexual

(46)

4. Berdasarkan standar kontemporer masyarakat setempat, termasuk sesuatu

yang tidak pantas diperlihatkan atau diperagakan secara umum.

Dari berbagai kenyataan empiris dan melalui pertimbangan yang matang,

serta merujuk pada rumusan-rumusan pengertian yang sudah ada sebelumnya.

Menurut Lutfan Muntaqo, pornografi dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Pornografi adalah pengungkapan permasalahan seksual yang erotis dan sensual melalui suatu media yang bertujuan atau dapat mengakibatkan bangkitnya nafsu birahi atau timbulnya rasa muak, malu, jijik bgi orang yang melihat, mendengar atau menyentuhnya, yang bertentangan dengan agama dan atau adat istiadat setempat.” (2006:40-41).

Kebutuhan tubuh akan seks mempunyai keunikan dan sekaligus persoalan

tersendiri, ia dihujat tetapi juga dibutuhkan, ia ingin mengekspresikan (norma/adat),

keyakinan (agama) dan seterusnya yang selama ini terbentuk dan menjadi acuan

teologis-normatif bagi setiap komunitas. (Lutfan,2006 : 159)

Teks pornografi mendefinisikan hasrat-hasrat erotik dengan mengasingkannya

dari konteks makna alamiahnya, selain terluput juga dari analisis estetika. Sebagai

teks, pornografi biasanya memanfaatkan dan mereduksi tubuh perempuan sebagai

tanda. Menurut Thelma McCormack dalam buku Kasiyan bahwa ada beberapa ciri

menonjol dari teks pornografi, diantaranya adalah pertama, pornografi melakukan

pelanggaran atas kaidah-kaidah sosial baku, karena ia menampilkan bentuk-bentuk

(47)

kaidah-kaidah sosial baku di dalam pornografi ditampilkan seolah-olah ia merupakan

bagian alamiah dari kehidupan sehari-hari, seakan-akan ia memang diperbolehkan

dan dipraktikkan secara luas oleh masyarakat.(2008:258-259).

Dalam hal erotisme pornografi, kebutuhan dapat berarti mendua. Pertama,

objek pornografi (pemilik tubuh dalam gambar porno) atau pencipta pornografi,

umumnya memperoleh bayaran yang cukup besar atas pemuatan gambar porno

miliknya yang dimuat di suatu media massa. Artinya, objek pornografi menghasilkan

sejumlah uang untuk kepentingan pribadi. Kedua, erotisme-pornografi dibutuhkan

masyarakat, karena itu masyarakat memiliki andil yang besar terhadap munculnya

erotisme di media massa. Alasan kedua ini merupakan persoalan substansi yang

menjadikan erotisme media massa sebagai benang kusut yang sulit ditanggulangi dari

masa ke masa. Substansi ini pula yang menyebabkan kontrol sosial masyarakat

terhadap pemberitaan erotisme di media massa menjadi sangat longgar, sementara

pemerintah (penguasa) sendiri tidak mampu berbuat lebih banyak karena kesulitan

piranti hukum. Inilah persoalannya, sehingga erotisme media massa menjadi sisi

gelap media massa dan eksploitasi perempuan terbesar oleh media massa sepanjang

masa. (Burhan,2005:109)

2.2 Undang-Undang Dasar Pornografi

UUD RI nomor 44 Tahun 2008 mengemukakan beberapa pasal mengenai

(48)

Bab 1

Ketentuan Umum

1. Pasal 1

Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi foto, tulisan, suara, bunyi, gambar

bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya

melalui berbagai bentuk mediakomunikasi dan /atau pertunjukan dimuka umum, yang

memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam

masyarakat.

Bab 2

Larangan dan Pembatasan

2. Pasal 4

2.1 Ayat 1

Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak,

menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor,

menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan

pornografi yang secara eksplisit memuat :

a. persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang.

(49)

c. masturbasi atau onani

d. ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan

e. alat kelamin, dan

f. pornografi anak.

2.2 Ayat 2

Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang :

a. menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang

mengesankan ketelanjangan

b. menyajikan secara eksplisit alat kelamin

c. mengekploitasi atau memamerkan aktivitas seksual, dan

d. menawarkan atau mengiklankan, baik langsung maupun tidak

langsung layanan seksual.

3. Pasal 8

Setiap orang dilarang dengan sengaja atau atas persetujuan dirinya menjadi

(50)

Penjelasan Pasal 4 ayat 1 :

Yang dimaksud dengan “membuat” adalah tidak termasuk untuk dirinya sendiri

dan kepentingan sendiri.

a. Yang dimaksud dengan “persenggamaan yang menyimpang” antara lain

persenggamaan atau aktivitas seksual lainnya dengan mayat, binatang,

oral seks, anal seks, lesbian, dan homoseksual.

b. Yang dimaksud dengan ”kekerasan seksual” antara lain persenggamaan

yang didahului dengan tindakan kekerasan (penganiayaan) atau

mencabuli dengan paksaan atau pemerkosaan.

c. Cukup jelas

d. Yang dimaksud dengan “mengesankan ketelanjangan” adalah suatu

kondisi seseorang yang menggunakan penutup tubuh, tetapi masih

menampakkan alat kelamin secara eksplisit.

e. Cukup jelas

f. Pornografi anak adalah segala bentuk pornografi yang melibatkan anak

atau yang melibatkan orang dewasa yang berperan atau bersikap seperti

(51)

Penjelasan Pasal 4 ayat 2 :

a. Cukup jelas

b. Cukup jelas

c. Cukup jelas

d. Sang pengiklan yang menawarkan atau memasarkan atau

mempromosikan adanya layanan seksual.

Penjelasan Pasal 8 :

Ketentuan ini dimaksudkan bahwa jika pelaku dipaksa dengan ancaman atau

diancam atau dibawah kekuasaan atau tekanan orang lain, dibujuk atau ditipu daya,

atau dibohongi oleh orang lain.

2.3 Kategorisasi

Adanya UUD Pornografi yang dikemukakan diatas maka penulis menetapkan

kategorisasi pornografi untuk membantu meneliti penelitian ini. Kategorisasi yang

digunakan dalam penelitian ini telah disesuaikan agar dapat mencapai sasaran

penelitian. Kategorisasi pornografi pada iklan dalam majalah For Him Magazine

tersebut, peneliti tetapkan sendiri dan meliputi sebagai berikut :

(52)

Adalah kata-kata dalam iklan atau teksline yang dapat merangsang para

pembacanya.

2. Gambar Semi Telanjang

Adalah gambar-gambar para model dalam iklan yang semi telanjang atau

gambar yang mengesankan ketelanjangan yang mengundang birahi.

3. Kata Aktivitas Sex

Adalah kata-kata dalam iklan yang secara jelas atau semu menunjukkan

adanya kegiatan sex.

4. Gambar Persenggamaan

Adalah gambar-gambar para model yang menunjukkan adanya gambar

persenggamaan yang merendahkan martabat para model perempuan.

5. Kata Mengarah Ke Aktivitas seks

Adalah kata-kata dalam iklan yang mengarah ke aktivitas seks. Sehingga

orang yang membaca dapat membayangkan atau mengimajinasikan apa

yang dituliskan dalam iklan tersebut.

(53)

Adalah gambar-gambar para model iklan perempuan yang menunjukkan

adanya gambar semi persenggamaan yang mengundang birahi para

pembacanya.

2.4 Kerangka Berpikir

Majalah merupakan media massa cetak yang berfungsi menyajikan

informasi-informasi penting atau menampilkan sejumlah produk iklan yang dipasarkan.

Banyaknya penyertaan iklan di majalah yang bervariatif membuat persaingan pesat

antar media cetak khususnya majalah, termasuk majalah For Him Magazine yang

berusaha memberikan tampilan semenarik mungkin agar para pembaca dapat terus

membaca dan membeli majalah FHM tersebut.

Peneliti tertarik meneliti laporan pada bulan Januari-Desember 2010 karena

iklan yang ada dalam majalah FHM syarat dengan pornografi yang tampak menarik

para pembaca. Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan diatas, maka peneliti

melakukan sebuah analisis isi perempuan dalam iklan yang kemudian akan dilakukan

pengkategorisasian terhadap pornografi perempuan dalam iklan di majalah pria FHM.

Kategorisasi tersebut berupa kategorisasi pornoteks dan pornogambar dengan

subkategorisasi teks merangsang, teks aktivitas seks, teks mengarah ke aktivitas seks,

gambar semi telanjang, gambar semi persenggamaan dan gambar persenggamaan.

Setelah memasukkan beberapa item dalam kategorisasi tersebut kemudian akan

(54)

43

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi yaitu suatu

teknik untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasikan berbagai

karakteristik khusus suatu pesan secara obyektif dan sistematis. (Holsti dalam

Pitra,2008 : 104). Penelitian menggunakan metode penelitian analisis isi untuk

mengetahui kategori-kategori teks atau gambar pornografi iklan dalam majalah pria

For Him Magazine, dengan menggunakan metode tersebut dan tekhnik yang sistematis diharapkan dapat menggambarkan berbagai macam hal-hal yang dibahas

sesuai dengan tujuan penelitian ini. Sehingga didapatkan bagaimana perempuan

digambarkan dalam majalah pria dan seberapa sering teks atau gambar pornografi itu

muncul.

3.1 Definisi Operasional

3.1.1 Operasional Konsep Isi Pornografi dalam Iklan di Majalah FHM

Pornografi berasal dari bahasa Yunani, istilah ini terdiri dari kata porne yang

berarti wanita jalang dan graphos atau graphien yang berarti gambar atau tulisan, pornografi menunjuk pada gambar atau photo yang mempertontonkan bagian-bagian

terlarang tubuh perempuan. Pengertian ini secara eksplisit menunjukkan bahwa term

(55)

Pornografi termasuk sebuah pelanggaran yang telah ditetapkan dalam

undang-undang pornografi seperti pelecehan terhadap tubuh perempuan, mempertontonkan

sebagian tubuh perempuan, menampilkan foto/gambar yang membangkitkan gairah

para pembacanya, dan lain-lain. Pornografi terjadi dalam majalah pria FHM, disitu

terdapat beberapa iklan yang menggambarkan kemolekan tubuh seorang perempuan

yang diumbar secara bebas dalam sebuah media cetak. Dalam penelitian ini, peneliti

menemukan beberapa gambar/foto yang menyimpang dengan ketentuan-ketentuan

undang-undang dasar pornografi. Peneliti menentukan beberapa kategori pornografi

terhadap iklan dalam majalah FHM tersebut, antara lain :

1. Porno Teks

a. Kata Merangsang

b. Kata Aktivitas Seks

c. Mengarah ke Aktivitas Seks

2. Porno Gambar

a. Gambar Persengamaan

b. Gambar Semi Persenggamaan

c. Gambar Semi Telanjang

3.1.2 Kategorisasi

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa seperangkat kategori

dan definisi yang disusun sendiri sesuai dengan isi iklan di majalah For Him

(56)

1. Pornoteks

Adalah karya pencabulan yang mengangkat cerita, teks/tulisan dalam iklan

dengan berbagai versi hubungan seksual dalam bentuk narasi, testimonial, atau

pengalaman pribadi secara detail dan vulgar sehingga pembaca merasa

menyaksikan atau mengalami sendiri peristiwa hubungan-hubungan seks itu.

Sehingga pembaca berfantasi seksual terhadap objek-objek yang digambarkan

atau yang dituliskan dalam iklan tersebut.

(http://ejournal.umm.ac.id/index.php/legality/.../322_umm_scientific_journal.doc)

Pada pornoteks dipecah lagi menjadi 3 sub kategori, yaitu :

a. Kata Merangsang

Adalah kata-kata dalam iklan atau teksline yang dapat merangsang para

pembaca sehingga pembaca bisa membayangkan atau mengimajinasikan apa

yang dituliskan di iklan tersebut.

Contoh : Edisi April : “ Sehari aku bisa khilaf 5 sampai 6 kali”.

b. Kata Aktivitas Sex

Adalah kata-kata dalam iklan yang secara jelas atau semu menunjukkan

adanya kegiatan sex, sehingga membawa pembaca kearah penggambaran

yang pada akhirnya timbul gairah seks dalam diri pembaca.

(57)

c. Kata Mengarah Ke Aktivitas Seks

Adalah kata-kata dalam iklan yang mengarah ke adanya aktivitas seks,

sehingga para pembaca dapat membayangkan atau mengimajinasikan apa

yang dituliskan dalam iklan tersebut.

Contoh : Edisi April : “Memberikan kejantanan yang lebih tahan lama dan

sensasi cinta yang lebih berbeda. Puncak kepuasan dan kenikmatan kini ada di

tangan anda.”

Kategori pornografi diatas melanggar ketentuan Undang-undang Pornografi

pasal 4 ayat 2 Nomor 44 Tahun 2008. Melalui teks / tulisan yang secara tidak

langsung menawarkan atau mengiklankan hal-hal yang berbau porno atau yang

merendahkan pihak perempuan.

2. Pornogambar

Adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih banyak menonjolkan

tubuh dan alat kelamin manusia. sifatnya yang seronok, jorok, vulgar, membuat

orang yang melihatnya terangsang secara seksual. Pornogambar dapat diperoleh

dalam bentuk foto/gambar, video, poster, dan lain-lain.

(http://ejournal.umm.ac.id/index.php/legality/.../322_umm_scientific_journal.doc)

(58)

a. Gambar Semi Telanjang

Adalah gambar-gambar para model dalam iklan yang semi telanjang atau

mengesankan ketelanjangan yang dimuat dalam majalah. Gambar-gambar

tersebut mempertontokan kemolekan tubuh model yang menjadi obyek

gambar atau dengan kata lain hampir seluruh tubuh terlihat kecuali

bagian-bagian tertentu yang masih tertutupi. Ketelanjangan atau tampilan yang

mengesankan ketelanjangan bisa ditafsir bebas, maka dari itu penjelasan UUP

menegaskan maksudnya sebagai suatu kondisi seseorang yang menggunakan

penutup tubuh, tetapi masih menampakkan bagian-bagian tertentu. Seperti

belahan dada, dada, paha, perut, selangkangan, ketiak, punggung, pantat, dan

lain-lain. Dengan berbagai pose yang mengundang birahi para pria, seperti

pose perempuan saat merangkak, membusungkan dadanya, tengkurap,

mengangkang, dan lain-lain.

b. Gambar Semi Persenggamaan

Adalah gambar/foto para model yang menunjukkan adanya gambar semi

persenggamaan yang merendahkan martabat para model perempuan dalam iklan.

Semi persenggamaan digambarkan dengan wanita yang berciuman (bibir, leher,

perut, dll) dengan seorang pria, dan sang pria yang sedang meraba (perut, paha,

selangkangan, dll) atau terkesan seakan mengangkat baju/celana sang perempuan.

c. Gambar Persenggamaan

Adalah gambar/foto para model yang menunjukkan adanya gambar

(59)

Gambar persenggamaan, digambarkan dengan perempuan berpakaian minim yang

sedang tidur diatas sang pria atau pun sebaliknya seakan-akan mereka sedang

melakukan aktivitas seks dan pada akhirnya timbul gairah seks dalam diri sang

pembaca.

Kategorisasi pornografi diatas melanggar pasal 4 ayat 1 dalam ketentuan

Undang-undang Dasar Pornografi Nomor 44 Tahun 2008. Melalui gambar/foto para

model iklan yang menunjukkan unsur pornografi.

Pornografi terhadap perempuan yang terjadi di setiap gambar iklan dalam

majalah dikategorisasikan pada jenis Porno Teks dan Porno Gambar. Porno teks

ditujukan ke tulisan atau teksline iklan yang secara langsung maupun tidak langsung

menggambarkan pelecehan terhadap perempuan dan adanya unsur pornografi di

dalamnya. Sedangkan Porno Gambar ditujukan untuk adanya gambar/foto para model

secara jelas atau semu yang mengandung unsur pornografi dan merendahkan

martabatnya sendiri. Berbagai macam iklan dalam majalah pria FHM ini telah

melanggar ketentuan-ketentuan Undang-undang Dasar Pornografi Nomor 44 Tahun

2008.

3.2 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini berupa satuan teks atau gambar yang

mengandung unsur pornografi yang melanggar UUD Pornografi. Maka

(60)

martabat perempuan dan seberapa sering bagian itu muncul pada iklan-iklan dalam

majalah pria For Him Magazine. Majalah dipilih pada periode Januari sampai dengan

Desember 2010 yang terdiri atas 12 (dua belas) terbitan selama 12 bulan. Satuan

gambar dan teks didapatkan dari kategori-kategori yang telah ditetapkan oleh penulis

diantaranya kategorisasi Porno Teks dan Porno Gambar.

Isi satuan gambar/foto-foto pornografi dimasukkan kedalam kategori-kategori

tersebut untuk mendapatkan sebuah data penelitian.

3.3 Populasi, Sampel, dan Penarikan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah teks dan gambar/foto para model

perempuan dalam iklan di majalah pria For Him Magazine, sebanyak 90 gambar/foto

dan 11 teks/kata pornografi. Iklan tersebut terdapat gambar/foto para model

perempuan yang berpakaian minim. Majalah ini diterbitkan setiap bulan pada bulan

Januari sampai dengan Desember. Dalam penarikan sampel dan kurun waktu

tersebut, terdapat 12 edisi tiap tahunnya, peneliti mengambil 12 edisi terbitan Januari

sampai dengan Desember 2010.

Dalam hal penarikan sample tidak ada ketentuan yang pasti mengenai besar

kecilnya sample, hanya saja yang terutama dalam pengambilan adalah representative

(mewakili). Namun jika jumlah populasi cukup besar, maka untuk mempermudah

penelitian dapat mengambil 100%, 50%, 25% atau minimal 10% dari seluruh

(61)

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil sampel sebesar 100% (seluruh

populasi). Karena majalah ini selalu diproduksi tiap bulannya maka sampel yang

diperoleh adalah 100% dari jumlah populasi dari 12 edisi majalah For Him Magazine

dalam waktu 12 bulan terakhir.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti untuk mengadakan penelitian

didapat dari :

1. Observasi Langsung Berstruktur

Peneliti mengumpulkan majalah For Him Magazine dari bulan Januari

sampai Desember 2010. Peneliti memilih beberapa iklan di setiap edisinya

yang tingkat pornografinya paling banyak ditampilkan.

2. Dokumentasi

Setelah melihat dan memilah-milah edisi dan iklan yang sesuai dengan

kategori pornografi di atas, maka peneliti mendokumentasikan iklan-iklan

mana saja yang mengandung sunsur pornografi. Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan cara melakukan pencatatan terhadap teks atau gambar

pornografi pada iklan di majalah pria For Him Magazine. Kemudian data-data

tersebut dimasukkan dalam kategori-kategori yang telah ditentukan oleh

(62)

3.5 Uji Keterhandalan

Sebelum dilakukan analisis dalam peneltian terlebih dahulu dilakukan uji

keterhandalan untuk kategorisasi yang akan digunakan agar mendapatkan

kategorisasi yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Kategorisasi dalam analisis isi merupakan instrumen pengumpul data.

fungsinya identik dengan kuisioner dalam survey. Supaya obyektif, maka kategorisasi

harus dijaga reliabilitasnya. Terutama untuk kategorisasi yang dibuat sendiri oleh

periset sehingga belum memiliki standar yang telah teruji, maka sebaiknya dilakukan

uji keterhandalan. (Rachmat,2006 : 234)

CR = 2M

N1+N2

Keterangan :

CR : Coeffisient Reliability (bilangan pokok yang dipercaya

M : Jumlah kategori yang disetujui oleh koder

N1+N2 : Jumlah Kategori yang diuji

CR = 2 (95) = 0,9405

101+101

Jadi nilai CR untuk kategorisasi pornoteks dan pornogambar adalah 0,9405.

Selanjutnya untuk memperkuat hasil uji keterhandalan, digunakan rumus

(63)

Pi = ( % Observed Agreement - % Expected Agreement ) 1 - % Expected Agreement

Keterangan :

Pi : Nilai Keterhandalan

OA : Persetujuan antarpengkode (yaitu nilai CR)

EA :Persetujuan yang diharapkan proporsi jumlah pesan yang

dikuadratkan.

Pi = 0,9405 – 0,72046 = 0,2

Gambar

tabel diatas pornogambar mencapai 89% dan pornoteks sebesar 11%, maka dapat
Tabel 4.2 Sub Kategorisasi Pornoteks Dalam Iklan Di Majalah Pria FHM Pada Bulan Januari-
Gambar Persenggamaan

Referensi

Dokumen terkait

Djarum versi Djarum Black dan Djarum Special ini yang berfungsi sebagai simbol adalah ekspresi dan pose dari model iklan tersebut yang disimbolkan sebagai perempuan penggoda

Pada iklan tas perempuan warna yang ditampilkan cenderung warna yang cerah dan mencolok seperti warna pink, krem dan putih, karena perempuan pada umumnya menyukai warna cerah

Untuk dapat diterima, iklan ini menyiratkan bahwa perempuan perlu memiliki bentuk dan aksentuasi bagian tertentu dengan penerapan kosmetik dan asesoris yang harmonis sehingga

Hasil analisis pada iklan advertorial ini dapat digunakan untuk menggambarkan karakter perempuan pada era 1990an, bahwa perempuan pada era ini memiliki interes yang tinggi

Dari iklan ini juga tersimpan makna bahwa perempuan yang menjadi perhatian banyak orang adalah yang memiliki citra, hal ini bisa kita lihat dengan banyaknya tayangan iklan

Untuk menjelaskan dan memahami penggambaran perempuan dalam iklan Kopi YA Susu Bintang Iklan Cita-Citata dan Kopi DO White Coffee Bintang Iklan Chacy Luna Callista

Judul Skripsi : Penggambaran Perempuan dalam Iklan Kopi di Televisi (Analisis Isi Kualitatif pada Iklan Kopi YA Susu Bintang Iklan Cita-Citata dan Kopi DO White Coffee Bintang

Skripsi Wacana Tubuh Perempuan Dalam Iklan ..... ADLN - Perpustakaan