• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

7

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penelitian ini yang berjudul Analisis Usaha Pada Industri Kerajinan rotan Di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo dibutuhkan beberapa penelitian terdahulu yang relevan.Penelitian terdahulu yang diambil berdasarkan objek penelitian dan analisisnya. Antara lain penelitian tentang kerajinan sapu ijukoleh Marina (2003), menunjukkan bahwa Industri kerajinan sapu ijuk memberikan keuntungan, baik dilihat dari ukuran pendapatan bersih maupun pendapatan tenaga kerja. Pendapatan bersih (profit) yang diterima pengusaha dalam industri kerajinan sapu ijuk berdasarkan skala produksi per 1.000 sapu ijuk dalam satu bulan tertinggi diperoleh industri skala kecil sebesar Rp 493.872,00; industri menengahRp241.788,00 dan industri rumah tangga sebesar Rp 326.474,00.

Berdasarkan jenis sapu ijuk pendapatan bersih tertinggi terdapat pada sapu ijuk tempahan yaitu sebesar Rp 413.116,00 dan sapu ijuk kodian Rp 294.973,00.Usaha kerajinan sapu ijuk layak untuk diusahakan baik ditinjau dari peningkatan nilai tambah, revenue-Cost Ratio (R/C), dan Break Event Point (BEP). Nilai tambah usaha kerajinan sapu ijuk per 1000 sapu ijuk berdasarkan skala industri adalah industri kecil Rp 1.545.322,00; industri rumah tangga sebesar Rp 1.488.022,00 dan industri menengah sebesarRp 1.225.000,00. Nilai R/C industri kecil sebesar 1,19; industri rumah tangga sebesar 1,14 dan industri menengah sebesar 1,08.

Penelitian lain tentang analisis keuntungan usaha kerajinan anyaman enceng gondok oleh Hidayatullah (2011), menunjukan bahwa biaya total rata- rata pada usaha kerajinan anyaman enceng gondok selama satu periode adalah Rp 3.348.035,00 per orang pengrajin anyaman enceng gondok atau Rp 7.440.43 per buah. Penerimaan rata-rata per orang pengrajin anyaman enceng gondok selama satu periode adalah Rp 12.525.000,00 atau Rp 23.888,89 per buah. Keuntungan rata-rata per orang pengrajin anyaman enceng gondok selama satu periode adalah sebesar Rp 9.176.965,00 per periode atauRp commit to user

(2)

16.448,46 per buah dan pendapatan rata-rata pengrajin anyaman enceng gondok yaitu sebesar Rp 10.015.225,00 per periode atau Rp 18.733,43 per buah. Titik impas (BEP) pada usaha kerajinan anyaman enceng gondok selama satu periode tercapai pada hasil penjualan atau permintaan sebesar Rp 1.120.317,00 dan pada volume produksi sebanyak 52,11 buah.

Penelitian tentang industri kerajinan sepatu sandal yang dilakukan oleh Tresnawati (2005), menyatakan bahwa UKM CV. SEMART telah layak dilihat dari aspek pasarkarena berkinerja pada tingkat yang cukup memuaskan untuk terusmenjalankan bisnisnya tetapi memiliki peluang yang kurang untukmeningkatkan posisinya. Dari aspek teknis juga layak karena dilihat daripengadaan bahan baku sampai pada pengawasan kualitasnya. Dari aspekmanajemen, CV SEMART sudah memiliki pembagian tugas yang jelas padakaryawannya.Dilihat dari aspek hukum perusahaan sudah memiliki perizinanusaha yang lengkap dan dapat dijadikan jaminan. Dari aspek sosial,perusahaan layak karena telah menjadi sumber pendapatan bagi beberapaorang penduduk di sekitarnya dan dari segi finansial NPV yang dihasilkanpositif sebesar Rp 478.099.157,92, IRR menghasilkan nilai 62,68, Net B/C3,25 dan Payback Period selama 1,9 tahun dimana perhitungan dilakukan padatingkat diskonto 10 persen. Sedangkan untuk analisis sensitivitas denganmelakukan peningkatan pada harga bahan baku, CV SEMART akan tetapmemperoleh keuntungan dengan syarat peningkatan harga tidak lebih dari 16%.

Penelitian relevan yang lain oleh Junaidi (2007), yang meneliti tentang rotan,menunjukkan bahwa analisis keragaman usaha, kebijakan ekspor rotan mentah berdampak negatif terhadap pendapatan industri kecil menengah produk jadi rotan di Kabupaten Cirebon. Dengan adanya kebijakan ekspor rotan mentah, menyebabkan pendapatan yang diterima oleh industri kecil dan menengah yang masing-masing sebesar 70,14 persen dan 31,38 persen. Selain itu, penurunan juga terjadi pada nilai tambah yang dihasilkan, pendapatan tenaga kerja langsung, serta keuntungan industri.

commit to user

(3)

Di samping penelitian tentang kebijakan ekspor rotan mentah, untuk rantai pasokan rotan yang diteliti oleh Diyah (2011), menunjukan biaya distribusi pasokan rotan dari empat wilayah supplier bahan baku rotan yaitu Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera ke daerah tujuan utama yaitu Cirebon, Sumatera, Surabaya dan Jakarta dengan metode transportasi berupa VAW dan MODI dan Programa Liniear LINDO 6.1 menunjukkan hasil yang sama yaitu sebesar Rp 204.775.375.000,00 dengan alokasi pasokan untuk tiga wilayah dari empat sumber bahan baku juga sama.

Jumlah alokasi optimal untuk pasokan bahan baku rotan ke Cirebon yaitu dari Nusa Tenggara Barat 520 ton/bulan, dari Sulawesi sebesar 4.910 ton/bulan, dari Kalimantan sebesar 2770 ton/bulan. Pasokan ke Surabaya yaitu Sulawesi sebesar 270 ton/bulan, dari Kalimantan sebesar 1330 ton/bulan.Pasokan rotan ke Jakarta yaitu dari Sumatera sebesar 200 ton/bulan.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas maka dapat dijadikan sebagai bahan referansi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai keuntungan, profitabilitas, dan efisiensi usaha kerajinan rotan di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.

B. Tinjaun Pustaka 1. Rotan

Menurut Rachman dan Jasni (2006), rotan yang di dalam dunia perdagangan mancanegara disebut sebagai rattan, konon berasal dari bahasa Melayu, yaitu rautan yang asal katanya adalah raut. Rautan mempunyai arti kurang lebih benda yang diperoleh dengan cara meraut, mengupas, melicinkan, biasanya dengan pisau atau parang yang tajam.

Benda yang diraut akan menjadi lebih tipis, lebih pipih atau lebih bulat sesuai kemauan peraut. Benda-benda tersebut selanjutnya dapat dijadikan tali pengikat atau dirakit menjadi barang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti berbagai macam tikar, kursi, meja dan aneka keranjang.

commit to user

(4)

Seluruh jenis rotan tumbuh di permukaan bumi diperkirakan 850 jenis.Rotan tumbuh subur di daerah tropik, Penyebaran tumbuhan rotan mulai di kepulauan Fiji di timur sampai selatan Afrika tropis di bagian barat dan mulai dari Australia Utara sampai daerah Cina Selatan.Di wilayah ini terdapat sekitar 614 jenis rotan dan 312 jenis diantaranya tumbuh di Indonesia.Di Indonesia rotan tumbuh dengan alami dan tersebar luas di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua.Khusus di Sulawesi, rotan banyak ditemukan di Kendari, Kolaka, Tawuti, Donggala, Poso, Buol Tali-tali, Gorantalo, Palopo, Buton dan Pegunungan Latimojong (Rachman dan Jasni, 2006; Alrasjid, 1980; Dransfield, 1974;

Menon, 1974).

Rotan berasal dari subdivisi angiosperms, kelas monocotyiledons, ordo palmales dan famili palmeae.Famili palmeae ini terdiri dari 6 sub- famili, rotan termasuk ke dalam sub-famili lepidacaryoid atau calamoider (Uhl dan Dransfield, 1987).Sub-famili ini keseluruhan memliki 22 genera dengan ciri khas buahnya bersisik.Akan tetapi hanya 13 genera yang termasuk tumbuhan rotan dengan ciri khas batang memanjat, kelopak dan daun berduri, buah bersisik serta mempunyai flagela atau cirus.Seluruh jenis tumbuhan rotan yang terdapat di dunia ini diperkirakan sekitar 850 jenis (Dransfield, 1984; Weiner dan liese, 1990).

Rotan berdasarkan ukuran diameter batangnya dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu rotan besar dan rotan kecil. Kelompok rotan besar atau disebut juga rotan berdiameter besar adalah jenis-jenis rotan yang diameter batangnya lebih besar dari 18 mm. Jenis-jenis yang termasuk kedalam kelompok ini dan sering dijumpai dalam perdagangan antara lain manau (Calamus manan), batang (C. ornatus), semambu (C. scipionum), dan unbut (Daemonorop macroptera). Rotan besar biasanya digunakan untuk pembuatan rangka mebel atau komponen struktur lainnya. Rotan kecil atau disebut juga rotan berdiameter kecil adalah rotan yang berdiameter batanya kurang dari atau sama dengan 18 mm. Jenis-jenis yang termasuk kelompok ini dan sudah umum dikenal di antaranya sega commit to user

(5)

(C. caesius), pulut (C. impar), irit (C. tracbayecoleus) dan jermasin (C.

leijocaulis). Rotan kecil digunakan sebagai bahan anyaman atau komponen pengisi dalam barang jadi (Rachman dan Jasni, 2006).

2. Ekonomi Rotan

Rotan secara umum banyak digunakan sebagai bahan perabotan,lampit serta barang-barang manufaktur lainnya.Dalam skala perdagangan internasional, nilai perdagangan rotan ditaksir sebesarUS$ 4 Miliar (World Resources Institute et al., 1985).Saat ini rotanmerupakan primadona hasil hutan non kayu karena memiliki nilaiekonomis yang cukup tinggi.Di Indonesia sendiri, rotan tersediadalam jumlah yang sangat besar. Hutan Indonesia dikenal sebagaipenghasil rotan terbesar di dunia, dan banyak digunakan sebagaibahan baku pabrik baik industri besar maupun industri kecil.Walaupun Indonesia merupakan produsen rotan terbesar dunia,namun industri rotan terbesar dunia berada di China dan Filipina.Oleh karena itu, potensi Indonesia yang sangat besar dari sumberdaya rotan ini diharapkan dapat dimaksimalkan sehingga dapatmengangkat berbagai produk rotan Indonesia di pasar internasional.

Berdasarkan data yang diolah dari sumber Eurostat (2012), produk furniturekayu dan rotan Indonesia belum kembali pulih di pasar Hungariapascakrisis Eropa tahun 2008. Total perdagangan Indonesia denganHungaria, untuk komoditas furniture kayu dan rotan, pada tahun 2007mencapai 2.119.340 Euro dan trendnya terus menurun pada tahun2011 yaitu hanya mencapai 115.186 Euro. Tiga produk furniture utamaasal Indonesia yang dipasarkan di Hungaria, yaitu kursi rotan, bagianmebel yang terbuat dari kayu, dan mebel kayu untuk kebutuhanpertokoan, trendnya turut mengalami penurunan dalam lima tahunterakhir, terhitung sejak tahun 2007.Dan trend menurunnya angkaperdagangan komoditas ini juga dialami negara pengekspor di Asia,seperti Malaysia, China, dan India. Namun jika dibandingkan denganMalaysia dan China, Indonesia yang merupakan negara

commit to user

(6)

penghasilrotan terbesar dunia dan memiliki hutan tropis kedua terbesar,memiliki angka perdagangan yang sangat jauh tertinggal.

Menurut Sunoto (2013), setiap negera memiliki keinginan desain dan warna yang berbeda, untuk tujuan ekspor Jepang mebel berbahan rotan warna natural sangat diminati. Permintaan mebel berbahan rotan untuk kiriman Jepang cukup baik, sehingga butuh peningkatan kreasi motif dan terus mengembangkan desain supaya bisa dipertahankan.Mebel rotan untuk pasar ekspor mengalami peningkatan cukup tinggi, dengan upaya berbagai pameran di sejumlah negara Eropa dan Amerika bahkan hingga Afrika, diharapkan tahun 2014 mampu mencapai 3000 kontainer.

Menurut Hidayat (2013), menyebutkan nilai ekspor mebel dan kerajinan di Indonesia berfluktuasi karena dipengaruhi oleh perekonomian negara-negara pembeli. Tujuan utama ekspor produk mebel dan kerajinan Indonesia diantaranya ke Amerika Serikat, Perancis, Jepang, Inggris, dan Belanda.Pada 2008 nilai ekspor mencapai US$ 2,25 miliar, kemudian turun menjadi US$ 1,37 miliar pada 2009. Penurunan ini akibat krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir 2008 sehingga berimbas pada ekspor 2009.Setahun kemudian yaitu pada 2010, nilai ekspor naik kembali ke angka US$ 1,61 miliar. Namun turun pada 2011 menjadi US$

1,34 miliar. Ini karena market furniture di Eropa dan Amerika Serikat situasi ekonominya sedang tidak baik.Daya beli turun yang berdampak pada ekspor Indonesia.

3. Kerajinan Rotan

Kehadiran seni kerajinan tidak lepas dari kebutuhan hidup manusia sehari-hari.Karena dalam produksi barang-barang kebutuhan kerajinan ada unsur keindahan, kemenarikan, keunikan, dan kerajinan dipandang sebagai karya seni yang khas dan diklasifikasikan sebagai benda pakai.Dalam perkembangan selanjutnya, seni kerajinan bukan hanya dipandang sebagai benda pakai, tetapi ada juga yang hanya sebagai hiasan dan cinderamata.

commit to user

(7)

Pengertian kerajinan menurut Kusnadi (1983) menjelaskan, Kunt Nijverheid dalam bahasa Belanda dapat diartikan seni (kunt) yang dilahirkan oleh sifat rajin, (ijver) rajin dalam arti ijver (lawan dari malas), tetapi lahir dari sifat terampil atau keprigelan tangan manusia. Makna rajin yang sesuai dengan seni kerajinan dalam arti rapi, terampil berdasarkan pengalaman kerja yang menghasilkan keahlian atau kemahiran kerja dalam profesi tertentu.

Istilah seni kerajinan diartikan sebagai pekerjaan yang dilakukan dengan tangan dan membutuhkan keterampilan tertentu.Seni kerajinan tangan merupakan jenis kesenian yang menghasilkan berbagai barang perabotan, hiasan, atau barang-barang lain yang artistik, terbuat dari kayu, logam, emas, perak, rotan dan sebagainya.Soedarso(1990) menyatakan bahwa seni kriya atau kerajinan adalah cabang seni rupayang sangat memerlukan kekriyaan (craftmanship) yang tinggi seperti misalnyaukir kayu, seni keramik, anyam-anyaman, jahit-jahitan dan sebagainya.Sementara craftmans adalah seniman yang memiliki keterampilan teknik.Lebih lanjut Gustami (1992) menjelaskan sebagai berikut:Bahwa yang dimaksud seni kriya dalam bahasan ini adalah suatu karyaseni yang unik dan karakteristik yang di dalamnya mengandung muatan nilai-nilaiyang baik dan mendalam menyangkut nilai estetik, simbolik, filosofis, dan fungsinya. Oleh karena itu di dalam perwujudannya didukung “craftmanship”tinggi, akibatnya kehadiran seni kriya termasuk dalam kelompok seni-seniadiluhung selanjutnya seni kriya pada masa lampau itu, sekarang mendapatpredikat sebagai seni-seni tradisional.Hasil suatu kerajinan tangan disebut juga seni guna.Menurut Soeroto (1983), seni kerajinan merupakan merupakan usaha produktif di sektor nonpertanian baik untuk mata pencaharian utama maupun sampingan, oleh karenanya merupakan usaha ekonomi, maka usaha seni kerajinan dikatagorikan ke dalam usaha industri. Melalui tradisi kecil telah lahir istilah “kerajinan” sebagai sebutan hasil karya yang diciptkan para perajin.Adapun dimana tempat mereka melakukan kegiatannya commit to user

(8)

disebut Desa Kerajinan, oleh karenanya istilah ini lebih memasyarakat (Gustami, 1991).

Dengan demikian, kerajinan rotan lahir dari sifat rajin, terampil atau keprigelan tangan manusia, yang menghasilkan benda-benda pakai maupun benda-benda hias, baik sebagai benda penghias interior maupun benda hias eksterior yang terbuat dari bahan dasar rotan. Menurut Wibowo (2000), industri kerajinan banyak tersebar di seluruh daerah di Indonesia baik industri kerajinan dalam skala besar ataupun dalam skala kecil atau bahkan sebagai industri skala rumah tangga. Industri-industri ini sebagian besar bergerak dalam skala kecil hingga rumah tangga.Namun industri industri ini tetap dapat hidup di sela-sela perkembangan industri-industri besar.Kemampuan bertahan industri skala menengah ke bawahini di tengah industri besar karena menggunakan berbagai strategi dengan membuat produk yang unik dan khusus sehingga tidak menghadapi industri besar sebagai pesaing.

4. Industri

Industri kerajinan rotan merupakan salah satu industri kebanggaan Indonesia.Karena Indonesia merupakan salah satu penghasil rotan terbesar di dunia.Keberadaan industri ini tidak hanya sebagai pelestari sumber daya alam Indonesia, namun juga sebagai wadah pembantu pemerintah di bidang ekonomi.

Sektor industri sebagai salah satu kegiatan pembangunan diharapkan dapat memperlancar perekonomian dan membantu memecahkan masalah ketenagakerjaan.Dalam usaha memajukan industri, maka industri kecil perlu dibina dan dikembangkan karena industri kecil dapat membantu memecahkan kesempatan kerja dan memberikan nilai tambah di sektor industri.

Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi yang bersifat commit to user

(9)

produktif, sedangkan pengertian secara sempit, industri atau industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi yang nilainya, dan sifatnya lebih dekat dengan pemakai akhir (BPS, 2012). Kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambahan atau perusahaan lainnya.Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling).

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 5 (1984), industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Kelompok industri adalah bagian-bagian utama kegiatan industri, yaitu industri hulu atau juga disebut kelompok industri.

Jenis industri adalah bagian suatu cabang industri yang mempunyai ciri khusus yang sama atau hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Indonesia No.19/M/I/1996, industri di Indonesia berdasarkan hubungan arus produknya dibedakan menjadi :

1. Industri kimia dasar : misalnya industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk dan lain-lain.

2. Industri mesin dan logam dasar : misalnya industri pesawat terbang,kendaraan bermotor, tekstil, dan lain-lain.

3. Industri kecil : misalnya, industri roti, kompor minyak, makanan ringan,minyak goreng, dan sebagainya.

4. Aneka industri : industri pakaian industri makanan dan minuman, dan lain-lain.

commit to user

(10)

Klasifikasi industri dibagi menjadi beberapa macam. Menurut Aristanto (1996) sektor industri di Indonesia dibagi menjadi empat kelompok yaitu :

1. Industri besar yaitu industri yang memproses produksinya secara keseluruhan sudah menggunakan mesin dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang.

2. Industri sedang yaitu industri yang proses produksinya menggunakan mesinsebagai dan tenaga kerja yang digunakan berkisar 20-99 orang.

3. Industri kecil yaitu industri yang umumnya memakai tenaga kerja upahan dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang.

4. Industri rumah tangga (mikro) yaitu industri yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 5 orang dan terdapat di pedesaan.

Perkembangan industri tentunya tidak saja ditujukan kepada industri-industri besar dan sedang, tetapi perhatian yang sepadan harus pula diarahkan kepada industri-industri kecil dan rumah tangga.Sebab pada kenyatannya, industri jenis ini masih sangat diperlukan sampai waktu tidak tertentu untuk memberikan kesempatan kerja sekaligus pemerataan pendapatan (Todaro, 1994).

Menurut Suratiyah (1991), industri kecil dan rumah tangga mempunyai peraanan penting dalam meningkatkan ekonomi, yaitu:

1. Menciptakan peluang kerja dan pembiayaan yaang relatif murah.

2. Mengambil peranan dalam peningkatan mobilitas tabungan domestik 3. Mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan

sedang karena dapat menghasilkan barang murah dan sederhana.

4. Dapat menyebabkan barang-barang sampai ke tangan konsumen dengan harga murah kerena letak industri kecil dan rumah tangga menyebar dan dekat dengan konsumen.

Kegiatan industri kecil dan rumah tangga yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia memiliki kaitan yang dekat dengan mata pencaharian pertanian di daerah pedesaan, serta tersebar diseluruh tanah air.Kegiatan ini umumnya merupakan kegiatan sekunder para petani dan penduduk commit to user

(11)

desa yang memiliki arti sebagai sumber penghasilaan tambahan dan musiman (Rahardjo,1986).Keberhasilan sektor industri dan perdagangan telah memberikan konstribusi yang besar dalam menciptakan struktur ekonomi nasional. Industri kecil di Indonesia merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional, karena berperan dalam mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan berperan dalam peningkatan perolehan devisa serta memperkokoh struktur industri nasional (Jumhur, 2001).

5. Biaya

Menurut Mahekam Malcom(1991); Prasetya (1996); dan Soekartawi (2003).Biaya dalam arti luas merupakanpengorbanan sumber ekonomis, yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinanakan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti sempit diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang disebut dengan istilah harga pokok, atau dalam pengertian lain biaya merupakan bagian dari harga pokok yang dikorbankan di dalam suatu usaha untuk memperoleh penghasilan (Mulyadi, 1999).Biaya produksi adalah semua pengeluaran untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan penunjang lainnya yang dapat didayagunakan agar produksi tertentu yang telah direncanakan dapat terwujud dengan baik.

Menurut Supriyono (1999), biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau yang digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenue) dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Sedangkan menurut Supardi (2000) biaya adalah sejumlah nilai uang yang dikeluarkan oleh produsen atau pengusaha untuk membiayai kegiatan produksi.Biaya diklasifikasikan menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).

commit to user

(12)

Klasifikasi biaya dalam perusahaan dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Biaya tetap

Menurut Supardi (2000), biaya tetap adalah biaya yang secara tetap dibayar atau dikeluarkan oleh produsen atau pengusaha dan besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan oleh produsen. Yang termasuk kategori biaya tetap adalah sewa tanah bagi produsen yang tidak memiliki tanah sendiri, sewa gudang, sewa gedung, biaya penyusutan alat, sewa kantor, gaji pegawai atau karyawan.

b) Biaya variabel

Menurut Gasperz (1999), biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha sebagai akibat penggunaan faktor produksi yang bersifat variabel, sehingga biaya ini besarnya berubah- ubah dengan berubahnya jumlah barang yang dihasilkan dalam jangka pendek. Yang termasuk biaya variabel adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku. Menurut Kuswadi (2005), biaya variabel adalah biaya yang dalam rentang waktu dan sampai batas-batas tertentu jumlahnya berubah-ubah secara proposional.

Biaya total merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan, yaitu merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel (Gasperz, 1999) dapat ditulis sebagai berikut :

TC = TFC + TVC Keterangan : TC = biaya total TFC = total biaya tetap TVC = total biaya variabel.

commit to user

(13)

Merurut Lipsey, et al(1990). biaya jangka pendek (Short run cost) berkaitan dengan penggunaan biaya itu dalam waktu dan atau situasi yang tidak lama, jumlah masukan (faktor produksi) tidak sama, dapat berubah- ubah. Namun demikian biaya produksi jangka pendek masih dapat dibedakan adanya biaya variabel dan biaya tetap, sedangkan dalam jangka panjang semua faktor produksi adalah biaya variabel.

6. Penerimaan

Menurut Soekartawi (1995) dan Lincolin (1991), Firdaus (2008), penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. Secara metematis dapat ditulis sebagai berikut : TR = Q x P

Keterangan :

TR = penerimaan total

Q = jumlah produksi yang dihasilkan P = harga produksi

Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga per unit produksi yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yang diterima produsen semakin kecil (Soejarmanto dan Riswan, 1994).

7. Keuntungan

Menurut Ibrahim (2003), Muhammad (1995), keuntungan (profit) adalah tujuan utama dalam pembukaan usaha yang direncanakan.

Semakin besar keuntungan yang diterima, semakin layak usaha yang dikembangkan.Didasarkan pada perkiraan dan perencanaan produksi dapat diketahui pada jumlah produksi berapa perusahaan mendapat keuntungan dan pada jumlah produksi berapa pula perusahaan mendapat kerugian.Keuntungan atau laba menunjukkan nilai tambah (hasil) yang diperoleh dari modal yang dijalankan.Setiap kegiatan yang dijalankan perusahaan tentu berdasar modal yang dijalankan.Dengan modal itulah commit to user

(14)

keuntungan atau laba diperoleh.Hal ini yang menjadi tujuan utama dari setiap perusahaan.

Menurut Sunaryo (2001),Lipsey, et al. (1990), Kuswadi (2005),keuntungan adalah penerimaan total dikurangi biaya total.Keuntungan ditentukan oleh penerimaan dan biaya. Jika perubahan penerimaan lebih besar dari pada perubahan biaya dari setiap output, maka keuntungan yang diterima akan meningkat. Jika perubahan penerimaan lebih kecil dari pada perubahan biaya, maka keuntungan yang diterima akan menurun. Keuntungan akan maksimal jika perubahan penerimaan sama dengan perubahan biaya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: π = TR – TC atau π = Q x P – (TFC + TVC)

Keterangan :

π = keuntungan TR = penerimaan total TC = biaya total Q = jumlah produksi P = harga produk TFC = total biaya tetap TVC = total biaya variabel 8. Profitabilitas

Profibilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit (Downey dan Erickson, 1992). Rasio profibilitas merupakan rasio yang memperbandingkan antara selisih antara keuntungan dengan biaya operasi dan pemeliharaan dibanding dengan jumlah investasi (Ibrahim, 2003).

Menurut Riyanto (2003), bagi perusahaan pada umumnya masalah profitabilitas lebih penting dibanding masalah keuntungan, karena dengan keuntungan yang besar bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan sudah bekerja secara efisien. Oleh karena itu yang harus diperhatikan perusahaan adalah usaha untuk mempertinggi profitabilitasnya.Besar commit to user

(15)

kecilnya profitabilitas ditentukan oleh dua faktor, yaitu hasil penjualan dan keuntungan usaha.Besar kecilnya keuntungan tergantung pada pendapatan yang merupakan selisih dari penjualan dikurangi dengan biaya usaha.

Profitabilitas rasio merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai penerimaan bersih dengan nilai pengeluaran investasi selama umur investasi (Kasmir, 2003). Cara untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan bermacam-macam, tergantung pada keuntungan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan antara satu dengan yang lain. Ada keuntungan yang berasal dari operasi atau keuntungan netto sesudah pajak dengan aktiva operasi, atau keuntungan netto sesudah pajak diperbandingkan antara keseluruhan aktiva “tangible” dan dapat juga dengan memperbandingkan antara keuntungan netto sesudah pajak dengan jumlah modal sendiri (Riyanto, 2001).

Menurut Ibrahim (2003), profitabilitas usaha secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Profitabilitas = "

ƘōÔ100%

Keterangan : π = keuntungan TC = biaya total

Kriteria yang digunakan dalam perhitungan profitabilitas adalah :

a. Profitabilitas > 1% berarti industri yang diusahakan menguntungkan.

b. Profitabilitas = 1% berarti industri yang diusahakan mengalami BEP (impas).

c. Profitabilitas < 1% berarti industri yang diusahakan tidak menguntungkan.

9. Efisiensi usaha

Menurut LEMHANNAS (1997), pertumbuhan ekonomi juga ditentukan keberhasilan industri dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang memerlukan kreativitas sumber daya manusia, keterampilan, kemampuan manajemen dan kemampuan teknologi. commit to user

(16)

Efisiensi usaha dapat diketahui dengan menghitung perbandingan antara besarnya penerimaan dan biaya yang digunakan dalam proses produksi yaitu dengan menggunakan R/C Ratio (Revenue Cost Ratio).

R/C Ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan biaya total. R/C Ratio menunjukkan pendapatan kotor (penerimaan) yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk produksi.Dalam analisis, sebaiknya dibagi menjadi dua, yaitu R/C yang menggunakan biaya yang secara riil dikeluarkan pengusaha dan R/C yang menghitung semua biaya, baik yang riil dikeluarkan maupun biaya yang tidak riil dikeluarkan (Hernanto, 1993; Soekartawi, 1995).

Efisiensi mempunyai pengertian yang relatif. Suatu tingkat pemakaian korbanan dikatakan lebih efisien dari tingkat pemakaian yang lain apabila efisiensi memberikan output yang lebih besar. Apabila dalam proses produksi yang menjadi tujuan utama adalah keuntungan maksimum maka perlu adanya mempertinggi output karena output yang tinggi akanmembentuk total penerimaan yang tinggi dan tentu saja laba yang besar (Soekartawi, 1995).

Menurut Rihardi (1999), pendapatan yang tinggi tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, karena kemungkinan pendapataan yang tinggi tersebut diperoleh dari investasi yang besar. Efisiensi mempunyai tujuan memperkecil biaya produksi per satuan produk yang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah memperkecil biaya keseluruhan dengan mempertahankan produksi yang telah dicapai untuk memperbesar produksi tanpa meningkatkan biaya keseluruhan.

Secara sistematis untuk mengetahui tingkat efisiensi digunakan rumus sebagai berikut :

Efisiensi =

ō

Dengan ketentuan :

R (Revenue) = Penerimaan

C (Cost) = Biaya commit to user

(17)

Apabila nilai R/C > 1, berarti industri sudah efisien, R/C = 1, berarti industri belum efisien atau industri mencapai titik impas (BEP), R/C > 1, berarti industri tidak efisien (Soekartawi, 1995).

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisien teknis) kalau faktor produksi yang digunakan menghasilkan produksi yang maksimum. Dikatakan efisien harga atau efisien alokatif kalau nilai dari produksi marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisien ekonomi kalau usaha tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga (Soekartawi, 2003).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efisiensi usaha merupakan kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya dengan menggunakan input yang serendah-rendahnya untuk memperoleh hasil yang maksimal.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Industri kerajinan rotan di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo merupakan industri kerajinan berbahan baku rotan. Pengertian dari industri kerajinan rotan ini adalah proses pembuatan barang yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan yang dibuat dari bahan dasar rotan.Proses produksi pembuatan kerajinan rotan merupakan gabungan proses mekanik (pemotongan dan pemolaan rotan) dan pengerjaan seni tradisional (pembentukan produk jadi secara manual).Dalam proses produksi diperlukan beberapa tahap, yaitu: pemotongan rotan sesuai dengan ukuran model produk, pembentukan model-model produk dengan alat cetak, pengikatan, memaku/sekrup, pengamplasan dan pengeringan.

Proses produksi kerajinan rotan membutuhkan biaya produksi.Biaya produksi yang dimaksud dalam penelitian inimerupakan nilai korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi.Kebutuhan biaya produksi dalam industri kerajinan rotan terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.Biaya tetap adalah biaya yang secara tetap dibayar atau dikeluarkan oleh pengusaha dan besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi.Biaya tetap pada commit to user

(18)

keseluruhan industri kerajianan rotan di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo berupa biaya penyusutan peralatan, biaya sewa dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), biaya pinjaman Bank dan biaya bunga modal investasi.

Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha sebagai akibat penggunaan faktor produksi yang bersifat variabel. Biaya variabel pada keseluruhan industri kerajinan rotan di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo berupa biaya bahan baku, biaya penolong, biaya tenaga kerja, biaya tranportasi dan biaya finishing.Analisis biaya dilakukan dengan menghitung biaya total (TC). Biaya total diperoleh dari penjumlahan antara biaya tetap total (TFC) dan biaya variabel total (TVC).

Proses produksi kerajinan rotan memberikan penerimaan bagi produsennya. Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara total jumlah produksi kerajinan rotan yang diproduksi (Q) dan harga jual hasil kerajinan rotan (P).

Pengusaha kerajinan rotan dalam melakukan produksi akan senantiasamengkombinasikan faktor-faktor produksinya untuk memperoleh keuntunganmaksimum. Keuntungan (π) merupakan selisih antara penerimaan (TR) dengan biayatotal yang dikeluarkan (TC).

Nilai profitabilitas dalam industri kerajinan rotan merupakan hasil bagi antara keuntungan industri kerajinan rotan (π) dengan total biaya industri kerajinan rotan (TC).Kriteria yang digunakan dalam perhitungan profitabilitas adalah apabila nilai profitabilitas >1 berarti Industri kerajinan rotan yang diusahakan menguntungkan, apabila nilai profitabilitas = 1 berarti industri kerajinan rotan yang diusahakan mengalami BEP (impas) dan apabila nilai profitabilitas < 1 berarti industri kerajinan rotan yang diusahakan tidak menguntungkan.

Pengusaha kerajinan rotan juga mempertimbangkan efisiensi usahayang dijalankannya selama ini.Efisiensi merupakan perbandingan antara penerimaan industri kerajinan rotan (R) dengan biaya total industri kerajinan rotan (C). Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah apabila R/C >1 berarti industri kerajinan rotan yang dijalankan sudah efisien, commit to user

(19)

R/C = 1 berati industri kerajianan rotan yang dijalankan belum efisien atau industri mencapai titik impas (BEP), dan R/C > 1 berarti industri kerajinan rotan yang dijaalankan tidak efisien.

Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut:

Gambar 1.Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha pada Industri Kerajinan Rotan di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo.

Industri Kerajinan Rotan

Proses Produksi Kerajinan Rotan

Input Output

Biaya tetap :

· Biaya penyusutan peralatan

· Sewa dan PBB

· Biaya pinjaman Bank

· Bunga modal investasi

Biaya Variabel :

· Biaya bahan baku

· Biaya bahan penolong

· Biaya tenaga kerja

· Biaya transportasi

· Biaya finishing

Biaya total Penerimaan

Analisis industri :

· Keuntungan

· Profitabilitas

· Efisiensi Usaha Pengembangan Industri Kerajinan Rotan

commit to user

(20)

D. Pembatasan masalah

Pembatasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Penelitian ini menggunakan data produksi selama periodesatu bulan yaitu

pada bulan Oktober2013.

2. Industri kerajinan rotan merupakan kegiatan yang memproduksi rotan menjadi sebuah kerajinan di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo yang sampai periode penelitian masih berproduksi.

3. Produk kerajinan rotan berupa kursi, sketsel, dan ayunan bayi.

E. Asumsi

1. Aset rumah dan bangunan tidak diikut sertakan dalam perhitungan biaya (biaya total) karena mempunyai fungsi ganda (multi use) yaitu sebagai tempat tinggal bagi produsen dan sekaligus tempat berproduksi. Hal ini dikarenakan aset rumah dan bangunan yang digunakan untuk nilainya sangat kecil.

2. Biaya tenaga kerja berdasarkan kenyataan riil yang berlaku didaerah penelitian.

3. Teknologi yang digunakan selama penelitian dianggap tetap.

4. Harga input dan output menggunakan harga yang berlaku di daerah penelitian.

5. Produk kerajinan rotan terjual semua.

6. Kualitas produk yang dihasilkan sama.

7. Sebuah input diperoleh dari pembelian

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Kerajinan rotan adalah kegiatan yang berkaitan dengan barang (hiasan, benda seni, barang pakai) yang dihasilkan melalui keterampilan tangan yang dibuat dari bahan dasar rotan.

2. Analisis usaha adalah penyidikan terhadap kelangsungan suatu industri dengan meninjau dari berbagai hal yang meliputi: biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan efisiensi usaha.

3. Industri kerajinan rotan adalah kegiatan ekonomi dengan bidang industri kerajinan rotan yang secara mayoritas. commit to user

(21)

4. Responden adalah orang yang dapat merespon dan memberikan informasi tentang data-data yang akan diteliti. Responden dalam penelitian ini pengusaha kerajinan rotan yang berdomilisi di Desa Trangsan, Desa Dukuh, Desa Kramat, Desa Jamur, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo.

5. Biaya total industri kerajinan rotan adalah semua biaya yang dikeluarkan meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang merupakan biaya keseluruhan dari proses produksi kerajinan rotan sampai pemasarannya, yang dinyatakan dalam dalam satuan rupiah (Rp) dengan rumus TC = TFC + TVC

6. Biaya tetap industri kerajinan rotan adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi kerajinan rotan sampai pemasarannya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tetap industri kerajinan rotan meliputi:

a. Biaya penyusutan peralatan

Biaya penyusutan merupakan pengurangan nilai barang-barang modal karena barang modal tersebut terpakai dalam proses produksi/karena faktor waktu yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Peralatan yang digunakan antara lain bor listrik, kompressor listrik (4PK), bor duduk (sedang), gergaji, tembak paku, gergaji triplek, gerinda listrik, selang kompressor, nepel kompressor, palu, gunting, instalasi listrik.

Biaya penyusutan peralatan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (Strainght Line Method). Metode garis lurus menghasilkan beban penyusutan yang merata selama umur ekonomi dari suatu aktiva dengan rumus sebagai berikut:

Penyusutan = ŒĖú Ė Ƽ ú.ŒĖú Ė  Ė DŽ CFC Ė

b. Biaya sewa dan pajak bumi dan bangunan (PBB)

Biaya sewa adalah biaya yang dikeluarkan oleh industri untuk membayar sewa tempet industri biaya sewa berlaku bagi pengusaha yang tidak mempunyai tempat milik sendiri.Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah biaya yang dikeluarkan oleh industri untuk membayar commit to user

(22)

pajak tempat industri, berlaku bagi tanah dan bangunan tempat industri milik pribadi.

c. Biaya pinjaman Bank

Biaya pinjaman Bank merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pengrajin guna mengangsur pinjaman modal dari Bank.

d. Biaya bunga modal investasi

Biaya bunga modal investasi merupakan hasil perkalian dari nilai modal investasi dengan suku bunga riil yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Biaya bunga modal investasi dalam penelitian ini dihitung dengan rumus sebagai berikut:

B = Ô

Keterangan :

B = bunga modal investasi (Rp) M = nilai investasi awal (Rp) R = nilai investasi akhir (Rp) N = umur ekonomis (bulan)

t = jumlah bulan dalam setahun (12) i = Suku bunga riil (%)

7. Biaya variabel industri kerajinan rotan adalah biaya yang dikeluarkan mulai dari proses produksi sampai pemasarannya yang besarnya selalu berubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang terdiri dari:

a. Biaya bahan baku

Biaya bahan bakuadalah biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan bahan baku berupa rotan yang dihitung dengan menjumlahkan rotan yang digunakan untuk proses produksi berdasarkan jenis dan tipe rotan (per kg) dikalikan harga rotan.

b. Biaya bahan penolong

Biaya bahan penolong adalah biaya bahan tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk kerajinan rotan yang terdiri dari paku, sekrup, kertas, triplek, isi steples, triplek, dan gas LPG. Dihitung commit to user

(23)

dengan menjumlahkan total biaya bahan penolong (harga paku, sekrup, kertas, triplek dan gas LPG) yang dibutuhkan dalam proses produksi.

c. Biaya tenaga kerja

Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar.Tenaga kerja di industri kerajinan rotan bersifat borongan dengan pembayaran sesuai dengan hasil yang dikerjakan oleh tenaga kerja.

d. Biaya transportasi

Biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk proses transportasi selama proses produksi sampai pemasaran yang terdiri dari biaya bahan bakar alat transportasi dan biaya sewa alat transportasi yang dihitung dengan menjumlahkan bahan bakar alat transportasi yang terpakai (liter) dikalikan dengan harga bahan bakar dan ditambah dengan total biaya sewa alat transportasi yang digunakan.

e. Biaya finisning

Biaya finishing adalah biaya yang dikeluarkan oleh industri untuk proses finishing (pemberian warna dan bahan pengawet).

8. Penerimaan industri kerajinan rotan adalah perkalian antara jumlah produksi per buah dengan harga jual yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) dengan rumus TR = Q x P.

9. Keuntungan industri kerajinan rotan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan dinyatakan dalam rupiah (Rp) dengan rumus π = TR ̶ TC.

10. Profitabilitas adalah perbandingan antara keuntungan dengan biaya total industri kerajinan rotan yang dinyatakan dalam satuan persen (%) dengan rumus profitabilitas = "

ƘōÔ100% . Kriteria yang digunakan dalam perhitungan profitabilitas yaitu, jika profitabilitas > 1 maka industri kerajinan rotan menguntungkan, jika profitabilitas = 1 maka industri kerajinan rotan mengalami BEP (impas), dan jika profitabilitas < 1 maka industri kerajinan rotan tidak menguntungkan. commit to user

(24)

11. Efisiensi usaha adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya total yang dikeluarkan dalam industri kerajinan rotan yang dinyatakan dalam angka dengan rumus efisiensi =

ō. Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha kerajinan rotan adalah jika R/C > 1 berarti industri kerajinan rotan sudah efisien, jika R/C =1 berarti industri kerajinan rotan belum efisien atau industri kerajinan rotan mencapai titik impas (BEP), dan jika R/C < 1 berarti industri rotan tidak efisien.

commit to user

Referensi

Dokumen terkait

Biarlah kami berpaling pada Yesus dan boleh merasakan kehadiran-Nya di dalam keluarga dan rumah bersama … dan bersama banyak orang yang terus berusaha dengan

Modul IV ini adalah modul yang akan memberikan gambaran umum tentang kristalografi, pengetahuan tentang kristalografi sangat penting utnuk membantu mahasiswa dalam memahami dan

Skripsi adalah laporan akhir dari hasil tugas akhir yang harus dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan menjadi bahan evaluasi penting dalam tugas akhir.. Tujuan

Furnitur dalam bentuk partisi ruangan ini sering kali diaplikasikan ke dalam konsep rumah modern yaitu dimana rumah modern tidak terlalu banyak mengandalkan tembok-tembok

Sementara itu, dari tiga sumber benih yang digunakan, benih kakao Hibrida menunjukkan performa kecepatan tumbuh relatif yang lebih baik dibandingkan dengan benih

Biomineral Zn lysinate di dalam rumen akan meningkatkan jumlah dan aktivitas mikrobia rumen sehingga kerja rumen akan lebih efektif untuk mendegradasi secara

Gambar 4 Distribusi kerapatan vascular bundles batang kelapa sawit dari bagian tepi (dekat kulit) menuju ke pusat.. Gambar 5 Kurva stress-strain batang kelapa sawit:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedalaman gerusan dan pola gerusan yang terjadi di sekitar abutmen pada kondisi aliran jernih (clear-water scour) untuk saluran