i SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
ANDRE KUSUMAWARDANI 105381115916
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI 2021
ii
Nim : 105381115916
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Judul Skripsi : Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Kesejahteraan Masyarakat di Desa Gentungang Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi ini merupakan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli saya sendiri. Saya tidak mencantumkan tanpa pengetahuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagai bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah pada Unismuh Makassar atau perguruan tinggi lainnya.
Apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku di Unismuh Makassar.
Demikian pernyataan ini saya buat.
Makassar, April 2021 Yang Membuat Pernyataan
Andre Kusumawardani NIM:105381115916
iii Nama : Andre Kusumawardani
Nim : 105381115916
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2 dan 3 saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, April 2021 Yang Membuat Perjanjian
Andre Kusumawardani NIM:105381115916
iv
Ambilah Kebaikan dari Apa yang dikatakan, jangan Melihat Siapa yang Mengatakannya
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. karya sederhana ini penulis persembahkan untuk :
Kedua orang tua,HamkadenganJunaedahyang selalu memberiku dukungan, memberiku motivasi dalam segala hal serta memberikan kasih sayang yang teramat besar yang tak mungkin bisa ku balas dengan apapun bahkan dengan materi.
Terima kasihku juga kepada seluruh keluarga besar terutama kepada Nenek dan saudara yang tak henti-hentinya dalam mensuport kesuksesan karir dalam tercapainya cita-cita dan pendidikan saya.
Dan yang terakhir penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada teman- teman seperjuangan.
v
Gowa.Skripsi.Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pemibimbing I Ibunda Elisa Meiyani dan Pembimbing II Ayahanda Lukman Ismail.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana implementasi Program Keluarga Harapan dalam kesejahateraan masyarakat serta faktor apakah yang mempengaruhi implementasi Program Keluarga Harapan dalam Kesejahateraan Masyarakat di Desa Gentungang Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Program Keluarga Harapan dalam kesejahateraan masyarakat serta faktor apakah yang mempengaruhi implementasi Program Keluarga Harapan dalam Kesejahateraan Masyarakat di Desa Gentungang Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancaran dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini adalah Implementasi Program Keluarga Harapan dalam Kesejahteraan Masyarakat sudah berjalan dengan semestinya dilihat dari tahapan pelaksanaan sudah berjalan lancar antara lain, melakukan observasi lapangan dan sekaligus mendata orang yang tidak mampu untuk mendapatkan bantuan PKH kemudian pendamping PKH akan berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk memverifikasi kelayakan data sebelum nantinya di setor ke pusat. Masyarakat penerima bantuan PKH ini sudah tepat sasaran. Sedangkan Faktor yang mempengaruhi Implementasi Program Keluarga Harapan yaitu faktor pendorong yang meliputi dapat membantu masyarakat miskin baik dalam pendidikan anaknya hingga kebutuhan sehari-hari masyarakat Adapun faktor penghambat dalam program keluarga harapan salah satunya yakni terlambatnya pencairan dana yang diterima masyarakat serta ketidakpuasan informasi bagi masyarakat.
Kata Kunci: Program Keluarga Harapan, Kesejahteraan Masyarakat
vi
Education, Muhammadiyah University of Makassar. Mother Advisor I Elisa Meiyani and Advisor II Father Lukman Ismail.
The main problem in this research is how the implementation of the Family Hope Program in community welfare and what factors influence the implementation of the Family Hope Program in Community Welfare in Gentungang Village, West Bajeng District, Gowa Regency. This study aims to determine the implementation of the Family Hope Program in community welfare and what factors influence the implementation of the Family Hope Program in Community Welfare in Gentungang Village, West Bajeng District, Gowa Regency. This type of research is qualitative using a case study approach. Data collection techniques in this study were observation, interviews and documentation.
The results of this research are that the implementation of the Family Hope Program in Community Welfare has been running properly, seen from the implementation stages it has run smoothly, among others, conducting field observations and simultaneously recording people who are unable to get PKH assistance then PKH assistants will coordinate with the village government to verify the feasibility of the data before it is later deposited to the center. The community receiving PKH assistance is right on target. While the factors that influence the implementation of the Family Hope Program are the driving factors which include being able to help the poor both in their children's education and the daily needs of the community. One of the inhibiting factors in the hope family program is the late disbursement of funds received by the community and dissatisfaction with information for the community.
Keywords: Family Hope Program, Community Welfare
vii Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil, karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Prof. Dr. H. Ambo Asse.M.Ag dan dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Erwin Akib.S.Pd., M.P.d. Ph.D serta para wakil dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Ketua program Studi Pendidikan Sosiologi Drs.H.
Nurdin, M.Pd dan sekretaris program Pendidikan sosiologi Kaharuddin, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D, beserta seluruh stafnya.
Prof. Dr. Eliza Meiyani, M.Si. Sebagai pembimbing 1 (satu) dan Lukman Ismail, S.Pd., M.Pd sebagai pembimbing II (dua) yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis hanturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis Hamka dan Junaedah serta keluarga besar penulis yang dengan segala pengorbanannya tak akan pernah penulis lupakan atas
viii
Desa Gentungangyang menjadi informan telah memberikan bantuan kepada penulis untuk mendapatkan informasimengenai Implementasi Program Keluarga Harapan yang mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Pimpinan beserta para Staf perpustakaan wilayah, perpustakaan fakultas dan keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang ,mendukung penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan pahala dari rahmat Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin Ya Rabbal alamin.
Billahi fii sabilil haq fastabiqul khaerat wassalamua’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Makassar, April 2021
Andre Kusumawardani
ix
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
SURAT PERJANJIAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... vii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian... 9
E. Defenisi Oprasional ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Konsep ... 11
1. Konsep Kemiskinan ... 11
x
2. Teori Struktural Fungsional ... 31
3. Teori Konflik ... 34
C. Kerangka Fikir ... 37
D. Penelitian Relevan ... 40
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian ... 44
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 45
C. Informan Penelitian ... 47
D. Fokus Penelitian ... 48
E. Intrumen Penelitian ... 48
F. Jenis Dan Sumber Data ... 50
G. Teknik Pengumpulan Data ... 50
H. Teknik Analisis Data ... 52
I. Keabasahan Data ... 53
J. Etika Penelitian ... 55
BAB IV GAMBARAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Lokasi Peneltian ... 56
B. Letak Geografis ... 56
C. Keadaan Penduduk ... 59
xi
1. Implementasi Program Keluarga Harapan ... 62 2. Faktor yang Mempengaruhi ... 69 B. Pembahasan ... 73 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 82 B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan sebuah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan.Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar ataupun akses terhadap pendidikan dan kesehatan.Permasalahan kemiskinan tidak terlepas dari strategi nasional yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan sosial dan ekonomi bagi masyarakat negara tersebut secara keseluruhan.Namun selain strategi nasional tersebut, negara dalam upaya menanggulangi kemiskinan juga mengacu pada kebijakan internasional.
Millennium Development Goals (MDGs) merupakan salah satu kebijakan internasional yang membahas penanggulangan kemiskinan, dimana di dalamnya terdapat program-program yang sejatinya berkaitan dengan strategi nasional suatu negara. Sebagai negara yang ikut menandatangani deklarasi MDGs, Indonesia harus memiliki komitmen untuk melaksanakan program-program yang berkaitan dengan strategi nasional Indonesia itu sendiri.Hal tersebut didasari oleh karena Indonesia masih menjadikan kemiskikinan sebagai permasalahan utama bagi pemerintah, dalam hal ini baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraaan sosial masyarakat.Kemiskinan
dan pengangguran di Indonesia bagaikan setumpuk gunung sampah yang terus bertambah dan harus dibenahi dan dituntaskan.
Kemiskinan di Indonesia merupakan kasus utama dari permasalahan sosial yang menjadi studi kasus yang tak pernah selesai. Kemiskinan selalu menjadi perhatian dari pemerintahan Indonesia, baik pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah. Menurut Auliyah H, dkk (2013), kemiskinan dapat menyebabkan efek signifikan yang cenderung menyebar (multiplier effects) bagi kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Dimana kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder masyarakat tidak mampu untuk mereka penuhi. Sehingga keanekaragaman masalah kemiskinan memerlukan upaya penyelesaian dan pencegahan yang tepat dan menyeluruh, mencakup berbagai macam aspek kehidupan masyarakat dan dilaksanakan secara terpadu dan terorganisir secara baik. Menurut susi L. Rita Y.I (2013), Yepi Y. (2014), kemiskinan yang perlu diselesaikan paling utama adalah kemiskinan dalam bidang pendidikan dan kesehatan, karena dua hal tersebut merupakan dua pilar penting pengentasan kemiskinan dalam suatu Negara.
Kartasasmita (1996) dikutip dalam Dedi Utomo menyebutkan bahwa kebijakan penanggulangan kemiskinan dapat tertuang dalam tiga kebijakan.
Pertama, kebijakan tidak langsung yang diarahkan pada penciptaan yang menjamin kelangsungan upaya penanggulangan kemiskinan, Kedua, kebijakan langsung yang ditujukan kepada golongan masyarakat dengan penghasilan rendah, dan ketiga kebijakan khusus yang dimaksudkan untuk mempersiapkan masyarakat miskin itu sendiri dan aparat yang bertanggung jawab atas
berlangsungnya terhadap kelancaran program, dan sekaligus memacu dan memperluas upaya penanggulangan kemiskinan.
Salah satu upaya penangggulangan kemiskinan yang dilakukan pemerintah melalui kementrian sosial ialah Kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH). Program ini merupakan kebijakan yang dilakukan dalam naungan dinas sosial, salah satu instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang sosial. Program ini berupaya untuk mengembangkan sistem perlindungan sosial terhadap masyarakat miskin di Indonesia.Program Keluarga Harapan ini merupakan program yang mensejahterakan masyarakat miskin di Indonesia.
Kebijakan pemerintah berdasarkan pada keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, No:31/KEP/MKESRA/IX/2007 tentang “Tim Pengendali Program Keluarga Harapan” tanggal 21 September 2007. Melalui Program Kelurga Harapan (PKH), Keluarga Penerima Manfaat (KPM) memiliki akses dan memanfaatkan pelayanan sosial dasar kesehatan, pendidikan, pangan, gizi, perawatan, dan pendampingan, termasuk akses terhadapa berbagai program perlindungan sosial lainnya yang merupakan program komplementer secara berkelanjutan. Program Keluarga Harapan (PKH) diarahkan untuk menjadi tulang punggung penanggulangan kemiskinan yang mensinergikan berbagai perlindungan dan pemberdayaan sosial nasional.
Pendamping merupakan ujung tombak pelaksanaan Program PKH.
Kesuksesan pendamping merupakan kesuksesan PKH secara keseluruhan,
maka dibutuhkan fasilitas pendukung untuk menunjang kelancaran program PKH ditingkat kecamatan, meliputi Operasional UPPKH tingkat kecamatan(
Pendamping ).
Program Keluarga Harapan (PKH) dimulai sejak tahun 2007, maka sebagai upaya penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial di Indonesia. Di beberapa Negara telah dilaksanakan program bantuan tunai bersyarat atau di sebut dengan conditional Cash Trasfer (CCT), telah dilaksanakan dibeberapa Negara dan cukup berhasil dalam menanggulangi kemiskinan yang dihadapi Negara-negara tersebut.
Program Keluarga Harapan (PKH) yang sudah berlangsung selama ini dalam rangka membantu rumah tangga sangat miskin mempertahankan daya beli pada saat pemerintah melakukan penyusuian harga BBM. Program Keluarga Harapan (PKH) lebih dimaksudkan sebagai upaya membangun sistem perlindungan sosial terhadap masyarakat miskin dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan sosial penduduk miskin sekaligus memutus rantai kemiskinan yang terjadi selama ini.
Sebagai sebuah program bantuan sosial bersyarat, PKH membuka akses keluarga miskin terutama ibu hamil dan anak untuk memanfaatkan berbagai fasilitas layanan kesehatan (faskes) dan fasilitas layanan pendidikan (fasdik) yang tersedia di sekita rmereka.Manfaat PKH juga mulai di dorong untuk mencakup penyandang disabilitas dan lanjut usia dengan mempertahankan taraf kesejahteraan sosialnya sesuai dengan amanat konstitusi dan Nawacita Presiden RI.
Melalui PKH (Program Keluarga Harapan), KM (keluarga miskin) didorong untuk memiliki akses dan memanfaatkan pelayanan sosial dasar kesehatan, pendidikan, pangan dan gizi, perawatan, dan pendam pingan, termasuk akses terhadap berbagai program perlindungan sosial lainnya yang merupakan program komplementer secara berkelanjutan. PKH diarahkan untuk menjadi episentrum dan center of excellence penanggulangan kemiskinan yang mensinergikan berbagai program perlindungan dan pemberdayaan sosial nasional.
Tujuan Program ini dalam jangka pendek bertujuan mengurangi beban ekonomi KPM (keluarga penerima manfaat) dan dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar generasi, sehingga generasi berikutnya dapat keluar dari perangkap kemiskinan.
Keberadaan PKH bertujuan untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi KPM, meningkatkan taraf pendidikan anak-anak KPM serta meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil dan balita KPM.Pada akhirnya, PKH diharapkan tidak sekedar mampu menurunkan angka kemiskinan dan meningkatkan sumber daya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin,tetapi dapat juga memutuskan rantai kemiskinan itu sendiri.
Meskipun Indonesia memliki 25 program bantuan pemerintah untuk individu,keluarga, dan kelompok tidak mampu yang disalurkan oleh beberapa kementrian. Program dalam naungan Kementrian Sosial sebanyak 8 Program tergolong dalam 2 bidang yaitu Bidang pangan dan Bidang Sosial dan Ekonomi. Program Keluarga Harapan (PKH) berada dalam naungan
Kementrian Sosial di Bidang Sosial dan Ekonomi dengan anggaran paling tertinggi dibandingkan dengan program bantuan pemerintah lainnya.
Akan tetapi pada faktanya meskipun Program PKH telah hadir sejak tahun 2007 di indonesia sampai saat ini belum mampu mensejahterakan masyarakat di Indonesia secara optimal khususnya di Desa Gentungang.
Seperti halnya yang terjadi di Desa gentungan Kecamatan Bajeng Barat. Yang dimana Jumlah KPM PKH di Desa Gentungang Bulan Juli Tahun 2020 Sebanyak 397 KPM yang tersebar di 6 dusun yaitu:
Table 1.1. Jumlah penerima PKH bulan Juli tahun 2020 di desa Gentungang
Sumber : Pendamping PKH desa Gentungang
Di Desa gentungan Kecamatan Bajeng Barat. Yang dimana Jumlah KPM PKH di Desa Gentungang Bulan Januari Tahun 2021 Sebanyak 486 KPM yang tersebar di 6 dusun yaitu
NO DUSUN JUMLAH
1. Dusun Bontomatene 49
2. Dusun Tuwini 72
3. Dusun Romang lompoa 61
4. Dusun Kampong padede 47
5. Dusun Borisalam 107
6. Dusun Bontomarannu 61
Jumlah 397
Table 1.2 jumlah penerima PKH bulan Januari tahun 2021 di desa Gentungang Kecamatan Bajemg Barat
Sumber : Pendamping PKH desa Gentungang
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis memilih Desa Gentungang sebagai tempat penelitian karena Desa Gentungang merupakan Desa yang memiliki jumlah KPM terbanyak di Kecamatan Bajeng Barat dengan total 397 KPM dari 1567 KPM sekecamatan Bajeng Barat. Observasi awal kondisi dilapangan para penerima PKH di Desa Gentungang bahwa sebagian masyarakat para penerima PKH tidak memanfaatkan bantuan tersebut secara maksimal. Ini menjadi persoalan ketika bantuan tersebut tidak terealisasikan dengan baik, karena disisi lain pemerintah berharap dengan adanya bantuan PKH dapat efektiv pada masyarakat bisa berubah lebih baik setelah mendapatkan bantuan Program Keluarga Harapan. Dengan demikian maka perlu melakukan penelitian tentang “Implementasi Program Keluarga
NO DUSUN JUMLAH
1. Dusun Bontomatene 65
2. Dusun Tuwini 90
3. Dusun Romang lompoa 77
4. Dusun Kampong padede 57
5. Dusun Borisalam 132
6. Dusun Bontomarannu 65
Jumlah 486
Harapan dalam Kesejahteraan Masyarakat di Desa Gentungang Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi Program Keluarga Harapan dalam kesejahateraan masyarakat di Desa Gentungang Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa?
2. Faktor apakah yang mempengaruhi implementasi Program Keluarga Harapan dalam Kesejahateraan Masyarakat di Desa Gentungang Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan rumusan masalah, yaitu :
1. Untuk memahami implementasi Program Keluarga Harapan di Desa Gentungang Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
2. Untuk mendeskripsikan factor yang mempengaruhi implementasi Program Keluarga Harapan dalam Kesejahateraan Masyarakat di Desa Gentungang Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan peneliti maka manfaat yang ditimbulkan adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Menamba wawasan penulis sebagai bahan perbandingan antara teori yang telah dipelajari dengan praktek yang telah diterapkan berdasarkan hasil data yang diperoleh dari beberapa penelitian tersebut dan hasil pengamatan di lapangan.
2. Manfaat praktis
Peneliti ini diharapkan bisa menjadikan kontribusi bagi pengembangan PKH untuk lebih maju lagi dan mensejahterakan masyarakat khususnya di masyarakat Desa Gentungang Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
E. Definisi Operasional
1. Program Keluarga Harapan Salah satu upaya penangggulangan kemiskinan yang dilakukan pemerintah melalui kementrian sosial ialah Kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH). Program ini merupakan kebijakan yang dilakukan dalam naungan dinas sosial, salah satu instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang sosial. Program ini berupaya untuk mengembangkan sistem perlindungan sosial terhadap masyarakat miskin di Indonesia. Program Keluarga Harapan ini merupakan program yang mensejahterakan masyarakat miskin di Indonesia.
2. Kesejahteraan masyarakat sebagaimana telah dikemukakan dalam kamus besar bahsa Indonesia adalah aman, sentosa, damai, makmur dan selamat (terlepas) dari segala macam gangguan, kesukaan dan sebagainya.
Kesejahteraan masyarakat adalah suatu kondisi yang memperlibatkan suatu keadaan kehidupan masyarakat dapat dilihat dari standar kehidupan masyarakat. Definisi kesejahteraan dalam konsep dunia modern adalah sebuah kondisi dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik kebutuhan akan makanan, pakaian, tenpat tinggal, air minum yang bersih, serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan. Disamping itu ia juga memiliki pekerjaan yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya, sehingga memiliki kualitas hidup yang sama dengan warga yang lainnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Konsep
1. Konsep Kemiskinan a. Definisi Kemiskinan
Kemiskinan merupakan suatu permasalahan yang bersifat multidimensional.Pendekatan yang dilakukan dengan satu bidang ilmu tertentu belum cukup untuk menjelaskan makna dan fenomena yang menyertainya.Definisi secara umum yang sering dipergunakan dalam perhitungan dan kajiankajian akademik adalah definisi kemiskinan yang diperkenalkan oleh Bank Dunia yaitu sebagai ketidakmampuan dalam mencapai standar kehidupan yang minimum (World Bank, 1990). Pengertian dari kemiskinan sampai saat ini telah mengalami perluasan, karena semakin kompleksnya faktor penyebab, indikator maupun permasalahan lain yang melingkupinya. Kemiskinan tidak hanya dianggap sebagai dimensi ekonomi tetapi telah meluas sampai kedimensi sosial, kesehatan, pendidikan dan politik.
Kemiskinan juga dapat dikatakan dengan suatu keadaan seseorang ketika tidak mampu untuk memenuhi berbagai kebutuhan pangan, perumahan dan pakaian, rendahnya tingkat pendapatan, pendidikan dan keahlian yang rendah, keterkucilan sosial karena disebabkan oleh keterbatasan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial masyarakat.Singkatnya, kemiskinan dapat dijelaskan sebagai suatu standar kehidupan yang rendah
yaitu suatu tingkat kekurangan dalam materi pada sejumlah atau segolongan orang daripada standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan (Suparlan dalam Dewi, 2011).
Friedman menjelaskan definisi kemiskinan sebagai suatu kesempatan yang tidak sama dalam mengakumulasikan basis kekuatan sosial.
Basis pada kekuatan sosial tidak hanya terbatas pada (1) modal produktif atau aset (misalnya suatu organisasi sosial politik yang dig unakan untuk mencapai dapat kepentingan bersama, partai politik, sindikasi, koperasi dan lain-lain), tetapi juga pada (2) net work atau jaringan sosial untuk memperoleh suatu pekerjaan, barang-barang dan lain-lain; (3) pengetahuan dan keterampilan yang memadai; dan (4) informasi yang berguna yang digunakan memajukan kehidupan mereka (Usman, 2006).
Bappenas (dalam Diah, 2007) mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi jika seseorang atau sekelompok orang, laki-laki maupun perempuan tidak mampu untuk memenuhi hak dasarnya dalam mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar dimiliki oleh masyarakat antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perbuatan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun lakilaki.
United Nations Development Program (UNDP) menjelaskan tentang kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam memperluas
pilihanpilihan dalam hidupnya, antara lain dengan cara memasukkan penilaian “tidak ada partisipasi dalam pengambilan keputusan publik” sebagai salah satu indikator dari kemiskinan (Cahyat, 2004). Cahyat (2004) juga menyatakan bahwa pada penghujung abad 20 muncul pengertian baru tentang kemiskinan yaitu bahwa kemiskinan juga mencakup dimensi dalam kerentanan, ketidakberdayaan, dan ketidakmampuan untuk seseorang menyampaikan aspirasi (voicelessness).Jadi kemiskinan tersebut berwajah majemuk atau bersifat multidimensi.
Dari pengertian diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa kemiskinan merupakan ketika manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan primernya dikarenakan ketidak mampuannya dalam memenuhi standar kehidupan minimum, kemiskinan memiliki standar tersendiri dalam masyarakat dan standar kemiskinan setiap masyarakat berbeda-beda dan bukan dilihat dari kemiskinan atau dimensi ekonomi saja melainkan juga mencakup dimensi sosial, kesehatan, pendidikan dan politik.
b. Bentuk kemiskinan
Kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.Kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif adalah konsep kemiskinan yang mengacu pada kepemilikan materi dikaitkan dengan standar kelayakan hidup seseorang atau kekeluarga. Kedua istilah itu menunjuk pada perbedaa[-n sosial (social distinction) yang ada dalam masyarakat berangkat dari distribusi pendapatan. Perbedaannya adalah bahwa pada kemiskinan absolut ukurannya sudah terlebih dahulu ditentukan dengan angka-angka
nyata (garis kemiskinan) dan atau indikator atau kriteria yang digunakan, sementara pada kemiskinan relatif kategori kemiskinan ditentukan berdasarkan perbandingan relatif tingkat kesejahteraan antar penduduk.Untuk melihat lebih jauh kondisi kemiskinan yang terjadi di Indonesia berikut ini ditampilkan tabel perkembangan jumlah penduduk miskin yang terjadi di daerah perkotaan dan pedesaan beserta persentase penduduk miskin. (dalam Suharto, 2010)
c. Upaya pengentasan kemiskinan
Pendekatan pembangunan yang berpusat pada rakyat sangat relevan sebagai paradigma kebijakan desentralisasi dalam penanganan masalah sosial termasuk masalah kemiskinan.Pendekatan ini menyadari tentang betapa pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal melalui kesanggupan untuk melakukan kontrol internal atas sumber daya materi dan nonmaterial.
Korten (dalam Hikmat, 2004:15-16) menyatakan bahwa ada tiga dasar untuk melakukan perubahan perubahan struktural dan normatif dalam pembangunan yang berpusat pada rakyat:
1) Memusatkan pemikiran dan tindakan kebijakan pemerintah pada penciptaan keadaan-keadaan yang mendorong dan mendukung usaha- usaha rakyat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, dan untuk memecahkan masalah-masalah mereka sendiri di tingkat individual, keluarga, dan komunitas.
2) Mengembangkan struktur-struktur dan proses organisasi-organisasi yang berfungsi menurut kaidah-kaidah sistem organisasi.
3) Mengembangkan sistem-sistem produksi-konsumsi yang diorganisasi secara teritorial yang berlandaskan pada kaidah-kaidah pemilikan dan pengendalian lokal.
Kendati demikian, model pembangunan yang berpusat kepada rakyat lebih menekankan pada pemberdayaan (empowerment). Model ini memandang inisiatif-kreatif rakyat sebagai sumber daya pembangunan yang paling utama dan memandang kesejahteraan material-spiritual rakyat sebagai tujuan yang harus dicapai oleh proses pembangunan. Kajian strategis pemberdayaan masyarakat, baik ekonomi, sosial, budaya maupun politik menjadi penting sebagai input untuk reformulasi pembangunan yang berpusat pada rakyat. Reformulasi ini memberikan peluang yang sangat besar bagi masyarakat untuk membangun secara partisipatif.Dalam pembangunan partisipatif, pemberdayaan merupakan salah satu strategi yang dianggap tepat jika faktor-faktor determinan dikondisikan sedemikian rupa sehingga esensi pemberdayaan tidak terdistorsi.
Kondisi tersebut mencerminkan perlu adanya pergeseran peran pemerintah yang bersifat mendesak dari peran sebagai penyelenggara pelayanan sosial menjadi fasilitator, mediator, koordinator, pendidik, mobilisator, sistem pendukung, dan peran-peran lainnya yang lebih mengarah pada pelayanan tidak langsung.Adapun peran organisasi lokal, organisasi sosial, LSM dan kelompok masyarakat lainnya lebih dipacu sebagai agen
pelaksana perubahan dan pelaksana pelayanan sosial kepada kelompok rentan atau masyarakat pada umumnya.Dalam posisi sedemikian, permasalahan sosial ditangani oleh masyarakat atas fasilitasi pemerintah.
Berkenaan dengan strategi pemberdayaan, Mark G. Hanna dan Buddy Robinson (dalam Hikmat, 2004:19) mengemukan bahwa ada tiga strategi utama pemberdayaan dalam praktek perubahan sosial, yaitu tradisional, direct action (aksi langsung), dan transformasi. 1) Strategi tradisional, menyarankan agar mengetahui dan memilih kepentingan terbaik secara bebas dalam berbagai keadaan, 2) Strategi direct-action, membutuhkan dominasi kepentingan yang dihormati oleh semua pihak yang terlibat, dipandang dari sudut perubahan yang mungkin terjadi, dan 3) Strategi transformatif, menunjukkan bahwa pendidikan massa dalam jangka panjang dibutuhkan sebelum pengiden-tifikasian kepentingan diri sendiri.
Setiap strategi terdiri atas teori, konsep, dan keahlian yang melekat erat pada masing-masing strategi yang kemudian dirinci ke dalam delapan teori khusus, sepuluh konsep, dan dua belas keahlian.Semua tanda yang ada di dalam matriks itu memberikan informasi yang cukup untuk menjamin terciptanya hubungan yang harmonis antara satu dan lainnya. Penggunaan matriks tersebut akan memberikan klarifikasi terhadap bagianbagian penting dalam praktek perubahan sosial bagi orang-orang yang terlibat. Pada tahap awal, para praktisi akan bekerja dengan baik melalui sosialisasi diri mereka terhadap tiga komponen dasar teori, konsep, dan keahlian sebagaimana usaha untuk memahami kategori ketiganya. Berdasarkan hal ini, perbandingan dari
ketiga perbedaan metode perubahan sosial tersebut dapat dibuat.Dengan demikian menurut Hikmat (2004:80) bahwa proses pembangunan masyarakat hendaknya diasumsikan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Arah pertumbuhan masyarakat selalu bertumpu pada semakin membesarnya partisipasi dalam struktur sosial.
2) Terjadinya berbagai kondisi ketidakpuasan yang dirasakan oleh warga masyarakat dewasa ini harus dijadikan sebagai titik tolak bagi program pembangunan masyarakat.
3) Ketidakpuasan yang dirasakan dan dialami oleh warga masyarakat harus disalurkan kedalam perencanaan dan tindakan pemecahan masalah bersama.
4) Pelaksanaan program-program pembangunan masyarakat harus mengikutsertakan pemimpin-pemimpin yang diidentifikasikan dan diterima oleh berbagai kelompok sosial utama dalam masyarakat.
5) Organisasi pelaksana program pembangunan masyarakat harus mengembangkan jalur komunikasi yang efektif-efisien dalam berbagai kelompok sosial utama masyarakat, serta memperkuat kemampuan kelompok itu untuk saling bekerjasama melaksanakan prosedur kerja yang luwes-fleksibel, tanpa merusak pola pengambilan keputusan (decision making) secara teratur.
6) Penentuan program pembangunan masyarakat harus bertumpu pada keputusan bersama warga masyarakat itu sendiri, dengan
memperhatikan kecepatan langkah masyarakat dan melibatkan warga masyarakat secara penuh dalam proses perencanan pembangunan.
Mengapa pula pembangunan masyarakat dipandang sangat penting, Hikmat (2004:81) mengemukakan pertimbangan-pertimbangannya sebagai berikut:
1) Masyarakat yang sehat merupkan produk dari masyarakat yang aktif.
2) Proses perencanaan yang berasal dan diinginkan oleh masyarakat adalah lebih baik dibandingkan dengan perencanaan yang berasalh dari penguasa.
3) Proses partisipasi dalam pembangunan masyarakat merupakan pencegahan berbagai sikap masa bodoh dari individu-individu dalam masyarakat.
4) Proses pemberdayaan yang kuat dalam upaya-upaya kemasyarakatan merupakan dasar kekuatan bagi masyarakat.
Relevansinya dengan upaya penanggulangan kemiskinan, memang diakui bahwa secara nasional telah dilaksanakan melalui program jaring pengaman sosial QPS) atau social safety net (SSN) dan program kompensasi (CP) yang dipadu dengan Program Penanggulangan Kemiskinan atau Poverty Allevation (PA).Pada prinsipnya, program JPS bertujuan untuk membantu penduduk miskin agar tidak menjadi semakin miskin dan terpuruk, serta agar dapat Mdup layak (Haryono, 1998; Justika, 1998). Sebagai inovasi sosial, JPS sudah mulai diterapkan pada awal 1880-an ketika pemerintaah Otto von
Bismark di Jernian dan David Loyd George di Inggris melembagakan sistem perlindungan dan jaminan sosial (social security). Untuk selanjutnya, program ini diikuti oleh Amerika Serikat yang mulai diluncurkan pada 1935, Eropa Timur yang diluncurkan pada 1980-an (Justika, 1998). Adapun JPS masuk ke Indonesia termasuk ke dalam paket program strategi penyesuaian struktural atau Structure Adjusment Programme (SAP) yang disodorkan oleh lembaga internasional seperti International Monetary fund (IMF) dan the World Bank berbarengan dengan pinjaman yang akan dikucurkan (Yulfita, 1998).
Sementara itu, Program Kompensasi (Compensatory Programme) bersifat jangka pendek dan bertujuan untuk menolong penduduk yang secara langsung terkena dampak kebijakan penyesuaian struktural ekonomi (economic structural adjusment).Kebijakan yang berlangsung secara bersamaan ini juga menrmbulkan ekses bagi para pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (Haryono, 1998).Adapun program penanggulangan kemiskinan merupakan program intervensi pembangunan jangka panjang yang dilakukan secara berkesinambungan oleh pemerintah dan masyarakat.
Upaya lain untuk menanggulangi masalah kemiskinan adalah partisipasi aktif seluruh masyarakat melalui sebuah gerakan yang massif.
Gerakan ini dilakukan untuk menghilangkan kesan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan “hanya” merupakan tanggung jawab pemerintah.Partisipasi aktif masyarakat juga menunjukkan bahwa mereka memiliki empati yang dalam yang dibangun dari prinsip silih asih, silih asuh dfan silih asah.Kepedulian pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan
dapat dilihat melalui program Gerakan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (Gerdu Taskin) yang dicanangkan pemerintah sejak 1998.Gerdu Taskin merupakan upaya penanggulangan kemiskinan yang terpadu dan menyeluruh yang dilakukan pemerintah, kalangan swasta, lembaga swadaya masyarakat (NGO), dan organisasi rnasyarakat, masyarakat luas, serta keluarga miskin itu sendiri. Sebagai upaya konkrit kearah itulah maka sejak tahun 1998/1999 diimplementasikan kebijakan Program Pengembangan Kecamatan (PPK), dan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) selanjutnya apa yang disebut dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM-PPK atau PNPM-P2KP) yang secara substantif menggugah partisipasi aktif masyarakat dalam ikutserta dalam gerakan penanggulangan kemiskinan.
Sehubungan dengan peran pemerintah dalam setiap program pembangunan yang bersentuhan dengan kepentingan publik itu, Sumodiningrat (1999:202) menegaskan bahwa: Program pemberdayaan masyarakat dirancang oleh pemerintah untuk memecahkan tiga masalah utama pembangunan yakni pengangguran, ketimpangan, dan pengentasan kemiskinan. Upaya pengentasan kemiskinan yang dianjurkan menurut kebijaksanaan pemberdayaan masyarakat tak lain adalah kebijaksanaan memberi ruang gerak, fasilitas publik dan kesempatan-kesempatan yang kondusif bagi maraknya kemampuan dan kemungkinan kelompok masyarakat miskin untuk mengatasi masalah mereka sendiri dan tidak untuk justru menekan dan mendesak mereka ke pinggir-pinggir atau ke posisi-posisi ketergantungan.
Sementara itu Rondinelli, (1990:91) mengemukakan ada tiga strategi dasar program yang bertujuan untuk membantu penduduk miskin yakni:
1) Bantuan disalurkan ke tempat dimana mayoritas orang miskin hidup, melalui program pembangunan desa terpadu atau proyek produksi pelayanan yang berorientasi pada penduduk desa.
2) Bantuan dipusatkan untuk mengatasi cacat standar kehidupan orang- orang miskin melalui program kebutuhan dasar manusia.
3) Bantuan dipusatkan pada kelompok yang mempunyai ciri sosio ekonomi yang sama yang mendorong atau mempertahankan mereka untuk terus berkubang di dalam lingkaran kemiskinan melalui proyek yang dirancang bagi masyarakat tertentu.
2. Program Keluarga Harapan
a. Defenisi Program Keluarga Harapan
Program Keluarga Harapan adalah program bantuan yang termasuk dalam klaster pertama strategi penggulangan kemiskinan di Indonesia.Program Keluarga Harapan merupakan suatu program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sanagt Miskin (RTSM), jika mereka memenuhi persayaratan yang terkait dengan upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM). Program Keluarga Harapan ini salah satu bantuan tunai yang memiliki syarat dengan persyarakat pendidikan dan Kesehatan. Program Keluarga Harapan merupakan bagian dari program- program penanggulangan kemiskinan di Indonesia.Program Keluarga Harapan berada di bawah Koordinasi Tim Koordinasi Penggulangan Kemiskinan
(TKPK), baik di pusat maupun di daerah. Oleh sebab itu akan segera dibentuk Tim Pengendali Program Kelurga Harapan dalam Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan agar terjadi koordinasi dan sinergi baik.
Program Keluarga Harapan merupakan program lintas kementrian dan lembaga, karena actor utamanya adalah dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan Informatika dan Badan Pusat Statistik.Untuk mensukseskan program tersebut, maka dibantu oleh Tim Tenaga Ahli Program Keluarga Harapan dan Konsultan World Bank.
Tujuan umum Program Keluarga Harapan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengubah pandangan, sikap serta perilaku rumah tangga sangat miskin (RTSM) untuk lebih dapat mengakses layanan kesehatan dan pendidikan yang diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan.
b. Jenis / Kriteria Program Keluarga Harapan
Kriteria peserta PKH adalah keluarga miskin yang memenuhi minimal salah satu syarat berikut:
1. Memiliki komponen kesehatan yakni anak dengan usia di bawah 6 tahun, ibu hamil/menyusui, termasuk anak penyandang disabilitas ringan/ sedang.
2. Memiliki komponen pendidikan anak usia sekolah 6 hingga 21 tahun untuk peserta pendidikan SD/MI sederajat, SMP/MTs sederajat dan/atau
SMA/MA sederajat, termasuk anak penyandang disabilitas ringan/
sedang.
3. Memiliki komponen kesejahteraan sosial untuk Penyandang Disabilitas Berat di dalam keluarga peserta PKH.
4. Memiliki komponen kesejahteraan sosial untuk lanjut usia 70 tahun ke atas di dalam keluarga peserta PKH dengan kriteria:
a). Lanjut usia berusia 70 tahun ke atas per 1 Januari pada tahun validasi.
b). Lanjut Usia berusia 70 Tahun Keatas yang ada dalam keluarga Peserta PKH
c). Lanjut usia berusia 70 tahun ke atas yang menjadi orang tua yang mengurusi keluarga PKH. (Pedoman Pelaksanaan PKH Kemensos RI, 2016)
Penyandang Disabilitas Berat adalah mereka yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama kedisabilitasannya sudah tidak dapat direhabilitasi, tidak dapat melakukan aktivitas kehidupannya sehari-hari dan/atau sepanjang hidupnya pada bantuan/pertolongan orang lain, tidak mampu menghidupi diri sendiri, serta tidak dapat berpartisipasi penuh dan efektif dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan lainnya (Sumber: Pedoman Pelaksanaan Pemberian Asistensi Sosial Bagi Penyandang Disabilitas Berat, 2015).
c. Dampak / Manfaat Program Keluarga Harapan
1. Sebagai sebuah program bantuan sosial bersyarat, PKH membuka akses keluarga miskin terutama ibu hamil dan anak untuk memanfaatkan berbagai fasilitas layanan kesehatan (faskes) dan fasilitas layanan pendidikan (fasdik) yang tersedia di sekitar mereka.Manfaat PKH juga mulai didorong untuk mencakup penyandang disabilitas dan lanjut usia dengan mempertahankan taraf kesejahteraan sosialnya sesuai dengan amanat konstitusi dan Nawacita Presiden RI.
2. Melalui PKH, KM didorong untuk memiliki akses dan memanfaatkan pelayanan sosial dasar kesehatan, pendidikan, pangan dan gizi,perawatan, dan pendampingan, termasuk akses terhadap berbagai program perlindungan sosial lainnya yang merupakan program komplementer secara berkelanjutan. PKH diarahkan untuk menjadi episentrum dan center of excellence penanggulangan kemiskinan yang mensinergikan berbagai program perlindungan dan pemberdayaan sosial nasional.
3. Misi besar PKH untuk menurunkan kemiskinan semakin mengemuka mengingat jumlah penduduk miskin Indonesia sampai pada Maret tahun 2016 masih sebesar 10,86% dari total penduduk atau 28,01 juta jiwa (BPS, 2016). Pemerintah telah menetapkan target penurunan kemiskinan menjadi 7-8% pada tahun 2019, sebagaimana tertuang di dalam RPJMN 2015-2019. PKH diharapkan dapat berkontribusi secara signifikan untuk menurunkan jumlah penduduk miskin,
menurunkan kesenjangan (gini ratio) seraya meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
d. Syarat Memperoleh Program Keluarga Harapan
Seluruh anggota keluarga peserta PKH memiliki kewajiban memenuhi komitmen berdasarkan kriteria komponen masing-masing sebagai berikut:
1). Kewajiban komponen kesehatan - Peserta PKH wajib memenuhi persyaratan kesehatan yang sudah ditetapkan dalam protokol pelayanan kesehatan.
2). Peserta PKH yang dikenakan persyaratan kesehatan adalah peserta yang memiliki ibu hamil/nifas, anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan SD.
3). Kewajiban komponen pendidikan: Peserta PKH yang memiliki anak usia 6-21 tahun diwajibkan untuk didaftarkan/terdaftar pada lembaga pendidikan dasar (SD/MI/SDLB/ SalafiyahUla/Paket A, SMP/MTs/SMLB/ Salafiyah Wustha/Paket B termasuk SMP/MTs terbuka, atau SMA/MA/Paket C termasuk SMA/MA terbuka) dan kehadiran minimal 85% dari hari belajar efektif setiap bulan selama tahun ajaran berlangsung. Apabila ada anak yang berusia 5-6 tahun yang sudah masuk sekolah dasar dan sejenisnya, maka yang bersangkutan dikenakan verifikasi bidang pendidikan.
4). Kewajiban Komponen Kesejahteraan Sosial: Penyandang Disabilitas Berat (PDB) dan lanjut usia dipastikan melakukan pemeliharaan kesehatan sesuai kebutuhan dan protokol kesehatan
seperti puskesmas santun lanjut usia (jika tersedia). Pelayanan kesehatan sosial bagi PDB dan lansia diberikan dalam bentuk home care atau day care dengan perlakuan kunjungan ke rumah atau mendapatkan pelayanan harian di lembaga-lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang ada.
5). Penyandang disabilitas berat melakukan pemeliharaan kesehatan sesuai kebutuhan. Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui kunjungan ke rumah (home care).
6). Lansia melakukan pemeriksaan kesehatan sesuai kebutuhan.
Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan atau mengunjungi puskesmas santun lanjut usia (jika tersedia).
Lansia harus dipastikan mengikuti kegiatan sosial di fasilitas pelayanan kesejahteraan sosial melalui kegiatan day care dan mengikuti berbagai kegiatan yang dibutuhkan. Lansia yang mengalami kesulitan mengikuti day care dapat mengikuti kegiatan home care dengan pendamping lansia mendatangi ke rumah.
e. Prosedur Pelaksanaan Program Keluarga Harapan 1). Penetapan Sasaran
Penetapan sasaran (targeting) dilakukan dalam rangka perluasan jangkauan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH, sumber data penetapan sasaran berasal dari DataTerpadu Program Penanganan Fakir Miskin sesuai Peraturan Menteri Sosial Nomor 10/HUK/2016 tanggal 3
Mei 2016 tentang Mekanisme Penggunaan Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin.
2). Proses Persiapan Pertemual Awal dan Validasi
Setelah menerima data calon KPM PKH, Pelaksana PKH kabupaten/kota melakukan koordinasi dengan pendamping dan operator untuk menetapkan pembagian jumlah calon KPM PKH berdasarkan wilayah kerja pendamping.Kemudian melakukan pencetakan formulir validasi dan Surat Undangan Pertemuan Awal (SUPA). SUPA yang telah tercetak dikirimkan kepada calon KPM PKH sesuai nama dan alamat yang tercantum.
3). Pengiriman Data Calon KPM PKH
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga mengirimkan data calon KPM PKH kepada Pelaksana PKH kabupaten/kota untuk keperluan validasi (pencocokkan data).Data ini mencakup seluruh calon anggota KPM yang berhak menerima bantuan PKH di kabupaten/kota yang menjadi wilayah PKH.
4). Penyaluran Bantuan
Penyaluran bantuan diberikan kepada KPM yang memiliki komponen kepesertaan. Penyaluran bantuan bagi peserta yang ditetapkan pada tahun anggaran sebelumnya dilaksanakan empat tahap dalam satu tahun, sedangkan untuk kepesertaan yang ditetapkan pada tahun berjalan, penyalurannya dilaksanakan dalam satu tahap, yang dapat disalurkan sekaligus dalam pelaksanaan penyaluran bantuan dengan
mekanisme Non Tunai dan disalurkan per tahap dalam pelaksanaan penyaluran bantuan dengan mekanisme tunai.
5). Pembentukan dan Pendampingan Kelompok
Pembentukan kelompok KPM PKH bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga penerima manfaat, pemutakhiran data, monitoring penyaluran bantuan, pengembangan kelompok serta untuk tujuan penyelesaian masalah dalam pelaksanaan PKH.
6). Pemutakhiran Data
Tujuan pemutakhiran data adalah untuk memperoleh kondisi terkini anggota KPM PKH.Data tersebut digunakan sebagai data dasar program perlindungan sosial. Khusus PKH, data tersebut digunakan untuk verifikasi, penyaluran dan penghentian bantuan.
7). Pengaduan
Mengingat pelaksanaan suatu program tidak selalu dapat diharapkan berjalan sempurna, maka di tingkat Pelaksana PKH pusat, Pelaksana PKH provinsi dan Pelaksana PKH kabupaten/kota dibentuk layanan Sistem Pengaduan Masyarakat (SPM) PKH.SPM PKH berfungsi memfasilitasi segala jenis pengaduan terkait dengan pelaksanaan PKH dan penyelesaiannya secara berjenjang.
B. Kajian Teori
Pada bab dua ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan dengan tema pembahasan dalam penelitian ini dengan menggunakan
teori Sistem, teori Fungsional Struktural AGILTalcot Parsons, dan teori Konflik Karl Marx.
1. Teori Sistem sosial
Sistem sosial adalah suatu sistem tindakan yang terbentuk dari sistem sosial berbadai individu, yang tumbuh dan berkembang dengan tidak secara kebetulan, tetapi tumbuh dan berkembang di atas standard penilaian umum atau nurma-norma sosial yang disepakati bersama oleh para anggota masyarakat.Norma-norma sosial inilah yang membentuk struktur sosial. Interaksi sosial terjadi karena adanya komitmen terhadap norma-norma yang menghasilkan daya untuk mengatasi perbedaan pendapat dan kepentingan di antara anggota masyarakat dengan menemukan keselaraan satu sama lain di dalam suatu tingkat integrasi sosial tertentu. Ekuilibrium terpelihara oleh berbagai proses dan mekanismi sosial, di antaranya mekanisme sosialisasi dan pengawasan sosial.
Ciri-ciri sistem antara lain: (1) tiap bagian dari sistem saling tergantung satu sama lain dan membrikan konsekuensi secara bervariasi;
(2) hubungan antar bagian merupakan hubungan saling ketergantungan hingga membentuk keteraturan, dan (3) keseimbangan tidak terbatas meskipun terjadi keanekaragaman (Zeitfin,1998.)
Kondisi minimal yang diperlukan dalam sebuah sistem sosial antara lain: (1) orientasi pelaku terhadap situasi dilatarbelakangi oleh motivasi mewujudkan ekuilibrium; (2) harapan timbal balik yang ajek di antara
pelaku; (3) membagi dsan sama-sama merasakan makna tentang apa yang sedang terjadi.
Tidak jauh berbeda, Ritzer (1992) juga mengungkapkan 7 ciri sistem, yaitu: (1) sistem mempunyai property of order, dan bagian-bagian saling tergantung; (2) sistem cenderung mengarah self-maintainin order, atau keseimbangan; (3) sistem menjadi statis; (4) ciri satu bagian sistem mempunyai impak pada bagian-bagian lainnya; (5) alokasi dan integrasi dua proses fundamental adalah given-state dari sistem keseimbangan; (6) sistem cenderung memelihara diri dan cenderung mengubah sistem dari dalam.
Sesuai uraian di atas, ada seperangkat asumsi untuk mengatur suatu sistem sosial, yaitu: (1) sistem mempunyai property aturan dan saling ketergantungan antara bagian-bagian; (2) sistem cenderung kearah tata tertip pemeliharaan diri atau keseimbangan; (3) sistem mungkin statis; (4) sifat dari satu bagian sistem mempunyai impak pada bentuk bagian lainnya; (5) sistem-sistem memelihara batasan-batasan dengan lingkungannya; (6) alokasi dan integrasi adalah dua proses fundamental;
(7) sistem cenderung pemeliharaan diri meliputi pemeliharaan batasan- batasan dan hubungan bagian-bagian keseluruhan, pengawasan variasi- variasi lingkungandan pengawasan tersebut untuk membuat analisis aturan struktur dari sistem (Ritzer, 1988).
Prasyarat fungsional sistem sosial yaitu: (1) sistem sosial mesti disusun dan dioprasikan dengan tepat dengan sistem-sistem lainnya; (2)
agar tetap hidup, sistem sosial mesti mempunyai dukungan dari sistem- sistem lainnya; (3) sistem menemui proposisi yang siknifikan dengan kebutuhan aktor-aktornya; (4) sistem membutuhkan partisipasi anggota- anggotanya; (5) pada akhirnya mempunyai control minimum secara potensial terhadap gangguan tingkah laku; (6) konflik yang mengganggu mesti di control.
2. Teori Struktural Fungsional
Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan.Perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas. Serta adapula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan sosial dianggap fungsional apabila perubahan tersebut membawa dampak positif bagi masyarakatnya.
Perubahan yang direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan didalam masyarakat.Pihak-pihak yang mengh endaki perubahan disebut agent of change. Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dap at menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. (Soekanto, 1999)
Permasalahan dalam penelitian ini mengacu pada paradigma fakta sosial dengan menggunakan teori Fungsionalisme Struktural. Bahasan tentang Fungsionalisme Struktural Parsons ini akan di mulai dengan empat
fungsi penting untuk semua sistem “tindakan”, yang terkenal dengan skema AGIL. Teori ini menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Konsep-konsep utamanya adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (equilibrium).
Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain.
Teori Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons terkenal dengan empat imperatif fungsional bagi sistem “tindakan“ yaitu skema AGIL.
AGIL, fungsi adalah suatu gugusan aktivitas yang di arahkan untuk memenuhi satu atau beberapa kebutuhan sistem. Menggunakan definisi ini, Parsons percaya bahwa ada empat imperatif fungsional yang diperlukan atau menjadi ciri seluruh sistem Adaptation (adaptasi), Goal attainment (pencapaian tujuan), Integrasidan Latency(pemeliharaan pola).
Secara bersama–sama, keempat imperatif fungsional tersebut di sebut dengan skema AGIL.Agar bertahan hidup maka sistem harus menjalankan keempat fungsi tersebut. (Ritzer, 2012)
a) Adaptation (adaptasi)
Sebuah sistem harus mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar.Ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan– kebutuhannya.
Adaptasi dapat secara aktif dan secara pasif.Adaptasi aktif adalah berusaha memasukkan semua yang asing dalam suatu sistem kerja yang dibentuknya.usaha ini menjadi terasing dengan masyarakat disekelilingnya, bahkan seringkali menimbulkan masalah etnis dan sosial budaya. Sedangkan adaptasi pasif, terjadi dengan cara lembaga yang ada menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan sosial/budaya, dan alam lingkungan yang ada.
b) Goal Attainment (pencapaian tujuan)
Sebuah sistem harus mendefinisikan dan harus mencapai tujuan utamanya. Secara estafet ia mengambil hal-hal yang diserap oleh daya adaptasi, diambil oleh Goal untuk dimanage sehingga tujuan dapat tercapai. Goal dengan demikian cukup beragam, sesuai dengan strategi atau langkah yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
c) Integration (Integrasi)
Sebuah sistem harus mengatur hubungan bagian–bagian yang menjadi komponennya. Ia pun harus mengatur hubungan antar ketiga imperatif fungsional tersebut (A,G,L).
d) Latency (Pemeliharaan Pola)
Sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaharui motivasi individu dan pola – pola budaya yang menciptkan dan mempertahankan motivasi tersebut.
3. Teori Konflik
“Konflik berasal dari kata kerja latin “Configere” yang berarti
”saling memukul”. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih yang mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya” Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri- ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain sebagainya. Dengan adanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, maka konflik merupakan situasi yang wajar terjadi dalam setiap bermasyarakat dan tidak ada satu pun masyarakat yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat yang lain, konflik ini hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya sebuah masyarakat itu sendiri.
Perspektif sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian atau komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dimana komponen yang satu berusaha menaklukkan kepentingan yang lain guna memenuhi kepentingannya atau memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. “Dalam pandangan ahli sosiologi, masyarakat yang baik ialah masyarakat yang hidup dalam situasi konfliktual.Konflik sosial dianggap sebagai kekuatan sosial utama dari perkembangan masyarakat yang ingin maju ketahap – tahap yang lebih sempurna”.Teori konflik sosial memandang antar elemen sosial memiliki
kepentingan dan pandangan yang berbeda.Perbedaan kepentingan dan pandangan tersebut yang memicu terjadinya konflik sosial yang berujung saling mengalahkan, melenyapkan, memusnahkan diantara elemen lainnya.
Konflik adalah sebuah fenomena sosial dan itu merupakan kenyataan bagi setiap masyarakat. Dan merupakan gejala sosial yang akan hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren yang artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Kunci untuk memahami Marx adalah idenya tentang konflik sosial.Konflik sosial adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat untuk merebut aset-aset bernilai.Bentuk dari konflik sosial itu bisa bermacam-macam, yakni konflik antara individu, kelompok, atau bangsa. Marx mengatakan bahwa potensi-potensi konflik terutama terjadi dalam bidang pekonomian, dan ia pun memperlihatkan bahwa perjuangan atau konflik juga terjadi dalam bidang distribusi prestise/status dan kekuasaan politik.
Munculnya sebuah konflik dikarenakan adanya perbedaan dan keberagaman.Dari pernyataan tersebut, maka diambil sebuah contoh yang mana terdapat di negara Indonesia yang semakin lama menunjukkan adanya konflik dari setiap tindakan-tindakan yang terjadi dan konflik tersebut terbagi secara horizontal dan vertikal.Konflik horizontal adalah konflik yang berkembang di antara anggota kelompok, sepertinya konflik yang berhubungan antara suku, agama, ras, dan antar golongan.Sedangkan
konflik vertikal adalah konflik yang terjadi antara masyarakat dan juga negara atau pemerintahan.Umumnya konflik tersebut muncul karena masyarakat tidak puas dengan kinerja pemerintahan, seperti konflik yang terjadi akhir-akhir ini yang menuntut adanya sebuah kebijakan dari pemerintahan untuk menaikkan gaji para buruh.
Terdapat banyak konflik yang terjadi di kehidupan masyarakat, karena dari hal-hal kecil pun bisa menimbulkan sebuah konflik yang berakhir dengan kerusuhan-kerusuhan yang besar bila tidak ditanggapi dengan cepat dan serius.Tetapi konflik tersebut bisa membuat kehidupan masyarakat bersatu apabila golongan-golongan bawah bisa membentuk sebuah kelompok untuk membereskan permasalan dengan pikiran dingin.Dan tak banyak konflik yang bisa mengakibatkan perpecahan yang merusak kehidupan masyarakat, perprcahan tersebut membuat kehidupan tak berjalan dengan sangat baik.
Menurut peneliti teori ini sangat berkaitan degan tema Implementasi Program Keluarga Harapan dalam Kesejahteraan Masyarakat yang dimana dalam proses sistem penyaluran program keluarga harapan tersebut harus mengatasi situasional yang datang dari luar. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya untuk mencapai suatu tujuan dan harus mengatur bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem penerima bantuan program keluarga harapan harus memelihara pola-pola Implementasi Program Keluarga Harapan dalam Kesejahteraan
Masyarakat di Desa Gentungang Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa
C. Kerangka Pikir
Melalui PKH (Program Keluarga Harapan), KM (keluarga miskin) didorong untuk memiliki akses dan memanfaatkan pelayanan sosial dasar kesehatan, pendidikan, pangan dan gizi, perawatan, dan pendampingan, termasuk akses terhadap berbagai program perlindungan sosial lainnya yang merupakan program komplementer secara berkelanjutan.
PKH diarahkan untuk menjadi episentrum dan center of excellence penanggulangan kemiskinan yang mensinergikan berbagai program perlindungan dan pemberdayaan sosial nasional.
Tujuan Program ini dalam jangka pendek bertujuan mengurangi beban ekonomi KPM (keluarga penerima manfaat) dan dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar generasi, sehingga generasi berikutnya dapat keluar dari perangkap kemiskinan.
Dalam mendapatkan Bantuan PKH itu sendiri ada beberapa syarat yaitu: Ibu hamil tapi hanya sampai kehamilan ke dua, balita, SD, SMP,SMA dan kehadirannya minimal 80%, dan lansia. Proses penyalurannya hinga penerimaan bantuan PKH langsung di berikan kepada penerimanya melalui rekening.
Besar harapan saya agar para penerima PKH dapat memaksimalkan bantuan yang diberikan oleh pemerintah dalam mengunakan bantuan PKH, karena bantuan PKH ini sangat bermakna kepada keluarga kurang mampu.
Ketika masyarakat yang masih mendapatkan PKH dan merasah kehidupannya sudah layak agar kiranya sudah bisa keluar dalam Program Keluarga Harapan (PKH) itu sendiri, sehingga masyarakat yang kurang mampu bisa terealisasikan
Tabel 2.1 Bagang Kerangka Pikir Implementasi program keluarga
harapan di Desa gentungang Kecamatan Bajeng Barat
Faktor yang mempengaruhi implementasi
HASIL Implementasi bantuan PKH
pendorong penghambat
1. Tahapan Pelaksanaan PKH
2. Kriteria Keluarga Penerima Manfaat PKH
3. Besar Bantuan Yang diterima Peserta PKH 4. Efektivitas
Pelaksanaan PKH
1. Kebutuhan Masyarakat terhadap Bantuan PKH
2. Adanya Sosialisasi dalam Pelaksanaan Program Bantuan PKH
1. Penetapan Sasaran PKH yang kurang Maksimal 2. Penyaluran PKH
yang sering Terlambat
D. Penelitian Relevan
1. Kontribusi Program Keluarga Harapan dalam menunjang pendidikan siswa kurang mampu di desa marioriaja kecamatan marioriwawo kabupaten soppeng. (Syahriani: 2016)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pengetahuan RTSM terhadap PKH bahwa Rumah Tangga Sangat Miskin telah mengetahui pengertian, tujuan dan kepesertaan PKH. 2) kontribusi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam menunjang pendidikan siswa kurang mampu di Desa Marioriaja Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng adalah pemberian uang tunai kepada peserta Program Keluarga Harapan (PKH) untuk biaya pendidikan anak-anak Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). 3) dampak Program Keluarga Harapan (PKH) dalam menunjang pendidikan siswa kurang mampu di desa marioriaja kecamatan marioriwawo kabupaten soppeng adalah, dampak positif yaitu meringankan beban pengeluaran bagi rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), dan anak-anak Rumah Tangga Sangat Miskin dapat menyelesaikan program pendidikan dasar 9 tahun, dan peningkatan kehadiran siswa di sekolah. Sedangkan dampak negatifnya yaitu, bantuan Program Keluarga Harapan sering salah sasaran yaitu dibelanjakan untuk kebutuhan pokok, dan juga masyarakat malas bekerja dan sangat berharap pada bantuan Program Keluarga Harapan yang jadi pembeda dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yakni penelitian ini berbicara tentang pengertian, tujuan dan kepesertaan PKH, kontribusi serta dampak PKH terhadap pendidikan anak yang kurang mampu sedangkan penelitian yang ingin lakukan yakni
Implementasi Program Keluarga Harapan Dalam Kesejahteraan Masyarakat serta faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program keluarga harapan, Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang ingin peneliti lakukan yakni membahas tentang program keluarga harapan yang dimana menjadi harapan bagi masyarakat yang kurang mampu dalam membantumasyarakat baik dalam bidang pendidikan dan kesehatan.
2. Analisis pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di kelurahan rawaterate jakarta timur. (Raudhotul jannah: 2019)
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa proses pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Rawaterate sudah berjalan dengan baik, terlihat dari proses kegiatan pertemuan awal, sosialisasi pendamping, pencairan bantuan, pemutakhiran data dan verifikasi komitmen peserta. Serta kendala yang dihadapi selama pelaksana PKH di lapangan, antara lain keterlambatan informasi yang di berikan pusat kepada daerah sehingga menyulitkan pendamping untuk meneruskan informasi tersebut kepada peserta PKH, terutama dalam hal pencairan dan bantuan dan verifikasi data. Penelitian ini berbicara tentang analisis pelaksanaan PKH yang dimana peneliti menemukan kendala-kendala yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan bantuan PKH seperti keterlambatan informasi dari pusat kedaerah. Penelitian ini hampir mirip dengan penelitian yang ingin peneliti lakukan yakni implementasi bantuan PKH yang jadi pembeda yakni yang ingin peneliti lakukan bukan hanya berfokus pada implementasinya tapi juga dengan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasinya.