• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. produktif dan tidak mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya karena

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. produktif dan tidak mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya karena"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyandang disabilitas merupakan seseorang yang mengalami keterbatasan dan gangguan yang dapat berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan sosial, kepercayaan diri dlam proses sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat berakibat berkurangnya hak dari penyandangdisabilitas untuk beraktivitas secara penuh. Oleh karenanya kondisi disabilitas ini akan memberikan dampak permasalahan sosial yaitu peran-peran sosial penyandang disabilitas akan sulit dilaksanakan secara wajar dan normal. Hal inilah yang dapat memicu munculnya pandangan masyarakat yang cenderung diskriminatif bahwa penyandang disabilitas merupakan orang yang tidak produktif dan tidak mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya karena keterbatasan fisiknya.1

Permasalahan secara umum yang dihadapi oleh penyandang disabilitas tersebut maka membutuhkan upaya pemerintah termasuk dalam hal ini yakni pemerintah daerah dimana wajib melakukan langkah pelindungan, dan pemenuhan hak Penyandang Disabilitas. Sehingga dapat diharapkan bahwa pemerintah daerah melalui dinas terkait dapat melaksanakan kebijakan atau program yang memberikan upayan perlindungan dan pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas.

1 Muzaki, Ahmad. 2014. Pengembangan Program Pemberdayaan dan Rehabilitasi Sosial Sebagai Upaya Peningkatan Kesempatan Kerja Penyandang Disabilitas di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh di Kabupaten Pasuruan. Diakses dari https://jurnalmahasiswa.enesa.ac.id pada 17 Agustus 2019

(2)

2 Kota Malang merupakan salah satu kota yang terdapat jumlah penyandang disabilitas cukup tinggi. Pada tahun 2018 berdasarkan data dari Dinas Sosial Kota Malang menyebutkan bahwa terdapat 1357 jiwa penyandang disabilitas dengan rincian yakni penyandang disabilitas tubuh 287 , netra 206, cacat wicara 213, cacat mental 281, autis 139 dan cacat ganda 208.2Permasalahan pertama yang menyangkut kondisi penyandang disabilitas di Kota Malang yakni terkait masih banyaknya penyandang disabilitas yang belum memiliki pekerjaan yang layak atau dalam status sebagai pengangguran.Karena di Kota Malang masih terdapat sekitar 350 penyandang disabilitas yang telah memiliki pekerjaan.3 Sehingga dapat diketahui bahwa masih terdapat sekitar 1000 penyandang disabilitas di Kota Malang yang belum memiliki pekerjaan dan membutuhkan kepedulian pemerintah agar dapat memberdayakannya sehingga mendapatkan pekerjaan yang layak.

Permasalahan kedua yakni menyangkut pelayanan pendidikan, dimana pelayanan pendidikan di SLB terbatas pada pendidikan formal, sedangkan pendidikan bersifat pemberian keterampilan dan terapi kurang diterima oleh penyandang disabilitas di SLB.Karena para penyandang disabilitas juga perlu menerima program pemberdayaan dan rehabilitasi sosial.Sehingga dapat diharapkan dapat menerima pendidikan non formal yang bersifat pengembangan kapasitas Sumber Saya Manusia (SDM) dari penyandang disabilitas sehingga dapat memiliki keterampilan dan kesiapan secara psikologis untuk dapat menjalani kehidupan sosial di tengah-tengah masyarakat.

2Dinas Sosial Kota Malang. 2018. Rekapitulasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Kota Malang tahun 2018

3Dinas Sosial Kota Malang. 2017. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP) Dinas Sosial Kota Malang tahun 2017

(3)

3 Program pemberdayaan dan rehabilitasi sosial bagi disabilitas di Kota Malang didukung dengan adanya kebijakan daerah melalui Peraturan Daerah No 2 tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas yang menyatakan bahwa penyelenggaraan perlindungan dan pemberdayaan penyandang disabilitas bertujuan untuk mewujudkan kemandirian, kesamaan hak dan kesempatan serta meningkatkan kemampuan penyandang disabilitas dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan yang layak.4

Maka dari itu, pemerintah Kota Malang melaui dinas terkait harus mampu menyediakan pelayanan rehabilitasi sosial yang dapat memberdayakan penyandang disabilitas. Hal ini dapat dilaksanakan melalui pelaksanaan program dari Dinas Sosial berupa program pemberdayaan dan rehabilitasi sosial.Program tersebut memiliki beberapa kegiatan seperti pelatihan keterampilan bagi penyandang disabilitas dalam konteks pemberdayaan dan kegiatan rehabilitasi sosial yang bersifat terapi atau bimibingan psikologis bagi penyandang disabilitas.

Akan tetapi, dalam praktiknya Dinas Sosial tidak bertindak sendiri, melanikan melibatkan organisasi non pemerintah yakni beberapa yayasan yang bergerak di bidang pendidikan formal dan non formal bagi penyandang disabilitas takni Yayasan Bakti Luhur, yayasan Putra Pancasila dan YPAC Malang. Yayasan-yayasan tersebut merupakan Non Governmental Organization (NGO) yang bergerak di bidang pelayanan

4 Peraturan Daerah Kota Malang No 2 tahun 2014 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Pasal 5

(4)

4 sosial bagi penyandang disabilitas.5Bahkan Dinsos dan Yayasan Bhakti Luhur juga terlibat dalam kegiatan pelatihan kepada orang tua anak penyandang diabilitas yang memuat pentingnya peran orang tua dan masyarakat dalam memberikan kenyamanan dan perlakuan yang layak bagi penyandang disabilitas di Kota Malang.6

Keterlibatan yayasan-yayasan dalam program pemberdayaan dan rehabilitasi sosial bagu penyandang disabilitas yang dilaksanakan oleh Dinsos Kota Malang dilakukan melaui dukungan dalam bentuk sumber daya manusia terapis atau pelatih yang mana tidak dimiliki oleh pegawai di Dinas Sosial.Selain itu, Yayasan-yayasan tersebut juga mendukung dari segi sumber daya anggaran agar program pemberdayaan dan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas dapat terlakasana.

Pelibatan yayasan atau lembaga non pemerintahan dalam program pemberdayaan dan rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Malang menunjukkan adanya penerapan penyelenggaraan pemerintahan berbasis jaringan atau yang disebut dengan collaborative governance.Collaborative governanceadalah praktik atau model baru yang dijalankan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang menekankan pada aspek jaringan untuk membentuk kerjasama dengan melibatkan lembaga diluar pemerintah baik swasta maupun masyarakat.7Sehingga dalam praktiknya pemerintah seperti Dinas Sosial Kota Malang dapat melibatkan aspek civil society seperti Yayasan Bhakti Luhut dalam program kegiatannya.

5 Radar Malang.2018/ Dinsos Kota Malang Terapi 200 Penyandang Disabilitas. Diakses dari https://radarmalang.id/dinsos-kota-malang-terapi-200-penyandang-disabilitas/ pada 9 Juli 2019

6Pemerintah Kota Malang.2017. Dinsos dan PPRBM Bhakti Luhur Berdayakan Orang Tua Penyandang Disabilitas di Kota Malang. Diakses dari https://malangkota.go.id/2017/05/02/dinsos-dan-pprbm-bhakti- luhur-berdayakan-orang-tua-penyandang-disabilitas/ pada 9 Juli 2019

7Cornailes Lay dan Wawan Masudi.2005. Perkembangan Kajian Ilmu Pemerintahan.Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, No. 2, Vol. 9, Hal. 233.

(5)

5 Oleh karena itu, bersadarkan dengan pemaparan dari latar belakang di atas, maka peneliti memutuskan untuk mengangkat penelitian tentang “Collaborative Governance Pemberdayaan dan Rehabilitasi Sosial Bagi Penyandang Disabilitas di Kota Malang”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dalam penelitian tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. BagaimanaCollaborative Governance Pemberdayaan dan Rehabilitasi Sosial Bagi Penyandang Disabilitas di Kota Malang?

2. Apapermasalahan yang dihadapi dalam Collaborative Governance Pemberdayaan dan Rehabilitasi Sosial Bagi Penyandang Disabilitas di Kota Malang?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah penelitian, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Collaborative Governanceantara Dinas Sosial dan Yayasan Bhakti Luhur dalam program pemberdayaan dan rehabilitasi sosial di Kota Malang.

2. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam Collaborative Governanceantara Dinas Sosial dan Yayasan Bhakti Luhur dalam program pemberdayaan dan rehabilitasi sosial di Kota Malang.

(6)

6 D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis, praktis maupun akademis, yakni sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini secara teoristis di harapkan agar dapat memperoleh pengetahuan yang lebih tentang penerapan collaborative governanceantara Dinas Sosial dan Yayasan Bhakti Luhur dalam program pemberdayaan dan rehabilitasi sosial di Kota Malang.

b. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang memiliki kaitan dengan pelaksanaan program pemberdayaan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan kajian dan sumbangan pemikiran bagi upaya pengembangan ilmu Politik dan Pemerintahan, khususnya pada aspek kajian collaborative governanceantara Dinas Sosial dan Yayasan Bhakti Luhur dalam program pemberdayaan dan rehabilitasi sosial di Kota Malang.

b. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Sosial Kota Malang dalam melaksanaan program pemberdayaan dan rehabilitasi sosial yang melibatkan yayasan Bakti Luhur di Kota Malang.

(7)

7 E. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap obyek-obyek yang dihadapi, sehingga obyek-obyek ditempatkan dalam golongan tertentu.Obyek-obyek dihadirkan dalam bentuk representasi mental tak berperaga.Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk satu kata8. Dengan demikian perlu peneliti definisikan beberapa konsep yang berkaitan dengan tema dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1. Collaborative governance

Collaborative Governancesecara sederhana dapat dimaknai sebagai penyelenggaran pemerintahan berbasis kolaborasi antar organisasi. Collaborative governanceadalah jaringan yang terdiri dari berbagai interaksi antar peserta, fokus pada urusan pemerintahan yang melibatkan fungsi institusi dan struktur yang berwenang dan kerjsasama untuk mengalokasikan sumber daya dan untuk mengkoordinasikan serta mengendalikan aksi bersama seluruh jaringan secara keseluruhan. Dengan penerapan penyelenggaraan pemerintahaan berbasis Kolaborasi atau kerja sama maka diharapkan pemerintah dapat melibatkan stakeholder lain dalam menjalankan kebijakan atau program kegiatan serta pelayanan publik tertentu sebagai upaya mengatasi permasalahan yang terjadi di masyarakat.

8 Djamarah Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Hal 30

(8)

8 2. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses yang menunjuk pada serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan secara kronologis sistematis yang mencerminkan tahapan untuk mengubah pihak yang kurang atau belum berdaya menuju kondisi keberdayaan.9Dengan demikian pemberdayaan masyarakat dapat diharapkan menjadi suatu upaya untuk mewujudkan pengembangan kapasitas sumber daya manusia.Sehingga mampu meningkatkan penghidupannya dengan layak secara mandiri.

3. Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi sosial merupakan upaya untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.10Rehabilitasi sosial ini dapat bersifat medis atau psikologis.Dalam konteks yang bersifat medis, lebih menekankan pada upaya medis yang berkaitan dengan kesehatan individu atau masyarakat secara umum.Sedangkan yang bersifat psikologis dapat dilakukan dengan melakukan motivasi dan semacam pelatihan bagi masyarakat agar secara psikologi memili kesadaran untuk mampu terlibat secara aktif dalam kehidupan sosial yang dilaluinya.

9Sulistiyani, A.T. 2004.Kemitraan dan ModelModel Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media. Hal 77

10 Fathurrahmanda, Syam. 2014. Implementasi Rencana Program Rehabilitasi Sosial Bagi Penyandang Disabilitas Netra di Kota Malang. Jurnal Wacana. Vol 16 No 4 Hal 215

(9)

9 4. Penyandang Disabilitas

Penyandang disabilitas adala setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.11Penyandang disabilitas juga memliki beberapa ragam yakni penyandang disabilitas fisik, penyandang disabilitas intelektual, penyandang disabilitas mental, dan penyandang disabilitas sensorik.12Penyandang disabilitas juga sering disebut sebagai masyarakat berkebuuhan khusus.Sehingga dalam praktinya penyandang disabilitas sangat perlu untuk mendapat perhatian lebig dari pemerintah dan tidak mendapat diskriminasi dalam kehidupan masyarakat.

F. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati13. Adapun variabel-variabel yang akan didefinisikan secara operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Collaborative governancedalam program pemberdayaan dan rehabilitasi sosial di Kota Malang.

a. Pengembangan kepercayaan antar stakeholder

b. Jumlah partisipan atau sumber daya pelaksana yang terlibat dalam proses collaborative governance

11 Undang-Undang No 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas Pasal 1

12 Ibid Pasal 4

13 Azwar, Saifuddin. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar Hal 74

(10)

10 c. Pencapaian tujuan collaborative governanceberbasis konsensus

d. Kompetensi yang dimiliki stakeholder dalam proses penerapan collaborative governance.

2. Faktor penghambatcollaborative governancedalam program pemberdayaan dan rehabilitasi sosial di Kota Malang.

a. Dukungan anggaran dari Dinas Sosial

b. Dinas Sosial Tidak Mampu Mengembangan Kolaborasi Pada Pihak Swasta c. Kurangnya Sinergi dengan Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota

Malang.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu prosedur ilmiah yang sistematis yang dilakukanuntuk mendapatkan data dengan tujuan untuk menjawab permasalahan yang diajukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dimana penelitian kualitatif menurut Bodgan & Taylor (1990) dalam Gunawanyakni “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistic (utuh)”.14Adapun langkah-langkah metode yang digunakan dalam mendukung penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, Di mana pengertian penelitian deskriptif menurut Sugiyono adalah sebagai berikut: “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu

14Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 82

(11)

11 variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.15 Sehingga dalam penelitian ini hanya akan mendeskripsikan mengenai fenomena sosial yang terjadi dilapangan.

2. Subyek Penelitian

Salah satu instrumen yang sangat penting dalam proses metode penelitian yakni menyangkut subjek penelitian.Hal ini dikarenakan subjek penelitian merupakan individu atau kelompok yang memberikan informasi mengenai fenomena sosial yang menjadi fokus penelitian.Dalam konteks penelitian kulaitatif, subjek penelitian disebut sebagai informan.Sedangkan pemilihan subjek penerlitian dilakukan dengan metode purposive sampling, dimana peneliti menetukan informan berdasarkan dengan pengetahuannya

terkait objek yang sedang diteliti.16Sehigga subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut ini:

a. Kepala Sie Penanganan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Sosial Kota Malang

b. Ketua Yayasan Bakti Luhur Kota Malang c. Terapis Yayasan Bakti Luhur Kota Malang d. Psikolog Yayasan Bakti Luhur Kota Malang 3. Sumber Data

Untuk memperoleh data yang akurat harus didukung dengan sumber informasi dan data yang valid.Data tersebut harus digali dari sumber-sumber yang berhubungan dan berkaitan dengan masalah yang diteliti, sehingga data harus didapatkan dari sumber yang terpercaya.Hal tersebut guna mendukung kaidah keilmiahan dan memperoleh data

15Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. ALFABETA. Hal 5

16 Sillahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial.Bandung: Refika Aditama. Hal 288

(12)

12 yang didapatkan dari sumber yang relevan.Menurut Sugiyono terdapat dua sumber data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif yaitu sumber data primer atau sekunder.17Kesua sumber data ini akan sangat mendukung proses penelitian. Maka dari itu, dalam penelitian yang dilakukan ini terdapat dua sumber data, yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada peneliti, untuk diamati dan dicatat.18 Data primer yang dimaksud adalah kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan pihak-pihak terkait yang akan menjadi informan. Adanya informasi yang diberikan oleh pihak yang terlibat, dapat menggali fenomena yang akan diteliti secara lebih mendalam. Adapun pihak-pihak yang dijadikan informan sebagai proses penggalian data dan informasi pada penelitian ini yakni, Kepala Sie Penanganan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Sosial Kota Malang; Ketua Yayasan Bakti Luhur Kota Malang; Terapis Yayasan Bakti Luhur Kota Malang; dan Psikolog Yayasan Bakti Luhur Kota Malang.

b. Data Sekunder

Definisi data sekunder menurut Sarwono adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan.19Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, data sekunder digunakan sebagai pendukung dalam menguatkan penelitian.Selain itu, data sekunder merupakan data telah jadi dan tinggal dimanfaatkan oleh peneliti.Data sekunder dalam penelitian ini meliputi salinan peraturan

17Ibid Sugiyono. 2008. hlm. 225

18Ibid.

19Sarwono, Jonathan. 2007.Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS.Yogyakarta : Andi Offset. Hal 123

(13)

13 atau kebijakan, profil instansi atau lembaga terkait yang diperoleh melalui dokumentasi.

Maka dari itu, dalam konteks penelitian ini mengacu pada beberapa regulasi tentang penyandang disabilitas di Kota Malang seperti Peraturan Daerah Kota Malang No 2 tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas dan beberapa dokumen dari Dinas Sosial Kota Malang seperti Rencana Kerja Dinas Sosial tahun 2018 dan 2019 serta Laporan Akuntabilitas Kinerja (LkjIP) Dinas Sosial Kota Malang tahun 2018. Data sekunder juga dapat diperoleh melalui data dari Yayasan Bakti Luhur Kota Malang. Di samping itu data sekunder juga dapat diperoleh melalui sumber-sumber seperti media cetak maupun elektronik yang memuat informasi menyangkut program pemberdayaan dan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di Kota Malang.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi adalah perilaku yang tampak dengan adanya tujuan yang ingin dicapai dapat berupa perilaku yang dilihat langsung oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur.Tujuan tersebut adalah untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati, individu-individuyang terlihat beserta aktivitas yangberlangsung dalam lingkungan yang diamati dan perilaku yang dimunculkan serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang terlibat.20Sedangkan merujuk pada pengertian bahasa, pengertian dari observasi adalah memperhatikan dan mengamati.Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa observasi adalah berupa metode pengumpulan data dengan melaksanakan kegiatan pengamatan.Tujuannya adalah untuk mengetahui informasi yang

20 Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika. hlm. 131-132

(14)

14 lebih mendetail dan kejelasan dari setiap fenomena yang terjadi di lapangan.Dalam konteks penelitian ini, observasi dilaksanakan melalui pengamatan langsung pada kegiatan pemberdayaan dan rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh kedua organisasi yakni Dinas Sosial Kota Malang dan Yayasan Bakti Luhur Kota Malang.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat dan menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek atau oleh orang lain tentang subjek yang merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku dalam berbentuk tulisan, gambar atau data-data yang diperoleh dari dokumen atau catatan resmi instansi yang diteliti.21Pada umumnya, dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa gambar-gambar, foto-foto, rekaman wawancara, dokumen-dokumen resmi, dan lain sebagainya yang berasal dari lembaga atau instansi yang diteliti sesuai dengan kebutuhan kebutuhan penelitian. Dokumen dari instansi terkait dapat berupa foto kegiatan atau laporan tertulis yang dapat meliputi seperti Peraturan Daerah Kota Malang No 2 tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas;

Rencana Kerja Dinas Sosial tahun 2018 dan 2019; Laporan Akuntabilitas Kinerja (LkjIP) Dinas Sosial Kota Malang tahun 2018; dokumen laporan kegiatan pemberdayaan dan rehabilitasi sosial dari Yayasan Bakti Luhur Kota Malang.

c. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara atau yang mengajukan pertanyaan, dan pihak yang lain adalah terwawancara/informan yaitu orang yang memberikan

21Ibid. Hal 143

(15)

15 jawabanatas pewawancara.22 Jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara baku terbuka, yaitu wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku dan para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai sehingga mereka yang diwawancarai memahami dan mengetahui maksud tujuan wawancara itu. Dengan jenis wawancara tersebut informan dapat menjawab secara bebas dan permasalahan yang termuat dalam pertanyaan dapat terjawab dengan baik.Definisi dari wawancara menurut ahli adalah tehnik mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan yang menjadi subjek penelitian agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Kepala Sie Penanganan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Sosial Kota Malang; Ketua Yayasan Bakti Luhur Kota Malang; Terapis Yayasan Bakti Luhur Kota Malang; dan Psikolog Yayasan Bakti Luhur Kota Malang.

5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Dinas Sosial Kota Malang dan Kantor Yayasan Bakti Luhur Kota Malanng.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahapan yang penting dalam proses penelitian secara keselutuhan. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan urian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalan analisis data kualitatif.Jenis penelitian deskriptif

22Ibid Hal 144

(16)

16 kualitatif menggunakan teknik analisa data yang dikemukan oleh Miles, Huberman dan Saldana23, analisa data kualitatif terdiri dari tiga komponen, yaitu :

a. Data Condensation

Data condesation atau kondensasi data mengacu pada proses pemilihan,

pemfokusan, penyederhanaan, pengabstrakan dan upya mentranformasikan data yang muncul dari catatan lapang yang tertulis, transkrip wawancara, dokumen, dan bahan- bahan lainnya.24 Proses ini tidak hanya berarti pelaksanaan pengumpulan data, namun juga melaksanakan pemilahan dan pemfokusan data sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Karena memang dalam proses pengumpulan data, peneliti harus harus cermat melakukan kondensasi mana data yang bersifat informatif dan menjawab permasalahan penelitian.

b. Data Dysplay

Langkah selanjutnya dalam proses analisis data yang adalah mendisplay atau menampilkan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk bagan, hubungan antar kategori, dan dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan tahapan selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut25. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat hasil kondesasi data untuk diolah ketahapan selanjutnya, sehingga pada akhirnya akan menghasilkan suatu kesimpulan terhadap praktik collaborative governanceantara Dinas Sosial dan Yayasan Bakti Luhur Kota

23Miles, Mattew B., A. Michael Huberman, dan Johnny Saldana. 2016. Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook. California: Sage Publications Inc.

24 Ibid Hal 30

25 Ibid

(17)

17 Malang dalam rangka pelaksanaan program pemberdayaan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas.

c. Penarikan dan Verivikasi Kesimpulan

Langkah ketiga dalam kegiatan analisis data yakni melakukan penarikan kesimpulan.Kesimpulan yang bersifat final mungkin tidak muncul hingga pengumpalan data selsesai, karena itu sangat menentut kecermatan penelti dalam proses-proses sebelumnya.26 Selain itu, dalam proses nya peneliti juga harus melakukan verifikasi hasil kesimpulan dengan menilik kembali catatan lapang atau argumentasi yang telah dibuat sehingga terwujud kemantapan hasil penarikan kesimpulan.27Hal ini dilaksanakan agar validitas data dapat terpunuhi dalam penarikan kesimpulan. Sehingga penelitian menyangkut praktik collaborative governance antara Dinas Sosial dan Yayasan Bakti Luhur Kota Malang dalam rangka pelaksanaan program pemberdayaan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas dapat tercapai penarikan dan verifikasi kesimpulan yang sesuai dari segi teoritis dan fakta di lapangan.

26 Ibid Hal 31

27 Ibid

(18)

18 7. Kerangka Berpikir

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Sumber: Dioalh oleh Peneliti, 2019 Program

Pemberdayaan dan Rehabilitasi Sosial Bagi Penyandang

Disabilitas

Dinas Sosial Kota Malang

Organisasi Non Pemerintah

Collaboratie e Governance

Kepercayaan Bersama

Pemahaman Bersama

Legitimasi Internal

Komitmen

Perjanjian kerja sama

antar stakeholder

Pembagian tugas tiap stakeholder

Identifikasi jumlah personel dari

tiap stakeholder

Koordinasi bersama oleh

tiap stakeholder

(19)

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi karbohidrat adalah sebagai penyedia energi utama.. Sebagian karbohidrat diubah di dalam tubuh menjadi lemak. 18 Karbohidrat yang sudah dicerna antara lain

Oleh karena ini penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari dimensi kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen SHPA sebagai upaya evaluasi pelayanan perusahaan

Pemerintah pada Kementerian Negara/ Lembaga dan Peraturan Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang Bantuan Pemerintah pada Kementerian Agama sebagaimana telah diubah

Manusia memiliki daya dan kemampuan untuk mengingat kembali hal-hal yang pernah didengar dan dilihat. Akan tetapi tidak semua manusia memiliki daya ingatan dan hafalan

Kerentanan sosial tersebut diukur dari ketiadaan salah satu modal sosial yang dimiliki dalam setiap individu pada kelompok miskin di kota yaitu kepercayaan (trust).. Trust

Maksud-Nya adalah agar, ketika orang-orang berkumpul pada waktu-waktu yang telah ditetapkan sepanjang tahun mereka akan mengingat berkat dan perlindungan-Nya dengan rasa syukur

Hasil penelitian sebagai berikut: (1) modul fisika berbasis saintifik untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa memiliki ciri yaitu langkah pembelajaran

The neglected role of adolescent emostional well-being in national eduacational achievement: bridging the gap between education and mental health policies. The origin of