• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI. Oleh : AMILIYA NURUL JANNAH NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI. Oleh : AMILIYA NURUL JANNAH NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROPOSAL SKRIPSI

PERSEPSI ANAK USIA 12 TAHUN TERHADAP FILM ANIMASI NUSSA DAN RARA EPISODE LIBUR JANGAN LALAI DI DESA

KLECOREGONANG KECAMATAN WINONG KABUPATEN PATI

Oleh :

AMILIYA NURUL JANNAH NIM 201733153

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2021

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv ABSTRAK

Jannah, Amiliya Nurul. 2021. Persepsi Anak Usia 12 Tahun Terhadap Flm Animasi Nussa Dan Rara Episode Libur Jangan Lalai Di Desa Klecoregonang. Proposal skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus. Dosen Pembimbing (1) Dr. Erik Aditia Ismaya, M.A. (2) Deka Setiawan, M.Pd.

Kata kunci : Persepsi, faktor yang mempengaruhi persepsi, Film animasi Nussa dan Rara,

Dengan berkembangnya teknologi yang semakin pesat dapat menghadirkan berbagai media yang digunakan menyampaikan pesan. Salah satu media yang paling popular adalah film. Menonton film sudah menjadi kebiasaan individu, termasuk anak-anak. Melalui tayangan yang ditonton dapat mempengaruhi penontonnya. Tentu saja bukan sembarang film. Film yang bagus ditonton yaitu film yang memuat pesan moral, nilai-nilai yang dapat mendidik. Salah satu jenis film animasi yang memiliki pesan moral positif yaitu pada film animasi Nussa dan Rara. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi anak usia 12 tahun terhadap film animasi Nussa dan Rara dan menganalisis factor yang mempengaruhi persepsi anak usia 12 tahun dalam memberikan persepsi.

Film animasi ini menceritakan kehidupan sehari-hari kakak beradik yaitu Nussa dan Rara. Film ini menceritakan kegiatan harian pada dunia anak-anak dengan penyampaian bahasa yang mudah dipahami oleh anak. Tidak hanya sebagai sebuah hiburan namun juga terdapat nilai edukasi yang bisa digunakan sebagai media sosialisasi pada anak.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang akan dilaksanakan di Desa Klecoregonang Kecamatan Winong Kabupaten Pati.Informan dalam penelitian ini adalah anak usia 12 tahun. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dokumentasi. Analisis data yang digunakan meliputi reduksi data, penyajian data, verifikasi atau kesimpulan.

(5)

v DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PENGUJI ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... viii

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kajian Teori ... 6

2.2 Penelitian Relevan ... 22

2.3 Kerangka Berpikir ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 26

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

3.2 Rancangan Penelitian ... 26

3.3 Peranan Peneliti ... 27

3.4 Data dan Sumber Data ... 27

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.6 Keabsahan Data ... 30

3.7 Analisis Data ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 32

Lampiran ... 35

PERNYATAAN ... 46

(6)

vi

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan ... 23

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka berpikir ... 25

(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 .Jadwal pelaksanaan... 36

Lampiran 2 Hasil wawancara pra penelitian ... 37

Lampiran 3 Dokumentasi pra penelitian ... 38

Lampiran 4 Kisi-kisi pedoman observasi ... 39

Lampiran 5 Pedoman observasi ... 40

Lampiran 6 Kisi-kisi pedoman wawancara ... 43

Lampiran 7 Pedoman wawancara ... 43

(9)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman diikuti pula dengan perkembangan teknologi.

Dengan berkembangnya teknologi akan memudahkan masyarakat mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Selain itu, dengan berkembangnya teknologi dapat menghadirkan berbagai media yang digunakan menyampaikan pesan.

Terdapat berbagai jenis media, yaitu dalam bentuk cetak dan elektronik. Setiap media memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangan pada media cetak yaitu harus melalui proses percetakan terlebih dahulu sebelum dibaca. Televisi sebagai media elektronik memiliki kelebihan yaitu dapat melihat suatu peristiwa secara langsung dari tempat kejadian. Realitas masyarakat lebih memilih pada media televisi sebagai sumber memperoleh informasi dibanding dengan media lainnya.

Oleh karena itu televisi menjadi media yang digemari dalam masyarakat. Dengan menonton televisi, penonton dapat menikmati program acara dirumah secara aman dan nyaman.

Melihat semakin berkembangnya teknologi, maka berakibat pada banyak orang atau kelompok beralih pada media internet yang lebih efisien dan mudah diiterima seluruh kalangan masyarakat. Saat ini terdapat berbagai macam jejaring sosial seperti facebook, twitter, youtube dan fitur lainnya. Youtube termasuk ke dalam media internet yang populer di masyarakat. Demillah (2019) berpendapat bahwa Youtube merupakan sebuah media yang menfasilitasi penggunanya untuk berbagi video atau menonton video. Selain itu, Youtube memberikan fasilitas bagi penggunanya untuk mengupload video yang dapat diakses orang lain secara gratis.

Youtube telah menjadi berbagai macam kebutuhan dari penggunanya dilihat dari fitur-fitur yang ditawarkan sangat membantu sang pengguna dari berbagai aspek kebutuhan. Oleh karena itu bisa dikatakan Youtube adalah data base video yang paling populer di dunia internet, atau bahkan mungkin yang paling lengkap dan variatif (Faiqah, 2016).

Tak sedikit juga tayangan baik di televisi maupun di Youtube yang dimanfaatkan sebagai media sosialisasi, salah satunya dengan menggunakan film.

(10)

2

Film menjadi media yang dapat menarik perhatian orang dan dapat mengantarkan pesan yang terkadung dalam film kepada masyarakat dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Limarga (2017) yang menyatakan pembelajaran juga akan lebih menarik perhatian anak karena melalui tayangan film anak dapat mengamati secara langsung. Menurut Guritno (dalam Mariana, 2017: 18) film adalah hasil peradaban manusia yang diciptakan melalui proses kreatif dengan melahirkan impian (imajinasi) melalui teknologi yang hasilnya bisa disaksikan semua orang.

Jenis film yang disukai anak-anak adalah film animasi. Menurut Binanto, (dalam Mariana, 2017: 18) animasi adalah hasil dari proses menampilkan obyek obyek gambar sehingga gambar yang ditampilkan akan tampak hidup. Jadi dalam film animasi objek gambar divisualisasikan bergerak seperti terlihat nyata/hidup. Tayangan film animasi tidak menjadi hal asing bagi anak-anak baik anak usia dini maupun anak usia sekolah dasar.

Keberadaan tayangan film dapat membawa pengaruh positif dan negatif bagi penontonnya. Dengan tayangan film dapat berpengaruh terhadap pola pikir dan persepsi bagi penonton. Nussa dan Rara merupakan salah satu kartun animasi karya anak Indonesia yang bernuansa islami. Film ini mengandung unsur edukasi pada setiap tayangannya, membuat tayangan animasi ini cocok untuk ditonton oleh semua kalangan dimulai dari anak hingga usia dewasa. Film animasi Nussa dan Rara merupakan produksi The little Giants yang digagas oleh Mario Irwinsyah berkolaborasi dengan 4 Stripe Production. Pada awalnya film animasi Nusa dan Rara ditayangkan di Youtube dengan nama channel Nussa Official. Sampai saat ini channel Nussa Official. Episode pertama kali dirilis pada tanggal 20 November 2018. Setelah tayang di Youtube kemudian merambah ke dunia televisi selama bulan Ramadhan. Film ini berdurasi sekitar 3-8 menit. Meskipun termasuk animasi baru akan tetapi animasi ini sudah memenangkan beberapa penghargaan.

Film animasi ini menceritakan kehidupan sehari-hari kakak beradik yaitu Nussa dan Rara. Film ini menceritakan kegiatan harian pada dunia anak-anak 3 dengan penyampaian bahasa yang mudah dipahami oleh anak. Tidak hanya sebagai sebuah hiburan yang menyenangkan, namun juga terdapat penanaman nilai edukasi yang mengarahkan ke dalam ajaran agama Islam, pesan-pesan moral dan motivasi

(11)

3

dalam kehidupan khususnya bagi anak-anak. Karakter Nussa digambarkan sebagai anak laki-laki berpakaian gamis dengan peci berwarna putih, namun memiliki keterbatasan yaitu pada kaki kiri Nussa yang menggunakan kaki palsu. Sedangkan karakter Rara digambarkan sebagai adik Nussa berpakaian gamis dan jilbab. Selain itu terdapat tokoh Anta yang merupakan seekor kucing dan Umma yang merupakan ibu dari Nussa dan Rara. Umma juga berpenampilan seperti Rara menggunakan gamis dan jilbab. Umma digambarkan sebagai karakter ibu yang baik, agamis, sabar, penyayang.

Film animasi Nussa dan Rara tepat digunakan sebagai sajian tontonan yang edukatif dan menghibur. Penelitian mengenai nilai karakter yang terdapat pada film animasi Nussa dan Rara seperti penelitian yang dilakukan oleh Sayekti (2019) yang menyatakan bahwa film animasi Nussa dan Rara yang berjudul “Baik itu Mudah”

merupakan salah satu alternatif tontonan untuk anak karena di dalam film terdapat nilai-nilai karakter, antara lain: religius, peduli sosial, rasa ingin tahu, peduli lingkungan, kerja keras dan menghargai prestasi. Demikian pula yang dilakukan oleh Fardani&Lismanda (2019) yang menyatakan bahwa film Nussa sangat kental dengan nilai - nilai karakter baik yang sifatnya Islami ataupun karakter secara umum. Dengan asupan informasi yang syarat akan nilai nilai karakter diharapkan anak mampu berkembang dengan baik sesuai dengan fitrahnya serta memiliki karakter yang kuat. Berdasarkan beberapa penelitian dapat disimpulkan bahwa film animasi Nussa dan Rara terdapat beberapa nilai karakter yang dapat dijadikan sebagai pesan moral yang bagus untuk diimplementasikan pada kehidupan sehari- hari.

Berdasarkan hasil pra penelitian yang telah dilaksanakan peneliti pada bulan Agustud di Desa Klecoregonang, dapat diketahui bahwa anak suka menonton film animasi. Salah satu film animasi yang pernah ditonton adalah Nussa dan Rara. Film Nussa dan Rara menurut anak memiliki perbedaan dengan film animasi yang lainnya yaitu dalam setiap episode terdapat nilai-nilai 4 keagamaan. Peneliti memilih anak berusia 12 tahun sebagai subjek penelitian dikarenakan anak-anak pada tingkatan usia ini sudah dapat berpikir secara logis dan memahami sesuatu yang dilihat.

(12)

4

Pemilihan episode libur jangan lalai dikarenakan dalam episode ini menceritakan untuk pemanfaatan waktu agar tidak lalai diwaktu senggang sehingga dapat menjadi contoh yang baik untuk anak agar memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Dari uraian diatas peneliti beranggapan film animasi Nussa dan Rara tidak hanya menghibur namun juga terdapat pesan yang baik di dalamnya. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk menggali dan meneliti lebih dalam lagi mengenai isi film animasi Nussa dan Rara yang peneliti tuangkan dalam judul

“Persepsi anak usia 12 tahun terhadap film Animasi Nussa Dan Rara Episode Libur Jangan Lalai Di Desa Klecoregonang Kecamatan Kabupaten Pati”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana persepsi anak usia 12 tahun mengenai film animasi Nussa dan Rara pada episode Libur jangan lalai?

1.2.2 Apa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi anak usia 12 tahun terhadap film animasi Nussa dan Rara pada episode Libur jangan lalai?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.

1.3.1 Mendeskripsikan persepsi anak usia 12 pada film animasi Nussa dan Rara pada episode Libur jangan lalai.

1.3.2 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi anak usia 12 pada film animasi Nussa dan Rara pada episode Libur jangan lalai.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dan memberikan referensi pada penelitian selanjutnya, mampu memberikan

(13)

5

pengatahuan menganai media film yang selain digunakan untuk hiburan namun juga sebagai media edukasi untuk anak.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian dijadikan wadah untuk memperluas ilmu pengathuan melalui media massa pada tayanagn film animasi Nussa dan Rara, mengenai bagaimana anak-anak mempersepsikan pada film animasi Nussa dan Rara 2 Bagi anak, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan pada anak tentang

pesan-pesan yang terdapat pada film animasi Nussa dan Rara

3 Bagi orang tua, dapat selektif memilih tayangan yang sesuai dengan usia anak

(14)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori

Dalam kajian teori ini, peneliti akan menguraikan mengenai (1) Persepsi (2) karakteristik anak usia 12 tahun (3) Agen Sosialisasi (4) Film (5) Film animasi Nussa dan Rara

2.1.1 Persepsi

2.1.1.1 Definisi persepsi

Persepsi berkaitan mengenai pendapat individu. Pesepsi setiap orang tidaklah sama. Persepsi berawal dari proses penginderaan tentang suatu objek.

Melalui persepsi tersebut dapat mengolah informasi tentang suatu objek.

Robbins (dalam Aslamiah, 2021) mendefinisikan persepsi sebagai stimulus yang di indera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Hal serupa diungkapkan oleh Slameto (2010:102) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan hubungan dengan lingkungannya menyangkut masuknya informasi kedalam otak manusia. Hubungan ini dilakukan melalui indera. Sedangkan Rahkamat (dalam Sugianto, 2017) menmberikan definisi persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan memberikan penafsiran pesan dan informasi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi melibatkan proses penginderaan, kemudian hasil penginderaan diinterpretasikan sehingga individu memahami stimulus yang diterimanya.

2.1.1.2 Syarat terjadinya persepsi

Menurut Davidoff (dalam Lybertha & Desiningrum, 2017) mengungkapkan bahwa persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu yang tidak sama. Oleh karena itu mungkin dalam mempersepsikan sesuatu antar setiap individu dapat berbeda. Walgito (2004) menyatakan faktor-faktor yang mendukung terjadinya persepsi antara lain.

(15)

7 1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus mengenai alat indera. Stimulus datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat dayang dari individu yang bersangkutan. Objek yang dipersepsi sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar manusia.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera merupakan alat utama untuk menerima stimulus. Selain itu juga terdapat syaraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus sehingga dapat diterima pusat susunan syaraf yakni otak sebagai pusat kesadaran yang akan terjadi proses sehingga individu dapat mempersepsikan apa yang diterima.

3. Perhatian

Perhatian terjadi ketika kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.

Anderson (dalam Abdurrahman & Sahuri, 2016 ) mengemukakan beberapa hal untuk dapat menyebabkan terjadinya persepsi yaitu:

1 Adanya suatu objek yang akan dipersepsi 2 Adanya perhatian (attention)

3 Adanya alat indera (reseptor).

2.1.1.3 Faktor yang mempengaruhi persepsi

Proses persepsi akan mempengaruhi apa yang terdapat pada diri individu sehingga menyebabkan berbagai faktor persepsi seseorang saat memberikan pemahaman yang berbeda.

Menurut Gibson (1989) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya ada 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup antara lain:

a. Fisiologis

Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga berbeda.

b. Perhatian

Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan bentuk fisik pada suatu objek. Energi tiap orang berbeda- beda sehingga perhatian terhadap objek berbeda sehingga mempengaruhi

(16)

8 persepsi.

c. Minat

Persepsi terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi yang digunakan untuk mempersepsi. Dari banyaknya energi membuat seseorang memiliki kecenderungan untuk memperhatikan stimulus.

d. Kebutuhan yang searah

Faktor ini dapat dilihat dan bagaimana kuatnya individu mencari objek- objek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

e. Pengalaman dan ingatan

Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam artian sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang.

f. Suasana hati

Keadaan emosi dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Keadaan emosi menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi, dan mengingat.

Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan objek-objek yang terlibat didalamnya mencakup antara lain:

a. Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus

Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.

b. Warna dari objek-objek

Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami dibandingkan dengan yang sedikit.

c. Keunikan dan kekontrasan stimulus

Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian

d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus

Stimulus dan luar akan membeni makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dan stimulus menupakan daya dan suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

e. Motion atau gerakan

Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

Mulyana, (2004: 108-184) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya ada 2 yaitu faktor internal dan faktor

(17)

9 eksternal.

1. Faktor internal

Faktor internal terdiri dari informasi, perhatian, kebutuhan, pengalaman, suasana hati.

2. Faktor eksternal

Faktor ekternal terdiri dari penempatan objek, warna dari objek-objek, intensitas, gerakan

Menurut Krech&Richard (dalam Rakhmat, Jalaludin 2005: 51) menyebutkan faktor yang mempengaruhi persepsi sebagai berikut.

1. Faktor struktural, sistem syaraf individu yang berasal dari stimulus fisik dan efek-efek syaraf.

2. Faktor situsional, beberapa dari faktor situsional yang mempengaruhi adalah petunjuk paranglinguistik dimana faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa non vebal.

3. Faktor fungsional, berasal dari pengalaman masa lalu dan hal-hal lain dai kebutuhan yang disebut sebagai faktor personal

4. Faktor personal, terdiri atas kepribadian, pengalaman, dan motivasi.

2.1.1.4 Indikator persepsi

Persepsi diperoleh invidu berasal dari panca indera kemudian dianalsis, diinterpretasi, dievaluasi hingga individu memperoleh makna. Robbins (dalam Akbar, 2015)menetapkan indikator-indikator persepsi menjadi dua macam, yaitu:

1. Penerimaan Proses penerimaan merupakan indikator terjadinya persepsi dalam tahap fisiologis, yaitu berfungsinya indera untuk menangkap rangsang dari luar.

2. Evaluasi Rangsang-rangsang dari luar yang telah ditangkap indera, kemudian dievaluasi oleh individu. Evaluasi ini sangat subjektif. Individu yang satu menilai suatu rangsang sebagai sesuatu yang sulit dan membosankan. Tetapi individu yang lain menilai rangsang yang sama tersebut sebagai sesuatu yang bagus dan menyenangkan.

Menurut Walgito (dalam Nuraini, 2021) indikator-indikator persepsi ada tiga yaitu:

(18)

10

1. Penerimaan rangsang atau objek yang diserap dari luar oleh individu (penerimaan). Rangsang serta objek tersebut diserap dan diterima oleh panca indra. Baik penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan pengecap secara tersendiri maupun bersama. Hasil penerimaan dari alat- alat indera tersebut didapatkan gambaran, tanggapan, atau kesan pada otak.

2. Pemahaman Setelah terjadi gambaran serta kesan oleh otak, maka gambaran tersebut diproses sehingga terbentuk pemahaman. Proses terjadinya pemahaman tersebut tergantung pada gambaran sebelumnya yang telah dimiliki oleh individu.

3. Penilaian Penilaian terjadi setelah terbentuk pemahaman oleh individu.

Pengertian atau pemahaman yang baru diperoleh tersebut dibandingkan dengan kriteria serta norma yang dimiliki individu. Meskipun objeknya sama penilaian setiap individu berbeda-beda, oleh karena itu persepsi bersifat individual.

Menurut Miftah Thoha (dalam Abdurrahman, 2016), proses terbentuknya persepsi didasari pada tahapan indikator sebagai berikut.

1. Stimulus

Subproses pertama yang dianggap penting adalah stimulus. terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan dengan suatu situasi atau suatu stimulus. Situasi yang dihadapi itu mungkin bisa berupa stimulus penginderaan dekat dan langsung atau berupa bentuk lingkungan sosiokultur dan fisik menyeluruh.

2. Register

Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya.

3. Interpretasi

Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya.

Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi, dan kepribadian seseorang.

4. Umpan balik (feedback)

Subproses terakhir adalah umpan balik (feedback). Subproses ini dapat mempengaruhi persepsi seseorang.

2.1.2 Karakteristik anak usia 12 tahun

Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Anak SD dalam perkembangannya mengalami perubahan baik secara fisik maupun mental. Usia anak SD berkisar antar 6-12 tahun. Menurut Seifert dan Haffung (dalam Lazuardi, 2017) terdapat tiga jenis perkembangan, yaitu:

(19)

11 1. Perkembangan fisik.

Perkembangan fisik anak usia SD dapat dilihat dari gambaran umum menyangkut pertambahan proporsi tinggi dan berat badan serta ciri-ciri fisik lain yang tampak. Anak SD umumnya berada di fase tenang dimana perkembangan fisik terbilang lambat namun konsisten (Budiyartati, 2014:

72). Ciri-ciri perkembangan fisik mendasar di usia 7 hingga 9 tahun, lazimnya anak perempuan lebih pendek dan ringan daripada anak laki-laki.

Di usia 9 hingga 10 tahun, lazimnya anak perempuan memiliki tinggi dan berat badan yang sama dengan anak laki-laki. Pada usia sekitar 11 tahun anak perempuan lebih tinggi dan berat dibandingkan dengan anak laki-laki.

Pada usia ini anak perempuan berkembang lebih cepat daripada anak laki- laki.

2. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir dan bernalar. Kemampuan anak usia dasar berbeda-beda disetiap tingkatannya.

Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan tiga pendekatan perkembangan, yaitu:

tahapan pra operasional, tahapan operasional konkrit, tahapan operasional formal.

Berdasarkan teori kognitif Piaget, terdapat dua fase yaitu fase pertama merupakan fase operasional konkret (usia 7 hingga 11 tahun) dimana di fase ini anak dapat berpikir logis, rasional, ilmiah, objektif terhadap sesuatu yang bersifat konkret atau nyata.

Kedua fase operasional formal (11 hingga 12 tahun keatas) yaitu fase dimana anak sudah dapat memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi dan sesuatu bersifat abstrak. Pada fase ini anak dapat berpikir kritis dan berpikir tingkat tinggi.

3. Perkembangan psikososial

Perkembanagn psikososial berkaitan dengan perkembangan dan perubahan emosi individu. Perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek lain seperti diantaranya, aspek psikis, moral, dan sosial.

Rita Eka Izzaty (2008: 109-121) memiliki enam jenis perkembangan:

1. Perkembangan fisik

Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau tenang, anak menjadi lebih tinggi , lebih berat, lebih kuat serta belajar berbagai keterampilan.

2. Perkembanagan kognitif

Piaget (dalam Sugihartono, 2007: 109) mengungkapkan bahwa tahap perkembangan berpikir individu ialah melalui empat stadium:

a. sensomotorik (0-2 tahun), bayi lahir dengan sejumlah reflek bawaan mendorong mengeksplorasi dunianya.

b. praoperasional (2-7 tahun), anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.

c. operasional konkret (7-11 tahun), penggunaan logika yang memadai.

Tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit.

(20)

12

d. operasional formal (12-15 tahun), kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informassi yang tersedia.

3. Perkembangan bahasa

Pada perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata bahasa. Anak kelas satu merespon pertanyaan dengan jawaban yang lebih sederhana dan pendek. Perkembanagan bahasa menurut Allen

& Marotz, 2010) menyatakan bahwa perkembangan bahasa pada usia 9 hingga 10 tahun anak mampu mengungkapkan apa yang dirasakannya melalui kata-kata, mengenali peribahasa, dan menunjukkan pemahaman level tinggi dalam tata bahasa. Pada usia 11 hingga 12 tahun anak senang berargumentasi untuk mendukung pernyataannya, mampu menggunakan struktur bahasa yang Panjang dan kompleks, mampu menggunakan bahasa dengan terampil untuk mengembangkan cerita, pendengar yang suka berpikir dan mampu memahami makna tersirat.

4. Perkembangan moral

Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku di masyarakat. Perilaku moral banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tuanya serta perilaku moral dari orang-orang disekitarnya.

5. Perkembangan emosi

Emosi melakukan peran yang penting dalam kehidupan anak. Akibat dari emosi ini juga dirasakan oleh fisik anak terutama bila emosi itu kuat dan berulang-ulang. Pergaulan yang semakin luas membawa anak belajar bahwa ungkapan emosi yang kurang baik tidak diterima oleh teman- temannya.

6. Perkembangan sosial

Perkembangan emosi pada masa anak-anak akhir tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan sosial. Orang-orang di sekitarnyalah yang banyak mempengaruhi perilaku sosialnya.

2.1.3 Agen Sosialisasi 2.1.3.1 Definisi Sosialisasi

Sosialisasi merupakan proses penting yang harus dilalui oleh manusia.

Priyatna (2017) menyatakan bahwa pada umumnya sosialisasi berhubungan dengan proses interaksi dimana seorang individu mendapatkan norma, nilai, keyakinan, sikap, dan bahasa dalam kelompoknya. Sosialisasi secara sederhana meliuputi isi, proses, cara dan agen sebagai unsur-unsur yang bekerja dalam suatu sistem sosial, baik itu sebagai kelompok, dilingkungan keluarga, maupun masyarakat luas.

Sosialisasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan agar pihak yang

(21)

13

dididik sesuai kaidah-kaidah dan nilai yang berlaku dan dianut oleh masyarakat (Soekanto, 2001: 49). Goslin (dalam Syamsuddin, 2019) berpendapat bahwa sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakat. Menurut pandangan Kimball (dalam Syamsuddin, 2019), sosialisasi adalah hubungan interaktif yang dengannya seseorang mempelajari keperluan-keperluan sosial dan cultural yang menjadikan seseorang sebagai anggota masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi merupakan proses interaksi dimana seorang individu agar memperoleh nilai, norma, sesuai dengan kelompok ataupun yang ada di masyarakat luas.

2.1.3.2 Tahapan Sosialisasi

Menurut Berger dan Luckman (1967:130) dalam Ihromi (1999: 32) membagi tahapan sosialisasi menjadi dua, yakni:

1. Sosialisasi primer, sebagai sosialisasi yang pertama dijalani individu semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat dalam tahap ini proses sosialisasi primer membentuk kepribadian anak ke dalam dunia umum, dan keluarga yang berperan sebagai agen sosialisasi.

2. Sosialisasi sekunder, didefinisikan sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya. Dalam hal ini yang menjadi agen sosialisasi adalah lingkungan yang cakupannya lebih luas dari keluarga seperti lembaga Pendidikan, ataupun lembaga pekerjaan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Waters dan Crook (1946) membagi tahapan sosialisasi menjadi tiga, yakni:

1. Sosialisasi primer, merupakan sosialisasi yang berlangsung dalam lingkungan keluarga

2. Sosialisasi Sekunder, merupakan sosialisasi yang terjadi di luar lingkup keluarga.

3. Sosialisasi tersier, merupakan sosialisasi yang terjadi ketika individu masuk dalam situasi sosial yang baru dalam masa kedewasaannya.

Terlepas dari perbedaan mengenai tahapan/fase-fase dalam sosialisasi,

(22)

14

baik Waters dan Crook maupun Berger dan Luckman sepakat bahwa sosialisasi primer merupakan fase paling penting untuk menyiapkan individu memasuki kehidupan bermasyarakat (Waters dan Crook, 1946:92; Berger dan Luckman, 1967:130).

2.1.3.3 Agen Sosialisasi

Sosialisasi dialami oleh manusia sebagai makhluk sosial sepanjang hidup dimulai saat dilahirkan sampai meninggal dunia. Dalam sosialisasi terdapat interaksi sebagai kunci berlangsungnuya proses sosialisasi. Selama proses sosialisasi maka diperlukan agen sosialisasi, yakni orang-orang disekitar manusia yang mentransmisikan nilai-nilai atau norma, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Agen sosialisasi dapat disebut juga dengan media sosialisasi. Terdapat empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan. Pesan-pesan yang disampaiakan oleh agen sosialisasi tidak selamanya sejalan satu sama lain.

Namun, proses sosialisasi akan berjalan dengan lanjar apabila pesan yang disampaiakan oleh agen sosialisasi saling mendukung satu sama lain. Menurut Sunarto ( dalam Komariah, 2016), yang termasuk agen sosialisasi diantaranya adalah

1. Keluarga.

Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi. Hal ini dimungkinkan sebab berbagai kondisi keluarga.

Pertama, keluarga merupakan kelompok primer yang selalu bertatap muka di antara anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggota-anggotanya. Kedua, orang tua memiliki kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan hubungan emosional yang hubungan ini sangat memerlukan proses sosialisasi. Ketiga, adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua memiliki peranan yang penting terhadap proses sosialisasi kepada anak (Sunarto, 2004). Keluarga merupakan dimana anak akan diasuh dan dibesarkan yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya.

Terutama keadaan ekonomi rumah tangga, serta tingkat kemampuan orang tua merawat juga sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara itu tingkat pendidikan orang tua juga mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan rohaniah anak terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya (Dalyono, 2012).

2. Kelompok Bermain; Kelompok bermain (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke

(23)

15

luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.

3. Media Massa

a. Media Cetak; poster, leaflet, baligo, spanduk, umbul-umbul, x banner, gimmick, koran, majalah dan tabloid.

b. Media Audio Visual; televisi, radio, film dan iklan.

c. Media Internet; jejaring sosial, website atau blog.

2.1.3.4 Peran Media Massa dalam proses sosialisasi

Media massa (mass media) terdiri dari dua kata yaitu “media” dan

“massa”. Kata media dekat dengan pengertian “medium”, “moderta” yang berarti tengah, sedang, penengah atau penghubung. Atau secara sosial-politis,

“media” merupakan tempat, wahana, forum, atau lebih tepat lembaga penengah. Sedang “massa” adalah sesuatu yang tidak pribadi, sesuatu yang tidak personal, melainkan sesuatu yang berhubungan dengan orang banyak.

Dengan demikian media massa adalah suatu lembaga netral yang berhubungan dengan orang banyak atau lembaga yang netral bagi semua kalangan atau masyarakat banyak (Niryawan dalam Makhshun, 2018). Media massa dapat dikelompokkan dalam dua golongan yaitu media cetak dan media elektronik.

Media cetak terdiri dari koran, majalah, taboloid, dan bentuk cetak lainnya.

Media massa elektronik terdiri dari: radio, televisi, film, dan internet (media online), dan bentuk lainnya. Dalam perkembangan di era teknologi internet sekarang, hampir semua media cetak memiliki versi online yang bisa diakses melalui internet.

Media massa telah memborong sejumlah fungsi yang dulu dilakukan oleh lembaga sosial lainnya. Beberapa fungsi media tersebut antara lain:

1. Fungsi informasi. Media telah menjadi alat untuk mencari informasi bagi masyarakat. Dari media-lah berita lokal, nasional, dan manca Negara dapat diterima.

2. Fungsi agenda. Melalui media, agenda manusia ditentukan. Orang akan mengerjakan apa hari ini banyak dipengaruhi oleh media.

3. Fungsi penghubung orang. Tidak dapat dipungkiri bahwa media memiliki fungsi untuk menghubungkan manusia satu dengan manusia yang lain.

4. Pendidikan. Media massa sedikit banyak memberikan pesan tentang pendidikan.

(24)

16

5. Fungsi membujuk. Bagaimana pun media juga memiliki kekuatan untuk membujuk atau merayu pendengar, penonton atau pembacanya.

6. Fungsi menghibur. Fungsi ini sangat kental pada media penyiaran, dengan banyaknya acara sinetron, musik, lawak dan olah raga (Niryawan dalam Makhshun, 2018).

Salah satu aspek lingkungan di era reformasi saat ini adalah media massa. Media massa dituntut untuk menyajikan perilaku keseharian yang dapat menjadi contoh. Melalui tayangan film yang mengangkat keseharian yang kaya akan pesan moral dan dapat menjadi keteladanan bagi anak. Media massa telah banyak mengambil peran orang tua sebagai penyampai nilai budaya pada anak. Selain itu, kehadiran media massa mampu menjadi guru baru bagi anak.

Anak lebih mampu menyerap nilai baru yang berkembang melalui berbagai tayangan yang ditonton. Hal ini sesuai dengan pada kenyataannya, anak-anak sering mengidolakan tokoh dari film yang. Oleh karena itu orang tua maupun guru dapat menggunakan media berupa film sebagai proses sosialisasi kepada anak.

2.1.4 Film 2.1.4.1 Definisi film

Film menurut Effendy (dalam Santoso, 2019) didefinisikan sebagai media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaiakan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu.

Ibrahim (dalam Normuliati, 2016) menyebutkan bahwa sebagai industri (an industry), film adalah sesuatu yang merupakan bagian dari produksi ekonomi suatu masyarakat dan ia mesti dipandang dalam hubungannya dengan produk- produk lainnya. Sebagai komunikasi (communication), film merupakan bagian penting dari sistem yang digunakan oleh para individu dan kelompok untuk mengirim dan menerima pesan (send and receive messages).

Dalam pembuatan film cerita diperlukan proses pemikiran dan proses teknis. Proses pemikiran berupa pencarian ide, gagasan atau cerita yang akan dikerjakan. Sedangkan proses teknis berupa ketrampilan artistik untuk mewujudkan segala ide, gagasan atau cerita menjadi film yang siap ditonton.

Oleh karena itu suatu film terutama film cerita dapat dikatakan sebagai wahana

(25)

17

penyebaran nilai – nilai (Effendy dalam Normuliati, 2016). Sobur (dalam Normuliati, 2016 ) menyatakan bahwa film telah menjadi media komunikasi audio visual yang akrab dinikmati oleh segenap masyarakat dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial. Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya.

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa film adalah cerita gambar hidup berbentuk audio visual yang di dalamnya terdapat nilai-nilai yang ingin disampaikan melalui jalannya cerita dan diharapkan mampu menyampaikan pesan dengan baik.

2.1.4.2 Unsur-unsur Film

Boggs dan Petrie (dalam Ariotejo, 2019) menjelaskan bahwa film merupakan karya seni visual dan verbal yang me madukan unsur-unsur naratif dan unsur-unsur sinematografis. Berikut adalah tiga komponen dalam film:

1. Alur

alur biasa disebut juga dengan jalan cerita. Dalam sebuah film terdapat alur cerita yang menggambarkan runtutan kejadian yang dialami tokoh. Alur mengandung unsur jalan cerita yang menekankan hubungan kasualitas, kelogisan hubungan antar peristiwa yang memiliki hubungan sebab-akibat, tidak hanya sekadar berurutan secara kronologis, yang dikisahkan dalam karya naratif (Boggs and Petrie dalam Riotejo, 2019).

2. Latar

Latar berhubungan dengan tempat dan waktu kejadian cerita. Latar merupakan unsur dasar di dalam seluruh cerita dan memberikan - kontribusi yang penting kepada tema dan juga memberikan keseluruhan efek pada film.

3. Penokohan

Tokoh merupakan pelaku dalam cerita. Tokoh tersebut dalam cerita memiliki sikpa, sifat, tingkah laku atau watak-watak terntentu.

2.1.4.3 Jenis-jenis film

Dalam perkembangannya, baik karena kemajuan teknik-teknik yang semakin canggih maupun tuntutan massa penonton, pembuat film semakin bervariasi. Danesi (2010: 134) menuliskan tiga jenis film sebagai berikut.

1. Film Fitur

(26)

18

Film fitur merupakan karya fiksi, yang strukturnya selalu berupa narasi, yang dibuat dalam tiga tahap. Tahap praproduksi merupakan periode ketika skenario diperoleh. Skenario ini bisa berasal dari adaptasi novel, cerita pendek, cerita fiktif, kisah nyata yang dimodifikasi, karya cetakan lainnya, atau bisa dari hasil tulis khusus untuk dibuat filmnya. Tahap produksi merupakan masa berlangsungnya pembuatan film berdasarkan skenario.

Tahap terakhir yakni post-produksi (editing) ketika semua bagian film yang pengambilan gambarnya tidak sesuai dengan urutan cerita, disusun menjadi suatu kisah yang menyatu.

2. Film dokumenter

Film dokumenter merupakan film nonfiksi yang menggambarkan situasi kehidupan nyata dengan setiap individu menggambarkan perasaannya dan pengalamannya kedalam situasi yang apa adanya, tanpa persiapan, langsung pada kamera atau pewawancara. Proses seperti merekontruksi kejadian nyata pada karya dokumenter ini selanjutnya akan menggunakan isntilah film dokumenter berdasarkan sejarahnya. Isu- isu menarik yang berkembang di masyarakat dapat diperhatikan sebagai sumber mengembangkan ide membuat dokumenter.

3. Film animasi

Animasi adalah teknik pemakaian film untuk menciptakan ilusi Gerakan dari serangkaian gambaran benda dua atau tiga dimensi. Penciptaan tradisional dari animasi gambar bergerak selalu diawali hamper bersamaan dengan penyusunan storyboard, yaitu serangkaian sketsa yang menggambarkan bagian penting dari cerita.

2.1.5 Film Animasi Nussa dan Rara 2.1.5.1 Definisi film animasi

Film yang digemari anak-anak adalah film animasi. Kata animasi berasal dari bahasa latin yaitu “anima” yang mempunyai arti hidup, nyawa, jiwa dan semangat. Menurut Gunawan (dalam Anggara, 2020) mendefinisikan animasi adalah film yang berasal dari rangkaian gambar-gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah gambar bergerak dan bercerita.

Djalle dkk dalam Mariana (2019) mendefinisikan animasi adalah proses penciptaan efek gerak atau efek perubahan bentuk yang terjadi dalam beberapa waktu. Menurut Binanto dalam Mariana (2019) mendefinisikan animasi adalah hasil dari proses menampilkan objek-objek gambar sehinggaa gambar yang ditampilkan akan tampak hidup. Tidak hanya hidup, animasi juga memberikan karakter kepada objek-objek tersebut.

Bustaman (dalam Nasir, 2016) menambahkan animasi merupakan

(27)

19

sebuah proses menciptakan efek gerakan ataupun perubahan bentuk dari suatu objek ke objek lainnya dalam jangka waktu tertentu. Prakosa(dalam Anggara, 2020) menyatakan secara luas animasi berbicara masalah bentuk suatu benda yang berubah-ubah menciptakan gerak dan kehidupan Sedangkan menurut Zembry (dalam Nasir, 2016) berpendapat bahwa animasi adalah pembuatan gambar atau isi yang berbeda-beda pada setiap frame, kemudian rangkaian frame tersebut dijalankan menjadi sebuah gerakan sehingga terllihat seperti sebuah film.

Berdasarkan teori yang dikemukakan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa animasi merupakan suatu teknik pembuatan karya dalam bentuk audio visual berdasarkan pengaturan waktu dalam gambar yang dirangkai menjadi gambar bergerak dan terlihat nyata.

2.1.5.2 Film animasi Nussa dan Rara

Salah satu film animasi yang memiliki nilai pendidikan adalah Nussa dan Rara. Dalam film ini memiliki tema islami dapat memberi edukasi dan pemahaman tentang Islam dan juga nilai karakter yang lainnya. Dikutip dari tulisan di akun resmi Nussa Official, lahirnya animasi ini dilatarbelakangi oleh kecemasan keluarga akan tontonan anak yang jarang sekali menawarkan kebaikan, terutama yang sarat akan nilai-nilai Islami.

Animasi Nussa dan Rara tidak hanya lucu dan menggemaskan, tetapi juga sarat akan nilai moral dan pelajaran yang seharusnya didapatkan anak- anak terutama nilai-nilai Islami. Penggambaran karakter Nussa dan Rara yang lucu dan menggemaskan, dikemas dengan cara berpakaian yang baik dan sopan serta mencerminkan nilai ajaran Islam. Tidak hanya itu, pengajaran dan pengetahuan akan ajaran Islam pada film Nussa dan Rara dapat diperoleh di setiap episodenya, ditambah dengan pesan-pesan berbentuk nasehat dan mengandung unsur ajaran Islam yang di tampilkan di setiap bagian akhir film.

Episode dalam film animasi Nussa dan Rara menayangkan kebiasaan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan berdasarkan ajaran Islam dengan cara penyampaian dari karakter yang mudah dipahami oleh penonton (Demillah, 2019).

(28)

20

Nussa dan Rara adalah cerita animasi yang menarik. Menceritakan kehidupan sehari-hari anak laki-laki bernama Nussa dan adik perempuannya yang bernama Rara. Nussa dan Rara tinggal bersama ibunya yang biasa mereka panggil dengan sebutan Umma serta Anta sebagai seekor kucing. Karakter Nussa dan Rara dibuat dengan lucu dan menggemaskan. Nussa merupakan penyandang disabilitas, menggunakan kaki palsu yang memiliki sifat ceria dan penyayang. Nussa biasanya tampil dengan menggunakan baju koko berwarna hijau dan celana panjang berwarna coklat, serta memakai peci berwarna putih.Sedangkan adiknya Rara diceritakan sebagai anak kecil berusia lima tahun yang senang bermain karakter suka bermain. Rara biasanya tampil dengan menggunakan gamis berwarna kuning dan memakai kerudung berwarna merah. Karakter umma digambarkan sebagai ibu yang selalu membimbing dan memberikan pengajaran yang baik pada Nussa dan Rara berdasarkan ajaran Islam. Umma biasanya tampil dengan gamis berwarna ungu dan kerudung berwarna biru.

2.1.5.3 Sinopsis film animasi Nussa dan Rara episode libur jangan lalai Pada episode ini bercerita tentang hari minggu dimana Nussa dan Rara tengah asyik menonton televisi sambil memakan cemilan. Hingga akhirnya adzan berkumandang. Umma mengingatkan agar Nussa dan Rara segera melaksanakan sholat namun tak segera melaksanakannya karena keasyikan menonton tv. Kemudian Umma mengingatkan Kembali hingga akhirnya Nussa dan Rara melaksanakan ibadah sholat. Setelah selesai, Nussa dan Rara kembali menonton televisi. Umma mengingatkan agar Nussa tidak melupakan untuk mengerjakan PR dan juga mengingatkan Rara agar tidak lupa menyiapkan sepatu sekolahnya, namun Nussa dan Rara tidak langsung melaksanakan perintah Umma dengan beralasan bahwa hari itu merupakan hari libur. Hingga selesai menonton televisi Nussa berada dikamar tapi sibuk membaca komik dan mendengarkan musik hingga tertidur, sedangkan Rara sedang bermain masak-masakan. Keesokan harinya Nussa tersadar bahwa ia belum mengerjakan PR dan juga Rara belum menyiapkan sepatunya sehingga sepatunya dalam keadaan basah. Nussa dan Rara menyesal karena telah lalai

(29)

21

dihari libur dan meminta maaf kepada Umma serta meminta bantuan Umma untuk mengerjakan PR dan mengeringkan sepatu.

(30)

22 2.2 Penelitian Relevan

Peneliti telah melakukan eksplorasi terhadap sumber untuk membandingkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan penelitian sebelumnya. Penelitian pertama ditulis Aslamiah, S., & Aruan, R. V. (2021) mendapatkan hasil bahwa Persepsi anak tentang film Upin & Ipin ini yaitu baik,sangat baik dan bagus karna mereka banyak mendapat pelajaran dan pengetahuan yang banyak setelah menonton tayangan film kartun Upin & Ipin tersebut

Fais, F., Sudaryanto, E., & Andayani, S. (2019) mendapatkan hasil bahwa penelitian bahwa film Dilan 1990 memang berhasil membius para penonton sebagai film romantis. Terdapat banyak adegan romantis pada film tersebut sehingga setiap penonton mampu menceritakan adegan romantis yang berbeda

Suryani, Sulthoni, & Susilaningsih (2019) mendapatkan hasil bahwa persepsi anak usia sekolah dasar terhadap pesan-pesan yang terkandung dalam serial animasi yaitu anak memahami sebagian pesan-pesan yang terkandung dalam serial animasi yang ditonton dan serial animasi sedikit banyak memberikan pengaruh dalam perkembangan karakter anak.

Fatriyah, Prasetyo & Ardiyanto (2020) mendapatkan hasil bahwa film animasi Moana siswa sekolah dasar dapat menangkap 9 nilai karakter yaitu nilai karakter jujur, nilai karakter disiplin, nilai karakter tanggung jawab, nilai karakter, demokarasi, nilai karakter, kerja keras, nilai karakter mandiri, nilai karakter bersahabat, nilai karakter cinta dalam, nilai karakter peduli terhadap lingkungan.

Nilai karakter tersebut disampaikan melalui adegan-adegan serta tokoh yang berperan dalam film animasi Moana. Berdasarkan hasil analisis serta wawancara dengan siswa dan guru sekolah dasar maka film animasi moana dapat dijadikan sebagai contoh penanaman nilai-nilai karakter pada siswa sekolah dasar dan dapat dijadikan sebagai media dalam mengembangkan nilai-nilai karakter dengan tetap memerlukan pendampingan dari guru dan orang tua. Beberapa penelitian terdahulu di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti, antara lain dapat dilihat pada tabel 2.1

(31)

23

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan Judul Nama peneliti Tahun Persamaan Perbedaan Persepsi anak

terhadap pesan dalam film kartun Upin &

ipin di

kalangan anak SD Negeri 040 Huta godang muda, Kecamatan siabu, Kabupaten Mandailing Natal

Aslamiah, S.,

& Aruan, R.

V.

2021 Mengungkapkan persepsi anak terhadap film

Fokus

penelitian pada persepsi

terhadap pesan film

Film yang digunakan dalam

penelitian yaitu Upin Ipin

Persepsi Remaja Pada Romantisisme Film Dilan 1990

Fais, F., Sudaryanto, E., &

Andayani, S.

2019 Mengungkapkan persepsi

terhadap film

Film yang digunakan yaitu Dilan 1990

Persepsi anak usia sekolah dasar terhadap serial animasi dalam

mempengaruhi perkembangan karakter

Suryani, D.

P., Sulthoni, S., &

Susilaningsih, S.

2019 Mengungkapkan persepsi anak terhadap film

Menggunakan beberapa serial animasi

Daya tangkap siswa terhadap pesan moral dan nilai karakter pada film animasi Moana

Fatriyah, F., Prasetyo, S.A., &

Ardiyanto, A.

2020 Penelitian sama- sama

menggunakan film

Fokus

penelitian pada analisis isi film Moana

Mendekripsikan pesan moral dan nilai karakter pada film.

(32)

24 2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan alur berpikir yang menjadi dasar penelitian.

Kerangka berpikir dapat digunakan untuk memahami alur pemikiran dan memberikan arahan dalam terlaksananya penelitian.

Berkembangnya teknologi yang semakin mudah untuk menerima informasi secara cepat dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Media hiburan baik yang berasal dari tontonan televisi maupun film yang berasal dari Youtube dapat membawa dampak positif atau negatif. Anak memiliki ketertarikan terhadap film animasi. Salah satu jenis film yang memiliki pesan yang baik yakni film animasi Nussa dan Rara. Dalam film animasi tersebut terdapat nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Audiens sebagai penonton film ini dapat memberikan persepsi pada film. Anak-anak usia 12 sudah dapat berpikir secara logis dan dapat melihat dari perspektif berbeda hingga memberikan penilaian atas tayangan film. Proses pemberian persepsi dimulai dari penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu, pengertian atau pemahaman, penilaian atau evaluasi. Individu dalam memberikan persepsi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal.

Alur berpikir dalam penelitian ini digambarkan melalui bagan sebagai berikut.

(33)

25

Tidak semua film layak untuk dikonsumsi untuk anak-anak

Film animasi nussa dan rara sebagai salah satu jenis film yang disukai anak dan mengandung nilai edukasi

Persepsi anak usia 12 tahun terhadap film animasi nussa dan rara episode libur jangan lalai

Faktor yang mempengaruhi persepsi

Persepsi

1. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu

2. Pengertian atau pemahaman 3. Penilaian atau evaluasi

Faktor internal : informasi, perhatian, kebutuhan, pengalaman, suasana hati Faktor ekternal : penempatan objek, warna dari objek-objek, intensitas, gerakan

Persepsi anak usia 12 tahun terhadap film animasi Nussa dan Rara pada episode libur jangan lalai di desa klecoregpnang kecamatan winong

kabupaten Pati

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

(34)

26 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Klecoregonang, Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Desa ini terdiri dari 3 dukuh dengan luas wilayah 117,220 km2 dan jumlah penduduk mencapai 1347 jiwa. (Sumber: Arsip Desa Klecoregonang, 2020). Observasi sudah dilaksanakan pada Agustus 2020 dan penelitian akan dilaksanakan pada 2021.

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Menurut Bogdan & Taylor (dalam Moleong, 2017:4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Moleong (2017:4) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individua tau sekelompok orang. Sedangkan menurut Yusuf(2014: 239) penelitian kualitatif merupakan suatu strategi inquiry yang menekankan pada pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol, maupun deskripsi tentang suatu fenomena, fokus dan multimetode, bersifat alami dan holistik, menggunakan bebrapa cara, serta disajikan secara naratif.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan mengamati fenomena yang memanfaatkan wawancara terbuka dan menghasilkan data secara deskriptif. Ciri utama pada penelitian kualitatif terletak pada fokus penelitian mengenai suatu keadaan tertentu atau fenomena. Penelitian dilakukan langsung di lapangan, rumusan masalah juga ditemukan di lapangan, sehingga data yang didapat sesuai yang ada di lapangan.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan sebuah fenomena yang ada.

(35)

27

Arief (2020:83) menyatakan bahwa penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Maxfield (dalam Nazir, 1988) studi kasus yaitu penelitian tentang status subjek peneltian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khusus dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, dan lembaga masyarakat. Pada penelitian ini subjek berupa individu yaitu anak usia 12 tahun di Desa Klecoregonang.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus.

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana persepsi anak usia 12 tahunsetelah menonton film animasi Nussa dan Rara episode libur jangan lalai.

Penggalian informasi kepada narasumber agar memperoleh data yang diperlukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, langkah terakhir adalah menyajikan data dari hasil penelitian.

3.3 Peranan Peneliti

Secara operasional peranana peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Melakukan observasi dilapangan 2. Melakukan pemilihan naasumber

3. Melakukan wawancara dengan anak usia 12 tahun

4. Mengolah atau menganalisis data yang telah didapatkan dari penelitian dan pengumpulan data

5. Menyajikan data.

3.4 Data dan Sumber Data 3.4.1 Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah hasil persepsi pada film animasi Nussa dan Rara. pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan wawancara kepada narasumber terpilih yaitu anak berusia 12 tahun.

Peneliti melaksanakan wawancara dengan memberikan beberapa pertanyaan seputar film animasi Nussa dan Rara yang telah ditonton. Selain itu juga memerlukan data pendukung seperti dokumentasi penelitian.

(36)

28 3.4.2. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data dibagi menjadi 2 yaitu sumber data primer dan sumber data sekuder.

1. Sumber data primer, Sumber data berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber dan observasi

2. Sumber data sekunder, yang berasal dari jurnal dan studi literatur lainnya, dokumentasi yang digunakan sebagai pendukung penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Berikut adalah pemaparan mengenai teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti:

3.5.1 Observasi

Observasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk memperoleh informasi melalui pengamatan. Sugiyono (2015:203) mengemukakan bahwa observasi merupakan teknik pengumpulan data yang memiliki ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain karena observasi tidak terbatas pada orang melainkan dapat berupa objek-objek alam yang lain. Mamik (2015:104) mendefinisikan observasi yaitu teknik pengumpulan yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan tempat, pelaku, kegiatan, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Sedangkan menurut Hadi dalam Sugiyono (2015:203) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks dan yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan kegiatan mengamati menggunaan penginderaan secara langsung terhadap suatu objek penelitian.

Kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan sehari-hari anak-anak usia 12 tahun di Desa Klecoregonang dan melakukan observasi pada film animasi Nussa dan Rara episode libur jangan lalai.

(37)

29 3.5.2 Dokumentasi

Dokumentasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data yang penting dalam suatu penelitian. Dokumentasi diperlukan dalam memperkuat data.

Marwadani (2020: 59) mendefinisikan dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dikumpulkan mencakup dokumentasi saat pelaksanaan penelitian di lapangan.

3.5.3 Wawancara

Wawancara yaitu pertemuan langsung yang direncanakan oleh pewawancara dengan yang orang yang ingin diwawancarai untuk memberikan/menerima informasi tertentu. Marwadani (2020: 57) mendefinisikan wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih yang terjadi antara pewawancara dan narasumber untuk bertukar informasi dan ide melalui interaksi tanya jawab. Menurut Moleong dalam Marwadani (2020: 57) menyatakan bahwa wawancara adalah kegiatan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (responden) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk memperoleh informasi detail dan mendalam tentang subjek.

Esterberg (dalam Sugiyono 2015:319) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan alternatif jawaban yang telah disediakan. Wawancara semiterstruktur dilaksanakan lebih bebas jika dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Dalam wawancara ini, pihak yang diwawancara diminta pendapat, dan ide-idenya sehingga peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan informan.

(38)

30

Sedangkan wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersususn secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Berdasarkan pendapat diatas, penelitian ini melakukan wawancara terstruktur.

Dalam penelitian ini yang menjadi informan dalam wawancara terstruktur adalah anak usia 12 tahun.

3.6 Keabsahan Data

Dalam penelitian faktor keabsahan data juga diperhatikan karena suatu hasil penelitian tidak ada artinya jika tidak mendapat pengakuan atau terpercaya. Untuk memeriksa keabsahan data maka menggunakan triangulasi. Menurut Moleong (2010: 330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengeahui bagaimana persepsi atau sudut pandang anak mengenai film Nussa dan Rara, maka peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik dalam keabsahan data. Meloeng (2010: 330) menyatakan bahwa triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu infromasi melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Satori (2011:170) mendefinisikan triangulasi teknik adalah penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang dilakukan pada sumber data.

3.7 Analisis Data

Teknik analisis data merupakan proses pengumpulan data secara sistematis untuk memudahkan peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Analisis data dilakukan sebelum memasuki, selama, dan selesai di lapangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (dalam Sugiyono 2015:336) yang menyatakan bahwa analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Menurut Sugiyono (2015: 338) menyatakan analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yakni: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.

(39)

31

1. Reduksi data (data reduction) Mereduksi data memiliki arti merangkum, memilih hal-hal pokok, memilih hal-hal penting dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data hasil 45 reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas sehingga mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian data (data display) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, pictogram dan sejenisnya. Dengan adanya penyajian data ini, maka data terorganisasikan, tersusun sehingga akan memudahkan dalam memahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan sejenisnya. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono 2015:341) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Verifikasi Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono 2015:345) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi . Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya,. Sebaliknya jika kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal telah didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

(40)

32

Daftar Pustaka

Demillah, A. (2019). Peran film animasi nussa dan rara dalam meningkatkan pemahaman tentang ajaran islam pada pelajar SD. Jurnal Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(2), 106-115.

Faiqah, F., Nadjib, M., & Amir, A. S. (2016). Youtube sebagai sarana komunikasi bagi komunitas makassarvidgram. KAREBA: Jurnal Ilmu Komunikasi, 259-272.

Limarga, D. M. (2017). Penerapan metode bercerita dengan media audio visual untuk meningkatkan kemampuan empati anak usia dini. Tunas Siliwangi:

Jurnal Program Studi Pendidikan Guru PAUD STKIP Siliwangi Bandung, 3(1), 86-104.

Mariana, Y. (2017). Film Animasi 3D Jurnalis Sindo. Besaung: Jurnal Seni Desain dan Budaya, 2(1).

Fardani, D. N., & Lismanda, Y. F. (2019). NILAI-NILAI PENDIDIKAN

KARAKTER UNTUK ANAK USIA DINI DALAM FILM

“NUSSA”. Thufuli: Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 1(2), 34-49.

Sayekti, O. M. (2019). Film Animasi “Nussa dan Rara Episode Baik Itu Mudah”

sebagai Sarana Penanaman Karakter pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 8(2), 164-171.

Sugianto, G. E., Mingkid, E., & Kalesaran, E. R. (2017). PERSEPSI MAHASISWA PADA FILM “SENJAKALA DI MANADO”(Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fispol Unsrat). ACTA DIURNA KOMUNIKASI, 6(1).

Aslamiah, S., & Aruan, R. V. (2021). PERSEPSI ANAK TERHADAP PESAN DALAM FILM KARTUN UPIN & IPIN DI KALANGAN ANAK SD NEGERI 040 HUTA GODANG MUDA, KECAMATAN SIABU, KABUPATEN MANDAILING NATAL. JURNAL SOCIAL OPINION:

Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 5(1), 79-84.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Bimo Walgito, 2004. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi

Mifta Thoha, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Grafindo Persada

Gibson, Ivancevich Donelly. 1989. Organisasi dan Manajemen Perilaku, Struktur dan Proses. (editor: Agus Dharma, SH, M, Ed), Jakarta: Erlangga.

Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosadakarya.

Nuraini, N., Amelia, A. R., & Lyesmaya, D. (2021). Analisis Persepsi Siswa Dalam Melaksanakan Pembelajaran Daring Di Sekolah Dasar. Jurnal PGSD, 7(1), 32-36.

Akbar, R. F. (2015). Analisis Persepsi Pelajar Tingkat Menengah Pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 10(1).

Izzaty, Rita Eka, 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta. UNY Press

Gambar

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan  Judul  Nama peneliti  Tahun  Persamaan  Perbedaan  Persepsi anak
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Gambar  wawancara  pra  penelitian  dengan  anak  yang  dilakukan  di  rumah  anak yang bernama Miftakhun Nikmah yang terletak di Desa Klecoregonang 03/01,  Winong, Pati

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Rata-rata jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor konstruksi pada tahun 2010 sampai 2014 adalah sebesar 4,65 % dari total angkatan kerja di Provinsi Banten. Besar penyerapan

Classroom Interaction Transcribe in the first 10 minutes 1 st gradeF. Teacher :

Dari perbandingan kedua sistem tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem tertutup dengan menggunakan tungku kupola jelas mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Jekulo merupakan salah satu sekolah dikecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Sekolah ini terletak dipinggir Jl. Kudus Prov, Jawa

Intimidasi tidak terjadi hanya disekolah tapi disegala lapisan masyarakat, misalnya antara profesi yang satu dengan profesi yang lain contoh antara profesi seorang pengobatan

Hal tersebut karena sama- sama ke duanya merupakan limbah dari produk pangan berbahan dasar singkong, juga dalam beberapa asfek nutrisi kulit singkong dan onggok memiliki

Hal ini yang memancing media massa untuk beramai-ramai menyampaikan informasi, tidak terkecuali media online suara-islam.com. Seperti halnya buletin Jumat Al-Islam,

Dimana sang creator menciptakan film animasi dengan tokoh Nussa dan Rara menceritakan tentang dua kakak beradik dengan sangat lucu dan unik, dalam film animasi