• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI METODE BANDONGAN DALAM MEMUDAHKAN SANTRI MEMAHAMI KITAB FATHUL QARIB DI PONDOK PESANTREN ISLAM NYAI ZAINAB SHIDDIQ JEMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "IMPLEMENTASI METODE BANDONGAN DALAM MEMUDAHKAN SANTRI MEMAHAMI KITAB FATHUL QARIB DI PONDOK PESANTREN ISLAM NYAI ZAINAB SHIDDIQ JEMBER"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

i

DI PONDOK PESANTREN ISLAM NYAI ZAINAB SHIDDIQ JEMBER

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas KH. Achmad Shiddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

SRI WAHYUNI NIM: T20181352

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DESEMBER 2022

(2)

ii

DI PONDOK PESANTREN ISLAM NYAI ZAINAB SHIDDIQ JEMBER

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Kiai Haji Achmad Shiddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

SRI WAHYUNI NIM. T20181352

Disetujui Pembimbing

Dr. H. Mundir, M,Pd NIP. 196311031999031002

(3)

iii

DI PONDOK PESANTREN ISLAM NYAI ZAINAB SHIDDIQ JEMBER

SKRIPSI

telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Hari : Kamis

Tanggal : 22 Desember 2022

Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Dr. Rif’an Humaidi, M.Pd.I Mudrikah,M.Pd

NIP. 197905312006041016 NIP. 199211222019032012

Anggota:

1.Drs. Sarwan, M.Pd ( )

2.Dr. H. Mundir, M.Pd ( )

Mengetahui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Prof. Dr. Hj, Mukniah, M.Pd.I NIP. 19640511 199903 2 001

(4)

iv

ْعِفَتْنَ ي ْمَل ْدِقَتْعَ ي ْمَلْ نَم ُّلُكَو # عِفُر ِهِد اَقِتْعا َبْسَح ىَتَفْلاِذِا

Artinya: “ketika seorang pemuda kuat keyakinannya maka akan diangkat derajatnya dan insan yang tidak memiliki keyakinan maka tidak akan bisa

mengambil manfa’at”. (Imam Syarafuddin Yahya Al-Imrithi).

Imam Syarafuddin Yahya Al-Imrithi, Buku Tqrirod Al-Imrithi, (Kediri, Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien, 2019), 3.

(5)

v

PERSEMBAHAN

Teriring syukur Alhamdulillah Kehadirat-Mu Ya Allah untuk mengakhiri masa studiku di Institut Agama Islam Negeri Jember yang sekarang sudah menjadi alih status Universitas KH. Achmad Shiddiq Jember. Kupersembahkan

“Karya” sederhana ini untuk orang yang telah mengajariku tentang makna hidup serta kedewasaan dalam meniti lika-liku kehidupan yang penuh misteri agar lebih berarti:

1. Bapa mamaku tercinta. Isro Kuswanto dan Robingah yang tak pernah putus dalam memberikan semangat dalam doanya, kasih sayang yang tidak pernah putus dan tulus dalam memberikan motivasi dan inspirasi dalam menyelesakan skripsi ini. Darimu kuperoleh arti kesabaran, perjuangan, ketulusan dan keteguhan hati yang selalu terpatri dalam sanubari, semoga saya bisa menjadi seperti yang engkau harapkan.

2. Kedua adikku Aldi kusuma dan Achmad Rosyid Al- adibi yang telah mendukung dan memberi semangat agar terselesaikan karyaku ini.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Alhamdulillah segala puji syukur penulis sampakan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan Karunia-Nya, perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian skripsi sebagai salah satu syarat menyelesakan program sarjana, dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Seiring dengan itu, peneliti berterima kasih kepada bapa, mama, serta saudara-saudaraku di rumah yang selalu memberikan motivasi terhadap penyelesaian dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesakan dengan baik. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM selaku Rektor Universitas Islam Negeri Jember Kiai Haji Achmad Shiddiq Jember yang telah memberikan dukungan serta fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan studi SI di Universitas Islam Negeri Jember Kiai Haji Achmad Shiddiq Jember dengan baik.

2. Prof. Dr. Hj. Mukniah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Jember Kiai Haji Achmad Shiddiq Jember yang telah membeikan izin dan kesempatan untuk mengadakan pnelitian.

3. Dr. Rif’an Humaidi, M.Pd.I, selaku ketua jurusan Pendidikan Islam dan Bahasa Universitas Islam Negeri Jember Kiai Haji Achmad Shiddiq Jember yang telah banyak memberikan kemudahan dalam proses penyelesaian perkuliahan.

(7)

vii

4. Dr. Hj. Fathiyaturrahmah, M. Ag, Selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Jember Kiai Haji Achmad Shiddiq Jember yang telah memberikan segala fasilitas dalam membantu kelancaran atas terselenggaranya skripsi ini.

5. Dr. H. Mundir, M.Pd, Selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan di tengah-tengah kesibukanya meluangkan waktu memberikan bimbingan, motivasi, dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik.

6. KH. Ahmad Gholban Aunirrahman, Lc, Mh.I Selaku pengasuh Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq yang telah bersedia memberi tempat bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian.

7. Seluruh ustadzah dan segenap dewan pengurus Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam bentuk doa atau apapun dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada peneliti tercatat sebagai amal shaleh yang diterima oleh Allah SWT.

Jember, 24 Oktober 2022

Penulis

(8)

viii ABSTRAK

Sri Wahyuni, 2022, Implementasi Metode Bandongan Dalam Memudahkan Santri Memahami Kitab Fathul Qarib Di Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq Jember.dosen pembimbing : Dr. H. Mundir, M.Pd

Kata Kunci : Implementasi Metode Bandongan, Memudahkan Santri Memahami Kitab Fathul Qarib

Pembelajaran kitab Fathul Qorib diterapkan di pondok pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq, dimana dalam pembelajarannya membahas seputar hukum- hukum fikih Islam, yang mana nantinya akan diterapkan di masyarakat. Dalam sistem pembelajarannya, bukan hanya menggunakan sistem bandongan (mendengarkan) saja, akan tetapi disini seorang santri di tuntut untuk bisa memahami serta mengaplikasikannya bahkan dianjurkan untuk bisa membaca kitab secara langsung dan menjelaskan isi dari kitab tersebut. Adapun proses pendekatan pembelajaran diantaranya adalah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, jadi pembelajaran akan maksimal jika dari ketiga proses tersebut sudah terlaksana.

Fokus penelitian yang diteliti dalam skripsi ini adalah: (1) Bagaimana Perencanaan Metode Bandongan di Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq Jember? (2) Bagaimana Pelaksanaan Metode Bandongan di Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq Jember? (3) Bagaimana Kemampuan Santri dalam Memahami Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq Jember?

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui Bagaimana Perencanaan Metode Bandongan di Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq Jember. (2) Untuk mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Metode Bandongan di Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq Jember. (3) Untuk mengetahui Bagaimana Kemampuan Santri dalam Memahami Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq Jember.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Dan keabsahan datanya menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber.

Hasil temuan penelitian ini yaitu 1). Perencanaan Metode Bandongan yaitu: a). Penyusunan jadwal pembelajaran penentuan jadwal ini disepakati oleh segenap elemen pesantren. Yakni, satu kali dalam seminggu yaitu hari rabu. b).

Persiapan ustadzah untuk ustadzah berisi target-targer materi kitab yang harus dicapai. c). Persiapan santri untuk persiapan santri mempersiapkan materi yang akan dibahas. 2). Pelaksanaan Metode Bandongan yaitu: a). Penguasaan materi hal utama yang perlu dikuasai yaitu, santri bisa memahami dan membaca serta menjelaskan materi yang diterapkan. b). Metode pembelajaran kitab metode yang digunakan yaitu metode bandongan.. 3). Kemampuan santri dalam memahami kitab Fathul Qorib yaitu: Evaluasi yang berisi tes tertulis, indicator pencapaian dan tes lisan.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Definisi Istilah ... 14

F. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 17

A. Penelitian Terdahulu ... 17

B. Kajian Teori ... 27

(10)

x

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 51

B. Lokasi Penelitian ... 52

C. Subjek Penelitian ... 53

D. Teknik Pengumpulan Data ... 54

E. Analisis Data ... 58

F. Keabsahan Data ... 59

G. Tahap-Tahap Penelitian ... 60

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 61

A. Gambaran Objek Penelitian ... 61

B. Penyajian Data Dan Analisis ... 69

C. Pembahasan Temuan ... 91

BAB V PENUTUP DAN SARAN ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(11)

xi

DAFTAR TABEL

1.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dan Yang Dilakukan 23 4.1 Data Santri Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq ... 65 4.2 Jadwal Kegiatan Santri Harian PPI Nyai Zainab Shiddiq ... 67 4.3 Jadwal Kegiatan Santri Mingguan PPI Nyai Zainab Shiddiq ... 68 4.4 Instrumen Evaluasi Tertulis Pondok Pesantren Nyai Zainab Shiddiq . 80 4.5 Indikator Pencapaian ... 82 4.6 Hasil Temuan Penelitian ... 84

(12)

xii

DAFTAR BAGAN

2.1 Struktur Pengurus PPI Nyai Zainab Shiddiq ... 66

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Pernyataan Keaslian Tulisan Lampiran 2 Matrik Penelitian

Lampiran 3 Pedoman Penelitian Lampiran 4 Jurnal Penelitian Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian Lampiran 6 Surat Selesai Penelitian Lampiran 7 Dokumentasi

Lampiran 8 Biodata Peneliti

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan non-formal yang sangat berperan mendidik anak-anak bangsa, khususnya dalam pendidikan islam. Selain sebagai lembaga pendidikan islam, pesantren juga memainkan peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengembangan masyarakat dan sekaligus menjadi simpul budaya.1 Hal tersebut tidak bisa terlepas dari tujuan utama pesantren sebagai mana dikutip oleh M. Dian Nafi’ dari mastuhu yaitu “Tujuan utama dari pesantren adalah untuk mencapai hikmah atau kebijaksanaan berdasarkan pada ajaran Islam yang dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang arti kehidupan serta realisasi dari peran-peran dan tanggung jawab sosial.2

Dalam pembelajaran di pesantren, referensi atau sumber utama yang digunakan adalah kitab-kitab klasik hasil karya dari ulama-ulama salaf terdahulu atau yang biasa disebut kitab kuning. Dengan referensi tersebut, diharapkan para santri mampu menjawab tantangan dari masyarakat, kelak stelah meraka pulang masing-masing.

Dalam pembelajaran di pesantren, santri harus mengaji, memahami, dan mendalami kitab kuning. Dalam usahanya memahami kitab kuning pasti santri harus terlebih dahulu mempelajari ilmu yang membahas

1 M. Dian Nafi’, Dkk, Praktisi Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta: ITD, 2007), 11.

2 M. Dian Nafi’, Dkk, Praktisi Pembelajaran Pesantren, 49.

(15)

tentang kaidah-kaidah bahasa Arab, yaitu nahwu dan shorof. Kemudian para santri dituntut untuk dapat menerapkan ilmu nahwu dan shorof yang telah mereka pelajari secara teoritis dalam membaca dan memahami kitab kuning secara praktis. Bisa dikatakan bahwa nahwu dan shorof merupakan kunci untuk dapat membaca dan memahami kitab kuning. Bahkan dalam dunia pesantren ada yang menyebut bahwa nahwu dan shorof merupakan bapak dan ibu dari ilmu bahara Arab.

Proses pembelajaran di pondok pesantren diajarkan dengan beberapa model atau sistem pembelajaran. Adapun beberapa model dan sistem sistem pembelajaran meliputi, metode sorogan, metode bandongan, metode hafalan dan metode musyawaroh. Penerapan metode pembelajaran berguna untuk membantu para santri dalam membaca dan memahami kitab kuning.

Metode dapat diartikan sebagai cara-cara yang dipergunakan untuk menyampaikan ajaran sampai tujuan. Dalam kaitanya dengan pondok pesantren, ajaran adalah apa yang terdapat dalam kitab kuning yang dipegang oleh pondok pesantren tersebut. Pemahaman terhadap teks-teks ajaran tersebut dapat dicapai melalui metode pembelajaran tertentu yang biasanya digunakan dipondok pesantren. Selama kurun waktu yang panjang, pondok pesantren telah memperkenalkan dan menerapkan beberapa metode yaitu bandongan, sorogan, dan hafalan.3

3 Aris, Syukron, “Perbandingan Metode Bandongan Dan Shorogan Dalam Memahami Kitab Safinatunnajah” Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Vol.2 No.1 (Juni, 2020), 4.

(16)

Dalam segi kualitas, memang lebih banyak santri yang memilih metode bandongan dibandingan metode musyawaroh. Namun dalam hal kualitas, alumni dari sistem bandongan lebih berkualitas dan lebih memahami tentang kitab yang dikaji, sebab sebelum seorang santri mengaji dengan sistem bandongan, santri tersebut dituntut untuk terlebih dahulu melakukan persiapan yang matang sebelum menghadap Kya atau Ustadz.4 Disini dilihat bahwa metode bandongan menuntut kesiapan baik materi ataupun non-materi dalam pelaksanaannya. Sebab sebelum dan sesudah mengaji, santri harus tetap mempelajari kitabnya.

Menurut Imam Arifin juga menjelaskan, metode bandongan adalah kiai membaca satu kitab dalam waktu tertentu dan santri/murid membawa kitab yang sama, kemudian santri mendengarkan dan menyimak tentang bacaan kiai tersebut. 5

Tidak jauh berbeda dengan Zamakhsyari Dhofier, beliau juga menjelaskan bahwa metode bandongan ialah suatu metode pengajaran dengan cara guru membaca, menerjemahkan, menerangkan dan mengulas buku-buku islam dalam Bahasa arab sedang sekelompok santri mendengarkannya. Mereka memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit.6

4 M. Ridlwan Natsir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal: Pondok Pesantren Ditengah Arus Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 186.

5 Shabri Shaleh Anwar, Quality Student Of Muslim Achievement, (Yayasan Doa Para Wali), 119.

6 Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erangga), 143.

(17)

Santri dapat dikatakan sebagai seseorang yang sedang belajar memperdalam ilmu pengetahuan tentang agama islam dengan sungguh- sungguh. Menurut Nurcholish Madjid, asal-usul kata “Santri” yakni berasal dari kata “Santri” sebuah kata yang berasal dari bahasa sansekerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini seperti didasarkan atas kaum santri pada kelas literasi bagi orang jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dari bahasa Arab.7 Tempat bermukimnya santri dinamakan pesantren. Pesantren tidak hanya sebagai proses transfer ilmu, akan tetapi pesantren menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang bertujuan untuk membentuk para santrinya menjadi orang yang bertaqwa yang tercermin dalam perilaku sehari-hari sesuai dengan ajaran Al- Qur’an dan Al-Hadist.8

Dalam proses pembelajaran, metode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik yang di anggap lebih signifikan dari pada materi sendiri. Sebuah argument mengatakan bahwa “al- Thariqat Ahamm Min al-Maddah” artinya metode jauh lebih penting dibanding materi sehingga dalam sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan tidak terlalu menarik.

Kunci atau rahasia dibalik mudahnya santri dalam memahami kitab di Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq Talangsari Jember tersebut

7 Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), 61.

8 Andi Arifah, Pola Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pondok Pesantren (Jakarta:

Depag, 2003), 2.

(18)

yakni mereka menerapkan salah satu pembelajaran metode bandongan yang terfokus pada pemahaman santri pada kitab dimana dalam pembelajaran tersebut menggunakan salah satu kitab klasik yaitu kitab Fathul Qarib Karangan Al-Ghazi. Dengan pembelajaran ini, dapat memberikan jawaban- jawaban yang mampu mengantarkan para santri dalam memudahkan memahami kitab.9 pembelajaran tersebut merupakan salah satu kegiatan pembelajaran santri-santri di pondok pesantren agar mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

Hal tersebut perlu diketahui bahwa pendidikan adalah salah satu aspek penting yang bertujuan untuk membangun generasi bangsa yang berkepribadian akhlakul karimah. Sebagai tujuan pendidikan, menurut Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 dinyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka menceerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.10

Undang-undang tersebut di dukung dengan PP No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan pada bagian 1 paragraf 3 pasal 26 ayat 2 yang berbunyi sebagai berikut: “Pesantren menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, menengah, dan/ atau pendidikan tinggi.”11

9 Observasi, 04 Agustus, 2022.

10 UU RI Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen serta UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Bandung: Citra Umbara, 2006), 76.

11 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, Paragraf 3 Pasal 26 Ayat 2.

(19)

Tujuan pendidikan tersebut dapat direalisasikan dalam pesantren.

Pesantren menjadi tempat mereka dalam mempelajari berbagai kitab yang mana merupakan salah satu perkara yang sangat penting dibuat tempat mukim bagi orang islam. Karena disana terdapat pembelajaran untuk membimbing dalam tingkah lakunya. Pembelajaran tersebut dapat diterapkan melalui kegiatan pembelajaran kitab kuning, salah satunya ialah kitab Fathul Qarib.

Kitab Fathul Qarib ini merupakan kitab karangan Al-Ghazi yang memudahkan seorang untuk memahami kitab. Sehingga mengetahui dengan pasti maknanya. Kitab ini adalah sebuah kitab yang ringkas dari bagian ilmu dan penerapannya. Disusun untuk para pelajar yang mendalami kitab dan kitab ini juga memiliki penjelasan yang mudah dipahami oleh pelajar pemula. Salah satu keunikan dalam kitab ini yaitu dalam menyampaikan suatu pendapat, pengarang menjelaskan secara rinci mulai dari pengertian, tata cara penerapanya, dan lain sebagainya, selain itu didalam kitab tersebut juga menjelaskan akan pentingnya kita mengetahui tata cara pelaksanaan ibadah yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Kebanyakan kitab ini diajarkan dipesantren. Oleh karena itu di pondok pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq Talangsari Jember ini menerapkan metode bndongan untuk memudahkan santri memahami kitab melalui kitab Fathul Qarib. Yang mana kitab ini berisi tentang pembahasan ilmu fiqih yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari yang besar

(20)

manfaatnya untuk santri dalam mewujudkan bangsa yang berpendidikan dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Pembelajaran kitab Fathul Qarib yang diterapkan di pondok pesantren Nyai Zainab Shiddiq Talangsari Jember memiliki sistem pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan santri memahami kitab sesuai dengan ajaran islam, yang mana nantinya akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan tata cara beribadah. Dalam sistem pembelajaranya, bukan hanya menggunakan sistem bandongan (mendengarkan) saja, akan tetapi disini santri di tuntut untuk bisa memahami serta mengaplikasikannya dan dianjurkan untuk bisa membaca kitab secara langsung dan menjelaskan isi dari kitab tersebut.12

Pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran kitab kuning bertujuan untuk memprogres kecerdasan intelektual dan pemahaman santri dalam memudahkan memahami kitab melalui metode bandongan.

Selain pemahaman ilmu nahwu ada metode lain yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca kitab kuning yaitu metode bandongan.

Metode bandongan adalah suatu sistem pengajian yang dilakukan oleh seorang kiai yang diikuti oleh santrinya dengan tanpa batasan umur atau ukuran tingkatan kecerdasan. Seorang kyai membacakan kitab, sementara para santrinya masing-masing memegang kitab sendiri dengan mendengarkan keterangan guru untuk mengesahi atau memaknai kitab kuning. Sesekali kiai menghentikan bacaan untuk memberikan keterangan

12 Observasi penelitian, 05Agustus, 2022.

(21)

tambahan, kemudian melanjutkan bacaanya. Disebut bandongan, karena pengajian dengan sistem ini biasanya diikuti sekelompok santri (bandongan).13

Metode memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah proses pembelajaran. Apabila metode yang digunakan seorang guru sesuai dengan kondisi peserta didik, maka dalam proses belajar mengajar itu akan tercipta suasana yang menyenangkan sehingga peserta didik tidak bosan dan memicu peserta didik untuk aktif mengikuti sebuah proses pembelajaran. Dalam penggunaan metode, sebuah pondok pesantren memiliki metode yang memiliki ciri khas tersendiri. Salah satu metode itu yaitu metode bandongan.

Metode bandongan dilakukan dengan cara seorang ustadzah membacakan kitab kuning kemudian para santrinya menyimak dan menulis arab pegon pada kitab yang dimilikinya. Di samping itu, santri juga menulis kata-kata yang sulit yang terdapat dalam kitab yang dikajinya tersebut.

Proses pembelajaran kitab kuning (Kitab Fathul Qarib) yang dilakukan oleh ustadzah nur imamah dalam hal pendalaman materi sudah cukup bagus, disamping ini dalam penyampaian materi maupun strateginya juga sudah bagus. Pembelajaran kitab ini dilakukan setiap hari rabu setalah Ba’da Dzuhur. Dalam pembelajaran kitab kuning ini menggunakan metode bandongan yang merupakan ciri khas pembelajaran pada pondok pesantren.

Namun ada yang berbeda dari metode bandongan yang biasa kita temui.

Metode bandongan yang sering kita temui yaitu seorang ustadzah

13 Aris, Syukron, Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Vol.2 No. 1 (Juni, 2020), 5.

(22)

membacakan kitab kuningnya serta memberi penjelasan dan para santri memberi terjemahan arab pegon pada kitab masing-masing dan mendengarkan penjelasan tersebut.

Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk memberikan pembelajaran pada siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran.14

Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi Rasulullah saw bersabda:15

ِرِئاَس َىلَع ِرْدَبْلا َةَلْ يَل ِرَمَقلا ِلْضَفَك ِدِبَعْلا َىلَع ِِلِاَعْلا ُلْضَف ْمَلَسَو ِ هْيَلَع ُ هَللا ىَلَص َلاَقَو بِكاَوَكْلا

Artinya : Nabi saw bersabda, “ Keutamaan orang yang berilmu (yang mengamalkan ilmunya) atas orang yang ahli ibadah adalah seperti utamanya bulan di malam purnama atas semua bintang-bintang lainnya.” (HR. At-Tirmidzi).

Ayat tersebut menjelaskan tentang keutamaan orang-orang yang beriman dan berilmu. Allah swt telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berilmu untuk diangkat derajatnya. Dari ayat tersebut dapat kita ketahui betapa pentingnya menuntut ilmu (belajar). Islam sangat menganjurkan setiap manusia untuk menuntut ilmu baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum. Dengan demikian ayat diatas dapatlah menjadi motivasi bagi umat islam agar memiliki semangat untuk belajar.

14 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media, 2008), 135.

15 Imam Al-Ghazaly, “Minhajul ‘Abidin’” (Darul Ulum Press Jakarta), 24.

(23)

Pondok pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq ini merupakan salah satu pondok pesantren yang ada diwilayah jember yang mempunyai kegiatan pengajian kitab kuning yang dilaksanakan setiap ba’da dzuhur dan isya’

diantara banyak pesantren yang ada dijember, pesantren inilah yang termasuk menggunakan metode bandongan sebagai sarana pendekatan antara ustadzah dengan santri.

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, santri yang mondok dipondok pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq adalah mulai dari anak SD sampai dengan yang lulus kuliah jadi bisa mencakup semua tingkatan.

Sehingga dalam penyelesaian permasalahan jika santri tidak bisa menjawab akan diberi hukuman dan pertanyaan akan dilempar kepada santri yang lain, hal inilah yang menjadi permasalahan dalam pemahaman santri dipondok pesantren Nyai Zainab Shiddiq ini, maka dibutuhkan pendekatan secara batiniah agar santri bisa mudah memahami dengan baik.16

Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq ini menggunakan metode bandongan untuk memadukan antara ilmu dan amal. Jadi, bagaimana sebisa mungkin ilmu yang didapat diterapkan lalu dibiasakan sehingga sudah menjadi karakter mendarah daging. Metode ini dapat di gunakan dalam pembentukan karakter dikarenakan dalam pelaksanaan metode ini tidak menggunakan Bahasa pegon melainkan Bahasa Indonesia, karena jika menggunakan Bahasa pegon santri-santri yang dari asal Madura akan dituntut untuk memahami Bahasa pegon dulu baru setelah itu

16 Observasi Penelitian, 18 Agustus, 2022.

(24)

memahami makna arabnya. Jadi, cenderung langsung ke Bahasa Indonesia agar santri bisa memahami Bahasa arabnya bukan memahami pegonnya.

Metode badongan yang dilakukan di Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq berjalan dengan cukup baik. Hal tersebut bisa dilihat dari evaluasi, dalam kegiatan metode bandongan yang bertujuan untuk menertibkan santri dan memotivasi santri untuk semangat mengaji agar memperoleh banyak ilmu. Karena jika ia mempunyai banyak ilmu maka ia juga akan mempunyai karakter yang baik.

Metode bandongan yang dilakukan disini terdapat unsur yang berbeda dari yang biasanya. Dalam menjelaskan ustadz menggunakan Bahasa Indonesia. Karna yang mengikuti metode bandongan disini mulai dari anak SD sampai dengan yang sudah lulus kuliah. Jadi, selain santri memahami kitabnya juga diharapkan memahami nahwu, shorof dan mufrodatnya.

Setelah itu, makna dari ayat itu dikorelasikan dengan hal-hal yang lain. Misalnya, membahas tentang tauhid, fikih, dan berusaha merelevankan dengan keadaan saat ini. Yang menarik lagi dalam proses pembelajaran ini yaitu setiap akhir pembelajaran beliau memberikan motivasi untuk para santrinya. Dari latar belakang yang telah diuraikan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Metode Bandongan Dalam Memudahkan Santri Memahami Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq jember”.

(25)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Perencanaan Metode Bandongan dalam Memudahkan Santri Memahami Kitab Fathul Qirib di Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq Jember?

2. Bagaimana Pelaksanaan Metode Bandongan dalam Memudahkan Santri Memahami Kitab Fathul Qirib di Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq Jember ?

3. Bagaimana Kemampuan Santri dalam Memahami Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq Jember ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk Mendeskripsikan Proses Perencanaan Metode Bandongan dalam Memudahkan Santri Memahami Kitab Fathul Qirib di Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shidiiq Jember.

2. Untuk Mendeskripsikan Proses Pelaksanaan Metode Bandongan dalam Memudahkan Santri Memahami Kitab Fathul Qirib di Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq Jember.

3. Untuk Mendeskripsikan Kemampuan Santri dalam Memahami Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Islam Nyai Zainab Shiddiq Jember.

(26)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi dunia pendidikan terutama pada lingkup pondok pesantren. Pada penelitian terdapat dua aspek manfaat, yaitu:

1. Secara Teoritis

Sebagai sumbangsih pengetahuan dalam perkembangan ilmu pendidikan islam, khususnya dalam bidang bandongan.

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Dalam penelitian ini diharapkan menambah dan meningkatkan wawasan tersendiri dalam hal pengetahuan terhadap implementasi pemahaman metode bandongan melalui kitab Fathul Qarib pada santri di pondok pesantren Islam Nyai Zaenab Shiddiq.

b. Bagi UIN KH Achmad Siddiq Jember

Menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa UIN KH Achmad Siddiq Jember sehingga dapat dijadikan sebagai literature dan bahan acuan atau referensi.

c. Bagi Peserta Didik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi dan meningkatkan pemahaman metode bandongan yang perlu dimiliki oleh peserta didik.

(27)

d. Bagi Pendidik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah motivasi terhadap pendidik dalam membiasakan peserta didik dengan kegiatan-kegiatan positif dalam pemahaman metode bandongan peserta didik.

e. Bagi Lembaga Sekolah

Bagi sekolah diharapkan hasil penelitian ini memberikan kontrisbusi yang positf, yang berguna untuk terus mempertahankan eksistensinya dan sebagai bahan masukan yang konstruktif dalam pemahaman metode bandongan melalui kitab Fathul Qarib.

E. Definisi Istilah

Pada definisi istilah disini berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti dalam judul penelitian.

Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti.17

1. Implementasi Metode Bandongan

Implementasi adalah tindakan atau pelaksanaan dari sebuah perencaan yang disusun dalam proses secara matang dan terperinci.

Implementasi yang dimaksudkan dalam kajian ini yaitu perencanaan dan pelaksanaan dalam memahami kitab Fathul Qarib.

17 IAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah, 45.

(28)

Metode Bandongan yaitu suatu metode pengajaran dengan cara guru membaca, menerjemahkan menggunakan Bahasa Indonesia dan santri menulis apa yang sudah dijelaskan dan didengarkan.

2. Memudahkan Santri Memahami Kitab Fathul Qarib

Santri adalah sebutan bagi peserta didik yang menimba ilmu pengetahuan di pesantren. Santri menduduki elemen yang sangat penting dalam sistem pendidikan pesantren. Tanpa ada santri tentu saja pesantren tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai institusi pendidikan keagamaan yang menjalankan proses pembelajaran.

Kitab Fathul Qarib merupakan sebuah kitab yang di dalamnya menjelasakan tentang fiqih yang sering terjadi di banyak kalangan masyarakat , keunikan kitab ini adalah kitab yang simpel namun isinya bisa menjawab problematika yang banyak terjadi di masyarakat.

3. Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah pendidikan khas Indonesia yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat serta telah teruji kemandirianya sejak berdirinya sampai sekarang.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan digunakan untuk memberikan gambaran secara global tentang isi penelitian dari tiap bab, sehingga mempermudah dalam melakukan tinjauan terhadap isinya.

BAB Satu Pendahuluan. Bagian ini berisi komponen dasar pendidikan yaitu konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian,

(29)

manfaat penelitian, definisi istilah dan metode penelitian serta sistematika pembahasan.

BAB Dua Kajian Kepustakaan. Berisi tentang ringkasan kajian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan pada saat ini serta memuat tentang kajian teori.

BAB Tiga Metode Penelitian. Membahas tentang metode yang digunakan meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.

BAB Empat Hasil Penelitian. Berisi hasil penelitian yang meliputi latar belakang obyek, penyajian data serta analisis dan pembahasan temuan.

BAB Lima Kesimpulan dan Saran. Berisikan kesimpulan dari penelitian, saran-saran yang bersifat konstruktif serta lampiran-lampiran dalam kelengkapan data yang diperoleh.

(30)

17 BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini peneliti meninjau beberapa penelitian terdahulu.

Peneliti menemukan beberapa skripsi yang memiliki relevansi terhadap penelitian yang peneliti kaji, kemudian membuat ringkasannya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan yang terkait dengan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Hermawan, “Penerapan Metode Bandongan pada Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Barokah Mangunsuman Ponorogo Semester Genap Tahun Pelajaran 2019.” Skripsi IAIN Ponorogo, 2019.

Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif deskriptif. Data penelitian ini bersumber dari dari informan yang berkaitan langsung dengan permasalahan penelitian seperti santri, pengurus dan pengasuh pondok pesantren. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Fokus penelitian ini yaitu bagaimana penerapan metode bandongan dan bagaimana dampak dari penerapan metode bandongan. Hasil penelitian ini antara lain: 1) penerapan metode bandongan ini yaitu pelajaran diawali dengan kyai memasuki masjid dengan mengucapkan salam dan memberikan tawasul. 2) dampak yang dihadapi pada penerapan metode bandongan dalam pembelajaran kitab kuning adalah kurangnya

(31)

kedisiplinan santri, didapatkan santri yang tidak membawa kitab dan santri yang terlambat masuk kedalam kelas.

Persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan sama-sama membahas tentang penerapan metode bandongan. Perbedaanya dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pada “Implementasi Metode Bandongan Dalam Memudahkan Santri Memahami Kitab Fathul Qarib” sedangkan penelitian terdahulu yaitu

“Penerapan Metode Bandongan Pada Pembelajaran Kitab Kuning.”18 2. Mochammad Samsul Rizal, “Persepsi Santri Terhadap Metode

Pembelajaran Bandongan di Pondok Pesantren Anwarul Huda Karangbesuki Malang.” Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2020.

Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dengan jenis deskriptif. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam pengambilan sampel penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Fokus penelitian ini yaitu bagaimana pelaksaan, dan persepsi santri terhadap metode pembelajaran bandongan. Hasil penelitian ini antara lain: 1) pelaksanaan metode pembelajaran bandongan seperti halnya pada pembelajaran pada umumnya, yaitu adanya komponen yang saling mendukung, yaitu berupa materi pembelajaran kitab-kitab kuning

18 Hermawan, “Penerapan Metode Bandongan Pada Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Barokah Mangunsuman Ponorogo Semester Genap Tahun Pelajaran 2019.”

(Skripsi IAIN Ponorogo, 2019), 35.

(32)

karangan ulama klasik. 2) persepsi metode pembelajaran bandongan secara umum cukup baik. Namun masih ada sebagian santri yang menganggap metode pembelajaran masih kurang baik, hal ini karena adanya beberapa faktor, terutama yang berkaitan dengan penerapan media pembelajaran.

Persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan metode bandogan.

Perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pada

“Implementasi Metode Bandongan Dalam Memudahkan Santri Memahami Kitab Fathul Qarib.” Sedangkan penelitian terdahulu yaitu

“Persepsi Santri Terhadap Metode Pembelajaran Bandongan.” Dan menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif.19

3. Siti Nurazizah, “Implementasi Metode Bandongan Dalam Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren Darussalam Bangunsari Ponorogo.”

Skripsi IAIN Ponorogo, 2021.

Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif studi kasus. Yaitu suatu diskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan seperti individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan juga dokumentasi. Fokus penelitian ini yaitu bagaimana pelaksanaan, faktor, dan apa saja karakter santri yang terbentuk melalui pelaksanaan metode bandongan dalam pembentukan karakter santri. Hasil penelitian ini

19 Mochammad Samsul Rizal, “Persepsi Santri Terhadap Metode Pembelajaran Bandongan di Pondok Pesantren Anwarul Huda Karangbesuki Malang.” (Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2020).

(33)

antara lain: 1) pelaksanaan metode bandongan yaitu pengajian diawali ketika ustad memulai pengajian dengan mengucap salam kemudian mengucap tawasul, selanjutnya membacakan makna kitab kemudian menjelaskan penjelasan dalam kitab dengan disertai pengamalan nahwu sharaf dalam penjelasanya. 2) faktor yang dapat membentuk karakter santri melalui pelaksanaan metode bandongan adalah faktor internal dan faktor eksternal. 3) karakter yang dapat terbentuk melalui metode bandongan adalah karakter religius atau perilaku tawadhu kepada seorang ustad serta perilaku sederhana.

Persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif.

Dan sama-sama membahas tentang implementasi metode bandongan.

Perbedaanya dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pada

“Implementasi Metode Bandongan Dalam Memudahkan Santri Memahami Kitab Fathul Qarib”, sedangkan penelitian terdahulu yaitu

“Implementasi Metode Bandongan Dalam Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren Darussalam Bangunsari Ponorogo.”20

4. Muhammad Zamzami “Strategi Ustadz Dalam Meningkatkan Pembelajaran Kitab Kuning Pada Santri di Madrasah Tarbiyatul Ulum Pondok Pesantren Panggung Tulungagung” Skripsi IAIN Tulungagung, 2018.

20 Siti Nurazizah, “Implemetasi Metode Bandongan Dalam Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren Darussalam Bangunsari Ponorogo.” (Skripsi IAIN Ponorogo, 2021).

(34)

Pendekatan yang digunakan yaitu kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Fokus penelitian ini yaitu bagaimana upaya ustadz dalam meningkatkan pembelajaran kitab kuning pada santri. Hasil penelitian ini antara lain: 1) santri dilatih untuk lebih teliti dalam mengartikan kata yang kurang paham dalam pembelajaran kitab kuning 2) akhirnya santri dapat menambah wawasan mengena makna dari kata-kata yang sulit dari kitab 3) metode bandongan ini menanamkan perilaku tawaduk, patuh dan hormat pada ustadz.

Persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dan sama-sama membahas tentang penerapan metode bandongan.

Perbedaanya dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pada

“Implemetasi Metode Bandongan Dalam Memudahkan Santri Memahami Kitab Fathul Qarib “ sedangkan penelitian terdahulu yaitu “ Strategi Ustadz Dalam Meningkatkan Pembelajaran Kitab Kuning”21 5. Fauzan Aqib Nur Aziz, “Pengaruh Pemahaman Ilmu Nahwu dan Metode

Bandongan Terhadap Kemampuan Membaca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Ali Muttaqin Ponorogo Tahun Ajaran 2020/2021.” Skripsi IAIIN Ponorogo, 2022.

Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu koesioner (angket) dan

21 Muhammad Zamzami, “Strategi Ustadz Dalam Memudahkan Santri Memahami Kitab Kuning Pada Santri di Madrasah Tarbiyatul Ulum Pondok Pesantren Panggung Tulungagung .” (Skripsi IAIN Tulungagung, 2018).

(35)

dokumentasi. Fokus penelitian ini yaitu adakah pengaruh pemahaman ilmu nahwu terhadap kemampuan membaca kitab kuning. Hasil penelitian ini antara lain: 1) pemahaman ilmu nahwu ini mempunyai pengaruh terhadap kemampuan membaca kitab kuning sebesar 19,4%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variable lain 2) metode bandongan ini mempunyai pengaruh terhadap kemampuan membaca kitab kuning sebesar 17,3%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variable lain 3) pengaruh pemahaman ilmu nahwu dan metode bandongan terhadap kemampuan kitab kuning sebesar 26,3%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variable lain.

Persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama membahas tentang metode bandongan. Perbedaanya dengan peneliti yang akan dilakukan yakni pada “Implementasi Metode Bandongan Dalam Memudahkan Santri Memahami Kitab.” Sedangkan penelitian terdahulu yaitu “Pengaruh Pemahaman Ilmu Nahwu dan Metode Bandongan Terhadap Kemampuan Membaca Kitab Kuning.” Dan menggunakan pendekatan kuantitatif.22

Adapun persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dalam penelitian ini, dapat dilihat secara rinci dalam sebuah tabel dibawah ini:

22 Fauzan Aqib Nur Aziz, “Pengaruh Pemahaman Ilmu Nahwu dan Metode Bandongan Terhadap Kemampuan Membaca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Ali Muttaqin Ponorogo Tahun Ajaran 2020/2021.” (Skripsi IAIN Ponorogo, 2022).

(36)

Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Yang Akan Dilakukan

No Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1 2 3 4 5 6

1. Hermawan , 2019

Penerapan Metode

Bandongan pada Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Barokah Mangunsuman Ponorogo

Semester Genap Tahun Pelajaran 2019

Hasil penelitian ini antara lain: 1) penerapan metode bandongan ini yaitu pelajaran diawali dengan kyai memasuki masjid dengan mengucapkan

salam dan

memberikan

tawasul. 2) dampak yang dihadapi pada penerapan metode bandongan dalam pembelajaran kitab kuning adalah kurangnya

kedisiplinan santri, didapatkan santri

yang tidak

membawa kitab dan santri yang terlambat masuk kedalam kelas.

Sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif

Deskriptif, dan membahas tentang metode bandongan

Peneliti diatas membahas tentang penerapan dan dampak metode bandongan dalam pengajian kitab kuning serta kendala dalam pelaksanaan kegiatan tersebut sedangkan penelitian yang penulis lakukan adalah mengenai implementasi metode bandongan dalam memudahkan santri dalam memahami kitab.

2. Mochammad Samsul Rizal, 2020

Persepsi Santri Terhadap Metode Pembelajaran Bandongan di Pondok Pesantren Anwarul Huda Karangbesuki Malang

Hasil penelitian ini antara lain: 1) pelaksanaan

metode pembelajaran bandongan seperti halnya pada pembelajaran pada

Sama-sama

membahas tentang metode bandongan

Penelitian

terdahulunya yakni menggunakan

pendekatan

kuantitatif deskriptif sedangkan peneliti yang dilakukan penulis menggunakan

(37)

No Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1 2 3 4 5 6

umumnya, yaitu adanya komponen yang saling mendukung, yaitu berupa materi pembelajaran kitab-kitab kuning karangan ulama klasik. 2) persepsi metode

pembelajaran bandongan secara umum cukup baik.

Namun masih ada sebagian santri yang menganggap metode

pembelajaran masih kurang baik, hal ini karena adanya beberapa faktor, terutama yang berkaitan dengan penerapan media

pembelajaran.

pendekatan kualitatif deskriptif

3. Siti

Nurazizah, 2021

Implementasi Metode Bandongan Dalam Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren Darussalam Bangunsari Ponorogo.

Hasil penelitian ini antara lain: 1) pelaksanaan

metode bandongan yaitu pengajian diawali ketika ustad memulai pengajian dengan mengucap salam kemudian

Sama-sama menggunakan penelitian kualitatif studi kasus, dan membahas tentang implementasi metode bandongan.

Penelitian

terdahulunya yakni mengguakan metode bandongan dalam pembentukan

karakter santri secara umum sedangkan penelitian yang penulis lakukan implementasi metode

(38)

No Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1 2 3 4 5 6

mengucap tawasul, selanjutnya

membacakan makna kitab kemudian

menjelaskan

penjelasan dalam kitab dengan disertai

pengamalan nahwu sharaf dalam penjelasanya. 2) faktor yang dapat membentuk

karakter santri melalui

pelaksanaan

metode bandongan adalah faktor internal dan faktor eksternal. 3) karakter yang dapat terbentuk melalui metode bandongan adalah karakter religius atau perilaku tawadhu kepada seorang ustad serta perilaku sederhana.

bandongan dalam memudahkan santri memahami kitab

4. Muhammad Zamzami, 2018

Strategi Ustadz Dalam

Meningkatkan Pembelajaran Kitab Kuning Pada Santri di Madrasah

Hasil penelitian ini antara lain: 1) santri dilatih untuk lebih teliti dalam mengartikan kata yang kurang paham dalam

Sama-sama menggunakan kualitatif, dan membahas tentang metode bandongan menggunakan kitab kuning

Peneliti terdahulu yakni menggunakan strategi dalam meningkatkan

pembelajaran kitab kuning pada santri sedangkan penelitian

(39)

No Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1 2 3 4 5 6

Tarbiyatul Ulum Pondok Pesantren Panggung

Tulungagung

pembelajaran kitab kuning 2) akhirnya santri dapat menambah

wawasan mengena makna dari kata- kata yang sulit dari kitab 3) metode bandongan ini menanamkan perilaku tawaduk, patuh dan hormat pada ustadz.

yang penulis lakukan menggunakan metode bandongan dalam memudahkan santri memahami kitab Fathul Qarib

5. Fauzan Aqib Nur Aziz, 2022

Pengaruh

Pemahaman Ilmu Nahwu dan Metode Bandongan Terhadap Kemampuan Membaca Kitab Kuning di

Pondok Pesantren Ali Muttaqin Ponorogo Tahun Ajaran 2020/2021

Hasil penelitian ini antara lain: 1) pemahaman ilmu

nahwu ini

mempunyai

pengaruh terhadap kemampuan

membaca kitab kuning sebesar 19,4%, sedangkan sisanya

dipengaruhi oleh variable lain 2) metode bandongan ini mempunyai pengaruh terhadap kemampuan

membaca kitab kuning sebesar 17,3%, sedangkan sisanya

dipengaruhi oleh variable lain 3) pengaruh

Sama-sama

membahas tentang metode bandongan

Penelitian

terdahulunya yakni menggunakan pendekatan

kuantitatif sedangkan peneliti yang penulis lakukan

menggunakan

pendekatan kualitatif

(40)

No Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1 2 3 4 5 6

pemahaman ilmu nahwu dan metode bandongan

terhadap

kemampuan kitab kuning sebesar 26,3%, sedangkan sisanya

dipengaruhi oleh variable lain.

Jadi perbedaan dalam penelitian di atas yaItu dalam penelitian pertama implementasi metode bandongan fokus melalui pembelajaran kitab kuning, dan yang kedua yaitu fokus melalui persepsi santri terhadap metode pembelajaran bandongan, dan yang ketiga fokus melalui pembentukan karakter santri, dan yang ke empat yaitu fokus pada pemahaman terhadap kitab, dan yang ke lima pengaruh terhadap pemahaman ilmu nahwu dan metode bandongan sedangkan penelitian yang akan dilakukan fokus terhadap pemahaman santri melalui metode bandongan di Pondok Pesantren islam Nyai Zainab Shiddiq Jember.

B. Kajian Teori

Kegiatan pembelajaran dikatakan efektif dapat dilihat dari tepatnya metode yang digunakan dalam belajar mengajar. Dari segi ini jelas bahwa peranan metode mengajar sangat menentukan dan mempengaruhi dalam proses pembelajaran. Kaitanya dipondok pesantren metode berarti cara yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran antara kyai atau

(41)

ustadz dengan santri. Di pondok pesantren terdapat berbagai macam metode pembelajaran yaitu metode sorogan, metode muhawarah, metode mudzakarah, metode bandongan, metode majlis taklim.23

1. Perencanaan Metode Bandongan

Perencanaan adalah langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama dalam perencanaan ini adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran. Aktifitas ini merupakan pengembangan perencanaan untuk mengadakan tes dan penyesuaian tentang penampilan siswa secara individual.24

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Arikanto bahwa:

Jadwal merupakan sesuatu yang akan sangat membantu pelaksanaan pengajaran. Andaikata jadwal tersebut tidak tersusun dengan baik maka guru dan murid akan kehilangan banyak waktu.”25

Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan

23 Hamdani, Dasar-dasar Kependidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), 126-128.

24 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kopetensi Guru,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 92.

25 Arikanto, Suharnisi, Organisasi Pendidikan Dan Administasi Pendidikan Teknologi Dan Keuruan (Jakarta: Departemen P Dan K Ditjen Dikti, 1988), 125.

(42)

pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu.26

Unsur-unsur penting dalam sebuah metode berdasarkan pandangan beberapa para ahli antara lain:27

a. Merupakan seperangkat alat menyampaikan pembelajaran b. Adanya guru sebagai pembawa yang ada

c. Ada tujuan yang ingin dicapai

d. Menciptakan Suasana yang mendukung e. Melibatkan subjek didik

Secara bahasa, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bandongan diartikan dengan “pengajaran dalam bentuk kelas (pada sekolah agama)”.28 Sedangkan secara terminologi, ada beberapa defenisi yang dipaparkan oleh para pakar, antara lain adalah menurut Zamakhsyari Dhofier yaitu

Metode bandongan merupakan metode utama dalam sistem pengajaran di pesantren. Dalam sistem ini, sekelompok murid (antara 5 sampai dengan 500 murid) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan sering mengulas bukubuku Islam dalam bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan baik arti maupun keterangan tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit untuk dipahami. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut halaqah yang secara bahasa diartikan lingkaran murid, atau sekelompok siswa yang belajar di bawah bimbingan seorang guru.29

26 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 2.

27 Jamil Suprihatiningrum, Stratege Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2013), 156.

28 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, 87.

29 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren , 54.

(43)

Metode bondongan merupakan hasil adaptasi dari metode pengajaran agama yang berlangsung di timur tengah terutama di Makkah dan Al-Azhar, Mesir. Kedua tempat ini menjadi kiblat pelaksanaan metode wetonan lantaran di anggap sebagai poros keilmuan bagi kalangan pesantren sejak awal pertumbuhan hingga hasil perkenalan intelektual antara perintis (kiai) pesantren dengan pendidikan agama yang berlangsung di Makkah dan Al-Azhar, baik melalui ibadah haji maupun keperluan mencari ilmu. Disamping itu Makkah dianggap memiliki suatu keistimewaan sebagai kota kelahiran islam”.30

Metode bandongan dikhususkan bagi peserta didik kelas menengah dan kelas tinggi yang telah lulus dari sistem sorogan yang dianggap sangat sulit bagi kebanyakan santri di pesantren. Kebanyakan pesantren besar pada umumnya menyelenggarakan bermacam-macam halaqah (kelas bandongan), mengajarkan mulai dari kitab-kitab dasar sampai tingkat tinggi, yang diselenggarakan setiap hari (kecuali pada hari jum’at karena dalam tradisi pesantren kalau hari jum’at libur), dari pagi-pagi buta setelah sholat shubuh sampai larut malam.

Penyelenggaraan kelas bandongan ini karena sistem yang berkembang di pesantren dimana kyai memerintahkan santri senior untuk mengajar di kelas halaqah. Santri senior yang diberi tugas mengajar ini mendapat gelar ustadz (guru).31

30 Moh.Said Dan Juminar Affan, Mendidik Dari Zaman Ke Zaman, (Bandung::

Jemmars, 1987), 91.

31 Amin Haedari Dkk, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas Dan Tantangan Komplesitas Global, (Jakarta : IRD PRESS, Cet. I, 2004), 41-43.

(44)

Menurut Kompri sebagaimana yang tertulis dibukunya bahwa metode bandongan adalah metode pengajaran dengan cara ustadz atau kiai membaca, menerjemahkan, menerangkan dan mengulas kitab atau buku-buku keislaman dalam bagasa arab, sedangkan santri mendengarkannya.32 Mereka memperhatikan kitab atau bukunya sendiri dan membyat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata yang diutarakan oleh ustadz atau kiai.

Proses pengajian dengan metode ini adalah kiai atau Ustādz membaca suatu kitab dalam waktu tertentu serta para santri membawa kitab yang sama sambil mendengarkan dan menyimak bacaan kiai atau Ustādzah, mencatat terjemahan dan keterangan tentang kitab yang dikaji, kegiatan tersebut dalam dunia pesantren sering disebut dengan maknani, ngesahi atau njenggoti.33

Penerapan metode tersebut mengakibatkan santri bersikap pasif.

Sebab kreatifitas dalam proses belajar-mengajar didominasi ustadz atau kiai, sementara santri hanya mendengarkan dan memperhatikan keterangannya. Dengan kata lain, santri tidak dilatih mengekspresikan daya kritisnya guna mencermati kebenaran suatu pendapat.

Peran kiai atau guru dalam metode Bandongan yaitu sebagai Keynote Speaker atau pembicara utama dalam pengajian Bandongan.

Sedangkan peran santri dalam metode Bandongan yaitu sebagai audiens

32 Kompri, Menejemen dan Kepemimpinan Pondok Pesantren, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), 131.

33 Abbudin Nata, Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia (Jakarta: PT Grasindo, 2001), 177.

(45)

pasif yang mendengarkan dan mencatat segala sesuatu yang di sampaikan oleh guru atau kiai. Jadi metode Bandongan adalah kiai menggunakan bahasa daerah setempat, kiai membaca, menerjemahkan, menerangkan, kalimat demi kalimat kitab yang dipelajarinya, santri secara cermat mengikuti penjelasan yang diberikan oleh kiai dengan memberikan catatan-catatan tertentu pada kitabnya masing-masing dengan kode tertentu sehingga kitabnya disebut kitab jenggot karena banyaknya catatan yang menyerupai jenggot seorang kiai.

Bandongan dalam prakteknya selalu berorientasi pada pemompaan materi tanpa melalui control tujuan yang tegas. Dalam metode ini, santri bebas mengikuti pelajaran karena tidak diabsen. Kiai sendiri mungkin tidak mengetahui santri-santri yang tidak mengikuti pelajaran terutama jika jumlah mereka puluhan atau bahkan ratusan orang. Ada peluang bagi santri untuk tidak mengikuti pelajaran.

Sedangkan santri yang mengikuti pelajaran melalui metode bandongan ini adalah mereka yang berada pada tingkat menengah.

Menyimpulkan dari beberapa pengertian di atas, yang dimaksud metode bandongan ialah sistem pengajaran yang diberikan secara berkelompok diikuti oleh seluruh santri, seorang guru membaca suatu kitab pada waktu tertentu, santri mendengarkan dan menyimak bacaan guru tersebut dengan mencatat hal-hal yang dianggap penting pada kitabnya masing-masing.

(46)

2. Pelaksanaan Metode Bandongan

Pelaksanaan adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran.34 Dari penjelasan diatas maka peneliti penyimpulkan bahwa pelaksanaan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh guru/ustadzah kepada murid-murid untuk mencapai suatu yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar berlangsung.

Adapun didalam pelaksanaan ini ada beberapa bagian yaitu:

a. Syarat Pelaksanaan Metode Bandongan

Agar pelaksanaan metode bandongan dapat berjalan dengan baik, maka seorang guru harus mengetahui syarat-syarat penggunaan metode tersebut, sehingga para siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan dengan baik pula. Adapun syarat-syaratnya antara lain : 1) Metode ini hanya cocok diberikan pada siswa yang sudah

mengikuti sistem sorogan.

2) Murid yang diajarkan sekurang-kurangnya lima orang.

3) Tenaga guru yang mengajar sedikit, sedangkan murid yang diajar banyak.

4) Bahan yang diajarkan terlalu banyak, sedangkan alokasi waktu sedikit.

5) Dalam pelaksanaanya menggunakan bahasa daerah setempat sebagai bahasa pengantar.

34 Sugeng Listy Prabowo Dan Farida Nurmaliyah, Perencanaan Pembelajaran, (Malang: UIN Malik Prees, 2010), 91.

(47)

6) Masing-masing santri harus mempunyai kitab masing-masing.35 b. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Bandongan

Dalam metode bandongan ini seorang guru memulai pembelajarannya dengan membacakan Bismillah terlebih dahulu, kemudian bertawasul kepada sesepuh dan pengarang kitab serta memuji Allah Swa dan shalawat kepada Rasulullah Swt dengan meminta harapan agar ilmu yang didapatkan bermanfaat baik di dunia dan di akhirat. Kemudian dengan Bahasa yang mudah untuk dipahami guru membaca, menerjemahkan kalimat demi kalimat pada kitab yang dipelajari, kemudian santri mengikuti dengan cermat apa yang dijelaskan oleh guru dengan memberikan catatan-catatan terjemah atau keterangan penting pada kitab yang sedang dijelaskan.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan metode bandongan yaitu:

1) Kiai menciptakan komunikasi yang baik dengan para santri.

2) Seorang kiai atau ustadz bisa mengawali kegiatan pengajaran dengan membaca teks arab gundul kata per kata beserta artinya, dan pada bab-bab tertentu menyertakan penjelasan yang lebih detail.

3) Kiai atau ustadz bisa menggunakan cara dengan menunjuk para santri secara acak untuk membaca sekaligus menerjemahkan bagian tertentu. Peran kiai atau ustadz disini adalah membimbing

35 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pres, 2002, 156.

(48)

dan membenarkan apabila ditemukan kesalahan oleh santri terhadap hal yang tidak dipahami.

4) Setelah kiai atau ustadz menyelesaikan kajiannya, maka akan dibuka kesempatana kepada para santri untuk bertanya. Dan para santri akan mendapatkan jawaban dari kiai pada saat itu, apabila kiai belum bisa menjawab maka akan diberi jawaban pada kajian berikutnya.

5) Akhir dari kajian, kiai atau ustadz menjelaskan kesimpulan dan inti dari kegiatan tersebut.36

a. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bandongan37 1) Kelebihan:

a) Sangat efisien dalam mengajarkan ketelitian memahami kalimat yang sulit dipahami

b) Materi yang diajarkan sering diulang-ulang sehingga memudahkan anak untuk memahaminya

c) Lebih efektif bagi murid yang telah mengikuti sistem bandongan secara intensif

d) Lebih cepat dan praktis untuk mengajar kan santri yang jumlahnya banyak

36 Khamsil Laili, jurnal metode pengajaran di pesantren, dan perkembangannya, vol.

2, No. 1, (2018), 398.

37 Armei Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Bandung:Erlangga, 2017), 156.

(49)

2) Kekurangan:

a) Metode bandongan ini kurang efektif bagi murid yang pintar karena materi yang disampakan sering diulang-ulang sehingga terhalang kemajuan

b) Dialog antara guru dengan murid tidak banyak terjadi sehingga murid cepat bosan

c) Guru lebih kreatif dari pada siswa karena proses belajarnya berlangsung satu jalur (monolog)

d) Metode ini dianggap lamban dan tradisional, karena dalam menyampakannya materinya sering diulang-ulang.

3. Kemampuan Santri

Setelah proses perencanaan dan pelaksanaan dilakukan tahap berikutnya yaitu evaluasi. Evaluasi yang dimaksud yaitu untuk mengukur kemampuan santri dalam memahami materi yang telah di sampaikan. . Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Zainal Arifin bahwa :

Evaluasi bisa melalui tes tertulis, yang mana santri diuji atau ditanyakan mengenai hukum-hukum fiqih Islam dan hukum-hukum fiqih lainnya yang sesua dengan indicator pencapaiannya.38

Evaluasi atau penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tenteng proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan

38 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik, Prosedur, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 174.

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PELATIHAN KARYAWAN DAN KOMPETENSI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA DIVISI MSDM DI PT INTI (PERSERO) BANDUNG. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, pada penelitian ini variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja adalah kepemimpinan, motivasi, kepuasan

(1) Penilaian komponen Tunjangan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) direkapitulasi oleh bagian yang menangani fungsi kepegawaian pada unit kerja,

*) Diisi untuk kerugian yang sudah terjadi maupun pasti akan terjadi loss dalam jumlah tertentu **) Diisi hanya untuk Kantor Cabang Bank Asing, apabila ada. PENDAPATAN (BEBAN)

Dalam sub ini sebagaimana terdapat dalam buku yang diteliti memuat tugas kepada mahasiswa yang dibentuk dalam kelompok (tim) untuk meneliti, menelaah, mengamati,

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika dan kemampuan penalaran matematis

Dewi Irwana Sari (110304005) dengan judul skripsi Analisis Perbandingan Pendapatan Petani Kopi Ateng yang Menjual dalam Bentuk Gelondong Merah (Cherry red) dengan

Teknik ini dipilih karena memiliki konsep yang sama dengan konsep minimalis, yang membuat setiap halaman memiliki bentuk yang sama, sehingga pembaca akan dapat dengan mudah