• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial. Survei dilakukan pada guru guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta di Kabupaten Sleman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial. Survei dilakukan pada guru guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta di Kabupaten Sleman"

Copied!
314
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINGKAT KEPUASAN GURU TERHADAP PROFESINYA

PADA ASPEK FINANSIAL DAN NON FINANSIAL

Survei Dilakukan Pada Guru Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta Di Kabupaten Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Laurencia Apsari Kumala Saraswati NIM: 131334080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Yesus Kristus

Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(5)

v MOTTO

“.... Percaya bahwa Tuhan mendengarkan dan

menggenggam setiap doa, lalu melepaskannya pada waktu

tepat. Karena waktu Tuhan adalah waktu yang paling

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

TINGKAT KEPUASAN GURU TERHADAP PROFESINYA PADA ASPEK FINANSIAL DAN NON FINANSIAL

Survei Dilakukan Pada Guru Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta Di Kabupaten Sleman

Laurencia Apsari Kumala Saraswati Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial, serta perbedaan kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari jenis kelamin, lama menjalani profesi, status kepegawaian, jabatan di sekolah dan status sertifikasi.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif-komparatif yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2017. Dari populasi seluruh guru SMK swasta di Kabupaten Sleman berjumlah 1174 guru diambil sampel sebanyak 303 guru dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan uji Analisis of Variance (ANOVA), uji t, uji peringkat Mann Whitney (Z Test), dan uji peringkat Kruskall-Wallis (H Test).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) tingkat kepuasan guru SMK Swasta di Kabupaten Sleman pada profesinya termasuk dalam kategori cukup puas (mean 205,95); 2) tidak ada perbedaan kepuasan guru ditinjau dari jenis kelamin (sig. (2-tailed) 0,715>0,05); 3) tidak ada perbedaan kepuasan guru ditinjau dari lama menjalani profesi (sig. 0,194>0,05); 4) ada perbedaan kepuasan guru ditinjau dari status kepegawaian (sig. (2-tailed 0,001<0,05); 5) tidak ada perbedaan kepuasan guru ditinjau dari jabatan disekolah (sig. (2-tailed

(9)

ix ABSTRACT

THE LEVEL OF TEACHER’S SATISFACTION TOWARD THEIR PROFESSION ON THE FINANCIAL AND NON FINANCIAL ASPECT Survey Conducted on Private Vocational Senior High School Teachers in Sleman

Regency

Laurencia Apsari Kumala Saraswati Sanata Dharma University

2017

This research aims to find out the level of teacher’s satisfaction toward their job on the ascpects of financial and non financial, along with the difference of teacher’s satisfaction toward their proffesions on the financial and non financial aspect observed from gender, the length of their services, the employee status, the position on school, and the certified status.

This reasearch is a quantitative-comparative research method which was conducted from March until April 2017. The population were 1174 private vocational Senior High School teachers in Sleman regency. The samples were 303 teachers taken by using Cluster Random Sampling technique. Data were collected by using questionnaires and analyzed by: Analaysis of Variance (ANOVA) test, t-test, the rank test by using Man Whitney (Z Test) and Kruskall-Wallis

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih karena berkat dan juga limpahan kasih-Nya skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Akuntansi. Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan skripsi ini mendapatkan banyak bantuan, masukan, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Kepada Universitas Sanata Dharma dan juga pemerintah yang sudah memberikan kepercayaan beasiswa sehingga penulis dapat kuliah dan menyelesaikan studi tepat waktu;

3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

4. Ibu Benedecta Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan perhatian untuk mendampingi demi kesempurnaan skripsi ini;

(11)

xi

6. Seluruh Bapak / Ibu Dosen dan staf Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi yang sudah membantu dan memberikan ilmu dalam proses perkuliahan;

7. Orang tua saya, Alm Bapak yang semasa hidupnya selalu mendampingi memberi nasihat dan semangat sampai di akhir hidupnya, kepada Ibu yang tetap mendampingi serta menasehati, kepada Candra dan Sita yang sudah membantu dan memberi semangat dalam penulisan skripsi ini;

8. Teman-teman “Bacem” saya, Patricia Desty, Monica Videa, Mega Yuniar, yang sudah mendampingi saya di dalam suka duka selama perkuliahan, dan Dasanta Anggara yang banyak memberi masukan serta dukungan; 9. Seluruh teman mahasiswa dibawah bimbingan Ibu Benedecta Indah

Nugraheni, S.Pd., S.IP., M.Pd.; Ayu, Yudha, Agata, Valent, Mita, Linda, Ping, Valent Putri, Febry, Michelle, Dela, Mirna, yang sudah bersama-sama membantu dan bekerja bersama-sama dalam menyusun skripsi ini;

10.Seluruh mahasiswa angkatan 2013 yang telah memberi semangat dan juga saran serta kritik selama penulisan skripsi ini;

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 26 Juli 2017 Penulis

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

(13)

xiii BAB II TINJAUAN TEORITIK

A. Kepuasan Kerja ... 9

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja... 11

C. Profesi Guru ... 14

D. Aspek Finansial dan Non Finansial ... 24

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 39

F. Kerangka Berpikir atau Rasionalitas Penelitian ... 40

G. Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 46

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 47

D. Populasi dan Sampel ... 47

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 52

F. Teknik Pengumpulan data ... 60

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 60

H. Teknik Analisis Data ... 65

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 79

B. Analisis Data ... 89

C. Pembahasan ... 119

(14)

xiv

B. Saran ... 154

C. Keterbatasan ... 145

DAFTAR PUSTAKA ... 156

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Daftar Sekolah dan Jumlah Guru di Kabupaten Sleman... 48

Tabel 3.2 Jumlah Sekolah dan Responden yang Dijadikan Sampel ... 51

Tabel 3.3 Skor Jenis Kelamin Guru ... 54

Tabel 3.4 Tabulasi Variabel Lama Menjalani Profesi ... 55

Tabel 3.5 Skor Lama Menjalani Profesi ... 56

Tabel 3.6 Skor Status Kepegawaian... 56

Tabel 3.7 Skor Jabatan di Sekolah ... 57

Tabel 3.8 Skor Status Sertifikasi ... 57

Tabel 3.9 Tabel Skor Skala Likert ... 58

Tabel 3.10 Kisi-kisi Kuesioner ... 58

Tabel 3.11 Hasil Pengukuran Uji Validitas Instrumen ... 62

Tabel 3.12 Interpretasi Nilai Cronbach’s Alpha ... 64

Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 65

Tabel 3.14 Kategorisasi PAP tipe II Kepuasan Guru ... 66

Tabel 3.15 Perhitungan Skor PAP II Kepuasan Guru ... 67

Tabel 3.16 Perhitungan Skor PAP II Kepuasan Guru Pada Aspek Finansial ... 67

Tabel 3.17 Perhitungan Skor PAP II Kepuasan Guru Aspek Iklim Organisasi .... 67

(16)

xvi

Tabel 3.19 Tabel Perhitungan Skor PAP II Kepuasan Guru Aspek Psikologis .... 68 Tabel 3.20 Tabel Perhitungan Skor PAP II Kepuasan Guru Aspek Motivasi ... 69 Tabel 3.21 Hasil Pengujian Normalitas Data Kepuasan Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 70 Tabel 3.22 Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Spek Finansial dan Non

Finansial Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70 Tabel 3.23 Hasil Pengujian Normalitas Data Kepuasan Kerja Berdasarkan Lama

Menjalani Profesi ... 70 Tabel 3.24 Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Aspek Finansial dan Non

Finansial Berdasarkan Lama Menjalani Profesi... 71 Tabel 3.25 Hasil Pengujian Normalitas Data Kepuasan Kerja Berdasarkan Status

Kepegawaian ... 71 Tabel 3.26 Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Aspek Finansial dan Non

Finansial Berdasarkan Status Kepegawaian ... 71 Tabel 3.27 Hasil Pengujian Normalitas Data Kepuasan Kerja Berdasarkan

Jabatan di Sekolah ... 72 Tabel 3.28 Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Aspek Finansial dan Non

Finansial Berdasarkan Jabatan di Sekolah ... 72 Tabel 3.29 Hasil Pengujian Normalitas Data Kepuasan Kerja Berdasarkan Status

Sertifikasi ... 72 Tabel 3.30 Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Aspek Finansial dan Non

(17)

xvii

Tabel 3.32 Hasil Pengujian Homogenitas Setiap Aspek Finansial dan Non

Finansial Pada Beberapa Kelompok Sampel ... 74

Tabel 4.1 Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 79

Tabel 4.2 Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Lama Menjalani Profesi Guru ... 80

Tabel 4.3 Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Status Kepegawaian... 81

Tabel 4.4 Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Jabatan di Sekolah ... 81

Tabel 4.5 Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Status Sertifikasi ... 82

Tabel 4.6 Deskripsi Data Kompetensi Guru ... 83

Tabel 4.7 Deskripsi Data Pada Aspek Kompetensi Guru ... 83

Tabel 4.8 Kategorisasi Kepuasan Guru ... 83

Tabel 4.9 Kategorisasi Kepuasan Guru Pada Aspek Finansial ... 84

Tabel 4.10 Kategorisasi Kepuasan Guru Pada Aspek Iklim Organisasi ... 85

Tabel 4.11 Kategorisasi Kepuasan Guru Pada Aspek Sosial ... 86

Tabel 4.12 Kategorisasi Kepuasan Guru Pada Aspek Psikologis ... 87

Tabel 4.13 Kategorisasi Kepuasan Guru Pada Aspek Motivasi ... 88

Tabel 4.14 Hasil Uji T Data Kepuasan Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 90

Tabel 4.15 Hasil Uji T Data Kepuasan Guru Pada Aspek Finansial Berdasarkan Jenis Kelamin ... 91

Tabel 4.16 Hasil Uji T Data Kepuasan Guru Pada Aspek Iklim Organisasi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 92

(18)

xviii

Tabel 4.18 Hasil Uji Mann Whitney Data Kepuasan Guru Pada Aspek Psikologi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 94 Tabel 4.19 Hasil Uji Mann Whitney Data Kepuasan Guru Pada Aspek Motivasi

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 95 Tabel 4.20 Hasil Uji Anova Data Kepuasan Guru Berdasarkan Lama Menjalani

Profesi... 97 Tabel 4.21 Hasil Uji Anova Data Kepuasan Guru Pada Aspek Finansial

Berdasarkan Lama Menjalani Profesi ... 98 Tabel 4.22 Hasil Uji Kruskall Wallis Data Kepuasan Guru Pada Aspek Iklim

Organisasi Berdasarkan Lama Menjalani Profesi. ... 99 Tabel 4.23 Hasil Uji Kruskall Wallis Data Kepuasan Guru Pada Aspek Sosial

Berdasarkan Lama Menjalani Profesi ... 100 Tabel 4.24 Hasil Uji Kruskall Wallis Data Kepuasan Guru Pada Aspek Psikologi

Berdasarkan Lama Menjalani Profesi. ... 101 Tabel 4.25 Hasil Uji Anova Data Kepuasan Guru Pada Aspek Motivasi

Berdasarkan Lama Menjalani Profesi ... 102 Tabel 4.26 Hasil Uji T Data Kepuasan Guru Berdasarkan Status Kepegawaian.. 103 Tabel 4.27 Hasil Uji T Data Kepuasan Guru Pada Aspek Finansial berdasarkan

Status Kepegawaian ... 105 Tabel 4.28 Hasil Uji Mann Whitney Data Kepuasan Guru Pada Aspek Iklim

Organisasi Berdasarkan Status Kepegawaian ... 106 Tabel 4.29 Hasil Uji Mann Whitney Data Kepuasan Guru Pada Aspek Sosial

(19)

xix

Tabel 4.30 Hasil Uji Mann Whitney Data Kepuasan Guru Pada Aspek Psikologi Berdasarkan Status Kepegawaian ... 108 Tabel 4.31 Hasil Uji Mann Whitney Data Kepuasan Guru Pada Aspek Motivasi

Berdasarkan Status Kepegawaian ... 109 Tabel 4.32 Hasil Uji T Data Kepuasan Guru Berdasarkan Jabatan di Sekolah .. 110 Tabel 4.33 Hasil Uji Mann Whitney Data Kepuasan Guru Pada Aspek Finansial

Berdasarkan Jabatan di Sekolah ... 111 Tabel 4.34 Hasil Uji Mann Whitney Data Kepuasan Guru Pada Aspek Iklim

Organisasi Berdasarkan Jabatan di Sekolah ... 112 Tabel 4.35 Hasil Uji Mann Whitney Data Kepuasan Guru Pada Aspek Sosial

Berdasarkan Jabatan di Sekolah ... 114 Tabel 4.36 Hasil Uji Mann Whitney Data Kepuasan Guru Pada Aspek Psikologi

Berdasarkan Jabatan di Sekolah ... 115 Tabel 4.37 Hasil Uji Mann Whitney Data Kepuasan Guru Pada Aspek Motivasi

Berdasarkan Jabatan di Sekolah ... 116 Tabel 4.38 Hasil Uji T Data Kepuasan Guru Berdasarkan Status Sertifikasi ... 117 Tabel 4.39 Hasil Uji Mann Whitney Data Kepuasan Guru Pada Aspek Finansial

Berdasarkan Status Sertifikasi ... 118 Tabel 4.40 Hasil Uji Mann Whitney Data Kepuasan Guru Pada Aspek Iklim

Organisasi Berdasarkan Status Sertifikasi ... 119 Tabel 4.41 Hasil Uji Mann Whitney Data Kepuasan Guru Pada Aspek Sosial

(20)

xx

Tabel 4.42 Hasil Uji Mann Whitney Data Kepuasan Guru Pada Aspek Psikologi Berdasarkan Status Sertifikasi ... 122 Tabel 4.43 Hasil Uji Mann Whitney Data Kepuasan Guru Pada Aspek Motivasi

(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I : Kuesioner Penelitian... 159

Lampiran II : Data Induk Penelitian ... 169

Lampiran III : Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kuesioner ... 237

Lampiran IV : Pengelompokan Variabel ... 241

Lampiran V : Perhitungan Mean, Modus, Median ... 245

Lampiran VI : Uji Normalitas ... 256

Lampiran VII : Uji Homogenitas... 276

(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan saat ini merupakan salah satu hal yang penting untuk mendapatkan perhatian demi kemajuan bangsa kita. Pendidikan saat ini diharapkan dapat memberikan output manusia yang bermoral, berkarakter, dan juga cemerlang. Agar pembangunan pendidikan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia, terdapat 3 syarat utama yang harus diperhatikan yaitu: 1) sarana gedung, 2) buku yang memadahi, 3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional (Mulyasa, 2007: 3). Guru dan tenaga kependidikan yang profesional memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam pendidikan. Tugas guru bukan saja memberikan ilmu dan seperangkat keterampilan teknis mengajar dalam proses pembelajaran di kelas, tetapi guru mampu membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik serta memobilisasi siswa dalam belajar untuk dapat berkembang lebih optimal.

(23)

masyarakat menganggap bahwa keberadaan status guru sederajat dengan kaum bangsawan priyayi. Namun jika melihat realita pada saat ini, banyak sekali guru yang tidak disegani baik oleh siswanya sendiri maupun masyarakat di sekitarnya. Banyak orang memandang bahwa guru hanyalah seorang manusia biasa yang tidak ada artinya, sedangkan guru memiliki pekerjaan yang mulia yakni mendidik dan mendampingi para siswa untuk menjadi siswa yang lebih berkarakter dan memiliki pengetahuan yang lebih baik.

Pada saat ini dapat dirasakan bahwa setiap aspek dalam kehidupan mulai berkembang dan mengalami perubahan. Begitu pula dengan dunia pendidikan yang juga berkembang untuk mengikuti perkembangan zaman. Jika melihat kondisi saat ini, profesi menjadi seorang guru menjadi sebuah profesi yang bahkan jarang diminati oleh anak muda. Hal ini terjadi karena banyak dari mereka beranggapan bahwa profesi guru dianggap kurang begitu bergengsi dan kinerjanya dianggap belum optimal serta belum memenuhi harapan masyarakat. Akibatnya mutu pendidikan saat ini menjadi semakin terpuruk.

(24)

adalah salah satunya pergantian kurikulum yang sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Pergantian kurikulum yang terjadi terkadang membuat para guru sulit untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Banyak guru mengeluhkan banyaknya administrasi yang harus dipenuhi seiring dengan pergantian kurikulum tersebut.

(25)

beberapa guru mengeluhkan akan banyaknya administrasi yang harus dibuat sehingga menyita banyak waktu dan juga perhatian kepada anak didiknya.

Banyak sekali faktor maupun kondisi yang dapat mempengaruhi seseorang puas terhadap profesinya. Begitu pula dengan profesi menjadi seorang guru. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan seorang guru terhadap profesinya, beberapa diantaranya adalah masalah finansial, masalah iklim organisasi, masalah sosial, masalah psikologis, dan masalah motivasi. Iklim organisasi terkait erat dengan proses menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, sehingga dapat tercipta hubungan dan kerjasama yang harmonis diantara seluruh anggota organisasi. Seorang guru akan selalu berhadapan dengan orang lain, entah itu siswa, rekan sesama guru, kepala sekolah, komite bahkan orang tua murid dan masyarakat yang ada di sekitarnya. Hubungan dan relasi yang harmonis sangat mempengaruhi kepuasan guru terhadap profesinya.

(26)

yang tidak berstatus pegawai negeri memiliki tingkat kepuasan yang berbeda, guru yang hanya sebagai guru saja di sekolah dengan guru yang memiliki jabatan lain di sekolah memiliki kepuasan yang berbeda pula, dan juga diduga bahwa guru yang sudah bersertifikat berbeda kepuasannya dengan guru yang belum bersertifikat.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti hendak mengetahui tentang tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari jenis kelamin, lama menjalani profesi, status kepegawaian, jabatan di sekolah dan status sertifikasi.

B. Batasan Masalah

(27)

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial (iklim organisasi, sosial, psikologis, motivasi)?

2. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari jenis kelamin?

3. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari lama menjalani profesi?

4. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari status kepegawaian?

5. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari jabatan di sekolah?

6. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari status sertifikasi guru?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

(28)

2. Apakah terdapat perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari jenis kelamin.

3. Apakah terdapat perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari lama menjalani profesi.

4. Apakah terdapat perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari status kepegawaian.

5. Apakah terdapat perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari jabatan di sekolah.

6. Apakah terdapat perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya ditinjau dari status sertifikasi guru.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi Pemerintah dan Yayasan Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan dan keputusan dalam dunia pendidikan, khususnya untuk meningkatkan kualitas guru.

2. Bagi Guru

(29)

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan peneliti yang nantinya akan menjadi seorang guru.

4. Bagi Pihak Lain

(30)

9 BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Kepuasan Kerja

1. Pengertian Kepuasan Kerja

Pada dasarnya kepuasan kerja bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda. Semakin banyak aspek yang sesuai dengan keinginan individu tersebut maka semakin tinggi tingkat kepuasan kerja yang dirasakan oleh seseorang.

Banyak definisi mengenai kepuasan kerja yang dikemukakan para ahli. Menurut Hariandja (2002:290), kepuasan kerja merupakan salah satu elemen yang cukup penting dalam organisasi. Hal ini disebabkan kepuasan kerja dapat mempengaruhi perilaku kerja seperti malas, rajin, produktif, dan lain-lain, atau mempunyai hubungan dengan beberapa jenis perilaku yang sangat penting dalam organisasi.

(31)

2. Teori Kepuasan Kerja

Locke (Waluyo, 2013:127) mengungkapkan beberapa teori kepuasan kerja. Teori-teori tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Teori Pertentangan (Discrepancy Theory)

Teori pertentangan dari Locke menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan terhadap beberapa aspek dari pekerjaan mencerminkan penimbangan dua nilai :

1) Pertentangan yang dipersepsikan antara apa yang diinginkan seseorang individu dengan apa yang diterima.

2) Pentingnya apa yang diinginkan bagi individu

Menurut Locke, seorang individu akan merasa puas atau tidak puas merupakan sesuatu yang bersifat pribadi, tergantung bagaimana ia mempersiapkan adanya kesesuaian atau pertentangan antara keinginan dan hasil keluarnya.

b. Model dari Kepuasan Bidang/Bagian (Facet Satisfaction)

(32)

bagaimana mereka mempersepsikan masukan dan keluaran dari orang lain yang dijadikan pembanding.

c. Teori Proses Bertentangan (Opponent-Process Theory)

Teori proses bertentangan dari Landy memandang kepuasan kerja dari prespektif yang berbeda secara mendasar daripada pendekatan yang lain. Teori ini menekankan bahwa orang ingin mempertahankan suatu keseimbangan emosional (emotional equilibrium) berdasarkan asumsi bahwa kepuasan kerja bervariasi dari waktu ke waktu, sehingga pengukuran kepuasan kerja perlu dilakukan secara periodik dengan interval waktu yang sesuai.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Menurut Hariandja (2002:290), kepuasan kerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut bukan hanya gaji, tetapi terkait dengan pekerjaan itu sendiri dengan faktor lain seperti hubungan dengan atasan, rekan sekerja, lingkungan kerja, dan aturan-aturan. Para ahli mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja berkaitan dengan beberapa aspek yaitu:

1. Gaji, yaitu jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai akibat dari pelaksanaan kerja apakah sesuai dengan kebutuhan dan dirasakan adil. 2. Pekerjaan itu sendiri, yaitu isi pekerjaan yang dilakukan seseorang

(33)

3. Rekan sekerja, yaitu teman-teman kepada siapa seseorang senantiasa berinteraksi dalam pelaksanaan pekerjaan. Seseorang dapat merasakan rekan kerjanya sangat menyenangkan atau tidak menyenangkan.

4. Atasan, yaitu seseorang yang senantiasa memberi perintah atau penunjuk dalam pelaksanaan kerja. Cara-cara atasan dapat tidak menyenangkan bagi seseorang atau menyenangkan dan hal ini dapat mempengaruhi kepuasan kerja.

5. Promosi, yaitu kemungkinan seseorang dapat berkembang melalui kenaikan jabatan. Seseorang dapat merasakan adanya kemungkinan yang besar untuk naik jabatan atau tidak, proses kenaikan jabatan kurang terbuka atau terbuka. Ini juga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja seseorang.

6. Lingkungan kerja, yaitu lingkungan fisik dan psikologis.

Moh. As’ad (1978:66) menyatakan bahwa ada empat faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu:

1. Faktor finansial, meliputi: gaji, macam-macam tunjangan, pemberian jasa produksi atau bonus, promosi, jaminan sosial termasuk uang pensiunan, dan sebagainya

2. Faktor fisik, meliputi: umur, kondisi badan, jenis pekerjaan, waktu kerja dan sistem istirahat, keadaan suara, temperatur, dan penerangan.

(34)

4. Faktor psikologis, meliputi: cita-cita, pandangan hidup, minat dan kemampuan, sikap, bakat, dan kecakapan.

Tingkat kepuasan kerja dipengaruhi oleh rentang yang luas dari variabel-variabel yang berhubungan dengan faktor-faktor individu, sosial, budaya, organisasi dan lingkungan. Sejalan dengan ini, Mullin (Wijono, 2010:106) menjelaskan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja meliputi faktor-faktor budaya, pribadi, sosial, organisasi, dan lingkungan kerja.

1. Faktor pribadi di antaranya kepribadian, pendidikan, intelegensi dan kemampuan, usia, status perkawinan, dan orientasi kerja.

2. Faktor sosial di antaranya hubungan dengan rekan kerja, kelompok kerja dan norma-norma, kesempatan untuk berinteraksi, dan organisasi informal.

3. Faktor budaya di antaranya sikap-sikap yang mendasari, kepercayaan, dan nilai-nilai.

4. Faktor organisasi di antaranya sifat dan ukuran, struktur formal, kebijakan-kebijakan personalia dan prosedur-prosedur, relasi karyawan, sifat pekerjaan, teknologi dan organisasi kerja, supervisor dan gaya kepemimpinan, sistem manajemen, kondisi-kondisi kerja.

(35)

C. Profesi Guru

1. Pengertian Profesi

Kata Profesi berasal dari bahasa Yunani “Pbropbaino” yang berarti

menyatakan secara publik dan dalam bahasa lain disebut “Professio”

yang digunakan untuk menunjukkan pernyataan publik yang dibuat oleh seseorang yang bermaksud menduduki suatu jabatan publik. Secara tradisional profesi mengandung arti prestise, kehormatan, status sosial, dan otonomi lebih besar yang diberikan masyarakat kepadanya (Sagala, 2013:2).

Pribadi menyatakan bahwa profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu (Oemar Hamalik, 2002:1).

Lebih lanjut berkaitan dengan pengertian tersebut akan dibahas sebagai berikut:

a. Hakikat Profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji yang terbuka

(36)

akan berhadapan dengan sanksi tertentu. Jika seseorang telah menganut suatu profesi tertentu, dia akan berbuat sesuai dengan janji tersebut.

b. Profesi mengandung unsur pengabdian

Suatu profesi bukan bermaksud untuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, baik dalam arti ekonomis maupun dalam arti psikis, tetapi untuk pengabdian pada masyarakat. Pengabdian diri berarti lebih mengutamakan kepentingan orang banyak. Dengan demikian, pengabdian yang diberikan oleh profesi tersebut harus sesuai dengan bidang-bidang pekerjaan tertentu. Dengan pengabdian pada pekerjaan itu, seseorang berarti mengabdikan profesinya kepada masyarakat.

c. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan

(37)

2. Guru

a. Pengertian Guru

Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sedangkan kamus umum Bahasa Indonesia mengemukakan arti guru sebagai orang yang pekerjaan atau mata pencahariannya, profesinya mengajar.

Kata guru (Bahasa Indonesia) merupakan padanan dari kata

educator (Bahasa Inggris). Di dalam Kamus Webster, kata teacher

bermakna sebagai “the person who teach, espesially in school” atau guru adalah seseorang yang mengajar, khususnya di sekolah (Danim dan Khairil, 2010:5).

b. Peran Guru

Peranan (role) ialah tingkah laku yang diharapkan dari seseorang pada satu situasi tertentu. Guru memiliki peran yang penting di sekolah.

(38)

1) Korektor

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat.

2) Inspirator

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemanjuan belajar anak didik. Guru harus mampu memberikan petunjuk bagaimana belajar yang baik. 3) Informator

Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain jumlah bahan pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru.

4) Organisator

(39)

5) Motivator

Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik.

6) Inisiator

Dalam pernanannya sebagai insiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan.

7) Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Tugas guru adalah bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.

8) Pembimbing

(40)

bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.

9) Demonstrator

Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat dipahami oleh anak didik. Apalagi anak didik yang memiliki intelegensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus berusaha untuk membantunya, dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak didik.

10)Pengelola kelas

Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru.

11)Mediator

(41)

12)Supervisor

Sebagai supervisor guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Guru harus menguasai teknik-teknik supervisi dengan baik agar dapat melakukan perbaikaan terhadap situasi belajar mengajar agar menjadi lebih baik.

13)Evaluator

Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih menyentuh pada aspek kepribadian anak didik, yakni aspek nilai (values). Berdasarkan hal ini, guru harus bisa memberikan penilaian dalam dimensi yang luas. Penilaian terhadap kepribadian anak didik tentu lebih diutamakan dari pada penilaian terhadap jawaban anak didik ketika diberikan tes.

c. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

(42)

membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa.

Ada berbagai macam pendapat yang dikemukakan para ahli mengenai bagaimana tugas guru. Charles Silberman (Agung, 2014:20) mengungkapkan tentang beratnya tugas seorang guru. Guru bukan saja harus tahu banyak tentang bahan pelajaran dan menguasainya, tetapi harus memahami karakteristik para siswanya. Sebagai pendidik, guru tidak hanya berperan menyampaikan pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga melatihkan keterampilan (transfer of skills), membentuk sikap dan memindahkan nilai-nilai (transfer of values).

(43)

Menurut Roestiyah (Sagala, 2012:12), tugas guru secara garis besar adalah:

1. Mewariskan kebudayaan dalam bentuk kecakapan, kepandaian dan pengalaman empirik kepada para muridnya.

2. Membentuk kepribadian anak didik sesuai dengan nilai dasar negara.

3. Mengantarkan anak didik menjadi warga negara yang baik. 4. Memfungsikan diri sebagai media dan perantara pembelajaran

bagi anak didik.

5. Mengarahkan dan membimbing anak sehingga memiliki kedewasaan dalam berbicara, bertindak dan bersikap.

6. Memungkinkan diri sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat lingkungan baik sekolah negeri maupun swasta. 7. Harus mampu mengawal dan menegakkan disiplin baik untuk

dirinya, maupun murid dan orang lain.

8. Memfungsikan diri sebagai administrator dan sekaligus manajer yang disenangi.

9. Melakukan tugasnya dengan sempurna sebagai amanat profesi. 10.Guru diberi tanggung jawab paling besar dalam hal perencanaan

dan pelaksanaan kurikulum serta evaluasi keberhasilannya. 11.Membimbing anak untuk belajar memahami dan menyelesaikan

(44)

12.Guru harus dapat merangsang anak didik untuk memiliki semangat yang tinggi dan gairah yang kuat dalam bentuk kelompok studi, mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler dalam rangka memperkaya pengalaman.

3. Pengertian Profesi Guru

Pada Perkembangan saat ini, posisi guru mengarah dan mewujudkan menjadi sebuah profesi. Penyebutan profesi guru memang sudah lama dikenal di Indonesia. Tetapi, istilah profesi itu lebih mengacu pada makna pekerjaan yang dijadikan sebagai mata pencaharian, dan tidak lebih dari itu. Sejak lahirnya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang baru yaitu tahun 2003 dan juga UU Guru dan Dosen, pengakuan status sosial guru sebagai profesi mulai menguat (Sudarma, 2013:13).

(45)

D. Aspek Finansial dan Non Finansial

1. Finansial

Gaji merupakan salah satu unsur yang penting dalam meningkatkan motivasi kerja, sebab gaji adalah alat untuk memenuhi berbagai kebutuhan pegawai. Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima pegawai sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai seorang pegawai yang memberikan sumbangan dalam mencapai tujuan organisasi (Hariandja, 2002:245).

Kompensasi adalah keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pegawai sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan di organisasi dalam bentuk uang atau lainnya, yang dapat berupa gaji, upah, bonus, insentif, dan tunjangan lainnya seperti tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya, uang makan, uang cuti, dan lain-lain.

Dari sudut pandang organisasi, gaji juga menjadi salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan kepuasan kerja, memotivasi pegawai, merangsang pegawai baru yang berkualitas untuk memasuki organisasi, mempertahankan pegawai yang ada, dan meningkatkan produktivitas (Hariandja, 2002:244).

(46)

prestasi dan mencerminkan martabat guru atau dosen sebagai pendidik profesional.

Menurut Sastrohadiwiryo (2002:181-184), kepuasan atas kompensasi yang diterima tenaga kerja dipengaruhi oleh:

a. Jumlah yang diterima dan jumlah yang diharapkan.

Sebagian besar teori mengenai kepuasan menekankan bahwa kepuasan tenaga kerja ditentukan oleh perbandingan yang dibuat antara apa yang diterimanya dan berapa seharusnya diterima oleh tenaga kerja yang bersangkutan. Apabila tenaga kerja menerima kurang dari yang seharusnya mereka terima, mereka merasa tidak puas. Sebaliknya, apabila mereka menerima lebih dari seharusnya mereka terima, mereka cenderung merasa puas.

(47)

c. Pandangan yang keliru atas kompensasi yang diterima tenaga kerja lain.

Banyak bukti akurat bahwa tenaga kerja sering salah tanggap, tidak saja mengenai kecakapan, keterampilan, dan kinerja, akan tetapi juga mengenai besarnya kompensasi yang mereka terima. Hal itu penting dan merupakan masalah paling peka yang langsung berhubungan dengan profesionalisme mereka. Besar kemungkinan terjadi pandangan yang keliru apabila tenaga kerja melibatkan perasaannya. Terdapat kecenderungan bahwa pandangan yang keliru mengenai kompensasi yang diterima tenaga kerja lain menambah rasa ketidakpuasan.

d. Besarnya kompensasi intrinsik dan ekstrinsik yang diterimanya untuk pekerjaan yang diberikan kepadanya.

(48)

2. Non Finansial

a. Iklim Organisasi

Menurut Wirawan (2007:121), istilah organisasi (organizational climate) pertama kalinya dipakai oleh Kurt Lewin pada tahun 1930-an, yang menggunakan istilah iklim psikologi (psychological climate). Dalam suatu iklim terdapat musim dan cuaca yang berubah secara rutin. Sebagai contoh, Indonesia yang merupakan negara yang beriklim tropis karena terletak di khatulistiwa. Iklim tropis di Indonesia mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Begitu pula organisasi pun memiliki iklim, musim, dan cuaca organisasi. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa pengertian mengenai iklim organisasi:

1) Taguiri dan Litwin mendefinisikan iklim organisasi sebagai “ ..

a relatively enduring quality of the internal environmen of an

organization that (a) is experienced by its members, (b)

influences their behavior, and can be described in term of the

values of a particular set of characteristics (or attributes) of the

(49)

2) Litwin dan R. A. Stringer mendefinisikan iklim organisasi sebagai “... a concept describing the subjective nature or quality of the organizational environment. Its properties can be

perceived or experienced by members of the organization and

reported by them in an appropriate questionnaire.” yang dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan bahwa iklim organisasi merupakan suatu konsep yang melukiskan sifat subjektif atau kualitas lingkungan organisasi. Unsur-unsurnya dapat dipersepsikan dan dialami oleh anggota organisasi dan dilaporkan melalui kuesioner yang tepat (Wirawan, 2007:122). 3) Carolyn S. Andersen mendefinisikan iklim organisasi sekolah

sebagai rasa sekolah, seperti dipersepsikan oleh mereka yang bekerja atau yang mengikuti kelas di sekolah. Iklim organisasi sekolah merupakan apa yang kita rasakan dari kehidupan interaktif di sekolah (Wirawan, 2007:12).

(50)

a) Sistem sosial berupa karakteristik psikologi sosial yang ditunjukkan oleh nilai, keyakinan, dan sistem nilai yang berkembang pada interaksi di lingkungan kerja dalam perilaku sebuah organisasi.

b) Lingkungan fisik atau alam berupa faktor-faktor lingkungan alam seperti ukuran, luas, area bangunan, bentuk dan desain bangunan, teknologi yang digunakan dan mempengaruhi suasana kerja pada interaksi dalam perilaku sebuah organisasi. c) Struktur dan sistem organisasi berupa prosedur operasional

standar, program kegiatan, rincian tugas pokok, fungsi, dalam praktik pada dimensi proses, yang membentuk pola interaksi, dan pola komunikasi organisasi.

d) Lingkungan sosial sebagai konsekuensi dari interaksi manusia sebagai individu dan subjek organisasi yang mempunyai keberagaman karakter seperti motivasi, kepuasan kerja, dan moralitas.

b. Sosial

(51)

saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial memiliki aspek sebagai berikut:

1) Komunikasi.

Komunikasi merupakan proses pemberian informasi dan pengertian dari satu individu kepada individu yang lainnya. Komunikasi dapat diartikan memberitahukan berita, pengetahuan, pikiran-pikiran, nilai-nilai, agar informasi yang diberikan dapat dimiliki bersama.

2) Partisipasi.

Partisipasi merupakan mental emosional seseorang di dalam situasi kelompok dan dapat mendorong seseorang indovidu untuk menyumbangkan pikiran dan perasaan demi tercapainya tujuan organisasi.

3) Kontak sosial.

Kontak sosial terjadi apabila seseorang bertukar informasi baik secara langsung atau tidak langsung, dimana hal tersebut dapat menguntungkan atau merugikan.

c. Psikologis

Istilah psikologi berasal dari “psyche” yang diartikan “jiwa”

dan “logos” yang berarti “ilmu” atau “ilmu pengetahuan”. Karena

itu, psikologi sering diartikan sebagai “ilmu pengetahuan tentang

(52)

1). Gerungan dalam Anoraga dan Suyati (1995: 2) menjelaskan arti dari ilmu jiwa dan psychology (psikologi) sebagai berikut: Ilmu jiwa meliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan, tetapi juga segala khayalan dan spekulasi mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang memenuhi syarat-syaratnya yang dimufakati sarjana-sarjana psychology pada zaman sekarang ini. Istilah ilmu jiwa menunjukkan kepada ilmu jiwa pada umumnya, sedangkan istilah psychology menunjukkan ilmu jiwa yang ilmiah menurut norma-norma ilmiah modern.

(53)

Perilaku individu selalu mempunyai latar belakang tertentu dan senantiasa terarah pada tujuan tertentu, serta memiliki keterkaitan dengan lingkungan. Lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu internal yang berasal dalam diri individu (seperti perasaan, pengetahuan, pengalaman, cita-cita, dan sebagainya) dan eksternal yang berasal dari luar diri individu. Lingkungan dapat dikategorikan menjadi lingkungan fisik, sosial, budaya, dan spiritual. Lingkungan fisik adalah segala sesuatu di sekitar individu yang bersifat fisik (seperti air, udara, iklim, rumah, alat-alat yang dipakai, tanah, gunung, dan sebagainya). Lingkungan sosial adalah segala sesuatu yang berasal dari manusia dengan segala karakteristiknya (seperti hubungan sosial, perilaku sosial, kekeluargaan, persahabatan, perkumpulan, organisasi, dan sebagainya). Lingkungan budaya adalah segala sesuatu yang berasal dari hasil karya cipta manusia berupa budaya (seperti ilmu pengetahuan, seni, adat istiadat, politik, pemerintahan, dan sebagainya). Lingkungan spiritual adalah lingkungan yang bersumber dari keyakinan dan kepercayaan terhadap sumber-sumber yang berkenaan dengan kondisi spiritual seseorang.

(54)

1) Persepsi

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Suatu proses yang bersifat menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.

2) Berpikir

Berpikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Proses berpikirnya manusia merupakan prosesyang dinamis. Dinamika berpikir ini dimungkinkan oleh pengalaman yang meluas, pengetahuan bahasa yang kaya dan didukungnya pula dengan pendidikan yang dimiliki.

3) Intelegensi

Intelegensi merupakan kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, beradaptasi dengan situasi atau menghadapi situasi yang beragam. Intelegensi juga berarti kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menggunakan konsep-konsep abstrak.

4) Minat

(55)

yang diminati seseorang, diperhatikan secara terus menerus yang disertai rasa senang.

5) Motivasi

Motivasi adalah kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan dan cita-cita yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

6) Memori

Memori adalah proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan yang kesemuanya terpusat dalam otak.

d. Motivasi

1) Pengertian Motivasi

(56)

seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Menurut Uno (2007:4), dari sudut yang menimbulkannya, motif dibedakan dua macam, yaitu:

a) Motif intrinsik

Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Motif intrinsik lebih kuat dari pada motif ekstrinsik. Oleh karena itu, pendidikan harus berusaha menimbulkan motif intrinsik dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat mereka terhadap bidang-bidang studi yang relevan.

b) Motif ekstrinsik

Motif ekstrinsik adalah motif yang timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya. Menurut Uno (2007:69), ciri-ciri seseorang yang memiliki motivasi kerja antara lain:

(57)

(2) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit.

(3) Seringkali terdapat umpan balik yang konkret tentang bagaimana seharusnya ia melaksanakan tugas secara optimal, efektif dan efisien.

2) Unsur Penggerak Motivasi

Motivasi tenaga kerja akan ditentukan oleh perangsangnya. Perangsang yang dimaksud merupakan mesin penggerak motivasi tenaga kerja, sehingga menimbulkan pengaruh perilaku individu tenaga kerja yang bersangkutan. Sagir (Sastrohadiwiryo, 2002: 269) mengemukakan unsur-unsur penggerak motivasi antara lain:

a) Kinerja (Achievement)

Seseorang yang memiliki keinginan berkinerja sebagai suatu kebutuhan, maka orang tersebut dapat mendorongnya mencapai sasaran. McCleland menjelaskan bahwa tingkat needs of Achievement (n-Ach)

(58)

b) Penghargaan (Recognition)

Penghargaan atau pengakuan atas suatu kinerja yang telah dicapai seseorang akan merupakan perangsang yang kuat. Pengakuan atas suatu kinerja, akan memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi daripada penghargaan dalam bentuk materi atau hadiah.

c) Tantangan (Challenge)

Adanya tantangan yang dihadapi, merupakan perangsang kuat bagi manusia untuk mengatasinya. Suatu sasaran yang tidak menantang atau dengan mudah dapat dicapai biasanya tidak mampu menjadi perangsang, bahkan cenderung menjadi kegiatan rutin. Tantangan demi tantangan biasanya akan menumbuhkan kegairahan untuk mengatasinya.

d) Tanggung Jawab (Responsibility)

Adanya rasa ikut memiliki atau rumongso handarbeni akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa bertanggung jawab. Dalam hal ini, besar kecilnya rasa tanggung jawab seseorang dalam organisasi akan mempengaruhi mutu organisasi.

e) Pengembangan (Development)

(59)

merupakan perangsang kuat bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih giat atau lebih bergairah.

f) Keterlibatan (Involvement)

Rasa ikut terlibat dalam suatu proses pengambilan keputusan atau bentuknya, dapat pula “kotak saran” dari

tenaga kerja, yang dijadikan masukan untuk manajemen organisasi, merupakan perangsang yang cukup kuat untuk tenaga kerja. Melalui kotak saran, tenaga kerja merasa diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan atau langkah-langkah kebijakan yang akan diambil manajemen. Rasa terlibat akan menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab, rasa dihargai yang merupakan “tantangan” yang harus dijawab, melalui peran serta

berkinerja untuk pengembangan usaha dan pengembangan pribadi. Adanya rasa keterlibatan bukan saja menciptakan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab, tetapi juga menimbulkan mawas diri untuk bekerja lebih baik.

g) Kesempatan (Opportunity)

(60)

kesempatan untuk meraih kemajuan atau perbaikan nasib, tidak akan merupakan perangsang untuk berkinerja atau bekerja produktif.

E. Hasil Penelitian yang Relavan

Berikut ini dipaparkan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang relevan ini dapat mendukung teori-teroi yang telah dipaparkan sebelumnya. Beberapa hasil penelitian tersebut antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Antonius Bowo Susanto (2002) yang berjudul “Perbedaan Kepuasan Kerja Karyawan Pria dan Karyawan Wanita di Rumah Sakit Mardi Lestari Sragen” menemukan bahwa ada

perbedaan yang signifikan kepuasan kerja antara karyawan pria dan karyawan wanita.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Kulasse Kanto (2015) seorang ahli bimbingan konseling, yang berjudul “Pengaruh Sertifikasi Terhadap Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja & Kinerja Guru BK di SMAN”

menemukan bahwa ada pengaruh sertifikasi terhadap motivasi kerja dan kepuasan kerja, ada pengaruh motivasi kerja dan kepuasan kerja, serta ada pengaruh kepuasan kerja terhadap motivasi kerja.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Andreas Herwan Susilo yang berjudul “Analisis Perbedaan Kepuasan Kerja Karyawan Menurut Masa Kerja dan

(61)

perbedaan kepuasan faktor finansial, fisik, sosial dan psikologis menurut masa kerja dan penghasilan karyawan.

F. Kerangka Berpikir

Ada beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan guru terhadap profesinya. Variabel bebas yang diduga berpengaruh pada kepuasan guru terhadap profesinya yaitu jenis kelamin, lama menjalani profesi, status kepegawaian, jabatan di sekolah dan status sertifikasi.

1. Jenis Kelamin dan Kepuasan Guru terhadap Profesinya

(62)

2. Lama Menjalani Profesi dan Kepuasan Guru Terhadap Profesinya

Lama menjalani profesi dapat diartikan sebagai kurun waktu seseorang menekuni bidang pekerjaan dan profesi yang dilakukannya. Lama menjalani profesi keguruan juga akan menyebabkan mereka memiliki kualitas yang berbeda dalam segala hal. Sebagai contoh, guru yang telah mengajar lebih dari lima tahun tentu akan memiliki cara mengajar yang berbeda dibandingkan yang baru dua tahun mengajar. Selain itu apabila seseorang belum lama menjalani profesi guru ia belum merasa mantap pada profesinya sehingga masih ada kemungkinan untuk beralih pada profesi lain. Apabila dilihat dari aspek finansial, maka semakin lama profesi guru itu dijalani maka akan memberikan penghasilan yang semakin besar. Ini berkaitan dengan karier yang dicapai guru, semakin lama guru menjalani profesinya maka karier (pangkat, jabatan, dan golongan gaji) yang dicapainya juga semakin tinggi sehingga gaji yang diterima juga semakin besar.

3. Status Kepegawaian dan Kepuasan Guru Terhadap Profesinya

Status kepegawaian guru adalah kedudukan guru dilihat dari kedudukan guru yang berkaitan dengan tanggung jawab guru terhadap sekolah yang ditempatinya. Di dalam pendidikan, status guru terdiri atas (Nugroho, 2008: 30) :

(63)

b. Guru swasta, yaitu guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu dan digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok antara lain, guru honorer, guru yayasan, dan guru tidak tetap yayasan.

Variabel ini diduga mempengaruhi kepuasan guru terhadap profesinya. Dugaan ini berkaitan dengan aspek finansial. Guru yang berstatus pegawai negeri atau PNS memperoleh gaji dari pemerintah yang jumlahnya tetap atau stabil, artinya di sekolah manapun ia ditempatkan tidak akan mengubah jumlah gaji yang diperolehnya. Sedangkan guru non PNS akan menerima gaji sesuai dengan kondisi yang ada dalam institusinya. Selain itu guru yang bekerja di yayasan kurang memiliki rasa aman karena ada kemungkinan diberhentikan oleh yayasan jika yayasan mengalami kemunduran dikarenakan sebab-sebab yang tidak terkendali, misalnya semakin berkurangnya jumlah siswa secara signifikan.

4. Jabatan di Sekolah dan Kepuasan Guru Terhadap Profesinya

(64)

Jabatan di sekolah adalah tugas tambahan yang diberikan oleh kepala sekolah kepada guru sesuai dengan Surat Keputusan (SK) yang beredar. Guru yang menjalankan tugas tambahan diberi insentif. Besarnya insentif tergantung kemampuan sekolah atau hasil musyawarah dengan komite sekolah. Dalam hal ini pengaruh golongan terhadap tingkat kepuasan guru ditandai dengan semakin tinggi golongan/ pangkat guru maka akan semakin bertambah tanggung jawab sebagai guru dan guru akan merasa puas.

Tugas tambahan yang mungkin diberikan kepada guru adalah antara lain sebagai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pembantu kepala sekolah (bidang kurikulun, kesiswaan, humas, sarpras), tata usaha, wali kelas, pembimbing bimbingan konseling, pustakawaan sekolah, laboran sekolah dan lain-lain.

5. Status Sertifikasi dan Kepuasan Guru Terhadap Profesinya

(65)

sertifikasi (Mulyasa, 2007:33). Variabel ini diduga berpengaruh terutama dalam aspek finansial. Dapat diketahui bahwa guru yang sudah tersertifikasi dan berada dalam golongan tertentu cenderung menerima gaji yang lebih besar dibandingkan guru non PNS yang gajinya masih bergantung pada kondisi institusinya.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis 1

Ho = Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial (aspek iklim organisasi, aspek sosial, aspek psikologis dan aspek motivasi) ditinjau dari jenis kelamin. Ha = Ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek

finansial dan non finansial (aspek iklim organisasi, aspek sosial, aspek psikologis dan aspek motivasi) ditinjau dari jenis kelamin.

Hipotesis 2

Ho = Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial (aspek iklim organisasi, aspek sosial, aspek psikologis dan aspek motivasi) ditinjau dari lama menjalani profesi.

(66)

Hipotesis 3

Ho = Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial (aspek iklim organisasi, aspek sosial, aspek psikologis dan aspek motivasi) ditinjau dari status kepegawaian. Ha = Ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial (aspek iklim organisasi, aspek sosial, aspek psikologis dan aspek motivasi) ditinjau dari status kepegawaian.

Hipotesis 4

Ho = Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial (aspek iklim organisasi, aspek sosial, aspek psikologis dan aspek motivasi) ditinjau dari jabatan di sekolah. Ha = Ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek

finansial dan non finansial (aspek iklim organisasi, aspek sosial, aspek psikologis dan aspek motivasi) ditinjau dari jabatan di sekolah.

Hopotesis 5

Ho = Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial (aspek iklim organisasi, aspek sosial, aspek psikologis dan aspek motivasi) ditinjau dari status sertifikasi. Ha = Ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek

(67)

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif yang digunakan adalah penelitian komparatif. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan antara satu variabel dengan variabel lainnya (Siregar, 2013:7). Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian komparatif ini membandingkan variabel terikat berdasarkan variabel bebas yaitu membandingkan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), lama menjalani profesi (belum lama, cukup lama, lama), status kepegawaian (PNS dan non PNS), jabatan di sekolah (memiliki jabatan dan tidak memiliki jabatan), serta status sertifikasi (bersertifikat dan tidak bersertifikat).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di beberapa SMK swasta di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

(68)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para guru di SMK swasta di wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial (aspek iklim organisasi, aspek sosial, aspek psikologis dan aspek motivasi).

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti (Sugiyono, 2012:80). Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh guru SMK swasta di wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Sleman jumlah populasi adalah sebagai berikut:

Tabel. 3.1

Daftar Sekolah dan Jumlah Guru di Kabupaten Sleman

No Kecamatan Nama Sekolah Jumlah

guru 1 Moyudan SMK Islam Moyudan

SMK Muhamadiah 1 Moyudan SMK Muhamadiah 2 Moyudan

(69)

No Kecamatan Nama Sekolah Jumlah guru 3 Ngemplak SMK Budi Mulia Dua

SMK Taman Karya Madya

18 4 4 Pakem SMK Hamong Putera 1 Pakem

SMK Hamong Putera 2 Pakem SMK Kanisius 1 Pakem SMK Muhamadiah Pakem 5 Prambanan SMK Muhamadiah Prambanan

SMK Sosial Islam 1 Prambanan

70 11 6 Seyegan SMK Muhamadiah Seyegan

SMK Ma’arif 1 Sleman SMK 17 1 Seyegan

12 13 24 7 Sleman SMK Muhamadiah 1 Sleman

SMK Muhamadiah 2 Sleman SMK Sulaiman Sleman

SMK Muhamadiah 1 Tempel SMK Muhamadiah 2 Tempel

SMK Pembaharuan Indonesia Sleman

31 28 23 9 9 Turi SMK Insan Cendekia

SMK Muhamadiah 1 Turi SMK Muhamadiah 2 Turi

14 21 14 10 Cangkringan SMK Muhamadiah Cangkringan 34 11 Depok SMK Diponegoro Depok

SMK Dirgantara Putra Bangsa SMK Karya Rini Sleman SMK Kesehatan Sadewa

SMK Penerbangan AAG Adisutjipto SMK PI Ambarukmo

SMK Trisula 1 Depok SMK YPKK 3 Sleman 12 Gamping SMK Muhamadiah Gamping

SMK Putra Samodera Yogyakarta SMK YPKK 1 Sleman

23 35 34

13 Godean - -

14 Kalasan SMK Muda Patria Sleman SMK Muhamadiah 1 Kalasan

(70)

No Kecamatan Nama Sekolah Jumlah guru

15 Minggir SMK Muhamadiah Minggir 18

16 Melati SMK Kesehatan Biratama SMK Muhamadiah Melati

19 22 17 Berbah SMK Muhamadiah Berbah

SMK Nasional

SMK Yapemda 1 Sleman

21 48 29

JUMLAH 1174

2. Sampel

Sampel merupakan bagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan persamaan yang dirumuskan oleh Slovin sebagai berikut:

Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Populasi

e = Perkiraan kesalahan

Dengan menggunakan persamaan berikut maka jumlah sampel yang diperlukan adalah

(71)

Cluster Random Sampling adalah teknik pemilihan sampel dari populasi menjadi beberapa kelompok atau unit kecil yang disebut

cluster (Suprapto, 2013:68). Dalam penelitian ini cluster yang dimaksud adalah sekolah. Perhitungan penentuan sampel dengan menggunakan Cluster Random Sampling adalah sebagai berikut:

a. Populasi guru sebesar 1174 guru, sedangkan sampel yang diperlukan sebesar 298 (penggunaan rumus Slovin). Jumlah populasi sekolah sebanyak 49 sekolah sehingga jumlah rata-rata guru per sekolah adalah 24 guru.

b. Jumlah cluster sekolah yang diperlukan sesuai dengan jumlah sampel adalah sebagai berikut:

c. Memilih secara random 13 sekolah dari 49 sekolah yang ada. d. Semua guru dari setiap sampel sekolah merupakan sampel

guru yang diteliti.

Dengan menggunakan Cluster Random Sampling maka diambil 13 sekolah untuk dijadikan cluster penelitian. Data sekolah dan jumlah guru yang digunakan sebagai sampel adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Jumlah Sekolah dan Responden yang Dijadikan Sampel No. Nama Sekolah Jumlah Responden

1. SMK Piri Sleman 32

2. SMK YPKK 2 Sleman 37

(72)

No. Nama Sekolah Jumlah Responden

4. SMK Bina Harapan 20

5. SMK YPKK 3 Sleman 18

6. SMK Karya Rini 19

7. SMK YPPN 9

8. SMK PI Ambarukmo 21

9. SMK YPKK 1 Sleman 30

10. SMK Hamong Putera 1 12

11. SMK 17 Seyegan 24

12. SMK Putera Samodera 35

13. SMK Yapemda 1 Sleman 30

Jumlah 303

(73)

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Noor, 2011: 48). Dalam Penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

a. Variabel Bebas

Variabel bebas atau independent variable merupakan sebab yang diperkirakan dari beberapa perubahan dalam variabel terikat, biasanya dinotasikan dengan simbol X (Robbins, 2008:485). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, lama menjalani profesi, status kepegawaian, jabatan di sekolah, dan status sertifikasi.

b. Variabel Terikat

(74)

2. Pengukuran

Setiap variabel penelitian perlu diukur dengan cara pengukuran masing-masing. Pengukuran variabel penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

a. Variabel Bebas 1) Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini variabel jenis kelamin dikelompokkan menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Pemberian skor dalam variabel jenis kelamin ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Skor Jenis Kelamin Guru Jenis Kelamin Skor

Laki-Laki 1

Perempuan 2

2) Lama Menjalani Profesi

Lama menjalani profesi yang dimaksud adalah seberapa lama seorang guru menjalani profesinya sebagai seorang guru. Pengelompokkan pengalaman mengajar guru dilakukan dengan menentukan kelas dan interval kelas berdasarkan rumus

Sturgges. Tahap-tahap penyusunan distribusi frekuensi menggunakan rumus Sturgges (Riana, 2012:3) adalah sebagai berikut:

(75)

R = 38 – 1 R = 37

b. Menentukan banyaknya kelas yang diinginkan K = 1+ 3,3 log n

K = 1+ 3,3 log 303 K = 1 + 8,189

K = 9,189 ---- dibulatkan ke atas menjadi 10 kelas Dimana:

K = Banyaknya kelas n = Banyaknya data c. Menentukan Interval Kelas

I = R/K menjalani profesi dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel. 3.4

(76)

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Sturges di atas, didapatkan 10 kelas interval. Dari 10 kelas interval tersebut disederhanakan menjadi 3 kelas interval lama menjalani profesi. Dalam penelitian ini variabel lama menjalani profesi digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu :

1) Kelompok belum lama yaitu 1 sampai dengan 12 tahun 2) Kelompok cukup lama yaitu 13 sampai dengan 24

tahun

3) Kelompok lama yaitu 25 sampai dengan 40 tahun Hasil pengelompokkan dan skor masing-masing kelompok disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.5

Skor Lama Menjalani Profesi Kelompok Lama

Menjalani Profesi (tahun)

Lama Menjalani

Profesi (tahun) Skor

Belum Lama 0-12 1

Cukup Lama 13-24 2

Lama 25-40 3

3) Status Kepegawaian

(77)

Tabel 3.6

Skor Status Kepegawaian Status

Kepegawaian Skor

Non PNS 1

PNS 2

4) Jabatan di Sekolah

Variabel ini membedakan guru yang memiliki profesi hanya sebagai seorang guru dan guru yang memiliki jabatan lain di sekolah seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas dan sebagainya. Jabatan di sekolah dikelompokkan menjadi 2 yaitu memiliki jabatan dan tidak memiliki jabatan. Pemberian skor dalam variabel jabatan di sekolah ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Skor Jabatan di Sekolah Jabatan di Sekolah Skor Tidak Memiliki Jabatan 1

Memiliki Jabatan 2

5) Status Sertifikasi

(78)

Tabel 3.8

Skor Status Sertifikasi Status Kepegawaian Skor Belum Bersertifikat 1 Sudah Bersertifikat 2 b. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial (iklim organisasi, sosial, psikologis, dan motivasi diri). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala Likert dengan lima kategori, yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Adapun pemberian skor dilakukan sebagai berikut:

Tabel. 3.9 Skor Skala Likert

Kriteria Jawaban

Skor Pernyataan

positif

Pernyataan negatif

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Ragu-ragu (R) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

(79)

aspek yaitu pada aspek finansial dan aspek iklim organisasi, aspek sosial, aspek psikologis, dan aspek motivasi diri. Adapun kisi-kisi kuesioner dan operasionalisasinya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel. 3.10 Kisi-Kisi Kuesioner

No. Aspek

Kepuasan Indikator No Butir Jumlah

1 Aspek Finansial

a.Kesesuaian antara gaji dengan beban pekerjaan dan tanggung jawab b.Kesesuaian antara gaji

dengan kebutuhan hidup c.Kesesuian antara gaji

dengan tingkat pendidikan d.Adanya kesempatan untuk mendapatkan penghasilan

a. Lingkungan kerja yang memadahi

b. Kondisi organisasi yang membuat seorang guru

d. Struktur organisasi dan aturan-aturan kerja yang sesuai

(80)

No. Aspek

Kepuasan Indikator No Butir Jumlah

3 Aspek Sosial

a. Adanya penghargaan dan perhatian dari para siswa b. Terjalin hubungan dan

kerja sama yang harmonis dengan sesama

c. Terjalin hubungan dan kerja sama dengan karyawan

d. Adanya penghargaan dari lingkungan masyarakat e. Adanya hubungan dan

kerja sama yang baik dan saling menghargai dengan atasan

f. Adanya kemampuan untuk bekerja sama dengan

d. Kemampuan guru dalam memecahkan masalah e. Kesesuaian kepribadian

Gambar

Tabel. 3.1  Daftar Sekolah dan Jumlah Guru di Kabupaten Sleman
Tabel 3.2 Jumlah Sekolah dan Responden yang Dijadikan Sampel
Tabel 3.3 Skor Jenis Kelamin Guru
Tabel. 3.4 Tabulasi Variabel Lama Menjalani Profesi
+7

Referensi

Dokumen terkait

دم نع نقيلا نب قاحسإ نب موصعم مي اربإ يزاغلا نب لام نيدلا نسح نب دمأ نب دبع ها نب كلما دبع نب يولع نب دم نب بحاص دابزما نب يلع ِاخ ماسق يولع نب نب دم نب يولع نب دبع

4.1 Data tentang Pengaruh pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Kepribadian Peserta Didik SD Islam Al Hidayah Samir Ngunut Tulungagung

Dengan ini menyatakan Bersedia untuk Bekerjasama dengan Pelaksana Kegiatan Program reativitas Mahasiswa – “PENYAIR SUMBANG “ (PENYARINGAN AIR SUMUR DI DESA JLUMBANG) SEBAGAI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemecahan masalah tentang Mutu Pelayanan Petugas Rekam Medis Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Umum dan Pasien Askes

Hasil yang akan dicapai adalah terciptanya rancangan sistem monitoring chiller yang nantinya berfungsi untuk memantau parameter-parameter chiller yaitu; suhu air masuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan dan komitmen kerja Warehouse Staff saat ini, dan juga untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi alat evaluasi bagi institusi pendidikan, khususnya Sekolah Kristen Baptis Bandung; sehingga bisa melakukan perbaikan dari segi

Agunan merupakan faktor yang penting untuk mendapatkan kayakinan bagi bank atas dana yang disalurkan dalam bentuk kredit dengan tujuan apabila terjadi kemacetan