• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI RECIPROCAL TEACHING.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI RECIPROCAL TEACHING."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

viii DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ……...………. i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ……….……….. iii

KATA PENGANTAR ……….. iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ………... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ………….………..……….... 15

E. Hipotesis Penelitian ... 16

F. Definisi Operasional ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA.. ..……….……….. 19

A. Pemahaman Matematis ... 19

B. Koneksi Matematis ... 29

C. Komunikasi Matematis ... 34

D. Kemandirian Belajar Matematika ... 42

E. Reciprocal Teaching ... 47

F. Pemahaman, Koneksi dan Komunikasi Matematis dalam Reciprocal Teaching ... 51 G. Penelitian-penelitian yang Relevan ... 54

BAB III METODE PENELITIAN ..……… 58

A. Desain Penelitian ...…..…...………… 58

B. Subyek Penelitian ………... 59

(2)

ix

D. Pengembangan Bahan Ajar ...………... 64

E. Analisis Data ...……….... 64

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil dan Analisis Data ...…..…...…………. 67

1. Hasil Skor KAM ... ... 67

2. Hasil dan Analisa Data Skor Pemahaman Matematis .... 68

3. Hasil dan Analisa Data Skor Koneksi Matematis ... 87

4. Hasil dan Analisa Data Skor Komunikasi Matematis ... 107

5. Hasil dan Analisa Data Kemandirian Belajar Matematika 127 6. Asosiasi-Asosiasi Antar Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan Komunikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Matematika ... 146

7. Gambaran Kinerja Siswa ... 158

B. Pembahasan ... 170

1. Pembelajaran Reciprocal Teaching ... 170

2. Aktifitas Guru dan Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 172

3. Pemahaman Matematis Berdasarkan Pembelajaran, Level Sekolah dan KAM ... 178 4. Koneksi Matematis Berdasarkan Pembelajaran, Level Sekolah dan KAM ... 180 5. Komunikasi Matematis Berdasarkan Pembelajaran, Level Sekolah dan KAM ... 183 6. Kemandirian Belajar Matematika Siswa Berdasarkan Pembelajaran, Level Sekolah dan KAM ... 185 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI... 188

A. Kesimpulan ... 188

B. Implikasi ... 192

C. Rekomendasi ... 193

DAFTAR PUSTAKA ... 195

(3)

x

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 3.1 Disain Faktorial Antar Variabel Penelitian ... 59 Tabel 3.2 Kriteria Pengelompokan Siswa Berdasarkan KAM ... 61 Tabel 4.1 Kemampuan Awal Matematika Berdasarkan Level Sekolah. 67 Tabel 4.2 Deskripsi Kemampuan Pemahaman Matematis berdasarkan

Pendekatan Pembelajaran, Level Sekolah, dan Kemampuan

Awal Matematika ... ... ... 69 Tabel 4.3 Uji Normalitas Skor Pemahaman Matematis Siswa ... 72 Tabel 4.4 Uji Homogenitas Varians Skor Pemahaman Matematis

Siswa pada Masing-masing Sekolah Level Atas, Sedang dan Bawah ... ... ... ... 73 Tabel 4.5 Hasil Uji t Skor Pemahaman Matematis Siswa pada

Masing-masing Sekolah Level Atas, Sedang dan Bawah ... 74 Tabel 4.6 Uji Normalitas Skor Pemahaman Matematis Siswa Kelas

Gabungan ... ... ... ... 76 Tabel 4.7 Uji Homogenitas Varians Skor Pemahaman Matematis

Siswa pada Gabungan Sekolah Level Atas, Sedang dan

Bawah ... ... ... ... 76 Tabel 4.8 Hasil Perhitungan ANOVA Skor Pemahaman Matematis

Siswa menurut Model Pembelajaran dan Level Sekolah 77 Tabel 4.9 Hasil Tes Post Hoc untuk Faktor Level Sekolahan pada Skor

Pemahaman Matematis Siswa ... ... 78 Tabel 4.10 Uji Normalitas Skor Pemahaman Matematis Siswa dengan

KAM Tinggi, Sedang dan Rendah ... 80 Tabel 4.11 Uji Homogenitas Varians Skor Pemahaman Matematis pada

Masing-Masing KAM Siswa ... 81 Tabel 4.12 Hasil Uji t Skor Pemahaman Matematis pada

Masing-Masing KAM Siswa ... 82 Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Uji Mann-Whitney Skor Pemahaman

Matematis Siswa pada kelompok KAM Sedang ... 83 Tabel 4.14 Uji Normalitas Skor Pemahaman Matematis Siswa Kelas

Gabungan ... ... ... ... 84 Tabel 4.15 Uji Homogenitas Varians Skor Pemahaman Matematis

Siswa pada Gabungan KAM Level Tinggi, Sedang dan

(4)

xi

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan ANOVA Skor Pemahaman Matematis

Siswa menurut Model Pembelajaran dan KAM ... 85 Tabel 4.17 Hasil Tes Post Hoc untuk Faktor KAM pada Skor

Pemahaman Matematis Siswa ... ... 86 Tabel 4.18 Deskripsi Kemampuan Koneksi Matematis berdasarkan

Pendekatan Pembelajaran, Level Sekolah, dan Kemampuan

Awal Matematika ... ... ... 88 Tabel 4.19 Uji Normalitas Skor Koneksi Matematis Siswa dari Sekolah

Level Atas, Sedang dan Bawah ... 91 Tabel 4.20 Uji Homogenitas Varians Skor Koneksi Matematis Siswa

pada Masing-masing Sekolah Level Atas dan Bawah

... ... ... ... ... 92 Tabel 4.21 Hasil Uji t Skor Koneksi Matematis Siswa pada

Masing-masing Sekolah Level Atas dan Bawah ... 93 Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Uji Mann-Whitney Skor Koneksi

Matematis Siswa pada Sekolah Level Sedang ... 94 Tabel 4.23 Uji Normalitas Skor Koneksi Matematis Siswa Kelas

Gabungan ... ... ... ... 95 Tabel 4.24 Uji Homogenitas Varians Skor Koneksi Matematis Siswa

pada Gabungan Sekolah Level Atas, Sedang dan Bawah 96 Tabel 4.25 Hasil Perhitungan ANOVA Skor Koneksi Matematis Siswa

menurut Model Pembelajaran dan Level Sekolah ... 96 Tabel 4.26 Hasil Tes Post Hoc untuk Faktor Level Sekolahan pada Skor

Koneksi Matematis Siswa ... ... 97 Tabel 4.27 Uji Normalitas Skor Koneksi Matematis Siswa dengan

KAM Tinggi, Sedang dan Rendah ... 100 Tabel 4.28 Uji Homogenitas Varians Skor Koneksi Matematis pada

Masing-Masing KAM Siswa ... 101 Tabel 4.29 Hasil Uji t Skor Koneksi Matematis pada Masing-Masing

KAM Siswa ... 101 Tabel 4.30 Uji Normalitas Skor Koneksi Matematis Siswa Kelas

Gabungan ... ... ... ... 103 Tabel 4.31 Uji Homogenitas Varians Skor Koneksi Matematis Siswa

pada Gabungan KAM Level Tinggi, Sedang dan Rendah 103 Tabel 4.32 Hasil Perhitungan ANOVA Skor Koneksi Matematis Siswa

menurut Model Pembelajaran dan KAM ... 104 Tabel 4.33 Hasil Tes Post Hoc untuk Faktor KAM pada Skor Koneksi

(5)

xii

Tabel 4.34 Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Pendekatan Pembelajaran, Level Sekolah, dan Kemampuan

Awal Matematika ... ... ... 108 Tabel 4.35 Uji Normalitas Skor Komunikasi Matematis Siswa dari

Sekolah Level Atas, Sedang dan Bawah ... 112 Tabel 4.36 Uji Homogenitas Varians Skor Komunikasi Matematis

Siswa pada Masing-masing Sekolah Level Atas, Sedang dan Bawah ... ... ... ... 112 Tabel 4.37 Hasil Uji t Skor Komunikasi Matematis Siswa pada

Masing-masing Sekolah Level Atas, Sedang dan Bawah ... 113 Tabel 4.38 Uji Normalitas Skor Komunikasi Matematis Siswa Kelas

Gabungan ... ... ... ... 115 Tabel 4.39 Uji Homogenitas Varians Skor Komunikasi Matematis

Siswa pada Gabungan Sekolah Level Atas, Sedang dan

Bawah ... ... ... ... 115 Tabel 4.40 Hasil Perhitungan ANOVA Skor Komunikasi Matematis

Siswa menurut Model Pembelajaran dan Level Sekolah 116 Tabel 4.41 Hasil Tes Post Hoc untuk Faktor Level Sekolahan pada Skor

Komunikasi Matematis Siswa ... ... 117 Tabel 4.42 Uji Normalitas Skor Komunikasi Matematis Siswa dengan

KAM Tinggi, Sedang dan Rendah ... 120 Tabel 4.43 Uji Homogenitas Varians Skor Komunikasi Matematis pada

Masing-Masing KAM Siswa ... 121 Tabel 4.44 Hasil Uji t Skor Komunikasi Matematis pada

Masing-Masing KAM Siswa ... 121 Tabel 4.45 Uji Normalitas Skor Komunikasi Matematis Siswa Kelas

Gabungan ... ... ... ... 123 Tabel 4.46 Uji Homogenitas Varians Skor Komunikasi Matematis

Siswa pada Gabungan KAM Level Tinggi, Sedang dan

Rendah 123

Tabel 4.47 Hasil Perhitungan ANOVA Skor Komunikasi Matematis

Siswa menurut Model Pembelajaran dan KAM ... 124 Tabel 4.48 Hasil Tes Post Hoc untuk Faktor KAM pada Skor

Komunikasi Matematis Siswa ... ... 125 Tabel 4.49 Deskripsi Hasil Kemandirian belajar matematika

berdasarkan Pendekatan Pembelajaran, Level Sekolah, dan

Kemampuan Awal Matematika ... 128 Tabel 4.50 Uji Normalitas Hasil Kemandirian belajar matematika Siswa

(6)

xiii

Tabel 4.51 Uji Homogenitas Varians Hasil kemandirian belajar

matematika Siswa pada Masing-masing Sekolah Level Atas, Sedang dan Bawah ... 132 Tabel 4.52 Hasil Uji t Hasil Kemandirian Belajar Matematika Siswa

pada Masing-masing Sekolah Level Atas, Sedang dan

Bawah ... 133 Tabel 4.53 Uji Normalitas Hasil Kemandirian Belajar Matematika

Siswa Kelas Gabungan ... 134 Tabel 4.54 Uji Homogenitas Varians Hasil Kemandirian Belajar

Matematika Siswa pada Gabungan Sekolah Level Atas,

Sedang dan Bawah ... 135 Tabel 4.55 Hasil Perhitungan ANOVA Hasil Kemandirian Belajar

Matematika Siswa menurut Model Pembelajaran dan Level

Sekolah ... 136 Tabel 4.56 Hasil Tes Post Hoc untuk Faktor Level Sekolahan pada

Hasil Kemandirian Belajar Matematika Siswa ... 137 Tabel 4.57 Uji Normalitas Hasil Kemandirian Belajar Matematika

Siswa dengan KAM Tinggi, Sedang dan Rendah ... 139 Tabel 4.58 Uji Homogenitas Varians Hasil Kemandirian Belajar

Matematika pada Masing-Masing KAM Siswa ... 140 Tabel 4.59 Hasil Uji t Hasil Kemandirian Belajar Matematika pada

Masing-Masing KAM Siswa ... 141 Tabel 4.60 Uji Normalitas Hasil Kemandirian Belajar Matematika

Siswa Kelas Gabungan ... 142 Tabel 4.61 Uji Homogenitas Varians Hasil Kemandirian Belajar

Matematika Siswa pada Gabungan KAM Level Tinggi, Sedang dan Rendah ...

142

Tabel 4.62 Hasil Perhitungan ANOVA Hasil Kemandirian Belajar

Matematika Siswa menurut Model Pembelajaran dan KAM 143 Tabel 4.63 Hasil Tes Post Hoc untuk Faktor KAM pada Hasil

Kemandirian Belajar Matematika Siswa ... 144 Tabel 4.64 Banyaknya Siswa Berdasarkan Kemampuan Pemahaman

Matematis dan Komunikasi Matematis ... 148 Tabel 4.65 Hasi Uji Pearson – Chi Kuadrat ... 148 Tabel 4.66 Nilai Koefisien Kontingensi ... 149 Tabel 4.67 Banyaknya Siswa Berdasarkan Kemampuan Pemahaman

(7)

xiv

Tabel 4.68 Hasi Uji Pearson – Chi Kuadrat ... 150

Tabel 4.69 Nilai Koefisien Kontingensi ... 150

Tabel 4.70 Banyaknya Siswa Berdasarkan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Kemandirian Belajar Matematika ... 152

Tabel 4.71 Hasi Uji Pearson – Chi Kuadrat ... 152

Tabel 4.72 Nilai Koefisien Kontingensi ... 152

Tabel 4.73 Banyaknya Siswa Berdasarkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Koneksi Matematis ... 153

Tabel 4.74 Hasi Uji Pearson – Chi Kuadrat ... 154

Tabel 4.75 Nilai Koefisien Kontingensi ... 154

Tabel 4.76 Banyaknya Siswa Berdasarkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Matematika ... 155 Tabel 4.77 Hasi Uji Pearson – Chi Kuadrat ... 155

Tabel 4.78 Nilai Koefisien Kontingensi ... 156

Tabel 4.79 Banyaknya Siswa Berdasarkan Kemampuan Koneksi Matematis dan Kemandirian Belajar Matematika ... 157 Tabel 4.80 Hasi Uji Pearson – Chi Kuadrat ... 157

Tabel 4.81 Nilai Koefisien Kontingensi ... 158

Tabel 4.82 Kesulitan Siswa pada Tes Pemahaman Matematis ... 162

Tabel 4.83 Hasil Tes Pemahaman Matematis Tiap Butir Soal ... 163

Tabel 4.84 Kesulitan Siswa pada Tes Koneksi Matematis ... 165

Tabel 4.85 Hasil Tes Koneksi Matematis Tiap Butir Soal ... 166

Tabel 4.86 Kesulitan Siswa pada Tes Komunikasi Matematis ... 167

(8)

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal. Gambar 2.1 Dua Segitiga Sebangun ... 26 Gambar 2.2 Dua Segitiga Siku-siku Sebangun ... 27 Gambar 3.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 66 Gambar 4.1 Diagram Batang Kemampuan Pemahaman Matematis

Berdasarkan Faktor Pembelajaran, Level Sekolah (Atas,

Sedang, Bawah) dan KAM (Tinggi, Sedang, Bawah) ... 70 Gambar 4.2 Interaksi Level Sekolah dan Model Pembelajaran

Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis …..…….. 79 Gambar 4.3 Interaksi KAM dan Model Pembelajaran Terhadap

Kemampuan Pemahaman Matematis ... 87 Gambar 4.4 Diagram Batang Kemampuan Koneksi Matematis

Berdasarkan Faktor Pembelajaran, Level Sekolah (Atas,

Sedang, Bawah) dan KAM (Tinggi, Sedang, Bawah) ... 89 Gambar 4.5 Interaksi Level Sekolah dan Model Pembelajaran

Terhadap Kemampuan Koneksi Matematis ……....…….. 99 Gambar 4.6 Interaksi KAM dan Model Pembelajaran Terhadap

Kemampuan Koneksi Matematis ... 107 Gambar 4.7 Diagram Batang Kemampuan Komunikasi Matematis

Berdasarkan Faktor Pembelajaran, Level Sekolah (Atas,

Sedang, Bawah) dan KAM (Tinggi, Sedang, Bawah) ... 109 Gambar 4.8 Interaksi Level Sekolah dan Model Pembelajaran

Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis ………….. 119 Gambar 4.9 Interaksi KAM dan Model Pembelajaran Terhadap

Kemampuan Komunikasi Matematis ……... 127 Gambar 4.10 Diagram Batang Kemandirian Belajar Matematika

Berdasarkan Faktor Pembelajaran, Level Sekolah (Atas,

Sedang, Bawah) dan KAM (Tinggi, Sedang, Bawah) ... 129 Gambar 4.11 Interaksi Level Sekolah dan Model Pembelajaran

Terhadap Kemandirian Belajar Matematika ……....…….. 138 Gambar 4.12 Interaksi KAM dan Model Pembelajaran Terhadap

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman matematis dan koneksi matematis perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama.

Dalam NCTM 2000 disebutkan pula bahwa pemahaman matematis merupakan aspek yang sangat penting dalam prinsip pembelajaran matematika. Siswa dalam belajar matematika harus disertai dengan pemahaman, hal ini merupakan visi dari belajar matematika. Dinyatakan pula dalam NCTM 2000 bahwa belajar tanpa pemahaman merupakan hal yang terjadi dan menjadi masalah sejak tahun 1930-an, sehingga belajar dengan pemahaman tersebut terus ditekankan dalam kurikulum.

(10)

2

menentukan hasil dari 7 × 11 !”, belum tentu siswa tersebut bisa menjelaskannya. Hal ini dikarenakan, untuk pertanyaan pertama hanya diperlukan prosedur rutin untuk menjawabnya. Sedangkan untuk pertanyaan kedua diperlukan kemampuan pemahaman konsep yang cukup tentang masalah tersebut untuk bisa menjawabnya. Menurut Skemp (1976), kemampuan pertama merupakan kemampuan pemahaman instrumental, sedangkan kemampuan kedua merupakan kemampuan pemahaman relasional. Pemahaman relasional memiliki tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemahaman instrumental. Baik pemahaman instrumental maupun pemahaman relasional perlu ditingkatkan pada pembelajaran matematika.

(11)

3

Dilihat dari sisi pembelajaran, fakta menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan hanya menekankan pada aspek pemahaman instrumental memang relatif lebih mudah, keadaan ini bisa berakibat para guru lebih senang dengan cara ini. Mengenai hal ini, Skemp (1976) mengemukakan bahwa para guru lebih suka mengajarkan matematika hanya sampai pada tahap pemahaman instrumental. Hal ini dikarenakan ada 3 hal yang dianggap merupakan keuntungan oleh para guru, yaitu :

(1) Pemahaman matematika pada level instrumental lebih mudah untuk untuk diajarkan.

(2) Reward bisa didapatkan lebih cepat dan lebih nyata. Maksudnya adalah jika pembelajaran yang diberikan hanya menekankan pada pemahaman secara instrumental maka akan mendapatkan hasil yang lebih cepat dan instan. Maksud hasil di sini adalah siswa bisa mengerjakan soal-soal prosedural lebih cepat, walaupun pemahaman relasionalnya kurang. Adanya tuntutan skor yang tinggi dalam UN dan ketakutan akan ketidaklulusan akan mendorong siswa maupun guru pada penekanan pemahaman instrumental tersebut.

(12)

4

Penjelasan Skemp tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Marpaung. Menurut Marpaung (Tahmir, 2008) paradigma mengajar saat ini mempunyai ciri-ciri antara lain: (1) guru aktif, siswa pasif; (2) pembelajaran berpusat kepada guru; (3) guru mentransfer pengetahuan kepada siswa; (4) pemahaman siswa cenderung bersifat instrumental; (5) pembelajaran bersifat mekanistik; dan (6) siswa diam (secara fisik) dan penuh konsentarasi (mental) memperhatikan apa yang diajarkan guru. Selanjutnya dinyatakan juga bahwa hasil pembelajaran yang berdasarkan paradigma mengajar tersebut, antara lain adalah: (1) siswa tidak senang pada matematika; (2) pemahaman siswa terhadap matematika rendah; (3) kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving), bernalar(reasoning), berkomunikasi secara matematis (communication), dan melihat keterkaitan antara konsep-konsep dan aturan-aturan (connection) rendah. Dengan melihat kenyataan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa untuk meningkatkan hasil dan kualitas pembelajaran matematika, pendekatan pembelajaran tersebut perlu diperbaiki.

(13)

5

bisa dimengerti oleh orang lain. Dengan mengkomunikasikan ide-ide matematisnya kepada orang lain, seorang siswa bisa meningkatkan pemahaman matematisnya. Seperti yang telah dikemukakan oleh Huggins (1999) bahwa untuk meningkatkan pemahaman konseptual matematis, siswa bisa melakukannya dengan mengemukakan ide-ide matematisnya kepada orang lain.

Mengembangkan kemampuan komunikasi matematis sejalan dengan paradigma baru pembelajaran matematika. Pada paradigma lama, guru lebih dominan dan hanya bersifat mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan para siswa dengan diam dan pasif menerima transfer pengetahuan dari guru tersebut. Namun pada paradigma baru pembelajaran matematika, guru merupakan manajer belajar dari masyarakat belajar di dalam kelas, guru mengkondisikan agar siswa aktif berkomunikasi dalam belajarnya. Guru membantu siswa untuk memahami ide-ide matematis secara benar serta meluruskan pemahaman siswa yang kurang tepat.

(14)

6

itu siswa juga kurang terbiasa dengan mengkomunikasikan gagasannya secara lisan.

Komunikasi diperlukan untuk memahami ide-ide matematika secara benar. Kemampuan komunikasi yang lemah akan berakibat pada lemahnya kemampuan-kemampuan matematika yang lain. Siswa yang punya kemampuan-kemampuan komunikasi matematis yang baik akan bisa membuat representasi yang beragam, hal ini akan lebih memudahkan dalam menemukan alternatif-alternatif penyelesaian yang berakibat pada meningkatnya kemampuan menyelesaikan permasalahan matematika.

Kemampuan komunikasi merupakan kemampuan yang sangat penting yang perlu dimiliki oleh siswa yang ingin berhasil dalam studinya. Menurut Kist (Clark, 2005) kemampuan komunikasi yang efektif saat ini merupakan kemampuan yang perlu dimiliki oleh siswa untuk semua mata pelajaran. Jadi kemampuan komunikasi tidak hanya untuk mata pelajaran tertentu seperti pelajaran bahasa maupun ilmu sosial saja. Bahkan dalam pergaulan bermasyarakat, seseorang yang mempunyai kemampuan komunikasi yang baik akan cenderung lebih mudah untuk bekerja sama, yang pada gilirannya akan menjadi seorang yang berhasil dalam hidupnya.

(15)

7

mengkomunikasikannya dengan benar. Untuk kasus pertama, pemahaman matematis siswa harus ditingkatkan sehingga siswa bisa menjelaskan suatu persoalan matematika yang diberikan. Sedangkan pada kasus kedua, dengan dikembangkannya kemampuan komunikasi matematis maka kendala yang timbul tersebut bisa dihindari. Kasus tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis adalah kemampuan yang harus dikembangkan secara bersama-sama.

(16)

8

Mengembangkan kemampuan pemahaman, koneksi dan komunikasi matematis sangat penting, di samping karena kemampuan tersebut sangat mendukung pada kemampuan matematis lain, kemampuan-kemampuan tersebut juga merupakan tujuan dalam kurikulum. Dalam KTSP disebutkan bahwa mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(17)

9

math). Ketrampilan matematika (doing math) berkaitan dengan karakteristik matematika yang dapat digolongkan dalam berpikir tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi. Berpikir tingkat rendah termasuk kegiatan melaksanakan operasi hitung sederhana, menerapkan rumus matematika secara langsung, mengikuti prosedur (algoritma) yang baku, sedangkan yang termasuk pada berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan memahami ide matematika secara lebih mendalam, mengamati data dan menggali ide yang tersirat, menyusun konjektur, analogi, dan generalisasi, menalar secara logik, menyelesaikan masalah (problem solving), berkomunikasi secara matematis, dan mengaitkan idea matematis dengan kegiatan intelektual lainnya.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka untuk mengembangkan kemampuan pemahaman, koneksi dan komunikasi matematis siswa SMP dalam penelitian ini akan diterapkan reciprocal teaching. Hal ini dikarenakan reciprocal teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang diduga kuat bisa mengembangkan kemampuan pemahaman, koneksi dan komunikasi matematis siswa. Dugaan ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Palinscar and Brown (1984) bahwa reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa.

(18)

10

pertanyaan, menjelaskan kembali dan menyusun prediksi. Pembelajaran ini dilakukan secara kooperatif di mana salah satu anggota kelompok berperan sebagai ketua kelompok dan dilakukan secara bergantian. Salah seorang siswa yang bertugas sebagai ketua kelompok tersebut memimpin teman-teman dalam kelompoknya dalam melaksanakan tahap-tahap reciprocal teaching. Sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing yang melakukan scaffolding.

Pemilihan pendekatan pembelajaran harus diarahkan agar dapat mengakomodasi kemampuan siswa yang pada umumnya adalah heterogen tersebut. Ada kemungkinan bahwa siswa yang kemampuannya sedang atau rendah, apabila pendekatan pembelajaran yang digunakan sesuai dengan mereka, maka kemampuan pemahaman, koneksi dan komunikasi matematis mereka akan berkembang lebih baik secara signifikan. Reciprocal teaching dalam pembelajaran matematika sesuai dengan sifat-sifat matematika yang abstrak dan sifat perkembangan intelektual siswa. Hal ini dikarenakan reciprocal teaching menerapkan sistim pembelajaran yang berjenjang (bertahap), yaitu dari hal yang sederhana ke kompleks, atau dari konsep mudah ke konsep yang lebih sukar. Di samping itu, reciprocal teaching juga menerapkan sistim pembelajaran yang mengikuti metoda spiral, yaitu : setiap mempelajari konsep baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari sebelumnya, bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari.

(19)

11

pendidikan yang ditetapkan oleh UNESCO tersebut. Dengan melaksanakan reciprocal teaching, siswa akan berlatih untuk belajar secara berkelompok, menghargai pendapat orang lain, serta bisa saling bertukar pendapat antar sesama teman dalam kelompok maupun dalam kelas. Siswa yang melakukan belajar kelompok akan mendapatkan kemampuan dan pengalaman yang dapat menanamkan kesadaran dalam diri para siswa bahwa mereka bersatu dalam satu upaya bersama, bahwa mereka akan berhasil atau gagal sebagai sebuah tim. Kemampuan-kemampuan ini akan sangat bermanfaat bagi siswa sebagai bekal dalam studi selanjutnya dan dalam hidup bermasyarakat.

Berdasarkan penjelasan tersebut, di samping bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan koneksi matematis, reciprocal teaching diduga kuat juga bisa secara efektif digunakan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Kemampuan komunikasi matematis yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan dalam reciprocal teaching adalah kemampuan membaca, menulis, mendengar dan berdiskusi secara matematis.

(20)

12

Reciprocal teaching yang merupakan pembelajaran berbasis konstruktivisme memberikan peluang kepada siswa untuk mengeksplorasi secara bebas namun terarah terhadap ide-ide matematika. Siswa secara bebas juga bisa bertanya kepada ketua kelompok tentang hal-hal yang tidak dipahaminya tanpa ragu-ragu atau malu. Jika ada perbedaan pendapat, dan menemui jalan buntu guru bisa membantunya dengan scaffolding. Suasana pembelajaran dengan ciri-ciri tersebut sangat dimungkinkan untuk mengarahkan kepada siswa agar bisa melaksanakan pembelajaran matematika yang pada gilirannya siswa akan punya kemandirian belajar matematika.

(21)

13

sekolah dan faktor kemampuan awal matematika siswa. Level sekolah dibagi dalam tiga kelompok yaitu : atas, sedang dan bawah. Digunakannya tiga level dalam penelitian ini bertujuan agar semua kelompok sekolah terwakili sehingga kesimpulan yang didapatkan lebih representatif. Pengelompokan ini juga bertujuan untuk melihat adakah pengaruh bersama antara pembelajaran yang digunakan dan level sekolah terhadap perkembangan kemampuan pemahaman, koneksi dan komunikasi matematis serta kemandirian belajar siswa dalam matematika. Sedangkan kemampuan awal matematika siswa dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu: tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokan ini bertujuan untuk melihat adakah pengaruh bersama antara pembelajaran yang digunakan dan kemampuan awal siswa terhadap perkembangan kemampuan pemahaman, koneksi dan komunikasi matematis serta kemandirian belajar matematika siswa.

(22)

14

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah dalam disertasi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pencapaian kemampuan pemahaman, koneksi dan komunikasi matematis serta kemandirian belajar matematika siswa ditinjau dari penggunaan pendekatan pembelajaran, level sekolah, dan kemampuan awal matematika ?

Rumusan masalah tersebut bisa dijabarkan menjadi sub-sub masalah sebagai berikut:

a. Apakah kemampuan pemahaman matematis, koneksi matematis dan komunikasi matematis serta kemandirian belajar matematika siswa yang memperoleh pembelajaran Reciprocal Teaching (RT) lebih baik dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional, ditinjau dari siswa secara keseluruhan, level sekolah, dan kemampuan awal matematika ?

b. Apakah ada interaksi antara faktor pembelajaran dengan faktor level sekolah terhadap kemampuan pemahaman matematis, koneksi matematis dan komunikasi matematis serta kemandirian belajar matematika siswa ? c. Apakah ada interaksi antara faktor pembelajaran dengan faktor

(23)

15

2. Apakah terdapat asosiasi antar variabel kemampuan pemahaman matematis, koneksi matematis, komunikasi matematis dan kemandirian belajar matematika siswa ?

3. Bagaimana gambaran kinerja siswa bila ditinjau dari : (a) proses pembelajaran; (b) penyelesaian soal-soal pemahaman matematis; (c) penyelesaian soal-soal koneksi matematis; (d) penyelesaian soal-soal komunikasi matematis.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis :

1. Secara komprehensif tentang kemampuan pemahaman matematis, koneksi matematis, komunikasi matematis dan kemandirian belajar matematika siswa ditinjau dari penggunaan pendekatan pembelajaran, level sekolah, dan kemampuan awal matematika siswa.

2. Asosiasi antar faktor kemampuan pemahaman matematis, koneksi matematis, komunikasi matematis dan kemandirian belajar matematika siswa.

3. Kinerja siswa ditinjau dari proses pembelajaran serta penyelesaian soal-soal tes kemampuan pemahaman matematis, koneksi matematis dan komunikasi matematis.

D. Manfaat Penelitian

(24)

16

1. Siswa, hal ini disebabkan dalam RT terdapat banyak pengalaman belajar matematika, sehingga pengalaman dan pengetahuan yang didapat siswa bisa lebih meresap dan bisa diterapkan untuk proses belajar yang akan dilaksanakan pada saat yang akan datang.

2. Guru, baik yang terlibat dalam penelitian ini ataupun yang ingin mendapatkan pengetahuan tentang pembelajaran matematika diharapkan dapat mengambil manfaat atau menerapkan RT sehingga pembelajaran matematika yang dilaksanakannya menjadi lebih inovatif dan bermanfaat.

3. Peneliti, di mana penelitian ini merupakan rujukan peneliti mengenai RT, pemahaman matematis, koneksi matematis, komunikasi matematis, kemandirian belajar dan pendidikan matematika, sehingga bisa memperluas wawasan bagi para peneliti bidang matematika dan pembelajarannya.

4. Pembuat kebijakan, agar lebih memahami bahwa RT dalam matematika merupakan salah satu alternatif pembelajaran matematika, yang dapat mengembangkan kemampuan pemahaman, koneksi dan komunikasi matematis serta kemandirian belajar matematika.

E. Hipotesis Penelitian

Sejalan dengan masalah penelitian yang diuraikan di atas, hipotesis penelitian adalah:

(25)

17

2. Terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dengan faktor level sekolah terhadap kemampuan pemahaman matematis, koneksi matematis dan komunikasi matematis serta kemandirian belajar matematika siswa.

3. Terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dengan faktor kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan pemahaman matematis, koneksi matematis dan komunikasi matematis serta kemandirian belajar matematika siswa.

4. Terdapat asosiasi antar faktor kemampuan pemahaman matematis, koneksi matematis, komunikasi matematis dan kemandirian belajar matematika siswa.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, berikut ini akan dijelaskan pengertian dari istilah-istilah tersebut tersebut.

a. Reciprocal teaching adalah pembelajaran dalam kelompok kecil yang diawali dengan tugas membaca bahan ajar oleh siswa dan dilanjutkan dengan melaksanakan empat kegiatan yaitu : merangkum bacaan, membuat pertanyaan, memberikan penjelasan, dan membuat pertanyaan atau permasalahan lanjutan. Pembahasan dalam kelompok dipimpin oleh siswa dan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing.

(26)

18

contoh dari sebuah konsep; menyatakan kembali konsep matematika dengan bahasa sendiri.

c. Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan : menyatakan dan menerapkan hubungan antar obyek dan antar konsep matematika; menerapkan matematika dalam bidang lain; menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

d. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan menyatakan dan mengilustrasikan ide matematika ke dalam bentuk model matematika yaitu bentuk persamaan, notasi, gambar dan grafik, atau sebaliknya.

e. Kemandirian belajar adalah pandangan seseorang terhadap dirinya yang meiputi: berinisiatif belajar; mendiagnosa kebutuhan belajar; menetapkan target/tujuan belajar; memonitor, mengatur dan mengontrol belajar; memandang kesulitan sebagai tantangan; memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan; memilih dan menerapkan strategi belajar; mengevaluasi proses dan hasil belajar; serta self eficacy (konsep diri).

f. Kemampuan Awal Matematika (KAM) adalah kemampuan menguasai materi matematika prasyarat sebelum tindakan pembelajaran dalam penelitian dimulai.

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan disain eksperimen perbandingan kelompok statik. Model eksperimen ini dapat digambarkan sebagai berikut:

X O --- O

Pada disain ini, kelompok eksperimen diberi perlakukan pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching (X), dan kelompok kontrol diberi perlakuan pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Masing-masing kelas penelitan diberi postes (O), tidak ada perlakuan khusus yang diberikan pada kelas kontrol. Untuk melihat secara lebih mendalam pengaruh penggunaan pendekatan tersebut terhadap kemampuan pemahaman matematis, kemampuan koneksi matematis, kemampuan komunikasi matematis serta kemandirian belajar matematika maka dalam penelitian ini dilibatkan faktor level sekolah (atas, sedang, bawah) dan faktor kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang, rendah) sebagai variabel kontrol.

(28)

59

Tabel 3. 1.

Disain Faktorial Antar Variabel Penelitian

Level Sekolah

Kemampuan Awal Matematika

Pendekatan Pembelajaran

Reciprocal

Teaching Konvensional

Mean SD n Mean SD n

Tinggi

Atas Sedang

Rendah Tinggi

Sedang Sedang

Rendah Tinggi

Bawah Sedang

Rendah

Keterangan :

SD : Standar Deviasi

n : Jumlah siswa

B. Subyek Penelitian

(29)

60

C. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang akan diperlukan dalam penelitian ini, digunakan lima jenis instrumen yaitu: tes kemampuan awal matematika, tes kemampuan pemahaman matematis, tes kemampuan koneksi matematis, tes kemampuan komunikasi matematis dan skala kemandirian belajar. Sedangkan untuk kegiatan pembelajaran dibuat rencana pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching beserta bahan ajar yang disertai dengan soal-soal latihan pemahaman matematis, koneksi matematis dan komunikasi matematis .

(30)

61

1. Tes Kemampuan Awal Matematika

[image:30.595.110.514.301.542.2]

Tes Kemampuan Awal Matematika (KAM) dirancang untuk mengetahui kemampuan prasyarat dalam mempelajari materi kesebangunan dan bangun ruang sisi lengkung. Pemberian tes kemampuan awal matematika juga dimaksudkan pula untuk penempatan siswa berdasarkan kategori kemampuan awal matematikanya ke dalam tiga kelompok yaitu siswa kelompok tinggi, siswa kelompok sedang dan siswa kelompok rendah. Pengelompokan siswa didasarkan pada kriteria pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Kriteria Pengelompokan Siswa Berdasarkan KAM

Interval Skor Tes KAM Kategori

xi ≥ 80 Tinggi

55 < xi < 80 Sedang

xi ≤ 55 Rendah

(31)

62

2. Tes Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan Komunikasi Matematis

Tes kemampuan pemahaman, koneksi dan komunikasi matematis merupakan tes kemampuan berpikir yang berfungsi untuk mengungkap kemampuan pemahaman, koneksi dan komunikasi matematis yang dimiliki siswa dalam berbagai permasalahan. Berdasarkan definisi operasional dan kajian teoritis yang telah dikemukakan, kemampuan-kemampuan siswa tersebut diukur berdasarkan pada indikator-indikator yang sudah dijelaskan pada Bab 2.

Tes kemampuan pemahaman matematis dan tes kemampuan komunikasi matematis, berbentuk tes uraian yang masing-masing terdiri dari 5 soal. Sedangkan tes kemampuan koneksi matematis berbentuk tes uraian yang terdiri dari 4 soal. Kisi-kisi, butir soal dan sistim penskoran bisa dilihat pada Lampiran B halaman 237. Sebelum digunakan, soal tes tersebut dilakukan uji validitas. Uji validitas dilakukan melalui pertimbangan para ahli tentang isi dan muka dari soal tes. Para penimbang terdiri dari dua doktor pendidikan matematika, dua magister pendidikan matematika dan satu magister sains matematika. Mereka diminta untuk menimbang validitas isi soal berdasarkan kesesuaian soal dengan tujuan yang ingin diukur dan kesesuaian soal dengan materi ajar. Hasil pertimbangan ahli, uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran dilampirkan pada Lampiran C halaman 259.

(32)

63

validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya. Hasil pelaksanaan ujicoba terhadap seperangkat tes tersebut dan analisisnya bisa dilihat pada Lampiran C halaman 259.

3. Skala Kemandirian Belajar Matematika Siswa

Kemandirian belajar matematika siswa diperoleh melalui angket yang disusun dan dikembangkan berdasarkan sembilan aspek kemandirian belajar yaitu: inisiatif belajar; mendiagnosa kebutuhan belajar; menetapkan target/tujuan belajar; memonitor, mengatur dan mengontrol belajar; memandang kesulitan sebagai tantangan; memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan; memilih dan menerapkan strategi belajar; mengevaluasi proses dan hasil belajar; serta self eficacy (konsep diri).

(33)

64

D. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar dirancang agar tujuan penelitian yaitu untuk mengembangkan kemampuan pemahaman matematis, kemampuan koneksi matematis, kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar matematika siswa bisa dicapai. Pembelajaran reciprocal teaching yang sesuai dengan paham konstruktivisme, bahan ajar dirancang agar siswa memiliki peran yang sangat besar dalam upaya memahami, mengembangkan, menemukan, serta menerapkan baik konsep, prosedur maupun prinsip-prinsip matematika. Sedangkan peran guru lebih bersifat sebagai fasilitator yang memberikan scaffolding dan senantiasa memfasilitasi setiap perkembangan yang terjadi pada diri siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Sebelum digunakan pada kelas eksperimen, bahan ajar terlebih dahulu divalidasi oleh berbagai pihak yang berkompeten yakni pembimbing, pakar pendidikan matematika, dosen-dosen yang memiliki keahlian dalam bidang pendidikan matematika serta diujicobakan dalam studi pendahuluan. Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan Lembar Kegiatan Siswa. Bahan ajar ini bisa dilihat pada Lampiran A halaman 200.

E. Analisis Data

(34)

65

menurut kelompok pendekatan pembelajaran (RT,KV) dan kelompok kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang, rendah).

Pengolahan data diawali dengan menguji persyaratan statistik yang diperlukan sebagai dasar dalam pengujian hipotesis antara lain uji normalitas dan homogenitas. Selanjutnya dilakukan uji-t atau anova dua jalur yang disesuaikan dengan permasalahannya. Seluruh perhitungan statistik digunakan bantuan komputer program microsoft excel dan SPSS versi 15. Selain dilakukan analisis secara kuantitatif, peneliti juga melengkapinya dengan analisis secara kualitatif. Analisis ini bertujuan untuk mengkaji lebih jauh tentang kemampuan pemahaman matematis, kemampuan koneksi matematis, kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar matematika siswa dalam reciprocal teaching. Di samping itu, analisis juga untuk mengetahui apakah pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan ketentuan-ketentuan pembelajaran yang ditetapkan pada kedua jenis pembelajaran.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

(35)
[image:35.595.116.526.129.709.2]

66

Gambar 3.1

Tahapan Pelaksanaan Penelitian

-oOo-

Pengembangan, Validasi dan Uji Coba : Bahan Ajar dan

Instrumen Penelitian

Pemilihan Subyek Penelitian Kelas Kontrol

Pembelajaran Konvensional

Kelas Eksprimen

Pembelajaran Reciprocal Teaching

Postes, Skala Kemandirian

Data

Temuan

Kesimpulan, Saran dan Rekomendasi Analisis Data Studi Pendahuluan: Identifikasi Masalah Rumusan Masalah, Studi

Literatur, dll

Tes KAM Tes KAM

(36)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ditinjau secara keseluruhan, kemampuan pemahaman matematis, koneksi matematis dan komunikasi matematis serta kemandirian belajar matematika siswa, untuk siswa yang pembelajarannya menggunakan reciprocal teaching lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya dilakukan secara konvensional. Kemampuan-kemampuan tersebut semuanya berada dalam kualifikasi sedang.

(37)

189

belajar matematika tersebut semuanya berada dalam kualifikasi sedang, kecuali siswa pada sekolah level bawah dengan pembelajaran konvensional, yang berada dalam kualifikasi rendah.

Jika ditinjau dari faktor KAM, maka kemampuan pemahaman matematis, koneksi matematis dan komunikasi matematis siswa pada kelompok KAM sedang dan rendah, untuk siswa yang pembelajarannya menggunakan reciprocal teaching lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya dilakukan secara konvensional, tetapi pada kelompok KAM tinggi tidak berbeda. Kemampuan-kemampuan tersebut semuanya berada dalam kuaifikasi sedang, kecuali kemampuan koneksi dan komunikasi matematis pada kelompok KAM rendah dengan pembelajaran konvensional, yang berada dalam kualifikasi rendah, dan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis pada kelompok KAM tinggi, yang berada dalam kualifikasi tinggi. Kemandirian belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan reciprocal teaching lebih baik siswa yang pembelajarannya dilakukan secara konvensional untuk kelompok KAM tinggi, sedang dan rendah. Kemandirian belajar matematika tersebut semuanya berada dalam kualifikasi sedang, kecuali siswa pada kelompok KAM rendah dengan pembelajaran konvensional, yang berada dalam kualifikasi rendah.

(38)

190

matematis, rerata kemampuan koneksi matematis dan rerata kemampuan komunikasi matematis, antara kelas yang pembelajarannya menggunakan reciprocal teaching dan kelas yang pembelajarannya dilakukan secara konvensional, pada sekolah level bawah perbedaannya paling tinggi dibandingkan pada sekolah level sedang atau level tinggi.

Tidak terdapat iteraksi antara faktor model pembelajaran (RT dan KV) dan faktor KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap kemampuan pemahaman matematis, koneksi matematis dan komunikasi matematis siswa. Namun demikian, rerata kemampuan pemahaman matematis, rerata kemampuan koneksi matematis dan rerata kemampuan koneksi matematis, antara siswa yang pembelajarannya menggunakan reciprocal teaching dan siswa yang pembelajarannya dilakukan secara konvensional, pada kelompok KAM sedang perbedaannya paling tinggi dibandingkan pada kelompok KAM rendah atau kelompok KAM tinggi.

Tidak terdapat iteraksi antara faktor model pembelajaran (RT dan KV) dan faktor level sekolah (atas, sedang, dan bawah) terhadap kemandirian belajar matematika siswa. Begitu juga, tidak terdapat iteraksi antara faktor model pembelajaran (RT dan KV) dan faktor KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap kemandirian belajar matematika siswa.

(39)

191

siswa; (d) antara kemampuan koneksi matematis dan kemampuan komunikasi matematis siswa; (e) antara kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar matematika siswa; (f) antara kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar matematika siswa.

3. Gambaran siswa pada saat pembelajaran, pada umumnya siswa kelas eksperimen harus beradaptasi dulu terhadap pembelajaran RT, terutama pada sekolah level sedang dan rendah. Setelah terbiasa mereka menjadi lebih aktif dalam berdiskusi dan lebih mampu dalam memahami konsep dibandingkan kelas kontrol. Tugas sebagai ketua kelompok dan menjelaskan dapat membuat siswa menjadi lebih mandiri dalam belajar, siswa dengan kemampuan sedang maupun rendah juga termotivasi untuk bisa memahami dan menjelaskan pada temannya tentang permasalahan matematika yang diberikan.

(40)

192

B. Implikasi

Implikasi dari kesimpulan hasil penelitian ini adalah :

1. Penerapan pendekatan reciprocal teaching dapat diimplemenasikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai suatu alternatif dalam proses pembelajaran matematika. Pemilihan pendekatan atau model pembelajaran yang tepat merupakan langkah penting demi keberhasilan pembelajaran matematika. 2. Penerapan pendekatan reciprocal teaching dapat mengubah paradigma

pembelajaran dari paradigma lama dimana guru sebagai pusat pembelajaran menjadi paradigma baru dimana siswa menjadi pusat pembelajaran dan guru sebagai motivator dan fasilitator. Pendekatan tersebut juga mengubah paradigma lama dimana pembelajaran merupakan pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge) ke arah paradigma baru dimana pembelarajan merupakan kegiatan eksploratif, interaktif, kooperatif dan konstruktif untuk mendapatkan pengetahuan baru.

3. Proses pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching akan mengembangkan kemampuan komunikasi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru, sehingga mampu menumbuhkan sikap saling menghargai, menghormati dan saling tolong menolong dalam kebaikan pada proses pembelajaran.

(41)

193

5. Penerapan pendekatan pembelajaran reciprocal teaching mendukung program pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional dimana dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) guru bisa mengembangkan model pembelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan.

C. Rekomendasi

Dari hasil penelitian ini, peneliti memberikan rekomendasi atau saran sebagai berikut:

1. Pendekatan reciprocal teaching direkomendasikan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP), atau paling tidak sebagai alternatif model pembelajaran matematika. Walaupun tidak ada suatu pendekatan atau model pembelajaran yang paling cocok untuk semua kondisi siswa yang heterogen, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan reciprocal teaching lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

(42)

194

3. Para guru yang menerapkan pembelajaran reciprocal teaching harus bisa mengontrol siswa agar dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran siswa tidak keluar dari konsep-konsep matematika yang benar.

4. Untuk kelompok-kelompok guru matematika direkomendasikan agar dalam pertemuan tersebut digunakan untuk mendiskusikan dan mensosialisasikan model-model atau pendekatan-pendekatan pembelajaran matematika yang baru dan inovativ. Model pembelajaran reciprocal teaching bisa digunakan sebagai alternatif inovasi yang bisa didiskusikan dan dikembangkan oleh para guru matematika.

5. Karena kemampuan pemahaman matematis, koneksi matematis, komunikasi matematis dan kemandirian belajar matematika adalah hal-hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika, maka kemampuan-kemampuan tersebut perlu terus diteliti dan dikembangkan mulai tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi.

6. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya diteliti penggunaan pendekatan reciprocal teaching yang diterapkan dengan bantuan komputer agar bisa lebih menarik perhatian siswa.

Gambar

Tabel   3. 1.   Disain Faktorial Antar Variabel Penelitian
Tabel 3.2 Kriteria Pengelompokan Siswa Berdasarkan KAM
Gambar 3.1 Tahapan  Pelaksanaan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data terakhir yang disampaikan oleh (Panday, 2014c), dari 100 universitas terbaik di Indonesia menurut perangkingan Indonesia (100 Universitas Terbaik, 2014),

Bagaimana kondisi fasilitas peralatan pelayanan bandar udara untuk pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran (PKP-PK) di Bandar Udara Haluoleo

Perceived legitimacy pressure and market ambiguity due to institutional distances invoke interfirm governance strategies, such as contract customization and relational

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta menindaklanjuti proses seleksi untuk Paket Pekerjaan Rehab Dan Interior Ruang Internasional Corner (Revisi Sisa

Analisis laporan keuangan ini sangatlah penting untuk mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas agar perusahaan dapat melakukan tindakan tindakan atau

Berdasarkan evaluasi terhadap perhitungan PPh Pasal 21 atas karyawan pada tahun 2006 yang dipotong oleh PT Loka Mampang Indah Realty hanya sebagian kecil yang telah sesuai dengan

“Pengaruh Kepemimpinan, Komitmen Organisasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Penyadapan Perkebunan Nusantara IX (Persero) Balong Beji Kalitelo Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa harga yang ditawarkan kepada pelanggan, biaya yang sebenarnya terjadi, laba kotor yang dapat diakui sebagai laba yang