• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING BERBASIS ICT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING BERBASIS ICT."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

i A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Asumsi Penelitian ... 14

F. Hipotesis Penelitian ... 15

G. Metode Penelitian ... 15

H. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 16

BAB II KAJIAN TEORITIK MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF BERBASIS ICT A. Hakikat Bimbingan dan Konseling Komprehensif ... 17

B. Sifat Sistemik dalam Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif ... 21

C. Kebijakan Pendidikan Terintegrasi: Syarat Bagi Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif ... ... 22

D. Komponen Program BK Komprehensif ... 24

E. Ciri-ciri Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif-Sistemik 26 F. Hakikat Manajemen Bimbingan dan Konseling ... 32

G. Implementasi Fungsi Manajemen dalam Bimbingan dan Konseling . 33 H. Aspek-aspek Manajemen Program Layanan Bimbingan dan Konseling ... 34

I. Hakikat ICT ... 63

J. Information and Communication Technology ... 64

(2)

ii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 68

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 69

C. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 70

D. Penentuan Sampel Penelitian ... 77

E. Tahap Penelitian ... 78

F. Pengumpulan Data ... 84

G. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data ... 87

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Manajemen Bimbingan dan Konseling di Kota Bekasi ... 89

B. Manajemen BK Berbasis ICT untuk Meningkatkan Efektifitas Manajemen BK Komprehensif di Kota Bekasi ... 101

C. Pembahasan Hasil Uji Coba (Eksperimen) Manajemen BK Komprehensif Berbasis ICT dalam Meningkatkan Efektifitas Manajemen BK Komprehensif ... 113

D. Keterbatasan Penelitian ... 121

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 123

B. Rekomendasi ... 124

(3)

iii

D

AFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Kisi-kisi Aspek Manajemen BK Komprehensif ... 69

Tabel 4.1. Profil Manajemen BK di Kota Bekasi ... 80

Tabel 4.2. Hasil Uji T (T-Test) Menggunakan SPSS 16.0 for Windows ... 91

Tabel 4.3. Peningkatan Efektifitas Manajemen BK Pasca intervensi Manajemen

BK Berbasis ICT ... 93

Tabel 4.4. Gambaran Hasil Skala Manajemen BK di Kota Bekasi ... 97

(4)

iv

D

AFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Hubungan antara Manajemen, Pengajaran dan Bimbingan dan

Konseling ... 3

Gambar 1.2. Kerangka Kerja Utuh Bimbingan dan Konseling ... 4

Gambar 2.1. Hubungan Timbal Balik Kebijakan Pendidikan Terintegrasi dan

Program BK Komprehensif ... 18

Gambar 2.2. Implementasi Komponen-Komponen Program Bimbingan dan

(5)

v

D

AFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1. Data Pretest dan posttest Kelompok Eksperimen ... 102

Grafik 4.2. Data Pretest dan posttest Kelompok Eksperimen pada Aspek Manajemen BK ... 103

Grafik 4.3. Hasil Pretest Kelompok Kontrol ... 104

Grafik 4.4. Hasil Posttest Kelompok Kontrol ... 104

Grafik 4.5. Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ... 104

(6)

vi

D

AFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing

LAMPIRAN 2. Surat Izin Melaksanakan Penelitian

LAMPIRAN 3. Instrumen Penelitan

LAMPIRAN 4. Hasil Pengolahan Data

LAMPIRAN 5. Berkas Hasil Penelitian

(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, asumsi penelitian dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia

Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang

bermutu dalam penyelenggaraannya tidak cukup hanya dilakukan melalui

transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh

peningkatan profesionalisasi dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta

pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

memilih dan mengambil keputusan demi tercapainya cita-cita.

Kemampuan seperti itu tidak hanya menyangkut aspek akademis, tetapi

juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual,

dan sistem nilai peserta didik. Berkaitan dengan pemikiran itu, tampak bahwa

pendidikan yang bermutu di sekolah adalah pendidikan yang menghantarkan

peserta didik pada pencapaian standar akademis yang diharapkan dalam kondisi

(8)

Bukanlah hal baru bahwa bimbingan dan konseling dinyatakan sebagi

bagian terpadu dari pendidikan. Secara formal dalam berbagai dokumen yang

berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan hal itu telah digariskan, namun

dalam praktek seringkali bimbingan dan konseling ditempatkan hanya sebagai

pelengkap. Padahal sejak kurikulum 1975 bimbingan dan konseling diposisikan

sebagai bagian integral dari pendidikan. Kini sudah saatnya dilakukan penegasan

ulang bahwa bimbingan dan konseling adalah bagian tepadu dari pendidikan; dan

kini saatnya pula untuk meletakkan prinsip kebijaksanaan itu di dalam praktek.

Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian terpadu dari sistem

pendidikan yang dilandasi oleh : (1) landasan konseptual penyelenggaraan

layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah bimbingan dan konseling

perkembangan, (2) dasar legal penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling

adalah eksistensi bimbingan dan konseling dalan sistem pendidikan nasional, (3)

konselor profesional adalah orang yang bertanggung jawab dan berkompeten

menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling, dan (4) sistem manajemen

sekolah yang mendukung program bimbingan dan Konseling.

Pada gambar 1.1. di bawah, tampak bahwa bimbingan dan konseling

sebagai mainstream layanan kesejahteraan kepada siswa memiliki posisi yang

(9)

pengajaran. Jadi posisi bimbingan dan konseling bukan bagian dari kurikulum dan

atau administrasi melainkan memiliki posisi yang sejajar dengan keduanya.

Gambar 1.1. Hubungan antara Manajemen, Pengajaran dan Bimbingan dan Konseling

Secara utuh keseluruhan proses kerja bimbingan dan konseling dalam jalur

pendidikan formal dapat digambarkan pada gambar 1.2. di bawah ini Manajemen dan

Supervisi

Pembelajaran Bidang Studi

Bimbingan & Konseling

Perkembangan Optimal Setiap Individu (Peserta Didik)

Tujuan:

Wilayah Manajemen dan Kepemimpinan

Wilayah Pembelajaran yang Mendidik

(10)

Gambar 1.2. Kerangka Kerja Utuh Bimbingan dan Konseling (Sumber ABKIN, 2007 yang dimodifikasi oleh penulis)

Komponen Layanan dasar, layanan responsif dan perencanaan individual

di atas, merupakan pemberian layanan BK kepada siswa secara langsung.

Sedangkan dukungan sistem merupakan layanan dan kegiatan manajemen yang

secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi

kelancaran perkembangan siswa. Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan

manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan

(11)

program bimbingan secara menyeluruh. Tanpa dukungan sistem yang memadai,

konselor akan sulit dalam mengembil keputusan-keputusan strategis, karena

kurangnya informasi yang menjadi landasan dalam pengambilan keputusan.

Sebagai suatu layanan profesional, bimbingan dan konseling di sekolah

memiliki area dan substansi layanan yang berbeda dengan layanan administrasi

dan layanan instruksional. Namun demikian ada area-area tertentu yang terkait

dengan perkembangan siswa yang sebaiknya dilaksanakan melalui kolaborasi

antara konselor dengan guru dan dengan para ahli lainnya.

Bimbingan dan konseling sebagai bagian tak terpisahkan dari pelayanan

pendidikan di sekolah, menuntut pelaksananya untuk terus meningkatkan dan

mengembangkan kualitas pelayanan. Seiring dengan ditetapkannya

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang di

dalamnya profesi Konselor ditetapkan, secara bertahap profesi guru bimbingan

dan konseling akan berubah menjadi profesi konselor. Perubahan seperti ini,

bukan hanya perubahan sebuah nama akan tetapi memberikan implikasi bagi

perubahan dan peningkatan profesionalisme para pelaku dalam memberikan

pelayanan kepada para pelanggannya. Artinya, jika bimbingan dan konseling

merupakan sebuah profesi, maka hal pekerjaan atau kegiatan tersebut harus

dilakukan secara profesional oleh orang-orang yang profesional pula.

Hohenshil (2000) berpendapat bahwa tren bimbingan dan konseling ke

depan mengarah pada pemanfaatan teknologi. Tren teknologi dalam konseling

meliputi; 1) computer assisted simulation untuk training konselor, 2)

(12)

teknologi dalam asesmen konseling, dan 4) penggunaan videotape dalam supervisi

perkembangan. Teknologi berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia

termasuk pendidikan. Kemajuan teknologi yang tiada henti, dan perkembangan

informasi, semuanya memberikan peluang bagi profesi konselor untuk secara

berkelanjutan berkembang dan memperlihatkan kinerja yang lebih baik

(Suherman, 2003). Seiring dengan perkembangan tersebut menuntut unjuk kinerja

konselor di lapangan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling secara

lebih efektif dan efisien.

Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang telah

ditetapkan, memaknai profesional sebagai sebuah pekerjaan atau kegiatan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,

kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu

serta memerlukan pendidikan profesi. Bagaimana dengan pelayanan bimbingan

dan konseling di sekolah saat ini? Apakah sudah memenuhi tuntutan sebuah

pekerjaan yang profesional? Jawabannya tentu sangat relatif. Oleh karena itu,

paradigma pelayanan Bimbingan dan Konseling saat ini adalah professional dan

bermutu. Artinya sikap dan unjuk kerja seorang guru bimbingan dan konseling

atau konselor senantiasa diwarnai oleh sikap dan tindakan seorang professional.

Salah salah satu langkah penting menuju profesionalitas seorang guru bimbingan

dan konseling adalah pemahaman mendalam terhadap tugas pokok dan fungsinya,

serta berbagai permasalahan yang terjadi.

Hasil penelitian yang dilaksanakan Fajar Santoaji tentang Manajemen BK

(13)

bahwa Manajemen BK masih memiliki kekurangan sebagai berikut: masih

terdapat banyak koordinator dan staf BK di SMA Rekanan Prodi BK USD yang

tidak memiliki latar belakang pendidikan memadai sebagai guru bimbingan dan

konseling/konselor sekolah; Ada sebagian kecil SMA Rekanan Prodi BK USD

yang tidak melakukan asesmen kebutuhan; Sebagian SMA Rekanan Prodi BK

USD hanya menyelenggarakan layanan bimbingan kelompok klasikal bagi siswa

di kelas tertentu secara tidak teratur; Mayoritas SMA Rekanan Prodi BK USD

menyelenggarakan layanan Bimbingan Kelompok/Klasikal secara terputus-putus

dari segi isi/materi, meskipun dari segi waktu berurutan (paradigma 2); Mayoritas

SMA Rekanan Prodi BK USD hanya melakukan evaluasi berdasarkan kesan

('what do you think' methods), bukan dengan riset ilmiah berbasis data,

sehingga sekolah tersebut tidak dapat membuktikan akuntabilitas program BK;

Jumlah dan ragam layanan BK bagi keluarga asal siswa sangat sedikit, sehingga

dari segi ini Program BK di SMA Rekanan Prodi BK USD tidak sistemik karena

tidak mempengaruhi lingkungan keluarga agar menjadi lingkungan yang

mendukung perkembangan siswa secara terprogram.

Proses kegiatan manajemen yang dilakukan di sekolah saat ini lebih

berorientasi pada “people activity”. Kegiatan yang lebih banyak menggunakan

tenaga individu saat ini dirasakan masih belum mampu menjawab banyaknya

tantangan dan tuntutan pekerjaan yang ada. Pengarusutamaan kegiatan

manajemen yang dilakukan khususnya pada layanan Bimbingan dan Konseling

menuntut penggunaan teknologi. Hal ini sesuai dengan pendapat McIntire (2002;

(14)

informasi merupakan komponen yang penting dalam menetapkan strategi dan

intervensi yang dilakukan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa dipastikan terdapat

sejumlah kesulitan dalam mengumpulkan data, menganalisis data, mengatur dan

mengelola data menjadi bermakna tanpa bantuan dari teknologi.

Penggunaan teknologi dapat dimaknai sebagai "nurturance," "caring," dan

"joining." (Grose, 1990; Minchin, 1974; Rogers, 1961; Satir, 1972; Tiedeman &

Miller-Tiedeman, 1988, 1989). Hal ini dapat dimaknai sebagai perubahan

paradigma bahwa penggunaan teknologi merupakan suatu hal yang teradi seiring

dengan perubahan yang ada. Tuntutan penggunaan teknologi dalam layanan

merupakan keharusan untuk menjawab kefektifan dan keefesien kinerja atau

layanan yang diberikan.

Upaya penggunaan teknologi dipengaruhi oleh banyak hal. Beberapa hal

yang dapat mempengaruhi proses manajemen dengan berbasis teknologi informasi

menurut James E. Ysseldyke and Scott McLeod (2003) antara lain: 1). Adanya

kesadaran dan pengetahuan dari setiap unsur pelaksana (institusi, pengambil

kebijakan, penyedia layanan teknologi, dan pendidik atau konselor), 2). Adanya

dukungan dalam implementasi berupa fasilitas, perangkat keras dan perangkat

lunak yang dapat dimonitor dan terus menerus dievaluasi, 3). Adanya kebijakan

baik ditingkat nasional maupun daerah yang mampu mendukung penggunaan

teknologi dalam layanan manajemen.

Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh (Dougherty, 2004;

James E. Ysseldyke and Scott McLeod, 2003) dimana pemerintah harus

(15)

teknologi dapat meningkatkan pemberdayaan dan asesmen selangkah lebih maju

(Patrick, 2004).

Unjuk kerja profesional konselor diatur dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia No. 27 Tahun 2008,

tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor pada butir D

mengenai kompetensi profesional yaitu: (1) merancang Program Bimbingan dan

Konseling, (2) mengimplementasikan Program Bimbingan dan Konseling yang

komprehensif, dan (3) menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling.

Alasan mendasar pentingnya Manajemen Bimbingan dan Konseling

Komprehensif adalah agar layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah memberi

dampak positif bagi peserta didik dan pihak-pihak lain yang juga dilayani.

Layanan Bimbingan dan Konseling bisa saja terjadi secara insidental tanpa

direncanakan, tetapi Bimbingan dan Konseling yang di-manage secara

insidental tidak dapat menjamin munculnya dampak positif dalam diri peserta

didik secara optimal. Ada beberapa kelemahan yang terkandung dalam pelayanan

Bimbingan dan Konseling yang spontan dan tanpa perencanaan antara lain

kualitasnya kurang dapat dipertanggungjawabkan dan jangkauan pelayanan

Bimbingan dan Konseling menjadi sempit, hanya melakukan fungsi Kuratif saja,

kontinuitas program Bimbingan dan Konseling kurang dapat terjamin sebab

layanan Bimbingan dan Konseling akan berhenti jika persoalan dianggap sudah

selesai. Tanpa Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif konselor akan

(16)

Bimbingan dan Konseling (dilihat dari perubahan positif dalam diri konseli) sukar

dilakukan, sebab tidak ada kriteria jelas yang dijadikan patokan evaluasi.

Ukuran keberhasilan program bimbingan dan konseling adalah tujuan

program bimbingan dan konseling yang dirumuskan berdasarkan kebutuhan dan

masalah. Pembuatan program juga melibatkan usaha pemetaan dan penataan

rencana memenuhi kebutuhan, sehingga dalam pembuatan program juga terjadi

penentuan prioritas program. Hal ini berimplikasi pada mendahulukan layanan

Bimbingan dan Konseling tertentu dan menunda layananan Bimbingan dan

Konseling yang lain dengan mempertimbangkan intensitas persoalan, posisi

strategis sebuah kegiatan, sumber daya (personil, dana, fasilitas pendukung) yang

dimiliki. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh. Persoalan siswa yang sangat

kritis, misalnya prestasi belajar buruk, kemampuan belajar (study skill) yang

rendah harus diatas terlebih dahulu sebelum program-program pengembangan

lain. Sosialisasi program Bimbingan dan Konseling kepada seluruh warga

masyarakat sekolah dan luar sekolah didahulukan sebab kegiatan ini sangat

strategis dalam menciptakan iklim yang mendukung pelaksanaan program

bimbingan dan konseling sepanjang tahun ajaran.

Beberapa faktor yang mempengaruhi aspek manajemen bimbingan dan

konseling adalah fasilitas dan pembiayaan. Fasilitas dan pembiayaan merupakan

aspek penting yang harus diperhatikan dalam suatu program bimbingan. Fasilitas

utama bimbingan dan konseling adalah tersedianya ruang bimbingan dan

konseling yang memadai dengan standar minimal penataan ruang bimbingan dan

(17)

dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007. Secara

umum fasilitas utama bimbingan dan konseling masih belum memadai.

Kebanyakan ruang bimbingan dan konseling di kota Bekasi hanya terdiri atas satu

ruang yang didalamnya terdapat ruang kerja guru BK dan tempat konseling. Di

beberapa sekolah tempat pelaksanaan konseling masih menggunakan meja dan

kursi, hanya sebagian kecil saja yang sudah menggunakan sofa, namun demikian

belum terdapat sekat untuk ruang konseling yang memisahkannya dengan ruang

kerja guru BK. 59% tidak tersedia ruang konseling khusus yang terpisah dari

ruang kerja bersama, 31% tersedia ruang konseling khusus walau dipisahkan oleh

sekat lemari arsip, dan hanya 9% yang memiliki ruang konseling khusus, ruang

konferensi kasus yang terpisah dari ruang kerja bersama. Ketersediaan

paket-paket bimbingan dan konseling di kota Bekasi hanya mencapai 29%, sisanya 72%

paket-paket bimbingan dan konseling tidak tersedia. Ketersediaan alat bantu

bimbingan dan konseling seperti software, film dan tayangan lain hanya 6% dan

3% saja yang selalu digunakan. Selebihnya 94% belum tersedia alat bantu

bimbingan dan konseling seperti software, film dan tayangan lain yang selalu

digunakan.

Fakta di lapangan menggambarkan bahwa guru bimbingan dan konseling

terbelenggu oleh pekerjaan administratif yang tidak ada habisnya, dari mengisi

buku pribadi siswa, menganalisis hasil DCM atau AUM, menganalisis hasil

sosiometri sampai menjadi sosiogram, menghitung daftar hadir siswa, mencatat

kejadian siswa (anecdotal record), dll. Pekerjaan utama yaitu membimbing dan

(18)

waktu. Sehingga tujuan dari bimbingan dan konseling komprehensif yaitu

melayani seluruh siswa tidak tercapai. Hal tersebut di atas dialami oleh banyak

guru bimbingan dan konseling di seluruh wilayah Indonesia termasuk kota Bekasi.

Penelitian ini mencoba memberikan solusi agar pekerjaan administratif

dalam manajemen bimbingan dan konseling dapat diselesaikan dengan cepat dan

akurat. Penyajian data yang cepat dan akurat dapat membantu guru bimbingan dan

konseling menyelenggarakan program bimbingan dan konseling bermutu seperti

diharapkan banyak pihak.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Permasalahan manajemen bimbingan dan konseling yang sama dialami

juga di kota Bekasi. Kota Bekasi yang merupakan penyangga Ibukota dan

berbatasan langsung dengan Jakarta masih mengalami masalah minimnya

ketersediaan fasilitas dan dana. Guru bimbingan dan konseling di kota Bekasi

masih terkendala oleh pekerjaan administratif yang tidak ada habisnya sehingga

pekerjaan utama yaitu membimbing dan mengkonseling sedikit terabaikan.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh dinas yang menaungi pendidikan di kota

bekasi dengan memberikan pelatihan, namun belum menunjukkan hasil yang

memuaskan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disampaikan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Seperti apakah profil manajemen bimbingan dan konseling komprehensif di

(19)

2. Apakah penerapan ICT dapat meningkatkan efektivitas manajemen program

bimbingan dan konseling komprehensif di kota Bekasi?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan

utama dari penelitian ini adalah menghasilkan program manajemen bimbingan

dan konseling komprehensif berbasis ICT. Untuk mencapai tujuan itu lebih dahulu

dikaji:

a. Profil pengetahuan dan keterampilan guru Bimbingan dan Konseling atau

konselor dalam perencanaan program Bimbingan dan Konseling berbasis

ICT.

b. Profil pengetahuan dan keterampilan guru Bimbingan dan Konseling atau

Konselor dalam pengorganisasian program Bimbingan dan Konseling

berbasis ICT.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi guru bimbingan dan konseling atau konselor, penelitian ini dapat

menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas dalam manajemen program

bimbingan dan konseling berbasis ICT.

2. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk dapat memberikan

kontribusi bagi terwujudnya program manajemen program bimbingan dan

(20)

diimplementasikan dalam memberikan layanan bimbingan konseling

komprehensif.

E. Asumsi Penelitian

Penelitian ini berpijak pada beberapa asumsi, yaitu:

1. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komputer dalam layanan

Bimbingan dan Konseling khususnya dalam manajement Bimbingan dan

Konseling sangat membantu. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh

Van Horn dan Myrick (2001; Rita Schellenberg: 2008) yang menyatakan

pentingnya konselor sekolah untuk memiliki pemahaman dan kemampuan

dalam teknologi informasi computer. Van Horn and Myrick (2001; Rita

Schellenberg: 2008) menyatakan teknologi informasi dan komputer

mendukung kesuksesan.

2. Pentingnya penggunaan teknologi Informasi dan Komputer diungkapkan

oleh Milsom and Bryant (2006) dari 456 konselor sekolah yang tidak

memiliki kemampuan dalam menggunakan atau memanfaatkan teknologi

informasi dan computer akan mengalami kesulitan dalam melakukan

advokasi dan layanan Bimbingan dan konseling secara keseluruhan.

3. Sebagai layanan bantuan profesional, layanan bimbingan dan konseling

harus dilakukan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang mendukung. Kemampuan manajemen program

(21)

dan konseling membantu menjamin terlaksananya layanan bimbingan dan

konseling secara efektif di sekolah.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran dan asumsi-asumsi tersebut, hipotesis

penelitian ini sebagai berikut:

“Penggunaan ICT efektif dalam meningkatkan Manajemen Bimbingan dan

Konseling Komprehensif di Kota Bekasi”

G. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini

untuk memudahkan proses analisis dan penafsiran dengan menggunakan

perhitungan-perhitungan statistik. Karena banyak digunakan data dalam bentuk

angka. Dari angka-angka yang diperoleh tersebut kemudian dilakukan deskripsi.

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu sebuah metode

penelitian kuantitatif yang paling penuh. Dikatakan paling penuh karena

memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab dan akibat. Fraenkel

and Wallen (1993) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen merupakan

metode yang paling ‘powerful’ sekaligus sebagai metode terbaik untuk

menjelaskan hubungan kausal antar variabel.

Peneliti memilih menggunakan penelitian Quasi Eksperimen (eksperiment

(22)

Desain ini dipilih karena sesuai dengan karakteristik dalam penelitian eksperimen

yang dilakukan oleh peneliti. Pada desain ini peneliti melakukan pretest dan post

test untuk mengetahui hasil dari tindakan (treatmen) yang diberikan selama proses

penelitian berlangsung.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

sebagai instrumen utama, pedoman observasi, dan pedoman wawancara sebagai

instrumen pendukung. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data kuantitatif dengan teknik analisis parametrik. Digunakannya statistik

parametris karena data yang digunakan berbentuk interval. Statistik parametris

bekerja dengan asumsi bahwa data yang akan diuji berdistribusi normal.

H. Lokasi, Populasi Dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Kota Bekasi Jawa Barat. Dipilihnya Kota

Bekasi sebagai lokasi penelitian dikarenakan adanya kesesuaian antara

permasalahan yang dihadapi dengan tema yang dimiliki oleh peneliti. Selain itu

peneliti telah memiliki gambaran mengenai lokasi yang akan menjadi tempat

penelitian berlangsung. Penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel

(23)

68 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dibahas desain penelitian, definisi konsep dan operasional

penelitian, populasi dan sampel penelitian, pengembangan instrumen penelitian,

tahap penelitian, prosedur dan teknik pengumpulan data.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis

manajemen program bimbingan dan konseling komprehensif berbasis ICT.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini

untuk memudahkan proses analisis dan penafsiran dengan menggunakan

perhitungan-perhitungan statistik. Karena banyak digunakan data dalam bentuk

angka. Dari angka-angka yang diperoleh tersebut kemudian dilakukan deskripsi.

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu sebuah metode

penelitian kuantitatif yang paling penuh. Dikatakan paling penuh karena

memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab dan akibat. Fraenkel

and Wallen (1993) penelitian eksperimen merupakan metode yang paling

‘powerful’ sekaligus sebagai metode terbaik untuk menjelaskan hubungan kausal

antar variabel.

Berdasarkan paparan di atas maka peneliti memilih penelitian Kuasi

(24)

Pretest-Posttest Control Group Design. Desain ini dipilih karena sesuai dengan

karakteristik dalam penelitian eksperimen yang akan dilakukan oleh peneliti. Pada

desain ini peneliti akan melakukan pretest dan post test untuk mengetahui hasil

dari tindakan (treatment) yang akan diberikan selama proses penelitian

berlangsung. Desain ini (nonrandomized) memungkinkan peneliti untuk

meminimalkan munculnya ancaman terhadap validitas (threats to validity).

B. Populasi Dan Sampel Penelitian

Furqon (2008) mendefinisikan populasi sebagai sekumpulan objek, atau

orang atau keadaan yang palin tidak memiliki satu karakteristik umum yang

sama

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek atau

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh guru Bimbingan dan Konseling atau

Konselor se-Kota Bekasi. Jumlah keseluruhan adalah 256.

Sampel dapat didefinisikan sebagai bagian dari suatu populasi. Metode

(25)

C. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Definisi Operasional Variabel

a) Definisi Konsep

Definisi operasional sangat diperlukan untuk menghindari

kesalahpahaman dalam memaknai penelitian yang dilakukan. Sehingga

perlu dijelaskan mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini,

sebagai berikut:

Definisi Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif

dalam penelitian ini adalah fungsi-fungsi manajemen yang

diimplementasikan dalam kegiatan bimbingan dan konseling yang

terlihat dan dapat diwujudkan dalam perencanaan program bimbingan

dan konseling, pengorganisasian aktivitas dan semua unsur pendukung

bimbingan dan konseling, penetapan staf bimbingan dan konseling, lalu

menggerakkan atau meningkatkan SDM untuk melaksanakan tugas

masing-masing dengan cara memberikan motivasi, dan yang terakhir

mengevaluasi kegiatan serta hasil yang dicapai memalui aktivitas

layanan yang telah dilaksanakan.

Aspek-aspek manajemen program layanan bimbingan dan

konseling adalah: (a) Perencanaan Program dan Pengaturan Waktu

Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, (b) Pengorganisasian Bimbingan

(26)

Konseling, (d) Pemanfaatan Fasilitas Pendukung Kegiatan Bimbingan dan

Konseling, (e) Mekanisme Kerja Pengadministrasian Kegiatan Bimbingan

dan Konseling, dan (f) Pengarahan, Supervisi dan Penilaian Kegiatan

Bimbingan dan Konseling.

b) Definisi Opersional

Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif adalah skor

responden yang diperoleh dari skala sikap yang mengukur aspek-aspek

manajemen program layanan bimbingan dan konseling diantaranya: (a)

Perencanaan Program dan Pengaturan Waktu Pelaksanaan Bimbingan dan

Konseling, (b) Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling, (c)

Pelaksanaan Program Kegiatan Bimbingan dan Konseling, (d)

Pemanfaatan Fasilitas Pendukung Kegiatan Bimbingan dan Konseling, (e)

Mekanisme Kerja Pengadministrasian Kegiatan Bimbingan dan Konseling,

dan (f) Pengarahan, Supervisi dan Penilaian Kegiatan Bimbingan dan

Konseling.

Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif dalam

penelitian ini terbatas pada kegiatan perencanaan, dan pengorganisasian

dalam bimbingan dan konseling.

Information and Communication Technology (ICT) dalam penelitian

ini adalah semua teknologi yang digunakan untuk mengakses,

menggabungkan, memanipulasi, dan menampilkan atau menyampaikan

informasi seperti elektronik hardware, software dan hubungan antar

(27)

2. Kisi-kisi Instrumen Pengumpul Data

Dalam upaya memperoleh data yang memadai dan sesuai dalam penelitian

eksperimen Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif Berbasis ICT,

(28)

Aspek Indikator

3. Analisis situasi dan kondisi di sekolah 9,10 11,12

4. Penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan

dilakukan 13 14

5. Penetapan metode dan teknik yang akan

dilakukan dalam kegiatan 15, 16 17

6. Penetapa personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan

18 19

7. Persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan yang direncanakan

20,21 22

8. Perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usaha-usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi

11.Koordinasi dengan Kepala Sekolah 36 37

12.Koordinasi dengan Wakil Kepala Sekolah 39 38

13.Koordinasi dengan Koordinator Guru BK

(Konselor) 40 41

14.Koordinasi dengan Guru BK (Konselor)

lain - 42

15.Koordinasi dengan Staf Administrasi 43

-16.Koordinasi dengan Guru Mata Pelajaran - 44

17.Koordinasi dengan Wali Kelas 45

-D. Pemafaatan

18.Keberadaan Ruang BK yang memadai dan

(29)

Aspek Indikator

22.Pencatatan hasil laporan observasi wali

kelas terdata dengan baik 61 62

23.Hasil Sosiometri (Sosiogram) terdata dan

teradministrasi dengan baik 63 64

24.Hasil wawancara, daftar presensi, daftar nilai raport yang diselenggarakan wali kelas

65

-25.Hasil Kunjungan rumah (Home visit)

terdata dan teradministrasi dengan baik 66

-26.Hasil Pemeriksaan dari petugas khusus

teradministrasi dengan baik 67

-27.Laporan-laporan teradministrasi dengan

baik 68

-28.Data-data, informasi yang berasal dari berbagai sumber dihimpun dalam buku pribadi, map pribadi atau kumulatif record siswa diperiksa oleh kepala sekolah

Koordinator BK dalam setiap program 70,72 71,73

30.Adanya Supervisi kegiatan bimbingan 74,75,77,

78 76

31.Terlaksananya Penilaian Program layanan

bimbingan 79,80 81

3. Penimbangan Instrumen (Judgement Ahli) dan Uji Keterbacaaan

Upaya untuk mendapatkan instrument yang berkualitas harus dilakukan

peneliti untuk memperoleh hasil penelitian yang baik. Item yang dikembangkan

oleh peneliti berupa perencanaan program (25 item), implementasi (10 item),

pengorganisasian (10 item), pemanfaatan fasilitas (11 item), pengadministrasian

(13 item) dan pengarahan, supervise dan penilaian (12 item) harus dikaji dan

ditelaah secara rasional oleh ahli. Maka peneliti kemudian melakukan

(30)

yaitu: Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd., Dr. Suherman, M.Pd.,, dan Dr. Mubyar

Agustin, M.Pd. Ketiga ahli tersebut memiliki kualifikasi dan pengalaman yang

memadai dalam Bimbingan dan Konseling.

Hasil penimbangan instrumen dari pakar dalam bidang bimbingan dan

konseling lebih banyak meliputi perbaikan redaksional dibanding konten dan

konstruk, misalnya butir pernyataan agar dibuat dalam kalimat positif, kata-kata

“hanya”, “tidak pernah”, “selalu” agar tidak digunakan dan disarankan diganti.

Langkah yang selanjutnya dilakukan oleh peneliti adalah melakukan uji

coba instrument kepada guru BK di kota Bekasi. Uji coba yang dilakukan adalah

untuk melakukan uji keterbacaan instrument dalam rangka menyempurnakan

instrument yang digunakan.

1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Uji Validitas

Pengertian validitas menurut Arikunto (2002: 144) adalah suatu

ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu

instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas

tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas

rendah.

Instrument penelitian ini menggunakan jenis validitas isi. Menurut Azwar

(1997) validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap

isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Pada ketiga

(31)

jawabannya dalam validasi ini adalah “sejauhmana aitem-aitem dalam tes

mencakup keseluruhan kawasan isi (dengan catatan tidak keluar dari batasan

tujuan ukur) objek yang hendak diukur” atau “sejauhmana isi tes mencerminkan

ciri atribut yang hendak diukur”.

b. Uji Reliabilitas

Pengertian reliabilitas instrumen menurut Suharsimi Arikunto (1998:170)

sebagai berikut. Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa

instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu instrumen yang

dapat dipercaya akan mengasilkan data yang dapat dipercaya juga. Instrumen

tersebut dapat menghasilkan data yang sama walaupun datanya diambil

beberapa kali, dengan syarat kondisi saat pengukuran tidak berubah. Menurut

Suharsimi Arikunto (1996:190) untuk mencari reliabilitas instrumen yang

skor butirnya bukan 1 atau 0 melainkan skala bertingkat atau rating scale

digunakan rumus alpha dari Cronbach sebagai berikut:

r11 : reliabilitas intrumen

k : banyaknya butir pernyataan (item)

(32)

Koefisien reliabilitas yang diperoleh selanjutnya dikonsultasikan dengan r

table. Jika r dihitung > r tabel, berarti instrumen tersebut reliable dan siap

digunakan dalam penelitian.

Hasil uji reliabilitas alfa Cronbach butir soal instrumen menggunakan

SPSS 16.0 for Windows sebesar 0.884 (reliabilitas tinggi) yang ditampilkan dalam

tabel 3. Dengan demikian maka reliabilitas hitung (r hitung) lebih besar dari

reliabilitas tabel (r tabel).

Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Cronbach's

Alpha N of Items

,884 81

D. Penentuan Sampel Penelitian

Populasi menurut Furqon (2008) adalah sekumpulan objek, atau orang atau

keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik umum yang sama.

Sedangkan Sugiyono (2007) mendefinisikan populasi sebagai wilayah generalisasi

yang terdiri atas; obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Sehingga yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh guru Bimbingan dan Konseling kota Bekasi.

Sampel dapat didefinisikan sebagai bagian dari suatu populasi. Pada

(33)

(sampel acak sederhana), sehingga semua populasi mempunyai kesempatan yang

sama untuk dipilih menjadi sampel.

Lokasi penelitian ini adalah di wilayah kota Bekasi. Dipilihnya kota

Bekasi sebagai lokasi penelitian dikarenakan adanya keseuaian antara

permasalahan yang dihadapi di kota Bekasi dengan tema yang dimiliki oleh

peneliti. Selain itu peneliti telah memiliki gambaran mengenai lokasi yang akan

menjadi tempat penelitian berlangsung.

Sementara yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah guru

Bimbingan dan Konseling di kota Bekasi.

E. Tahap Penelitian

Upaya untuk mewujudkan penelitian yang terarah, sistematis dan baik,

peneliti berusaha membagi proses pelaksanaan penelitian ke dalam beberapa

tahapan penelitian. Tahapan-tahapan penelitian yang dimaksud tersebut, yaitu:

1. Tahap pralapangan

Peneliti mengadakan survey pendahuluan yang dilakukan selama bulan

November, Desember 2009 dan Januari 2010. Selama proses survey ini peneliti

melakukan penjajagan lapangan (field study) terhadap latar penelitian, mencari

data dan informasi tentang manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif

di kota Bekasi. Peneliti juga menempuh upaya konfirmasi ilmiah melalui

penelusuran literatur buku dan referensi pendukung penelitian.

Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan rancangan penelitian yang

meliputi garis besar metode penelitian yang digunakan dalam melakukan

(34)

administrasi yang dilakukan peneliti meliputi kegiatan yang berkaitan dengan

perijinan kepada pihak yang berwenang dan tahap ini dilaksanakan pada bulan

Februari 2010.

2. Tahap pekerjaan lapangan/Eksperimen

Peneliti pada tahap ini memasuki serta memahami latar penelitian

dalam rangka pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti berusaha untuk

memberikan treatmen penggunaan ICT dalam manajemen bimbingan dan

konseling. Tahap penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai

dengan Mei 2010.

Proses perlakuan (treatment) pada kelompok ekperimen dilaksanakan

selama 10 kali pertemuan. Pertemuan pertama diawali dengan pre test sebagai

sarana untuk melakukan diagnosis dan menentukan urutan pemberian

perlakuan. Lebih lanjut pertemuan dilakukan selama 10 kali pertemuan untuk

perlakuan untuk meningkatkan efektivitas manajemen BK Komprehensif.

Proses Perlakuan selanjutnya ditutup dengan post test.

Materi-materi yang digunakan dalam proses ini secara spesifik adalah

Need Assesment program BK Komprehensif menggunakan Microsoft Excel,

Menghitung Kehadiran siswa menggunakan Microsoft Excel, Aplikasi

Sosiometri menggunakan Microsoft Access, Aplikasi DCM menggunakan

(35)

Secara lebih spesifik proses kegiatan Perlakuan Manajemen BK

Komprehensif berbasis ICT dalam meningkatkan efektivitas manajemen BK

Komprehensif ditampilkan sebagai berikut.

a. Sesi I

Pertemuan pertama yang dilakukan oleh peneliti akan diawali kegiatan pre

test. Kegiatan ini dirancang untuk mendapatkan data mengenai kondisi dan

keadaan dari responden (guru BK) baik dari kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrol. Kegiatan pre test merupakan kegiatan yang sekaligus

menandai dimulainya proses intervensi/ eksperimen. Secara teknis Kegiatan

berisi pemberian instrument manajemen BK Komprehensif yang akan diisi

oleh guru BK (tes)

b. Sesi II

Pertemuan kedua adalah Perencanaan Program BK Komprehensif

menggunakan Need Assesment berbasis ICT. Kegiatan diawali dengan proses

instalasi aplikasi Microsoft Excel yang telah dimodifikasi dengan nama

aplikasi Need Assesment. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan

keterampilan responden (guru BK) dari kelompok eksperimen dalam

membuat perencanaan program BK Komprehensif. Secara Teknis kegiatan

berisi pembuatan perencanaan program BK Komprehensif menggunakan

(36)

c. Sesi III

Pada pertemuan ketiga peneliti memberikan materi membuat database BK

sederhana menggunakan Microsoft Excel. Materi akan diakhiri dengan

praktek membuat database BK sederhana oleh seluruh anggota kelompok.

(seluruh anggota kelompok membawa laptop). Kegiatan ini dirancang untuk

memberikan keterampilan responden (guru BK) dari kelompok eksperimen

dalam membuat database BK sederhana sebagai himpunan data konseli.

d. Sesi IV

Materi pertemuan keempat ini adalah menghitung kehadiran siswa dengan

cepat dan akurat menggunakan aplikasi Microsoft Excel yang dimodifikasi.

Kegiatan ini dirancang untuk memberikan keterampilan guru BK dari

kelompok eksperimen dalam menghitung kehadiran siswa dengan cepat dan

akurat tanpa menyita banyak waktu.

e. Sesi V

Pada sesi ini peneliti memberikan materi tentang penyusunan laporan

sosiometri menggunakan software. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan

keterampilan guru BK dari kelompok eksperimen dalam menampilkan

sosiogram hubungan sosial siswa. Secara teknis kegiatan berisi pemberian

materi dan praktek menggunakan aplikasi sociogram berbasis Microsoft

(37)

f. Sesi VI

Pada Sesi ini peneliti memberikan materi pengolahan Daftar Cek

Masalah (DCM) menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Kegiatan ini

dirancang untuk memberikan keterampilan guru BK dari kelompok

eksperimen dalam mengolah Daftar Cek Masalah (DCM) dan menampilkan

laporannya secara cepat dan akurat.

g. Sesi VII

Kegiatan ini dirancang untuk memberikan keterampilan guru BK dari

kelompok eksperimen dalam menggunakan Multimedia dalam bimbingan

kelompok dan klasikal. Software yang digunakan adalah Microsoft

PowerPoint untuk menampilkan presentasi bimbingan klasikal dan software

Corel Ulead Video Studio 9.0 dan 11.0 untuk mengedit Film dan video.

Anggota kelompok dibekali keterampilan multimedia dalam

menampilkan materi bimbingan klasikal sehingga diharapkan siswa

termotivasi untuk mengikuti bimbingan klasikal karena guru bimbingan dan

konseling menggunakan media yang bervariasi dalam menjelaskan materi.

h. Sesi VIII

Kegiatan ini dirancang untuk memberikan keterampilan guru BK dari

(38)

kelompok dan klasikal. Sesi ini adalah lanjutan dari sesi sebelumnya, namun

perbedaannya pada sesi ini anggota kelompok dibekali materi pembuatan

multimedia bimbingan dan konseling dengan mengkolaborasi dari berbagai

sumber, misalnya dari gambaran kehidupan sehari-hari, film berdurasi pendek

yang dapat diunduh dari berbagai situs di internet, dan lain-lain.

i. Sesi IX

Kegiatan ini dirancang untuk memberikan keterampilan guru BK dari

kelompok eksperimen dalam merancang dan Membuat Media BK berbasis

ICT. Sesi ini dirasa penting mengingat belum banyak guru bimbingan dan

konseling yang menggunakan media bimbingan dan konseling dalam

menunjang dan me-manage program bimbingan dan konseling.

Dengan menggunakan software Microsoft Publisher anggota

kelompok dibekali cara-cara membuat media bimbingan dan konseling yang

menarik, misalnya iklan layanan dan program bimbingan dan konseling yang

ditempel di berbagai tempat strategis di sekolah sehingga diharapkan seluruh

siswa dapat melihat dan membacanya dan pada akhirnya merasakan

kehadiran program bimbingan dan konseling.

j. Sesi X

(39)

3. Tahap analisis data

Tahapan yang ketiga dalam penelitian ini adalah analisis data. Peneliti

dalam tahap ini setelah melakukan serangkaian proses eksperimen dan kemudian

mulai melakukan analisa data kuantitatif hingga interpretasi data yang telah

diperoleh sebelumnya. Selain itu peneliti menempuh proses penelaahan hasil

instrument yang telah dibagikan. Penelaahan tersebut dilakukan setelah peneliti

mendapatkan hasil analisis data. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 dan

dilakukan bersamaan dengan proses konsultasi serta pembimbingan penelitian.

4. Tahap evaluasi dan pelaporan

Pada tahap ini peneliti berusaha melakukan konsultasi dan pembimbingan

dengan dosen pembimbing yang telah ditentukan. Tahap ini dilakukan pada bulan

Juni 2010.

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam metode ilmiah, hal

ini dikarenakan pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan selain untuk

penelitian eksploratif, juga untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Pengumpulan data menurut Nazir (2003:176) adalah prosedur yang sistematis dan

standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Lebih lanjut Moh. Nazir

mengatakan bahwa pengumpulan data tidak lain adalah suatu proses pengadaan

data primer untuk keperluan penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang

dipakai adalah skala sebagai instrumen utama, observasi, dan wawancara sebagai

(40)

a. Skala

Dari macam-macam skala peneliti menggunakan model skala Likert, hal

ini dikarenakan skala likert dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang dalam fenomena sosial Sugiyono 2001:73). Dalam skala Likert

responden diminta untuk menjawab suatu pernyataan dengan alternative pilihan

jawaban yang tergantung dari data penelitian yang diperlukan oleh peneliti.

Masing-masing jawaban dikaitkan dengan nilai berupa angka.

a. Observasi

Menurut Arikunto (1998:146-147) observasi atau pengamatan adalah

kegiatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan

menggunakan sebuah alat indera. Observasi dapat dilakukan dengan cara-cara,

sebagai berikut:

1) Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak

menggunakan instrumen pengamatan.

2) Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan

pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan adalah observasi non

sistematis yang dilakukan dengan tanpa menggunakan pedoman sebagai

instrumen pengamatan.

Peran (role) peneliti dalam melakukan observasi sangat bermacam-macam.

Menurut Spradley (1980, Creswell: 2008) peran (role) dalam observasi sangat

(41)

Peran (role) tersebut pertama adalah observer yang memposisikan diri sebagai

partisipan (Role of a Participant Observer), kedua observer yang tidak ikut

berpartisipan (Role of a Non Participant Observer). Ketiga adalah observer yang

dapat berganti (mengubah diri) atau sering dikenal dengan Changing

Observational Roles. Peran ketiga ini merupakan perpaduan antara posisi observer

berpartispasi dan observer yang tidak ikut berpartisipasi. Peneliti dapat

mengadaptasi peran dalam sesuai dengan konteks situasi dan kondisi yang ada.

Berdasarkan paparan tersebut maka peneliti memilih Changing Observational

Roles. Hal tersebut dikarenakan peneliti berusaha untuk dapat menyesuaikan

dengan situasi dan kondisi yang ada. Hal ini dilakukan untuk dapat memperoleh

data yang akurat dan mendalam mengenai penelitian yang akan dilakukan.

b. Wawancara

Menurut Nazir (2003:193), wawancara adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil tatap muka

antara si pewawancara dengan responden dengan menggunakan panduan

wawancara. Dalam penelitian ini, wawancara ditujukan guru Bimbingan dan

konseling tentang manajemen bimbingan dan konseling komprehensif berbasis

ICT sebelum dilakukan eksperimen dan wawancara untuk mengetahui komentar

(42)

G. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

Analisis data menurut Nasution (2002: 126) yaitu menyusun data agar

dapat ditafsirkan. Adapun tujuan analisis data adalah menyempitkan dan

membatasi penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur dan tersusun

sistematis dan lebih rapi. Teknik analisis data penelitian merupakan salah satu

langkah yang sangat penting dalam proses penelitian, karena disinilah hasil

penelitian akan tampak.

Analisis data mencakup seluruh kegiatan mengklasifikasikan,

menganalisa, memaknai dan menarik kesimpulan dari semua data yang terkumpul

dalam tindakan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data kuantitatif dengan teknik analisis parametrik. Digunakannya statistik

parametris karena data yang digunakan berbentuk interval. Statistik parametris

bekerja dengan asumsi bahwa data yang akan diuji berdistribusi normal.

Peneliti pada tahap selanjutnya (setelah data terkumpul) akan mengolah

data dengan menggunakan uji statistik, sebagai berikut:

a. Data hasil pre tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol akan dianalisis

dengan menghitung rerata dan simpangan baku untuk uji normalitas dan

homogenitas.

b. Data post kelompok eksperimen dan kelompok control akan dianalisis dengan

menghitung rerata dan simpangan baku untuk uji normalitas dan

homogenitas.

(43)

(Penggunaan ICT dalam manajemen BK) dapat membantu efektivitas

manajemen BK dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan

treatmen. Penelitian ini berusaha untuk melakukan pengujian dua buah

(44)

123 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan

hasil penelitian.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut.

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil manajemen bimbingan dan

konseling di kota Bekasi pada taraf memadai. Aspek yang paling tinggi

adalah Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling, tepatnya pada indikator

Koordinasi dengan Guru Mata Pelajaran Data yang terendah pada profil

manajement Bimbingan dan Konseling di Kota Bekasi adalah pada aspek

Pengadministrasian Kegiatan Bimbingan dan Konseling yaitu pada indikator

pencatatan data pribadi siswa teradministrasi dengan baik.

2. Penggunaan ICT dalam manajemen bimbingan dan konseling pada kelompok

eksperimen dapat meningkatkan efektivitas manajemen bimbingan dan

(45)

B. Rekomendasi

1. Bagi sekolah yang akan menerapkan manajemen BK berbasis ICT

Program manajemen bimbingan dan konseling komprehensif berbasis ICT

merupakan hal yang dapat diterapkan pada layanan Bimbingan dan Konseling di

Sekolah. Penggunaan ICT dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja

konselor di sekolah. Guru Bimbingan dan Konseling meningkatkan kompetensi

dalam Bidang ICT untuk dapat meningkatkan kualitas manajemen program

layanan Bimbingan dan Konseling. Secara spesifik yang harus ditingkatkan

menurut penelitian ini adalah pada pengadministrasian program Bimbingan dan

Konseling yaitu pencatatan data pribadi siswa. Pencatatan data pribadi siswa ini

dapat menggunakan program yang berbasis Excel atau program yang telah

dikembangkan yaitu Sistem Informasi Manajemen Bimbingan dan Konseling

(SIM BK).

Kepala sekolah yang ingin memanfaatkan ICT dapat membuat kebijakan

berupa pemberian fasilitas yang lebih memadai dalam ICT bagi guru Bimbingan

dan Konseling. Kepala sekolah dapat mengambil kebijakan untuk memberikan

pelatihan dan instruksi khusus dalam penggunaan ICT untuk manajemen

Bimbingan dan Konseling.

2. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling

Bagi program Studi Bimbingan dan Konseling memastikan ketersediaan

literatur dalam bidang manajemen layanan Bimbingan dan Konseling yang pada

(46)

Konseling dapat memberikan tambahan pengetahuan dan kompetensi konselor

dalam bidang ICT dengan mengintegrasikannya ke dalam mata kuliah Manajemen

Bimbingan dan Konseling.

3. Peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan replikasi penelitian

pada tema manajemen bimbingan dan konseling agar: (a) melakukan penelitian

khusus pada aspek pengarahan, supervisi, dan penilaian kegiatan bimbingan dan

konseling yang belum diteliti. (b) melakukan penelitian pada indikator yang

belum mampu ditingkatkan atau sudah ditingkatkan namun memiliki tingkat yang

(47)

126

DAFTAR PUSTAKA

Ahman, Karnoto, dan Kartadinata, S. (2003). Kubus Tugas Perkembangan: Suatu

Model Rekabangun Tugas Perkembangan Bagi Kepentingan Bimbingan dan Konseling dalam Jurnal Bimbingan dan Konseling Volume VI, No. 11

Mei 2003.

Baker, Stanley B., Edwin R. Gerler Jr. (2004). School Counseling for The

Twenty-First Century, (Fourth ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc.

Boer, Patricia M. (2001). Career Counseling Over The Internet; An Emerging

Model for Trusting and Responding to Online Clients, New Jersey:

Lawrence Erbaum Associates, Publisher

Cavanagh, M. (1982). The Counseling Experience, a Theoretical and Practical

Approach. California: Brooks/ Cole Publishing Company.

Cobia, Debra C & Donna A. Henderson, (2003) Handbook of School Counseling, New Jersey; Merrill Prentice Hall

Cosier, Richard A; Dalton, Dan R, (1993) Management consulting: Planning, entry, performance, Journal of Counseling and Development : JCD; Nov 1993; 72, 2; Tersedia pada ProQuest Education Journals Pg. 191 diakses pada tanggal 20 September 2010

Departemen Pendidikan Nasional. (2007) Penataan Pendidikan Profesional

Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Erford, Bradley T. (2007). Transforming the School Counseling Profession, (Second ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc.

Everard, K.B, Morris, G & Wilson, I. (2004) Effective School Management (Fourth ed.), London, A SAGE Publications Company

Galassi, John P.& Patrick Akos. (2004). Developmental Advocacy: Twenty-First

Century School Counseling dalam Journal of Counseling and Development,

(48)

Gysbers, N. C., & Henderson, P. (2005). Designing, implementing, and managing

a comprehensive school guidance and counseling program. In C. A. Sink

(Ed.), Contemporary school counseling: Theory, research, and practice (pp. 151-188). Boston: Houghton Mifflin.

Gysbers, N. C., & Henderson, P. (2006) Developing and Managing Your School

Guidance and Counseling Program, USA: ACA

Hohenshil, T. H. (2000) High tech counseling, Journal of Counseling and

Development : JCD; Summer 2000; 78, 3; tersedia pada ProQuest

Education Journals diakses pada tanggal 20 September 2010

Juntika Nurihsan, A. (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT Refika Aditama

Kartadinata, S. (2003). Bimbingan dan Konseling Perkembangan: Pendekatan

Alternatif bagi Perbaikan Mutu dan Sistem Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling Sekolah dalam Jurnal Bimbingan dan Konseling Volume VI,

No. 11 Mei 2003.

Loesch, Larry C. & Ritchie, Martin H. (2005). The Accountable School Counselor, Texas: Pro-Ed an International Publisher

Mey, See Ch. (2009). “Innovation in Counseling”. Makalah pada Seminar Internasional Dalam Rangka Kongres XI dan Konvensi Nasional XVI ABKIN, Surabaya

Mary Barros-Bailey and Jodi L. Saunders, Ethics and the Use of Technology in

Rehabilitation Counseling, Rehabil Couns Bull 2010 53: 255 originally

published online 3 May 2010, tersedia pada

http://rcb.sagepub.com/content/53/4/255, diakses pada tanggal 10 September 2010

Mubarok, A. (2009) Psikologi Islam; Kearifan dan Kecerdasan Hidup, Jakarta: The IIIT dan Wahana Aksara Prima

Muro, James J. & Kottman, Terry. (1995). Guidance and Counseling in the

Elementary and Middle Schools. Madison: Brown & Benchmark

(49)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 27 Tahun 2008 Tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Remley Jr., Theodore P., Herlihy, B. (2005). Ethical, Legal, and Professional Issues

in Counseling; (Second ed.), New Jersey: Pearson Prentice Hall

Schellenberg, R. (2008). The New School Counselor, Strategies for Universal

Academic Achievement, Maryland USA, The Rowman & Littlefield

Publishing Group, Inc.

Schmidt, John J. (1993). Counseling in Schools: Essential Services and

Comprehensive Programs. USA: Allyn and Bacon.

Sederholm, Gudrun H. (2003). Counselling Young People in School; Translated

by Anna Yates, London: Jessica Kingsley Publisher

Sprinthall, C. Richard, Norman A. Sprinthall. (1974). Educational Psikology: A

Developmental Approach. Philipine: Addison-Wesley Publishing Company.

Stoner, James A. (1987). Management, London: Prentice-Hall International Inc.

Suherman AS., U. (2010). Manajemen Bimbingan dan Konseling, Bandung, Rizqi Press

Suherman. (Eds). (2008) Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan Konseling, Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Pendidikan Indonesia

Syamsuddin Makmun, A. (2007). Psikologi Kependidikan. (Edisi Revisi) Bandung: Rosda Karya

Terry, George R. (2008) Prinsip-Prinsip Manajemen, Alih bahasa J. Smith DFM. Jakarta, Bumi Aksara

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung

VanZandt, Zark & Jo Hayslip (2001) Developing Your School Counseling

Program; a handbook of systemic Planning, USA: Wadsworth/ Thompson

(50)

Winkel, W.S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Yusuf LN, S.. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizki Press.

______(2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Gambar

Tabel 3.1. Kisi-kisi Aspek Manajemen BK Komprehensif ....................................
Gambar 1.1. Hubungan antara Manajemen, Pengajaran dan Bimbingan dan
Grafik 4.3. Hasil Pretest Kelompok Kontrol ..........................................................
Gambar 1.1. Hubungan antara Manajemen, Pengajaran dan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Descriptive text diartikan sebagai sebuah teks bahasa Inggris untuk mengggmbarkan seperti apa benda atau mahluk hidup yang kita deskripsikan, baik

[r]

dalam website ini terdapat pemborosan yaitu ada banyak berita yang sama pada satu halaman website dan website inipun tidak konsisten dalam menggunakan

Secara umum hasil penelitian ini mendukung beberapa penelitian terdahulu (Ariawati, 2005; Hafsah, 2004; Okpara, 2011; Rosid, 1998; Sulistio dan Mansur, 2010, Urata, 2000)

meningkatkan kemampuan sumber daya perusahaan dalam menetapkan strategi bisnis yang bermanfaat bagi perusahaan sehingga perusahaan memiliki keunikan dan keunggulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung limbah udang fermentasi berpengaruh nyata terhadap kadar lemak kasar dan kolesterol telur puyuh

Dalam penelitiannya terhadap 98 sampel usaha kecil menengah, ia juga mengemukakan terdapat variabel moderator yang mengontrol hubungan antara tingkat inovasi dengan

TAHUN ANGGARAN 2017 PEMERINTAH DESA PULOSARI LAPORAN REALISASI PELAKSANAAN. KODE REK