• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT KESIAPSIAGAAN KELUARGA MENGHADAPI PREDIKSI GEMPA DAN TSUNAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN KEPALA KELUARGA DI KELURAHAN BELAKANG TANGSI KECAMATAN PADANG BARAT KOTA PADANG TAHUN 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT KESIAPSIAGAAN KELUARGA MENGHADAPI PREDIKSI GEMPA DAN TSUNAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN KEPALA KELUARGA DI KELURAHAN BELAKANG TANGSI KECAMATAN PADANG BARAT KOTA PADANG TAHUN 2012."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ii

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KESIAPSIAGAAN KELUARGA MENGHADAPI

PREDIKSI GEMPA DAN TSUNAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN

KEPALA KELUARGA DI KELURAHAN BELAKANG TANGSI

KECAMATAN PADANG BARAT KOTA PADANG

TAHUN 2012

Penelitian Keperawatan Jiwa

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

YOVIANA YAZID

0810322025

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan ... 16

5. Kecemasan Berkaitan dengan Bencana.. ... 17

B. Bencana Gempa Bumi dan Tsunami ... 19

1. Definisi Gempa Bumi ... 19

2. Penyebab Gempa Bumi ... 20

(3)

x

4. Defenisi Tsunami ... 21

5. Penyebab Tsunami.. ... 22

6. Dampak Tsunami.. ... 22

C. Kesiapsiagaan ... 23

1. Pengertian Kesiapsiagaan ... 23

2. Stakeholders Kesiapsiagaan Bencana ... 26

3. Faktor Kritis Kesiapsiagaan ... 28

4. Parameter Kesiapsiagaan Bencana ... 28

5. Kesiapsiagaan Keluarga ... 31

6. Tingkatan Kesiapsiagaan.. ... 39

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 40

B. Hipotesis ... 41

BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42

B. Populasi dan Sampel ... 43

1. Populasi ... 42

2. Sampel ... 43

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

D. Variabel dan Defenisi Operasional ... 46

E. Instrumen Penelitian.. ... 47

F. Etika Penelitian.. ... 50

(4)

xi

H. Analisis Data.. ... 52 BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum penelitian ... 53 B. Analisa univariat ... 54 C. Analisa bivariat ... 56 BAB VI PEMBAHASAN

A. Analisa univariat ... 57 B. Analisa bivariat ... 63 BAB VII PENUTUP

(5)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal penelitian ... 72

Lampiran 2. Surat izin pengambilan data dan penelitian ... 73

Lampiran 3. Rencana Anggaran Penelitian ... 76

Lampiran 4. Lembar konsul proposal ... 77

Lampiran 5. Lembar konsul skripsi ... 78

Lampiran 6. Lembar Permohonan Menjadi Subjek Penelitian ... 80

Lampiran 7. Lembar Pernyataan Menjadi Subjek Penelitian... 81

Lampiran 8. Kisi-kisi kuisioner... 82

Lampiran 9. Kuisioner penelitian ... 86

Lampiran 10.Master tabel ... 95

Lampiran 11.Output analisa data ... 101

(6)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Variabel dan Defenisi Operasional ... 46 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Kepala

Keluarga di Kelurahan Belakang Tangsi Kecamatan Padang Barat Kota Padang Tahun 2012 ... 54 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kesiapsiagaan

Kepala Keluarga di Kelurahan Belakang Tangsi Kecamatan Padang Barat Kota Padang Tahun 2012 ... 55 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kesiapsiagaan

Kepala Keluarga di Kelurahan Belakang Tangsi Kecamatan Padang Barat Kota Padang Tahun 2012 ... 55 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Tingkat

(7)

vii ABSTRAK

Kota Padang diprediksikan sebagai kota di dunia yang memiliki dampak terparah jika terjadi tsunami. Ancaman tsunami membuat masyarakat berada dalam kecemasan. Masyarakat yang mengabaikan kesiapsiagaan seringkali ditemukan panik saat terjadi gempa. Pada penelitian ini Kelurahan Belakang Tangsi dipilih sebagai lokasi secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan seluruh wilayah Belakang Tangsi masuk zona merah tsunami dengan jumlah penduduk mencapai 4579 jiwa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi prediksi gempa dan tsunami dengan tingkat kecemasan kepala keluarga. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai Agustus tahun 2012. Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi sebanyak 794 kepala keluarga dan jumlah sampel sebanyak 86 orang. Teknik pengambilan sampel adalah Proportional Stratified Random Sampling. Data diperoleh dari kuisioner dan diolah dengan menggunakan statistik uji chi-square

dengan derajat kemaknaan () = 0,05. Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil: Sebanyak 57% keluarga tidak siap, dan 48,8% kepala keluarga mengalami kecemasan ringan. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat kesiapsiagaan dengan tingkat kecemasan (p= 0,002). Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa upaya peningkatan kesiapsiagaan masyarakat sangat diperlukan. Hal tersebut dapat dilakukan melalui sosialisasi dan pelatihan/simulasi secara berkelanjutan.

(8)

viii ABSTRACT

Padang City is predicted as the city in the world that will get the worst effect of tsunami. The threatening of tsunami makes people living in the anxiety. People that ignore about preparedness are often found in panic for a moment of the earthquake. In this research, Belakang Tangsi village was chosen because the whole area is on the prone tsunami area which population amounting to 4579 people. The purpose of this research was to determine association between the preparedness with the anxiety level. The research was conducted from February to August 2012. The type of this research is analytic descriptive with Cross Sectional Study. The population is head of family large of 794. The sampling technique is Proportional Stratified Random Sampling with the sample large of 86 respondents. The data was collected using a questionnaire and being analyzed with chi-square statistic which degrees of significance () = 0.05. The result show that 57% respondents are not prepared and 48,8 % are in the low anxiety level. The result of bivariate test showed that there is

significant association between the household preparedness with the head of family’s

anxiety level (p= 0,002). This research concluded that the preparedness have to be increased. It can be made by socialization and regularly training/simulation.

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia disebut sebagai Negara kaya bencana gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi (Prasetya dkk., 2006). Di antara semua bencana alam, gempa bumi biasanya dianggap sebagai bencana yang paling menakutkan dan menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba yang disebabkan oleh patahan dan pergeseran lapisan batuan di bawah permukaan bumi (Veenema, 2007). Gempa bumi bisa menimbulkan dampak, di antaranya dampak yang paling besar adalah tsunami. Dalam istilah yang paling sederhana, tsunami adalah serangkaian gelombang laut yang umumnya paling sering diakibatkan oleh gerakan – gerakan dahsyat di dasar laut. Gempa bumi bila disertai tsunami dapat menjadi bencana yang besar dan mematikan ( Prasetya dkk., 2006).

(10)

2

Salah satu pulau di Indonesia yang dilalui jalur gempa dunia adalah Sumatera. Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu Priovinsi yang terdapat pada pulau Sumatera yang diapit oleh dua pusat gempa utama yaitu patahan semangka yang berada di sepanjang Bukit Barisan dan zona subduksi yaitu pertemuan Lempeng Indo‐Australia dengan Lempeng Eurasia ±250 km dari garis pantai ke arah barat. Provinsi ini juga memiliki empat buah gunung berapi aktif (Bappenas, 2007).

Para ahli gempa dari seluruh dunia secara dini menyatakan bahwa ratusan ribu jiwa penduduk berada dalam ancaman gempa bumi raksasa dan tsunami pada masa yang akan datang di Provinsi Sumatera Barat. Bahkan para ilmuwan dari beberapa universitas terkemuka di Jepang seperti Tokyo University, Kyoto

(11)

3

Pada tanggal 23 April 2012, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengeluarkan surat edaran No. 360/374/KL-BPBD/IV-2012 tentang ‘Status Siaga

Darurat Gempa bumi dan Tsunami Wilayah Sumatera Barat’ untuk tujuh

Kabupaten/Kota di wilayah Sumatera Barat khususnya di daerah pesisir. Kota Padang termasuk salah satu dari tujuh Kabupaten/Kota tersebut. Status siaga itu efek dari gempa 11 April 2012 di sekitar pulau Simeulue, Aceh dengan kekuatan 8,5 SR dikhawatirkan akan berdampak zona subduksi dan megatrust di Kepulauan Mentawai terutama pada seismic gap di Siberut. (Akbar, 2012).

Menyikapi hal tersebut maka yang perlu mendapat perhatian adalah penduduk yang tinggal di zona merah tsunami, yaitu mereka yang bermukim di tepi pantai, hingga 5 meter di atas permukaan laut (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006). Di antara tujuh Kabupaten/Kota di Sumatera Barat yang masuk zona merah tsunami tersebut, Kota Padang memiliki jumlah warga terbesar yang bermukim di zona merah yaitu mencapai 380.402 orang (Rusman, 2010). Dengan kata lain pemukiman penduduk terfokus di sekitar pantai, bila diterjang oleh gelombang tsunami dengan ketinggian 5-8 meter akan menelan banyak korban, apalagi di daerah itu untuk penyelamatan diri sangat sulit (Alhadi, 2011).

(12)

4

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang (2011) diketahui bahwa

hanya tujuh kecamatan yang masuk zona merah tsunami yaitu kecamatan Padang Utara, Padang Timur, Padang Barat, Padang Selatan, Nanggalo, Lubuk Begalung, dan Koto Tangah. Untuk angka kepadatan penduduknya, wilayah dengan kepadatan tertinggi adalah Padang Timur, Padang Barat dan Padang Utara masing-masing mencapai 9.991, 8346 dan 8.819 jiwa per Km².

Untuk wilayah dalam kota, Kecamatan Padang Barat mempunyai penduduk yang tinggal di zona rawan cukup besar, yaitu mencapai 63.000 jiwa (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006). Jika melihat kepada peristiwa gempa 30 September 2009 lalu, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang (2010) Kecamatan Padang Barat merupakan kecamatan yang memiliki korban meninggal terbanyak yaitu sebanyak 81 orang, disusul Padang Timur sebanyak 41 orang, Lubeg sebanyak 40 orang, Padang Selatan 35 orang, dan Nanggalo sebanyak 27 orang. Banyaknya penduduk yang tinggal di lokasi rawan bencana semakin meningkatkan pentingnya kesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana. Menurut Harkunti (2009 dikutip dari DIESEMAS ITB, 2009) Secara holistik kesiapsiagaan merupakan tingkat kesiapan (readiness) dan kemampuan (ability) dari suatu masyarakat untuk fase pra-bencana pada saat ancaman bencana akan terjadi. Upaya kesiapsiagaan tersebut dilaksanakan pada situasi dimana terdapat potensi terjadinya bencana (DEPKES, 2007).

(13)

5

kesiapsiagaan rumah tangga di kota Padang adalah 56 yang masuk dalam kategori hampir siap. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Mayasari (2011) yang menunjukkan masih rendahnya kesiapan (readiness) dan kemampuan (ability) masyarakat dalam menghadapi ancaman gampa di Kelurahan Purus Kecamatan Padang Barat Kota Padang. Hal serupa juga didapatkan pada penelitian Alhadi (2011) dimana diperoleh upaya Pemerintah Kota Padang untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana gempa dan tsunami secara umum belum mencapai hasil yang diinginkan.

Menurut Triutomo (2007) di Indonesia masih banyak penduduk yang menganggap bahwa bencana merupakan suatu takdir. Sehingga tidak perlu lagi berusaha untuk mengambil langkah-langkah pencegahan atau penanggulangan. Ditambah dengan siklus kejadian bencana yang cukup lama, dan upaya untuk menyediakan media bagi pembelajaran bencana untuk masyarakat, individu/keluarga belum terencana dengan baik, mengakibatkan masyarakat selalu panik dan tidak siap saat terjadi bencana. (PSB-UGM, 2008).

(14)

6

Ketika terjadi gempa bumi pada tanggal 30 September 2009 yang berdampak pada 10 Kabupaten/Kota. Jumlah korban 1.195 orang meninggal. Kerusakan rumah lebih 249.000 dan kerusakan infrastruktur sosial ekonomi yang parah. Akibatnya masyarakat menjadi trauma dan merasa tidak aman terhadap kehidupan yang akan datang (RPJMD, 2011). Terutama Paska publikasi media mengenai Surat Edaran Gubernur tentang status siaga darurat Kota Padang, menimbulkan keresahan masyarakat Kota Padang terutama yang bermukim di wilayah zona merah tsunami. Masyarakat menjadi cemas dan takut (Wibisono, 2012). Selain itu, Rizanto (2012 dikutip dari Diani, 2012) juga mengemukakan

hal serupa “ kita sangat cemas menghadapi bencana besar yang akan terjadi itu

sebab kita khawatir pemerintah tidak siap melindungi 1,2 juta masyarakatnya

yang berada di zona berbahaya dan terancam disapu tsunami” .

Menurut dr Nova Riyanti, Sp.Kj (2011 dikutip dari Ramadani, 2011) sebanyak 70-80% orang yang mengalami peristiwa traumatik akibat bencana alam akan memunculkan gejala-gejala distress mental seperti ketakutan, panik, berduka, gangguan tidur, dan lain-lain. Dari keseluruhan korban bencana walaupun pada awal bencana hampir semua mengalami distress mental, hanya sekitar 20-30% saja yang akan mengalami gangguan jiwa berat. Ada banyak gangguan jiwa yang dapat terjadi setelah trauma atau bencana, salah satunya adalah kecemasan.

(15)

7

dapat diukur berdasarkan respon atau gejala yang dialami. Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui respon fisiologis dan prilaku (Stuart & Sundeen, 1998 dikutip dari Kurniawati, 2008), sedangkan respon emosi dapat diamati melaui ekspresi wajah, sikap tubuh dan tingkah laku (Nursalam, 2005 dikutip dari Kurniawati, 2008). Peristiwa traumatik merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya kecemasan (Suliswati, 2005).

(16)

8

Survei pendahuluan yang peneliti lakukan di Kelurahan Belakang Tangsi pada tanggal 4 Februari 2012, dilakukan dengan cara mewawancarai 12 orang kepala keluarga. Dari 12 orang tersebut, sebanyak 7 orang diantaranya menyatakan belum melakukan persiapan untuk mengahadapi gempa dan tsunami seperti mencari informasi, membuat rencana evakuasi, menentukan titik pertemuan, dan menyiapkan keperluan untuk kondisi darurat seperti makanan, minuman, dan obat-obatan. Sedangkan 4 orang lainnya menyatakan telah melakukan persiapan. Dari 7 orang yang tidak membuat persiapan tersebut, ada 3 orang yang menyatakan tidak mengalami kecemasan. Sementara dari 4 orang yang telah melakukan persiapan, semuanya mengatakan mengalami kecemasan. Melihat fenomena ini, penulis merasakan perlu untuk dilakukan penelitian tingkat kesiapsiagaan keluarga menghadapi prediksi gempa dan tsunami serta hubungannya terhadap tingkat kecemasan kepala keluarga di Kelurahan Belakang tangsi Kecamatan Padang Barat Kota Padang tahun 2012.

B. Rumusan masalah

(17)

9

C. Tujuan penelitian:

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan tingkat kesiapsiagaan keluarga dalam mengahadapi prediksi gempa dan tsunami dengan tingkat kecemasan kepala keluarga di Kelurahan Belakang Tangsi Kecamatan Padang Barat Kota Padang tahun 2012.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat kesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi prediksi gempa dan tsunami di Kelurahan Belakang Tangsi Kecamatan Padang Barat Kota Padang tahun 2012.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat kecemasan kepala keluarga di Kelurahan Belakang Tangsi Kecamatan Padang Barat Kota Padang tahun 2012.

(18)

10

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kesiapsiagaan yang telah dilakukan masyarakat di tingkat keluarga untuk menghadapi prediksi gempa dan tsunami serta hubungannya dengan tingkat kecemasan yang dirasakan sehingga dapat digunakan untuk masukan bagi masyarakat dan pihak berwenang dalam rangka meningkatkan upaya-upaya bagi terwujudnya masyarakat yang siap siaga terhadap bencana.

2. Bagi keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan bencana tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi gempa dan tsunami.

3. Instansi terkait

Sebagai bahan masukan atau informasi tentang tingkat kesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi prediksi gempa dan tsunami serta tingkat kecemasannya sehingga instansi dapat meningkatkan upaya kesiapsiagaan.

4. Bidang riset penelitian

Referensi

Dokumen terkait

The uniqueness of the study lies in the creation of baseline geo-spatial data on vegetation types using multi-temporal satellite remote sensing data (IRS LISS III), deriving

Demikian pernyataan ini dibuat dengan melampirkan hasil penilaian kinerja dan bukti fisik masing-masing, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.. Cianjur, Desember 2012 Kepala

 Kawasan industri generasi ketiga diharapkan mampu menjawab berbagai kekurangan dari konsep kawasan industri sebelumnya, sehingga diperoleh pembangunan daya saing industri

Adapun fungsi pada A = {bilangan asli} yang didefinisikan dengan f(x) = 2x adalah fungsi satu-satu, sebab kelipatan dua dari setiap dua bilangan yang

kami sampaikan Peringkat Teknis Peserta Penawaran E-Seleksi Umum Pengawasan Teknik Pekerjaan Peningkatan Kapasitas Transaksi Gerbang Tol Cikarang Utama dan Penambahan

Di ibusawat ALCATEL pula, telah dipelajari tentang subsistem yang terdapat di dalam ibusawat dan membaca Number Equipment (NE) yang berada di ibusawat ALCATEL yang mana ianya

Kelemahan-kelemahan itu antara lain berkenaan dengan: (1) jumlah dan mutu arkeolog Indonesia yang berpendidikan arkeologi bawah air jauh dari memadai (2) pengetahuan teoritis

[r]