• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL CONNECTED PADA MATERI KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ILMIAH SISWA MTS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL CONNECTED PADA MATERI KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ILMIAH SISWA MTS."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Hal.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian………... 7

C. Batasan Masalah ………... 8

D. Tujuan………...……...………. 9

E Manfaat Penelitian……… F. Asumsi ..………..……… G. Hipotesis.………... 10 10 10 BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL CONNECTED, PENGUASAAN KONSEP KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN, DAN SIKAP ILMIAH SISWA... 11

A. Pembelajaran Terpadu Model Connected... 11

B. Pembelajaran Kooperatif... 20

C. Penguasaan Konsep…………...……… 26

D. Sikap Ilmiah……….. 30

E. Tinjauan Pembelajaran Kependudukan dan Lingkungan………... 35

F. Penelitian Lain yang Relevan……… 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………. 48

A. Definisi Operasional ………. 48

B. Metode dan Desain Penelitian ………...………... 50

(2)

F. Analisis Data Penelitian ... 65

G. Alur Penelitian………... 69

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 70

A. Hasil Penelitian ……… 70

1. Penguasaan Konsep Terhadap Materi Kependudukan dan Lingkungan………. 70

2. Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Materi Kependudukan dan Lingkungan………. 78

3. Tanggapan Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran Materi Kependudukan dan Lingkungan………. 86

B. Pembahasan ………. 88

1. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa………. 88

2. Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa……… 96

3. Tanggapan Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran……….. 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 106

A. Kesimpulan ……….. 106

B. Keterbatasan Penelitian……….. 107

C. Saran ………. 108

DAFTAR PUSTAKA ……….. 109

(3)

Tabel Hal.

2.1 Sintaks Pembelajaran Terpadu... 18

2.2 Sintaks Pembelajaran Kooperatif... 24

2.3 Kategori dan Subkategori Dimensi Kognitif Taksonomi Bloom... 27

2.4 Pedoman Pemberian Skor Jawaban Pernyataan Sikap Ilmiah.. 35

2.5 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas VII... 36

3.1 Desain Penelitian static group pretest-postest design... 51

3.2 Pedoman Pemberian Skor Jawaban Pernyataan Sikap Ilmiah.. 52

3.3 Interpretasi Indeks Validitas Soal………. 54

3.4 Interpretasi Indeks Reliabilitas Soal………... 55

3.5 Interpretasi Indeks Daya Pembeda Soal………... 56

3.6 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran Soal...……….. 56

3.7 Hasil Uji Coba Penguasaan Konsep………. 60

3.8 Hasil Uji Coba Sikap Ilmiah Siswa……….. 62

3.9 Kategori Peningkatan Belajar Berdasarkan Indeks Gain…….. 66

3.10 Rekapitulasi Uji Prasyarat………. 68

4.1 Statistik Deskriptif Nilai Pretes dan Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………. 70

4.2 N-Gain Penguasaan Konsep Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 71

4.3 Hasil Uji Normalitas Pretes dan Postes Penguasaan Konsep pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 72

4.4 Hasil Uji Homogenitas Pretes dan Postes Penguasaan Konsep pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 73

(4)

4.7 Hasil Uji Coba Perbedaan Dua Rata-rata N-gain Penguasaan

Konsep pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 76

4.8 N-gain Ranah Kognitif Penguasaan Kognitif Penguasaan

Konsep Siswa... 77

4.9 Statistik Deskriptif Nilai Awal dan Nilai Akhir Sikap Ilmiah

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 78

4.10 N-Gain ternormalisasi Sikap Ilmiah Siswa Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol... 79

4.11 Hasil Uji Normalitas Skor Awal dan Skor Akhir Sikap Ilmiah

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 80

4.12 Hasil Uji Homogenitas Skor Awal dan Skor Akhir Sikap

Ilmiah Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 81

4.13 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Skor Awal Sikap Ilmiah

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 83

4.14 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Skor Akhir Sikap Ilmiah

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 83

4.15 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata N-gain Sikap Ilmiah

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 84

4.16 N-gain Setiap Indikator Sikap Ilmiah Siswa... 85

4.17 Tanggapan Siswa Setelah Dilakukan Pembelajaran pada

(5)

Gambar Hal.

2.1 Pembelajaran Terpadu Model Connected………. 16

2.2 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu... 18

3.1 Bagan Alur Penelitian... 69

4.1 Rata-Rata Nilai Pretes Dan Postes Kelas Eksperimen Dan

Kelas Kontrol... 71

4.2 Nilai N-Gain Setiap Kategori Ranah Kognitif... 78

4.3 Nilai Rata-Rata Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol dalam Skala 0-3... 79

4.4 Grafik Sikap Ilmiah Siswa untuk Setiap Indikator... 86

(6)

Lampiran Hal.

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen……… 115

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol……….. 133

B.1 Hasil Uji Coba Instrumen Penguasaan Konsep……….. 149

B.2 Hasil Uji Coba Instrumen Skala Sikap Ilmiah………. 158

C.1 Instrumen Penelitian Penguasaan Konsep………... 168

C.2 Instrumen Penelitian Sikap Ilmiah Siswa……… 178

C.3 Instrumen Penelitian Angket Respon Siswa……… 179

D.1 Hasil Penelitian Penguasaan Konsep……….. 180

D.2 Hasil Penelitian Sikap Ilmiah Siswa……… 185

E.1 Analisis Data Penguasaan Konsep……….. 190

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Majunya suatu negara sangat ditentukan oleh majunya pendidikan di negara

tersebut. Pada era globalisasi saat ini, seluruh negara di dunia berusaha melakukan

pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

oleh negara Indonesia, yaitu dengan melakukan perbaikan kurikulum yang

disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

maju. Adapun tujuan pendidikan nasional di Indonesia yang tertuang dalam

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab (Puskur, 2010).

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu pendidikan

yang memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber

daya manusia yang berkualitas sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional

dalam menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga

IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

(8)

2004) bahwa pembelajaran IPA mengandung empat hal yaitu konten atau produk,

proses atau metode, sikap, dan teknologi. Dari pernyataan tersebut maka sangat

penting untuk menyelenggarakan pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa

untuk mengalami dan memahami IPA sebagai produk, proses, sikap, dan

teknologi.

Penetapan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) saat ini merupakan salah

satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dengan penetapan

KTSP saat ini, sekolah beserta perangkatnya diberi wewenang untuk menyusun

kurikulum sesuai dengan kondisi dan potensi sekolahnya masing-masing. Salah

satu implikasi darikurikulum KTSP ini pada tingkat SMP/MTs adalah adanya

perubahan pendekatan pembelajaran IPA di mana dalam pembelajaran IPA

tersebut menggunakan pendekatan terpadu, berbeda dengan kurikulum

sebelumnya yang diajarkan secara terpisah. IPA Terpadu untuk jenjang SMP dan

MTs meliputi disiplin ilmu Kimia, Fisika, dan Biologi (Puskur, 2006).

IPA Terpadu merupakan pembelajaran IPA yang disajikan sebagai satu

kesatuan yang tidak terpisahkan, artinya siswa tidak belajar ilmu Fisika, Biologi,

dan Kimia secara terpisah sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan

semua diramu dalam kesatuan (Salirawati, 2009). Pembelajaran IPAsecara

terpadudirasa sesuai untuk diberikan kepada siswa karena selaras dengan

pengalaman hidup siswa yang bersifat kompleks dan terpadu, yakni menyangkut

berbagai aspek yang saling terkait (Depdiknas, 2004). Kegiatan pembelajaran

(9)

dipahami dan menjadi pembelajaran yang bermakna bagi siswa karena proses

pembelajaran tersebut sesuai dengan realita kehidupan.

Selain itu, pembelajaran IPA terpadu juga dirasa lebih sesuai apabila kita

memperhatikan dan mempertimbangkan tingkat berfikir siswa SMP/MTs.

Menurut Piaget (Dahar, 2011), terdapat hubungan fungsional antara tindakan

fisik, tindakan mental dan perkembangan berpikir logis. Setiap individu

mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual yaitu sensori-motor (0-2

tahun), pra-operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-11 tahun), dan operasi

formal (>11 tahun). Berdasarkan perkembangan intelektual tersebut maka siswa

SMP/MTs kelas VII yang rata-rata berusia 12-13 tahun termasuk kategori formal

awal di mana siswa berada pada masa peralihan dari berpikir konkret ke abstrak.

Siswa pada masa tersebut mulai dapat berpikir secara abstrak namun masih dalam

tahap awal sehingga masih diperlukan bantuan yang sifatnya nyata atau dapat

diamati dengan panca indera sehingga dapat menjembatani siswa dalam

memahami konsep yang bersifat abstrak.Menurut Trianto (2011), pembelajaran

IPA terpadudapat memfasilitasi fase peralihan yang dialami siswa dengan

memberikan gambaran nyata melalui pembelajaran yang saling berkaitan antara

satu konsep dengan konsep yang lain sehingga terbentuk suatu pengetahuan yang

utuh. Hal ini selaras Ausubelyang menyatakan bahwa belajar akan bermakna jika

anak didik dapat mengaitkan konsep yang dipelajari dengan konsep yang sudah

ada dalam struktur kognitifnya danpernyataan Bruner yang menyatakan bahwa

belajar akan berhasil lebih baik jika selalu dihubungkan dengan kehidupan orang

(10)

ini selanjutnya diharapkan dapat menjadi bekal siswa untuk memecahkan masalah

dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-hari (Rustaman, 2004). Hal ini selaras

dengan pernyataan Dahar (2011) bahwa konsep-konsep merupakan batu-batu

pembangun (building blocks) dalam berpikir yang merupakan dasar bagi

proses-proses mental yang lebih tinggi untuk memutuskan prinsip-prinsip dan

generalisasi-generalisasi.

Adapun kenyataan yang terjadi di lapangan. pelaksanaan pembelajaran IPA

terpadu belum sepenuhnya terlaksana. Meski sudah menjadi IPA terpadu namun

kenyataan dalam pelaksanaannya masih dilakukan secara terpisah. Menurut

Salirawati (2009), guru yang mengajar IPA di SMP/MTsadalah guru lulusan

Pendidikan Fisika, Biologi, dan Kimia yang terpisah, maka dalam praktiknya

pembelajaran IPA terpadu yang dimaksud dalam kurikulum mengalami banyak

kendala. Selama ini guru IPA di sekolah telah terbiasa dengan pembagian tugas

sebagai guru Fisika, guru Kimia dan guru Biologi. Dengan adanya IPA terpadu

membuat guru IPA harus dapat mengajarkan Fisika, Kimia, dan Biologi secara

terpadu. Menurut Indrawati (2009), alasan yang sering dikemukakan oleh para

guru untuk tidak menerapkan pembelajaran IPA terpadu adalah keterbatasan

alokasi waktu persiapan pembelajaran, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah

peserta didik tiap kelas yang terlalu banyak. Pada jenjang SD, guru kelas masih

memungkinkan untuk bekerja sendiri namun memerlukan waktu yang relatif lama

dalam mempersiapkan pembelajaran terpadu. Pada jenjang SMP dan SMA, guru

Biologi, Kimia, Fisika memungkinkan adanya kerja sama namun di lapangan para

(11)

kemampuan guru IPA dalam mengintegrasikan antar mata pelajaran, pokok

bahasan ataupun pada sub pokok bahasan masih sangat terbatas, sehingga

perlunya pengetahuan khusus tentang perancangan pembelajaran terpadu.

Selain belum dapat terlaksananya pembelajaran IPA secara terpadu,

pembelajaran IPA saat ini cenderung berorientasi pada tes atau ujian (Puskur,

2010). Berdasarkan hasil tes PISA (Program for International Student

Assessment) tahun 2009 dengan peserta 65 negara, Indonesia berada pada

peringkat ke-60 untuk sains (Balitbang, 2012). Adapun tiga hasil studi

internasional sebelumnya yang telah dilakukan yaitu PIRLS 2006, PISA 2006 dan

TIMSS 2007 diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan siswa Indonesia untuk

bidang sains, matematika dan membaca berada di bawah rata-rata skor

internasional dan hampir tidak ada yang dapat menjawab soal-soal yang menuntut

pemikiran tingkat tinggi dalam memecahkan suatu masalah (Tandrio, 2012). Hal

ini senada dengan temuan Sliming (dalam Wahidin, 2006) yang menyatakan

bahwa siswa hanya menghapal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep

tersebut dalam kehidupan nyata.

Kondisi siswa yang hanya menghapal dan kurang mampu menggunakan

konsep inisecara tidak langsung berdampak pada sikap siswa dalam kehidupan

sehari-hari. Salah satu contoh perilaku buruk yang saat ini terjadi yaitu aktivitas

manusia yang kurang bertanggung jawab terhadap lingkungan dengan membuka

lahan untuk perkebunan kelapa sawit, pertambangan dan pemukiman penduduk

tanpa memikirkan dampak yang terjadi terhadap lingkungan di sekitarnya

(12)

attitude) di sekolah diduga dapat menjadi salah satupenyebab buruknya sikap

manusia karena sikap ilmiah dalam kegiatan pembelajaran memiliki peran dalam

membangun karakter siswa (Rustaman, 2010).

Keadaan masyarakat dan lingkungan yang semakin memprihatinkan saat ini

sebetulnya dapat diatasi sejak dini melalui pembelajaran IPA. Hal ini sejalan

dengan pernyataan DIKTI (dalam Uno & Mohamad, 2011) yaitu penanaman

pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya menjaga kelestarian kualitas

lingkungan sangat baik apabila mulai diterapkan melalui pendidikan pada anak.

Materi yang berhubungan dengan kependudukan dan lingkungan telah mulai

diajarkan untuk siswa tingkat SMP/MTs kelas VII pada mata pelajaran IPA.

Materi ini penting untuk diajarkan sejak dini dari beberapa sudut pandang yang

berbeda yang diterapkan dalam pembelajaran IPA terpadu pada siswa agar siswa

lebih memahami peran siswa sebagai salah satu komponen ekosistem dan dapat

bertindak lebih bijak terhadap lingkungan di sekitar melalui penumbuhkembangan

sikap ilmiah dalam kegiatan pembelajaran.Hal tersebut selaras dengan pernyataan

Trianto (2011), pemahaman konsep yang baik dari beberapa sudut pandang dapat

membuat siswa lebih bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada

di depan mereka. Adapun pembelajaran IPA yang biasa dilakukan di sekolah

adalah pembelajaran yang belum memadukan Biologi, Kimia, Fisika dalam satu

kesatuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Hal ini

mengakibatkan pembelajaran tersebut masih bersifat hafalan konsep, siswa kurang

mampu melihat hubungan antar konsep, dan kurang menumbuhkan sikap ilmiah

(13)

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka dilakukan sebuah

penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran IPA

terpadu dengan model connected terhadap penguasaan konsep dan sikap ilmiah

siswa. Model connected dipilih karena menurut Rustaman (2004), model

connected merupakan salah satu model pengintegrasian yang cocok untuk

diterapkan di Indonesia dan sesuai dengan kurikulum pendidikan yang ada di

Indonesia. Penelitian ini diberi judul “Pengaruh Pembelajaran IPA Terpadu Model Connected pada Materi Kependudukan dan Lingkungan Terhadap Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa MTs”.

B. Rumusan Masalah Dan Pertanyaan Penelitian

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah penguasaan

konsep dan sikap ilmiah siswa setelah mendapatkan model pembelajaran IPA terpadu dengan model connected dan model pembelajaran kooperatif pada materi kependudukan dan lingkungan?”. Rumusan masalah tersebut dijabarkan lebih rinci dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran IPA terpadu dengan model

connected dan model pembelajaran kooperatif terhadap penguasaan konsep

siswa?

2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran IPA terpadu dengan model

connected dan model pembelajaran kooperatif terhadap sikap ilmiah siswa?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap model pembelajaran IPA terpadu

dengan model connected dan model pembelajaran kooperatif dalam materi

(14)

C. Batasan Masalah Penelitian

Untuk lebih mengarahkan penelitian maka peneliti membatasi permasalahan

sebagai berikut:

1. Penguasaan konsep yang akan diukur adalah ranah kognitif berdasarkan

klasifikasi hasil belajar dari revisi taksonomi Bloom dengan jenis

pengetahuan faktual dan konseptual (Anderson, 2001) yang diuji dengan soal

pilihan ganda. Adapun tipe soal yang digunakan adalah soal jenjang C1

(mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan), C4 (menganalisis), C5

(mengevaluasi), dan C6 (mencipta).

2. Sikap ilmiah yang akan diukur adalah sikap yang berkaitan dengan

pengalaman belajar. Sikap ilmiah tersebut diukur berdasarkan indikator sikap

ilmiah menurut Carin (1997) yang meliputi memupuk rasa ingin tahu (being

curious) dalam memahami dunia sekitarnya, mengutamakan bukti dalam arti

kesimpulan yang diperoleh perlu ditunjang oleh bukti empiris yang berkaitan

dengan fakta, skeptis terhadap pendapat dari orang lain, menerima perbedaan

dan menghormati pandangan yang berbeda, dapat bekerja sama, bersikap

positif terhadap kegagalan. Sikap ilmiah siswa akan diukur menggunakan

skala sikap yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif.

3. Model pembelajaran IPA terpadu dengan model connected (keterhubungan)

yang diterapkan pada penelitian ini merujuk pada model pembelajaran

terpadu menurut Trianto (2011) dengan sintak pembelajaran yaitu

pendahuluan, presensi materimembimbing pelatihan, menelaah pemahaman

(15)

kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan, menganalisis dan

mengevaluasi. Model pembelajaran IPA terpadu dengan model connected ini

menghubungkan 3 (tiga) mata pelajaran Biologi, Kimia, dan Fisika dalam

satu tahun pelajaran bagi kelas VII. Adapun materi kependudukan dan

lingkungan yang dipadukan meliputi konsep kepadatan populasi manusia,

perubahan materi di lingkungan sekitar, kecepatan benda dalam kehidupan

sehari-hari dan peranan manusia dalam pengelolaan lingkungan.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penguasaan

konsep dan sikap ilmiah siswa yang diberi model pembelajaran IPA terpadu

dengan model connected dan model pembelajaran kooperatif pada materi

kependudukan dan lingkungan. Tujuan penelitian ini dijabarkan secara rinci

sebagai berikut.

1. Menganalisis penguasaan konsep siswa pada materi kependudukan dan

lingkungan melalui model pembelajaran IPA terpadu dengan model

connecteddan model pembelajaran kooperatif.

2. Menganalisis sikap ilmiah siswa pada materi kependudukan dan lingkungan

melalui model pembelajaran IPA terpadu dengan model connecteddan model

pembelajaran kooperatif.

3. Menganalisis respon siswa terhadap model pembelajaran IPA terpadu dengan

model connecteddan model pembelajaran kooperatif pada materi

(16)

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

berbagai pihak di antaranya sebagai berikut.

1. Bagi siswa, pembelajaran IPA terpadu diharapkan meningkatkan penguasaan

konsep serta sikap ilmiah siswapada materi kependudukan dan lingkungan.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengetahuan dan

wawasan tentang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran

terpadu model connected dalam mata pelajaran IPA untuk SMP/MTs

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan bahan

pertimbangan untuk melakukan penelitian lain.

F. Asumsi Penelitian

1. Pembelajaran terpadu memberi pengalaman belajar yang bermakna bagi

siswa (Trianto, 2011).

2. Konsepsi siswa dapat berubah sesuai pengalaman belajar (Dahar, 2011)

3. Sikap ilmiah siswa dapat terbentuk dari pengalaman belajar (Dahar, 2011)

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas maka hipotesis penelitian

ini adalah “Terdapat perbedaan yang signifikan dari penguasaan konsep dan sikap

ilmiah siswa antara siswa yang diberi model pembelajaran IPA terpadu dengan

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Definisi Operasional

1. Pembelajaran IPA terpadu model connected merupakan model pembelajaran

terpaduyang memadukan beberapa bidang studiyaitu biologi, kimia, fisika

dalam satu disiplin ilmu yaitu IPA Sintaks model pembelajaranterpadu ini

merujuk pada model pembelajaran terpadu menurut Trianto (2011) dengan

sintak pembelajaran yaitu pendahuluan, presensi materimembimbing

pelatihan, menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik,

mengembangkan dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan

dan penerapan, menganalisis dan mengevaluasi. Dalam penelitian ini konsep

yang dipadukan adalah masalah kependudukan, pencemaran lingkungan, dan

peranan manusia dalam pengelolaan lingkungan dengan mengangkat tema

banjir.

1. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

dengan struktur kelompok yang heterogen. Model pembelajaran ini

merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan di sekolah dan dijadikan

sebagai perlakuan pada kelas kontrol dengan sintaks pembelajaran merujuk

pada sintaks kooperatif Arends (2007) yaitu menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam

(18)

evaluasi, dan memberikan penghargaan. Adapun tipe dari pembelajaran

kooperatif ini adalah tipe think-pair-square. Setiap siswa memikirkan dan

mengerjakan tugas tersebut sendiri (think). Siswa berpasangan dengan salah

satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya (pair).

Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat (square).

Pembelajaran kooperatif di kelas kontrol diberikan pada siswa dalam mata

pelajaran IPA dengan tidak memadukan atau menghubungkan konsep-konsep

biologi, kimia, dan fisika yang dipelajari.

2. Pengaruh dalam penelitian ini merupakan peningkatan N-gainterhadap

kemampuan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswadari kegiatan

pembelajaran model pembelajaran IPA terpadu untuk kelas eksperimen dan

model pembelajaran kooperatif untuk kelas kontrol. N-gain tersebut

kemudian diuji untuk mengetahui apakah peningkatan tersebut berbeda

signifikan.

3. Penguasaan konsep merupakan skor tes siswa dalam menguasai materi

pembelajaran. Penguasaan konsep akan dijaring dengan menggunakan tes

penguasaan konsep ranah kognitif berdasarkan revisi taksonomi Bloom yang

mencakup jenjang C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan), dan C4

(analisis), C5 (menilai), dan C6 (membuat). Data dikumpulkan melalui tes

penguasaan konsep dengan bentuk pilihan ganda.

4. Sikap ilmiah merupakan skor yang diharapkan muncul pada siswa setelah

pembelajaran. Sikap ilmiah yang akan ditumbuhkan dalam pembelajaran

(19)

menerima perbedaan, dapat bekerja sama, dan bersikap positif terhadap

kegagalan. Sikap ilmiah siswa tersebut akan diukur menggunakan skala sikap

yang terdiri dari beberapa pernyataan positif dan pernyataan negatif yang

diberikan sebelum dan setelah kegiatan pembelajaran. Untuk setiap

pernyataan positif dan negatif diberi nilai dari rentang 0-3.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dan sampel penelitian yang

digunakan tidak dipilih secara acak murni melainkan secara acak kelas. Hal ini

terjadi karena dalam pendidikan tidak memungkinkan terjadinya pemilihan untuk

setiap individu untuk kemudian dimasukkan ke dalam kelompk karena dalam

pendidikan siswa sudah diatur dalam kelas-kelas (Fraenkel & Wallen, 2006)..

Penelitian ini disebut penelitian eksperimen karena adanya perlakuan yang

diberikan kepada kelompok eksperimen berupa penerapan model pembelajaran

IPA terpadu model connectedsedangkan kelompok yang lain mendapatkan model

pembelajaran kooperatif.. Desain yang digunakan dalam penelitian adalah The

Matching-Only PretestPosttest Control Group Designyaitu desain penelitian

pretes-postes yang melibatkan dua kelompok yang diasumsikan memiliki

kemampuan yang setara sehingga apabila terjadi perbedaan hasil dapat diketahui

bahwa perbedaan tersebut diakibatkan adanya perlakuan(Fraenkel and Wallen,

(20)

Tabel 3.1. The Matching-Only Pretest Posttest Control Group Design

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen M O1 X1 O2

Kontrol M O1 X2 O2

Keterangan:

O1 = tes awal sebelum diberi perlakuan baik pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

O2 = tes akhir setelah diberi perlakuan baik pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

X1 = pembelajaran menggunakan model pembelajaran IPA terpadu dengan model connected

X2 = pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair

square

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII

MTS “X” di Purwakarta yang berjumlah empat kelas pada semester satu

sedangkan sampel penelitiannya sebanyak dua kelas yang dipilih secara acak

kelas. Satu kelas akan dijadikan sebagai kelas eksperimen yaitu diberikan model

pembelajaran IPA terpadu dengan model connected dan satu kelas lagi dijadikan

sebagai kelas kontrol yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif tipe think

pair square yang belum memadukan materi pembelajaran.

D. InstrumenPenelitian 1. Jenis Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dirancang untuk

menganalisis pengaruh pembelajaran terpadu pada materi kependudukan dan

(21)

siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Untuk memperoleh

data yang diperlukan, digunakan instrumen sebagai berikut:

a. Soal penguasaan konsep akan diberikan sebelum dan setelah pembelajaran

untuk mengukur penguasaan konsep siswa baik pada kelas eksperimen

maupun kelas kontrol. Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, soal

tes dipertimbangkan oleh dosen ahli dan diuji coba terlebih dahulu.

b. Pengukuran skala sikap ilmiah diberikan kepada kelas kontrol dan kelas

eksperimen pada sebelum dan setelah pembelajaran untuk mengetahui sikap

ilmiah siswa pada materi kependudukan dan lingkungan. Skala sikap berisi

pernyataan-pernyataan positif dan negatif. Setiap pernyataan dihubungkan

dengan jawaban siswa yang diungkapkan dengan empat pilihan jawaban yaitu

sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).

Pedoman pemberian skor dapat dilihat pada Tabel 3.2. Skala sikap ini

kemudian diuji coba dan hasilnya dianalisis untuk membakukan skalanya

serta diuji validitas dan reliabilitasnya.

Tabel 3.2. Pedoman Pemberian Skor Jawaban Pernyataan Sikap Ilmiah Jawaban Pernyataan

c. Angket tentang kegiatan pembelajaran diberikan kepada kelas kontrol dan

kelas eksperimen untuk mengetahui tanggapan siswa tentang pembelajaran

(22)

2. Uji Coba Instrumen

Sebelum digunakan untuk mengambil data dalam penelitian, instrumen diuji

coba dan dianalisis kelayakannya melalui uji validitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran, serta distraktor instrumen tersebut sehingga instrumen layak

digunakan dalam penelitian. Berikut ini uraian uji coba untuk setiap instrumen

yang digunakan dalam penelitian.

a. Instrumen Penguasaan Konsep

Uji coba instrumen penguasaan konsep dilakukan untuk memperoleh soal

yang memadai dari segi validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran

dan pola jawaban soal (distractor). Analisis uji coba instrumen penguasaan

konsep dilakukan melalui program Anates versi 4.0.

1) Uji validitas

Instrumen yang baik harus memiliki kesahihan atau validitas yang baik.

Data dikatakan valid bila sesuai kenyataan yaitu mampu menjaring data

yang menggambarkan keadaan sebenarnya, mengukur apa yang ingin diukur

(Arikunto, 2009). Untuk menghitung validitas instrumen penguasan konsep

dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Product Momentberikut.

(23)

Indeks validitas soal yang didapatkan kemudian diinterpretasikan

dengan kriteria menurut Arikunto (2009) pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Interpretasi Indeks Validitas Soal Besarnya nilai r Interpretasi Antara 0, 800 – 1, 00

Reliabilitas soal merupakan tingkat keajegan soal yakni sejauh mana

suatu soal dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg yaitu relatif

tidak berubah walaupun diujikan pada situasi yang berbeda-beda. Untuk

menghitung reliabilitas instrumen penguasan konsep dapat dilakukan

dengan menggunakan rumus metode belah dua (split half) berikut.

(Arikunto, 2009)

Keterangan :

r 11= reliabilitas instrumen

r 1/21/2= rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara belahan

instrumen

Bila sudah mendapatkan angka reliabilitas maka dilanjutkan

denganmenginterpretasikan nilai r tersebut. Tabel interpretasi indeks

reliabilitas aoal dapat dilihat pada Tabel 3.4. 2 . r ½ ½

r

11=

(24)

Tabel 3.4. Interpretasi Indeks Reliabilitas Soal Besar Nilai r Interpretasi 0,800 – 1,000 Sangat Tinggi

mengkategorikan apakah soal yang digunakan dapat membedakan antara

siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah. Untuk mengetahui daya pembeda butir soal dapat menggunakan

rumus sebagai berikut.

tersebut dapat diinterpretasikan menjadi soal dengan daya pembeda rendah,

(25)

Tabel 3.5. Interpretasi Indeks Daya Pembeda Soal

d). Uji tingkat kesukaran soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu

sulit. Jika soal terlalu mudah tidak akan merangsang siswa untuk

memecahkan soal tersebut sedangkan jika soal terlalu sulit akan

menyebabkan keputusasaan pada siswa yang mengakibatkan menurunnya

keinginan siswa untuk mencoba lagi. Untuk mengetahui tingkat kesukaran

butir soal dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

TK =

Setelah mendapatkan nilai indeks tingkat kesukaran dari butir soal, maka

indeks nilai tersebut dapat diinterpretasikan menjadi soal dengan tingkat

kesukaran sukar, mudah, dan sedang berdasarkan kriteria pada tabel 3.6.

Tabel 3.6. Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran Soal Tingkat Kesukaran Keterangan

0,00 - 0,30 Sukar 0,31 - 0,70 Sedang

0,71 - 1,00 Mudah

(26)

b. Instrumen Sikap Ilmiah

Langkah-langkah penyusunan sikap ilmiah siswa (Stiggins, 1994) adalah

sebagai berikut.

1) Menentukan pernyataan sikap. Aspek yang ditelaah meliputi pendapat

siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan sehingga dapat

diketahui sikap siswa secara menyeluruh apakah setuju atau tidak setuju

pada pernyataan yang diberikan.

2) Menyusun pernyataan, masing-masing pernyataan memiliki

kecenderungan positif atau negatif.

3) Konsultasi dengan pembimbing untuk mendapatkan validasi butir isi

pernyataan.

4) Melakukan uji coba terhadap pernyataan yang telah disusun. Uji coba

pernyataan sikap ini diberikan kepada siswa kelas VIII semester 1 di

Purwakarta.

5) Menganalisis hasil uji coba untuk membakukan skalanya sehingga skala

tersebut dapat berharga 3-2-1-0 untuk pernyataan positif dan 0-1-2-3 untuk

pernyataan negatif. Bobot skor yang telah dibakukan selanjutnya

digunakan sebagai pedoman pemberian skor pernyataan sikap ilmiah hasil

penelitian. Untuk menetapkan bobot skor setiap alternatif jawaban

pernyataan skala sikap ilmiah dilakukan dalam beberapa tahapan

(27)

a) Menentukan frekuensi untuk setiap alternatif jawaban

b) Menghitung proporsi (p) dengan cara membagi setiap frekuensi dengan

jumlah responden

c) Menghitung proporsi kumulatif / cumulative proportion (cp), (cp1 = p1,

cp2 = cp1+p2, cp3 = cp2+p3, cp4 = cp3+p4)

d) Menghitung nilai tengah proporsi kumulatif / mean cumulative

proportion (mcp), (mcp1 = ½ cp1, mcp2 = ½ (cp1+cp2), mcp3 = ½

(cp2+cp3), mcp4 = ½ (cp3+cp4))

e) Menentukan nilai z berdasarkan mcp yang telah diketahui dengan

menggunakan tabel distribusi normal

f) Menentukan nilai z+ nilai mutlak. Nilai mutlak diperoleh dari nilai z

yang paling rendah nilainya

g) Membulatkan nilai z+ nilai mutlak

Butir pernyataan yang digunakan sebagai instrumen adalah butir

pernyataan yang dinyatakan valid sedangkan butir pernyataan yang tidak

valid akan dibuang atau tidak digunakan sebagai instrumen.

6) Menentukan nilai daya pembeda setiap pernyataan

Untuk menentukan daya pembeda setiap butir pernyataan dilakukan dalam

beberapa tahapan berikut:

a) Menyusun skor skala sikap subjek yang telah diurutkan dari nilai terting

hingga nilai terendah

b) Memilih siswa kelompok atas kelompok bawah masing-masing 27%

(28)

thitung =

Apabila nilai t hitung yang diperoleh lebih besar dari t tabel maka dapat

dikatakan bahwa pernyataan tersebut memiliki daya pembeda yang baik,

sebaliknya apabila nilai t hitung lebih kecil dari t tabel maka pernyataan

tersebut tidak digunakan dalam penelitian ini.

7) Menguji reliabilitas seluruh pernyataan dengan menggunakan rumus belah

dua (split half) (Arikunto, 2009) sebagai berikut.

(Arikunto, 2009)

Keterangan :

r 11= reliabilitas instrumen

r 1/21/2= rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara belahan

instrumen

2 . r ½ ½

r

11=

(29)

3. Hasil Uji Coba Instrumen

a. Hasil uji coba soal penguasaan konsep

Setelah dilakukan uji coba soal penguasaan konsep materi kependudukan

dan lingkungan didapatkan hasil dari 50 soal pilihan ganda yang diuji coba

diperoleh 40 soal dengan pertimbangan nilai korelasi, daya pembeda, tingkat

kesukaran, kualitas pengecoh yang cukup baik serta dapat mewakili untuk

setiap kategori ranah kognitif dan materi pembelajaran. Berikut disajikan hasil

uji coba soal penguasaan konsep pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Hasil Uji Coba Penguasaan Konsep

No Korelasi Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Hasil Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi

(30)

No Korelasi Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Hasil Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi

23 0,365 - 11,11 Rendah 84,29 Sangat

b. Hasil uji coba skala sikap ilmiah

Setelah dilakukan uji coba pernyataan skala sikap ilmiah didapatkan hasil

(31)

pertimbangan skor setiap butir pernyataan, nilai daya pembeda, reliabilitas dan

keterwakilan dari setiap indikator sikap ilmiah. Berikut disajikan hasil uji coba

pernyataan sikap ilmiah pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Hasil Uji Coba Sikap Ilmiah Siswa

No Skor Pernyataan Uji Daya Pembeda Hasil Kesimpulan

(32)

E. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu:

tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap analisis data. Berikut di bawah ini

merupakan uraian untuk setiap tahapan tersebut.

1. Tahap Persiapan

a. Pada tahap persiapan, peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan perangkat pendukung yang akan digunakan dalam

penelitian seperti lembar kerja siswa (LKS). Penyusunan RPP diawali

dengan analisis SK/KD IPA SMP/MTs yang berhubungan dengan materi

kependudukan dan lingkungan. Untuk kelas eksperimen akan diberikan

model pembelajaran IPA terpadu model connectedsedangkan untuk kelas

kontrol akan diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif.

b. Menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan yaitu soal

penguasaan konsep, skala sikap dan respon siswa terhadap kegiatan

pembelajaran.Tes penguasaan konsep terdiri dari pre-test dan post-test

dengan soal bentuk pilihan ganda untuk mengungkan kemampuan

penguasaan konsep siswa pada materi kependudukan dan lingkungan.

Skala sikap merupakan instrumen yang digunakan untuk mengungkap

sikap ilmiah siswa sebelum dan setelah pembelajaran pada materi

kependudukan dan lingkungan pada kelas eksperimen maupun kelas

kontrol. Angket pembelajaran digunakan untuk mengetahui tanggapan

siswa setelah diberikan model pembelajaran terpadu dan model

(33)

c. Melakukan judgement terhadap soal dan kunci jawaban oleh dosen

pembimbing dan dosen ahli bidang studi. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui validasi isi, kesesuaian antara indikator dengan soal, dan

kesesuaian soal dengan kunci jawaban.

d. Melakukan uji coba soal kepada siswa yang telah menerima materi

kependudukan dan lingkungan.

e. Menganalisis kualitas instrumen dengan uji validitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran, dan daya pembeda.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan pembelajaran materi kependudukan

dan lingkungan dan pengumpulan data penelitian. Pada tahap ini dilakukan

model pembelajaran IPA terpadu model connected pada kelas eksperimen dan

model pembelajaran kooperatif pada kelas kontrol. Beberapa kegitan yang

dilakukan pada tahap ini antara lain:

a. Melakukan tes awal dengan tujuan untuk mengukur kemampuan awal siswa

dalam penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa pada kelas kontrol dan

kelas eksperimen.

b. Pelaksanaan pembelajaran di kelas sesuai dengan RPP yang telah disusun.

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan selama empat kali pertemuan. Pada

kelas eksperimen akan diberi pembelajaran IPA terpadu dan pada kelas

(34)

c. Melakukan kegiatan tes akhir setelah dilakukannya pembelajaran untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan konsep dan sikap ilmiah

baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Memberikan angket tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan

3. Tahap Analisis Data

Setelah dilakukan penelitian diperoleh sejumlah data kuantitatif dan

kualitatif. Analisis dan pengolahan data berpedoman pada data yang terkumpul

dan pertanyaan penelitian. Data kuantitatif berupa skor pretes, skor postes, skor

gain penguasaan konsep dan skor skala sikap kemudian dianalisis dengan uji

statistik untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan. Data kualitatif

berupa tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran dan data temuan pada

waktu penelitian yang dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui

kecenderungan data atau temuan yang akan digunakan dalam menarik

kesimpulan.

F. Analisis Data Penelitian

Analisis dilakukan terhadap data yang telah terkumpul dan berpedoman

pada pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dalam penelitian. Data yang

bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk menemukan

kecenderungan-kecenderungan yang muncul dalam penelitian sedangkan data kuantitatif

dianalisis secara statistik dengan menggunakan program SPSS 17 for windows dan

Microsoft Excel 2010. Analisis data dengan uji statistik dilakukan dengan

(35)

1. Memberikan skor pada pretes dan potes yang mengukur penguasaan konsep

siswa serta skor yang mengukur sikap ilmiah siswa kemudian

membandingkan skor pretes dan postes tersebut.Jawaban siswa pada kelas

eksperimen dan kontrol akan dinilai berdasarkan jumlah jawaban yang benar.

Bila jawaban siswa benar akan mendapat skor 1 dan jika jawaban siswa salah

maka diberi skor nol.

2. Menghitung skor gain yang dinormalisasi berdasarkan rumus Meltzer (2002).

� = � − � �

� − � �

Kriteria peningkatan gain yang dinormalisasi dapat dikategorikan yang

dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Kategori Peningkatan Belajar Berdasarkan Indeks Gain Indeks Gain Kategori

G > 0,7 Tinggi 0,3< G < 0,7 Sedang G < 0,3 Rendah

3. Membandingkan nilai gain kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

4. Melakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data skor pretes dan

postes berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 17 for Windows yaitu dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahu

apakah data kedua kelas penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi

(36)

H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Data berdistribusi normal apabila P-value lebih besar dari α = 0,05 (Uyanto,

2009).

Hasil pengujian normalitas data penguasan konsep dengan

Kolmogorov-Smirnov diperoleh hasil bahwa skor pretes dan postes untuk kelas eksperimen

dan kelas kontrol berdistribusi normal. Untuk uji normalitas skor sikap ilmiah

sebelum dan setelah pembelajaran menunjukkan bahwa data berdistribusi

normal.

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas varians antara dua kelas eksperimen dan kelas

kontrol dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah varians kedua

kelompok sama atau berbeda. uji homogenitas dilakukan dengan

menggunakan SPSS 17 for Windows. Hipotesis yang diuji adalah:

H0 : varians data berasal dari populasi data yang bersifat homogen

H1 : varians data berasal dari populasi data yang tidak bersifa homogen

Varians dua kelompok dikatakan homogen jika P-value lebih besar atau

sama dengan α = 0,05 (Uyanto, 2009).

Hasil Levene’s Test uji homogenitas data penguasaan konsep pretes dan

postes dan sikap ilmiah sebelum dan setelah pembelajaran pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa data bersifat homogen.

Pada Tabel 3.10 disajikan rekapitulasi hasil uji prasyarat skor penguasaan

(37)

Tabel 3.10. Rekapitulasi Uji Prasyarat

Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Normalitas Homogenitas Normalitas Homogenitas Penguasaan

Konsep

Pretes Normal Homogen Normal Homogen Postes Normal Homogen Normal Homogen Sikap

Ilmiah

Pretes Normal Homogen Normal Homogen Postes Normal Homogen Normal Homogen

5. Melakukan uji hipotesis dengan uji perbedaan dua rerata

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui peningkatan dan juga perbedaan

penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Uji beda dua rerata dilakukan untuk mengetahui signifikansi

perbedaan skor pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pengujian rata-rata skor pretes dan postes dilakukan berdasarkan hipotesis

statistik berikut ini:

H0 : tidak ada perbedaan skor pretes dan postes antara siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol

H1 : terdapat perbedaan rata-rata skor pretes dan postes antara siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol

Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas skor penguasaan konsep dan

sikap ilmiah siswa diketahui bahwa berdistribusi normal dan homogen

sehingga uji hipotesis yang digunakan adalah uji Independent Samples t-Test

SPSS 17.0 for Windows. Uji ini digunakan untuk menguji perbedaan dua

(38)

G. Alur Penelitian

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian Menentukan Masalah Penelitian

Menyusun Instrumen Penelitian

Soal Penguasaan Konsep Tes Skala Sikap

Uji coba instrumen

Pengolahan Data

Penarikan Kesimpulan

Menyusun Laporan Perbaikan instrumen

Pelaksanaan dan Pengambilan Data Penelitian

Menganalisis Kurikulum Studi Literatur Menganalisis referensi lainnya

Menyusun Rencana Pembelajaran

Angket

Kelas Eksperimen (Pembelajaran IPA Terpadu)

Kelas Kontrol

(Pembelajaran IPA kooperatif) Pre Test

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut. Pertama, penguasaan konsep siswa kelas

eksperimen yang menerapkan model pembelajaran IPA terpadu dengan model

connected lebih baik dan berbeda signifikan yaitu dengan nilai gain 0,56 dan 0,49

untuk kelas kontrol pada α = 0,05. Keterkaitan antara konsep dapat memfasilitasi

siswa untuk lebih memahami konsep yang dipelajarinya.

Kedua, sikap ilmiah siswa kelaseksperimen yang menerapkan model

pembelajaran IPA terpadu model connected lebih baik dan berbeda signifikan

yaitu dengan nilai gain 0,50 dan 0,36 untuk kelas kontrol pada α = 0,05.

Pemahaman konsep yang lebih baik dan kegiatan pembelajaran yang terus

terhubung dapat lebih menumbuhkan sikap ilmiah pada kegiatan pembelajaran

IPA terpadu daripada di kelas kontrol.

Ketiga, tanggapan siswa dari kedua kelas tentang pembelajaran yang telah

dilakukan adalah pada kelas eksperimen, model pembelajaran IPA terpadu model

connected membuat siswa lebih mengerti, meningkatkan motivasi belajar dan

sikap ilmiah siswa dibandingkan dengan pembelajaran di kelas kontrol.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat keunggulan dan

kelemahan tersendiri dari setiap model pembelajaran yang diberikan. Pada model

(40)

untuk bertanggung jawab pada tugas setiap siswa dalam memperoleh hasil

kelompok, waktu yang dibutuhkan dalam merancang pembelajaran kooperatif dan

pengelolaannya di kelas relatif lebih mudah. Adapun yang menjadi kelemahan

dari pembelajaran kooperatif adalah materi pembelajaran tidak disampaikan

secara terpadu sehingga siswa tidak dapat melihat hubungan yang terdapat dalam

konsep-konsep IPA, pembelajaran menjadi kurang bermakna bagi siswa, dan

kurang menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Adapun keunggulan dari model pembelajaran IPA terpadu model connected

adalah dengan menggabungkan beberapa bidang kajian dapat menghemat waktu

yang digunakan dalam pembelajaran, siswa dapat melihat hubungan yang

bermakna antar konsep, dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Adapun

kelemahan dari model ini adalah untuk merancang kegiatan pemebalajaran

terpadu tidaklah mudah. Waktu yang dibutuhkan untuk merancang kegiatan

pembelajaran ini relatif lebih lama karena guru harus cermat untuk

menggabungkan beberapa kompetensi dasar yang sesuai. Diperlukan sumber

informasi yang cukup banyak untuk dapat menunjang serta mengembangkan

wawasan dan pengetahuan yang diperlukan siswa. Dalam pembelajaran terpadu,

siswa juga dituntut untuk belajar lebih keras dalam memperoleh pengetahuannya.

B.Keterbatasan Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan terdapat keterbatasan penelitian yaitu

pengaturan kerja kelompok yang tidak sama dalam kedua kelas penelitian. Pada

kelas kontrol yang diberi model pembelajaran kooperatif, siswa bekerja sesuai

(41)

masing-masing untuk memperoleh hasil kelompok. Adapun pada kelas eksperimen yang

diberi pembelajaran IPA terpadu, siswa tidak memiliki tugas masing-masing

dalam kelompoknya. Siswa pada kelas eksperimen berkumpul dalam

kelompoknya kemudian mendiskusikan tentang materi pembelajaran bersama.

C.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh

pembelajaran IPA terpadu terhadap penguasaan konsep dan sikap ilmiah pada

siswa kelas VII, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Bagi guru yang ingin melakukan pembelajaran terpadu diharapkan agar

cermat dalam menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

berpotensi untuk dipadukan sehingga waktu perencanaan dapat lebih

dioptimalkan.

2. Agar pembelajaran dapat terlaksana sesuai jadwal maka untuk perancangan

pembelajaran IPA terpadu sebaiknya dilakukan sebelum masuk tahun ajaran

baru.

3. Agar penelitian dapat memberikan hasil yang lebih akurat maka sebaiknya

pengelolaan kerja kelompok pada kedua kelas penelitian sama.

4. Pembelajaran terpadu dapat dijadikan sebuah penelitian tindakan kelas

sebagai alternatif untuk mengatasi masalah yang ditemukan dalam

pembelajaran di kelas.

5. Agar dapat melakukan pembelajaran dengan baik, sebaiknya siswa diberi

(42)

akan diperlukan dalam pembelajaran terpadu sehingga pembelajaran terpadu

dapat berjalan dengan baik.

6. Guru perlu memotivasi dan mendampingi siswa untuk dapat melewati setiap

tahapan dalam pembelajaran terpadu.

7. Bagi pihak sekolah, diharapkan agar mendorong para guru untuk membentuk

team teachingdalam perancangan dan pelaksanaan pembelajaran terpadu

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. (2001). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan PraktikEdisi revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Azwar, S. (2011). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Balitbang. (2012). Survei Internasional PISA . [online] Tersedia: http://litbang.kemdikbud.go.id/detail.php?id=215 [ 7 Oktober 2012]

Bergevin, C. (2010). Towards Improving the Integration of Undergraduate Biology and Mathematics Education. [online] Tersedia: http://jmbe.asm.org/index.php/jmbe/article/view/134/html_46[15 Maret 2012]

Bundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Proses Dan Sikap Ilmiah. Depdiknas: Tidak diterbitkan.

Candra, T. (2007). Memilih Buku Pelajaran IPA. [online] Tersedia: http://pelangi.ditplp.go.id [7 oktober 2012]

Carin, A. (1997). The Teaching Science through Discovery. Colombus Ohio: Merill Publishing Co

Dahar, R. (2011). Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Erlangga

Dayaksini, T & Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UM PRESS

Depdiknas. (2004). Panduan Penyusun-an Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Tidak diterbitkan.

Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Tidak diterbitkan.

(44)

Farris, K. (2006) Attitude Change. [online]. Tersedia: http://www.ciadvertising.org/SA/fall_02/adv382j/kfarri1/attitude_change. html. [23 Agustus 2012]

Finn, M. (2010). Dewey and an “Organizing Approach to Teaching”. Albany, NY: State University of New York Press

Fogarty, R. (1991). How to Integrate the Curricula. Pallatine Illionis: IRI/Skylight Publising Inc.

Fraenkel, J. R. and Wallen, N. E. (2006). How to Design and Evaluate Research in Education, sixth edition. McGraw-Hill Companies, Inc. New York, USA.

Fuady, A. (2007). Paradigma Baru dalam Pendidikan dan Pembelajaran Learning is Fun. Bandung: P4TK-BMTI

Gokhale, A. (2009) Development And Validation Of A Scale To Measure Attitudes Toward Science And Technology. Journal of College Science Teaching

Holbrook, J. (2005). Making Chemistry Teaching Relevant. Chemical Education International. 6(1),1-12

Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA University Press.

Indrawati. (2009). Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar. PPPPTK IPA: Tidak diterbitkan

Johnson, D.W. and Johnson, R.T. (1975) Learning Together and Alone. Cooperation, Competition, and Individualization. New Jersey: Prentice Hall.

Karen & Michael. (1991). The Nature of Cognitive Strategy Instruction: Interactive Strategy Construction. Department of Human Development at the University of Maryland, College Park

Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Pembelajaran Terpadu dan Tematik. Jakarta : Tidak diterbitkan.

Krech, D. (1962). Individual in a society: A text Book of Social Psychology. San Fransisco: Mc-Grow Hill Book Company, Inc.

(45)

Laksono, G. (2011). Pengertian Sikap Ilmiah. [Online]. Tersedia : http://galihl.blogspot.com/2011/07/pengertian-sikap-ilmiah.html. [16 Maret 2012]

Lie, A. (2007). Cooperative Learning: Mempraktikan cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Meltzer. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Gain in Physic a Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretest Score. [online] Tersedia: http://jps.alp.org/ajp. [26 Mei 2010]

Natawidjaja, R. (1986). Penyusunan Instrumen Penelitian. Bandung : IKIP Bandung Press.

Novianti, D. (2012). Pembelajaran IPA Terpadu Berbaasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP. (Thesis). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. (Tidak Diterbitkan)

Nurohman, S. (2008). Pendekatan Project Based Learning Sebagai Upaya Internalisasi Scientific Methode bagi Mahasiswa Calon Guru Fisika. Tesis Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak Diterbitkan

Bundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Proses Dan Sikap Ilmiah. Depdiknas: Tidak diterbitkan.

Prasodjo, B. 2003. Teori dan Aplikasi Fisika. Bogor: Yudistira.

Priatna, D. R. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu pada Topik Perubahan Materi untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. (Thesis). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. (Tidak Diterbitkan)

Puskur Balitbang Depdiknas. (2006a). Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Tidak diterbitkan.

Puskur Balitbang Depdiknas. (2010). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta : Tidak diterbitkan.

Rohmawati, S. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Connected untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa pada Mata Pelajaran IPA SMP. (Thesis). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. (Tidak Diterbitkan)

(46)

Rusli, S. (2012). Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES

Rustaman, N.Y dkk. (2004). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: JurusanPendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Rustaman, N. Y. (2010). Pendidikan Biologi dan Trend Penelitiannya. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Salirawati. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu Untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa. Universitas Negeri Yogyakarta: Tidak Diterbitkan

Sa’ud. (2006). Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI Press.

Slavin, R.E. (2008). Cooperative Learning : Teori, riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media.

Stiggins. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York. Macmillan College Publishing Company. Inc

Sumarmo. (1988). Menyusun dan Menganalisis Skala Sikap. Makalah pada Seminar Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA-IKIP Bandung: Tidak Diterbitkan

Sumbogo, P. (2011). Menjelang Punahnya Hutan Indonesia. [online] Tersedia: http://www.forumkeadilan.co.id/forum-utama.php?tid=115[ 7 Oktober 2012]

Sunarya, Y. (2000). Kimia Dasar. Grafindo Madia Pratama: Bandung

Surtikanti, H. (2009). Biologi Lingkungan. Prisma Press: Bandung

Suyitno, A. (1997) . Pengukuran Skala Sikap Seseorang Terhadap Mata Pelajaran Matematika. Semarang: FMIPA IKIP Semarang.

Suyono, H. (2003). Visi Kependudukan Berwawasan Kemanusiaan. Jakarta: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri

Tandrio, R. (2012). Kualitas Bangsa Makin Parah. [online] Tersedia: rizaltandrio.wordpress.com/2012/01/.../kualitas-bangsa-makin-parah/[ 7 Oktober 2012]

Tim Pengembang PGSD. (1997). PembelajaranTerpadu. Jakarta: Departemen Pendidik-an dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

(47)

Uyanto. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu

Uno, H.B., & Mohamad, N. (2011). Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik. Jakarta: PT Bumi Aksara

Velazques, C. (2007). Learning Geomicrobiology as a Team Using Microbial Mats, a Multidisciplinary Appoach. [online] Tersedia: http://jmbe.asm.org/index.php/jmbe/article/view/88/html_15[15 Maret 2012]

Wahidin. (2006). Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga Buana

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 3.1. The Matching-Only Pretest Posttest Control Group Design Kelas Pretes Perlakuan Postes
Tabel 3.2. Pedoman Pemberian Skor Jawaban Pernyataan Sikap Ilmiah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masalah penelitian ini adalah mengungkapkan seberapa besar pengaruh kualitas layanan guru dan kepemimpinan transformasional kepala sekolah baik secara parsial maupun

Deskripsi Umum tentang Pengaruh Kualitas Layanan guru dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Mutu Sekolah Dasar di Kota Cilegon .....

Stuart dan Sundeen (1991) menjelakan beberapa perilaku individu dengan harga diri rendah, yaitu mengkritik diri sendiri dan orang lain, putus asa, kecewa, malu, menarik diri

Among Aristotles eleven virtues, The Prince and the Pauper main characters, Edward Tudor, Tom Canty and Miles Hendon, reflected six virtues in their character on the fiction, which

Adakah faktor pelancar atau faktor pendukung dalam pengembanga nGabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Desa Tempuran, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi? Wisnu Raharja

Kesimpulan: Tiada lain kesimpulan sementara dari penniless untuk jangka panjang, ialah bahwa filosofi instrumentalisme menjadi suatu wahana dan alat yang sangat strategis

Untuk mencapai tujuan penerapan manajemen risiko, perusahaan menetapkan strategi sebagai berikut:. Menjadikan manajemen risiko sebagai budaya perusahaan dan

Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi