iv ABSTRAK
EFEK LARVISIDA EKSTRAK ETANOL
DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Aedes sp.
Bertha Fransisca Alexander, 2015, Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M. Sc Pembimbing II : Sri Nadya Saanin, dr., M.Kes
Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Tidak ada vaksin atau terapi tertentu, program pencegahan difokuskan terutama pada pengendalian vektor. Penggunaan insektisida sintetis telah menyebabkan resistensi vektor dan pencemaran lingkungan, sehingga diperlukan insektisida alternatif, seperti ekstrak etanol daun pepaya (EEDP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek larvisida EEDP terhadap Aedes sp. dan nilai LC50 EEDP.
Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorik dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap. 700 larva Aedes sp. dibagi menjadi 7 perlakuan dengan 4 kali pengulangan, yang diberikan, EEDP 400 ppm, 600 ppm, 800 ppm, 1000 ppm, 1200 ppm, temephos 1% (kontrol positif), dan aquadest (kontrol negatif). Data yang diamati adalah kematian larva dalam waktu 24 jam. Data dianalisis menggunakan uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan LSD α = 0,05. LC50 dianalisis menggunakan uji regresi.
Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pepaya 400 ppm, 600 ppm, 800 ppm, 1000 ppm, 1200 ppm memiliki efek larvisida. LC50 dari ekstrak etanol daun pepaya terhadap Aedes sp. adalah 1000 ppm.
Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun pepaya memiliki efek larvisida terhadap Aedes sp.
Kata kunci : larvisida, ekstrak daun pepaya, Aedes sp.
v ABSTRACT
THE LARVICIDAL EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF PAPAYA LEAF (Carica papaya L.) AGAINST Aedes sp.
Bertha Fransisca Alexander, 2015, 1st Tutor : Rita Tjokropranoto, dr., M. Sc 2nd Tutor : Sri Nadya Saanin, dr., M.Kes
Dengue hemorrhagic fever is a serious health problem in Indonesia. There are no vaccines or specific therapeutics, the prevention program focused mainly on vector controlling. The use of synthetic insecticides has caused vector resistance and environmental pollution, so it is needed alternative insecticides, such as ethanol extract of papaya leaf (EEDP). This research was aims to determine the larvicidal effect of EEDP against Aedes sp. and to determine LC50 EEDP.
This research was a laboratory experimental using completely randomized design method. 700 Aedes sp. larvae divided into 7 treatments with 4 times repetitions, which were given, EEDP 400 ppm, 600 ppm, 800 ppm, 1000 ppm, 1200 ppm, temephos 1% (positive control), aquadest (negative control). Data observed was larvae mortality within 24 hours. Data was analyzed using one way ANOVA test then continued with LSD α = 0.05. LC50 was analyzed using regression test.
The result showed that the 400 ppm, 600 ppm, 800 ppm, 1000 ppm, 1200 ppm of ethanol extract of papaya leaf had larvicidal effect. LC50 of ethanol extract of papaya leaf against Aedes was 1000 ppm.
Based on these results, it was concluded that the ethanol extract of papaya leaf had larvicidal effect against Aedes sp.
Keywords : larvicide, papaya leaf extract, Aedes sp.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURATPERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATAPENGANTAR ... vi
DAFTARISI ... viii
DAFTARTABEL ... xii
DAFTARGAMBAR ... xiii
DAFTARLAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Manfaat Akademis ... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 3
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3
1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4
BABIITINJAUANPUSTAKA 2.1 Nyamuk ... 5
2.1.1 Nyamuk Secara Umum ... 5
2.1.2 Morfologi Nyamuk ... 5
2.1.3 Siklus Hidup Nyamuk ... 7
ix
2.3.1.4 Gambaran Klinis dan Perjalanan Penyakit... 17
2.3.1.5 Diagnosis ... 19
2.4.5 Kandungan Kimiawi Pepaya ... 24
2.4.6 Mekanisme Kerja Senyawa dalam Daun Pepaya ... 25
2.4.6.1 Alkaloid ... 25
2.4.6.2 Flavonoid ... 26
2.4.6.3 Papain ... 26
2.4.6.4 Tanin ... 26
x
2.4.6.5 Saponin ... 27
2.5 Larvisida ... 27
2.5.1 Temephos ... 28
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat, Bahan, dan Subjek Penelitian ... 29
3.1.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 29
3.1.2 Subjek Penelitian ... 29
3.1.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 29
3.2 Metode Penelitian ... 30
3.2.1 Desain Penelitian ... 30
3.2.2 Variabel Penelitian ... 30
3.2.2.1 Definisi Operasional ... 30
3.2.3 Besar Replikasi ... 31
3.3 Prosedur Penelitian ... 31
3.3.1 Persiapan Hewan Coba ... 31
3.3.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Pepaya ... 32
3.3.2.1 Alat dan Bahan ... 32
3.3.2.2 Cara Pembuatan ... 32
3.3.3 Prosedur Kerja ... 32
3.3.3 Metode Analisis ... 33
3.3.4 Hipotesis Statistik ... 33
3.3.5 Kriteria Uji ... 33
BABIV HASILDANPEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 34
4.2 Pembahasan ... 37
4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 38
4.3.1 Hipotesis Pertama ... 38
4.3.2 Hipotesis Kedua ... 39
xi BABV SIMPULANDANSARAN
5.1 Simpulan ... 40
5.2 Saran ... 40
DAFTARPUSTAKA ... 41
LAMPIRAN ... 49
RIWAYAT HIDUP ... 65
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kandungan Kimiawi Tanaman Pepaya ... 25
4.1 Jumlah Rerata Kematian Larva Pada Setiap Pemberian Perlakuan ... 34
4.2 Perbedaan Rerata Kematian Larva Antar Kelompok Perlakuan ... 35
4.3 Uji Beda Rerata Kematian Larva Dengan Fisher’s LSD ... 36
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Bagan Mekanisme Kerja Senyawa Aktif Daun Pepaya ... 4
2.1 Pembagian Tubuh Nyamuk ... 5
2.2 Morfologi Nyamuk (Betina) Secara Umum ... 6
2.3 Siklus Hidup Nyamuk ... 8
2.4 Perbedaan Perilaku Menghisap Nyamuk Jantan Dan Betina ... 9
2.5 Telur Aedes ... 11
2.6 Larva Aedes ... 12
2.7 Pupa Aedes ... 13
2.8 Aedes Dewasa ... 14
2.9 Siklus Hidup Aedes ... 14
2.10 Skema Perjalanan Penyakit Infeksi Dengue ... 19
2.11 Pohon Pepaya ... 23
2.12 Struktur Temephos ... 28
4.1 Rata-Rata Kematian Larva ... 35
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Foto-Foto Penelitian ... 49
2 Perhitungan Konsentrasi ... 52
3 Uji Statistik Parametrik ANAVA Satu Arah ... 53
4 Uji Statistik LSD ... 54
5 Uji Statistik Analisis Probit ... 56
6 Hasil Determinasi Tumbuhan ... 64
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan kesehatan serius yang masih banyak terjadi di
Indonesia adalah Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). DHF adalah penyakit virus
yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan penderita meninggal dunia
hanya dalam waktu beberapa hari (Agoes, 2009).
Sejak tahun 1968 telah terjadi peningkatan persebaran jumlah provinsi dan
kabupaten/kota yang endemis DHF, dari 2 provinsi dan 2 kota, menjadi 32 (97%)
dan 382 (77%) kabupaten/kota pada tahun 2009. Pada tahun 2014, sampai
pertengahan bulan Desember tercatat penderita DHF di 34 provinsi di Indonesia
sebanyak 71.668 orang, dan 641 di antaranya meninggal dunia (Kementrian
Kesehatan RI, 2015).
Vektor penyakit DHF adalah nyamuk Aedes sp. Selain menyebarkan penyakit
DHF, Aedes sp. juga merupakan vektor penyakit chikungunya, yellow fever dan
Japanese encephalitis (Candra, 2005; Centers for Disease Control, 2007).
Obat dan vaksin untuk mencegah penyakit DHF belum tersedia, maka upaya
pengendalian penyakit tersebut dititikberatkan pada pemutusan rantai siklus
hidup nyamuk. Pengendalian vektor DHF dengan membunuh nyamuk dewasa
saja tidak cukup jika jentik-jentik nyamuk tetap dibiarkan hidup (Sukowati,
2010).
Saat ini, pengendalian nyamuk sebagai vektor penyakit dilakukan dengan
menggunakan larvisida sintetik, yaitu temephos. Temephos merupakan larvisida
organofosfat non sistemik yang bekerja dengan menghambat enzim
acetylcholinesterase. Namun, bila penggunaan larvisida sintetik ini dilakukan
terus-menerus akan mengakibatkan resistensi vektor dan pencemaran lingkungan,
untuk itu diperlukan biolarvisida yang ramah lingkungan (Sukowati, 2010;
WHO, 2011).
2
Indonesia merupakan negara penuh keanekaragaman hayati, penggunaan
biopestisida dapat dilakukan, salah satunya dengan menggunakan
tumbuhan-tumbuhan yang memiliki efek sebagai larvisida maupun pengusir nyamuk.
Tumbuhan-tumbuhan ini dapat menjadi suatu alternatif yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah penanggulangan penyebaran penyakit melalui vektor
nyamuk (Mittal et al., 2003).
Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan adalah daun pepaya (Carica
papaya L.). Hampir keseluruhan dari tanaman pepaya dapat dimanfaatkan. Daun
pepaya telah mendapat prioritas sebagai tanaman obat utama menurut WHO.
Daun pepaya dapat digunakan sebagai obat cacing kremi, disentri amoeba, kaki
gajah serta menyembuhkan luka lambung dan usus. Daun pepaya efektif untuk
mengendalikan ulat dan hama, selain itu juga dapat digunakan sebagai pengusir
serangga (Harborne, 1987; Sudarmo, 2005; Bermawie, 2006; Septiningsih,
2008).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Adhityas dkk. tahun 2013
membuktikan bahwa larutan daun pepaya memiliki efek larvisida terhadap Aedes
aegypti. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk mengetahui efek larvisida dari
daun pepaya terhadap Aedes sp. dalam bentuk sediaan ekstrak.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki efek sebagai larvisida terhadap Aedes sp.
Berapa nilai LC50 ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai
larvisida terhadap Aedes sp.
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui apakah ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki efek sebagai larvisida terhadap Aedes sp.
3
Mengetahui nilai LC50 ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.)
sebagai larvisida terhadap Aedes sp.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademis
Menambah wawasan mengenai daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai
larvisida alami.
1.4.2. Manfaat Praktis
Daun pepaya (Carica papaya L.) diharapkan dapat digunakan sebagai
larvisida alternatif untuk menurunkan jumlah populasi nyamuk Aedes sp.
sehingga angka kejadian DHF dapat menurun.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Insektisida menurut cara masuknya, dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu racun
kontak, racun perut, dan racun pernafasan. Racun kontak dan racun perut masuk
melalui kontak langsung maupun melalui organ pencernaan dan ditransportasikan
ke bagian aktif dari serangga (susunan saraf) sehingga menimbulkan kematian
pada serangga (Environmental Protection Agency, 2002; Djojosumarto, 2008).
Daun pepaya memiliki kandungan bahan aktif seperti enzim papain, alkaloid
karpain, pseudokarpain, glikosid, karposid, saponin, flavonoid, tanin, sakarosa,
dekstrosa dan levulosa. Senyawa kimia seperti alkaloid berperan sebagai racun
perut dan menghambat acetylcholinesterase, papain dapat mempengaruhi proses
metabolisme tubuh dan menghambat hormon pertumbuhan, sedangkan flavonoid
4
berperan sebagai racun pernapasan sehingga menyebabkan kematian, saponin
dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan makanan, dan
tanin juga diduga menurunkan aktivitas enzim pencernaan (Harborne, 1987;
Dinata, 2008; Shadana, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Baja dkk. pada tahun 2012 didapatkan
bahwa ekstrak daun pepaya memiliki nilai LC50-24 jam sebesar 293,86 ppm
terhadap Aedes aegypti (Baja et al., 2012).
Gambar 1.1 Bagan Mekanisme Kerja Senyawa Aktif Daun Pepaya (Harborne, 1987; Dinata, 2008; Shadana, 2014)
1.5.2 Hipotesis Penelitian
Ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki efek larvisida terhadap Aedes sp.
Diperoleh nilai LC50 ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai
41 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki efek larvisida
terhadap Aedes sp..
2. Nilai LC50 ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai
larvisida terhadap Aedes sp. adalah 1000 ppm.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan genus nyamuk yang
lain.
2. Perlu penelitian lebih lanjut bentuk sediaan yang paling cocok untuk
larvisida.
42
DAFTAR PUSTAKA
Adhityas, A. A., Suharyo, & Kun, K. (2013). Uji efektifitas larutan daun pepaya (Carica papaya) sebagai larvasida terhadap kematian larva nyamuk
Aedes aegypti di laboratorium B2P2VRP. Yogyakarta: Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro. http://eprints.dinus.ac.id/7748/1/jurnal_11983.pdf. 20 November 2015. Agoes, R. (2009). Peran nyamuk dalam ilmu kedokteran. Dalam Parasitologi
Kedokteran - Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC.
Arifin, M. N. (2014). Pengaruh ekstrak n-heksan serai wangi cymbopogon nardus (l.) randle pada berbagai konsentrasi terhadap periode menghisap darah dari nyamuk aedes aegypti. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/10628/Magfirah %20Nur%20Arifin%20H41110101.pdf?sequence=1. 10 Juli 2015.
Aynsley C Thielman, Fiona F Hunter. (2007). Photographic key to the adult female mosquitoes (diptera: culicidae) of Canada. Canadian Journal of
Arthropod Identification No. 4.
Badan POM RI. (2008). Carica papaya L.
Undergraduate thesis. Yogyakarta : Duta Wacana Christian University. http://sinta.ukdw.ac.id. 30 Oktober 2015.
Bekti Dyah Lestari, Zulfaidah Penata Gama, Brian Rahardi. (2010). Identifikasi
nyamuk di Kelurahan Sawojajar Kota Malang. Malang: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Brawijaya. http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/B1J009069-10.pdf. 8 Agustus 2015.
Belding, D. (1964). Textbook of parasitology (3rd ed.). New York: Appleton Century Crofts.
43
Bermawie, N. (2006). Mengatasi demam berdarah dengan tanaman obat. Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 28(6).
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/wr286063.pdf. 10 September 2015.
Bhatt S. (2014). The global distribution and burden of dengue. Nature. Candra, B. (2005). Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: EGC.
Centers for Disease Control. (2007). Chikungunya fever fact sheet. http://www.cdc.gov/ncidod/dvbid/chikungunya/. 28 Maret 2015.
Depkes, RI. (2007). INSIDE (Inspirasi dan Ide) Litbangkes P2B2 vol II : Aedes aegypti Vampir Mini yang Mematikan.
Dinata, A. (2008, Desember). Strategi utama pemberdayaan atasi DBD. Inside
(Inspirasi & Ide Litbangkes P2B2), 3(2).
http://www.academia.edu/6610415/Ekstrak_Kulit_Jengkol_Atasi_Jentik_ DBD_Majalah_Inside_Vol.III.No.02-Desember_2008. 20 Maret 2015 Djakaria. (2008). Pendahuluan entomologi parasitologi kedokteran. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Djojosumarto, P. (2008). Pestisida & aplikasinya. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Djunaedi. (2006). Demam berdarah dengue (DBD). Malang: Universitas Muhammadiyah.
Dogget, S. L. (2003). Mosquito photographs. http://medent.usyd.edu.au/arbovirus/mosquit/photos/mosquitophotos.htm# aegypti. 20 September 2015.
Dong Kun Yang, Byoung Han Kim, Chang Hee Kweon, Jun Hun Kwon, Seong In Lim, Hong Ryul Han. (2004). Biophysical characterization of Japanese encephalitis virus isolated from pigs in Korea. J. Vet. Sci, 5(2): 125-130. 10 November 2015.
Duke, J. A. (1983). Handbook of energy crops. unpublished.
https://www.hort.purdue.edu/newcrop/duke_energy/Carica_papaya.html. 10 April 2015.
Environmental Protection Agency. (2002). Insectiside.
http://www.epa.gov/pesticides/safety/healthcare/handbook/Chap04.pdf. 15 Maret 2015.
44
Fatmawati, T. (2014). Distribusi dan kelimpahan larva nyamuk Aedes spp di Kelurahan Sukorejo Gunungpati Semarang berdasarkan peletakan
ovitrap. Semarang: Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Federer, W. (1977). Experimental design, theory and application. New Delhi: Mac Millan.
Foley, H. M. (2001). Global-scale relationships between climate and the dengue fever vector, Aedes aegypti. Climatic Change. p 441-463.
Foster, & Walker. (2002). Medical and veterinary entomology. London: Academic Press.
Gandahusada S, Herry D.I., Wita Pribadi. (2006). Parasitologi kedokteran
cetakan ke-VI. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Gautama. (2005). Pelaksanaan surveilans JE di Bali. Jakarta: Workshop and Training Surveilans JE di Rumah Sakit.
Goma. (1966). Hutchinson tropical monographs. London: Hutchinson & Co. Harbach, R. (2008). Famili Culicidae meigen.
http://mosquito-taxonomic-inventory.info/famili-culicidae-meigen-1818. 20 Maret 2015. Harborne, J. (1987). Metode fitokimia. Bandung: ITB.
Hasyimi, M. (1993). Media litbangkes. Aedes aegypti sebagai vektor demam
berdarah dengue berdasarkan pengamatan di alam. p 16-18.
Hoedojo R, Z. (2008). Buku ajar parasitologi kedokteran (4 ed.). Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ikeyi Adachukwu, Ogbonna Ann, Eze Faith U. (2013, Juli). Phytochemical York: Macmillan Publishing Co. Inc.
Kementrian Kesehatan RI. (2012). Modul pengendalian demam berdarah dengue. Bakti Husada.
45
_______. (2012). Pedoman pengendalian demam chikungunya. (2). http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/bk%20cikungunya%20edited_2 7_10_12ok.pdf. 10 Oktober 2015.
_______. (2015, Januari 8). Kementrian kesehatan Indonesia. http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003/demam-berdarah-biasanya-mulai-meningkat-di-januari.html. 10 Oktober 2015.
Kinsey, T. B. (2015). Carica papaya - papaya, pawpaw - hawaiian plants and
tropical flowers.
http://wildlifeofhawaii.com/flowers/1522/carica-papaya-papaya/. 15 Oktober 2015.
Krishna, K. P., Paridhavi, M., Patel, J.A (2008). Review on nutrional, medicinal, and pharmacological properties of papaya (Carica papaya L.). Natural
Product Radiance, 7(4): 364-373.
Maha, M. S. (2012). Japanese encephalitis. Cermin Dunia Kedokteran-193, 39(5). 18 November 2015.
Menteri Kesehatan RI. (2014). Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 5 tahun 2014 tentang panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer. http://peraturan.bkpm.go.id/jdih/lampiran/Permenkes_5_2014.pdf. 20 Oktober 2015.
Mittal, P. K., Subbarao, S.K. (2003). Prospects of using herbal products in the control of mosquito vectors. ICMR Bulletin, 33(1): 2-5.
Natadisastra, D. (2009). Dasar-dasar parasitologi kedokteran. Dalam Parasitologi
kedokteran - ditinjau dari organ tubuh yang diserang. Jakarta: EGC.
Northern Teritory Government. (2013, januari). www.nt.gov.au/health. 12 Agustus 2015.
Novizan. (2002). Membuat dan memanfaatkan pestisida ramah lingkungan.
Jakarta: Agro Media Pustaka.
NSW Health Goverment. (2010). www.health.nsw.gov.au. 12 Agustus 2015. Nugrahari, D. I. (2011). Pengaruh ekstrak bawang putih terhadap mortalitas
larva nyamuk Culex sp. Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jakarta.
46
Nurmaini. (2003). Mengidentifikasi vektor dan pengendalian nyamuk Anopheles.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3705/3/fkm-nurmaini1.pdf.txt. 25 Oktober 2015.
Patridina, G. (2012). Uji potensi ekstrak daun pepaya (Carica papaya) sebagai
insektisida terhadap nyamuk Culex sp. dengan metode elektrik. Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya.
Peabody Museum of Natural History, Y. U. (2015). Mosquito | invasion of the
bloodsuckers : exhibits : yale peabody museum of natural history.
http://peabody.yale.edu/exhibits/bloodsuckers/mosquito. 18 Agustus 2015. Powers, Logue. (2007). Changing patterns of chikungunya virus: re-emergence of
a zoonotic arbovirus. J Gen Virol, 88(9): 2363-2377.
Purdue University. (2008). Public health and medical Entomology purdue university.
http://extension.entm.purdue.edu/publichealth/insects/mosquito.html. 20 Juli 2015.
Pusponegoro. (2005). Gambaran klinis dan penanganan Japanese encephalitis
serta teknik pengambilan cerebrospinal (CSF). Jakarta: Workshop and
Training Surveilance JE di Rumah Sakit.
Santoso. (2013). Tumpas penyakit dengan 40 daun dan 10 akar rimpang.
Yogyakarta: Cahaya Jiwa.
Sendow, I. (1999). Japanese encephalitis: suatu penyakit zoonosis yang perlu mendapat perhatian. Jurnal Litbang Pertanian, 18(1). http://digilib.litbang.pertanian.go.id/~bbveteriner/getfile.php?src=agris/no mfn1/606.pdf&format=application/pdf. 10 November 2015
Septiningsih, E. (2008). Efek penyembuhan luka bakar ekstrak etanol 70% daun pepaya (carica papaya l.) dalam sediaan gel pada kulit punggung kelinci new zealand. http://eprints.ums.ac.id/3333/1/K100040154.pdf. 11 November 2015.
Service, M. W. (2008). Medical entomology for students (3 ed.). Cambridge United Kingdom: Cambridge University Press. http://assets.cambridge.org/97805215/47758/excerpt/9780521547758_exc erpt.pdf. 18 Juli 2015.
Setiaji, A. (2009). Efektifitas ekstrak daun pepaya Carica papaya L.
47
Shadana, M. (2014). Efek larvasida ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya).
Universitas Riau.
Soedarto. (1995). Entomologi kedokteran. Jakarta: EGC.
Soegijanto, S. (2006). Demam berdarah dengue (2 ed.). Surabaya: Airlangga University Press.
Sudarmaja, IM., Mardihusodo, S. (2009). Pemilihan tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti pada air limbah rumah tangga di laboratorium. 10(4): 205-207.
Sudarmo, S. (2005). Pestisida nabati : pembuatan dan pemanfaatannya.
Yogyakarta: Kanisius.
Sudarto. (1972). Atlas entomologi kedokteran. Jakarta: EGC.
Sudjana, P. (2009). Demam kuning (yellow fever). Dalam buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jakarta Pusat: Interna Publishing.
_______. (2010, agustus). Buletin jendela epidemiologi. diagnosis dini penderita
demam berdarah dengue dewasa, 2(ISSN-2087-1546). p 22-23.
Suhendro, Leonard Nainggolan, Khie Chen, Herdiman T. Pohan. (2009). demam
berdarah dengue. Jakarta Pusat: Interna Publishing.
Sukohar, A. (2014, Februari). Demam berdarah dengue (DBD). Medical
Profession Journal of Lampung (MEDULA), 2(2).
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=148812&val=5502. 5 September 2015.
Sukowati, S. (2010, Agustus). Masalah vektor demam berdarah dengue (DBD) dan pengendaliannya di Indonesia. Buletin Jendela Epidemiologi, 2. Sundari, N. S. (1996). Tinjauan hasil penelitian tanaman obat di berbagai institut
III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Supartha, I. (2008). Pengendalian terpadu vektor virus demam berdarah dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse) (Diptera:Culicidae). Suriptiastuti. (2007, April-Juni). Re-emergensi chikungunya: epidemiologi dan
peran vektor pada penyebaran penyakit. Universa Medicina, 26(2): 101-110.
48
Swaroop, A.J,. Jain, A., Kumhar, M., Parihar, N., Jain, S. (2007). Chikungunya fever. Journal Indian Academy of Clinical Medicine, 8(2): 164-168.
Thenmozhi, V.R., Selvaraj, P. 2. (2009). Host feeding pattern of wild caught mosquitos in reserve forest, rural village and urban town in Nathan Taluk, Tamil Nadu. Current Biotica, 2(4).
Tinneke Lumowa, Puput Nova. (2015). Larvicidal activity of Syzygium polyanthum W. leaf extract against Aedes aegypti L larvae. Progress in
_______. (2012). Entomology and nematology. http://entnemdept.ufl.edu/. 10 Oktober 2015.
Vijay Yogiraj, Pradeep Kumar Goyal, Chetan Singh Chauhan, Anju Goyal, Bhupendra Vyas. (2014). Carica papaya Linn: An Overview. International
Journal of Herbal Medicine, 2(5): 01-08.
http://florajournal.com/vol2issue5/jan2015/2-4-12.1.pdf. 5 Oktober 2015. Wahyono, T. Y., Haryanto, B., Mulyono, S., Adiwibowo, A. (2010, Agustus).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dan upaya penanggulangannya di Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
Buletin Jendela Epidemiologi, 2.
West Umatilla Mosquito Control District. (2014). Mosquito information : life
cycle - WUVCD. http://www.wumcd.org/mosquito/lifecycle.html. 5
September 2015.
WHO. (2005). Guidelines for laboratory and field testing of mosquito larvicides. _______. (2009). Dengue : guidelines for diagnosis, treatment, prevention and
control. http://www.who.int/tdr/publications/documents/dengue-diagnosis.pdf. 12 Agustus 2015.
_______. (2011). WHO specifications and evaluations for public health pesticides
: temephos.
http://www.who.int/whopes/quality/Temephos_eval_only_June_2011.pdf. 5 Maret 2015.
49
Widoyono. (2011). Penyakit tropis : epidemiologi, penularan, pencegahan &
pemberantasannya (2 ed.). Jakarta: Erlangga.
Wilcox, B.A., Ellis, B. (2006). Forests and emergining infectious disease of
humans.
Wirawan, A. I. (2006). Insektisida permukiman dalam : hama pemukiman
Indonesia. Bogor: Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman (UKPHP)
Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Yudhastuti, Ririh, Anny Vidiyani. (2005, Januari). Hubungan kondisi lingkungan, kontainer, dan perilaku masyarakat dengan keberadaan jentik. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 01(2).