KATA PENGANTAR ...iii
UCAPAN TERIMA KASIH ...iv
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR GAMBAR ...xi
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Penelitian ...1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ...5
C. Rumusan Masalah Penelitian...5
D. Tujuan Penelitian ...6
E. Manfaat Penelitian ...6
F. Struktur Organisasi ...7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...9
A. Pengertian Erosi ...9
B. Proses Terjadinya Erosi ...9
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Erosi ...11
1. Iklim...11
2. Topografi ...12
3. Tanah ...14
4. Vegetasi ...19
5. Manusia (Pengelolaan Lahan) ...20
D. Dampak Erosi ...21
E. Jenis Erosi ...22
F. Prediksi Erosi ...24
1. Erosivitas (R) ...26
2. Erodibilitas (K) ...26
(P) ...29
G. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ...31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...32
A. Lokasi Penelitian ...32
B. Desain Penelitian ...34
C. Metode Penelitian ...35
D. Populasi Dan Sampel ...36
1. Populasi ...36
2. Sampel ...36
E. Definisi Operasional ...40
1. Zonasi ...40
2. Bahaya Erosi ...40
3. Tingkat Bahaya Erosi ...40
4. Kecamatan Panumbangan ...40
F. Teknik Pengumpulan Data ...41
G. Instrumen Penelitian ...42
H. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ...43
1. Analisis Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ...43
2. Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi ...44
I. Bagan Alur Penelitian ...45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...46
A. Hasil Penelitian ...46
1. Kondisi Fisik...46
2. Kondisi Sosial ...63
3. Survey Lapangan ...69
B. Pembahasan Penelitian ...80
1. Perhitungan Besaran Erosi di Kecamatan Panumbangan ...80
B. Saran ...103
DAFTAR PUSTAKA ...
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penggunaan Lahan Di Kecamatan Panumbangan Tahun 2012 ...4
Tabel 2.1 Klasifikasi Intensitas Hujan ...12
Tabel 2.2 Klasifikasi Butir-Butir Primer Tanah Menurut Dua Sistem ...15
Tabel 2.3 Kode Struktur Tanah ...17
Tabel 2.4 Kode Permeabilitas Profil Tanah ...18
Tabel 2.5 Kode Kandungan Bahan Organik ...19
Tabel 2.6 Dampak Erosi Tanah ...22
Tabel 2.7 Jenis Erosi Menurut Tiga Ahli ...23
Tabel 2.8 Nilai Faktor C (Pengelolaan Tanaman) ...28
Tabel 2.9 Indeks P (Tindakan Konservasi) ...30
Tabel 2.10 Tingkat erosi berdasarkan tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi ...31
Tabel 3.1 Perolehan Sampel Penelitian ...38
Tabel 3.2 Hubungan Antar Variabel ...41
Tabel 4.1 Luas Desa di Kecamatan Panumbangan ...47
Tabel 4.2 Tipe Iklim Menurut Schmidt-Ferguson ...50
Tabel 4.3 Data Curah Hujan Di Kecamatan Panumbangan Tahun 2004 – 2013 ...51
Tabel 4.4 Jumlah Bulan Kering Dan Bulan Basah Selama 10 Tahun ...51
Tabel 4.5 Karakteristik Geologi di Kecamatan Panumbangan ...54
Tabel 4.6 Jenis Tanah di Kecamatan Panumbangan ...59
Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Di Kecamatan Panumbangan ...63
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Di Kecamatan Panumbangan ...65
Tabel 4.9 Penggunaan Lahan Di Kecamatan Panumbangan Tahun 2012 ...67
Tabel 4.10 Hasil Survey Lokasi 1 (ALL TG) ...69
Tabel 4.11 Hasil Survey Lokasi 2 (ALL KB) ...70
Tabel 4.17 Hasil Survey Lokasi 8 (LAT ST) ...74
Tabel 4.18 Hasil Survey Lokasi 9 (ALL SI) ...75
Tabel 4.19 Hasil Survey Lokasi 10 (LAT SI) ...76
Tabel 4.20 Hasil Survey Lokasi 11 (LAT SB) ...76
Tabel 4.21 Hasil Survey Lokasi 12 (LAT KB) ...77
Tabel 4.22 Hasil Survey Lokasi 13 (LAT TG) ...78
Tabel 4.23 Hasil Survey Lokasi 14 (ALL SB) ...78
Tabel 4.24 Hasil Survey Lokasi 15 (AND HT) ...79
Tabel 4.25 Hasil Survey Lokasi 16 (LAT HT) ...80
Tabel 4.26 Data Curah Hujan Rata-Rata Bulanan ...81
Tabel 4.27 Data Hari Hujan Bulanan ...82
Tabel 4.28 Data Curah Hujan Maksimal Bulanan ...82
Tabel 4.29 Perhitungan Erosivitas (R) ...83
Tabel 4.30 Perhitungan Erodibilitas (K) ...86
Tabel 4.31 Perhitungan Faktor Lereng (LS) ...88
Tabel 4.32 Perhitungan Nilai C ...89
Tabel 4.33 Perhitungan Nilai P ...91
Tabel 4.34 Perhitungan Besar Erosi Potensial Per Satuan Lahan Di Kecamatan Panumbangan ...92
Tabel 4.35 Perhitungan Besar Erosi Aktual Per Satuan Lahan Di Kecamatan Panumbangan ...93
Tabel 4.36 Kelas Bahaya Erosi ...95
Tabel 4.37 Kelas Bahaya Erosi Per Satuan Lahan Di Kecamatan Panumbangan ...96
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema proses terjadinya erosi tanah ...10
Gambar 2.2 Hubungan antara kecuraman lereng dengan aliran permukaan dan erosi ...14
Gambar 2.3 Diagram segitiga tekstur tanah dan nama 12 kelas tekstur ...16
Gambar 3.1 Peta administratif Kecamatan Panumbangan ...33
Gambar 3.2 Peta satuan lahan Kecamatan Panumbangan ...37
Gambar 3.3 Peta titik lokasi penelitian Kecamatan Panumbangan ...39
Gambar 3.4 Bagan alur penelitian ...45
Gambar 4.1 Diagram perbandingan luas wilayah Desa di Kecamatan Panumbangan ...47
Gambar 4.2 Diagram curah hujan bulan basah, bulan kering dan bulan Lembap ...52
Gambar 4.3 Diagram lingkaran luas lahan geologi Kecamatan Panumbangan .54 Gambar 4.4 Peta geologi Kecamatan Panumbangan ...55
Gambar 4.5 Peta kontur Kecamatan Panumbangan ...57
Gambar 4.6 Peta kelas kemiringan lereng Kecamatan Panumbangan ...58
Gambar 4.7 Diagram lingkaran luas jenis tanah Kecamatan Panumbangan ...59
Gambar 4.8 Peta jenis tanah Kecamatan Panumbangan ...60
Gambar 4.9 Peta aliran sungai Kecamatan Panumbangan ...62
Gambar 4.10 Diagram kepadatan penduduk tiap desa di Kecamatan Panumbangan ...64
Gambar 4.11 Diagram jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan di Kecamatan Panumbangan ...66
Gambar 4.12 Peta penggunaan lahan Kecamatan Panumbangan ...68
Gambar 4.13 Diagram perbandingan besar erosi potensial dengan besar erosi aktual per satuan lahan di Kecamatan Panumbangan ...94
Gambar 4.14 Diagram perbandingan besar erosi potensial dengan besar erosi aktual keseluruhan di Kecamatan Panumbangan ...94
Lahan merupakan tanah terbuka pada suatu daerah yang dapat menjadi
salah satu faktor penentu kualitas lingkungan. Kondisi lahan pada suatu daerah
akan mempengaruhi lingkungan yang ada di daerah tersebut bahkan sekitarnya,
yang apabila kondisi lahan itu buruk maka akan membuat kualitas lingkungan
menjadi buruk dan sebaliknya apabila kondisi suatu lahan baik maka dapat
menciptakan lingkungan yang baik pula. Hal ini disebabkan karena lahan
memiliki potensi dan kualitas tersendiri yang dapat menentukan arahan pada
fungsi dan peruntukannya.
Sumber daya lahan dapat dikatakan suatu faktor produksi atau modal dari
lahan itu sendiri yang bisa digunakan serta dimanfaatkan oleh manusia guna
memenuhi keperluan hidupnya. Lahan bisa menjadi sumber daya yang baik dan
memberikan banyak keuntungan apabila kelestarian lahan itu sendiri terjaga.
Kelestarian lahan dapat terjaga melalui pengelolaan lahan yang baik dan sesuai
dengan karakter lahannya.
Penggunaan lahan merupakan salah satu bentuk pengelolaan terhadap
lahan yang didasarkan pada karakter lahan itu sendiri. Penggunaan lahan dari
waktu ke waktu terus berkembang, semakin banyak lahan di berbagai daerah yang
dimanfaatkan bahkan banyak terjadi perubahan penggunaan lahan. Hal ini
disebabkan kerana tingkat kebutuhan manusia yang semakin luas, seperti yang
telah dikemukakan oleh Sandy (dalam Nurdin, 2009, hlm. 2) yaitu :
(1) Adanya kontradiksi antara kebutuhan untuk menjadi pemakai yang lebih luas di satu pihak dan batasan-batasan yang berat demi lingkungan; (2) Peningkatan keperluan hidup di pedesaan yang tidak disertai perluasan kesempatan kerja; (3) terjadinya kerusakan tanah karena kurangnya pemeliharaan sebagai akibat dari adanya jarak bathin atau status hukum yang terlalu jauh antara penggarap tanah dan pemilik tanah.
Di Indonesia sendiri terbukti telah terjadi perubahan penggunaan lahan,
Berdasarkan data yang ada, luas hutan selama periode 1985 – 1997 untuk tiga pulau besar (Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi) telah berkurang seluas ± 1,6 juta ha/tahun. Sedangkan perhitungan untuk lima pulau besar, yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Maluku menunjukkan luas penutupan hutan telah berkurang seluas ± 1,8 juta ha/tahun, atau lebih dari 21 juta ha selama kurun waktu tersebut yang setara dengan luas Pulau Jawa. Untuk periode 1997 – 2000 laju pengurangan hutan di dalam kawasan hutan mencapai angka ± 2,84 juta ha/tahun atau ± 8,5 juta ha selama 3 tahun.
Berdasarkan pemaparan dari Departemen Kehutanan tersebut bahwa telah terjadi
pengurangan luas kawasan hutan di beberapa tempat di Indonesia. Pengurangan
luas hutan tersebut tidak lain disebabkan karena sebagian penggunaan lahannya
yang telah berubah yang tadinya adalah kawasan hutan kemungkinan sebagian
wilayahnya berubah menjadi area perkebunan warga, bisa menjadi area
pemukiman warga, atau karena terjadi bencana kebakaran hutan sehingga menjadi
lahan kosong, serta hal lain yang dapat menyebabkan luas kawasan hutan
berkurang.
Pemanfaatan lahan biasanya secara langsung menyebabkan perubahan tata
guna lahan di suatu wilayah. Perubahan penggunaan lahan seringkali tidak
disertai dengan tindakan pencegahan kerusakan lahan (konservasi), sehingga
lahan semakin terdegradasi yang secara kasat mata ditandai dengan tingginya
tingkat bahaya erosi serta rendahnya tingkat resapan air hujan. Alih fungsi lahan
oleh manusia umumnya mengubah vegetasi dan pengelolaan lahan, hal itu juga
yang merupakan faktor penyebab lahan terdegradasi.
Menurut Notohadiprawiro (1999, hlm. 74), “erosi ialah penyingkiran dan
pengangkutan bahan dalam bentuk larutan atau suspensi dari tapak semula oleh
pelaku berupa air mengalir , es bergerak, atau angin”. Berbagai macam
penggunaan lahan tentu akan memberikan pengaruh yang berbeda pada tingkat
bahaya erosi yang terjadi. Erosi tidak terjadi pada semua jenis lahan dan
penggunaan lahannya, tetapi terjadi pada lahan-lahan tertentu yang memiliki
karakteristik pendorong terjadinya erosi. Faktor yang mendorong terjadinya erosi
Erosi terjadi pada lahan-lahan kering di daerah lereng dengan tindakan
konservasi yang belum terarah serta curah hujan yang cukup tinggi. Untuk
wilayah di Indonesia yang pada dasarnya beriklim basah, erosi terjadi banyak
dipengaruhi oleh air, sedangkan erosi oleh angin tidak begitu berarti. Erosi yang
terjadi pada suatu lahan mengakibatkan lapisan atas tanah pada lahan tersebut
terangkat atau terkikis dan diendapkan di tempat lain di lahan yang lebih rendah
seperti di dalam sungai, waduk, danau, dan sebagainya. Maka dari itu kerusakan
akibat erosi terjadi di dua tempat, yaitu di tempat terjadinya erosi (on site) dan
tempat diendapkannya tanah hasil erosi (off site).
Kecamatan Panumbangan merupakan daerah kecamatan yang termasuk
kawasan pengembangan Agropolitan Kabupaten Ciamis. Kecamatan ini masuk
pada daerah aliran Ci Tanduy. Kecamatan Panumbangan tidak memiliki pos
pengamat curah hujan, berdasarkan data yang diperoleh dari proyek penelitian
Menteri Pekerjaan Umum (2013, hlm.40) pos hujan terdekat dengan Kecamatan
ini adalah Panawangan, Kawali, Ciamis, dan Rancah yang memiliki curah hujan
sebesar 2,940 mm/Tahun merupakan rata-rata hujan dari tahun 1970-2011.
Kecamatan ini memiliki bentukan lahan yang berlereng dan bergelombang juga
terdapat banyak lahan pertanian. Jika melihat hal tersebut maka besar bahaya erosi
terjadi di wilayah tersebut. Jenis tanah di wilayah ini didominasi oleh jenis tanah
aluvial. Berdasarkan data dari badan pusat statistik Kecamatan Panumbangan
dalam angka 2012, kecamatan tersebut memiliki luas wilayah 52,62 Km2 (5262
Ha) berada pada ketinggian 593 mdpl. Kecamatan Panumbangan memiliki 14
Desa dengan jumlah penduduk seluruhnya 62.034 jiwa (tahun 2011) dan
kepadatan penduduknya 1.179 jiwa/Km2. Penggunaan lahan di Kecamatan
Panumbangan seperti yang telah disebutkan sebelumnya banyak terdapat lahan
pertanian. Adapun penggunaan lahan di Kecamatan Panumbangan seperti
Table 1.1
Penggunaan Lahan Di Kecamatan Panumbangan Tahun 2012
No Penggunaan Lahan Luas (Ha)
2012 1 Pekarangan/ tanah untuk bangunan & halaman sekitarnya 440
2 Tegal/ kebun/ ladang/ huma 2.062
3 Hutan rakyat 845
4 Hutan negara 588
5 Perkebunan Negara/ swasta 498
6 Kolam/ tebet/ empang 160
7 Lain-lain 167
Jumlah lahan kering 4.760
8 Irigasi teknis 355
9 Irigasi ½ teknis 510
10 Irigasi sederhana/ desa 266
11 Tadah hujan 55
Jumlah lahan sawah 1.186
Jumlah lahan kering & lahan sawah 5.946
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis Tahun 2013
Dari Tabel 1.1 menunjukkan bahwa di Kecamatan Panumbangan lebih
didominasi oleh lahan pertanian dan hutan, hal ini merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh pada besaran erosi. Melihat dari data tabel tersebut diatas
bahwa sebaran erosi di kecamatan panumbangan bisa beragam besarannya dilihat
juga dari kondisi lahannya. Hal ini bisa menentukan besaran erosi setiap wilayah
yang nantinya akan diketahui tingkatan bahayanya serta sebaran erosi berdasarkan
tingkatannya.
Berdasarkan apa yang telah penulis sampaikan, Kecamatan Panumbangan
dipilih penulis sebagai lokasi penelitian mengenai erosi dan sebarannya.
Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada beberapa hal, antara lain adalah
karena Kecamatan Panumbangan merupakan daerah agropolitan yang dimana
merupakan daerah dengan banyak lahan pertanian. Pengelolaan lahan merupakan
salah satu faktor yang dapat menentukan besar kecilnya erosi yang terjadi. Selain
karena faktor pengelolaan lahan yang banyak digunakan lahan pertanian,
pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Panumbangan juga dilihat berdasarkan
karakteristik fisik lahan. Karakteristik lahan di daerah tersebut memiliki bentukan
Berhubungan dengan apa yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai erosi di Kecamatan Panumbangan.
Penelitian ini dihubungkan dengan pemetaan persebaran tingkat bahaya erosi
beserta zonasinya. Maka dari itu penulis melakukan penelitian ini dengan judul
“ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN
PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas yang telah dipaparkan, maka
sebelum melaksanakan penelitian ada baiknya melakukan identifikasi masalah
terlebih dahulu. Identifikasi masalah guna memfokuskan kajian mengenai
permasalahan yang akan diteliti nantinya. Dalam latar belakang penelitian telah
dibahas mengenai permasalahan erosi, oleh karena itu penelitian ini mengkaji
tentang erosi. Penelitian ini terfokus pada tingkat bahaya erosi yang terjadi dan
akan terjadi di lokasi yang dijadikan lokasi peneliltian. Adapun identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kecamatan Panumbangan merupakan daerah agropolitan yang lahannya
didominasi oleh lahan pertanian, yang dimana pengelolaan lahan merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terhadap besar erosi yang terjadi.
2. Topografi di Kecamatan Panumbangan beragam dilihat mulai dari tingkat
kemiringan lereng, panjang lereng sampai bentukan lahannya. Hal ini dapat
menentukan tingkat besar kecilnya erosi yang ditimbulkan.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Mengacu pada uraian yang telah dipaparkan sebelumnya di latar belakang
penelitian serta identifikasi masalah, bahwa penelitian ini mengkaji mengenai
erosi. Kecamatan Panumbangan yang menjadi daerah penelitian ini merupakan
daerah yang berpotensi terjadi erosi di beberapa lokasi. Berdasarkan data yang
diperoleh dan dari hasil pengamatan lapangan sebelum penelitian, bahwa
karakteristik lahan di daerah tersebut sangat berpotensi terjadinya erosi, dengan
erosi, juga pengolahan lahan dan penanaman vegetasi yang beragam. Kecamatan
Panumbangan juga memiliki curah hujan tinggi setiap tahunnya, yang dimana
hujan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya erosi.
Penelitian ini memfokuskan pada tingkat bahaya erosi dan sebarannya di
Kecamatan Panumbangan. Maka dari itu penelitian ini memunculkan suatu
rumusan masalah yang bisa dikembangkan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengukur besar bahaya erosi di Kecamatan Panumbangan?
2. Berapakah besaran bahaya erosi di Kecamatan Panumbangan?
3. Bagaimana sebaran tingkat bahaya erosi di Kecamatan Panumbangan?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan karena ada suatu permasalahan untuk dicari solusi
atas masalah tersebut. Pada dasarnya setiap penelitian itu memiliki tujuan
tersendiri, selain mencari solusi terhadap suatu permasalahan yang menjadi
sebuah penelitian. Oleh karena itu berdasarkan uraian yang telah disampaikan
sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengukur dan mengamati faktor-faktor terjadinya erosi di Kecamatan
Panumbangan
2. Menghitung besaran bahaya erosi di Kecamatan Panumbangan.
3. Menentukan sebaran dan memetakan tingkat bahaya erosi di Kecamatan
Panumbangan.
E. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan bisa memberikan manfaat, baik itu untuk
peneliti maupun untuk pihak lain. Adapun manfaat yang bisa diberikan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh data mengenai besaran tingkat erosi dari hasil pengukuran dan
penghitungan terhadap lahan di Kecamatan Panumbangan sebagai dasar
pemetaan tingkat bahaya erosi.
2. Memberikan informasi sebaran tingkat bahaya erosi di Kecamatan
3. Memperoleh data sebagai bahan arahan terhadap pengelolaan lahan yang baik
dan benar sesuai dengan kaidah konservasi lahan.
4. Meningkatkan pemahaman peneliti mengenai erosi dalam kehidupan.
F. Struktur Organisasi
Skripsi merupakan sebuah laporan hasil penelitian yang didalamnya berisi
alasan diadakannya penelitian, sistem dalam melakukan penelitian serta hasil dari
penelitian itu sendiri. Penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang pada
setiap babnya terdapat sub bab. Adapun rincian mengenai penulisan skripsi ini
dari bab pertama sampa bab terakhir, yaitu BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV, dan
BAB V.
BAB I merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang maksud penulis
melakukan penelitian. Pada bab ini terdapat sub bab yang terdiri dari latar
belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan struktur organisasi.
BAB II adalah bab kajian pustaka yang dimana pada bab ini menjelaskan
teori-teori tentang hal-hal yang bersangkutan dengan bidang ilmu yang diteliti.
Pada bab kajian pustaka ini terbagi menjadi beberapa sub bab berdasarkan
banyaknya teori yang dipakai guna mendukung proses penelitian. Untuk
penelitian ini dengan kajian mengenai erosi, maka sub bab dalam bab kajian
pustaka ini adalah mengenai pengertian erosi, proses terjadinya erosi,
faktor-faktor yang mempengaruhi erosi, dampak erosi, jenis erosi, prediksi erosi, dan
tingkat bahaya erosi.
BAB III yaitu bab metode penelitian yang berisi penjabaran mengenai
metode dan prosedur penelitian. Sub bab pada bab ini terdiri dari lokasi penelitian,
desain penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional,
teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis data, dan bagan alur
penelitian.
BAB IV merupakan bab hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini
berisi mengenai hal utama dalam penelitian, yaitu pemaparan data dengan cara
guna mendapatkan temuan yang berhubungan dengan masalah dan tujuan
penelitian, serta pembahasan data atau analisis dari hasil temuan yang telah
diperoleh.
BAB V adalah bab simpulan dan saran, yang dimana pada bab ini
menyajikan mengenai penafsiran peneliti terhadap hasil temuan dalam penelitian.
Untuk sub bab simpulan berisi jawaban mengenai masalah penelitian dalam
rumusan masalah. Sedangkan saran atau rekomendasi berisi hal-hal yang
ditujukan kepada pihak yang bersangkutan dari hasil penelitian dan kepada
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Panumbangan yang merupakan
salah satu wilayah kecamatan di bagian Utara Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa
Barat. Berdasarkan profil wilayah, bahwa Kecamatan Panumbangan memiliki luas
wilayah sekitar 52.62 km2 dan berada pada ketinggian 593 mdpl. Adapun batas
wilayah kecamatan panumbangan sebagai berikut :
Barat : Kabupaten Tasikmalaya
Utara : Kecamatan Panjalu
Timur : Kecamatan Panjalu
Selatan : Kecamatan Cihaurbeuti
Lokasi penelitian meliputi hampir seluruh daerah di Kecamatan
Panumbangan. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan karakteristik lahan yang
berpotensi pada terjadinya erosi serta faktor-faktor erosi lainnya yang mendukung
seperti curah hujan, topografi dan tindakan konservasi.
Sesuai dengan apa yang telah dijelaskan di latar belakang, penilitian ini
mengkaji mengenai tingkat bahaya erosi dan lokasi yang dipilih untuk dijadikan
lokasi penelitian adalah Kecamatan Panumbangan. Daerah tersebut dipilih
berdasarkan pada faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya erosi. Curah hujan
tertinggi berada di Kecamatan Panumbangan untuk Kabupaten Ciamis, dimana
curah hujan tinggi memungkinkan tingkat erosi yang tinggi pula. Selain curah
hujan tinggi pengelolaan lahan dan vegetasi turut menentukan tingkat erosi yang
terjadi, sesuai dengan keadaan di Kecamatan Panumbangan yang memiliki
bentukan lahan yang bergelombang serta pengelolaan lahan dan vegetasi yang
dominan dengan lahan pertanian.
Sebagai gambaran mengenai lokasi penelitian dapat dilihat pada peta
B. Desain Penelitian
Sebelum menetapkan metode penelitian, hal yang harus diperhatikan
adalah menentukan desain penelitian. Menurut Nasution (2009, hlm. 23), “desain
penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data
agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian”.
Berdasarkan tujuan penelitian, desain penelitian dibedakan menjadi tiga macam
riset, yaitu riset eksploratif, riset deskriptif, dan riset inferensial.
Riset eksploratif adalah suatu kegiatan penelitian dengan tujuan
mendapatkan informasi atau data mengenai hal yang berkaitan dengan gejala atau
objek yang diteliti. Sedangkan riset deskriptif merupakan suatu kegiatan dengan
tujuan menjelaskan atau menggambarkan suatu gejala atau objek yang diteliti dari
data yang diperoleh. Kemudian riset inferensial merupakan kegiatan penelitian
yang bersifat mengambil keputusan atau menguji hipotesis melalui penelitian
eksperimental. Dari ketiga jenis desain penelitian yang mengacu pada tujuan
penelitian, peneliti dalam penelitian ini termasuk pada riset eksploratif.
Penelitian ini menkaji tentang tingkat bahaya erosi dan sebarannya, maka
dari itu ada baiknya membuat desain penelitian terlebih dahulu. Desain penelitian
bisa disebut sebagai rancangan dalam perencanaan pelaksanaan penelitian. Desain
atau rancangan penelitian meliputi beberapa tahapan mulai tahap pra penelitian,
tahap penelitian, dan tahap pasca penelitian.
Tahap pra penelitian yang dilakukan dalam tahap ini adalah menyusun
rancangan awal dalam penelitian, mengurus perijinan penelitian, memastikan
keadaan lapangan, dan mempersiapkan instrumen penelitian serta bahan yang
diperlukan guna mendukung dalam proses penelitian. Dalam tahap pra penelitian,
peneliti diusahakan terlebih dahulu memahami teori-teori dasar yang berkaitan
dengan kajian penelitian serta menguasai teknik-teknik pengukuran yang
berhubungan dengan kajian dalam penelitian.
Tahap penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahap
pengumpulan data melalui pengukuran dan pengamatan lapangan. Penelitian
dilakukan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditetapkan pada saat pra
objek kajian, melakukan pengamatan sesuai indikator yang telah ditentukan dalam
hubungannya dengan kajian penelitian.
Tahap pasca penelitian, dalam tahap ini yang dilakukan adalah pengolahan
data yang diperolehan pada saat penelitian. Data diolah melalui teknik analisis
data berdasarkan jenis datanya. Untuk data yang diperoleh dalam penelitian ini
lebih bersifat kuantitatif karena merupakan hasil pengukuran yang berarti
memiliki satuan berupa angka-angka. Hasil analisis data penelitian ditujukan
khususnya pada masyarakat.
C. Metode penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif, dimana
penelitian ini mengacu pada fenomena-fenomena objektif serta dikaji secara
kuantitatif. Disebut penelitian kuantitatif karena berkaitan dengan data yang
diperoleh dan diteliti yaitu berupa angka, berbeda dengan kualitatif lebih kepada
data yang bersifat kata-kata. Penelitian ini mengkaji mengenai tingkat bahaya
erosi dengan menggunakan metode eksploratif yang didalamnya terdapat langkah
menggunakan rumus persamaan USLE. Mengenai penelitian eksploratif menurut
Syahza (2010, hlm. 5) bahwa penelitian eksploratif merupakan penelitian
mengenai studi kasus atau yang bertujuan untuk mempelajari hal yang baru dan
tidak memakai hipotesis.
Metode eksploratif digunakan pada penelitian ini dikarenakan penelitian
ini sifatnya mengeksplorasi suatu fenomena yang terjadi di lokasi penelitian.
Fenomena yang dieksplorasi pada kajian penelitian ini adalah mengenai bahaya
erosi. Untuk mengetahui besaran tingkat bahaya erosi diperlukan data dari
berbagai faktor penentu terjadinya erosi, yang dimana data tersebut diperoleh
secara mendalam melalui teknik pengukuran dan pengamatan guna memperoleh
data serta informasi.
Oleh karena itu peneliti mengambil metode eksploratif dalam penelitian ini
yang mengkaji mengenai bahaya erosi. Selain itu penggunaan metode eksploratif
dikarenakan penelitian ini bertujuan memberikan gambaran baru mengenai topik
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian untuk mengumpulkan data kemudian selanjutnya yang
akan dianalisis, maka sebelumnya harus menentukan populasi terlebih dahulu
sebelum menentukan sampel. Menurut Pabundu Tika (2005, hlm. 24), “populasi
adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak
terbatas”. Sedangkan menurut Sugiyono (2008, hlm. 61), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”.
Pada penelitian ini penulis menentukan yang menjadi populasi adalah
populasi wilayah yaitu seluruh wilayah di Kecamatan Panumbangan, Kabupaten
Ciamis. Populasi inilah yang nantinya akan dipakai untuk menentukan sampel
guna memperoleh data dalam penelitian.
2. Sampel
Menurut Pabundu Tika (2005, hlm. 24), bahwa “sampel adalah sebagian
dari obyek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi”. Dalam
penelitian ini sampel yang akan diambil adalah sampel wilayah. Untuk
menentukan sampel wilayah mana saja yang akan diambil, ditentukan berdasarkan
satuan lahan di Kecamatan Panumbangan. Peta satuan lahan yang diperoleh
merupakan gabungan dari peta penggunaan lahan dan jenis tanah yang di overlay
(tumpang susun) dengan menggunakan sebuah program aplikasi pada komputer.
Peta penggunaan lahan bersumber dari peta RBI (Rupa Bumi Indoneia) sebanyak
empat lembar, yaitu lembar Rajapolah, Pagerageung, Kawali dan Cikijing.
Sedangkan peta jenis tanah diperoleh dari peta digitasi jenis tanah Jawa Barat.
Hasil penggabungan tersebut nantinya dapat ditentukan titik-titik sampel
berdasarkan golongan atau kriteria tertentu yang menjadi patokan sampel. Sebagai
Dari peta satuan lahan Kecamatan Panumbangan yang telah dibuat, maka
langkah yang dilakukan selanjutnya adalah menentukan sampel. Sampel diambil
secara acak dengan cara Random Sampling (sampel acak). Pengambilan sampel
dengan cara random sampling, menurut Bintarto (1982, hlm. 43) bahwa
sampel random (random sample) adalah sampel dimana tiap titik, garis atau bidang dipilih secara random. Sebuah sampel yang terdiri dari unsur-unsur yang dipilih dari populasi dianggap random bila tiap unsur-unsur yang terdapat dalam populasi tersebut memiliki probabilitas yang sama untuk terpilih.
Pengambilan sampel dengan cara ini terlebih dahulu membuat penggolongan
populasi berdasarkan kriteria tertentu yaitu satuan lahan yang kemudian
ditentukan jumlah sampelnya dengan sistem pemilihan secara acak.
Dari peta satuan lahan tersebut diperoleh sampel. Sampel yang didapat
sebanyak 19 sampel, dapat dilihat pada tabel sampel (Tabel 3.1). Untuk titik
lokasi pengambilan sampel yang sudah ditentukan berdasarkan satuan lahan dapat
dilihat pada Gambar 3.3.
Tabel 3.1
Perolehan Sampel Penelitian
No Kode Satuan Lahan Keterangan
1 LAT PK Jenis Tanah :
- LAT (Latosol) - AND (Andosol) - ALL (Aluvial)
Penggunaan Lahan : - PK (Pemukiman) - SB (Semak Belukar) - ST (Sawah Tadah Hujan) - SI (Sawah Irigasi) - TG (Tegalan/Ladang) - KB (Perkebunan) 2 LAT SB
E. Definisi Operasional
Berikut ini akan dijelaskan definisi dari judul “Zonasi Tingkat Bahaya
Erosi Di Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis”, agar tidak terjadi
kekeliruan makna dengan membatasi definisi dari judul yang penulis ambil, yaitu
sebagai berikut :
1. Zonasi
Zonasi merupakan pembagian atau pemecahan suatu areal menjadi
beberapa bagian, sesuai dengan fungsi dan tujuan. Dalam hal ini zonasi
dimaksudkan guna mengelompokkan beberapa daerah atau wilayah yang terkait
dengan objek penelitian mengenai tingkat bahaya erosi. Zonasi ini yang nantinya
ditujukan untuk mengelompokkan atau menggolongkan tingkat bahaya erosi
berdasarkan kategorinya yang telah ditentukan pada cakupan wilayah tertentu.
2. Bahaya Erosi
Besar kehilangan tanah pada suatu lahan yang disebabkan karena erosi.
Dalam hal ini adalah besaran atau jumlah tanah yang hilang dengan ukuran satuan
ton/ha/tahun.
3. Tingkat Bahaya Erosi
Besar kehilangan tanah dengan kelas/tingkatan tertentu mengenai bahaya
erosi, mulai dari tingkat sangat ringan, ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Hal
ini maksudnya adalah untuk menentukan tingkatan dilihat dari bahaya erosi yang
ditimbulkan.
4. Kecamatan Panumbangan
Kecamatan Panumbangan merupakan daerah yang menjadi lokasi
penelitian. Kecamatan ini berada di Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat,
terletak di bagian Utara Kabupaten Ciamis berbatasan dengan Kabupaten
Berdasarkan definisi tersebut, penelitian ini merupakan kegiatan terhadap
pendugaan tingkat bahaya erosi yang terjadi di wilayah Kecamatan Panumbangan
dengan menggunakan rumus USLE (Wiscmeier dan Smith). Hasil dari pendugaan
ini nantinya akan dilanjutkan dengan penentuan zonasi terhadap tingkat bahaya
erosi yang terjadi.
Dalam menentukan tingkat bahaya erosi mengacu pada beberapa faktor
yang dijadikan sebagai variabel penelitian. Variabel merupakan konsep yang
mempunyai variasi nilai. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas
(undependent variable) sebagai variabel yang memepangruhi dan variabel terikat
(dependent variable) sebagai variabel yang dipengaruhi. Untuk lebih jelas
mengenai variabel penelitian dalam penelitian ini, bisa dilihat pada tabel
hubungan antar variabel penelitian (Tabel 3.2).
Tabel 3.2
Hubungan Antar Variabel
Variabel bebas (X) Variabel terikat (Y) 1. Iklim
2. Tanah 3. Topografi 4. Vegetasi
5. Pengelolaan lahan (konservasi) 6. Kedalaman solum
Zonasi Tingkat Bahaya Erosi
(TBE)
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dan diperoleh, bisa didapat dengan menggunakan
beberapa teknik pengambilan data. Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang
diperlukan, yaitu data primer dan data sekunder. Penelitian yang dilakukan adalah
mengenai analisis tingkat bahaya erosi (TBE) yang nantinya akan dibuat peta
zonasi mengenai tingkat bahaya erosi dengan memanfaatkan sebuah perangkat
lunak (software) yang biasa dipakai dalam sistem informasi geografi (SIG), yaitu
aplikasi MapInfo.
Untuk data primer maka diperoleh melalui kegiatan observasi, survei dan
dokumentasi. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah mencari data
melalui pengamatn dan pencatatan. Survei dilakukan guna memperoleh data
dengan cara mengukur, seperti mengenai data kemiringan lereng dan data tanah.
Pada penelitian ini pengumpulan data tidak hanya pada pengukuran, pengamatan
dan pencatatan saja, melainkan data yang diperoleh juga bersumber dari lembaga
instansi terkait seperti data mengenai curah hujan. Dokumentasi diperlukan
sebagai penyimpanan keterangan bukti pengumpulan data pada saat penelitian
dilapangan.
Untuk data lainnya diperoleh dari berbagai sumber, seperti melakukan
studi kepustakaan demi mencari referensi sebagai bahan informasi pendukung
dalam penelitian. Data sekunder yang diperlukan adalah sebagai berikut :
Peta parameter yang terdiri dari peta penggunaan lahan, peta tanah, peta topografi yang dimana peta ini digunakan sebagai acuan dalam proses
pelaksanaan penelitian di Kecamatan Panumbangan.
Peta dasar seperti peta rupabumi (RBI) dan peta administratif wilayah Kecamatan Panumbangan, digunakan sebagai dasar cakupan pada saat
penelitian penentuan wilayah.
Studi literatur seperti yang berasal dari buku teori, jurnal penelitian, serta skripsi sebagai acuan dalam pembuatan laporan juga sebagai informasi
mengenai erosi yang berhubungan dengan penelitian ini.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu atau fasilitas guna
mempermudah dalam proses pengumpulan data saat penelitian. Instrumen
penelitian yang digunakan berbeda-beda tergantung langkah penelitian yang
dipakai pada saat pengumpulan data. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 305),
“terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu
kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data”.
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian,
yaitu survei dan observasi, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah
lembar observasi dan pengamatan. Berhubung penelitian ini mengkaji tentang
pengukuran serta pengamatan lapangan, maka adapun alat bantu lain yang
dibutuhkan dalam memperoleh data, antara lain sebagai berikut :
GPS, digunakan untuk mengetahui posisi lintang dan bujur titik tempat penelitian dimana erosi berada.
Meteran, alat ini untuk mengukur panjang lereng.
Klinometer, untuk mengukur kemiringan lereng.
Bor tanah, untuk menentukan kedalaman solum.
Timbangan digital, untuk mengukur masa tanah
Kamera, sebagai alat dokumentasi pelaksanaan penelitian.
Komputer, digunakan untuk mengolah data.
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah proses pengumpulan data, maka langkah selanjutnya adalah
pengolahan dan analisis data. Pengolahan dan analisis data yang akan dilakukan
penulis ada dua langkah, yaitu analisis tingkat bahaya erosi (TBE) dengan
menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) dan pemetaan zonasi
tingkat bahaya erosi (TBE) menggunakan perangkat lunak (software) yang biasa
dipakai dalam SIG.
1. Analisis Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
Analisis data yang dilakukan untuk menentukan tingkat bahaya erosi pada
peneltian ini merupakan analisis kuantitatif. Analisis ini mengolah data berbentuk
angka yang bersifat hitungan. Analisis ini dilakukan untuk menentukan besaran
bahaya erosi (BE) di Kecamatan Panumbangan yang menjadi lokasi penelitian.
Tingkat bahaya erosi ini ditentukan berdasarkan banyaknya tanah yang
hilang dengan ukuran ton/Ha/Tahun dengan kategori tingkatan mulai dari sangat
ringan, ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Besaran erosi dari hasil
perhitungan akan diklasifikasi berdasarkan tingkatannya sesuai dengan tujuan dari
penelitian ini, yaitu menentukan tingkat bahaya erosi (TBE). Cara
penghitungannya dengan menggunakan rumus USLE yang dikembangkan oleh
Menentukan besaran erosi terlebih dahulu dengan menghitung nilai setiap faktor
mulai dari erosivitas (R), erodibilitas (K), panjang dan kemiringan lereng (LS),
pengelolaan tanaman (C), dan pengelolaan lahan (P).
Setelah diketahui besaran erosi setiap lahan yang diteliti, maka ditentukan
tingkatannya dengan mengacu pada ukuran kedalaman solum. Hal ini untuk
mengetahui daerah mana saja yang masuk kepada setiap masing-masing
tingkatan.
2. Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi
Langkah berikutnya adalah melakukan pemetaan untuk menentukan zonasi
tingkat bahaya erosi setelah malakukan pengukuran serta menentukan besaran dan
tingkat bahaya erosi di lokasi penelitian. Dalam langkah pemetaan ini
menggunakan teknik pengolahan data secara digital yaitu dengan menggunakan
bantuan alat seperti komputer. Teknik ini digunakan untuk membuat peta zonasi
persebaran tingkat bahaya erosi yang terjadi di Kecamatan Panumbangan.
Demi memudahkan dalam pemetaan zonasi persebaran tingkat bahaya
erosi, maka dilakukan dengan cara memanfaatkan perangkat lunak (software)
yang biasanya digunakan dalam sistem informasi geografis (SIG), yaitu MapInfo.
Hal ini dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa peta (overlay) yang
dijadikan sebagai peta parameter, kemudian dikonversi kedalam komputer dan
diproses menjadi data digital.
Peta yang digabungkan (overlay) membentuk peta satuan lahan yang
sebelumnya juga telah dibuat pada saat pra penelitian untuk menentukan titik
lokasi pengambilan sampel. Dari peta satuan lahan yang telah ditentukan titik
lokasi sampel inilah yang hasil dari penelitiannya dan telah dilakukan pengukuran
sampai penghitungan untuk menentukan besaran dan tingkat bahaya erosi akan
diklasifikasikan dalam pemetaanya sehingga diketahui batasan/zonasi setiap
I. Bagan Alur Penelitian
Gambar 3.4 Bagan alur penelitian
Peta RBI
Peta Penggunaan
Lahan
Tanah
Lereng (LS)
Konservasi (P) Vegetasi (C)
Erosivitas (R) Uji
Laboratorium
Besaran Erosi (A) Erodibilitas
(K)
Tingkat Bahaya Erosi
Peta Zonasi Tingkat Bahaya Erosi
Peta Jenis Tanah
Curah Hujan
Peta Satuan Lahan Peta
Kelas Kemiringan Lereng
Kemiringan dan Panjang
Lereng
Kecamatan Panumbangan merupakan salah satu Kecamatan yang masuk
pada wilayah administratif Kabupaten Ciamis. Secara administratif Kecamatan
Panumbangan meliputi 14 Desa, yaitu : Desa Sindangbarang, Desa
Banjarangsana, Desa Jayagiri, Desa Sindangherang, Desa Sindangmukti, Desa
Payungagung, Desa Payungsari, Desa Golat, Desa Kertaraharja, Desa Sukakerta,
Desa Tanjungmulya, Desa Panumbangan, Desa Medanglayang, dan Desa
Buanamekar.
Wilayah Kecamatan Panumbangan dekat dengan kawasan Gunung Sawal.
Luas wilayah Kecamatan Panumbangan adalah 52,62 km2 merupakan daerah
bukan pantai yang terletak di bagian utara Kabupaten Ciamis. Kecamatan ini
memiliki rata-rata ketinggian dari permukaan laut sekitar 593 m. Di bagian utara
Kecamatan Pnumbangan berbatasan dengan Kecamatan Panjalu yang masih
termasuk dalam wilayah Kabupaten Ciamis dan juga Kecamatan Panumbangan
sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Majalengka. Di sebelah timur masih
berbatasan dengan Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis, di sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Cihaurbeuti yang masih termasuk dalam wilayah
Kabupaten Ciamis. Sedangkan untuk sebelah barat Kecamatan Panumbangan
berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya.
Penelitian ini menggunakan metode eksploratif yang dimana populasinya
adalah seluruh wilayah Kecamatan Panumbangan dan yang menjadi sampel
adalah satuan lahan yang ada di Kecamatan tersebut. Satuan lahan mengacu pada
jenis tanah serta penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Panumbangan. Sampel
yang telah ditentukan kemudian dilakukan survey lapangan untuk analisis dalam
menentukan besar erosi. Survey yang dilakukan mengacu pada pendekatan USLE
Hasil dari penelitian mengenai zonafikasi tingkat bahaya erosi ini dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Hasil perhitungan berdasarkan data curah hujan dari pos pengematan Pagerageung yang dihitung menggunakan metode Schmidt – Ferguson,
bahwa di Kecamatan Panumbangan yang menjadi lokasi penelitian memiliki
tipe iklim C dengan sifat agak basah. Nilai Q yang didapat dari hasil
perhitungan adalah 37.037%.
Kecamatan Panumbangan dalam segi geologi memiliki dua formasi batuan geologi, yakni :
- Formasi Gunungapi Talagabodas dengan luas 26.9% dari luas wilayah
Kecamatan Panumbangan yang terdiri dari breksi gunungapi, serta lahar
dan tufa bersusunan andesit sampai basal.
- Formasi Gunungapi Sawal dengan luas 73.1% dari luas wilayah
Kecamatan Panumbangan yang terdiri dari breksi gunungapi, breksi
aliran, serta tufa dan lava bersusunan andesit sampai basal.
Wilayah Kecamatan Panumbangan memiliki bentukan lahan vulkanik dengan bentuk effusif yang dimana bentuk ini terdiri dari aliran lava/lidah lava, aliran
lahar dan lainnya. Pada bentukan ini proses erosi bisa terjadi, proses erosi
vertikal pada bagian hulu akibat dari aliran lava/lahar serta curah hujan yang
tinggi dapat membentuk lembah-lembah sungai yang curam. Proses erosi dan
denudasional yang bekerjasama menyebabkan terbentuknya relief yang kasar
dan topografi yang tinggi dengan serta kemiringan lereng yang curam. Hal ini
biasa memunculkan tekuk lereng (break of slope) yang biasanya muncul mata
air. Kecamatan Panumbangan merupakan daerah yang berbukit serta
memiliki banyak lembah.
Jenis tanah di Kecamatan Panumbangan terbagi menjadi tiga jenis, yakni : - Aluvial dengan luas 2910.20 Ha atau 51% dari luas wilayah Kecamatan
Panumbangan
- Andosol dengan luas 661.93 Ha atau 11.6% dari luas wilayah Kecamatan
- Latosol dengan luas2134.15 Ha atau 37.4% dari luas wilayah Kecamatan
Panumbangan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa di Kecamatan Panumbangan dengan berbagai faktor yang mempengaruhi erosi secara keseluruhan memiliki nilai
erosi sebesar 12023.96 Ton/Ha/Th. Besar erosi tertinggi terjadi pada satuan
lahan AND SB sebesar 3405.26 ton/Ha/Th, sedangkan erosi terendah berada
pada satuan lahan LAT SI sebesar 0.29 ton/Ha/Th serta untuk setiap satuan
lahan yang memiliki kode PK yang dianggap memiliki tingkat bahaya erosi
rendah karena merupakan kawasan pemukiman.
Zonafikasi tingkat bahaya erosi berdasarkan pada lima tingkatan yang telah ditentukan, yaitu tingkat bahaya erosi sangat ringan, tingkat bahaya erosi
ringan, sedang, berat, dan tingkat bahaya erosi sangat berat. Sebaran tingkat
bahaya erosi di Kecamatan Panumbangan adalah sebagai berikut :
- Untuk bahaya erosi kategori sangat ringan berada hampir di semua desa
kecuali Desa Buanamekar tidak terdapat bahaya erosi dengan tingkat
bahaya sangat ringan.
- Untuk kelas bahaya erosi kategori ringan berada di enam desa, yaitu
Desa Kertaraharja, Desa Sukakerta, Desa Tanjungmulya, Desa
Panumbangan, Desa Medanglayang, Desa Buanamekar, dan sisanya
tidak terdapat bahaya erosi pada tingkat ringan.
- Untuk kategori tingkat bahaya erosi sedang terdapat di empat desa, yaitu
Desa Sindangmukti, Desa Banjarangsana, Desa Jayagiri, dan Desa Golat.
- Untuk tingkat bahaya erosi dengan kategori berat tidak terdapat di desa
manapun di Kecamatan Panumbangan.
- Tingkat bahaya erosi dengan kategori sangat berat terdapat di setiap desa
di Kecamatan Panumbangan.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dibahas mengenai zonafikasi
melakukan penelitian serupa dan pihak setempat serta pihak lain yang
bersangkutan. Adapun saran yang dapat disampaikan sebagai berikut :
Untuk wilayah penelitian di Kecamatan Panumbangan perlu perhatian khusus dari pihak terkait terhadap kawasan yang memiliki lereng dengan kemiringan
yang curam serta tanpa tindakan konservasi karena dapat menyebabkan erosi
yang cukup besar.
Meningkatkan kesadaran serta wawasan penduduk setempat dan sekitarnya akan pentingnya pengelolaan lahan bukan hanya dari segi ekonomi tapi dari
segi kelestarian lahan itu sendiri melalui berbagai penyuluhan pertanian serta
pendidikan kepada anak-anak sehingga pengetahuan mengenai lingkungan
didapat sejak dini.
Menekan tingkat erosi yang terjadi agar tidak terlalu menimbulkan kerusakan pada lahan dengan cara menerapkan sistem pertanian yang sesuai dengan
karakter lahan serta upaya konservasi pada lahan yang kurang dalam
pengelolaannya.
Bagi para peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian serupa sebaiknya sampel yang diambil lebih ditingkatkan atau diperbanyak, karena
semakin banyak sampel yang diambil maka data yang diperoleh akan
Anggi Nurdiansyah, 2015
Maret.
Arsyad, Sitanala. (2010). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Asdak. (1995). Hidrologi dan pengelolaan DAS. Gajah Mada University Perss
Badan Pusat Statistik (2011). Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun 2011. Ciamis: Kantor Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik (2012). Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun 2012. Ciamis: Kantor Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik (2013). Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun 2013. Ciamis: Kantor Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik (2012). Kecamatan Panumbangan Dalam Angka Tahun
2012. Ciamis: Kantor Badan Pusat Statistik.
Buckman, Harry O. (1982). Ilmu Tanah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Darmawijaya, I. (1990). Klasifikasi Tanah, dasar teori bagi penelitian tanah dan
pelaksanaan pertanian di Indonesia. Gajah Mada University Perss.
Foth, Henry D. (1988). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Jumin, H. Basri. (2005). Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Kartini, Entin. (2008). Evaluasi Erosi Berdasarkan Kelas Kemirinan Lereng Dan
Posisi Lereng Pada Lahan Tegalan Di Kecamatan Jatinangor. Skripsi,
Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Menteri Pekerjaan Umum (2013). Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah
Sungai Citanduy. Jakarta: Menteri Pekerjaan Umum.
Rahim, Supli Effendi. (2012). Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka
Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: Bumi Aksara
Sarief, Saifuddin. (1985). Konservasi Tanah dan Air. Bandung: C.V. Pustaka Buana.
Sarief, Saifuddin. (1986). Ilmu Tanah Pertanian. Bandung: C.V. Pustaka Buana.
Sarief, Saifuddin. (1989). Fisika – Kimia Tanah Pertanian. Bandung: C.V.
Pustaka Buana.
Sopyan, Yayan. (2004). Studi Tingkat Bahaya Erosi Di Sub DAS Cibeureum Hulu
DAS Citarum. Skripsi, Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Sugiyono. (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suripin. (2001). Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi
Sutapa. (2010) Analisis potensi erosi pada daerah aliran sungai (DAS) di Sulawesi Tengah. Jurnal Smartek, 8 (3), hlm. 169 – 181.
Tika, Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Widjajani, B. Wisnu. (2010) Tipologi tanaman penahan erosi. Agrovigor, 3 (1), hlm. 56 – 64.
Anonim. (2009). Erosi Dampak dan Upaya Mengurangi. [online]. Tersedia:
http://link-geo.blogspot.com/2009/08/erosi-dampak-serta-upaya-mengurangi.html [ 24 Januari 2014]