• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN CIKARANG UTARA KABUPATEN BEKASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN CIKARANG UTARA KABUPATEN BEKASI."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN BEKASI

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

CHANDRA MULYANA NIM 1308056

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

KABUPATEN BEKASI

Oleh

CHANDRA MULYANA NIM 1308056

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Administrasi Pendidikan

Sekolah Pascasarjana

© Chandra Mulyana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

CHANDRA MULYANA

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN CIKARANG UTARA

KABUPATEN BEKASI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

PEMBIMBING AKADEMIK

Dr. ASEP SURYANA, M.Pd.

NIP. 19720321 199903 1 002

MENGETAHUI,

KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Dr. Hj. AAN KOMARIAH, M.Pd.

(4)

Chandra Mulyana NIM. 1308056

ABSTRAK

Efektivitas sekolah merupakan predikat bagi sekolah yang telah mencapai tujuannya, namun kenyataan masih banyak sekolah yang belum mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkannya, maka diperlukan pengelolaan sekolah dalam prosesnya merujuk kepada pencapaian tujuan sekolah sesuai tujuan pendidikan nasional yang akhirnya menuju pada terwujudnya sekolah efektif. Hal inilah yang mendasari penelitian terhadap efektivitas sekolah khususnya di sekolah dasar negeri. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap efektivitas sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan instruksional kepala se kol ah dan kinerja mengajar guru terhadap efektivitas sekolah. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat dengan obyek penelitian adalah sekolah dasar negeri, dengan sampel sebanyak 36 sekolah dari populasi 56 sekolah dasar negeri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif dengan instrument angket/kuesioner dan analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi, regresi dan pengujian setiap hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap efektivitas sekolah sebesar 82,5% (2) terdapat pengaruh kinerja mengajar guru terhadap efektivitas sekolah sebesar 38,9%, (3) dan terdapat pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan kinerja mengajar guru secara bersama-sama terhadap efektivitas sekolah sebesar 87,6%. Berdasarkan temuan, penulis merekomendasikan kepada kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi kepemimpinannya, terutama dalam menerapkan kepemimpinan instruksional. Sedangkan para guru selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kinerjanya, berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya kinerja mengajar guru dapat meningkat secara berkesinambungan.

(5)

in all North Cikarang Subdistricts, Bekasi Regency

Chandra Mulyana NIM. 1308056

ABSTRACT

The school effectiveness is a predicate of any school which was achieving its goals. However, in fact, most of schools are not yet able to achieve specified their goals. Therefore, the school management is necessary within the process in reference to the achievement of school goals in accordance with national educational goals and, in turn, leading to the realization of effective school. It is underlying the study of school effectiveness, particularly state-owned elementary schools. Problem under this study is how the effects of principal instructional leadership and teacher teaching performance on the effectiveness of state-owned elementary schools in all North Cikarang Subdistricts, Bekasi Regency. This study is designed to know the effects of principal instructional leadership and teacher teaching performance on the school effectiveness. This study was conducted in North Cikarang Subdistrict, Bekasi Regency, West Java Province, and the objects of the study are state-owned elementary schools, and the sample of 36 schools in a population of 56 state-owned elementary schools. Method being used in this study is survey by quantitative approach with questionnaire instrument, and the data analyses used are correlation, regression, and the testing of each hypothesis. The results of the study suggest (1) principal instructional leadership have effect on the school effectiveness at 82.5%, (2) teacher teaching performance have effect on the school effectiveness at 38.9%, and (3) both principal instructional leadership and teacher teaching performance have effects on the school effectiveness at 87.6%. Based on the findings, the author recommends principals to improve their leadership competencies, especially instructional leadership application. Meanwhile, teachers are always trying to improve their performance qualities in the promotion of knowledge and skills and, in turn, sustainable teacher teaching performance.

(6)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian ... 8

1. Identifikasi Masalah ... 8

2. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Struktur Organisasi Tesis ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Sekolah dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 12

1. Pengertian Efektivitas Sekolah ... 15

2. Karakteristik Efektivitas Sekolah ... 17

3. Dimensi dan Indikator Efektivitas Sekolah... 20

B. Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah ... 23

1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 23

2. Fungsi dan Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 25

3. Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah ... 26

C. Kinerja Mengajar Guru ... 40

1. Pengertian Kinerja Mengajar Guru ... 40

(7)

4. Kinerja Mengajar Guru Dalam Melaksanakan

Pembelajaran ... 51

5. Kinerja Mengajar Guru Dalam Mengevaluasi Pembelajaran ... 53

D. Kerangka Pemikiran ... 54

E. Hipotesis Penelitian ... 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 56

1. Lokasi Penelitian ... 56

2. Populasi Penelitian ... 56

3. Sampel Penelitian ... 58

B. Desain Penelitian ... 60

C. Metode Penelitian... 61

D. Definisi Operasional... 61

E. Instrumen Penelitian... 62

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 70

1. Tahap Uji Coba Angket ... 70

2. Tahap Pengujian Validitas dan Reliabilitas Angket... 71

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas instrument ... 72

G. Analisis Data ... 75

1. Analisis Data Deskriptif ... 75

2. Uji Persyaratan Analisis ... 76

3. Uji Hipotesis ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 81

1. Deskripsi Data Penelitian ... 81

2. Pengujian Persyaratan Analisis ... 88

3. Pengujian Hipotesis ... 93

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 115

B. Rekomendasi ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 118

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 121

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Rekapitulasi Akreditasi SD Negeri Kecamatan Cikarang Utara

Per Tahun 2014 ... 3

Tabel 1.2 Rekapitulasi Rata-rata Hasil Ujian Sekolah Kecamatan Cikarang Utara Per Tahun 2014 ... 3

Tabel 2.1 Komponen yang Dapat Meningkatkan Efektivitas Sekolah Scheerens ... 18

Tabel 2.2 Dimensi dan Indikator Efektivitas Sekolah ... 20

Tabel 2.3 Pendapat Para Pakar tentang Pengertian Kinerja ... 39

Tabel 3.1 Data Populasi Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Cikarang Utara ... 55

Tabel 3.2 Perhitungan Jumlah Sampel Penelitian ... 58

Tabel 3.3 Data Penyebaran Sampel Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Cikarang Utara ... 58

Tabel 3.4 Bobot Jawaban Skala Likert ... 62

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Efektivitas Sekolah ... 62

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Instruksional ... 64

Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Kinerja Mengajar Guru ... 67

Tabel 3.8 Penyebaran Item Angket Ujicoba ... 68

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kepemimpinan Instruksional Kepala sekolah ... 70

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja Mengajar Guru 70 Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Efektivitas Sekolah ... 71

Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 73

Tabel 3.13 Kriteria Skor Rata-Rata Variabel ... 73

Tabel 3.14 Tolak Ukur Koefisien Korelasi ... 75

(10)

Tabel 4.4 Uji Normalitas Kepemimpinan Instruksional ... 87

Tabel 4.5 Uji Normalitas Kinerja Mengajar Guru ... 87

Tabel 4.6 Uji Normalitas Efektivitas Sekolah ... 88

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Variabel X1, X2, dan Y ... 88

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Variabel X1 ... 89

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Variabel X2 ... 89

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Variabel Y ... 90

Tabel 4.11 Hasil Uji Linearitas Variabel Y dengan X1 ... 90

Tabel 4.12 Hasil Uji Linearitas Variabel Y dengan X2 ... 91

Tabel 4.13 Uji Koefisien Korelasi Variabel X1 dan Variabel Y ... 92

Tabel 4.14 Uji Signifikansi Variabel X1 dan Variabel Y ... 93

Tabel 4.15 Koefisien Determinasi Variabel X1 terhadap Variabel Y ... 93

Tabel 4.16 Analisis Regresi Variabel X1 dan Variabel Y ... 94

Tabel 4.17 Uji Koefisien Korelasi Variabel X2 dan Variabel Y ... 95

Tabel 4.18 Uji Signifikansi Variabel X2 dan Variabel Y ... 95

Tabel 4.19 Koefisien Determinasi Variabel X2 terhadap Variabel Y ... 96

Tabel 4.20 Analisis Regresi Variabel X2 dan Variabel Y ... 96

Tabel 4.21 Uji Koefisien Korelasi Ganda ... 97

Tabel 4.22 Uji Signifikansi Korelasi Ganda ... 98

Tabel 4.23 Koefisien Determinasi Variabel X1 dan X2 terhadap Variabel Y ... 98

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Sekolah ... 8

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 53

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 59

Gambar 4.1 Grafik Deskripsi Dimensi Efektivitas Sekolah ... 80

Gambar 4.2 Grafik Deskripsi Dimensi Kepemimpinan Instruksional ... 83

Gambar 4.3 Grafik Deskripsi Dimensi KInerja Mengajar Guru ... 85

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Angket Uji Coba ... 121

Lampiran 2 Rekapitulasi Data Uji Coba Variabel Efektivitas Sekolah ... 129

Lampiran 3 Rekapitulasi Data Uji Coba Variabel Kepemimpinan Instruksisonal ... 130

Lampiran 4 Rekapitulasi Data Uji Coba Variabel Kinerja Mengajar Guru .... 131

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 132

Lampiran 6 Angket Setelah Uji Coba ... 135

Lampiran 7 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Variabel Efektivitas Sekolah ... 137

Lampiran 8 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Variabel Kepemimpinan Instruksisonal ... 151

Lampiran 9 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Variabel Kinerja Mengajar Guru ... 159

Lampiran 10 Hasil Uji Normalitas Tiap Variabel ... 167

Lampiran 11 Hasil Uji Homogenitas Tiap Variabel ... 168

Lampiran 12 Hasil Uji Linearitas Tiap Variabel... 169

Lampiran 13 Pengujian Hipotesis ... 170

Lampiran 14 SK Pembimbing ... 173

Lampiran 15 SK Izin Penelitian ... 175

Lampiran 16 SK Izin Penelitian Kesbangpol ... 176

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dan menduduki posisi

sentral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai barometer kualitas

peradaban suatu bangsa. Tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia suatu

bangsa sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kualitas pendidikan yang

dimilikinya. Indikator pencapaian kualitas pendidikan di Indonesia untuk jenjang

pendidikan dasar dan menengah menurut pemerintah dikaji berdasarkan delapan

standar nasional pendidikan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP)

nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). PP ini

merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum

Negara Kesatuan Republik Indonesia adapun delapan standar tersebut yaitu,

standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik, standar

sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar

penilaian. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan

pendidikan nasional yang bermutu.

Namun pada kenyataannya, kondisi mutu pendidikan di Indonesia belum

mencapai hasil yang optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian United

Nations For Development Programme’s, Indonesia menempati peringkat ke-108

dari 187 negara pada tahun 2013, atau tidak mengalami perubahan dari tahun

2012. Posisi tersebut menempatkan Indonesia pada kelompok menengah. Skor

nilai HDI Indonesia sebesar 0,684, atau masih di bawah rata-rata dunia sebesar

0,702. Peringkat dan nilai HDI Indonesia masih di bawah rata-rata dunia dan di

bawah empat negara di wilayah ASEAN yakni Singapura, Brunei, Malaysia, dan

Thailand (Republika, 2014).

Dari data tersebut mengindikasikan bahwa salah satu permasalahan

pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan

pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, yang berakibat rendahnya kualitas

(14)

bahwa permasalahan pendidikan tersebut dapat berimplikasi pada beberapa hal,

yaitu: 1) Sekolah pada semua jenjang dan level diurus seadanya, kreatifitas dan

inovatif tidak mendapat tempat yang layak karena bertentangan dengan

pandangan pemegang kekuasaan; 2) Pihak sekolah menerima sarana dan

prasarana pendidikan di sekolah seadanya, tidak dapat memberikan masukan atau

komentar; 3) Guru bekerja tidak maksimal. Mereka bekerja hanya untuk

memenuhi jam kerja sesuai yang dijadwalkan. Karena jika bekerja keraspun tetap

karier dan prestasinya tetap tidak jelas; 4) Ruang gerak lulusan sekolah jadi

sempit karena kualitas sekolah seadanya pula.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, perlu dilaksanakan upaya-upaya

perbaikan, salah satunya melalui peningkatan kualitas pengelolaan satuan

pendidikan atau manajemen pengembangan mutu sekolah yakni pengelolaan

efektivitas sekolah secara optimal yang diarahkan menjadi sekolah yang efektif atau

sekolah yang bermutu. Sekolah yang bermutu diyakini dapat meningkatkan mutu

pendidikan, karena sekolah yang bermutu dapat menghasilkan lulusan yang

berkualitas yang secara otomatis bersinergi terhadap peningkatan kualitas sumber

daya manusia. Terkait dengan hal tersebut, Hoy dan Miskel (2013) menjelaskan

bahwa sekolah yang bermutu harus didahului oleh efektivitas semua program

sekolah sebagai organisasi yang dijalankannya, artinya bahwa mutu sekolah erat

kaitannya dengan efektivitas sekolah.

Menurut Scheerens (2000, hlm. 20) “school effectiveness is seen as the

degree to which schools achieve their goals, in comparison with other schools that are ‘equalized’, in terms of student-intake, through manipulation of certain conditions by the school itself or the immediate school context”, definisi tersebut

menyatakan bahwa efektivitas sekolah yaitu gelar untuk sekolah yang telah

mencapai tujuannya, dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain yang setara,

menurut jumlah siswa yang diterima (student-intake) dengan jalan memanipulasi

kondisi-kondisi tertentu yang dilakukan oleh sekolah itu sendiri atau karena

konteks yang melingkupi sekolah tersebut.

Komariah dan Triatna (2010, hlm. 35) “Efektivitas sekolah merujuk pula

(15)

berdasarkan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dalam struktur program

dengan tujuan agar siswa belajar dan mencapai hasil yang telah ditetapkan,

yaitu memiliki kompetensi”. Dalam konteks sekolah sebagai sistem terbuka, yakni memiliki komponen input, proses, dan output yang merupakan satu

kesatuan yang utuh dan saling terkait, membutuhkan, mempengaruhi, dan

menentukan. Maka pendekatan sistem input, proses, dan output (IPO) ini dapat

dijadikan indikator keefektivitasan sekolah, Hoy dan Miskel (2008, hlm. 296-297)

mengatakan bahwa:

Effectiveness indicators can be derived for each phase of the opensystem cycle: inputs (human and financial resources), transformations (internal processes and structures), and outputs (performance outcomes). At one time or another, virtually every input, transformation, or outcome variable has been used as an indicator of organizational effectiveness. Consequently, the social-system model can serve as a theoretical guide to advance our understanding of school effectiveness and to assess the actions necessary to promote school effectiveness.

Yang maksudnya adalah indikator efektivitas sekolah dapat digunakan dari fase

siklus sistem terbuka yaitu: (1) input (SDM dan keuangan); (2) transformasion

(proses internal dan struktur); dan (3) output (hasil kinerja). Sehingga model

sistem sosial dapat berfungsi sebagai panduan teoritis tentang efektivitas sekolah

dan menilai tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas sekolah.

Menurut Engkoswara efektivitas dapat juga ditelaah dari: (1) masukan

yang merata; (2) keluaran yang banyak dan bermutu tinggi; (3) ilmu dan keluaran

yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun; (4)

pendapatan yang memadai (Komariah dan Triatna, 2010, hlm. 35).

Edmons (Sagala, 2010, hlm. 82) mengemukakan bahwa ada lima

karakteristik keefektifan sekolah yaitu:

1. harapan-harapan yang tinggi dari keefektifan pengajaran

2. kepemimpinan instruksional yang kuat oleh kepala sekolah

3. iklim yang teratur, tenang, dan berorientasi kerja sekolah

4. melaksanakan kegiatan dan akademik

5. pemantauan atas kemajuan belajar peserta didik

Dari fakta lapangan melalui studi observasi awal, penulis melihat

(16)

wilayah kerja penulis bertugas, yaitu di sekolah dasar di wilayah Kecamatan

Cikarang Utara. Berikut ini hasil yang didapat dari hasil studi observasi tersebut:

Tabel 1.1 Rekapitulasi Akreditasi SD Negeri Kecamatan Cikarang Utara Per Tahun 2014

No Akreditasi Jumlah Prosentase

1 A 17 30%

2 B 39 70%

3 C - -

4 TT - -

Sumber: Kantor UPTD Kecamatan Cikarang Utara

Tabe 1.2 Rekapitulasi Rata-rata Hasil Ujian Sekolah Kecamatan Cikarang Utara Per Tahun 2014

No Akreditasi Rata Hasil US

-rata Tertinggi Terendah

1 A 7,92 9,52 5,70

2 B 7,70 9,63 5,38

3 C - - -

4 TT - - -

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi

Dari tabel diatas, teridentifikasi bahwa hasil US di wilayah Kecamatan

Cikarang Utara belum maksimal masih dibawah rata-rata, hal ini menunjukkan

adanya keterkaitan dengan kinerja mengajar guru yang belum optimal, karena

guru merupakan komponen pendidikan yang langsung bertatap muka dengan

peserta didik sehingga langsung mempengaruhi hasil akhir dari sekolah yakni

output sekolah berupa prestasi siswa yang direpresentasikan dengan nilai US,

karena menurut Hoy dan Miskel (2013, hlm. 456) output pendidikan yang paling

penting bagi siswa salah satunya adalah prestasi akademis. Sementara itu, dari

jumlah sekolah dasar negeri yang berjumlah 56 sekolah, status terakreditasi A

baru berjumlah 17 (30%), 39 masih bernilai B (70%), Padahal tujuan akreditasi

sekolah menurut PP 19 tahun 2005 pasal 86 ayat 1 adalah untuk menentukan

kelayakan program dan/atau satuan pendidikan. Berdasarkan kenyataan tersebut,

menunjukkan adanya proses manajemen yang belum optimal yang dilaksanakan

oleh stakeholder pendidikan dimasing-masing sekolah dalam menjamin mutu

(17)

yang efektif dan bermutu, sehingga perlu memperbaiki serta meningkatkan proses

manajemen sekolah sehingga pengelolaan efektivitas sekolah untuk mencapai

sekolah yang efektif akan terlaksana dengan baik.

Terdapat juga beberapa indikasi yang terlihat ketika observasi awal

melalui wawancara dengan kepala sekolah serta pengawas didapat informasi

bahwa masih terdapat beberapa kondisi yang berhubungan dengan pengelolaan

efektivitas sekolah di SDN Kecamatan Cikarang Utara seperti berikut:

- Masih ada sekolah yang merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah belum

jelas dan spesifik.

- Masih belum intensifnya kegiatan pelatihan, pembinaan, workshop, dan

pengembangan profesional guru yang dilaksanakan oleh sekolah.

- Sebagian kepala sekolah belum mampu memberdayakan sumber daya

sekolah.

- Sebagian kepala sekolah belum mampu menciptakan iklim kerja yang

baik.

- Sebagian kepala sekolah belum mampu memberikan keteladanan dalam

sikap dan tindakan.

- Sebagian guru belum dapat menyelesaikan tugas mereka dengan baik,

tepat, dan benar sesuai dengan kebutuhan dalam mengajar mulai dari

mempersiapkan pembelajaran sampai melakukan evaluasi.

- Sebagian guru berpendapat bekerja dengan baik dan tidak sama saja.

- Sebagian guru belum mampu mencapai standar kerja yang tinggi.

Dari beberapa indikasi tersebut, penulis menduga hal ini disebabkan dari

beberapa faktor pendukung dalam efektivitas sekolah yang belum diterapkan

secara optimal, diantaranya faktor kepemimpinan instruksional dan kinerja

mengajar guru. Untuk mewujudkan efektivitas sekolah hanya mungkin didukung

oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yang efektif. Hechinger (dalam

Prasojo, 2012, hlm. 188-189) menyatakan:

(18)

turunnya kualitas sekolah sangat tergantung kepada kualitas kepala sekolahnya.

Pandangan tersebut menunjukkan bahwa peran seorang kepala sekolah

begitu sangat kuat untuk membawa sekolah menjadi sekolah yang efektif dan

berkualitas. Untuk mewujudkan sekolah efektif diperlukan kepemimpinan kepala

sekolah yang efektif pula. Hasil penelitian Davis & Thomas, Sergiovanni,

DeRoche (Supardi, 2013, hlm. 28) Kepala sekolah yang efektif menunjukkan

ciri-ciri antara lain memiliki visi yang jelas, kepemimpinan yang kuat dan memiliki

harapan yang tinggi terhadap prestasi siswa dan kinerja guru.

Kepemimpinan merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki

kepala sekolah. Banyak model kepemimpinan yang dapat dianut dan diterapkan

dalam berbagai organisasi/institusi, baik profit maupun non profit. Sekolah yang

merupakan organisasi yang fokus pelayanannya pada proses belajar mengajar,

yang tujuan akhirnya meningkatnya hasil belajar siswa, harus dapat memilih

model kepemimpinan yang mengarah pada tujuan tersebut. Konsep

kepemimpinan instruksional sangat cocok diterapkan di sekolah karena

kepemimpinan instruksional merupakan konsep kepemimpinan yang berfokus

pada pencapaian prestasi siswa dan proses belajar mengajar. Berdasarkan komisi

redisain kepemimpinan instruksional (Learning Centered Leadership Policy, The

Instructional Leadership Redesign Comission, Tennesee, USA, 2008, hlm. 17)

yang diketuai Mary Jo, mendefinisikan kepemimpinan instruksional sebagai

berikut:

Instructional leadership is leader that ensure school programs, procedures, and practices focus on the learning and achievement of all students and support the social and emotional development necessary for students to attain academic success, which cover 7 component standards: continuous improvement, culture for teaching learning, assessment, and professional growth, management of the school, ethics, and diversity.

(Learning Centered Leadership Policy, ILRC, Tennessee, USA, 2008).

Definisi ini menjelaskan bahwa konsep kepemimpinan instruksional

(instructional leadership) yang fokus utamanya pada pembelajaran, bermakna

bahwa proses penyelenggaraan sekolah diarahkan pada perbaikan secara terus

menerus terhadap mutu kualitas pembelajaran dengan 7 standar: penilaian yang

(19)

implementasinya berbasiskan etika dan toleransi terhadap keberagaman siswa,

yang diarahkan kepada peningkatan layanan prima untuk pencapaian prestasi

akademik siswa yang tinggi. Daresh dan Playco (dalam Dirjen PMPTK, 2010,

hlm. 8) mendefinisikan kepemimpinan instruksional sebagai upaya memimpin

para guru agar mengajar lebih baik, yang pada gilirannya dapat memperbaiki

prestasi belajar siswanya. Menurut Lunenburg & Irby (2006, hlm. 104) The

instructional leadership correlate recognizes that an effective school must have an

effective leader. Kepemimpinan instruksional adalah kepemimpinan yang

menekankan pada 5 aspek dalam penyelenggaraan sekolah, yaitu: (1) focusing on

learning; (2) encouraging collaboration; (3) analyzing results; (4) providing

support; and (5) aligning curriculum, instruction, and assessment (Lunenburg &

Irby, 2006, hlm. 14).

Dari beberapa hasil kajian tersebut jelas bahwa peningkatan hasil belajar

siswa sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan instruksional. Artinya, jika hasil

belajar siswa ingin ditingkatkan, maka kepemimpinan yang menekankan pada

pembelajaran sebaiknya diterapkan dalam penyelenggaraan proses pendidikan di

sekolah.

Efektivitas sekolah juga berkaitan dengan kinerja guru yang tinggi dalam

pembelajaran. Gibsons (dalam Moedjiarto, 2002, hlm. 17) menyatakan:

prestasi sekolah akan terangkat dengan menerapkan faktor-faktor keefektifan sekolah yang dianggap penting, yaitu kinerja guru yang tinggi, manajemen kepala sekolah yang kuat, harapan-harapan bagi siswa dan guru, pemantauan yang kontinyu terhadap kemajuan siswa, iklim belajar yang positif, kesempatan yang cukup untuk belajar, pelibatan orang tua dan masyarakat dalam program sekolah

Hal ini menunjukkan bahwa guru merupakan tokoh sentral dalam

penyelenggaraan pendidikan karena bagaimanapun guru adalah pihak yang

berinteraksi langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran dan penentu

utama dalam mewujudkan peserta didik yang berkualitas. Oleh karena itu, guru

harus memiliki kinerja yang baik. Menurut Suharsaputra (2013, hlm. 198) kinerja

guru adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya

sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan

(20)

Efektivitas

keahlian khusus dan kompetensi tertentu, itu artinya bahwa profesi guru ini tidak

dapat dilakukan oleh sembarang orang.

Kinerja mengajar guru merupakan komponen penting dalam penciptaan

efektivitas sekolah (school effectiveness). Salah satu unsur yang paling berperan

dalam meningkatkan kinerja mengajar guru adalah kepemimpinan kepala sekolah,

dalam hal ini kepala sekolah yang menjalankan model kepemimpinan

instruksional, karena prioritas kepemimpinan instruksional dalam aktivitasnya

adalah memperbaiki dan meningkatkan mutu belajar dengan memperbaiki kinerja

guru yang menanganinya (Suhardan, 2010, hlm. 73).

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini mengangkat judul sebagai

berikut “Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dan Kinerja

Mengajar Guru terhadap Efektivitas Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan

Cikarang Utara Kabupaten Bekasi”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah seperti yang telah dikemukakan di atas,

masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah tentang

efektivitas sekolah, berdasarkan pendapat banyak ahli dari hasil penelitian

empirisnya, diantara faktor-faktor yang ikut mempengaruhi efektivitas

(21)

Gambar 1.1

Faktor yang mempengaruhi efektivitas sekolah

Diadopsi dari berbagai sumber dan hasil penelitian

Scheerens (2000), Tola & Furqon (Suharsaputra, 2013, hlm. 74-75), Edmons (Sagala, 2010, hlm. 82) Edmonds (dalam Hoy & Miskel, 2008, hlm. 302), Mortimore (dalam Supardi, 2013, hlm. 12), MacBeath & Mortimer (dalam Supardi, 2013, hlm. 13), Purkey dan Smith (dalam Hoy & Miskel, 2008, hlm.

303), dan Scheerens dan Bosker (dalam Hoy & Miskel, 2008, hlm. 303)

Dari uraian diatas, dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi

efektivitas sekolah, penelitian ini hanya akan membahas tentang

kepemimpinan instruksional dan kinerja mengajar guru. Pemilihan kedua

variabel ini dengan beberapa alasan. Pertama; faktor kepemimpinan selalu

menjadi faktor dari setiap hasil riset banyak ahli. Kedua; kepemimpinan

kepala sekolah merupakan motor penggerak kegiatan sekolah dan penentu

keberhasilan sekolah mencapai tujuan yang diharapkan. Ketiga; dengan

kepemimpinan instruksional yang diterapkan oleh kepala sekolah maka

tujuan serta program yang dikembangkan sekolah terfokus pada pengelolaan

kegiatan belajar dan mengajar yang merupakan fungsi pokok sekolah sebagai

tempat belajar yang paling baik dan penciptaan lingkungan akademis.

Keempat; adalah proses kegiatan belajar dan mengajar akan berjalan baik jika

kinerja mengajar guru tinggi dan berdampak pada output pendidikan yakni

prestasi siswa. Kelima; kedua faktor ini yang terindikasi terlihat

mempengaruhi pengelolaan efektivitas sekolah di SDN Kecamatan Cikarang

Utara.

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah seperti yang telah

dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskan

sebagai berikut:

a. Bagaimana deskripsi kepemimpinan instruksional kepala

sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten

Bekasi?

(22)

b. Bagaimana deskripsi kinerja mengajar guru sekolah dasar negeri

se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi?

c. Bagaimana deskripsi efektivitas sekolah dasar negeri

se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi?

d. Berapa besar pengaruh kepemimpinan instruksional kepala

sekolah terhadap efektivitas sekolah?

e. Berapa bes ar pengaruh kinerja mengajar guru terhadap

efektivitas sekolah?

f. Berapa besar pengaruh kepemimpinan instruksional kepala

sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap efektivitas sekolah?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

kepemimpinan instruksional kepala s ekol ah dan kinerja mengajar guru

terhadap efektivitas sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara

Kabupaten Bekasi.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Terdeskripsikannya kepemimpinan instruksional kepala sekolah

dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi.

2. Terdeskripsikannya kinerja mengajar guru sekolah dasar negeri

se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi.

3. Terdeskripsikannya efektivitas sekolah dasar negeri se-Kecamatan

Cikarang Utara Kabupaten Bekasi.

4. Teranalisisnya besaran pengaruh kepemimpinan instruksional

kepala sekolah terhadap efektivitas sekolah.

5. Teranalisisnya pengaruh kinerja mengajar guru terhadap

efektivitas sekolah.

6. Teranalisisnya pengaruh kepemimpinan instruksional kepala

sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap efektivitas sekolah.

(23)

Manfaat penelitian yang dilakukan penulis di sekolah dasar negeri di

wilayah Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi ini dijelaskan sebagai

berikut:

1. Sebagai klarifikasi teori terkait efektivitas sekolah dan faktor yang

mempengaruhinya meliputi kepemimpinan instruksisonal dan kinerja

mengajar guru.

2. Memberikan masukan terhadap semua unsur dan komponen pendidikan

terutama para kepala sekolah dasar negeri di Kecamatan Cikarang Utara

Kabupaten Bekasi tentang pentingnya upaya pengembangan, perbaikan,

dan pencapaian prestasi sekolah di sekolah dasar negeri melalui upaya

pemberdayaan sekolah mencapai efektivitas sekolah.

3. Bahan refleksi bagi para kepala sekolah dasar negeri di Kecamatan

Cikarang Utara Kabupaten Bekasi terhadap efektivitas kepemimpinan

yang telah dijalankan dalam upaya peningkatan serta perbaikan mutu

sekolah yang telah dilakukan.

4. Bahan refleksi bagi para kepala sekolah dasar negeri di Kecamatan

Cikarang Utara Kabupaten Bekasi.

E. Struktur Organisasi Tesis

Sistematika dalam penulisan tesis ini terdiri atas lima bab, tersusun

sebagai berikut:

Bab I, berisi tentang pendahuluan, yang didalamnya berisi uraian latar

belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, serta struktur organisasi tesis.

Bab II, berisi tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis

penelitian. Isi dari bab ini adalah konsep-konsep /teori-teori/model-model bidang

utama dan turunannya yang dikaji, hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan

bidang yang diteliti, serta kerangka pemikiran dan hipotesis yang dirumuskan

dalam penelitian.

Bab III, berisi tentang metedologi penelitian, berisi penjabaran yang rinci

mengenai metode penelitian yang mencakup komponen-komponen lokasi dan

(24)

pemilihan lokasi serta penggunaan sampel, desain dan metode penelitian, definisi

operasional dari tiap variabel disertai indikatornya, instrumen penelitian, proses

pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

Bab IV, berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi

pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan

masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian, serta

berisi pembahasan atau analisis temuan.

Bab V, berisi tentang simpulan dan saran, berisi tentang penafsiran dan

pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian, serta saran atau

rekomendasi yang dapat ditunjukkan kepada para pembuat kebijakan, kepada para

pengguna hasil penelitian, dan kepada peneliti berikutnya yang berminat

(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Cikarang

Utara Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat dengan obyek penelitian adalah

sekolah dasar negeri yang berada di wilayah Kecamatan Cikarang Utara.

2. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2014, hlm. 117) populasi adalah “wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya”. Creswell (2012, hlm. 142) menjelaskan “A

population is a group of individuals who have the same characteristic.

Sedangkan menurut Arikunto (2010, hlm. 173) populasi adalah “keseluruhan

subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah 56 sekolah dasar

negeri di wilayah Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi dengan

responden kepala sekolah dan guru se-Kecamatan Cikarang Utara. Berikut

ini data populasi penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 3.1 Data Populasi Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Cikarang Utara

No Nama Sekolah Status

Akreditasi

Kepala

Sekolah Guru Jumlah

1 SDN Cikarang Kota 01 B 1 3 4

2 SDN Cikarang Kota 02 B 1 3 4

3 SDN Cikarang Kota 03 B 1 6 7

4 SDN Cikarang Kota 04 B 1 4 5

5 SDN Karang Baru 01 B 1 8 9

6 SDN Karang Baru 02 A 1 22 23

7 SDN Karang Baru 03 B 1 5 6

8 SDN Karang Baru 04 B 1 13 14

9 SDN Karang Baru 05 B 1 3 4

10 SDN Karang Baru 06 B 1 2 3

11 SDN Karang Asih 01 A 1 10 11

12 SDN Karang Asih 02 B 1 4 5

13 SDN Karang Asih 03 A 1 16 17

(26)

15 SDN Karang Asih 05 A 1 5 6

16 SDN Karang Asih 06 B 1 8 9

(27)

56 SDN Wangun Harja 03 B 1 4 5

Jumlah 56 361 417

Sumber: Kantor UPTD Pendidikan Kec. Cikarang Utara

3. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014, hlm. 118) menyatakan bahwa: “Sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.

Creswell (2012, hlm. 142) menjelaskan “A sample is a subgroup of the target

population that the researcher plans to study for generalizing about the target

population”. Sedangkan menurut Arikunto (2010, hlm. 174) sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yanag diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah

bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili

seluruh populasi. Menurut Nasution (Riduwan, 2014, hlm. 57) berpendapat

bahwa “mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan

tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannnya, serta

mutu pelaksanaan dan pengolahannya”

Teknik sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik

proportionate stratified random sampling, teknik ini digunakan bila populasi

mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara

proporsional (Sugiyono, 2014, hlm. 118). Alasan penggunaan teknik

proportionate stratified random sampling karena populasi berstrata, maka

sampelnya juga berstrata, stratanya ditentukan menurut akreditasi sekolah.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus

TaroYamane (dalam Riduwan, 2014, hlm. 65) dengan rumus berikut:

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

d2 = Presisi yang ditetapkan

Jadi perhitungan sampel dapat dilakukan sebagai berikut:

N = 56 dengan presisi 10%

(28)

= 35,89 dibulatkan menjadi 36 sekolah.

Jadi jumlah sampel sebesar 36 sekolah. Kemudian dicari pengambilan sampel

berstrata dengan memakai rumusan alokasi proportional Sugiyono (dalam

Riduwan, 2014, hlm. 66)

Keterangan:

ni = Jumlah sampel menurut stratum

n = Jumlah sampel seluruhnya

Ni = Jumlah Populasi menurut stratum

N = Jumlah Populasi seluruhnya

Tabel 3.2

Perhitungan Jumlah Sampel Penelitian

Status

Akreditasi Jumlah

Banyak

sampel Sampel

A 17 17:56x36 11

B 39 39:56x36 25

C - - -

TT - - -

Jumlah 56 36

Berdasarkan tabel di atas maka jumlah sekolah yang dijadikan sampel

memiliki proporsi yang sama menurut akreditasi sekolah, yakni sebanyak 11

sekolah terakreditasi A dan 25 sekolah terakreditasi B. Dari jumlah sampel 36

sekolah, berikut dilakukan penyebaran sampel, yang disajikan dalam tabel

dibawah ini:

Tabel 3.3 Data Penyebaran Sampel Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Cikarang Utara

No Nama Sekolah Status

Akreditasi

Kepala

Sekolah Guru Jumlah

1 SDN Karang Asih 01 A 1 10 11

2 SDN Karang Asih 03 A 1 16 17

3 SDN Karang Asih 08 A 1 4 5

4 SDN Karang Asih 13 A 1 9 10

5 SDN Karang Asih 14 A 1 8 9

6 SDN Simpangan 01 A 1 16 17

7 SDN Pasir Gombong 02 A 1 4 5

(29)

9 SDN Mekar Mukti 03 A 1 5 6

10 SDN Mekar Mukti 06 A 1 17 18

11 SDN Wangun Harja 01 A 1 5 6

Tabel Lanjutan Data Penyebaran Sampel Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Cikarang Utara

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan

(30)

Gambar 3.1 Desain Penelitian

C. Metode Penelitian

Mencermati masalah yang akan diteliti, yakni kepemimpinan instruksional

kepala sekolah, kinerja mengajar guru, dan efektivitas sekolah maka metode yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan

kuantitatif. Menurut Kerlinger (Riduwan, 2014, hlm. 49) penelitian survey adalah

penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang

dipelajari dari data sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga

ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar

variabel sosiologis maupun psikologis.

Sugiyono (2014, hlm.14) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif

berlandaskan filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel

tertentu dengan tujuan untuk menguji hipotesis. Pemilihan pendekatan kuantitatif

didasarkan karena penekanan dalam penelitian ini pada fenomena-fenomena

obyektif yang bertujuan untuk menguji hipotesis.

D. Definisi Operasional

Menurut Cresswell (2012, hlm. 151) “operational definition is the

specification of how you will define and measure the variable in your study”.

Maksudnya adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara

menggambarkan dan mengukur suatu variabel. Definisi variabel harus bisa diukur,

spesifik serta bisa dipahami oleh orang lain.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis variabel yaitu variabel

bebas (independent variable) yaitu kepemimpinan instruksional kepala sekolah

(X1), kinerja mengajar guru (X2) dan variabel terikat (dependent variable) yaitu

efektivitas sekolah (Y).

Masing-masing definisi operasional dari variabel-variabel tersebut adalah

sebagai berikut:

(31)

1. Kepemimpinan instruksional kepala sekolah adalah peran kepemimpinan

yang dilakukan kepala sekolah yang memfokuskan pada peningkatan

kualitas pengajaran dan pembelajaran di sekolah.

2. Kinerja mengajar guru adalah unjuk kerja yang ditampilkan guru dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pengajar dan

pendidik di sekolah mulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan

pembelajaran dan menilai hasil pembelajaran.

3. Efektivitas sekolah adalah tingkat keberhasilan sekolah dalam

memberdayakan semua komponen sekolah dalam rangka pencapaian tujuan

yang diharapkan sekolah.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2014, hlm. 305), instrumen dalam penelitian

kuantitatif dapat berupa tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan

kuesioner. Dalam penelitian ini, data akan dikumpulkan dengan menggunakan

instrumen penelitian berupa angket (kuesioner) untuk memperoleh informasi

tentang pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan kinerja

mengajar guru terhadap efektivitas sekolah.

Menurut Sugiyono (2014, hlm. 199), kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel

yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu,

kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar

di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau

terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui

pos, atau internet.

Untuk pengembangan instrumen, maka penelitian ini menempuh dengan

beberapa cara yaitu:

1. Menetapkan variabel yang akan diteliti, yakni variabel terikat (Y)

efektivitas sekolah, variabel bebas (X1) kepemimpinan instruksional

(32)

2. Menetapkan dimensi dan indikator dari setiap variabel penelitian

3. Menyusun kisi-kisi kuesioner

4. Memetakan setiap indikator ke dalam bentuk pertanyaan kuesioner

5. Menentukan bobot jawaban sesuai dengan skala yang digunakan. Skala

yang digunakan dalam kuisioner yaitu menggunakan skala Likert dengan

bobot jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.4 Bobot Jawaban Skala Likert

Alternatif Jawaban Bobot/skor

Selalu 5

Sering 4

Kadang-kadang 3

Jarang 2

Tidak pernah 1

6. Menyusun angket/kuesioner penelitian

Berikut ini kisi-kisi instrumen yang dijadikan variabel penelitian, yang

terdiri atas dua variabel bebas (X1 dan X2) dan satu variabel terikat (Y).

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Efektivitas Sekolah

Variabel OperasionalDefinisi Dimensi Indikator Item No

(33)

 Menjaga agar

Tabel Lanjutan Kisi-kisi Instrumen Efektivitas Sekolah

Variabel OperasionalDefinisi Dimensi Indikator Item No

(34)

kepada yang

Tabel Lanjutan Kisi-kisi Instrumen Efektivitas Sekolah

Variabel OperasionalDefinisi Dimensi Indikator Item No

(35)

 Menerima bahan

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Instruksional

Variabel OpeaasionalDefinisi Dimensi Indikator Item No

Kepemimpinan bagi seluruh siswa, dan dipahami oleh seluruh warga sekolah

 Menciptakan struktur organisasi yang kondusif untuk mendukung

(36)

 Mengembangkan

 Menggunakan data dan aspirasi siswa untuk

 Memimpin seluruh staf dan siswa dalam

mengembangkan disiplin diri dan setia dalam menjalankan tugas dan

Tabel Lanjutan Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Instruksional

Variabel OpeaasionalDefinisi Dimensi Indikator No

Item

(37)

USA, 2008 sekolah. meningkatkan mutu kurikulum dan mutu pembelajaran

 Menjamin aksesibilitas terhadap kurikulum dan

dukungan yang

diperlukan oleh siswa untuk mencapai hasil

maksimum yang

 Memfokuskan kegiatan sehari-hari sekolah yang

diarahkan pada mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah yang telah disepakati

12

13

14

15

Tabel Lanjutan Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Instruksional

Variabel OpeaasionalDefinisi Dimensi Indikator Item No

(38)

Comission,

6. Etika  Melaksanakan pertanggungjawaban secara profesional dengan menjunjung tinggi asas integritas dan keadilan

 Menjadi contoh dalam menerapkan kode etik profesional dan nilai-nilai yang menjadi acuannya

 Membuat keputusan dalam konteks etika dan menghormati harga diri semua pihak

 Mempertimbangkan aspek yuridis, moral, dan etika ketika membuat

7. Diversity  Menghargai perbedaan

latar belakang setiap siswa dan berkomitmen tinggi

 Merekrut, menyeleksi, dan mengangkat guru dan

Tabel Lanjutan Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Instruksional

Variabel OpeaasionalDefinisi Dimensi Indikator No

Item

 Mengenal dan mengidentifikasi

(39)

perbedaan-perbedaan latar

Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Kinerja Mengajar Guru

Variabel Definisi

Operasional Dimensi Indikator

No

Tabel Lanjutan Kisi-kisi Instrumen Kinerja Mengajar Guru

Variabel Definisi

Operasional Dimensi Indikator

(40)

Kinerja

F. Proses Pengembangan Instrumen

Beberapa kegiatan proses pengembangan instrumen yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Uji coba Angket

Kegiatan uji coba angket bertujuan untuk menguji validitas dan

reliabilitas dari item-item kuesioner/angket penelitian, dengan menggunakan

instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan

hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel.

Untuk uji coba ini, penulis melaksanakan uji coba kepada 30 responden

di luar Kecamatan Cikarang Utara. Angket yang diujicobakan terdiri dari

kuesioner yang terdiri dari tiga bagian dengan penyebaran sebagai berikut:

Tabel 3.8

Penyebaran Item Angket Ujicoba

No Variabel Jumlah Item

1 Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah (X1) 25

2 Kinerja Mengajar Guru (X2) 30

3 Efektivitas Sekolah (Y) 33

Jumlah 88

(41)

a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan agar mendapatkan alat ukur yang valid

sehingga dapat mengukur apa yang hendak diukur. Arikunto (2010, hlm.

211) menyatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Menurut

Sugiyono (2014, hlm. 173) instrumen yang valid berarti alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid, valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur. Menurut Riduwan (2014, hlm. 109) untuk menguji

validitas instrumen terlebih dahulu dicari harga korelasi antara

bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan

setiap butir pertanyaan dengan skor total, dengan menggunakan rumus

Pearson Product Moment adalah:

∑ ∑ ∑

√ ∑

dimana:

r hitung = Koefisien korelasi Σ Xi = Jumlah skor item

ΣYi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden

Kemudian harga r hitung yang diperoleh dari perhitungan di atas

dibandingkan dengan nilai r tabel dengan syarat jika r hitung > r tabel

berarti valid sebaliknya jika r hitung < r tabel berarti tidak valid.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Arikunto reliabilitas (2010, hlm. 221) menunjuk pada

satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah

baik. Menurut Sugiyono (2014, hlm. 173) instrumen yang reliabel adalah

instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek

(42)

penelitian ini dilakukan dengan uji Alpha Conbrach dengan rumus

sebagai berikut.

Keterangan:

r11 = reliabilitas yang dicari

n = Jumlah item pertanyaan yang di uji

∑σ t2

= jumlah varians skor tiap-tiap item

σ t2

= varians total

Adapun keputusannya adalah dengan membandingkan r11 dengan

nilai r tabel, jika nilai r11 > r tabel berarti reliabel sebaliknya jika nilai r11 <

r tabel berarti tidak reliabel.

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Secara keseluruhan pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS 18.0.

a. Hasil Uji Validitas

Berikut merupakan hasil uji validitas untuk variabel

kepemimpinan instruksional kepala sekolah (X1), kinerja mengajar guru

(X2), dan efektivitas sekolah (Y):

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Instrumen

Variabel Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah (X1)

Item r hitung α = 0.05; n r tabel= 30 Keterangan

1 0.823 0.361 Valid

2 0.659 0.361 Valid

3 0.695 0.361 Valid

4 0.728 0.361 Valid

5 0.737 0.361 Valid

6 0.833 0.361 Valid

7 0.785 0.361 Valid

8 0.185 0.361 Tidak Valid

9 0.582 0.361 Valid

10 0.515 0.361 Valid

11 0.536 0.361 Valid

12 0.519 0.361 Valid

(43)

14 0.777 0.361 Valid

15 0.758 0.361 Valid

Tabel Lanjutan Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah (X1)

Item r hitung α r tabel

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS, dari 25 item pernyataan

angket yang dinyatakan tidak valid berjumlah 1 item, yakni item nomor

8. Setelah dikonsultasikan dengan pembimbing, item nomor 8 yang tidak

valid tetap dipertahankan dan diperbaiki bahasanya sehingga dapat

digunakan dalam penelitian.

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja Mengajar Guru (X2)

(44)

18 0.589 0.361 Valid

19 0.539 0.361 Valid

20 0.734 0.361 Valid

Tabel Lanjutan Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja Mengajar Guru (X2)

Item r hitung α r tabel

= 0.05; n = 30 Keputusan

21 0.579 0.361 Valid

22 0.647 0.361 Valid

23 0.723 0.361 Valid

24 0.706 0.361 Valid

25 0.819 0.361 Valid

26 0.778 0.361 Valid

27 0.786 0.361 Valid

28 0.686 0.361 Valid

29 0.499 0.361 Valid

30 0.446 0.361 Valid

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS, dari 30 item pernyataan

angket yang dinyatakan tidak valid berjumlah 1 item, yakni item nomor

1. Setelah dikonsultasikan dengan pembimbing, item nomor 1 yang tidak

valid tetap dipertahankan dan diperbaiki bahasanya sehingga dapat

digunakan dalam penelitian.

Tabel 3. 11 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Efektivitas Sekolah (Y)

Item r hitung α = 0.05; n r tabel= 30 Keputusan

1 0.405 0.361 Valid

2 0.428 0.361 Valid

3 0.369 0.361 Valid

4 0.358 0.361 Tidak Valid

5 0.204 0.361 Tidak Valid

6 0.622 0.361 Valid

7 0.586 0.361 Valid

8 0.465 0.361 Valid

9 0.416 0.361 Valid

10 0.616 0.361 Valid

11 0.436 0.361 Valid

12 0.253 0.361 Tidak Valid

13 0.582 0.361 Valid

14 0.630 0.361 Valid

15 0.519 0.361 Valid

(45)

17 0.446 0.361 Valid

18 0.521 0.361 Valid

19 0.459 0.361 Valid

20 0.351 0.361 Tidak Valid

Tabel Lanjutan Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Efektivitas Sekolah (Y)

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS, dari 30 item pernyataan

angket yang dinyatakan tidak valid berjumlah 7 item, yakni item nomor

4, 5, 12, 20,25, 26, dan 28. Setelah dikonsultasikan dengan pembimbing,

item nomor 4, 5, 12, 20,25, 26, dan 28 yang tidak valid tetap

dipertahankan dan diperbaiki bahasanya sehingga dapat digunakan dalam

penelitian.

b. Hasil Uji Reliabilitas

Tabel 3. 12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Variabel Cronbach’s

Efektivitas Sekolah (Y) 0.893 0.361 Reliabel

G. Analisis Data

1. Analisi Data Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk melihat kecenderungan distribusi

(46)

masing-masing variabel. Gambaran umum setiap variabel digambarkan oleh

skor rata-rata yang diperoleh dengan menggunakan teknik Weighted Means

Scored (WMS), dengan rumus:

X =

Keterangan:

X = skor rata-rata yang dicari

X = jumlah skor gabungan (hasil kali frekuensi dengan bobot nilai untuk

setiap alternatif jawaban).

N = jumlah responden

Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan kriteria dan penafsiran

seperti yang tertera pada tabel 3.13 berikut ini:

Tabel 3.13 Kriteria Skor Rata-Rata Variabel

Rentang Nilai Pilihan Jawaban Kriteria

4,21 – 5,00 Selalu Sangat Tinggi

3,41 – 4,20 Sering Tinggi

2,61 – 3,40 Kadang-kadang Cukup

1,81 – 2,60 Jarang Rendah

1,00 - 1,80 Tidak Pernah Sangat Rendah

2. Uji Persyaratan Analisis

Sebelum analisis data, perlu dilakukan langkah uji asumsi klasik,

apakah data-data yang ada sudah memenuhi persyaratan pengujian. Oleh

karena itu sebelum pengujian hipotesis perlu dilakukan pengujian persyaratan,

yakni uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui dan menentukan

analisis dan jenis pengolahan data yang akan digunakan. Jika data

berdistribusi normal, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

statistik parametrik, sedangkan jika data tidak berdistribusi normal,

pengolahan data menggunakan statistik non parametrik. Pengujian

normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov.

(47)

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan variansi

kelompok-kelompok sampel yang diambil dari populasi yang sama.

Uji homogenitas dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS

18. Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan melihat angka

probabilitas. Jika probabilitas Sig > 0,05, maka data homogen.

Sedangkan jika probabilitas Sig < 0,05, maka data tidak homogen.

c. Uji Linearitas

Salah satu prasyarat untuk analisis korelasi dan regresi dalam

pengujian hipotesis adalah bahwa hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat linear. Untuk menguji linearitas dilakukan dengan

analisis regresi sederhana, dapat dilihat dari nilai signifikansi dari

deviation of linierity untuk X1 terhadap Y serta X2 terhadap Y. Apabila

nilai signifikansi < 0,05 dapat disimpulkan bahwa hubungannya bersifat

linier.

3. Uji Hipotesis

a. Analisis Korelasi Sederhana

Analisis korelasi dimaksudkan untuk mengetahui derajat

hubungan antara variabel X dan Y. Ukuran yang digunakan untuk

mengetahui derajat hubungan dalam penelitian ini adalah koefisien

korelasi (r) dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product

Moment sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ (∑ } ∑ ∑

Keterangan:

n

=

jumlah sampel

∑xy = jumlah perkalian antara skor x dan y

∑x = jumlah total skor x

∑y = jumlah total sor y

∑x2

= jumlah dari kuadrat x

∑y2

(48)

Korelasi dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih

dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 berarti korelasinya negatif

sempurna, r = 0 berarti tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya

sangat kuat. Arti harga r dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r

sebagai berikut:

Tabel 3.14 Tolok Ukur Koefisien Korelasi

Nilai Koefisien Kriteria

0,800 – 1,000 Sangat kuat

0,600 – 0,799 Kuat

0,400 – 0,599 Cukup kuat

0,200 – 0,399 Rendah

0,000 – 0,199 Sangat rendah Sumber: Riduwan, 2014, hlm. 136

1) Uji Signifikansi

Uji signifikansi berfungsi untuk mencari makna hubungan

variabel X terhadap variabel Y. Uji signifikansi dilakukan dengan

menggunakan rumus:

t =

Keterangan:

t = Nilai thitung

r = koefisien korelasi hasil

n = jumlah responden

Kriteria pengujiannya, korelasi dianggap signifikan jika thitung

lebih besar dari ttabel.

2) Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi untuk mengetahui besar kecilnya

sumbangan variabel X terhadap variabel Y, dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

KD = (r2) x 100%

Keterangan:

(49)

r2 = koefisien korelasi

b. Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi dimaksudkan untuk mengetahui hubungan

fungsional antara variabel penelitian. Dalam penelitian ini digunakan

rumus sebagai berikut:

Ŷ

= a + bX Sugiyono (2014:261)

Keterangan:

Ŷ

= Nilai yang diprediksikan

a = konstanta atau bila harga X = 0 (harga konstanta)

b = koefisien regresi

X = nilai variabel independen

c. Analisis Korelasi Ganda

Analisis korelasi ganda berguna untuk mencari besarnya

hubungan antara dua variabel bebas X atau lebih secara simultan

(bersama-sama) dengan variabel terikat Y. Dengan kata lain

digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel X1 dan X2

terhadap variabel Y dengan menggunakan rumus korelasi ganda:

(Sugiyono, 2014, hlm. 266)

Keterangan:

=

Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara

bersama-sama terhadap variabel Y

=

Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y

(50)

Jadi untuk menghitung korelasi ganda, maka harus dihitung

terlebih dahulu korelasi sederhananya melalui korelasi Product

Moment dari Pearson. Untuk mengetahui signifikansi korelasi ganda

dicari dulu Fhitung kemudian dibandungkan dengan Ftabel.

R2/k Fhitung =

(1 - R2) / (n - k - 1)

Keterangan:

R = Nilai koefisien korelasi ganda

k = Jumlah variabel bebas (independen)

n = Jumlah sampel

F = Nilai F yang dihitung

Kaidah pengujian signifikansi:

Jika FHitung ≥ FTabel maka tolak H0 artinya signifikan, dan

Jika FHitung ≤ FTabel maka tolak H0 artinya tidak signifikan

d. Analisis Regresi Ganda

Analisi regresi ganda dimaksudkan untuk mengetahui

hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih dengan satu

variabel terikat, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Ŷ = a + b1X1 + b2X2

Keterangan:

Ŷ = Nilai taksir Y (variabel terikat) dari persamaan regresi a = Nilai konstanta

b1 = Nilai koefisien regresi X1

X1 = Variabel bebas X1

(51)

Untuk mempermudah perhitungan, alat bantu yang digunakan

dalam perhitungan analisis data yaitu program komputer SPSS

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Efektivitas sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara

Kabupaten Bekasi diukur dalam delapan dimensi yaitu: (1) tujuan sekolah

dinyatakan secara jelas dan spesifik, (2) pelaksanaan kepemimpinan pendidikan

yang kuat oleh kepala sekolah, (3) ekspektasi guru dan staf tinggi, (4) ada

kerjasama kemitraan antara sekolah, orang tua, dan masyarakat, (5) adanya iklim

positif dan kondusif bagi siswa untuk belajar, (6) kemajuan siswa sering

dimonitor, (7) menekankan kepada keberhasilan siswa dalam mencapai

keterampilan aktivitas yang esensial, (8) komitmen yang tinggi dari SDM sekolah

terhadap program pendidikan secara keseluruhan berada dalam kategori sangat

tinggi.

Kepemimpinan instruksional kepala sekolah di sekolah dasar negeri

se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi diukur dalam tujuh dimensi yaitu,

(1) peningkatan secara berkelanjutan, (2) kultur pembelajaran, (3) penilaian hasil

belajar, (4) pengembangan profesionalisme guru, (5) manajemen sekolah, (6)

etika, dan (7) diversity, secara keseluruhan berada dalam kategori sangat tinggi.

Kinerja mengajar guru di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang

Utara Kabupaten Bekasi diukur dalam tiga dimensi yaitu, (1) merencanakan

proses pembelajaran, (2) melaksanakan pembelajaran, dan (3) mengevaluasi hasil

pembelajaran, secara keseluruhan berada dalam kategori sangat tinggi.

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari kepemimpinan

instruksional kepala sekolah terhadap efektivitas sekolah di sekolah dasar negeri

se- Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi.

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari kinerja mengajar guru

terhadap efektivitas sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara

Kabupaten Bekasi.

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari kepemimpinan

(53)

terhadap efektivitas sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara

Kabupaten Bekasi.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian maka penulis memberikan

rekomendasi sebagai berikut.

1. Kepemimpinan instruksional kepala sekolah di sekolah dasar negeri

se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi secara keseluruhan berada

pada kategori sangat tinggi, hal ini membuktikan bahwa salah satu faktor

dominan dalam keberhasilan efektivitas sekolah adalah kepemimpinan

instruksional kepala sekolah. Namun pada dimensi penilaian hasil belajar

perlu ditingkatkan karena menunjukkan nilai yang lebih rendah daripada

dimensi lainnya, maka kepala sekolah di SD Negeri Se-Kecamatan

Cikarang Utara perlu meningkatkan kompetensi kepemimpinannya,

terutama dalam menerapkan kepemimpinan instruksional. Upaya untuk

meningkatkan kompetensi kepemimpinannya dapat melalui: (a)

pendidikan dan pelatihan kepemimpinan yang diselenggarakan oleh

pemerintah maupun pihak-pihak terkait sehingga secara bertahap dapat

meningkatkan kualitas kepemimpinannya; (b) peningkatan kualifikasi

pendidikan yang berkaitan dengan kualifikasi kepala sekolah.

2. Kinerja mengajar guru di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang

Utara Kabupaten Bekasi berada pada kategori sangat tinggi. Namun pada

dimensi melaksanakan pembelajaran perlu ditingkatkan karena

menunjukkan nilai lebih rendah daripada dimensi lainnya. Hal ini menjadi

bahan masukan bagi kepala sekolah dan pengawas agar dapat

memfasilitasi guru agar kompetensi guru menjadi meningkat melalui

pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan profesi guru. Sedangkan

para guru selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kinerjanya, berupa

peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku, disiplin,

penguasaan terhadap teknologi informasi yang pada akhirnya kinerja

mengajar guru dapat meningkat secara berkesinambungan.

3. Efektivitas sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara

Gambar

Tabel 1.1 Rekapitulasi Akreditasi SD Negeri Kecamatan Cikarang Utara Per Tahun 2014
Tabel 3.1 Data Populasi Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Cikarang Utara
Tabel Lanjutan Data Populasi Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Cikarang Utara
Tabel 3.3 Data Penyebaran Sampel Sekolah Dasar Negeri  Kecamatan Cikarang Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun fakta-fakta empirik itu penting peranannya dalam metode ilmiah namun kumpulan fakta itu sendiri tidak menciptakan teori atau ilmu pengetahuan (Suparlan P.,

disimpan pada suatu file dan kemudian mengolah data tersebut dengan menggunakan metode Fast Fourier Transform sehingga didapatkan pola suara yang diinginkan. Setelah

Dalam akhir–akhir ini terdapat perkembangan yang sangat pesat sekali dalam teknik dan metode analisa, baik analisa ekonomi maupun analisa kegiatan usaha

Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft Excel dan SPSS.

Dampak Pelatihan terhadap Kinerja Pendidik PAUD di Kecamatan Cinambo Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu..

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh dari belanja daerah dan pendapatan perkapita terhadap Pendapatan Asli Daerah; dengan inflasi sebagai variabel moderating

1 Buah CD yang berisi Salinan (soft copy/ hasil scan) Dokumen Penawaran Administrasi, Teknis dan Biaya serta Dokumen Kualifikasi Perusahaan yang berisi

dan simbolik materi hidrolisis garam dalam courseware multimedia yang