Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
UPAYA PENGELOLA LEMBAGA KURSUS MENJAHIT DALAM MEMPERSIAPKAN LULUSANNYA MEMASUKI LAPANGAN KERJA
(Studi Kasus Pada LKP Cahaya Melati Di Kota Cimahi)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Disusun Oleh :
RIA BANOWATI 0906636
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
UPAYA PENGELOLA LEMBAGA KURSUS MENJAHIT
DALAM MEMPERSIAPKAN LULUSANNYA MEMASUKI
LAPANGAN KERJA
(Studi Kasus Pada LKP Cahaya Melati di Kota Cimahi)
Oleh :
Ria Banowati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Ria Banowati 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang – undang
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
RIA BANOWATI
UPAYA PENGELOLA LEMBAGA KURSUS MENJAHIT DALAM MEMPERSIAPKAN LULUSANNYA MEMASUKI LAPANGAN KERJA
(Studi Kasus Pada LKP Cahaya Melati Di Kota Cimahi)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
PEMBIMBING I
Prof. Ace Suryadi, M.Sc, Ph.D. NIP. 19520725 197803 1 001
PEMBIMBING II
Dr. Yanti Shantini, M.Pd NIP. 19730128 200501 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Jadilah Dirimu Sendiri, Cari Jati Dirimu Yang Sebernarnya Guna
Menapaki Hidup Yang Mandiri
Optimis, Karena Hidup Terus mengalir Dan Kehidupan Terus
Berputar
Sesekali Lihatlah Ke Belakang Untuk Melanjutkan Perjalanan Hidup
Yang Sedang Menanti Untuk Kita Jalani
Dari Setiap Pertemuan, Pasti Akan Ada Akhir Yang Ditemui
Dan Dari Setiap Akhir Yang Ditemui Maka Akan Muncul Awal
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
(Studi Kasus Pada LKP Cahaya Melati Di Kota Cimahi)
Penelitian ini berawal dari hasil identifikasi terhadap lembaga kursus menjahit yang pada umumnya para pengelola hanya melakukan program kursus menjahit, tidak ada tindak lanjut ketika lulusan sudah selesai mengikuti program kursus menjahit.
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui kompetensi yang diperoleh lulusan LKP Cahaya Melati setelah mengikuti kegiatan kursus. 2) kompetensi lulusan kursus menjahit dalam mengimplementasikan kemampuan menjahit yang telah mereka peroleh dari program kursus menjahit. 3) mengetahui upaya pengelola LKP Cahaya Melati mempersiapkan lulusan dalam menghadapi dunia kerja. 4) mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam mempersiapkan lulusan yang siap bekerja.
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa konsep yaitu konsep kursus, konsep pengelolaan program, konsep kompetensi, konsep dampak lulusan, konsep kemitraan dan partisipasi serta konsep dunia usaha / dunia industri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif, dengan subyek penelitian sebanyak lima orang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan triangulasi data. Penelitian dilakukan di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Cahaya Melati Kota Cimahi yang dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Oktober hingga Desember 2013.
Hasil penelitian diperoleh data mengenai 1) Kompetensi yang dimiliki lulusan sudah tercapai dengan program yang ditetapkan oleh lembaga kursus menjahit. 2) Lulusan telah dapat mengimplementasikan keterampilan menjahit dengan membuka usaha online shop pakaian dan berbisnis memaklon pakaian 3) Upaya pengelola lembaga dalam mempersiapkan lulusannya memasuki lapangan kerja berupa menyediakan informasi pekerjaan dan kegiatan pendampingan untuk lulusan yang ingin membuka usaha menjahit sendiri. 4) Pengelola memiliki metoda pengajaran kursus yang menekankan kepada perolehan kompetensi untuk lulusannya, namun lembaga juga memiliki faktor penghambat berupa kesigapan pengelola dalam melakukan penyesuaian perkembangan teknologi yang ada.
ASBTRACK
The Eforts From Manager Sewing Course In Preparing The Grad For Acces To Employment
(Case Study At LKP Cahaya Melati In Cimahi City)
A reason from this reaserch is begin from identifying who was doing to manager sewing course in general they just only do a sewing program but they don‟t have a follow-up for this program when a grad has attend the coaching of sewing program.
This research is aim to 1) knowing about the sewing skills who grad was got when they„d attend the coaching of sewing course program. 2) implementation of skills from the sewing course program by the grad. 3) knowing about the eforts manager from LKP Cahaya Melati in preparing the grad for acces to employment. 4) knowing about supplementary factor and obstacle factor in preparing the grad for acces to employment.
This research have used concepts about management program concept, skills concept, concept about impact from the grad, partner and partisipation concept, and also corporate world / industry world concepts. The method we used is case study with qualitative approach and the subject from this research is five person. The data collecting tehcnique is used observation, interview and triangulation. The research already doing at LKP Cahaya Melati in Cimahi City during three months, from October until December 2013.
The result data from this research is tell about 1) The skills who the grad have was reached from the program specify from the sewing course program. 2) The grad can implementation their sewing skills with eforts as open the clothes online shop and business in “maklon” clothes. 3) The eforts from manager sewing course in preparing the grad for acces to employment is provide the work information and associate activity for the grad who want open their own sewing shop. 4) The manager have teaching method of sewing course which is emphasize in skills who the grad can get, but the manager had obstacle as the manager effiency in doing adaptation with technology development.
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Perumusan Dan Pembatasan Masalah ... 6
D. Tujuan penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Sistematika Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Konsep Kursus ... 9
1. Pengertian Kursus ... 9
2. Tujuan Kursus ... 10
3. Program Kursus ... 11
4. Penyelenggaraan Kursus ... 13
B. Konsep Pengelolaan Program ... 14
1. Pengertian Pengelolaan ... 14
a. Perencanaan ... 17
b. Pelaksanaan ... 18
1) Pengorganisasian ... 18
2) Penggerakkan ... 20
3) Pembinaan ... 21
c. Evaluasi ... 21
C. Konsep Kompetensi ... 22
1. Pengertian Kompetensi ... 22
2. Model Kompetensi ... 25
3. Tipe Kompetensi ... 27
D. Konsep Dampak Lulusan ... 28
E. Konsep Kemitraan dan Partisipasi ... 31
1. Pengertian Partisipasi ... 31
2. Tujuan dan Manfaat Kemitraan ... 32
3. Prinsip Kemitraan ... 32
4. Bentuk-bentuk Kemitraan ... 33
5. Langkah-langkah dalam pola kemitraan ... 34
6. Partisipasi Dalam Kemitraan ... 35
7. Bentuk-bentuk Partisipasi ... 36
8. Cara Menggerakkan Partisipasi ... 37
F. Konsep Dunia Usaha / Dunia Industri ... 38
1. Konsep Dunia Industri ... 38
G. Kajian Terhadap Penelitian Terdahulu ... 39
1. Penelitian tentang Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit di Wilayah Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat ... 39
2. Penelitian tentang Peran Pengelola Lembaga Pendidikan
Kursus Komputer dalam Meningkatkan Motivasi Berwirausaha
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 42
1. Lokasi Penelitian ... 42
2. Subjek Penelitian ... 42
B. Desain Penelitian ... 43
1. Tahap Pra-Lapangan ... 43
2. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 43
3. Tahap Analisis Data ... 44
4. Tahap Penulisan Laporan ... 44
C. Metode Penelitian ... 45
D. Definisi Operasional ... 47
E. Instrumen Penelitian ... 48
F. Teknik Pengumpulan Data ... 48
1. Observasi ... 49
2. Wawancara ... 49
3. Studi Dokumentasi ... 50
4. Triangulasi Data ... 50
G. Analisis data ... 50
1. Data Reduction (Reduksi Data) ... 51
2. Data Display (Penyajian Data) ... 51
3. Conclusion Drawing / Verivication (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Gambaran Umum Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Cahaya Melati ... 53
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 132
A. Kesimpulan ... 139
B. Saran ... 144
DAFTAR PUSTAKA ... 138
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keterkaitan antara komponen Life Skills dalam
pembelajaran masyarakat pada satuan program Pendidikan Luar
Sekolah ... 12
Tabel 4.1Level I / Asisten Pembuat Pakaian ... 58
Tabel 4.2 Level II / Pembuat Pakaian ... 58
Tabel 4.3 Level III / Penyelia Proses Pembuatan Pakaian ... 59
Tabel 4.4 Level IV / Pengelola Usaha Pakaian ... 60
Tabel 4.5 Data Lulusan LKP Cahaya Melati ... 61
Tabel 4.6 Identitas Informan Penelitian... ... 64
Tabel 4.7 Jadwal Observasi Lapangan ... 66
Tabel 4.8 Jawaban Informan Untuk Aspek Pengetahuan Menjahit... 68
Tabel 4.9 Jawaban Informan Untuk Aspek Keterampilan Menjahit ... 73
Tabel 4.10 Jawaban Informan Untuk Aspek Sikap dan Perilaku Lulusan ... 80
Tabel 4.11 Jawaban Informan Untuk Aspek Perubahan Taraf Hidup ... 84
Tabel 4.12 Jawaban Informan Untuk Kajian Aspek Berbagi Ilmu Pengetahuan Yang Telah Diperoleh ... 87
Tabel 4.13 Jawaban Informan Untuk Kajian Aspek Partisipasi Dalam Pembangunan ... 88
Tabel 4.14 Jawaban Informan Untuk Aspek Perencanaan Kegiatan Kursus Menjahit ... 89
Tabel 4.16 Jawaban Informan Untuk Aspek Pelaksanaan Kegiatan
Kursus Menjahit ... 101
Tabel 4.17 Jawaban Informan Untuk Aspek Evaluasi Kegiatan Kursus
Menjahit ... 105
Tabel 4.18 Jawaban Informan Untuk Aspek Faktor Pendukung Kegiatan
Kursus Menjahit ... 112
Tabel 4.19 Jawaban Informan Untuk Aspek Faktor Penghambat Kegiatan
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Proses Pengorganisasian ... 19
Gambar 2.2 Bagan Keterkaitan Fungsional antara Komponen, Proses dan
Tujuan Sistem Pendidikan Luar Sekolah ... 29
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi – kisi Penelitian ... 148
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Sumber Daya Manusia (SDM) seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang
berada di dalam suatu wilayah tertentu dengan semua karakteristik atau ciri
demografis, sosial maupun ekonomi yang dimilikinya dan dapat digunakan dalam
mendukung pembangunan yang terdiri atas aspek kualitas dan kuantitas. Aspek
kuantitas (jumlah) merujuk kepada bagaimana karakteristik demografis tentang
jumlah dan pertumbuhan penduduk, penyebaran dan komposisi penduduk. Sedangkan
kualitas (mutu) menjelaskan bagaimana seorang manusia berhubungan dengan
karakteristik sosial dan ekonomi agar terciptanya suatu keberhasilan dalam
pembangunan suatu Negara. Oleh karena itu sangat dibutuhkan sekali sumber daya
manusia yang tangguh, unggul dan baik secara fisik maupun mental.
Dalam mencapai keberhasilan pembangunan, maka diperlukan sumber daya
manusia yang berkualitas karena sumber daya manusia merupakan salah satu faktor
utama dalam persaingan global. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan
bagaimana menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki
keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini
sering kita abaikan. Era globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia
menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Sumber daya manusia
menjadi aset tenaga kerja yang efektif untuk menciptakan kesejahteraan. Kekayaan
alam yang melimpah tidak akan bisa memberikan manfaat yang besar bagi manusia
jika sumber daya manusia yang ada tidak bisa mengolah dan memanfaatkan kekayaan
alam yang ada.
Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai tenaga
2
ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Barat pada bulan Februari 2013 ditandai dengan
peningkatan jumlah angkatan kerja, penduduk yang bekerja serta penurunan tingkat
pengangguran. Pada bulan Februari 2013 jumlah angkatan kerja mencapai 20.388.637
orang, meningkat 249.979 jiwa dibandingkan keadaan Februari 2012 (20.138.658
orang). Penduduk yang bekerja sebanyak 18.573.371. orang, bertambah 403.719
orang dibandingkan Februari 2012 dengan jumlah penduduk bekerja 18.169.652
orang. Di sisi lain, jumlah penganggur dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terus
mengalami penurunan. Pada bulan Februari 2013 terjadi penurunan 153.740 orang,
yaitu dari 1.969.006 orang pada Februari 2012 menjadi 1.815.266 orang pada
Februari 2013. Dengan demikian, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi
Jawa Barat pada bulan Februari 2013 juga menurun sekitar 0,88 persen dibandingkan
Februari 2012, yaitu dari 9,78 persen menjadi 8,90 persen. Tetapi, jika dibandingkan
dengan TPT di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 1,89 persen, maka TPT di
Provinsi Jawa Barat masih terbilang tinggi untuk skala TPT di tingkat nasional.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilaksanakan melalui
pendidikan informal, formal dan nonformal. Hal ini seperti yang tercantum dalam
Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yaitu :
Pasal 1 ayat (10) satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Ayat (11) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Ayat (12) Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan ayat (13) Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Pendidikan nonformal sebagai salah satu dari tiga jalur sistem pendidikan
mempunyai tugas pokok yang sama dengan pendidikan formal yaitu memberikan
3
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dilakukan secara teratur. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berguna sebagai pengganti,
penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam kegiatan mendukung pendidikan
sepanjang hayat. Pendidikan nonformal sendiri berfungsi untuk mengembangkan
potensi lulusan dengan tujuan utama pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional, jalur pendidikan
yang terstruktur dan berjenjang.
Satuan pendidikan nonformal dalam upaya memberikan layanan pendidikan
tersebut dapat dilaksanakan melalui kursus, pelatihan, PKBM, kelompok belajar dan
satuan pendidikan sejenis yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2003 Pasal 26 Poin 4 bahwa :
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan pendidikan sejenis.
Pendidikan nonformal dan informal terbagi dalam berbagai bentuk
kesatuan-kesatuan pendidikan dengan beragam pola, sasaran dan tujuan pendidikan yang salah
satu diantaranya ialah kursus. Dalam UU NO.20 Tahun 2003 pasal 26 ayat 5
disebutkan bahwa :
Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi.
Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) atau biasa disebut dengan kursus
diselenggarakan untuk masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Hasil dari pendidikan nonformal dapat dihargai setara
4
penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
Pertumbuhan dan berkembangnya kursus di tengah-tengah kehidupan masyarakat
tidak terlepas dari tuntutan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja, hingga saat ini
tercatat sebanyak 18.189 lembaga kursus yang telah memiliki nomor induk lembaga
kursus (Nilek) per 11 September 2013 (Direktorat Pembinaan Kursus dan
Kelembagaan 2013). Peningkatan dan berkembangnya kursus yang ada di
tengah-tengah masyarakat diperkuat dengan adanya UU No.17 tentang RPJPN 2005-2009
yang menyatakan bahwa penyediaan pelayanan pendidikan sepanjang hayat sesuai
perkembangan iptek perlu terus didorong untuk meningkatkan kualitas hidup dan
produktivitas penduduk Indonesia termasuk untuk memberikan bekal pengetahuan
dan keterampilan bagi penduduk usia produktif yang jumlahnya semakin besar.
Kursus sebagai bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan
lulusan dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standar kompetensi,
pengembangan sikap kewirausahaan, serta pengembangan kepribadian profesional.
Lebih lanjutnya ditegaskan lagi dalam PP No.19 tahun 2005 pasal 6 ayat (3) yang
menyatakan bahwa :
Satuan pendidikan nonformal dalam bentuk kursus dan lembaga pelatihan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi yang memuat pendidikan kecakapan hidup dan keterampilan.
Berkaitan dengan pernyataan-pernyataan diatas dan melihat kembali situasi dan
kondisi keadaan lembaga kursus yang tumbuh di masyarakat belumlah sesuai dengan
hakikat utama dalam penyelenggaraan kursus yang seharusnya. Melihat dari keadaan
di lapangan, banyak sekali lembaga kursus yang mengalami pasang surut dalam
melaksanakan program dan kegiatannya. Tidak sedikit lembaga kursus yang hanya
bisa melaksanakan kegiatan dan programnya jikalau ada unsur menunjang dan
5
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam pelaksanaan kursus ialah peran serta lembaga dalam mendidik dan
melaksanakan program kegiatan ialah kurikulum dan teknis pengajaran materi kursus.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dibalik potensi dalam
pengembangan pendidikan kecakapan hidup pada program kursus, masih ditemukan
adanya kendala dalam pengembangan lulusannya terutama berkaitan dengan
kemampuan yang sesuai dengan standar dunia usaha. Seperti yang dipaparkan oleh
Tilaar (2003) yaitu pertama, tidak optimalnya penyerapan lulusan kursus pada
lapangan kerja yang ada yang mana masih ada lulusan kursus yang belum bekerja
karena ketatnya persaingan di dunia industri. Kedua, kualifikasi lulusan kursus masih
belum memenuhi standar industri, hal ini teridentifikasi pada saat peserta kursus
mengikuti magang pada perusahaan-perusahaan mitra. Ketiga, belum terciptanya
kemitraan antara lembaga kursus dan industri untuk menjembatani kesenjangan yang
ada. Kemitraan yang terjalin pada saat ini belum mencapai suatu kondisi yang
menguntungkan kedua belah pihak. Dimana pihak industri masih merasa terbebani
dengan adanya kegiatan magang dari peserta kursus sehingga tidak semua peserta
kursus dapat mengikuti kegiatan magang di perusahaan. Keempat, dibutuhkan biaya
yang cukup besar untuk memenuhi kompetensi yang ada. Kesadaran dan keinginan
dari lembaga kursus untuk meningkatkan profesionalisme lembaganya masih
terkendala dari segi hal pembiayaan yang cukup besar.
Dari beberapa permasalahan yang dipaparkan diatas, yang menjadi fokus kajian
ialah keadaan lulusan kursus menjahit setelah mereka mengikuti program kursus.
Tujuan utama ketika para lulusan mengikuti kegiatan kursus menjahit ialah untuk
mendapatkan keahlian menjahit. Setelah mereka selesai mengikuti kegiatan kursus,
dapat kita lihat apakah mereka kembali bekerja sebagai pekerja umum seperti buruh
pabrik atau kah mereka menggunakan keahlian yang telah mereka peroleh dan
merintis kegiatan wirausaha dari keahlian menjahit tersebut.
Berangkat dari pemikiran tersebut, maka kita dapat melihat lagi apakah lembaga
6
dengan mengembangkan keahlian yang telah mereka dapat di lembaga kursus atau
lembaga hanya menyediakan tempat dan fasilitas saja untuk kegiatan kursus tanpa
ada mengarahan lebih lanjut ketika lulusan telah selesai mengikuti kegiatan kursus.
Berdasarkan pemikiran tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan
tentang bagaimana lembaga kursus menjahit dalam mempersiapkan lulusannya untuk
memasuki lapangan kerja.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka dapat kita identifikasi
beberapa hal yaitu :
1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang masih tinggi sehingga diperlukan
peran lembaga kursus dalam menekan angka tersebut.
2. Lulusan kurang mampu mengarahkan kompetensi menjahit yang dimiliki setelah
mengikuti kegiatan kursus menjahit pakaian
3. Kondisi lembaga kursus saat ini pada umumnya hanya memberikan pelatihan saja
sedangkan ketika lulusan kursus telah selesai mengikuti kegiatan kursus mereka
tidak mendapatkan arahan yang lebih lanjut dalam mengaplikasikan kompetensi
yang dimiliki oleh lulusan.
4. Peran lembaga kursus kurang memberikan arahan lebih lanjut kepada lulusan
dalam menghadapi persaingan dunia kerja.
C. PERUMUSAN DAN PEMBATASAN MASALAH
Penelitian ini akan dilakukan di salah satu lembaga kursus menjahit yang ada di
kota Cimahi yaitu Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Cahaya Melati. Melihat dari
pemaparan kondisi diatas, penulis merumuskan masalah yaitu bagaimanakah upaya
pengelola lembaga kursus dalam mempersiapkan lulusannya memasuki lapangan
7
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Bagaimanakah kompetensi yang diperoleh lulusan LKP Cahaya Melati setelah
mengikuti kegiatan kursus?
2. Bagaimanakah lulusan mengimplementasikan kompetensi yang telah mereka
peroleh dari kegiatan kursus?
3. Bagaimana upaya pengelola LKP Cahaya Melati mempersiapkan lulusan dalam
menghadapi dunia kerja?
4. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mempersiapkan lulusan
yang siap bekerja?
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum dari penelitian ini ialah untuk mengetahui upaya pengelola
lembaga kursus menjahit menyiapkan lulusannya dalam memasuki lapangan kerja.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini ialah :
1. Untuk mengetahui kompetensi yang diperoleh lulusan LKP Cahaya Melati setelah
mengikuti kegiatan kursus.
2. Untuk mengetahui lulusan dalam mengimplementasikan kompetensi yang telah
mereka peroleh dari kegiatan kursus.
3. Untuk mengetahui upaya pengelola LKP Cahaya Melati mempersiapkan lulusan
dalam menghadapi dunia kerja.
4. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam mempersiapkan
lulusan yang siap bekerja.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat secara praktisi
a. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk menambah dan
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang peran lembaga kursus
8
b. Bagi lembaga
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi lembaga penyelenggara
kursus khususnya untuk menyiapkan lulusannya dalam menghadapi dunia
kerja.
2. Manfaat secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan konsep keilmuan lembaga
kursus pada pendidikan nonformal khususnya peran lembaga untuk menyiapkan
lulusannya dalam menghadapi dunia kerja.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan penelitian ini dibagi kedalam lima bab guna mempermudah dalam
pembahasan dan penyusunan penulisan, ke lima bab tersebut terdiri atas :
BAB I Pendahuluan, berisikan uraian-uraian yang meliputi latar belakang
penelitian, identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka, merupakan konsep yang melandasi permasalahan
penelitian dalam penelitian yang dilakukan.
BAB III Metode Penelitian, meliputi lokasi metode penelitian yang digunakan
peneliti dalam melakukan penelitian, teknik pengumpulan data, lokasi
dan subjek penelitian, langkah-langkah penelitian, analisis data
penelitian, dan validitas data.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisikan uraian-uraian hasil
penelitian dan pembahasannya.
BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi, berisikan kesimpulan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan dan Rekomendasi bagi pihak-pihak
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di LKP Cahaya Melati yang berlokasikan di
JL.Warung Contong No.49 RT.02/09 Kota Cimahi. Lokasi ini dipilih karena LKP
Cahaya Melati merupakan lembaga penyelenggara salah satu satuan dari pendidikan
non-formal yang bergerak dibidang kursus, khususnya dibidang kursus menjahit.
2. Subjek Penelitian
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai
narasumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel
dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis,
karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori (Sugiyono,
2007:216). Penentuan sumber data para orang yang diwawancarai dilakukan secara
purposive, yaitu dipilih berdasarkan pertimbangann tertentu, karena peneliti
menganggap bahwa informan tersebut dapat lebih dipercaya untuk menjadi sumber
data. Sumber data yang dipilih juga mempertimbangkan beberapa persyaratan.
Sebagaimana yang ungkapkan oleh Faisal (Sugiyono, 2007:221), sampel sebagai
sumber data atau informan sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,
sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.
b) Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan
yang tengah diteliti.
43
d) Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”
sendiri.
e) Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga
lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek utama penelitian ialah satu orang
pengelola lembaga, dua orang instruktur dan dua orang peserta didik guna
memperkuat hasil data yang diperoleh dari subjek utama tersebut.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian ialah rancangan peneliti dari awal hingga akhir penelitian, yaitu
memberikan gambaran tentang tahap perancangan penelitian, pelaksanaan penelitian,
pengumpulan data, analisis data hingga penulisan laporan penelitian. Menurut
Moelong (2008:17) ada empat tahap yang harus dilaksanakan oleh peneliti dalam
menjawab pertanyaan penelitian, yaitu :
1. Tahap Pra-Lapangan
Dalam tahap, peneliti melaksanakan observasi langsung ke lokasi penelitian yaitu
ke LKP Cahaya Melati yang berlokasikan di JL.Warung Contong No.49 RT.02/09
Kota Cimahi. Hal ini dilaksanakan guna mendapatkan informasi dan gambaran
mengenai pokok permasalahan yang di lokasi yang kemudian akan digunakan
sebagai lokasi penelitian. Kemudian peneliti melakukan perizinan kepada pemilik
lembaga dan menjelaskan maksud dan tujuan dilaksanakannya penelitian ini.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Dalam tahap kegiatan ini peneliti memilih dan menimbang data yang akan
digunakan sebagai fokus kajian utama dalam masalah penelitian dan melakukan
pemilihan narasumber serta metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Apa
44
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menentukan subjek untuk penelitian, pada tahap pelaksanaan lapangan, peneliti
kemudian menyusun instrumen penelitian, lalu mengumpulkan data yang ada
dilapangan, serta membuat kesimpulan hasil data yang diperoleh dari lapangan.
3. Tahap Analisis Data
Dalam tahap analisis data ini, peneliti menganalisis hasil data dan informasi yang
diperoleh di lapangan. Tahap ini merupakan tahap penentuan karena dalam tahap
inilah kita akan mencari hasil jawaban dari permasalahan penelitian yang telah kita
laksanakan. Model penelitian yang digunakan dalam teknik analisis data ini ialah
metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Metode studi kasus merupakan
metode untuk menghimpun dan menganalisis data yang berkenaan dengan suatu
kasus. Sesuatu hal yang dijadikan kasus biasanya karena ada masalah, kesulitan,
hambatan, penyimpangan. Tetapi, bisa juga sesuatu hal dijadikan suatu kasus
meskipun tidak ada masalah melainkan dijadikan kasus karena keunggulan atau
keberhasilannya. Kegiatan analisis data ini diawali dengan mengumpulkan data dan
informasi yang berasal dari hasil wawancara, observasi, pengamatan dan dokumen
resmi. Lalu data yang telah diperoleh dan terkumpul diolah sesuai dengan kaidah
relevansi pengolahan data dalam pendekatan kualitatif.
4. Tahap Penulisan Laporan
Dalam tahap penulisan laporan ini, peneliti menyajikan keseluruhan dari semua
tahapan kegiatan yang telah dilaksanakan selama penelitian. Dalam tahap ini peneliti
mengumpulkan data yang telah diperoleh selama proses penelitian berlangsung.
Analisis data dilakukan secara terus menerus selama proses kegiatan penelitian
hingga data dan informasi yang dibutuhkan telah terkumpul. Pengolahan data berupa
laporan awal atas perbandingan data empirik dengan teoritik, dan pengolahan data
terakhir dilakukan setelah data yang dikumpulkan lengkap dan terkumpul. Tahap
penulisan laporan ialah tahap akhir dari penyusunan hasil penelitian. Setelah itu
45
dujikan. Lalu laporan penelitian disajikan sesuai dengan outline yang berlaku di
lingkungan Universitas.
C. Metode Penelitian
Penelitian merupakan kegiatan mengkaji, secara teliti dalam suatu bidang ilmu
dengan kaidah tertentu. Mengkaji merupakan suatu usaha untuk memperoleh dan
menambah pengetahuan. Meneliti dilakukan untuk memperkaya dan meningkatkan
kepemahaman seseorang akan sesuatu hal. Dalam suatu penelitian juga terdapat
kegiatan penyelidikan, yaitu mencari fakta-fakta secara teliti teratur untuk menjawab
suatu pertanyaan untuk menjelaskan suatu fenomena.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan
pendekatan kualitatif ini diharapkan peneliti dapat memperoleh dan menghasilkan
gambaran dan objek yang di teliti secara utuh seperti yang diungkapkan oleh Bogdan
dan Taylor (Basrowi dan Suwandi, 2008:21) bahwa :
Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah studi kasus (case study) yang
merupakan metode untuk menghimpun dan menganalisis data yang berkenaan dengan
suatu kasus. Sesuatu hal yang dijadikan kasus biasanya karena ada masalah,
kesulitan, hambatan, penyimpangan. Tetapi, bisa juga sesuatu hal dijadikan suatu
kasus meskipun tidak ada masalah melainkan dijadikan kasus karena keunggulan atau
keberhasilannya. Kelebihan dari metode studi kasus ialah peneliti dapat mempelajari
subjek secara mendalam dan menyeluruh. Hal ini merujuk kepada pernyataan yang di
ungkap kan oleh Arikunto (2006:142) ialah :
46
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitiannya penelitian kasus lebih mendalam.
Berkaitan dengan pernyataan diatas, alasan penulis menggunakan metode studi
kasus ialah :
1. Peneliti menggunakan metode studi kasus bermaksud mempelajari secara intensif,
tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi sosial individu, kelompok,
lembaga dan masyarakat.
2. Metode ini dirasakan sangat tepat dan sesuai dengan permaslaahan yang di
pelajari dan ada kaitannya dengan situasi dan kondisi pada saat ini.
3. Untuk memahami relasi antar peserta didik dengan lembaga serta berusaha
menemukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lembaga dalam
melaksanakan programnya.
4. Dalam penelitian ini penulis tidak hanya mengumpulkan data dan
menggambarkan kegiatan yang sedang berlangsung tetapi meliputi analisa,
penafsiran, dan kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Oleh karena itu, pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus
sesuai digunakan dalam penelitian ini sehingga dapat menjawab pertanyaan
penelitian. Dengan begitu, penulis dapat mendeskripsikan atau menggambarkan
secara mendalam tentang kompetensi yang diperoleh lulusan, implementasi
kompetensi yang diperoleh lulusan, upaya pengelola dalam mempersiapkan lulusan
menghadapi dunia kerja serta menguraikan faktor pendukung dan penghambat
pengelola dalam mempersiapkan lulusan menghadapi dunia kerja yang dilakukan
47
D. Definisi Operasional
Berikut ini ialah kajian definidi operasional yang berdasarkan pada kamus besar
bahasa Indonesia, yaitu :
1. Upaya : Upaya ialah usaha/ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memcahkan
persoalan, mencari jalan keluar, dsb. Upaya dalam kajian ini ialah usaha yang
dilakukan pengelola lembaga kursus menjahit guna mencapai suatu tujuan yaitu
menghasilkan lulusan yang mumpuni di bidang menjahit pakaian.
2. Pengelola : Berasal dari kata kelola yang memiliki makna mengendalikan,
menyelenggarakan dan pengelola ialah orang yang mengelola. Pengelola dalam
kajian ini memiliki pengertian ialah orang yang menyelenggarakan suatu kegiatan
yaitu berupa kegiatan kursus menjahit.
3. Lembaga : Lembaga ialah badan (organisasi) yang tujuannya melakukan suatu
penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. Lembaga disini berarti
sebuah badan atau organisasi yang melaksanakan kegiatan kursus menjahit.
4. Kursus : Kursus ialah pelajaran tentang suatu pengetahuan atau keterampilan
yang diberikan dalam waktu singkat. Kursus dalam kajian ini bermakna
mempelajari kegiatan menjahit.
5. Menjahit : Berasal dari kata jahit yang memiliki arti menyambung kain dengan
jarum dan benang. Menjahit memiliki makna melekatkan (menyambung) kain
dengan jarum dan benang. Menjahit dalam kajian ini bermakna kegiatan membuat
pakaian.
6. Lulusan : Berasal dari kata lulus yang berarti berhasil. Lulusan memiliki makna
orang yang sudah lulus dari ujian. Dalam kajian ini lulusan memiliki arti orang
yang telah selesai mengikuti kegiatan kursus menjahit.
7. Lapangan Kerja : Lapangan kerja memiliki makna suatu bidang kegiatan atau
48
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Instrumen Penelitian
Dalam melakukan penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono
(2007:223) “the reseacher is the key instrumen”. Peneliti adalah merupakan
instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Maksud dari pernyataan tersebut ialah
dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun
selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan
dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi
data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui obervasi dan
wawancara. Selaras dengan itu, Moelong (2008:16) mengungkapkan bahwa :
Kedudukan peneliti dalam peneltian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana pengumpul data, analis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya.
Jadi dalam melakukan penelitian, peneliti berperan langsung dalam interaksi
dengan sumber data (sumber informasi) dalam suatu wawancara bebas, mengamati
situasi sosial dan kegiatan lembaga yang sedang berlangsung.
Dengan menggunakan langkah diatas, diharapkan data yang telah terkumpul akan
mempunyai tingkat kepercayaan dan tingkat adaptibillitas yang tinggi yang
meyakinkan peneliti, sehingga hasil penelitian yang diperoleh akan memenuhi
persyaratan penelitian kualitatif.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam melaksanakan
penelitian, maka diperlukan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan
permasalahan penelitian. Menurut Sugiyono (2007:224) teknik pengumpulan data
data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama
dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang
49
1. Observasi
Observasi menurut Nasution (Sugiyono, 2007:226) adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Marshall (Sugiyono,
2007:226) mengungkapkan melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan
makna dari perilaku tersebut. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk
memperoleh data mengenai kondisi objek penelitian, dan mengamati secara langsung
lokasi lembaga kursus menjahit, sarana kursus menjahit serta pelaksanaan kegiatan
kursus menjahit oleh pengelola lembaga dalam mempersiapkan lulusannya memasuki
lapangan kerja.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk menemukan
permasalahan. Wawancara menurut Esterberg (Sugiyono, 2007:231) adalah
merupakan pertemuan dua orang untuk menukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam
melakukan penelitian ini, wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang menjadi
sumber informasi utama penelitian.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan guna memperoleh data tentang
kompetensi yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kursus menjahit,
implementasi kompetensi yang telah peserta didik peroleh dari kursus menjahit,
upaya pengelola lembaga dalam mempersiapkan lulusannya memasuki lapangan
kerja serta faktor pendukung dan penghambat dalam mempersiapkan lulusan yang
siap bekerja pada program kursus menjahit yang dilaksanakan oleh LKP Cahaya
50
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Studi Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2007:240) studi dokumentasi ialah pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Studi
dokumentasi dapat berbentuk gambar, seperti foto, gambar hidup, sketsa dan
lain-lain. Teknik dokumentasi ini digunakan agar hasil penelitian yang diperoleh menjadi
lebih kredibel/dapat dipercaya melalui berbagai dokumen yang bisa
dipertanggungjawabakan selama peneliti berada dilapangan. Sasaran dari studi
dokumentasi ini ialah dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan
kursus menjahit.
4. Triangulasi Data
Menurut Sugiyono (2007:241) dalam teknik pengumpulan data, triangulasi
diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan dana dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti
melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan
obervasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data
yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2007:241).
G. Analisis Data
Menurut Bogdan (Sugiyono, 2007:244) menyatakan analisis data kualitatif ialah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami,
51
mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang pentinf dan akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Menurut Sugiyono (2007:247-252) untuk mengolah dan menganalisis data yang
telah diperoleh dalam penelitian menggunakan beberapa langkah, yaitu :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data diperoleh dari lapangan yang jumlahnya cukup banyak. Mereduksi
data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikiandata yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007:249) menyatakan “ the most frequent form of
display data for quallitative research data in the past has been narrative text”. Yang
paling sering digunakan untuk untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3. Conclusion Drawing / Verivication (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
(Sugiyono, 2007:252) ialah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara. Dan akan berubah bila tidak ditemukan
52
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,
karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan
temuan hasil penelitian dari uraian bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang diteliti yaitu :”Upaya Pengelola Lembaga Kursus Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja”.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan pada bab IV, peneliti
dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut :
1. Kompetensi Yang Diperoleh Lulusan LKP Cahaya Melati Setelah Mengikuti Kegiatan Kursus Menjahit.
Kompetensi yang diperoleh lulusan LKP Cahaya Melati setelah mengikuti
kegiatan kursus menjahit ialah tercapainya pengetahuan menjahit yang diperoleh
lulusan berupa alasan kritis lulusan dalam mengikuti program kursus menjahit,
kapabilitas strategik dan pengetahuan bisnis yang diperoleh lulusan dalam
mengikuti program kursus menjahit. Untuk aspek keterampilan menjahit, lulusan
telah memiliki keterampilan menjahit yang mencakup fleksibilitas dalam menjahit
pakaian, menggunakan keterampilan menjahitnya sesuai dengan berkepentingan
dengan efektivitas kegiatan yang akan dilaksanakan, dan lulusan pun memiliki
pengaruh yang baik dalam pengembangkan usaha menjahit pakaian di lingkungan
masyarakat sekitarnya. Pada aspek sikap dan perilaku lulusan, lulusan kurang bisa
memotivasi lingkungan masyarakat sekitarnya untuk mengikuti program kursus
menjahit seperti yang lulusan lakukan sebelumnya. Namun disamping itu dalam
hal membawa serta orang dengan berkepentingan dengan hasil, lulusan tidak
terlalu kesulitan dalam menyesuaikan keterampilan menjahit yang ia peroleh
dengan pekerjaan yang akan mereka jalani. Dan dalam hal membawa serta orang
140
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pakaian serta adanya sedikit lahan pekerjaan baru yaitu membantu lulusan dalam
menjahit pakaian meskipun hal ini sifatnya hanya sementara.
2. Implementasi Kompetensi Menjahit Oleh Lulusan
Implementasi kompetensi menjahit yang dilakukan oleh lulusan dalam aspek
perubahan taraf hidup ialah lulusan memiliki pekerjaan berupa usaha online shop
pakaian dan usaha berbisnis memaklon pakaian dengan perusahaan yang bergerak
dibidang industri menjahit pakaian yang pada akhirnya lulusan pun memperoleh
pendapatan dalam menjalani usaha tersebut. Selain itu, untuk pendidikan lebih
lanjut yang diperoleh lulusan ialah berupa penambahan ilmu pengetahuan berupa
peroleh keterampilan menjahit yang dimiliki oleh lulusan serta penampilan
sehari-hari lulusan yang menjadi memiliki kegiatan dalam kehidupan sesehari-hari-sehari-harinya
berupa memiliki usaha menjahit pakaian yang mereka kelola sendiri.
Dalam aspek berbagi ilmu pengetahuan,diketahui bahwa pada umumnya
lulusan belum terlalu memikirkan atau membutuhkan rekan kerja dalam
melakukan kegiatan usaha menjahit yang mereka kelola. Untuk saat ini mereka
masih merasa sanggup untuk melakukan kegiatan usaha menjahit dengan hanya
dikelola oleh mereka sendiri. Pada aspek partisipasi dalam pembangunan, dapat
disimpulkan lulusan memberikan partisipasi kepada lingkungan msayarakat
sekitarnya berupa menyediakan jasa menjahit pakaian dan berbagi sedikit lahan
pekerjaan untuk masyarakat sekitar meskipun sifatnya hanya sementara.
3. Upaya Pengelola LKP Cahaya Melati Dalam Mempersiapkan Lulusan Memasuki Lapangan Kerja.
Upaya pengelola LKP Cahaya Melati dalam mempersiapkan lulusan memasuki
lapangan kerja dalam aspek perencanaan, pengelola melakukan identifikasi
kebutuhan dengan menyesuaikan kembali kurikulum yang diberikan oleh
Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan dengan metoda pengajaran yang
dilaksanakan dilembaga serta melakukan observasi dan penyesuaian dengan apa
yang dibutuhkan oleh lingkungan pasar dalam hal kegiatan usaha menjahit
141
observasi berupa wawancara guna mengetahui alasan dan tujuan lulusan dalam
mengikuti kegiatan kursus menjahit sehingga lembaga dapat menentukan
bagaimana program kursus menjahit yang sesuai untuk diikuti oleh lulusan. Untuk
penyusunan program kegiatan kursus menjahit, lembaga memiliki dua tujuan
utama yaitu yaitu untuk mencapai kemandirian lulusan dan mempersiapkan
lulusan memasuki lapangan kerja.
Pada aspek pengorganisasian diketahui bahwa dalam pemerincian pekerjaan,
program kerja yang akan dilaksanakan mengacu kepada kurikulum utama yang
diperoleh dari Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan dan disesuaikan
kembali dengan metoda pengajaran yang digunakan dilembaga. Dalam pembagian
pekerjaan, lembaga membagi tugas kerja berdasarkan hasil penyesuaian dari
kurikulum yang diberikan dengan metoda pengajaran di lembaga yang kemudian
dijabarkan kembali sesuai tugas masing-masing anggota di lembaga. Untuk
penyatuan pekerjaan, hal ini dilaksanakan jika ada program kerja yang
diselesaikan secara gotong royong, kami mengusahakan diselsesaikan bersama
guna memperoleh hasil yang memuaskan dan maksimal. Dalam melaksanakan
koordinasi pekerjaan, hal ini dilakukan dengan menjalin komunikasi yang baik
antar anggota sehingga anggota saling terbuka akan kesulitan yang sedang di
hadapi dalam melaksanakan program kegiatan kursus menjahit sehingga dapat
diselesaikan bersama-sama. Dan untuk monitoring dan reorganisasi, lembaga
melakukan pemantauan langsung ketika kegiatan kursus menjahit sedang
dilaksanakan. Hasil dari pengamatan yang dilakukan dijadikan bahan masukan
guna memperbaiki pelaksanaan kegiatan kursus menjahit yang akan dilaksanakan
selanjutnya kearah yang lebih baik.
Dalam aspek pelaksanaan diketahui bahwa untuk penggerakkan yang
dilakukan pengeloladalam melaksanakan kegiatan kursus menjahit, lembaga
memberikan motivasi kepada lulusan yang dilakukan dengan pendekatan
kekeluargaan dengan mengetahui apa yang menjadi tujuan lulusan setelah selesai
mengikuti kegiatan kursus menjahit yang dilaksanakan. Untuk proses pembinaan
142
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilaksanakan. Melihat kembali bagaimana pengajaran yang dilakukan oleh
instruktur dan melihat bagaimana lulusan merespon dan mengikuti proses
pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga pengelola bisa melakukan
evaluasi atau membantu melakukan penyesuaian kebutuhan proses pembelajaran
yang sesuai.
Aspek evaluasi yang dilakukan lembaga, pengelola menilai hasil pembelajaran
yang diperoleh lulusan setelah mengikuti kegiatan kursus menjahit dengan
melakukan pendekatan berupa wawancara secara tidak langsung guna
memperoleh informasi tentang pengetahuan menjahit yang lulusan dapatkan
selama mengikuti proses pembelajaran bahwa hasil pembelajaran yang didapat
kan oleh lulusan itu berjalan lancar atau tidak. Untuk menilai hasil pelaksanaan
kursus menjahit yang telah dilaksanakan ialah seberapa lama lulusan mencapai
dan menyelesaikan kegiatan kursus yang dilaksanakan karena lembaga dalam
melaksanakan kegiatan kursus menjahit tidak pernah mematok jangka waktu
untuk mencapai keterampilan menjahit pakaian yang diinginkan. Dalam hal
menilai penerapan hasil kursus yang dilakukan oleh lulusan, pihak pengelola
lembaga meninjau kembali alasan dan motif utama pada awal lulusan mengikuti
kegiatan kursus menjahit apakah hal tersebut lulusan terapkan atau lulusan
menjadi mempunyai tujuan kegiatan lain sehingga tujuan awalnya tergantikan.
4. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Mempersiapkan Lulusan Memasuki Lapangan Kerja
Faktor pendukung dalam upaya pengelola lembaga kursus mempersiapkan
lulusannya memasuki lapangan kerja ialah :
1) Lembaga memiliki metode pengajaran yang lebih menekankan kepada
kompetensi keterampilan menjahit yang akan diperoleh lulusan ketika mereka
selesai mengikuti kegiatan kursus menjahit.
2) Dalam melakukan kegiatan pembelajaran, lembaga menggunakan pendekatan
143
3) Lembaga melakukan identifikasi kebutuhan pasar dalam memberikan materi
pengajaran sehingga ketika lulusan selesai mengikuti kegiatan kursus menjahit
tidak kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan pangsa pasar yang ada.
4) Lembaga selalu berusaha melengkapi dan menyesuaikan kelengkapan
menjahit pakaian yang sesuai dengan perkembangan jaman guna
mempermudah lulusan dalam memperoleh dan menyesuaikan keterampilan
menjahit yang mereka miliki dalam kegiatan kerja mereka.
5) Lembaga memiliki dua program utama yaitu program kursus menjahit untuk
mencapai kemandirian lulusan dan program kursus menjahit untuk
mempersiapkan lulusan memasuki lapangan kerja.
Faktor penghambat dalam upaya pengelola lembaga kursus mempersiapkan
lulusannya memasuki lapangan kerja ialah :
1) Jika ada perkembangan teknologi peralatan menjahit yang baru tetapi lembaga
belum bisa untuk menyiapkannya sehingga bisa menghambat lulusan dalam
memperoleh materi dari kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2) Segi pembiayaan karena lembaga tidak hanya mengandalnya bantuan
pemerintah yang masuk tapi lembaga juga berupaya secara mandiri mencari
sumber dana guna menunjang kelangsungan kegiatan pembelajaran kursus
menjahit yang dilaksanakan.
3) Ketika pengelola melakukan identifikasi kebutuhan pasar guna diterapkan
dalam materi pembelajaran yang tiap waktu ke waktu selalu mengalami
perubahan sehingga pengelola harus jeli mengamatinya.
4) Menghadapi perilaku lulusan yang memiliki pemahaman yang berbeda-beda.
Ada lulusan yang cepat tanggap dan banyak pula lulusan yang harus
dibimbing secara perlahan.
5) Tantangan yang datang dari lulusan yang ketika mereka membuka usaha dan
memiliki berbagai kendala, mereka kembali ke lembaga guna mendiskusikan
144
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diajukan rekomendasi untuk pihak yang
terkait diantaranta sebagai berikut :
1. Lulusan
Lulusan ialah orang yang telah menyelesaikan kegiatan pembelajaran dari
suatu institusi atau organisasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
lulusan ketika mereka mengikuti kegiatan kursus menjahit pada umumnya hanya
berorientasi untuk memperoleh keterampilan menjahit yang akan mereka gunakan
sebagai bekal ilmu pengetahuan mencari kerja. Diharapkan, ketika lulusan akan
mengikuti kegiatan kursus menjahit dan setelah mereka memperoleh keterampilan
menjahit pakaian yang mumpuni, lulusan dapat mengembangkan keterampilan
yang mereka miliki dengan membuka usaha menjahit pakaian sendiri sehingga
lulusan tidak bergantung kepada orang lain tetapi justru memiliki usaha sendiri
yang bahkan usahanya tersebut bisa memberdayakan masyarakat sekitarnya.
2. Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Cahaya Melati
Diharapkan pihak lembaga bisa menambah tenaga ahli dalam menjalankan
organisasi lembaga sehingga lembaga lebih mudah untuk melakukan semua
kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan lembaga. Melihat keadaan program
yang sudah lembaga susun dapat dinilai sangat bagus, sangat sayang sekali jika
sumber daya manusia yang mengelola program tersebut hanya sedikit sehingga
potensi mengembangkan kegiatan program menjahit menjadi lebih berkompeten
tidak sesuai dengan keadaan SDM yang mendukungnya.
3. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi
bagi para peneliti selanjutnya yang merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam
tentang hal apapun yang bisa diperoleh mengenai upaya lembaga kursus dalam
menjalankan programnya. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mampu menggali
dan mengkaji mengenai berbagai upaya pengelola lembaga kursus yang mereka
lakukan dalam meningkatkan mutu dan kualitas lembaga dalam menghasilkan
sumber daya manusia yang berguna bagi kehidupannya dan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Anwar. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung : Alfabeta.
Arikunto, S. (1993) Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta : Rineka Cipta
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta : Gramedia.
Dirjen PLSP. (2004). Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (Life Skills) Pendidikan Non Formal. Jakarta : Dirjen PLS.
Ennis, Robert H. (1962). A Concept Of Critical Thingking. Harvard Educational Review, Vol 32 (1).
Fattah, N. (1996). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Kartasasmita, G. (1996). Pembangunan Untuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta : Pustaka CIDESINDO.
Kartasasmita, R. (1985). Pedoman Penyelenggara Kursus dan Latihan. Bandung : PLS IKIP.
Moelong, LJ. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Ndraha, T. (1990). Pembangunan Masyarakat : Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Rineka Cipta
Prawirosentono, S. (2007). Pengantar Bisnis Modern. Jakarta : Bumi Aksara.
Saepudin, A. (2009). Manajemen Kemitraan Sekolah dengan Masyarakat (Telaah Konsep, Strategi dan Aplikasi). Bandung : Sarana Panca Karya Nusa.
Sardiman, A.M. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Grafindo.
146
Ria Banowati, 2014
Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sudjana, D. (2004). Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung dan Asas. Bandung : Falah Production.
Sudjana, D. (2007). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Tilaar, H.A.R. (1998). Manajemen Pendidikan Nasional : Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Sumber Non Buku :
Artasasmita, Roni. (1985). Pedoman Merancang Sistem Kursus dan Latihan. Bandung : Jurusan Pendidikan Luar Sekolah IKIP Bandung.
Ditjen PAUDNI. (2011). Petunjuk Teknis Program Kursus Keterampilan Kreatif. Jakarta : Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2012). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Widaningsih. (2006). Study Deskriptif Tentang Pengelolaan Program Life Skills Keterampilan Menjahit di PKBM Juwita Desa Buah Kapas Kecamatan Sindang Wangi Kabupaten Majalengka. Skripsi UPI.
Shantini, Yanti. (2010). Model Pembelajaran Mandiri Dalam Meningkatkan Kompetensi Dan Kemandirian Peserta Kursus (Studi di LKP Pelita Massa jawa Barat). Disertasi UPI.
Sumber Undang – Undang dan Peraturan Pemerintah :
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1991 Tentang Pendidikan Non Formal.
147
Sumber Lain :
Ayu Mentari. (2012). Pengetahuan Bisnis. Avaliable in : http://ayunimentariq. blogspot.com/2012/07/pengetahuan-bisnis.html?m=1. Diakses pada tanggal 20 Desember 2013
Yosi Abdian Tindaon. (2012). Pengertian Pengaruh. Avaliable in : http://yosi abdiantindaon.blogspot.com/2012/11/pengertian-pengaruh.html?m=1. Diakses pada tanggal 20 Desember 2013