• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Noviyanto Ikhsan K A121308072

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jurnal Noviyanto Ikhsan K A121308072"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI KECEPATAN LARI, POWER OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT PERUT, DAN FLEKSIBILITAS TOGOK DENGAN LOMPAT JANGKIT

PADA MAHASISWA PUTRA JPOK UNS

NOVIYANTO IKHSAN KHOIRUDIN noviyanto.ikhsanovic@gmail.com

Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret

Surakarta ABSTRAK

Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat dibentuk manusia yang sehat jasmani, rohani serta mempunyai kepribadian, disiplin, sportivitas yang tinggi sehingga pada akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas. Salah satu cabang olahraga yang ada di mata kuliah JPOK UNS diantaranya adalah atletik. Salah satu cabang atletik yang diajarkan yaitu nomor lompat jangkit. Lompat jangkit adalah suatu bentuk gerakan lompat yang merupakan rangkaian urutan gerak yang dilakukan dengan berjingkat, melangkah, dan melompat dalam usaha untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor fisik yang dominan dalam menentukan prestasi lompat jangkit.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, menggunakan metode deskriptif korelasional, kemudian rancangan penelitian yang digunakan adalah Paradigma Ganda dengan empat Variabel Independen. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa putra JPOK FKIP UNS angkatan 2014 berjumlah 80 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Adapun data yang diperoleh adalah dengan kemampuan kecepatan lari, power otot tungkai, kekuatan otot perut, fleksibilitas togok, dan prestasi lompat jangkit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing variabel kecepatan lari, power otot tungkai, kekuatan otot perut dan fleksibilitas togok memiliki hubungan signifikan baik secara tunggal maupun ganda dengan prestasi lompat jangkit. Kontribusi relatif masing-masing variable bebas terhadap variable terikat sebagai berikut: kecepatan lari sebesar 26.081%, power otot tungkai sebesar 27.806%, kekuatan otot perut sebesar 6.735%, Fleksibilitas Togok sebesar 4.990% Sedangkan kontribusi efektif masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut: kecepatan lari sebesar 15.921%, power otot tungkai efektif sebesar 16.974%, kekuatan otot perut sebesar 4.112%, fleksibilitas togok sebesar 3.046%.

Simpulan yang didapat dari penelitian ini dari empat variabel yaitu kecepatan lari, power otot tungkai, kekuatan otot perut, dan fleksibilitas togok memiliki total sumbangan relatif sejumlah 65.612% dan total sumbangan efektif sebesar 40.053%.

(2)

PENDAHULUAN

Pembangunan dalam bidang olahraga merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan secara keseluruhan. Olahraga merupakan salah satu cara untuk menggali dan mengembangkan potensi manusia itu sendiri untuk berprestasi dalam bidang olahraga. Mengembangkan potensi manusia untuk berprestasi dalam bidang olahraga bukanlah suatu hal yang mudah, karena manusia merupakan suatu sistem yang unik dan memiliki kelebihan dan keterbatasan untuk dikembangkan, tetapi prestasi juga sangat dipengaruhi oleh komponen di luar manusia itu sendiri.

Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat dibentuk manusia yang sehat jasmani, rohani serta mempunyai kepribadian, disiplin, sportivitas yang tinggi sehingga pada akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas. Suatu kenyataan yang bisa diamati dalam dunia olahraga, menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan prestasi olahraga yang pesat dari waktu ke waktu baik tingkat daerah, nasional maupun internasional. Hal ini dapat dilihat dari pemecahan-pemecahan rekor yang terus dilakukan pada cabang olahraga tertentu, penampilan teknik yang efektif dan efisien dengan ditinjau oleh kondisi fisik yang baik.

Olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang diarahkan pada pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi, serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan

nasional. Kegiatan olahraga mencakup berbagai macam cabang seperti atletik, permainan, olahraga air, olahraga beladiri, dan lain-lain. Ilmu keolahragaan merupakan ilmu terapan yang lintas disiplin antar ilmu yang terkait dan relevan, maka dalam pelaksanaan pembinaan olahraga untuk mencapai prestasi yang optimal atau maksimal, perlu ditangani secara komprehensif dan terpadu.

Aspek-aspek yang terkait dalam pembinaan olahraga menurut Soeharsono, dalam Hadisasmita (1996: 87-88) diantaranya adalah: (1) Aspek olahraga; menyangkut permasalahan fisik: pembinaan fisik, pembinaan teknik, pembinaan taktik, kematangan bertanding, pelatih, program latihan dan evaluasi, (2) Aspek medis; menyangkut permasalahan: fungsi organ tubuh (jantung, paru-paru, saraf, otot, indera, dan lainnya), gizi, cedera, dan pemeriksaan. (3) Aspek psikologis; menyangkut permasalahan: ketahanan mental, kepercayaan diri, penguasaan diri, disiplin dan semangat juang, ketekanan, ketekunan, dan kecermatan, dan motivasi.

(3)

biomotorik yang ada pada atlet muda yang masih tumbuh dan berkembang (Astrand, 1986: 213).

Mengingat sangat kompleks masalah pembinaan olahraga prestasi, maka strategi pembinaan olahraga ini perlu ditangani secara profesional, baik dalam manajemen maupun dalam keilmuannya. Setiap cabang olahraga seperti permainan sepak bola, bolabasket, renang, atletik memiliki sistem, strategi dan metode pelatihan fisik yang berbeda untuk mencapai dan meningkatkan prestasi olahraga. Perbedaan pelatihan fisik ini dapat dilihat dari perbedaan gerakan-gerakan pada setiap cabang olahraga tersebut seperti halnya cabang olahraga Atletik.

Fisik yang prima merupakan salah satu aset penting yang harus dipertahankan seorang atlet. Faktor fisik berhubungan dengan postur tubuh yang ideal juga berkaitan dengan daya tahan, kecepatan, fleksibilitas, agilitas, koordinasi gerak, dan kekuatan seorang atlet, baik dalam latihan maupun dalam menghadapi pertandingan. Kondisi fisik adalah suatu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya (Sajoto, 1995: 810).

Atletik merupakan salah satu unsur pendidikan jasmani dan kesehatan serta merupakan komponen-komponen pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani, pembinaan hidup sehat dan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang serasi, selaras dan seimbang. Atletik sendiri merupakan cabang olahraga yang mempunyai peran penting untuk menunjang perkembangan

gerakan anak kearah gerakan atletik. Hal ini senada pendapat Aip Syarifudin

(1992: 18) bahwa “pembentukan gerak

dasar khususnya pembentukan gerak dasar atletik adalah suatu dorongan dalam usaha mengalihkan bentuk-bentuk gerakan yang telah dimiliki anak sebelum memasuki sekolah menjadi bentuk-bentuk gerakan dasar yang

mengarah pada atletik”. Kemampuan

gerak dasar anak dapat ditingkatkan melalui pembelajaran atletik.

Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang wajib diberikan di sekolah-sekolah, baik dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Hal ini karena atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga. Hal ini sesuai pendapat Bahagia dkk., (2005: 1) bahwa; cabang olahraga atletik wajib diajarkan di sekolah-sekolah dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Bahkan di beberapa Perguruan Tinggi, atletik sebagai salah satu Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), karena atletik merupakan mother atau ibu dari semua cabang olahraga. Gerakan-gerakan yang ada di dalam atletik dimiliki oleh sebagian besar cabang-cabang olahraga.

(4)

adalah nomor lompat, yang di dalamnya ada lompat jangkit. Di Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan UNS Surakarta, lompat jangkit termasuk salah satu nomor yang wajib ditempuh oleh semua mahasiswa. Sejauh ini prestasi lompat jangkit mahasiswa JPOK UNS belum menunjukkan peningkatan yang begitu signifikan sehingga perlu ditingkatkan kemampuan fisik dan teknik agar prestasi bisa meningkat. Untuk dapat mencapai hasil yang optimal dalam melakukan lompat jangkit perlu di dukung oleh kemampuan fisik maupun teknik yang memadai bagi setiap mahasiswa. Oleh karena itu latihan fisik dan teknik harus secara rutin harus di lakukan agar kemampuan lompat jangkit dapat meningkat optimal.

Gerakan lompat jangkit terdiri dari awalan, lompatan-lompatan (hop-step-jump) dan pendaratan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Menurut

Aip Syaifudin (1992: 122) “teknik

lompat jangkit dapat dijadikan atas awalan atau ancang-ancang, tolakan pada waktu (hop,step,jump), irama lompatan, sikap atau gerakan badan di

udara, dan sikap mendarat.” Jadi agar

memperoleh hasil lompatan lompat jangkit yang benar, mahasiswa harus bisa menguasai lima teknik tersebut. Setiap pelompat harus memiliki kondisi fisik dan penguasaan teknik yang baik. Pencapaian prestasi lompat jangkit tergantung pada kemampuan kondisi fisik dan penguasaan teknik yang dicapai oleh pelompat.

Fisik yang prima merupakan salah satu aset penting yang harus dipertahankan seorang atlet. Faktor fisik berhubungan dengan postur tubuh yang

ideal juga berkaitan dengan daya tahan, kecepatan, fleksibilitas, agilitas, koordinasi gerak, dan kekuatan seorang atlet, baik dalam latihan maupun dalam menghadapi pertandingan. Kondisi fisik adalah suatu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya (Sajoto, 1995: 810).

Untuk dapat mencapai dan meningkatkan prestasi lompat jangkit harus dikembangkan unsur fisik dan teknik. Menurut Irawan (2007: 13), faktor yang cukup dominan menentukan tingkat keberhasilan dalam melakukan lompat jangkit menyangkut kemampuan menerapkan strategi dan taktik secara efektif dan efisien adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan gaya, pola, system-sistem, serta mental yang dimiliki diri sendiri.

2. Derajat kebugaran atlet dan pelajar. 3. Kemampuan fisik dan teknik si

pelompat.

4. Keadaan lingkungan, tempat pertandingan, cuaca atau iklim, kondisi lampu dan penonton.

(5)

suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor penunjang lompat jangkit.

Dalam melakukan lompat jangkit, pelompat harus melakukan lompatan keatas kedepan untuk mendapatkan jarak sejauh-jauhnya. Dalam melakukan lompatan, power otot tungkai sangat berperan. Hampir seluruh pelaksanaan gerak dalam olahraga lompat jangkit melibatkan seluruh alat-alat gerak, baik alat-alat gerak aktif (otot) maupun alat gerak pasif (tulang) dan yang sangat berpengaruh dalam pelaksanaan semua gerakan tersebut adalah otot tungkai. Otot tungkai sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi atau hasil tolakan. Fungsi tungkai adalah sebagai penopang tubuh selain itu juga sebagai tenaga pendorong awal.

Hal yang tidak kalah pentingnya yang juga mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan lompatan adalah faktor pelompat. Perbedaan kemampuan terutama terjadi karena kualitas fisik yang berbeda (Sugiyanto,1987: 353). Kemampuan fisik berhubungan dengan kekuatan otot perut yang mempengaruhi penampilan seseorang baik dalam latihan gerakan–gerakan keterampilan maupun dalam penampilan. Dengan demikian dapat dikatakan kekuatan otot perut yang baik adalah suatu persyaratan dalam usaha mencapai prestasi maksimal bagi seseorang dalam melekukan lompat jangkit.

Kelentukan (fleksibilitas) adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, fleksibilitas yang dimaksudkan adalah fleksibilitas togok. Fleksibilitas togok berperan untuk memperluas gerak persendian dan gerakan elastis dari otot-otot togok,

sehingga gerakan lompatan (hop-step-jump) pada lompat jangkit nampak lebih luwes dan tidak kaku. Selain itu, fleksibilitas togok juga dimanfaatkan untuk menambah kekuatan atau daya pada lengan pada saat akan melakukan gerakan lompat jangkit. Dimana fleksibilitas togok dapat memberikan gerakan tambahan secara cepat dan kuat. Untuk melatih kemampuan perlu juga diperhatikan faktor-faktor yang terlibat serta pendukungnya tidak hanya semata-mata berlatih kemampuan saja melainkan kemampuan merupakan salah satu komponen yang paling berat dalam proses melatihnya, karena itu untuk melatihnya perlu memperhatikan faktor-faktor yang diperlukan dalam lompat jangkit tersebut terutama fleksibilitas togok (Harsono, 1988: 163).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul ”Kontribusi Kecepatan Lari, Power Otot Tungkai, Kekuatan Otot Perut, dan Fleksibilitas Togok dengan Lompat Jangkit pada Mahasiswa Putra JPOK UNS”.

(6)

angkatan 2014 berjumlah 130 mahasiswa. Sampel atau subjek dalam penelitian ini berjumlah 80 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Adapun data yang diperoleh adalah dengan mengambil data kemampuan kecepatan lari, power otot tungkai, kekuatan otot perut, fleksibilitas togok, dan prestasi lompat jangkit.

.

Teknik analisis statistik yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskritif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2007).

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Kontribusi Kecepatan Lari Pada Prestasi Lompat Jangkit.

Berdasarkan analisis korelasi kecepatan lari (X1) pada prestasi renang lompat jangkit (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,990. Dengan N = 80, nilai r tabel 5% sebesar 0.220. Ternyata r hitung sebesar 0,990 lebih besar dari r tabel 5% sebesar 0.220. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan kecepatan lari (X1) pada prestasi lompat jangkit (Y).

Analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa kecepatan lari signifikan pada prestasi lompat jangkit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel kecepatan lari memiliki nilai r hitung (0.563) yang lebih besar dari r tabel (0.220). Dari hasil ini menunjukkan bahwa kecepatan lari berhubungan sacara signifikan pada prestasi lompat jangkit, sehingga hipotesis 1 diterima. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jika seseorang memiliki mempunyai kecepatan lari yang baik maka akan berakibat pada hasil lompatan pada lompat jangkit. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kecepatan lari adalah unsur dasar dalam melakukan lompat jangkit. Penting bagi seorang pelompat jangkit untuk mengetahui kecepatan tertinggi yang bisa dikendalikan untuk memeperoleh lepas landas yang seimbang sehingga menghasilkan lompatan yang baik.

2. Hubungan antara Power Otot Tungkai dengan Prestasi Lompat Jangkit.

Berdasarkan analisis korelasi power otot tungkai (X2) pada prestasi lompat jangkit (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,986. Dengan N = 80, nilai r tabel 5% sebesar 0.220. Ternyata r hitung sebesar 0,986 lebih besar dari r tabel 5% sebesar 0.220. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan power otot tungkai (X2) pada prestasi lompat jangkit (Y).

(7)

jangkit. Power otot tungkai memiliki nilai r hitung (0.502) yang lebih besar dari r tabel (0.220). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa power otot tungkai berhubungan sacara signifikan pada prestasi lompat jangkit, sehingga hipotesis 2 diterima. Jika power otot tungkai besar disertai koordinasi yang baik dalam menghimpun ayunan tangan, maka titik berat badan dapat diangkat setinggi mungkin. Bisa disimpulkan bahwa power otot tungkai menjadi unsur fisik yang penting untuk melakukan tolakan dalam lompat Jangkit.

3. Hubungan antara Kekuatan Otot Perut dengan Prestasi Lompat Jangkit.

Berdasarkan analisis korelasi kekuatan otot perut (X3) pada prestasi lompat jangkit (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,993. Dengan N = 80, nilai r tabel 5% sebesar 0.220. Ternyata r hitung sebesar 0,993 lebih besar dari r tabel 5% sebesar 0.220. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan kekuatan otot perut (X3) pada prestasi lompat jangkit (Y).

Analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa bahwa kekuatan otot perut signifikan pada prestasi lompat jangkit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel kekuatan otot perut memiliki nilai r hitung (0.291) yang lebih besar dari r tabel (0.220). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot perut berhubungan sacara signifikan pada prestasi lompat jangkit,

sehingga hipotesis 3 diterima. Dapat diartikan jika kekuatan otot merupakan kontraksi otot-otot perut ketika seseorang melakukan lompatan. Pada saat lepas tolakan dan pada saat melayang kekuatan otot perut berkontraksi memberikan dorongan dan mempertahankannya saat melayang. Kekuatan otot perut sewaktu melakukan lompatan sampai waktu melayang mempunyai fungsi membantu gerak otot tungkai agar menghasilkan kekuatan maksimal.

4. Hubungan antara Fleksibilitas Togok dengan Prestasi Lompat Jangkit.

Berdasarkan analisis korelasi fleksibilitas togok (X4) pada prestasi lompat jangkit (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,954. Dengan N = 80, nilai r tabel 5% sebesar 0.220. Ternyata r hitung sebesar 0,954 lebih besar dari r tabel 5% sebesar 0.220. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan fleksibilitas togok (X4) pada prestasi lompat jangkit (Y).

(8)

dituntut membawa badan ke atas. Hanya dapat dilakukan apabila tubuh memiliki fleksibilitas togok yang baik, oleh karena itu seorang pelompat jika menghendaki lompatan yang sempurna maka harus memiliki tingkat fleksibilitas togok yang baik.

5. Hubungan antara Kecepatan Lari dan Power Otot Tungkai dengan Prestasi Lompat Jangkit.

Berdasarkan analisis korelasi antara kecepatan lari (X1) dan power otot tungkai (X2) pada prestasi lompat jangkit (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,979. Dengan N = 80, nilai r tabel 5% sebesar 0.220. Ternyata r hitung sebesar 0,979 lebih besar dari r tabel 5% sebesar 0.220. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan lari (X1) dan power otot tungkai (X2) dengan prestasi lompat jangkit (Y).

Analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa kecepatan lari dan power otot tungkai secara bersama-sama signifikan pada prestasi lompat jangkit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel kecepatan lari memiliki nilai r hitung (0.614) yang lebih besar dari r tabel (0.220). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kecepatan lari dan power otot tungkai berhubungan secara signifikan pada prestasi lompat jangkit, sehingga hipotesis 5 diterima. Kecepatan lari pada lompat jangkit merupakan komponen dasar, sehingga kecepatan menjadi faktor penentu. Kecepatan lari memegang peranan penting dalam membentuk dan mengembangkan power otot

tungkai seseorang sehingga seorang atlit bisa melakukan lompat jangkit yang bagus.

6. Hubungan antara Kecepatan Lari dan Kekuatan Otot Perut dengan Prestasi Lompat Jangkit.

Berdasarkan analisis korelasi antara kecepatan lari (X1) dan kekuatan otot perut (X3) pada prestasi lompat jangkit (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,974. Dengan N = 80, nilai r tabel 5% sebesar 0.220. Ternyata r hitung sebesar 0,974 lebih besar dari r tabel 5% sebesar 0.220. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan lari (X1) dan kekuatan otot perut (X3) pada prestasi lompat jangkit (Y).

(9)

7. Hubungan antara Kecepatan Lari dan Fleksibilitas Togok dengan Prestasi Lompat Jangkit.

Berdasarkan analisis korelasi antara kecepatan lari (X1) dan fleksibilitas togok (X4) pada prestasi lompat jangkit (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,937. Dengan N = 80, nilai r tabel 5% sebesar 0.220. Ternyata r hitung sebesar 0,937 lebih besar dari r tabel 5% sebesar 0.220. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan lari (X1) dan fleksibilitas togok (X4) pada prestasi lompat jangkit (Y).

Analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa kecepatan lari dan fleksibilitas togok secara bersama-sama signifikan pada prestasi lompat jangkit Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel kecepatan lari memiliki nilai r hitung (0.609) yang lebih besar dari r tabel (0.220). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecepatan lari dan fleksibilitas togok berhubungan secara signifikan pada prestasi lompat jangkit, sehingga hipotesis 7 diterima. Lompatan seseorang dapat maksimal apabila dilakukan lari awalan yang cepat, maksimal dan didukung oleh fleksibilitas togok yang akan menghasilkan lompatan yang jauh.

8. Hubungan antara Power Otot Tungkai dan Kekuatan Otot Perut dengan Prestasi Lompat Jangkit. Berdasarkan analisis korelasi antara power otot tungkai (X2) dan kekuatan otot perut (X3) pada prestasi lompat jangkit (Y), diperoleh koefisien

korelasi sebesar 0,974. Dengan N = 80, nilai r tabel 5% sebesar 0.220. Ternyata r hitung sebesar 0,974 lebih besar dari r tabel 5% sebesar 0.220. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara power otot tungkai (X2) dan kekuatan otot perut (X3) pada prestasi lompat jangkit (Y).

Analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa power otot tungkai dan kekuatan otot perut secara bersama-sama signifikan pada prestasi lompat jangkit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel power otot tungkai memiliki nilai r hitung (0.592) yang lebih besar dari r tabel (0.220). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa power otot tungkai dan kekuatan otot perut berhubungan secara signifikan pada prestasi lompat jangkit, sehingga hipotesis 8 diterima. Dapat diartikan bahwa saat melakukan tolakan dalam lompat jangkit diperlukan otot tungkai yang kuat dan kekuatan otot perut yang kuat untuk melakukan kontraksi untuk membawa tubuh bagian bawah terangkat naik setelah melakukan tolakan sehingga akan menghasilkan lompatan yang maksimal.

(10)

sebesar 0,937 lebih besar dari r tabel 5% sebesar 0.220. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara power otot tungkai (X2) dan fleksibilitas togok (X4) pada prestasi lompat jangkit (Y).

Analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa power otot tungkai dan fleksibilitas togok secara bersama-sama signifikan pada prestasi lompat jangkit Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel power otot tungkai memiliki nilai r hitung (0.584) yang lebih besar dari r tabel (0.220). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa power otot tungkai dan fleksibilitas togok berhubungan secara signifikan pada prestasi lompat jangkit, sehingga hipotesis 9 diterima. Dapat diartikan bahwa power tungkai dan fleksibilitas togok sangat diperlukan oleh seorang atlet untuk menghasilkan lompatan yang maksimal.

10. Hubungan antara Kekuatan Otot Perut dan Fleksibilitas Togok dengan Prestasi Lompat Jangkit.

Berdasarkan analisis korelasi antara kekuatan otot perut (X3) dan fleksibilitas togok (X4) pada prestasi lompat jangkit (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,955. Dengan N = 80, nilai r tabel 5% sebesar 0.220. Ternyata r hitung sebesar 0,955 lebih besar dari r tabel 5% sebesar 0.220. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan otot perut (X3) dan

fleksibilitas togok (X4) pada prestasi lompat jangkit (Y).

Analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa kekuatan otot perut dan fleksibilitas togok secara bersama-sama signifikan pada prestasi lompat jangkit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel kekuatan otot perut memiliki nilai r hitung (0.464) yang lebih besar dari r tabel (0.220). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot perut dan fleksibilitas togok berhubungan secara signifikan pada prestasi lompat jangkit, sehingga hipotesis 10 diterima. Dapat diartikan bahwa kekuatan otot perut memberi kontribusi untuk membawa tubuh terangkat naik dan fleksibilitas merupakan suatu karakteristik yang penting bagi atlet, karena fleksibilitas merupakan ruang gerak yang digunakan untuk suatu teknik olahraga dan memperluas gerakan dalam menentukan jauhnya lompatan.

(11)

tungkai (X2) dan kekuatan otot perut (X3) pada prestasi lompat jangkit (Y). Analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa kecepatan lari, power otot tungkai, kekuatan otot perut dan fleksibilitas togok secara bersama-sama signifikan pada prestasi lompat jangkit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel kecepatan lari memiliki nilai r hitung (0.682) yang lebih besar dari r tabel (0.220). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecepatan lari, power otot tungkai, kekuatan otot perut dan fleksibilitas togok berhubungan secara signifikan pada prestasi lompat jangkit, sehingga hipotesis 11 diterima. Dapat disimpulkan bahwa unsur komponen dari kecepatan lari, power otot tungkai, kekuatan otot perut, dan fleksibilitas togok merupakan komponen-komponen yang dapat mendukung pencapaian prestasi lompat jangkit. Untuk mencapai prestasi Jangkit yang maksimal, komponen-komponen tersebut harus dikerahkan pada teknik dasar. Memeperoleh kemampuan lompat jangkit yang baik haruslah didukung dari kondisi fisik dan penguasaan teknik seseorang yang baik.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang dilakukan, penelitian ini memberikan simpulan bahwa komponen kondisi fisik yang memiliki hubungan pada prestasi lompat jangkit yaitu kecepatan lari, power otot tungkai, kekuatan otot perut dan fleksibilitas togok yang diolah dan

dianalisis dengan menghitung koefisien korelasi masing-masing prediktor terhadap kriterium serta mengetahui korelasi parsial dan ganda antara prediktor dan kriterium serta kontribusi dari masing-masing prediktor, maka simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ada kontribusi kecepatan lari pada prestasi lompat jangkit dengan nilai korelasi sebesar 0.990 dan nilai korelasi parsial sebesar 0.563. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan kecepatan lari pada prestasi lompat jangkit. 2. Ada kontribusi power otot tungkai

pada prestasi lompat jangkit dengan nilai korelasi sebesar 0.986 dan nilai korelasi parsial sebesar 0.502. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan power otot tungkai pada prestasi lompat jangkit.

3. Ada kontribusi kekuatan otot perut pada prestasi lompat jangkit dengan nilai korelasi sebesar 0.993 dan nilai korelasi parsial sebesar 0.291. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan kekuatan otot perut pada prestasi lompat jangkit.

4. Ada kontribusi fleksibilitas togok pada prestasi lompat jangkit dengan nilai korelasi sebesar 0.954 dan nilai korelasi parsial sebesar 0.407. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan fleksibilitas togok pada prestasi lompat jangkit.

(12)

parsial sebesar 0.614. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan kecepatan lari dan power otot tungkai pada prestasi lompat jangkit.

6. Ada kontribusi kecepatan lari dan kekuatan otot perut pada prestasi lompat jangkit dengan nilai korelasi sebesar 0.974 dan nilai korelasi parsial sebesar 0.593. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan kecepatan lari dan kekuatan otot perut pada prestasi lompat jangkit.

7. Ada kontribusi kecepatan lari dan fleksibilitas togok pada prestasi lompat jangkit dengan nilai korelasi sebesar 0.937 dan nilai korelasi parsial sebesar 0.609. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan kecepatan lari dan fleksibilitas togok pada prestasi lompat jangkit.

8. Ada kontribusi power otot tungkai dan kekuatan otot perut pada prestasi lompat jangkit dengan nilai korelasi sebesar 0.974 dan nilai korelasi parsial sebesar 0.592. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan power otot tungkai dan kekuatan otot perut pada prestasi lompat jangkit.

9. Ada kontribusi power otot tungkai dan fleksibilitas togok pada prestasi lompat jangkit dengan nilai korelasi sebesar 0.937 dan nilai korelasi parsial sebesar 0.584. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan power otot tungkai dan fleksibilitas togok pada prestasi lompat jangkit.

10.Ada kontribusi kekuatan otot perut dan fleksibilitas togok meliliki pada

prestasi lompat jangkit dengan nilai korelasi sebesar 0.955 dan nilai korelasi parsial sebesar 0.464. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan kekuatan otot perut dan fleksibilitas togok pada prestasi lompat jangkit.

11.Ada kontribusi kecepatan lari, power tungkai, kekuatan otot perut, dan fleksibilitas pada prestasi lompat jangkit dengan nilai korelasi sebesar 0.787 dan nilai korelasi parsial sebesar 0.682. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan kecepatan lari, power tungkai, kekuatan otot perut, dan fleksibilitas pada prestasi lompat jangkit.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Yusuf. 1992. Atletik. Bandung: Tarsito

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Astrand, P.O. 1986. Textbook of Physiology. New York: Mc Graw: Jurnal IPTEK Olahraga.

Bahagia. Yoyo. 1997. Latihan Kondisi Fisik. Bandung: KONI-Jabar

Bahagia. Yoyo. 2005. Pembelajaran

Atletik Implementasi

Pembelajaran Nomor Lompat. Jakarta: Ditpblt Depdiknas.

Bakir, Suyoto, dan Suriyanto. 2009. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Tangerang: Karisma Publising Group.

Ballesteros, J.M. 1975. Pedoman Latihan Olahraga. Jakarta: CV Baru

Baron, Kenny .1986. The Moderator-Mediator Variable Distinction In Social Psychological Research: Conceptual, Strategic, and Statistical Considerations. Journal Of Personality and Social Ssychology.

Bloomfield, Ackland, Elliot. 1994.

Applied Anatomy And

Biomechanics in Sport.

Australia: Blacksell Scientific Publications.

Bompa, T. O. 1994. Theory and Methodology of Training. Lowa. Kendall Hunt: Publishing Company.

---. 1999. Periodization: Theory and Methodology of Training, 4th Edition. Kendall/Hunt: Publishing Company.

---. 2000. Total Training

For Young Champion.

Campaign: Human Kinetics

Boosey, Derek. 1980. The Jump Conditioning and Technical Training. Australia: ASC

Budiyono, M. 2000. Administrasi

Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Chu, Donald A. 1992. Jumping Into Plyometrics. Illonis: Leisure Press.

Dadang, Masnun. 1999. Atletik, Lari Gawang, Lompat Jangkit, Lompat Tinggi, Lempar Lembing. Jakarta: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Dahlan, S.M. 2009. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

(14)

Russel, R., Mc Clenaghan, Bruce, dan Rotella, Robert, Terjemahan). IKIP Semarang Press (Karya Asli diterbitkan 1984).

Fox, E.L. 1983. Sport Physiology. New York: C B S College Publishing.

Fox, E.L,. Bowers, R.W, and Fosss, M.L. 1988. The Physiological Basic of Physical Education and Atletics. Philadephia: Saunders College Publishing

Fox, E. L., Richard, B, W., dan Marie, L. F. 1993. The Physiological Basic of Physical Education and Athletics, 5th Edition. Dubuque: Wm. C. Brown Communication, Inc

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

---. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Giriwijoyo, S., Muchtamaji, H. (2007). Ilmu Faal Olahraga: Fungsi Tubuh Manusia pada Olahraga. Bandung: FPOK UPI.

Gudono. 2012. Analisis Data Multivariat. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam

Coaching. Jakarta: Ditjen LPTK Depdikbud.

http://sportsscience7.blogspot.com/2014/11/

tes-kebugaran-jasmani-indonesia-tkji.html. (Diakses pada tanggal

12 Juni 2015 jam 07.00 WIB)

http://temukanyanghilang.blogspot.com/201

4/06/pembinaan-dalam-olahraga.html (Diakses pada

tanggal 12 Juni 2015 jam 07.30 WIB)

https://www.google.co.id/ejournal.unesa.ac.i d/article/12518/66/article.doc Universitas Negeri Surabaya (Diakses pada tanggal 12 Juni 2015 jam 07.40 WIB)

http://tmfadiel05.blogspot.com/2015/05/flex

ibility.html - Pengertian

Fleksibilitas menurut

AAHPERD. 1999. (Diakses pada tanggal 12 Juni 2015 jam 08.38 WIB)

Irawan. A. 2007. Metabolisme Energi Tubuh dan Olahraga. Jurnal Fisiologi Olahraga. Vol. 1 (7) 1-17

Iskandar, Primana, Tilarso, Moeloek. (1999). Panduan Teknis Tes dan Latihan Kesegaran Jasmani. Jakarta: Kantor Menpora.

(15)

Jess Jerver. 2005. Belajar Berlatih Atletik. Bandung: Pioner Jaya

Jonath U, Hagg E, dan Krempel E, 1987. Atletik 1. Alih bahasa Suparno. Jakarta: PT. Rosda Jaya.

Makardika, Imade Sriundy. 2010. Pengantar Evaluasi Pengajaran Aplikasi Pada Penjasorkes. Surabaya: Karya Sabar

Michael, After, J. 1996. Teknik

Peregangan olahraga.

Terjemahan Jamal Habib. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Muhammad, Memet. 2012. Hubungan Antara Kecepatan Lari 100 Meter. Dengan Hasil Lompatan pada Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa SMP Negeri 16 Kota Bekasi. Jurnal Pendidikan Olahraga, Vol. 2 (4): 1-15.

Nossek, Josef. 1982. General Theory of Training. National Institute for Sports, Lagos: Pan African Press.

Pate, R., Clenangkan, M.B., and Rotella R. 1993. Dasar-dasar Ilmiah Kepelatihan. Alih Bahasa Kasiyo Dwijawinoto. Semarang: IKIP Semarang Press.

Rushall, Brent S. & Frank S. 1992. Training for Sport and Fitnness. Canberra: The Macmilan Company of Australia PTY LTD.

Sajoto. M. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Ditjen LPTK Depdikbud.

---. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize.

Setiawan, Iwan. 1991. Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB dan FPOK IKIP Bandung

Setijono, H. 2001. Instruktur Fitnes. Surabaya: Unesa University Press.

Soemantri, Ating dan Muhidin, Sambas

Ali. 2006. Aplikasi Statistika

dalam Penelitian. Bandung: CV.

Pustaka Setia.

Sudjana. 1992 Metoda Statistika.

Bandung: CV. Alfabeta.

Sudjarwo. 1995. Ilmu Kepelatihan 1. Surakarta: UNS Press.

Sugiyanto. 1987. Perkembangan Gerak. Surakarta: UNS Press.

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

(16)

Sundayana. Rostina. 2014. Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Syaifudin, Aip. 1992. Atletik. Departemen Pendidikan dan kebudayaan: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Wilkers, Lenny. 1994. 52 Weck Basketball Program Training. Human Kinetics.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya payung hukum baru yaitu peraturan Dirjen Pajak Nomor 11/PJ/2016 tentang Pengaturan Lebih Lanjut mengenai pelaksanaan Undang- undang Nomor 11 Tahun 2016

Penelitian tentang biskuit biosuplemen dengan penambahan daun katuk ( Sauropus androgynus L. Merr) untuk meningkatkan produksi susu sapi perah belum banyak

Jika hasil pemeriksaan dan pengujian tidak sesuai dengan jenis dan mutu barang yang ditetapkan dalam kontrak, PPK dan / atau Pejabat / Panitia Penerima Hasil

Persentase CR kelompok sinkronisasi estrus yang dilanjutkan dengan sinkronisasi ovulasi dengan hCG baik pada sapi dara (K2) maupun sapi induk (K3) lebih

beberapa permasalahan pada masing-masing individu dalam penerimaan materi, begitu juga dengan siswa yang memiliki keterbatasan dalam melihat (tunanetra). Seorang

maka Pejabat Pengadaan DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN Kabupaten Kolaka Timur Tahun Anggaran 2016 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas sebagai berikut

1) Guru harus dapat memahami dan mnempatkan kedewasaannya. Sebagai pendidik harus mampu menjadikan dirinya sebagai teladan. Teladan dalam hal ini bukan berarti guru