• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPERCAYAAN TERHADAP KLAIM KESEHATAN PENCERNAAN DAN KEPUASAN KONSUMEN YOGHURT ACTIVIA DI KOTA BOGOR SANDRA SITI SYARIFAH A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPERCAYAAN TERHADAP KLAIM KESEHATAN PENCERNAAN DAN KEPUASAN KONSUMEN YOGHURT ACTIVIA DI KOTA BOGOR SANDRA SITI SYARIFAH A"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

KEPERCAYAAN TERHADAP KLAIM KESEHATAN

PENCERNAAN DAN KEPUASAN KONSUMEN

YOGHURT ACTIVIA DI KOTA BOGOR

SANDRA SITI SYARIFAH

A14105702

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(2)

RINGKASAN

SANDRA SITI SYARIFAH. Kepercayaan Terhadap Klaim Kesehatan Pencernaan dan Kepuasan Konsumen Yoghurt Activia di Kota Bogor. Di bawah bimbinganNETTI TINAPRILLA.

Susu fermentasi merupakan produk olahan susu, yang diperoleh melalui proses fermentasi. Saat ini susu fermentasi sedang populer di masyarakat terutama yoghurt. Hal ini terkait dengan bukti ilmiah bahwa susu fermentasi dipercaya mengandung zat gizi yang baik serta memiliki khasiat terhadap kesehatan manusia terutama saluran pencernaan.

Activia adalah salah satu produk yoghurt yang baru beredar di pasaran, dimana klaim yang tertera pada Activia adalah probiotik untuk mempertahankan saluran cerna, memperlancar buang air besar dan mengandung probiotik eksklusif. Hal ini tentunya akan mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen dalam hal pembeliannya. Perilaku konsumen dapat menjelaskan bagaimana konsumen melakukan proses pembelian, mengevaluasi tingkat kepuasan yang diperoleh dari produk tersebut dan pada akhirnya dari kepuasan tersebut konsumen menjadi loyal terhadap suatu produk.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen yoghurt Activia di Kota Bogor, menganalisis proses keputusan pembelian yoghurt Activia di Kota Bogor, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan konsumen terhadap klaim kesehatan yoghurt Activia dan menganalisis Kepuasan Konsumen terhadap yoghurt Activia di Kota Bogor.

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bogor pada lima Supermarket yang dianggap cukup mewakili konsumen Kota Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2008.

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling (pengambilan contoh non peluang), yaitu dengan menggunakan

convience sampling yaitu responden dipilih berdasarkan kemudahan ditemui dan ketersediaan responden untuk mengisi kuesioner Responden yang akan diwawancara adalah responden yang bersedia untuk diwawancara dengan kuesioner, pengunjung supermarket yang kebetulan membeli yoghurt Activia atau pernah mengkonsumsi yoghurt Activia maksimal satu bulan terakhir.

Penelitian ini menghasilkan banyak informasi penting dalam kepercayaan klaim kesehatan dan kepuasan konsumen yoghurt Activia di Kota Bogor. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik konsumen yoghurt Activia sebagian besar adalah perempuan, yang berusia 26 sampai 30 tahun, belum menikah, pegawai swasta, berpendidikan terakhir Diploma, berpendapatan diantara Rp 2.000.001 sampai 3.000.000 berpengeluaran per bulan antara Rp 500.000 sampai 1.000.000.

Sebagian besar konsumen mengkonsumsi yoghurt Activia untuk kesehatan umumnya mendapatkan informasi berasal dari media elektronik, dalam melakukan pembelian konsumen lebih banyak melakukan pembelian di supermarket. Mayoritas konsumen menganggap puas dan akan tetap mengkonsumsi yoghurt Activia, karena dilihat dari tingkat harga tergolong murah.

(3)

Variabel yang berpengaruh terhadap keputusan kepercayaan terhadap klaim kesehatan yoghurt Activia adalah Responden yang berjenis kelamin wanita cederung percaya terhadap klaim kesehatan yoghurt Activia. Hal ini dilihat berdasarkan nilai dugaan rasio odds (Exp (B)) sebesar 9,023 yang menunjukkan kepercayaan terhadap klaim kesehatan memiliki peluang lebih tinggi 9,023 kali jika dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki.

Variabel lain yang berpengaruh terhadap keputusan kepercayaan terhadap klaim kesehatan yoghurt Activia adalah frekuensi konsumsi. Responden yang sering mengkonsumsi yoghurt Activia memiliki kecenderungan yang tidak jauh berbeda dengan responden yang jarang mengkonsumsi terhadap kepercayaan klaim kesehatan yoghurt Activia. Hal ini dilihat berdasarkan nilai dugaan rasio odds (Exp (B)) sebesar 0,089 yang menunjukkan kepercayaan terhadap klaim kesehatan memiliki peluang 0,089 kali jika dibandingkan dengan responden yang jarang mengkonsumsi.

Berdasarkan hasil analisis Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Kepuasan Konsumen (CSI), secara keseluruhan konsumen puas dengan yoghurt Activia. Indeks kepuasan konsumen secara keseluruhan yang berhasil dicapai yoghurt Activia adalah sebesar 72,94 persen harapan konsumen. Untuk mendapatkan khasiat dari mengkonsumsi yoghurt Activia dapat dilakukan dengan menambah frekuensi konsumsi sehingga konsumen dapat merasakan khasiat kesehatan dari yoghurt Activia terutama untuk wanita aktif yang menjadi sasaran dari PT Danone Indonesia.Pilihan rasa lebih bervariasi sehingga konsumen mempunyai pilihan terhadap rasa yang diinginkan oleh konsumen. Layanan konsumen bebas pulsa dapat memberikan dampak yang positif terhadap perusahaan dalam memenuhi keinginan konsumen, sehingga dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas.

(4)

KEPERCAYAAN TERHADAP KLAIM KESEHATAN

PENCERNAAN DAN KEPUASAN KONSUMEN

YOGHURT ACTIVIA DI KOTA BOGOR

Oleh :

SANDRA SITI SYARIFAH

A14105702

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(5)

Judul Skripsi : KEPERCAYAAN TERHADAP KLAIM KESEHATAN PENCERNAAN DAN KEPUASAN KONSUMEN YOGHURT ACTIVIA DI KOTA BOGOR

Nama : Sandra Siti Syarifah

NRP : A14105702

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 132 133 965

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ” KEPERCAYAAN TERHADAP KLAIM KESEHATAN PENCERNAAN DAN KEPUASAN KONSUMEN YOGHURT ACTIVIA DI KOTA BOGOR” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2009

Sandra Siti Syarifah A14105702

(7)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 17

Maret 1984, sebagai anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak

Achmad Soedradjat dan Ibu Eni Zaenifah. Pada Tahun 1996 penulis

menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Papandayan I. Pendidikan menengah

pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SMPN 11 Bogor, kemudian melanjutkan

pendidikan menengah atas di SMUN 4 Bogor dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan

tinggi pada program Diploma III Higiena Makanan, Institut Pertanian Bogor dan

lulus pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2006 penulis melanjutkan studi ke

jenjang sarjana pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis,

Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT karena atas rahmat, inayah dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Kepercayaan Terhadap Klaim Kesehatan

Pencernaan dan Kepuasan Konsumen Yoghurt Activia di Kota Bogor”.Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Sarjana Manajemen Agribisnis Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi

Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan pada penelitian ini. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penelitian ini

sangat penulis harapkan. Akhir kata terima kasih kepada semua pihak atas

kerjasama dan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Semoga

hasil penelitian ini bermanfaat bagi yang membutuhkan

Bogor, Januari 2009

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penyelesaian skripsi ini tidak akan tercapai tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua Orang tua dan kakak-kakakku untuk seluruh doa, cinta, kasih

sayang, perhatian, pengorbanan dan seluruh dukungannya selama ini.

2. Ir. Netti Tinaprilla, MM. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan perhatian dan kesabarannya selama membimbing penulis dalam melakukan penelitian.

3. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MSi selaku dosen evaluator pada kolokium dan dosen penguji pada saat sidang yang banyak memberikan saran dan kritik pada skripsi ini.

4. Dra Yusalina, MSi selaku perwakilan dari Komisi Pendidikan yang banyak memberikan saran pada skripsi ini.

5. Meylani Lestari, terimakasih atas kesediaannya menjadi pembahas.

6. Teman–teman Ekstensi MAB (Evi, Teh Siti, Bu Leli, Mba Nora, Lisma, Heda, Binaria, Aput, Hamid, Edi, Indra, Mira, Jibril dan Aggan) terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

7. Pera dan Rina terimakasih atas bantuannya selama melakukan penulisan skripsi.

8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ……….……… 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 8

2.1 Yoghurt ……….8

2.1.1 Karakteristik Yoghurt ……….9

2.1.2 Proses Pembuatan Yoghurt ………...11

2.2 Penelitian Terdahulu ………..……….15

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN OPERASIONAL …….…………... 18

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ……….…18

3.1.1 Perilaku Konsumen ...18

3.1.2 Proses Keputusan Pembelian Konsumen ...19

3.1.2.1 Pengenalan Kebutuhan ...21

3.1.2.2 Pencarian Informasi ...22

3.1.2.3 Evaluasi Alternatif ………..………..22

3.1.2.4 Tahap Pembelian ………..……23

3.1.2.5 Evaluasi Pasca Pembelian ………..24

3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen ……... 24

3.2.1 Pengaruh Lingkungan ……….…25 3.2.2 Perbedaan Individu ………..………26 3.2.3 Pengaruh Psikologis ………..…...26 3.3 Persepsi ……….………….27 3.4 Sikap ………. 28 3.5 Kepercayaan ………..…………. 30

3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayan Konsumen …..… 31

(11)

3.6.2 Pekerjaan dan Pendidikan ……….31

3.6.3 Pendapatan ………..……….32

3.7 Kepuasan Konsumen ……… 32

3.8 Regresi Logistik ……….…….36

3.9 Kerangka Pemikiran Opersional ……….…….. 37

BAB IV METODE PENELITIAN ……….. 40

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ………..……… 40

4.2 Jenis dan Sumber Data ………..………. 40

4.3 Metode Penentuan Sampel dan Pengumpulan Data ... 41

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 41

4.4.1 Analisis Deskriptif ……… 42

4.4.2 Analisis Regresi Logistik ………..……..42

4.4.2.1 Pengujian Parameter ………..……...45

4.4.2.2 Nilai Rasio Odds ………..………46

4.4.3Importance Performance Analysis ………..……46

4.4.4Customer Satisfaction Index (CSI) ………..………...50

4.5 Definisi Operasional ………. 51

BAB V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 55

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 55

5.1.1 Letak Geografis Kota Bogor ...55

5.1.2 Wilayah Administrasi Kota Bogor ...56

5.1.3 Kondisi Demografi Kota Bogor ...56

5.2 Karakteristik Umum Yoghurt Activia ... 57

5.3 Karakteristik Konsumen ... 57

5.3.1 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...58

5.3.2 Sebaran Responden Berdasarkan Umur ...58

5.3.3 Sebaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan ...59

5.3.4 Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan ...60

5.3.5 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...61

5.3.6 Sebaran Responden Berdasarkan Pendapatan ...62

5.3.7 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengeluaran ...63

BAB VI. PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN YOGHURT ACTIVIA 65 6.1 Pengenalan Kebutuhan ... 65

6.2 Pencarian Informasi ... 67

6.3 Evaluasi Alternatif ... 68

6.4 Proses Keputusan Pembelian ... 70

(12)

BAB VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPERCAYAAN KONSUMEN TERHADAP KLAIM

KESEHATAN YOGHURT ACTIVIA ………..…. 75

7.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Konsumen terhadap Klaim Kesehatan yoghurt Activia ... 75

7.2 Interpretasi Koefisien (B), Koefisien, dan Selang Kepercayaan Rasio Odds Epx (B) ... 76

BAB VIII. ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN ... 80

8.1 Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Terhadap Atribut yoghurt Activia (Importance Performance Analysis) ... 80

8.1.1 Variasi Pilihan Rasa ……….………....82

8.1.2 Aroma Produk ……….………82

8.1.3 Tingkat Keasaman ……….….83

8.1.4 Harga Produk ……….……….83

8.1.5 Desain Kemasan Produk ……….………83

8.1.6 Kejelasan Komposisi Produk ………..84

8.1.7 Layanan Konsumen ……….………84

8.1.8 Khasiat Kesehatan ……….……..85

8.1.9 Volume Produk ……….…..85

8.1.10 Promosi Iklan (media cetak & elektronik) ………..…..86

8.1.11 Viskositas / Kekentalan ………....86

8.1.12 Ketersediaan / Kemudahan Mendapatkan Produk …...….……87

8.1.13 Kejelasan Tanggal Kadaluarsa ………....87

8.1.14 Kejelasan Label Halal ……….………..88

8.1.15 Kejelasan Nomor Registrasi BPOM ……….……88

8.2 Diagram KartesiusImportance Performance Analysis …………. 89

8.2.1 Prioritas Utama (Kuadran I) ……….………..91

8.2.2 Pertahankan Prestasi (Kuadran II) ……….…93

8.2.3 Prioritas Rendah (Kuadran III) ……….…..94

8.2.4 Berlebihan (Kuadran IV) ……….………...94

8.3 Indeks Kepuasam Konsumen ……….…... 95

BAB XI. KESIMPULAN DAN SARAN ………..…. 98

8.1 Kesimpulan ……….... 98

8.2 Saran ………... 99

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Produksi Yoghurt pada tahun 2002 – 2005 (Liter) ... 2

2 Skor Penilaian Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan ... 43

3 Atribut pengukuran Dimensi Dasar kualitas pada Yoghurt Activia ... 47

4 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………52

5 Sebaran Responden Berdasarkan Umur ……….53

6 Sebaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan ………....54

7 Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan ………55

8 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……….55

9 Sebaran Responden Berdasarkan Pendapatan ………56

10 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengeluaran ………..…..57

11 Sebaran Responden Berdasarkan Alasan Utama Mengkonsumsi Yoghurt Activia ………59

12 Sebaran Responden Berdasarkan Manfaat yang diharapkan dari Mengkonsumsi Yoghurt Activia ……… 60

13 Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang Yoghurt Activia ………. 61

14 Sebaran Responden Berdasarkan Evaluasi Alternatif ……….63

15 Evaluasi Alternatif Pembelian Yoghurt Activia ……… 63

16 Sebaran Responden Berdasarkan Rencana Pembelian Yoghurt Activia ………... 64

17 Sebaran Responden Berdasarkan Tempat Pembelian Yoghurt Activia … 65 18 Sebaran Responden Berdasarkan Pengaruh terhadap Pembelian Yoghurt Activia ……….65

19 Sebaran Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Yoghurt Activia ……….. 66

20 Sebaran Responden Berdasarkan Harga Yoghurt Activia ………..66

21 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan terhadap Yoghurt Activia ……….67

22 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Setelah Mengkonsumsi Yoghurt Activia ……….68

23 Hasil Analisis Regresi logistik ………..………..70

24 Nilai Rata-rata Tingkat Kinerja dan Kepentingan ……….. 75

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Skema Proses Pembuatan Yoghurt ... 11

2 Proses dan Perilaku Keputusan Konsumen ... 18

3 Proses Pembentukan Persepsi ... 26

4 Konsep Kepuasan Pelanggan ... 32

5 Kerangka Pemikiran Operasional ……… 35

6 Diagram KartesiusImportance Performance Analysis ... 44

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Matrik Penelitian Terdahulu ………... 98 2 Kuesioner Penelitian ...102

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan,

mendorong semakin menyadari betapa pentingnya penataan pola makan dalam

upaya mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Pemilihan makanan tak hanya

didasarkan pada kandungan gizi dan kelezatannya, tetapi khasiat yang terkandung

dalam pangan tersebut mempunyai efek menyehatkan.

Pangan tidak lagi hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar tubuh tetapi

juga dapat bersifat fungsional, dimana hal ini menjadi awal munculnya konsep

pangan fungsional yang akhir-akhir ini sangat populer. Hal ini menyebabkan

semakin meningkatnya pertumbuhan industri pangan fungsional yang telah

menjadi salah satu tren di industri pangan dunia.

Secara umum pangan fungsional adalah pangan yang tidak hanya

memberikan zat-zat esensial pada tubuh, tetapi juga memberikan efek

perlindungan tubuh terhadap gangguan berbagai penyakit. Produk pangan

fungsional akan tetap menjadi tren utama industri pangan lima sampai sepuluh

tahun kedepan (Hariyadi, 2005).

Pangan fungsional telah melahirkan paradigma baru bagi perkembangan

ilmu dan teknologi pangan, yaitu dilakukannya modifikasi produk olahan pangan

menuju sifat fungsional. Saat ini di Indonesia telah banyak dijumpai produk

pangan fungsional, baik yang diproduksi di dalam negeri maupun impor

(17)

Salah satu pangan fungsional adalah produk susu fermentasi yang mana

mempunyai manfaat untuk memperbaiki kesehatan saluran pencernaan (Muchtadi,

2001). Susu fermentasi merupakan produk olahan yang diperoleh melalui proses

fermentasi. Saat ini susu fermentasi sedang populer di masyarakat terutama

yoghurt. Hal ini terkait dengan bukti ilmiah bahwa susu fermentasi dipercaya

mengandung zat gizi yang baik serta memiliki khasiat terhadap kesehatan manusia

terutama saluran pencernaan.

Berdasarkan laporan ACNielsen tahun 2003, minuman yoghurt merupakan

produk yang memiliki pertumbuhan yang paling cepat diantara produk makanan

dan minuman lainnya yang memiliki total penjualan sekitar satu milyar Dollar di

seluruh dunia. Cina berada di daftar teratas yang memiliki laju pertumbuhan 49

persen setiap tahunnya1.

Pertumbuhan minuman probiotik juga diperkuat laporan dari Datamonitor

yang menunjukkan bahwa semua kategori pangan fungsional sedang mengalami

perkembangan. Pertumbuhan tersebut diperkirakan akibat iklan yang gencar dan

faktor produk yang disukai oleh konsumen. Data mengenai produksi yoghurt pada

tahun 2002 sampai 2005 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi Yoghurt di Indonesia Pada Tahun 2002 – 2005 (Liter)

Tahun Produksi (Liter) Nilai (000 Rp) Pertumbuhan (%) 2002 1.039.279 8.985.642 -2003 1.536.824 11.356.826 26.39 2004 1.682.612 13.475.394 18.65 2005 1.765.031 30.438.258 125.88 Sumber : BPS, 2008

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat produksi yoghurt mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat berdampak positif karena dengan

(18)

ada beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan produksi yoghurt itu terjadi

diantaranya adalah semakin banyaknya produsen yoghurt atau dapat juga semakin

meningkatnya tingkat konsumsi yoghurt sehingga menyebabkan produksi

meningkat.

Dewasa ini, kesadaran masyarakat terhadap tindakan preventif pada

kesehatan dengan mengkonsumsi minuman probiotik jenis yoghurt semakin

meningkat. Hal tersebut diiringi dengan munculnya berbagai merek yang terdapat

dipasaran. Promosi mengenai yoghurt sebagai minuman probiotik pun semakin

gencar disertai klaim yang mengindikasikan kearah manfaat terhadap kesehatan.

Klaim umum yang terdapat pada minuman yoghurt adalah mencegah gangguan

pencernaan dan klaim rendah lemak (Nirmala, 2006).

Definisi klaim adalah pernyataan bahwa produk pangan tertentu

mengandung gizi dan atau zat non gizi tertentu yang bermanfaat jika dikonsumsi

atau tidak boleh dikonsumsi bagi kelompok tertentu (PP No. 69 Tahun 1999

tentang Label dan Iklan Pangan). Hal ini menyebabkan persaingan akan penjualan

yoghurt di dalam negeri tampaknya akan semakin meningkat, hal ini didukung

oleh semakin beragamnya produk yoghurt yang beredar dipasaran. Ketatnya

persaingan bisnis tersebut berimplikasi terhadap perusahaan dalam mengklaim

produk untuk menarik konsumen.

1.2 Perumusan Masalah

Pada bulan Januari 2008, PT Danone Indonesia mengeluarkan produk

terbarunya yaitu yoghurt Activia, yang mana dalam mempromosikan dikatakan

bahwa dengan mengkonsumsi yoghurt Activia selama dua minggu maka akan

(19)

yoghurt tersebut tidak memiliki manfaat seperti yang ditimbulkan. Tentunya

permasalahan ini dapat menimbulkan kekecewaan bagi konsumen, yang secara

hukum dapat dikategorikan sebagai penyesatan (deceiving consumer). Gugatan

class action pernah diterima oleh PT Danone Amerika, karena promosi yang dilakukan oleh pihak PT Danone dianggap menimbulkan pemahaman

menyesatkan. Berkaitan dengan kata-kata teruji secara klinis dan ilmiah. Dengan

demikian, seolah-olah produk susu yoghurt yang lain tidak memberikan manfaat

bagi tubuh, dimana klaim tersebut berdasarkan kandungan probiotik yang dikenal

sebagai bakteri yang baik untuk tubuh.2

PT Danone Indonesia tentunya harus lebih berhati-hati dalam mengklaim

yoghurt Activia sehingga tidak terjadi hal sama seperti yang dialami oleh PT

Danone Amerika dalam mengklaim produknya. Yoghurt Activia sendiri adalah

salah satu produk yoghurt yang baru beredar di pasaran, dimana klaim yang

tertera pada Activia adalah probiotik untuk mempertahankan saluran cerna,

memperlancar buang air besar dan mengandung probiotik eksklusif.

Produk yoghurt yang beredar di pasaran sangat bervariasi, misalnya

dengan menambahkan potongan buah asli ke dalam yoghurt sehingga dapat

menambah variasi, juga dengan pilihan rasa yang bermacam-macam. Sebagai

produk yang baru beredar tentunya yoghurt Activia memiliki pesaingnya yakni

yoghurt Yummy, Chimory dan Bio Kul. Tetapi dengan promosi dan harga yang

lebih murah jika dibandingkan dengan yoghurt lain, diharapkan yoghurt Activia

dapat diterima oleh masyarakat terutama oleh wanita aktif, karena PT Danone

Indonesia sendiri menfokuskan yoghurt Activia untuk wanita aktif yang memiliki

(20)

Perilaku konsumen dapat menjelaskan bagaimana konsumen melakukan

proses pembelian, mengevaluasi tingkat kepuasan yang diperoleh dari produk

tersebut dan pada akhirnya dari kepuasan tersebut konsumen menjadi loyal

terhadap suatu produk.

Tingkat kepuasan konsumen sangat bergantung pada kualitas atau suatu

produk yang meliputi barang dan jasa, jika kualitas yang ditawarkan sama atau

lebih besar dari harapan konsumen maka kepuasan akan terjadi sebaliknya jika

kualitas lebih rendah dari yang diharapkan oleh konsumen maka yang terjadi

adalah konsumen akan tidak puas atau kecewa. Kepuasan yang didapat konsumen

dapat menyebabkan terjadinya pembelian ulang bahkan konsumen menjadi loyal.

Kota Bogor merupakan salah satu tempat pendistribusian yoghurt Activia

yang potensial, selain itu dikarenakan masa kadaluarsa yoghurt Activia yang

hanya 30 hari sehingga pendistribusian hanya pada wilayah Jakarta dan

sekitarnya. Permasalahan yang akan dikemukakan pada penelitian ini adalah

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepercayaan konsumen terhadap klaim

kesehatan yoghurt Activia dan bagaimana tingkat kepuasan konsumen terhadap

yoghurt Activia di Kota Bogor.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen yoghurt Activia di Kota Bogor

(21)

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan konsumen

terhadap klaim kesehatan yoghurt Activia

4. Menganalisis kepuasan konsumen terhadap yoghurt Activia di Kota

Bogor.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan

kesadaran masyarakat untuk lebih mempertimbangkan klaim kesehatan. Bagi

industri, penelitian ini dapat bermanfaat dalam penerapan strategi pemasaran

yoghurt terutama dalam menampilkan klaim dan untuk meningkatkan

atribut-atribut yang menjadi prioritas utama guna tercapainya kepuasan konsumen.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya difokuskan pada konsumen yang sudah pernah

mengkonsumsi yoghurt Activia saja, sehingga memiliki keterbatasan dalam

menganalisis kepercayaan terhadap klaim kesehatan pencernaan dimana

responden yang diambil hanya konsumen yang pernah mengkonsumsi yoghurt

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Produk Yoghurt

Yoghurt merupakan salah susu fermentasi yang paling dikenal oleh

masyarakat. Sebenarnya tidak seorang pun mengetahui dengan pasti sejak kapan

dan asal mula yoghurt (Rahman et al., 1992). Hal serupa juga diutarakan oleh Oberman (1985), yang menyatakan bahwa asal mula dan kapan terjadinya yoghurt

tidak jelas. Beberapa mengatakan bahwa yoghurt berasal dari penduduk Turki

yang hidupnya nomaden dan pendapat lain mengatakan bahwa yoghurt berasal

dari daerah Balkan.

Asia Barat Daya merupakan daerah yang banyak mengolah susu menjadi

yoghurt dan konsumennya pun cukup banyak mengolah susu menjadi yoghurt. Di

Irak, Syria dan Turki, yoghurt merupakan produk yang sangat penting. Sebutan

yoghurt berasal dari bahasa turki “jugurt” yang berarti susu asam.

Yoghurt didefinisikan sebagai produk yang diperoleh dari susu yang telah

dipasteurisasi, kemudian difermentasi dengan bakteri sampai diperoleh keasaman

bau dan rasa yang khas, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan

(SNI 01-2981-1992 tentang Standar Mutu Yoghurt). Definisi lain mengenai

Yoghurt dikemukakan oleh Yuguchi et al dalam Setiawan (2006), yang menyatakan bahwa yoghurt adalah produk koagulasi susu yang dihasilkan melalui

proses fermentasi bakteri asam laktat,Lactobacillus bulgaricusdanStreptococcus thermophilus, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan. Dikatakan bahwa produk akhir yoghurt haruslah mengandung kedua bakeri

(23)

Flavor dan konsistensi yoghurt sesuai dengan daerah dan selera

konsumennya, tetapi pada prinsipnya terdapat dua jenis bakteri thermofilik yang

mampu memproduksi asam laktat dengan perbandingan jumlah bakteri yang

relatif sama (Rahmanet al., 1992).

2.1.1 Jenis Yoghurt

Beberapa jenis susu fermentasi diantaranya adalah yoghurt, susu

asidofilus, kefir dan koumiss. Namun tidak semua beredar di Indonesia dalam bentuk siap minum. Bakteri Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus dan

Streptococcus thermophilus sebagai kultur starter

Yoghurt dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan perbedaan

metode pembuatannya, tipe yoghurt dibagi menjadi dua jenis, yaitu set yoghurt

dan stirred yoghurt. Klasifikasi ini berdasarkan pada sistem pembuatannya dan struktur fisik dari koagulan. Set yoghurt adalah produk dimana pada waktu inkubasi atau fermentasi susu berada dalam kemasan kecil, sehingga

memungkinkan koagulannya tidak berubah (Rahman et al., 1992). Sedangkan pada pembuatan yoghurt strirred, proses fermentasi susu dilakukan pada tangki atau wadah yang besar dan setelah inkubasi barulah produk dikemas dalam

kemasan kecil, sehingga memungkinkan koagulannya rusak atau pecah sebelum

pendinginan dan pengemasan selesai (Helferich dan Westhoffdalam Rahman et al., 1992 ).

Berdasarkan kadar lemaknya yoghurt dibagi menjadi : (1) yoghurt

berkadar lemak penuh (diatas 3.0 persen), (2) yoghurt medium (0.5-3.0 persen)

(24)

Berdasarkan kekentalannya, yoghurt dikenal dua macam yoghurt, yaitu

puding yoghurt yang bersifat kental dan drink yoghurt, yang berasal dari pengenceran yoghurt hasil fermentasi serta penurunan pH sampai mencapai

kurang dari empat dan penambahan stabilizer. Penambahan gula untuk

meningkatkan cita rasa, serta pemanasan untuk meningkatkan daya simpan.

Terakhir dilakukan pengemasan dengan kemasan cup plastik dan pasteurisasi

untuk memperpanjang daya simpan.

Minuman yoghurt merupakan suatu emulsi. Ukuran partikel emulsi yang

optimum adalah nol koma lima sampai satu koma lima mikron, dan pada ukuran

partikel lima koma nol sampai satu koma nol mikron yoghurt yang dihasilkan

bersifat kasar (Sutheimdalam Setiawan (2006)).

Berdasarkan flavornya yoghurt dibedakan menjadi: natural yoghurt atau

plain yoghurt, yaitu yoghurt tanpa penambahan flavor lain sehingga rasa asamnya sangat tajam, danfruityoghurt, yaitu yoghurt yang diberi flavor atau jus buah dan zat pewarna.

Menurut Rahman et al., (1992), masih sering dijumpai produk-produk yoghurt lain yang telah dimodifikasi, antara lain :

1. Yoghurt pasteurisasi, yaitu yoghurt yang setelah proses inkubasi lalu

dipasteurisasi untuk memperpanjang umur simpannya.

2. Yoghurt beku, yaitu yoghurt yang disimpan pada suhu beku.

3. Dietic yoghurt, yaitu yoghurt yang dibuat dengan rendah kalori, rendah laktosa, ataupun ditambahkan vitamin atau protein.

4. Konsentrat yoghurt, yaitu yoghurt dengan total padatan sekitar 24 persen

(25)

2.1.2 Proses Pembuatan

Yoghurt secara tradisional dibuat dengan cara memanaskan susu sampai

volumenya menjadi dua pertiga dari volume sebelumnya. Starter yang digunakan

adalah yoghurt dari hasil produksi sebelumnya, serta diinkubasi pada suhu kamar

sampai terbentuk koagulum yang kompak atau biasanya berjangka waktu sampai

satu malam (Puspitasari, 1996).

Pada dasarnya pembuatan yoghurt meliputi pemanasan susu, pendinginan,

inokulasi dan inkubasi (Simatupang, 2004). Pemanasan susu atau yang dikenal

dengan proses pasteurisasi dimaksudkan untuk menurunkan populasi mikroba dan

memberikan kondisi yang baik yoghurt serta untuk mengurangi kandungan air

susu sehingga diperoleh yoghurt dengan tekstur yang kompak. Pemanasan susu

direkomendasikan pada suhu 85°C selama 30 menit (Simatupang, 2004).

Inokulasi dilakukan sengaja menggunakan bakteri pembentuk asam laktat

seperti Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus sebanyak 0.04 persen dari jumlah kultur starter. Inkubasi dilakukan pada suhu 42°C selama 7-8

jam atau sampai mencapai pH 4,4. Pada saat itu koagulum telah pecah dan

yoghurt sudah dapat dikemas dan disimpan pada suhu 4°C (Puspitasari, 1996).

Selama inkubasi, dihasilkan senyawa-senyawa yang mudah menguap yang

memberikan citarasa khas pada yoghurt karena adanya proses fermentasi

(26)

Gambar 1. Skema Proses Pembuatan Yoghurt Sumber : Puspitasari (1996)

2.2 Klaim

Klaim didefinisikan sebagai pernyataan bahwa produk pangan tertentu

mengandung gizi dan atau zat non gizi tertentu yang bermanfaat jika dikonsumsi

atau tidak boleh dikonsumsi bagi kelompok tertentu (PP No. 69 Tahun 1999

tentang Label dan Iklan Pangan).

Berdasarkan objektifitasnya klaim terdiri atas klaim yang subjektif dan

klaim yang objektif. Klaim objektif adalah klaim yang berfokus pada informasi

faktual yang tidak tunduk pada tafsiran individu, sebaliknya klaim yang subjektif

adalah klaim yang mungkin menghasilkan tafsiran yang berbeda antar individu.

Berdasarkan vertibilitas klaim terdiri atas klaim pencarian, klaim pengalaman, dan INOKULASI INKUBASI PENDINGINAN 42°C YOGHURT SUSU PASTEURISASI

(27)

Klaim pencarian adalah klaim yang dapat dievaluasi secara akurat sebelum

pembelian. Klaim pengalaman adalah klaim yang evaluasi akuratnya berada di

luar kemampuan konsumen.

Klaim terdiri dari empat jenis yang digunakan untuk mengelabui

konsumen yaitu (1). Klaim yang tampak objektif ; (2). Klaim yang subjektif; (3).

Mendua (sebagian benar dan sebagian salah) ; dan (4). Tidak mempunyai dasar,

tidak didukung oleh logika. Klaim tanpa bukti akan mengarahkan konsumen

membeli barang yang buruk atau produk yang bermutu sama dengan harga yang

lebih mahal (Sumarwan, 2003).

Klaim-klaim yang ditampilkan pada produk makanan bermacam-macam,

kadang malah membingungkan konsumen karena terlalu ilmiah ataupun tidak

memberikan keterangan yang jelas, yang berkaitan dengan klaimnya itu

(Sudarisman, dalam Moniharapon (1998)). Lebih lanjut dikatakan bahwa di Indonesia, produsen-produsen makanan tampaknya masih memandang harga, rasa

dan kepraktisan sebagai faktor utama nilai jual suatu produk dan baru dalam taraf

hendak memasuki era “zat gizi sebagai nilai jual “. Ini nampak dari klaim-klaim

yang dibuat produk-produk makanan tertentu, baik dalam label maupun iklan.

Mereka memanfaatkan isu-isu kesehatan yang tengah menjadi trend sebagai

sarana untuk menunjukkan keunggulan produknya dibanding kompetitor,

misalnya menggunakan klaim-klaim seperti fresh, natural diet, non colesterol,

rendah lemak, rendah kalori dan sebagainya, meski tak jelas apa yang menjadi

dasar kalim-klaim ini sementara pengaturan komprehensif terhadap klaim-klaim

(28)

Persyaratan klaim secara umum pada label (Wijaya, 1997 dalam

Moniharapon (1998)) :

1. Tujuan pencantuman informasi gizi : memberikan informasi kepada konsumen

meliputi : memberikan pengertian tentang jumlah zat gizi yang terkandung

(bukan petunjuk berapa harus dimakan).

2. Tidak boleh menyatakan seolah-olah makanan yang berlabel gizi ini

mempunyai kelebihan daripada makanan yang tidak berlabel.

3. Tidak boleh membuat pernyataan adanya nilai khusus, nilai khusus tersebut

tidak sepenuhnya berasal dari makanan tersebut, tetapi masih perlu

dikonsumsi dengan makanan lain.

4. Pernyataan bermanfaat bagi kesehatan harus benar-benar didasarkan pada

komposisi dan jumlah yang dikonsumsi perhari.

Menurut Hariyadi (2005), klaim kesehatan adalah pernyataan yang

menunjukkan adanya hubungan antara gizi dan senyawa lain dalam produk

pangan dan penyakit atau kondisi kesehatan lainnya. Klaim kesehatan dapat

digunakan baik untuk produk pangan biasa (konvensional) atau pangan suplemen.

Secara umum peraturan mengenai pelabelan dan iklan pangan menyatakan bahwa

(1) produk pangan bukan obat, (2) hanya diperbolehkan pada hal-hal yang

didukung oleh fakta ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan (telah

mendapatkan significant scientific agreement) dari masyarakat ilmiah, (3) untuk senyawa tertentu, kandungan ambang signifikannya perlu diperhatikan sehingga

manfaat kesehatannya dapat dijamin, (4) klaim kesehatan tidak diperbolehkan

pada produk pangan yang mengandung total lemak, lemak jenuh, kolesterol tinggi

(29)

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai klaim pernah dilakukan oleh Hidayat

(2007) mengenai persepsi dan sikap ibu terhadap klaim gizi dalam iklan susu

formula anak usia prasekolah dan hubungannya dengan keputusan pembelian.

Pada penelitian ini sebagian besar merek susu formula memiliki klaim yang

bersifat objektif atau literal truth. Klaim gizi yang paling dipahami oleh responden adalah mengandung kalsium dan mengandung AHA dan DHA. Lebih

dari separuh responden memiliki persepsi dan sikap yang baik terhadap klaim.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2007), menyatakan bahwa

separuh responden menyatakan terpengaruh oleh klaim gizi susu formula yang

biasa digunakan, sehingga akhirnya memutuskan pembelian merek tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Dhyani (2008), Mengenai konsumsi dan

persepsi manfaat minuman probiotik pada lansia di Kota Bogor. Menyatakan

bahwa hampir sebagian besar responden merasakan manfaat konsumsi probiotik

dengan proporsi terbesar merasakan manfaat lebih mudah buang air besar dan

sebagian besar responden tidak merasakan efek samping setelah mengkonsumsi

minuman probiotik. Lebih dari separuh responden memiliki persepsi yang baik

terhadap minuman probiotik.

Sedangkan untuk penelitian mengenai kepuasan konsumen dilakukan oleh

Rahman (2008) mengenai analisis kepuasan konsumen produk susu Ultramilk

yang menyatakan bahwa atribut-atribut yang harus diperbaiki kinerjanya adalah

untuk kandungan gizi dan kemudahan dalam mendapatkan produk, sedangkan

untuk atribut yang dipertahankan kinerjanya adalah tambahan nilai gizi, jaminan

(30)

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2007), mengenai

Analisis perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian minuman

kesehatan probiotik Yakult yang menyatakan bahwa tingkat loyalitas terhadap

Yakult cukup tinggi, dan atribut yang harus diterapkan oleh perusahaan adalah

strategi produk yang mana perusahaan lebih menekankan informasi produk,

strategi harga dengan mempertahankan tingkat harga sekarang, dan meningkatkan

strategi promosi dan memperluas jaringan distribusi Yakult.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang membedakan antara

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2007) terletak pada

produk yang akan dianalisis, yaitu dalam penelitian ini produk yang akan

dianalisis adalah yoghurt yang merupakan produk turunan dari susu. Selain itu

yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat

(2007) adalah penelitian ini tidak menganalisis kategori klaim melainkan

kepercayaan terhadap klaim itu sendiri dan alat analisis yang digunakan juga

berbeda.

Perbedaan penelitian-penelitian yang menganalisis tentang kepuasan

konsumen adalah dari segi produk dimana dalam penelitian ini yang dianalisis

adalah produk turunan dari susu, selain itu juga mengalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap klaim kesehatan pada

yoghurt Activia dan kepuasan konsumen terhadap yoghurt Activia di Kota Bogor.

Penelitian mengenai kepercayaan terhadap klaim kesehatan dan kepuasan

konsumen yoghurt Activia di Kota Bogor belum pernah dilakukan. Matrik

mengenai penelitian terdahulu dapat dilihat pada Lampiran 1.

(31)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat

dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk

proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan (Engel et al., 1995).

Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perbedaan individu dan

proses psikologis. Sedangkan menurut Umar (2002) perilaku konsumen terbagi

atas dua bagian, yaitu perilaku yang tampak dan perilaku yang tidak tampak.

Jumlah pembelian, waktu pembelian, karena siapa dan bagaimana konsumen

melakukan pembelian merupakan variabel-varibel yang tampak. Perilaku yang

tidak tampak variabelnya meliputi persepsi, ingatan terhadap informasi dan

perasaan kepemilikan konsumen.

Menurut Sumarwan (2003), perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku

yang memperlihatakan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,

mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan

memuaskan kebutuhan mereka.

Perilaku konsumen dipandang penting untuk dipahami karena jika suatu

perusahaan bisnis telah memahami perilaku konsumennya maka dampaknya

terhadap perubahan adalah akan mampu mempertahankan konsumen yang sudah

ada dan mampu bertahan di pasar.

Dalam mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana

konsumen membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya yang

(32)

maupun jasa. Para pemasar wajib memahami keragaman dan kesamaan konsumen

atau perilaku konsumen agar mereka mampu memasarkan produknya dengan

baik. Pemasar yang mengerti akan perilaku konsumen akan mampu

memperkirakan bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap

informasi yang diterimannya, sehingga pemasar dapat menyusun strategi

pemasaran yang sesuai (Sumarwan, 2003).

3.1.2 Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Pembelian yang dilakukan oleh konsumen merupakan hasil dari

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen. Schiffman dan Kanuk

(1994) mendefinisikan keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau

lebih alternatif. Jika suatu keputusan dibuat tanpa adanya pilihan maka disebut

sebagai “The Hobson s Choice “.

Proses pengambilan keputusan pembelian konsumen terdiri dari

pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, penentuan alternatif yang didasari

pengalaman dan psikologi individu (Engelet al., 1995). Setelah proses pembelian dilakukan konsumen, tahap selanjutnya adalah tahapan evaluasi hasil dari evaluasi

pembelian yang dilakukan. Evaluasi hasil yang diukur dari tingkat kepuasan

konsumen berupa hasil yang sesuai dengan harapan, melebihi harapan atau di

bawah harapan. Secara sederhana, proses pengambilan keputusan pembelian

(33)

Menurut Sumarwan (2003), konsumen melakukan keputusan setiap hari

atau setiap periode tanpa menyadari bahwa dirinya telah mengambil keputusan.

Keputusan yang diambil berbeda untuk setiap barang yang akan dikonsumsi,

semakin tinggi keterlibatan yang dibutuhkan dalam pembelian maka pengambilan

keputusan yang dilakukan semakin kompleks. Proses pengambilan keputusan

terbagi menjadi pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif

pembelian dan hasil pemakaian (Kotler & Amstrongdalam Rahman (2008)).

Perbedaan Individu : Sumber daya Konsumen Motivasi dan Keterlibatan Pengetahuan Proses Psikologis: Pengolahan informasi Pembelajaran Perubahan Sikap/perilaku Pengaruh Lingkungan : Budaya Kelas Sosial Pengaruh Pribadi Keluarga Pengambilan Keputusan : Pengenalan kebutuhan Pencarian informasi Evaluasi alternatif Pembelian Hasil/evaluasi Bauran Pemasaran : Produk Harga Tempat Promosi

Gambar 2. Proses dan Prilaku Keputusan Konsumen Sumber : Engelet al., 1995

(34)

Kotler dan Amstrong dalam Rahman (2008), membagi pengambilan keputusan konsumen menjadi tiga tipe yaitu : (1) pemecahan masalah rutin,

merupakan tipe paling sederhana dalam perilaku pembelian. Terjadi ketika

konsumen melakukan pembelian dengan harga murah dan sering dibeli. Tipe ini

memiliki tingkat keterlibatan konsumen yang rendah. Menurut Sumarwan (2003),

hal tersebut dikarenakan konsumen telah memiliki pengalaman terhadap produk

yang akan dibelinya; (2) pemecahan masalah terbatas terjadi saat konsumen

melakukan pembelian terhadap suatu produk namun tidak mengenal merek dan

kelebihan yang dimiliki produk. Pemberiam informasi di tempat penjualan dapat

membantu konsumen; (3) pemecahan masalah diperluas, terjadi pada saat

pembelian produk yang harganya relatif mahal dan jarang dibeli.

Keputusan pembelian dapat dipengaruhi oleh kesadaran merek. Iklan yang

dikenal konsumen dapat menimbulkan perasaan positif, sehingga konsumen

cenderung memilih produk yang telah dikenalnya (Moven dan Minor, 2002).

Moven dan Minor (2002), juga menyatakan keputusan konsumen dapat

dilakukan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya. Pembelian ini terjadi karena

kesetiaan merek atau pembelian implusif (niat membeli yang terbentuk sebelum

memasuki toko).

3.1.2.1 Pengenalan Kebutuhan

Timbulnya kebutuhan karena adanya rangsangan internal yang merupakan

kebutuhan dasar seseorang seperti rasa lapar dan rasa haus dan menjadikan

dorongan yang akan memotivasi orang tersebut untuk memenuhi keinginan yang

(35)

rangsangan eksternal, dimana rangsangan tersebut akan menggerakkan seseorang

untuk mencari informasi yang lebih untuk memenuhi keinginan akan kebutuhan

tersebut. Kebutuhan yang timbul disebabkan karena konsumen yang merasakan

adanya ketidaksesuain dengan apa yang diinginkannya. Ketika ketidaksesuaian

tersebut berada dibawah tingkat ambang, pengemalan kebutuhan tidak akan

terjadi (Engelet al., 1995).

3.1.2.2 Pencarian Informasi

Seberapa besar yang dilakukan oleh seseorang tergantung pada kuatnya

dorongan dan banyaknya informasi yang diperoleh. Bila informasi yang didapat

dari pencarian internal tidak memadai dalam melakukan tindakan maka pencarian

eksternal akan dilakukan. Menurut Kotler (1997) sumber informasi terdiri dari

beberapa kelompok yaitu sumber pribadi, sumber komersial, dan sumber umum.

Dari tiap informasi tersebut akan memeberikan fungsi yang berbeda-beda

terhadap keputusan pembelian.

3.1.2.3 Evaluasi Alternatif

Evaluasi alternatif merupakan proses dimana suatu alternatif dievaluasi

dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen, dimana pada tahap evaluasi

konsumen harus :

1. menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilai alternatif

2. memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan

3. menilai kinerja dan alternatif yang dipertimbangkan

(36)

Untuk memilih alternatif, konsumen memungkinkan akan menggunakan

beberapa kriteria evaluasi yang berbeda. Kriteria biasanya akan bervariasi sesuai

dengan kepentingan relatif mereka, dan dengan kriteria tersebut maka konsumen

akan menentukan beberapa alternatif yang salah satunya akan dipilih. Selama

pengambilan keputusan tersebut akan bergantung pada beberapa faktor yaitu :

pengaruh situasi, kesamaan alternatif pilihan, motivasi, keterlibatan, dan

pengethuan.

Setelah menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilai

alternatif maka konsumen memutuskan alternatif mana yang akan

dipertimbangkan. Pada tahapan ini terdiri dari menentukan alternatif-alternatif

pilihan, menilai elaternatif-alternatif pilihan, dan menyeleksi kaidah keputusan

(Engelet al., 1995).

3.1.2.4 Tahap Pembelian

Tindakan pembelian merupakan tahap akhir dari proses keputusan

pembelian. Pada tahap ini konsumen mengambil keputusan kapan dan bagaimana

membayar (Engel et al., 1995). Pembelian konsumen digolongkan menjadi dua kategori, yaitu : (1) produk dan merek, (2) kelas produk. Pembelian yang

mencakup produk dan merek disebut sebagai pembelian yang terencana penuh,

sedangkan pembelian yang memperhatikan kelas produk disebut sebagai

pembelian terencana jika pilihan merek dibuat di tempat pembelian.

Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi maksud pembelian

keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap atau pendirian orang lain,

(37)

tergantung pada intensitas dan penilaian negatif orang lain terhadap alternatif

yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang

lain. Semakin kuat sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut

dengan konsumen, maka konsumen akan semakin menyesuaikan maksud

pembeliannya. Faktor kedua yang dapat memenuhi maksud pembelian dan

keputusan pembelian adalah faktor situasi yang tidak diantipasi. Adanya faktor

situasi yang tidak diantipasi ini akan dapat mengubah rencana pembelian suatu

produk yang dilakukan konsumen (Kotler dan Amstrongdalam Rahman, 2008).

3.1.2.5 Evaluasi Pasca Pembelian

Setelah terjadi pembelian, proses keputusan pembelian belum berhenti,

tahap evaluasi yang lebih jauh akan terjadi dalam perbandingan kinerja produk

atau jasa berdasarkan harapan. Dimana hasil dari evaluasi adalah kepuasan atau

ketidakpuasan. Dimana kepuasan dapat mengukuhkan loyalitas pembeli,

sementara ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan, komunikasi lisan yang

negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi lewat jalur hukum.

Menurut Kotler (2000), Kepuasan pembelian merupakan fungsi dari

seberapa dekat harapan pembeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan

pembeli atas produk tersebut.

3.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keputusan Pembelian

Terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian

konsumen dalam melakukan keputusan pembelian suatu produk (Engel et al., 1995) yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan dan pengaruh individual serta proses

(38)

psikologis. Pengaruh lingkungan dan perbedaan individu mempengaruhi tiga

tahapan proses keputusan konsumen yaitu, pengenalan kebutuhan, pencarian

informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan hasil pembelian.

Sementara proses psikologis pada proses keputusan pembelian lebih banyak

terkait dengan tahapan pengenalan kebutuhan serta pencarian informasi.

3.2.1 Pengaruh Lingkungan

Pengaruh lingkungan adalah pengaruh yang diterima oleh konsumen

individual akibat interaksi yang dilakukannya dengan individu lain di

lingkungannya. Keputusan pembelian suatu produk dipengaruhi oleh lingkungan,

faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan konsumen diantaranya :

Faktor pertama budaya, pengaruh budaya mengacu pada nilai, gagasan,

artefak dan simbol-simbol lain yang bermakna membantu individu untuk

berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat.

Faktor budaya terutama dalam keluarga, mempengaruhi nilai, persepsi, preferensi

dan perilaku anggota keluarga.

Faktor kedua kelas sosial, kelas sosial merupakan pembagian di dalam

masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang terbagi atas nilai, minat dan

perilaku yang sama. Individu ini dibedakan berdasarkan status sosial ekonomi

yang kerap menghasilkan bentuk-bentuk perilaku konsumen yang berbeda (Engel

et al., 1995). Kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan namun juga pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal.

Pengaruh pribadi merupakan faktor ketiga dari faktor lingkungan dan

(39)

dapat diekspresikan melalui kelompok acuan dan komunikasi lisan. Kelompok

acuan didefinisikan sebagai orang atau kelompok orang yang mempengaruhi

secara bermakna perilaku individu.

Faktor keempat adalah keluarga, pentingnya keluarga dalam studi perilaku

konsumen adalah banyak produk dibeli konsumen ganda yang bertindak sebagai

unit keluarga. Keluarga menurut Engelet al., (1995) adalah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan atau

adopsi dan tinggal bersama. Variabel yang berpengaruh dalam keluarga adalah

usia kepala keluarga, status perkawinan, anak, dan status pekerjaan. Faktor

terakhir adalah situasi, pengaruh situasi dipandang sebagai pengaruh yang timbul

dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari

karakteristik konsumen dan karakteristik objek.

3.2.2 Perbedaan Individu

Perbedaan individu terdiri dari sumberdaya konsumen, keterlibatan,

motivasi, pengetahuan, sikap kepribadian, gaya hidup dan demografi (Engelet al.,

1995). Pengetahuan dan motivasi memiliki peranan yang besar dalam melakukan

persepsi terhadap suatu produk baru dan cenderung dominan.

3.2.3 Pengaruh Psikologis

Faktor terakhir yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah proses

psikologis. Proses psikologis terdiri dari pemrosesan informasi, pembelajaran,

serta perubahan sikap dan perilaku. Pemrosesan informasi mengacu pada proses

(40)

diambil kembali. Pemrosesan informasi dapat dirinci menjadi lima tahap. Kelima

tahap ini meliputi : (1) pemaparan, (2) perhatian, (3) pemahaman, (4) penerimaan

dan (5) retensi.

Menurut Engel et al., (1995), pembelajaran merupakan suatu proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan sikap dan

perilaku. Pembelajaran terdiri dari dua pendekatan, pertama yaitu pembelajaran

kognitif yang mencerminkan melalui perubahan pengetahuan dan fokusnya adalah

pada pengertian akan proses mental yang menentukan bagaimana orang

mempelajari informasi. Pembelajaran yang kedua adalah pendekatan perilaku

yang diamati.

Menurut Engel et al., (1995) menyatakan bahwa pengulangan yang konstan akan mengukuhkan respon dan membina kebiasaan membeli. Perubahan

sikap dan perilaku merupakan sasaran dari kegiatan pemasaran. Salah satu usaha

pemasaran adalah dengan mempengaruhi perilaku melalui iklan.

3.3 Persepsi

Persepsi adalah proses dimana sensasi yang dirasakan oleh konsumen

dipilih, diorganisisr, dan diinterpretasikan. Tiga tahap dari persepsi adalah

pemaparan, perhatian dan interpretasi (Solomon, 2000).

Persepsi adalah suatu proses dimana individu memperoleh informasi,

memberi perhatian atas informasi tersebut dan pada akhirnya akan memahami

informasi tersebut (Sumarwan, 2003). Tahapan persepsi merupakan suatu

(41)

Gambar 3. Proses Pembentukan Persepsi (Moven & Minor, 2002)

Persepsi terdiri dari sensasi, ambang mutlak, ambang differensial dan

subliminal. Sensori adalah jawaban atau tanggapan langsung dari organ sensorik

seperti mata, telinga, mulut dan kulit terhadap stimuli yang sederhana. Sedangkan

stimuli adalah unit input objek terhadap indera manusia seperti sifat, karakter, dan

kinerja. Sensasi sangat tergantung pada faktor seberapa efektif stimuli terjadi.

Ambang mutlak adalah batas minimum yang menyebabkan individu dapat

merasakan sensasi. Hal ini dapat digambarkan individu dapat merasakan

perbedaan antara ada atau tidaknya suatu stimuli. Ambang diferensial adalah

perbedaan minimum yang dapat dideteksi antara dua stimuli yang serupa.

Ambang diferensial memberikan gambaran bahwa semakin besar stimuli

awal mengharuskan stimuli berikutnya lebih besar untuk menarik sensasi

individu. Persepsi subliminal adalah kondisi dimana stimuli berada dibawah

ambang, sehingga menyebabkan tidak timbulnya sensasi secara optimal bagi

individu. (Schiffman dan kanuk, 2004). Dalam dinamikanya, perbedaan persepsi

setiap individu berawal dari perbedaan dalam perceptual selection, perceptual organization, danperceptual interpretation.

3.4 Sikap

Menurut Engelet al., (1995), sikap adalah suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara menguntungkan atau tidak

menguntungkan, mendukung atau tidak mendukung secara konsisten berkenaan Pemaparan

(42)

dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sikap konsumen adalah faktor

penting yang akan mempengaruhi konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan

konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior) (Sumarwan, 2003).

Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu (1) kognitif, berupa kepercayaan

yang berhubungan dengan objek ; (2) afektif, menunjukkan perasaan yang

berhubungan dengan objek, dan (3) konatif, berupa kecenderungan untuk

bertindak terhadap objek atau keinginan untuk membeli (Sumarwan, 2003).

Sedangkan Solomon (2002) komponen sikap dikenal sebagai model ABC

yaituAffective, Behavior danCognition. Affective berhubungan dengan bagaimana konsumen merasakan tentang sikap. Behavior meliputi tujuan bagaimana seseorang untuk melakukan hal yang berkaitan dengan sikap. Cognition

berhubungan dengan kepercayaan yang dimiliki oleh konsumen mengenai suatu

sikap.

Schiffman dan Kanuk (2004), menyatakan bahwa sikap merupakan

kecenderungan yang dipelajari dan bersifat konsisten. Sikap dapat dipengaruhi

oleh situasi yang dialami oleh konsumen

Sifat yang penting dari sikap adalah kepercayaan dalam memegang sikap

terebut. Hubungan sikap dengan tingkat kepercayaan penting karena ; (a) hal ini

dapat mempengaruhi kekuatan hubungan diantara sikap dan perilaku. Sikap yang

dipegang dengan penuh kepercayaan biasanya akan jauh lebih diandalkan untuk

membimbing perilaku ; (b) kepercayaan dapat mempengaruhi kerentanan sikap

terhadap perubahan. Sikap menjadi resisten terhadap perubahan bila dipegang

(43)

Berdasarkan hasil penelitian Polyorat dan Alden dalam Hidayat (2007),

mengenai sikap terhadap merek dan niat pembelian produk makanan dan pakaian,

sikap konsumen terhadap suatu merek dipengaruhi oleh konsep diri dan

pengolahan informasi konsumen. Konsumen dengan konsep diri dan keinginan

pengolahan informasi yang rendah memiliki sikap yang lebih positif dan niat

membeli yang lebih tinggi.

3.5 Kepercayaan

Kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu

objek, atribut, dan manfaatnya ( Moven dan Minor, 2002). Sedangkan menurut

Sumarwan (2003), kepercayaan atau pengetahuan konsumen menyangkut

kepercayaan bahwa suatu produk memiliki berbagai atribut dan manfaat dari

berbagai atribut tersebut.

Menurut Solomon (2002), kepercayaan konsumen biasanya terdiri atas :

(a) merek, (b) toko, (c) harga atau potongan harga atau jumlah penjualan, (d)

periklanan dan promosi penjualan, (e) produk atau kemasan, (f) pencarian

informasi.

Kepercayaan konsumen secara umum terbagi menjadi tiga yaitu

kepercayaan deskriptif, kepercayaan informasional, dan kepercayaan inferensia

(Kardes dalam Hidayat, 2007). Kepercayaan deskriptif diperoleh langsung oleh

konsumen berdasarkan pengalamannya dengan suatu produk (mendengar atau

melihat sendiri). Kepercayaan infromasional diperoleh secara tidak langsung,

(44)

merupakan kepercayaan yang melebihi dua kepercayaan sebelumnya (Kardes

dalam Hidayat, 2007).

Kepercayaan konsumen mungkin berbeda dari atribut produk sebenarnya

karena berdasarkan pengalaman dan efek dari seleksi persepsi, seleksi distorsi,

dan seleksi retensi. Kepercayaan yang tetap tentang merek tertentu disebut sebagai

citra merek danbrand image (Kotler dan Amstrong dalam Hidayat, 2007).

3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Konsumen 3.6.1 Umur

Perbedaan umur konsumen akan memiliki ciri perbedaan dalam hal

melakukan proses pembelian. Perbedaan umur akan mempengaruhi selera dan

kesukaan konsumen. Umur seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi persepsinya dalam membuat keputusan utnuk menerima produk,

jasa dan ide sebagai suatu yang baru. Usia dapat menunjukkan jenis makanan

yang dibutuhkan dan diinginkan sesuai dengan umur konsumen. Perbedaan usia

juga akan mengakibatkan selera dan kesukaan terhadap merek (Sumarwan, 2003).

3.6.2 Pekerjaan dan Pendidikan

Pendidikan dan perkerjaan adalah dua karakteristik konsumen yang saling

berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh

seorang konsumen. Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang

diterimanya. Pendapatan dan pendidikan tersebut kemudian akan mempengaruhi

(45)

Tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang

dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsi terhadap suatu masalah.

3.6.3 Pendapatan

Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seorang konsumen dari

perkerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Pendapatan adalah sumber

daya material yang sangat penting bagi konsumen karena dengan pendapatan

itulah konsumen bisa membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan

menggambarkan besarnya daya beli dari seorang konsumen.

3.7 Kepuasan Konsumen

Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan pada

akhirnya akan bermuara pada nilai yang akan diberikan oleh pelanggan mengenai

kepuasan yang dirasakan. Kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa

seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya

terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya (Kotler, 2002).

Engelet al., (1995) mendefinisikan kepuasan sebagai suatu alternatif yang dipilih setidaknya atau melebihi harapan. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa

konsumen akan melakukan pembelian dengan harapan semua yang diinginkan

telah dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi dirinya.

Teori kepuasan konsumen mengemukakan bahwa kepuasan dan

ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan

konsumen sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya diperoleh konsumen

(46)

ia memiliki harapan tentang bagaimana produk tersebut berfungsi. Menurut

Sumarwan (2003), produk akan berfungsi sebagai berikut :

1. Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan. Hal ini disebut

sebagai diskonfirmasi positif (positive disconfirmation). Situasi ini menunjukkan bahwa kinerja yang diberikan oleh perusahaan lebih baik

dari apa yang diharapkan oleh konsumen.

2. Produk berfungsi seperti yang diharapkan, disebut sebagai konfirmasi

sederhana (simple confirmation). Pengakuan sederhana menggambarkan kinerja perusahaan sama dengan apa yang diharapkan konsumen. Situasi

kinerja perusahaan sama dengan apa yang diharapkan konsumen. Situasi

seperti ini akan memberikan kepuasan kepada konsumen dan

memungkinkan terjadinya pembelian berulang

3. Produk berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan, disebut

diskonfirmasi negatif (negative disconfirmation). Pengakuan negatif dapat terjadi apabila kinerja perusahaan lebih buruk dari apa yang diharapkan

oleh konsumen. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya ketidakpuasan

konsumen.

Pada dasarnya kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan atas dasar produk

akan berpengaruh pada pola prilaku selanjutnya. Hal ini ditunjukkan konsumen

setelah terjadinya proses pembelian. Kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan

keduanya terkait erat dengan konsep kepuasan pelanggan, hal ini dapat dilihat

jelas, pada Gambar 4. Apabila pelanggan merasa puas, maka dia akan

menunjukkan besarnya kemungkinan untuk kembali membeli produk yang sama.

(47)

produk kepada orang lain. Tidak demikian dengan seseorang pelanggan yang

tidak puas, mereka akan melakukan tindakan pengembalian produk atau bahkan

mengajukan gugatan terhadap perusahaan melalui lembaga hukum.

3.8 Regresi logistik

Regresi logistik adalah suatu teknik analisis statistika yang digunakan

untuk menganalisis data yang peubah responnya memiliki dua kategori atau lebih

dengan satu atau lebih peubah bebas berskala kategori atau kontinu.

Analisis regresi logistik digunakan untuk memeriksa hubungan antara

peubah respon yang terdiri dari data kategorik dengan peubah penjelas yang bisa

terdiri dari data kategorik atau numerik. Peubah respon dalam regresi logistik Gambar 4. Konsep Kepuasan Pelanggan

Sumber Rangkuti, 2003 Tujuan Perusahaan Produk Nilai Produk Bagi Pelanggan Tingkat Kepuasan Pelanggan Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan Harapan Pelanggan Terhadap Produk

(48)

dapat berskala biner, nominal atau ordinal (Hosmer dan Lemeshow, dalam

Irawan, 2006).

Regresi logistik tidak jauh berbeda dengan linear biasa, yaitu

menggambarkan hubungan antara variabel tak bebas dan hubungan antara variabel

tak bebas dengan sejumlah variabel bebas yang mempengaruhinya. Perbedaannya

variabel tak bebas dalam regresi logistik bersifat biner atau dikotomi, yakni

memiliki nilai yang diskontinu 1 dan 0.

Model ini menggambarkan bagaimana peluang atau kemungkinan

terpilihnya salah satu dari sejumlah pilihan yang ada. Model ini juga

menggambarkan bagaimana peluang atau kemungkinan terpilihnya salah satu dari

sejumlah pilihan yang tersedia. Variabel terikat (Y) dibuat dalam bentuk dummy

(1,2,3,4,...). Untuk model yang terdiri dari dua alternatif pilihan (0,1) sering

disebutBinary Choice Model.

Dalam kajian hubungan antar peubah kategorik dikenal dengan adanya

ukuran asosiasi, atau ukuran keeratan hubungan antar perubahan kategori. Salah

satu keuntungan penggunaan analisis regresi logistik adalah bahwa ukuran

asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis logistik adalahratio odds.

Sedangkan ratio odds dapat diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari peubah respon, adapun rasio odds

mengindikasikan seberapa lebih mungkin, dalam kaitannya dengan nilai oddsnya,

munculnya kejadian sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok

(49)

3.9 Kerangka Pemikiran Operasional

Yoghurt Activia merupakan salah satu produk yoghurt yang semakin

dikenal karena gencarnya promosi yang dilakukan oleh perusahaan.

Berkembangnya media informasi membuat konsumen lebih mudah mendapatkan

informasi mengenai produk.

Salah satu informasi yang berperan adalah iklan dan klaim. Klaim

merupakan pernyataan yang menyatakan kelebihan relatif suatu produk makanan,

khususnya yoghurt.

Klaim kesehatan dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen

terhadap suatu produk. Perubahan kepercayaan dapat membentuk sikap

konsumen, baik terhadap klaimnya itu sendiri maupun sikap terhadap merek

yoghurt.

Sebagai pemakai suatu produk, konsumen akan memberikan penilaian

sampai batas tertentu mengenai kualitas suatu produk. Penilaian tersebut agar

dapat memenuhi harapan konsumen terhadap fungsi dan manfaat dari produk

yang akan diperolehnya, ukuran penilaian tersebut biasanya mengacu pada

atribut-atribut yang dimiliki produk. Sehingga perlu dilihat faktor-faktor apa saja

yang paling berpengaruh terhadap kepercayaan terhadap klaim kesehatan. Selain

itu dilihat juga tingkat kepuasan konsumen terhadap yoghurt Activia. Secara

sistematis alur kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah dengan menggunakan

analisis deskriptif, analisis regresi logistik, analisis IPA dan analisis kepuasan

(50)

Analisis Deskriftif Yoghurt Activia Faktor Internal/individu 1. Tingkat pendidikan 2. Tingkat pengetahuan 3. Pendapatan 4. Motivasi 5. Umur Keputusan Pembelian Faktor eksternal/stimulus : Sumber informasi lain Klaim Kepuasan Konsumen IPA dan CSI Analisis Logistik

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap klaim kesehatan

(51)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kota Bogor, pemilihan tempat dilakukan secara

sengaja (Purposive) dengan pertimbangan Kota Bogor merupakan Kota yang berkembang dimana diduga banyak mendapatkan dampak akibat perkembangan

masyarakat, teknologi dan industri serta keragaman latar belakang sosial ekonomi

masyarakat. Selain itu yoghurt Activia sudah terdistribusi di Kota Bogor.

Penelitian dilakukan di lima Supermarket yang dianggap cukup mewakili

konsumen Kota Bogor. Pembagian Responden sebanyak 100 orang yang tersebar

pada lima supermarket di Kota Bogor, yakni 20 responden di Yogya Bogor Plaza,

20 responden di Ramayana Jambu Dua, 20 responden di Giant Botani Square, 20

responden di Hypermart, dan 20 responden di Ramayana Bogor Trade Mall.

Pengumpulan data untuk penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai

Desember 2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada

responden (konsumen). Wawancara dengan responden dilakukan sesuai dengan

panduan kuesioner yang disebarkan. Kuesioner yang disebarkan pada responden

(52)

Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), penelitian

terdahulu, literatur dan referensi lainnya berupa makalah, artikel-artikel di majalah

dan situs-situs internet yang berhubungan dengan topik penelitian.

4.3 Metode Penentuan Sampel dan Pengumpulan Data

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling (pengambilan contoh non peluang), yaitu dengan menggunakan

convienience sampling yaitu responden dipilih berdasarkan kemudahan ditemui dan ketersediaan responden untuk mengisi kuesioner (Umar, 2000). Responden

yang akan diwawancara adalah responden yang bersedia untuk diwawancara

dengan kuesioner, pengunjung supermarket yang kebetulan membeli yoghurt

Activia atau pernah mengkonsumsi yoghurt Activia maksimal satu bulan terakhir.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan perangkat

lunak komputer Microsoft Excel dan SPSS 15 for Windows. Proses pengolahan data meliputi kegiatan editing, coding, entry dan analysis. Pemberian skor diberikan untuk data skala likert.

Skala likert adalah skala yang memberi peluang kepada responden untuk

mengekpresikan perasaan mereka dalam bentuk persetujuan terhadap suatu

pernyataan. Informasi yang diperoleh skala likert berupa skala pengukuran

ordinal.

Analisis dilakukan secara deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik

Gambar

Gambar 1. Skema Proses Pembuatan Yoghurt Sumber : Puspitasari (1996)
Gambar 2. Proses dan Prilaku Keputusan Konsumen Sumber : Engel et al., 1995
Gambar 3. Proses Pembentukan Persepsi (Moven & Minor, 2002)
Gambar 4. Konsep Kepuasan Pelanggan Sumber Rangkuti, 2003Tujuan PerusahaanProdukNilai ProdukBagi Pelanggan Tingkat KepuasanPelanggan Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan Harapan PelangganTerhadap Produk
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang memutuskan atau memisahkan hasil las yang dapat terjadi pada jalur las atau pertemuan jalur las atau pada daerah pengaruh panas, hal ini disebabkan oleh

pak pur selalu berbicara dengan lembut kepada murid asrama walau sedang kelelahan3. sheryn sering berbicara dengan nada tinggi

Usaha pemerintah tersebut sejalan dengan ikhtiar yang dilakukan oleh perusahaan Sejati Cipta Mebel selama ini, yaitu hendak meberikan upah yang layak bagi karyawan

hitung nilai tabel atau nilai signifikansi 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa populasi dalam kelompok bersifat normal. Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua

Batasan masalah pada penelitian ini adalah efek pemberian ekstrak air daun bangunbangun (Coleus amboinicus L.) terhadap gambaran ginjal, limfosit dan MCH

Maksim penerimaan merupakan maksim yang mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri dan meminimalkan keuntungan diri

“Surat bilyet giro adalah tidak lain dari pada surat perintah nasabah yang telah distandarisasi bentuknya kepada bank penyimpan dana untuk memindah bukukan